Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
LAPORAN AKHIR
VI‐11
VI‐11
Bab 7
Rencana Pembangunan
Infrastruktur Cipta Karya
Rencana pembangunan infrastruktur bidang cipta karya mencakup empat sektor yaitu
pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta
pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan
drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap‐tiap sektor dimulai dari pemetaan isu‐isu
strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta
permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan
dan pengkajian terhadap program‐program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan
pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang
dibutuhkan.
7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman
terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh.
Dalam pengembangan perumahan dan permukiman nantinya harus memperhatikan tipologi
wilayah yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Secara umum, tipologi kawasan yang ada di Kabupaten
Bojonegoro ada 4 (empat), yaitu:
1. Kawasan pertanian/pegunungan, Sebagian besar kawasan ini terdapat di daerah yang
terletakdi bagian Selatan Kabupaten Bojonegoro. Kawasan ini tumbuh dan berkembang karena
tuntutan lahan mata pencaharian. Cirinya adalah bahwa masyarakat yang mempunyai
mata pencaharian sejenis dan tempat kerja yang berdekatan mengelompok membentuk
sebuah kampung. Secara spesifik angka pertumbuhan penduduk sangat rendah karena
kenaikanjumlah penduduk banyak ditentukan dari angka kelahiran, sedangkan angka
kepadatan penduduk juga relatif rendah. Kondisi rumahnya umumnya kurang hingga sedang
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐1
LAPORAN AKHIR
VI‐22
VI‐22
(dinding semi permanen, lantai tanah, atap genteng), kepadatan bangunan rendah hingga
sedang, prasarana dan sarana dapat dikatakan masih kurang. Potensi terhadap pengembangan
kawasan perumahan sangat kecil, sedangkan lahan kosong yang tersedia masih luas untuk
dikembangkan.
2. Kawasan perkotaan. Kawasan perkotaan, sebagian besar terdapat di daerah yang terletak
dekat dengan jalan utama kabupaten serta bagian tengah Kabupaten Bojonegoro.
Kawasan perkotaan ditandai dengan angka kepadatan penduduk yang relatiflebih tinggi dari
kawasan lainnya, kondisi rumah umumnya sudah baik, kepadatan bangunan sedang hingga
tinggi, prasarana dan sarana lengkap dan bahkan sebagai penyangga daerah sekitarnya.
Potensi terhadap pengembangan kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong
yang tersedia masih memungkinkan untuk pengembangan tersebut.
3. Kawasan potensial, Kawasan potensial, terdapat pada daerah‐daerah yang mempunyai
kecenderungan perkembangan yang pesat dan umumnya terletak pada posisi strategis.
Kawasan ini berkembang/terbentuk karena potensi strategis kawasannya (terletak pada
jaringan jalan utama) regional serta cepat berkembang. Haltersebut terlihat dari angka
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, angka kepadatan penduduk yang relatif tinggi,
kondisi rumah umumnya sudah baik, kepadatan bangunan sedang hingga tinggi, prasarana dan
sarana dapat dikatakan cukup dan terus melengkapi. Potensi terhadap pengembangan
kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong yang tersedia masih
memungkinkan untuk pengembangan tersebut.
4. Kawasan Solo Valley, Kawasan Solo Valley sebagian besar terdapat di daerah yang
terletak di bagian Utara Kabupaten Bojonegoro yang dilewati Sungai Bengawan Solo.
Sesuai dengan namanya, kawasan ini terletak disepanjang sungai Bengawan Solo. Angka
kepadatan penduduk yang relatif sedang, kondisi rumah umumnya kurang baik dan
cenderung kumuh, kepadatan bangunan sedang‐tinggi terutama yang berada disepanjang
sungai. Potensi terhadap pengembangan kawasan perumahan sedang, namun karena
sebagaian besar masyarakatnya menghendaki bertempat tinggal di dekat Sungai, akibatnya
timbul kawasan kumuh.
Secara teknis, arahan pengembangan bidang perumahan dan permukiman di Kabupaten
Bojonegoro didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain :
1. Berdasarkan fungsi wilayah dan kegiatannya terutama pada kawasan Perkotaan Bojonegoro,
pengembangan untuk perumahan dan permukiman diarahkan di Kecamatan Bojonegoro,
Kecamatan Dander, dan Kecamatan Kapas. Ketiga kecamatan ini berada pada pusat wilayah
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐2
LAPORAN AKHIR
VI‐33
VI‐33
Kabupaten Bojonegoro dimana terdapat pemusatan kegiatan serta adanya pelayanan fasilitas
dan utilitas yang baik.
2. Arahan perumahan menurut RTRW Kabupaten Bojonegoro yaitu :
a. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari
bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan mempunyai akses untuk
kesempatan berusaha;
b. Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan permukiman dapat memberikan
manfaat yaitu 1) Meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunakan
prasarana dan sarana permukiman; 2) Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas
sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; 3) Tidak mengganggu fungsi
lindung; 4) Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam; 5) Meningkatkan
pendapatan masyarakat; 6) Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah; 7)
Menyediakan kesempatan kerja; 8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Perumahan yang dikembangkan oleh developer (real estate) diarahkan berada pada kawasan
Perkotaan Bojonegoro, sedangkan perumahan individu pengembangannya diarahkan di
seluruh wilayah Bojonegoro baik pada kawasan perkotaan maupun pada kawasan perdesaan
dengan memperhatikan lokasi perumahan dan permukiman agar tidak berada pada kawasan
lindung maupun kawasan pertanian tanaman pangan berkelanjutan.
4. Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan perdesaan pada dataran tinggi
diarahkan agar membentuk suatu cluster dengan pembatasan pengembangan permukiman
pada kawasan lindung. Cluster‐cluster perumahan dan permukiman ini diarahkan mendekati
lokasi tempat bekerja untuk mempermudah akses, dimana pada umumnya tempat bekerja
pada kawasan perdesaan kawasan pertanian. Namun yang perlu diperhatikan adalah
pembatasan pengembangan pada kawasan lahan pertanian khususnya lahan pertanian
pangan berkelanjutan, sehingga konversi terhadap lahan pertanian tanaman pangan dapat
dihindari. Kawasan ini berada di Kecamatan Gondang, Kecamatan Temayang, Kecamatan
Bubulan, Kecamatan Ngambon, dan Kecamatan Sekar.
7.1.1. Kondisi Eksisting
Data kondisi eksisting kawasan kumuh sangatlah penting untuk pencapaian target nasional
tanpa permukiman kumuh pada tahun 2019. Sebagai upaya untuk mendukung target tersebut,
diperlukan data kawasan kumuh di Kabupaten Bojonegoro sebagai baseline perencanaan
pembangunan kawasan permukiman yang sehat. Kabupaten Bojonegoro masih belum memiliki SK
Bupati tentang penetapan lokasi kawasan kumuh serta peningkatan kualitasnya. Data kawasan
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐3
LAPORAN AKHIR
VI‐44
VI‐44
kumuh berasal dari hasil kajian dan penelitian oleh konsultan yang dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan kriteria dan ketentuan terkait. Data kawasan kumuh di Kabupaten Bojonegoro dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
1
Tabel 7. 1 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2016
Luas Area
Luas Kawasan % Luas Kawasan
Kecamatan
Lokasi Kawasan Kumuh
Terbangun
Kumuh (Ha)
Kumuh
Ngraho
1100
0
0
2
Tambakrejo
3
Ngambon
4
Ngasem
5
Bubulan
6
No
0
0
222
0
0
2707
0
0
240
0
0
Dander
636
0
0
7
Sugihwaras
727
0
0
8
Kedungadem
2087
0
0
9
Kepohbaru
4443
0
0
10
Baureno
2619
0
0
11
Kanor
779
0
0
12
Sumberrejo
1085
0
0
13
Balen
1167
0
0
14
Kapas
1283
0
0
15
Bojonegoro
997
RT 20 Karangpacar
3,81
0,013
RT 4 Jetak
1,79
0,006
RT 5 Jetak
0,35
0,001
RT 8 Klangon
1,71
0,006
RT 1 RW 1 Karangpacar
1,67
0,006
RT 1 RW 1 Ledok Wetan
0,49
0,002
RT 2 RW 2 Ledok Kulon
1,35
0,005
RT 13 RW 3 Kadipaten
0,63
0,002
RT 2 RW 4 Ledok Kulon
1,72
0,006
1424
16
Kalitidu
905
0
0
17
Malo
477
0
0
18
Purwosari
494
0
0
19
Padangan
642
0
0
20
Kasiman
493
0
0
21
Temayang
593
0
0
22
Margomulyo
1071
0
0
23
Trucuk
782
0
0
24
Sukosewu
683
0
0
25
Kedewan
201
0
0
26
Gondang
516
0
0
27
Sekar
681
0
0
28
Gayam
895
0
0
13,52
0,045
Total
29949
Sumber : Hasil Survey 2015
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐4
LAPORAN AKHIR
VI‐55
VI‐55
Kawasan kumuh di Kabupaten Bojonegoro sebagian besar berada di kawasan perkotaan
Bojonegoro. Hal ini dikarenakan kawasan perkotaan Bojonegoro cenderung memiliki kepadatan
penduduk tinggi dan pengelolaan lingkungan permukiman yang kurang sehat, utamanya di area
perkampungan. Variabel ini yang dapat menjadikan kriteria kawasan kumuh berada di kawasan
perkotaan Bojonegoro. Permukiman kumuh yang sedimikian luas sebesar 13,52 ha masih
membutuhkan perhatian dan upaya ekstra dari pemerintah maupun kesadaran warga sekitar untuk
menciptakan lingkungan permukiman yang sehat. Pengurangan kawasan kumuh dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain program bedah kampung, program kampung deret, program
pembangunan rusunawa, dan sebagainya.
Permasalahan permukiman di kawasan perdesaan pada umumnya adalah rumah tidak layak
huni atau rumah tidak permanen yang disertai dengan kurangnya sarana air bersih dan sanitasi,
namun kondisi lingkungannya masih bersih dan sehat. Pemecahan masalah permukiman di
perdesaan dapat dilakukan dengan cara perbaikan/rehabilitasi dan pembangunan baru permukiman
yang tidak layak huni serta penyediaan jaringan jalan, drainase lingkungan, sarana air bersih dan
sanitasi. Program ini sudah sering diberikan oleh pemerintah kepada warga berupa perbaikan dan
pembangunan rumah baru. Program ini terbukti efektif dengan semakin berkurangnya rumah tidak
layak huni di Kabupaten Bojonegoro dari tahun ke tahun.
Kabupaten Bojonegoro memiliki potensi rawan bencana banjir dan tanah longsor. Bencana
banjir datang disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah debit air yang mengalir di Sungai
Bengawan Solo melebihi ambang batas normal sehingga permukiman penduduk yang dekat dengan
bibir sungai menjadi terendam dan tergenang air. Kondisi topografi Bojonegoro yang membentuk
cekungan di bagian tengah menyebabkan wilayah tengah dan dekat dengan Sungai Bengawan Solo
rawan terjadi bencana banjir. Kabupaten Bojonegoro juga rawan terjadi bencana tanah longsor
terutama untuk wilayah selatan yang memiliki topografi relatif curam. Di kawasan ini masih
terdapat permukiman penduduk. Pada musim hujan biasanya terjadi bencana tanah longsor dimana
mengakibatkan rumah penduduk tergerus oleh material longsoran tanah. Permukiman di daerah
rawan bencana ini perlu penanganan yang antisipatif dan kewaspadaan. Perlu ada regulasi yang
mengatur jarak minimal yang diperbolehkan membangun rumah/bangunan lainnya terhadap area
potensi bencana.
7.1.2. Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bojonegoro
antara lain:
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐5
LAPORAN AKHIR
VI‐66
VI‐66
Kawasan‐kawasan permukiman yang terdapat di lahan‐lahan ilegal dengan kondisi
lingkungannya yang tidak sehat (berindikasi kumuh), antara lain adalah di sekitar rel
Kereta Api di Kecamatan Bojonegoro, dan di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo;
Dampak permukiman di sempadan Sungai Bengawan Solo yaitu meliputi banjir, longsor,
pencemaran sungai karena pembuangan sampah, dan pencemaran sungai karena air
limbah penduduk yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem;
Masih terdapat angka kemiskinan dan banyak penduduk yang tinggal di rumah tidak layak huni
sehingga munculnya permukiman yang cenderung kumuh;
Pada kawasan tertentu kepadatan penduduk cukup tinggi dan keterbatasan sarana
prasarana pendukung khususnya sanitasi dan air bersih serta fasilitas publik yaitu ruang
terbuka;
Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman untuk pengembangan kebutuhan
permukiman;
Backlog dan pertumbuhan permintaan rumah yang besar;
Terbatasnya akses MBR untuk rumah layak huni;
Belum mantapnya kelembagaan dalam penyelenggaraan perumahan;
Lemahnya komitmen pemerintah dalam pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman skala besar;
Belum memadainya penyediaan prasarana dan sarana dasar;
Belum terintegrasinya pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dengan
sistem jaringan prasarana perkotaan.
Tantangan yang ada dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bojonegoro antara
lain:
Keberadaan perumahan dan permukiman yang berada di Sempadan Sungai Bengawan Solo
yang rawan berpotensi bencana mengakibatkan rumah penduduk selalu direndam banjir jika
turun hujan dan debit air sungai naik.
Kepadatan penduduk yang tinggi pada permukiman yang padat memunculkan kerawanan
kebakaran
Permukiman kepadatan tinggi yang menimbulkan masalah sanitasi.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐6
LAPORAN AKHIR
VI‐77
VI‐77
Tabel 7. 2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
No.
Permasalahan yang
Dihadapi
Tantangan Pengembangan
Alternatif Solusi
Aspek Teknis
Masih banyaknya rumah yang belum Bertambahnya jumlah penduduk
memiliki sarana dan prasarana sesuai akan mempengaruhi jumlah
standar
rumah. Sehingga akan membuat
daerah permukiman menjadi
padat
Aspek Kelembagaan
Belum ada lembaga khusus yang
Pembuatan Badan khusus yang
menangani permukiman, saat ini
menangani sektor permukiman
masih menjadi satu dengan Dinas
PU dan Bappeda
1
2
3
Aspek Pembiayaan
Terbatasnya dana yang berasal
dari APBD
4
Aspek Peran Serta
Masyarakat / Swasta Masih
minimnya peran serta
masyarakat. Sedangkan peran
swasta masih terbatas dalam
bentuk CSR
5
Aspek Lingkungan
Permukiman
Masih banyaknya lingkungan yang
terlalu padat dan tidak dilengkapi
dengan sanitasi yang mencukupi
sehingga terkesan menjadi kawasan
kumuh
Perlunya perbaikan kampung
yaitu
pembuatan
saluran
lingkungan,
Peningkatan kemampuan SDM,
penambahan jumlah SDM atau
pembentukan badan khusus
(satgas, unit kerja) yang
menangani
pengembangan
permukiman
Kebutuhan dana yang sangat
besar untuk pengembangan
permukiman
Mengoptimalkan sumber dana
lainnya misalnya APBN, APBD
Provinsi,
masyarakat,
komunitas/ kelompok, dan
swasta
Mendorong dan meningkatkan
peran serta masyarakat dan
swasta di dalam pengembangan
permukiman
Dengan aspek lingkungan yang
terbatas, sedangkan jumlah
penduduk semakin bertambah,
maka akan meningkatkan
kebutuhan akan permukiman
dan prasarananya
Mengajak masyarakat dan pihak
swasta di dalam pengembangan
permukiman yang ada dengan
memberikan stimulus kepada
investor lokal (developer) untuk
melakukan
pengembangan
berbasis program pemerintah
Perbaikan lingkungan sekitar
permukiman
sehingga
permukiman yang ada menjadi
nyaman
dan berkelanjutan. Misalnya
menata,
mengelola,
dan
melestarikan kawasan tepi
sungai menjadi kawasan yang
menarik untuk dikunjungi
Sumber : Hasil Analisis
7.1.3. Sasaran Program Pengembangan Permukiman
Tipologi kawasan perkotaan yang biasanya memiliki kepadatan tinggi sangat berbanding
terbalik dengan kawasan perdesaan. Hal ini yang mendasari bagaimana program pengembangan
kawasan permukiman pada kawasan perkotaan berbeda dengan pengembangan kawasan pada
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐7
LAPORAN AKHIR
VI‐88
VI‐88
perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman kawasan perkotaan Kabupaten Bojonegoro terdiri
dari:
1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan permukiman baru dan
Rusunawa;
2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH;
3) Peningkatan prasarana dan sarana perumahan;
4) Peningkatan/penataan lingkungan.
Program pengembangan pada kawasan perdesaan disesuaikan dengan kondisi isu strategis
yang muncul di kawasan perdesaan tersebut. Pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) Pengembangan berpijak pada wilayah yang sudah ada;
2) Peningkatan kualitas lingkungan;
3) Perbaikan kondisi rumah;
4) Pemenuhan sarana dan prasarana permukiman;
5) Penataan lingkungan.
Sasaran program dan kegiatan diperlukan untuk mengetahui daerah atau lokasi kawasan
mana yang akan mendapatkan alokasi anggaran pengembangan permukiman. Tipologi kawasan yang
menjadi sasaran program pengembangan kawasan permukiman dibagi menjadi 3 yaitu kawasan
kumuh perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus (rawan
bencana). Pengembangan kawasan permukiman pada ketiga tipologi kawasan tersebut ditentukan
luasan lokasi yang disasar setiap tahun. Selanjutnya ditunjukan oleh tabel berikut ini.
Tabel 7. 3 Sasaran Program Pengembangan Kawasan Permukiman di Kabupaten Bojonegoro
No
Uraian Sasaran Program
Total
Luas kawasan
(1)
(2)
I
II
III
Kawasan Kumuh Perkotaan
Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan Permukiman Khusus
(Rawan Bencana)
Sumber : Hasil Analisis
Sasaran Program
Tahun
Tahun
2019
2020
(6)
(7)
(3)
Tahun
2017
(4)
Tahun
2018
(5)
Tahun
2021
(8)
13,52 Ha
175 Ha
3 Ha
35 Ha
4 Ha
35 Ha
4 Ha
35 Ha
2,52 Ha
35 Ha
0 Ha
35 Ha
15 Ha
3 Ha
3 Ha
3 Ha
3 Ha
3 Ha
Sasaran kawasan program pengembangan kawasan permukiman adalah kawasan kumuh
perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan rawan bencana. Kawasan kumuh
perkotaan di Kabupaten Bojonegoro saat ini sekitar 13,52 hektar (hasil kajian dan penelitian Dinas PU
Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur). Kawasan kumuh ini semuanya berada di
Kecamatan Bojonegoro. Kawasan kumuh yang sedimikian luas akan ditangani secara bertahap
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐8
Ket
(9)
LAPORAN AKHIR
VI‐99
VI‐99
selama 5 tahun. Pada tahun 2017, kawasan kumuh yang akan ditangani seluas 3 hektar. Tahun 2018
dan 2019 kawasan kumuh yang akan ditangani masing‐masing 4 hektar. Sisanya yaitu sekitar 2,52
hektar akan ditangani pada tahun 2020 sehingga diharapkan pada tahun 2021 tidak ada lagi kawasan
kumuh perkotaan di Kabupaten Bojonegoro. Hal ini sejalan dengan pencapaian target universal akses
100‐0‐100.
Penanganan kawasan permukiman perdesaan adalah perbaikan rumah yang tidak layak huni,
pembangunan rumah baru, beserta jaringan jalan dan drainase lingkungan permukiman. Rumah yang
tidak layak huni di Kabupaten Bojonegoro diperkirakan kurang lebih 25.000 unit. Dengan asumsi
setiap rumah memiliki luas sekitar 70 m2 maka luas kawasan permukiman perdesaan yang akan
ditangani seluas 175 hektar. Penanganan kawasan permukiman perdesaan dilakukan secara bertahap
35 hektar/tahun selama 5 tahun.
Kabupaten Bojonegoro diindikasikan mempunyai potensi rawan bencana banjir dan tanah
longsor. Bencana banjir umumnya berada di daerah yang dialiri oleh Sungai Bengawan Solo. Daerah
yang terdampak bencana banjir biasanya di Kecamatan Padangan, Kecamatan Malo, Kecamatan
Kalitidu, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Kapas, Kecamatan Sumberrejo,
Kecamatan Kanor, dan Kecamatan Baureno. Bencana tanah longsor biasanya melanda wilayah
Kecamatan Gondang, Kecamatan Sekar, Kecamatan Tambakrejo, Kecamatan Ngambon, Kecamatan
Margomulyo, Kecamatan Kedewan, dan Kecamatan Malo. Luas kawasan rawan bencana keseluruhan
di Kabupaten Bojonegoro diperkirakan sekitar 15 hektar. Upaya penanganan permukiman di kawasan
rawan bencana dilakukan secara bertahap selama 5 tahun. Penanganan permukiman di kawasan
rawan bencana hanya bersifat antisipatif dan perbaikan rumah yang rusak akibat bencana.
7.1.4. Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis
kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Program
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan prioritas akan dirumuskan berdasarkan
kebutuhan dan kapasitas penanganan.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐9
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
Tabel 7. 4 Kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Permukiman
Rencana Program
No.
Kawasan Permukiman
Luas
Kawasan
1
2
3
I
Tahun
2017
Tahun
2018
Tahun
2019
Tahun
2020
Tahun
2021
Ket
4
5
6
7
8
9
Kawasan Kumuh Perkotaan
1. Kawasan RT 20 Karangpacar
3,81 Ha
0,85 Ha
1,13 Ha
1,13 Ha
0,71 Ha
0
2. Kawasan RT 4 Jetak
1,79 Ha
0,40 Ha
0,53 Ha
0,53 Ha
0,33 Ha
0
3. Kawasan RT 5 Jetak
0,35 Ha
0,08 Ha
0,10 Ha
0,10 Ha
0,07 Ha
0
4. Kawasan RT 8 Klangon
1,71 Ha
0,38 Ha
0,51 Ha
0,51 Ha
0,32 Ha
0
5. Kawasan RT 1 RW 1 Karangpacar
1,67 Ha
0,37 Ha
0,49 Ha
0,49 Ha
0,31 Ha
0
6. Kawasan RT 1 RW 1 Ledok Wetan
0,49 Ha
0,11 Ha
0,14 Ha
0,14 Ha
0,09 Ha
0
7. Kawasan RT 2 RW 2 Ledok Kulon
1,35 Ha
0,30 Ha
0,40 Ha
0,40 Ha
0,25 Ha
0
8. Kawasan RT 13 RW 3 Kadipaten
0,63 Ha
0,14 Ha
0,19 Ha
0,19 Ha
0,12 Ha
0
9. Kawasan RT 2 RW 4 Ledok Kulon
1,72 Ha
0,38 Ha
0,51 Ha
0,51 Ha
0,32 Ha
0
II
Kawasan Permukiman Perdesaan
1. Kawasan Perdesaan Balen
6,82 Ha
0,65
1,54
1,54
1,54
1,54
2. Kawasan Perdesaan Baureno
15,3 Ha
5,00
2,58
2,58
2,58
2,58
3. Kawasan Perdesaan Bojonegoro
5,83 Ha
0,55
1,32
1,32
1,32
1,32
4. Kawasan Perdesaan Bubulan
1,4 Ha
0,13
0,32
0,32
0,32
0,32
5. Kawasan Perdesaan Dander
3,72 Ha
0,35
0,84
0,84
0,84
0,84
6. Kawasan Perdesaan Gayam
5,23 Ha
0,49
1,18
1,18
1,18
1,18
7. Kawasan Perdesaan Gondang
3,02 Ha
0,29
0,68
0,68
0,68
0,68
8. Kawasan Perdesaan Kalitidu
5,29 Ha
0,50
1,20
1,20
1,20
1,20
9. Kawasan Perdesaan Kanor
4,55 Ha
0,43
1,03
1,03
1,03
1,03
10. Kawasan Perdesaan Kapas
7,5 Ha
0,71
1,70
1,70
1,70
1,70
11. Kawasan Perdesaan Kasiman
2,88 Ha
0,27
0,65
0,65
0,65
0,65
12. Kawasan Perdesaan Kedewan
1,17 Ha
0,11
0,27
0,27
0,27
0,27
13. Kawasan Perdesaan Kedungadem
12,19 Ha
5,00
1,80
1,80
1,80
1,80
14. Kawasan Perdesaan Kepohbaru
25,96 Ha
10,00
3,99
3,99
3,99
3,99
15. Kawasan Perdesaan Malo
2,79 Ha
0,26
0,63
0,63
0,63
0,63
16. Kawasan Perdesaan Margomulyo
6,26 Ha
0,59
1,42
1,42
1,42
1,42
17. Kawasan Perdesaan Ngambon
1,3 Ha
0,12
0,29
0,29
0,29
0,29
18. Kawasan Perdesaan Ngasem
15,82 Ha
5,00
2,70
2,70
2,70
2,70
19. Kawasan Perdesaan Ngraho
6,43 Ha
0,61
1,45
1,45
1,45
1,45
20. Kawasan Perdesaan Padangan
3,75 Ha
0,35
0,85
0,85
0,85
0,85
21. Kawasan Perdesaan Purwosari
2,89 Ha
0,27
0,65
0,65
0,65
0,65
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐10
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
22. Kawasan Perdesaan Sekar
3,98 Ha
0,38
0,90
0,90
0,90
0,90
23. Kawasan Perdesaan Sugihwaras
4,25 Ha
0,40
0,96
0,96
0,96
0,96
24. Kawasan Perdesaan Sukosewu
3,99 Ha
0,38
0,90
0,90
0,90
0,90
25. Kawasan Perdesaan Sumberrejo
5,34 Ha
0,60
1,44
1,44
1,44
1,44
26. Kawasan Perdesaan Tambakrejo
8,32 Ha
0,79
1,88
1,88
1,88
1,88
27. Kawasan Perdesaan Temayang
3,47 Ha
0,33
0,78
0,78
0,78
0,78
28. Kawasan Perdesaan Trucuk
4,57 Ha
0,43
1,03
1,03
1,03
1,03
III
Kawasan Permukiman Khusus
1. Kawasan Bencana Banjir
9 Ha
1,8 Ha
1,8 Ha
1,8 Ha
1,8 Ha
1,8 Ha
2. Kawasan Bencana Tanah Longsor
6 Ha
1,2 Ha
1,2 Ha
1,2 Ha
1,2 Ha
1,2 Ha
Sumber : Hasil Analisis
Pengembangan kawasan permukiman dibagi menjadi 3 tipologi yaitu kawasan kumuh
perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus. Seperti yang telah
dijelaskan pada sasaran program pengembangan kawasan permukiman, untuk mencapai target
universal akses penanganan kawasan kumuh dilakukan secara bertahap setiap tahun. Target capaian
program masing‐masing lokasi kawasan kumuh dapat dilihat pada tabel di atas. Untuk peningkatan
kualitas permukiman kumuh ini dibutuhkan program dan kegiatan alternatif diantaranya adalah
pembangunan rusunawa, peningkatan kualitas jalan lingkungan, pembangunan drainase lingkungan,
dan penyediaan sanitasi dasar. Perlakuan program dan kegiatan pada setiap lokasi kawasan berbeda‐
beda tergantung kondisi lingkungannya.
Program pengembangan kawasan permukiman perdesaan yang dapat dilakukan adalah
peningkatan kualitas/rehabilitasi rumah, pembangunan rumah baru, peningkatan jalan lingkungan,
pembangunan drainase lingkungan. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap selama 5 tahun ke depan.
Wilayah yang menjadi prioritas tentunya yang memiliki rumah tidak layak huni terbanyak serta
mempunyai kawasan potensial yang dapat berkembang. Pada tahun awal akan diprioritaskan pada
Kecamatan Kepohbaru, Baureno,Ngasem, dan Kedungadem. Selanjutnya kawasan permukiman
perdesaan di seluruh kecamatan akan ditangani secara merata.
Permukiman khusus diperuntukkan bagi daerah rawan bencana baik itu banjir maupun tanah
longsor. Daerah rawan banjir diperkirakan seluas 9 hektar dan rawan longsor sekitar 6 hektar. Luas
daerah bencana ini hanya untuk kawasan permukiman saja tidak termasuk kawasan pertanian dan
peruntukkan lainnya. Upaya pencegahan bencana dilakukan dengan cara pembangunan
talud/bronjong/plengsengan di lokasi yang diperkirakan menjadi sumber bencana. Upaya perbaikan
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya rehabilitasi rumah, perbaikan kualitas jalan, pembuatan
talud/bronjong di tebing atau di tepi sungai, dan pemulihan infrastruktur yang rusak. Untuk kasus
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐11
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
bencana alam yang ekstrim dapat dilakukan pembangunan kawasan permukiman korban bencana.
Meskipun hal ini tidak pernah terjadi di Kabupaten Bojonegoro.
Tabel 7. 5 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Perkotaan
No.
Uraian
Unit
Tahun
2017
Tahun
2018
Tahun
2019
Tahun
2020
Tahun
2021
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1.450.889
62.889
2,3
1.472.550
63.828
2,1
1.498.300
64.944
2,1
1.523.324
66.029
1,9
1.548.265
67.110
1,7
25.000
5
25.000
4
25.000
3
25.000
3
25.000
2
1
2
3
Jumlah Penduduk
Jiwa
Kepadatan Penduduk Jiwa/km
Jiwa/km
Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin
Kebutuhan RSH
Unit
Kebutuhan
Kws
Pengembangan
Permukiman Baru
Sumber : Hasil Analisis
Dander,
Campurejo
Tabel 7. 6 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Perdesaan
No.
Uraian
Unit
(1)
(2)
1
2
3
4
(3)
Tahun
2017
(4)
Tahun
2018
(5)
Tahun
2019
(6)
Tahun
2020
(7)
Tahun
2021
(8)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin
Jiwa
Jiwa/km
Jiwa/km
1.450.889
62.889
2,3
1.472.550
63.828
2,1
1.498.300
64.944
2,1
1.523.324.
66.029
1,9
1.548.265
67.110
1,7
Desa Potensial untuk
Agropolitan
Desa Potensial untuk
Minapolitan
Kawasan Rawan
Bencana
Desa
1
1
1
1
1
Desa
1
1
1
1
1
Kws
1
1
1
1
1
Keterangan
(9)
Kawasan
Tepi B Solo
Sumber : Hasil Analisis
7.1.5. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Pembiayaan pengembangan permukiman berasal dari dana pemerintah dan dana non
pemerintah. Dana pemerintah berasal dari APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten. Selain itu
ada pula dana pembiayaan dari perusahaan swasta, CSR, dan swadaya masyarakat. Dalam
pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasi
anggaran pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan
swasta (KPS, CSR).
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐12
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
Tabel 7. 7 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Bojonegoro
No. Output
Indikator Output
Rincian
(1) (2)
(3)
(4)
Lokasi
Satuan
Vol
(5)
(6)
Sumber Dana
APBD Prov
APBD Kab
APBN
Rp Murni
(8)
(7)
Tahun
PHLN
(9)
(10
(11)
Masya
rakat
Swas
ta
CSR
2017
2018
2019
2020
2021
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
Kegiatan: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Dalam Pengembangan Permukiman
1
2
PERATURAN PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
Jumlah NSPK Bid
Pengembangan Permukiman
1a Penyusunan NSPK,
Legalisasi
Draft NSPK
PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN/PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
KAWASAN PERDESAAN POTENSIAL
Jumlah kawasan yang tertata
bangunan dan lingkungannya
1
NSPK
250.000.000
2a
Kegiatan Pembangunan
Infrastruktur Penunjang
Agropolitan
Kalitidu
1
Kwsn
515.000.000
√
2b
Kegiatan Pembangunan
Infrastruktur Penunjang
Agropolitan
Dander
1
Kwsn
1.203.000.000
√
2c
Kapas
1
Kwsn
2.321.750.000
3
Kegiatan Pembangunan
Infrastruktur Penunjang
Agropolitan
PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN/PEMBANGUNAN
PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR
PERDESAAN
Jumlah Desa yang terbangun
infrastruktur jalan lingkungan
3a
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kepohbaru
1
Desa
328.125.000
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
√
234.375.000
VII‐13
375.000.000
√
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
No. Output
Indikator Output
Rincian
(1) (2)
(3)
(4)
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Lokasi
Vol
Satuan
Tahun
Masya
rakat
Swas
ta
CSR
2017
2018
2019
2020
2021
(6)
1
(7)
Desa
Sumberrejo
1
Desa
753.375.000
538.125.000
861.000.000
√
Ngasem
1
Desa
328.125.000
234.375.000
375.000.000
√
Kapas
1
Desa
322,875.000
230.625.000
369.000.000
√
Temayang
1
Desa
328.125.000
234.375.000
425.000.000
√
Trucuk
1
Desa
328.125.000
234.375.000
475.000.000
√
Bojonegoro
1
Desa
322.875.000
230.625.000
369.000.000
√
Kedewan
1
Desa
218.750.000
156.250.000
250.000.000
√
Kdungadem
1
Desa
218.750.000
156,250.000
350.000.000
√
Malo
1
Desa
350.000.000
275.000.000
500.000.000
√
Ngraho
1
Desa
218.750.000
156.250.000
350.000.000
√
Sukosewu
1
Desa
765.625.000
546.875.000
875.000.000
√
Sekar
1
Desa
328.125.000
234.375.000
375.000.000
√
Gondang
1
Desa
328.125.000
234.375.000
425.000.000
√
Sugihwaras
1
Desa
328.125.000
234.375.000
475.000.000
√
Kasiman
1
Desa
328.125.000
234.375.000
375.000.000
√
Tambakrejo
1
Desa
322.875.000
230.625.000
369.000.000
√
Margomlyo
1
Desa
215.250.000
153.750.000
246.000.000
√
(5)
Kalitidu
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
Sumber Dana
APBD Prov
APBD Kab
APBN
Rp Murni
(8)
218.750.000
PHLN
(9)
(10
156.250.000
(11)
250.000.000
√
VII‐14
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
No. Output
Indikator Output
Rincian
(1) (2)
(3)
(4)
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
3b
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
TOTAL
Lokasi
Vol
Satuan
Sumber Dana
APBD Prov
APBD Kab
Swas
ta
CSR
2017
2018
2019
2020
2021
(6)
1
(7)
Desa
Padangan
1
Desa
656.250.000
468.750.000
750.000.000
Kepohbaru
1
Desa
1.260.000.000
900.000.000
1.440.000.000
√
Ngringinrejo
1
Desa
1.260.000.000
900.000.000
1.020.000.000
√
Dander
1
Desa
5.000.000.000
2.250.000.000
10.000.000.000
√
Sumberejo
1
Desa
1.610.000.000
1.150.000.000
1.840.000.000
√
Kapas
1
Desa
1.207.500.000
862.500.000
1.380.000.000
√
Bojonegoro
1
Desa
1.207.500.000
862.500.000
1.380.000.000
√
Bubulan
1
Desa
892.500.000
637.500.000
1.020.000.000
Ngraho
1
Desa
5.000.000.000
2.250.000.000
10.000.000.000
√
Sukosewu
1
Desa
892.500.000
637.500.000
1.020.000.000
√
Sekar
1
Desa
595.000.000
425.000.000
680.000.000
√
Gondang
1
Desa
367.500.000
262.500.000
420.000.000
√
Kasiman
1
Desa
892.500.000
637.500.000
1.020.000.000
√
Tambakrejo
1
Desa
866.250.000
618.750.000
990.000.000
√
Balen
1
Desa
1.443.750.000
1.031.250.000
1.650.000.000
√
Padangan
1
Desa
1.470.000.000
1.050.000.000
1.680.000.000
√
35.033.375.000
19.486.093.750
44.367.000.000
(5)
Balen
PHLN
(9)
(10
461.250.000
(11)
738.000.000
√
√
Sumber : Hasil Analisis
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
Tahun
Masya
rakat
APBN
Rp Murni
(8)
645.750.000
VII‐15
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
√
(18)
(19)
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan
di perkotaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan
bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang‐undang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat
bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah
kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan
pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan
dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang
dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara
tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan
administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi
adalah :
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan
keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan
oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur
bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan
bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No.
28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang
meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga
diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang
peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐16
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran
masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini
ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian
pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL,
maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa
RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi
kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan
bencana, serta kawasan gabungan dari jenis‐jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang
disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator
pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta
sektor‐sektornya.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga
terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi :
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan pemukiman
kumuh;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman
tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐17
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis.
7.2.1. Kondisi Eksisting
Bangunan‐bangunan di Kabupaten Bojonegoro secara umum saat ini diarahkan kepada
penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan, baik untuk kegiatan perdagangan,
perindustrian, perkantoran, permukiman, pendidikan dan kegiatan lainnya sesuai dengan produk
rencana tata ruang yang telah disusun dan disahkan menjadi Perda.
Secara umum p
VI‐11
VI‐11
Bab 7
Rencana Pembangunan
Infrastruktur Cipta Karya
Rencana pembangunan infrastruktur bidang cipta karya mencakup empat sektor yaitu
pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta
pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan
drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap‐tiap sektor dimulai dari pemetaan isu‐isu
strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta
permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan
dan pengkajian terhadap program‐program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan
pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang
dibutuhkan.
7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman
terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh.
Dalam pengembangan perumahan dan permukiman nantinya harus memperhatikan tipologi
wilayah yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Secara umum, tipologi kawasan yang ada di Kabupaten
Bojonegoro ada 4 (empat), yaitu:
1. Kawasan pertanian/pegunungan, Sebagian besar kawasan ini terdapat di daerah yang
terletakdi bagian Selatan Kabupaten Bojonegoro. Kawasan ini tumbuh dan berkembang karena
tuntutan lahan mata pencaharian. Cirinya adalah bahwa masyarakat yang mempunyai
mata pencaharian sejenis dan tempat kerja yang berdekatan mengelompok membentuk
sebuah kampung. Secara spesifik angka pertumbuhan penduduk sangat rendah karena
kenaikanjumlah penduduk banyak ditentukan dari angka kelahiran, sedangkan angka
kepadatan penduduk juga relatif rendah. Kondisi rumahnya umumnya kurang hingga sedang
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐1
LAPORAN AKHIR
VI‐22
VI‐22
(dinding semi permanen, lantai tanah, atap genteng), kepadatan bangunan rendah hingga
sedang, prasarana dan sarana dapat dikatakan masih kurang. Potensi terhadap pengembangan
kawasan perumahan sangat kecil, sedangkan lahan kosong yang tersedia masih luas untuk
dikembangkan.
2. Kawasan perkotaan. Kawasan perkotaan, sebagian besar terdapat di daerah yang terletak
dekat dengan jalan utama kabupaten serta bagian tengah Kabupaten Bojonegoro.
Kawasan perkotaan ditandai dengan angka kepadatan penduduk yang relatiflebih tinggi dari
kawasan lainnya, kondisi rumah umumnya sudah baik, kepadatan bangunan sedang hingga
tinggi, prasarana dan sarana lengkap dan bahkan sebagai penyangga daerah sekitarnya.
Potensi terhadap pengembangan kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong
yang tersedia masih memungkinkan untuk pengembangan tersebut.
3. Kawasan potensial, Kawasan potensial, terdapat pada daerah‐daerah yang mempunyai
kecenderungan perkembangan yang pesat dan umumnya terletak pada posisi strategis.
Kawasan ini berkembang/terbentuk karena potensi strategis kawasannya (terletak pada
jaringan jalan utama) regional serta cepat berkembang. Haltersebut terlihat dari angka
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, angka kepadatan penduduk yang relatif tinggi,
kondisi rumah umumnya sudah baik, kepadatan bangunan sedang hingga tinggi, prasarana dan
sarana dapat dikatakan cukup dan terus melengkapi. Potensi terhadap pengembangan
kawasan perumahan sangat besar, sedangkan lahan kosong yang tersedia masih
memungkinkan untuk pengembangan tersebut.
4. Kawasan Solo Valley, Kawasan Solo Valley sebagian besar terdapat di daerah yang
terletak di bagian Utara Kabupaten Bojonegoro yang dilewati Sungai Bengawan Solo.
Sesuai dengan namanya, kawasan ini terletak disepanjang sungai Bengawan Solo. Angka
kepadatan penduduk yang relatif sedang, kondisi rumah umumnya kurang baik dan
cenderung kumuh, kepadatan bangunan sedang‐tinggi terutama yang berada disepanjang
sungai. Potensi terhadap pengembangan kawasan perumahan sedang, namun karena
sebagaian besar masyarakatnya menghendaki bertempat tinggal di dekat Sungai, akibatnya
timbul kawasan kumuh.
Secara teknis, arahan pengembangan bidang perumahan dan permukiman di Kabupaten
Bojonegoro didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain :
1. Berdasarkan fungsi wilayah dan kegiatannya terutama pada kawasan Perkotaan Bojonegoro,
pengembangan untuk perumahan dan permukiman diarahkan di Kecamatan Bojonegoro,
Kecamatan Dander, dan Kecamatan Kapas. Ketiga kecamatan ini berada pada pusat wilayah
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐2
LAPORAN AKHIR
VI‐33
VI‐33
Kabupaten Bojonegoro dimana terdapat pemusatan kegiatan serta adanya pelayanan fasilitas
dan utilitas yang baik.
2. Arahan perumahan menurut RTRW Kabupaten Bojonegoro yaitu :
a. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari
bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan mempunyai akses untuk
kesempatan berusaha;
b. Kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan permukiman dapat memberikan
manfaat yaitu 1) Meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunakan
prasarana dan sarana permukiman; 2) Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas
sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; 3) Tidak mengganggu fungsi
lindung; 4) Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam; 5) Meningkatkan
pendapatan masyarakat; 6) Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah; 7)
Menyediakan kesempatan kerja; 8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
3. Perumahan yang dikembangkan oleh developer (real estate) diarahkan berada pada kawasan
Perkotaan Bojonegoro, sedangkan perumahan individu pengembangannya diarahkan di
seluruh wilayah Bojonegoro baik pada kawasan perkotaan maupun pada kawasan perdesaan
dengan memperhatikan lokasi perumahan dan permukiman agar tidak berada pada kawasan
lindung maupun kawasan pertanian tanaman pangan berkelanjutan.
4. Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan perdesaan pada dataran tinggi
diarahkan agar membentuk suatu cluster dengan pembatasan pengembangan permukiman
pada kawasan lindung. Cluster‐cluster perumahan dan permukiman ini diarahkan mendekati
lokasi tempat bekerja untuk mempermudah akses, dimana pada umumnya tempat bekerja
pada kawasan perdesaan kawasan pertanian. Namun yang perlu diperhatikan adalah
pembatasan pengembangan pada kawasan lahan pertanian khususnya lahan pertanian
pangan berkelanjutan, sehingga konversi terhadap lahan pertanian tanaman pangan dapat
dihindari. Kawasan ini berada di Kecamatan Gondang, Kecamatan Temayang, Kecamatan
Bubulan, Kecamatan Ngambon, dan Kecamatan Sekar.
7.1.1. Kondisi Eksisting
Data kondisi eksisting kawasan kumuh sangatlah penting untuk pencapaian target nasional
tanpa permukiman kumuh pada tahun 2019. Sebagai upaya untuk mendukung target tersebut,
diperlukan data kawasan kumuh di Kabupaten Bojonegoro sebagai baseline perencanaan
pembangunan kawasan permukiman yang sehat. Kabupaten Bojonegoro masih belum memiliki SK
Bupati tentang penetapan lokasi kawasan kumuh serta peningkatan kualitasnya. Data kawasan
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐3
LAPORAN AKHIR
VI‐44
VI‐44
kumuh berasal dari hasil kajian dan penelitian oleh konsultan yang dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan kriteria dan ketentuan terkait. Data kawasan kumuh di Kabupaten Bojonegoro dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
1
Tabel 7. 1 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Bojonegoro Tahun 2016
Luas Area
Luas Kawasan % Luas Kawasan
Kecamatan
Lokasi Kawasan Kumuh
Terbangun
Kumuh (Ha)
Kumuh
Ngraho
1100
0
0
2
Tambakrejo
3
Ngambon
4
Ngasem
5
Bubulan
6
No
0
0
222
0
0
2707
0
0
240
0
0
Dander
636
0
0
7
Sugihwaras
727
0
0
8
Kedungadem
2087
0
0
9
Kepohbaru
4443
0
0
10
Baureno
2619
0
0
11
Kanor
779
0
0
12
Sumberrejo
1085
0
0
13
Balen
1167
0
0
14
Kapas
1283
0
0
15
Bojonegoro
997
RT 20 Karangpacar
3,81
0,013
RT 4 Jetak
1,79
0,006
RT 5 Jetak
0,35
0,001
RT 8 Klangon
1,71
0,006
RT 1 RW 1 Karangpacar
1,67
0,006
RT 1 RW 1 Ledok Wetan
0,49
0,002
RT 2 RW 2 Ledok Kulon
1,35
0,005
RT 13 RW 3 Kadipaten
0,63
0,002
RT 2 RW 4 Ledok Kulon
1,72
0,006
1424
16
Kalitidu
905
0
0
17
Malo
477
0
0
18
Purwosari
494
0
0
19
Padangan
642
0
0
20
Kasiman
493
0
0
21
Temayang
593
0
0
22
Margomulyo
1071
0
0
23
Trucuk
782
0
0
24
Sukosewu
683
0
0
25
Kedewan
201
0
0
26
Gondang
516
0
0
27
Sekar
681
0
0
28
Gayam
895
0
0
13,52
0,045
Total
29949
Sumber : Hasil Survey 2015
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐4
LAPORAN AKHIR
VI‐55
VI‐55
Kawasan kumuh di Kabupaten Bojonegoro sebagian besar berada di kawasan perkotaan
Bojonegoro. Hal ini dikarenakan kawasan perkotaan Bojonegoro cenderung memiliki kepadatan
penduduk tinggi dan pengelolaan lingkungan permukiman yang kurang sehat, utamanya di area
perkampungan. Variabel ini yang dapat menjadikan kriteria kawasan kumuh berada di kawasan
perkotaan Bojonegoro. Permukiman kumuh yang sedimikian luas sebesar 13,52 ha masih
membutuhkan perhatian dan upaya ekstra dari pemerintah maupun kesadaran warga sekitar untuk
menciptakan lingkungan permukiman yang sehat. Pengurangan kawasan kumuh dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain program bedah kampung, program kampung deret, program
pembangunan rusunawa, dan sebagainya.
Permasalahan permukiman di kawasan perdesaan pada umumnya adalah rumah tidak layak
huni atau rumah tidak permanen yang disertai dengan kurangnya sarana air bersih dan sanitasi,
namun kondisi lingkungannya masih bersih dan sehat. Pemecahan masalah permukiman di
perdesaan dapat dilakukan dengan cara perbaikan/rehabilitasi dan pembangunan baru permukiman
yang tidak layak huni serta penyediaan jaringan jalan, drainase lingkungan, sarana air bersih dan
sanitasi. Program ini sudah sering diberikan oleh pemerintah kepada warga berupa perbaikan dan
pembangunan rumah baru. Program ini terbukti efektif dengan semakin berkurangnya rumah tidak
layak huni di Kabupaten Bojonegoro dari tahun ke tahun.
Kabupaten Bojonegoro memiliki potensi rawan bencana banjir dan tanah longsor. Bencana
banjir datang disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah debit air yang mengalir di Sungai
Bengawan Solo melebihi ambang batas normal sehingga permukiman penduduk yang dekat dengan
bibir sungai menjadi terendam dan tergenang air. Kondisi topografi Bojonegoro yang membentuk
cekungan di bagian tengah menyebabkan wilayah tengah dan dekat dengan Sungai Bengawan Solo
rawan terjadi bencana banjir. Kabupaten Bojonegoro juga rawan terjadi bencana tanah longsor
terutama untuk wilayah selatan yang memiliki topografi relatif curam. Di kawasan ini masih
terdapat permukiman penduduk. Pada musim hujan biasanya terjadi bencana tanah longsor dimana
mengakibatkan rumah penduduk tergerus oleh material longsoran tanah. Permukiman di daerah
rawan bencana ini perlu penanganan yang antisipatif dan kewaspadaan. Perlu ada regulasi yang
mengatur jarak minimal yang diperbolehkan membangun rumah/bangunan lainnya terhadap area
potensi bencana.
7.1.2. Permasalahan dan Tantangan
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bojonegoro
antara lain:
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐5
LAPORAN AKHIR
VI‐66
VI‐66
Kawasan‐kawasan permukiman yang terdapat di lahan‐lahan ilegal dengan kondisi
lingkungannya yang tidak sehat (berindikasi kumuh), antara lain adalah di sekitar rel
Kereta Api di Kecamatan Bojonegoro, dan di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo;
Dampak permukiman di sempadan Sungai Bengawan Solo yaitu meliputi banjir, longsor,
pencemaran sungai karena pembuangan sampah, dan pencemaran sungai karena air
limbah penduduk yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem;
Masih terdapat angka kemiskinan dan banyak penduduk yang tinggal di rumah tidak layak huni
sehingga munculnya permukiman yang cenderung kumuh;
Pada kawasan tertentu kepadatan penduduk cukup tinggi dan keterbatasan sarana
prasarana pendukung khususnya sanitasi dan air bersih serta fasilitas publik yaitu ruang
terbuka;
Alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman untuk pengembangan kebutuhan
permukiman;
Backlog dan pertumbuhan permintaan rumah yang besar;
Terbatasnya akses MBR untuk rumah layak huni;
Belum mantapnya kelembagaan dalam penyelenggaraan perumahan;
Lemahnya komitmen pemerintah dalam pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman skala besar;
Belum memadainya penyediaan prasarana dan sarana dasar;
Belum terintegrasinya pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dengan
sistem jaringan prasarana perkotaan.
Tantangan yang ada dalam pengembangan permukiman di Kabupaten Bojonegoro antara
lain:
Keberadaan perumahan dan permukiman yang berada di Sempadan Sungai Bengawan Solo
yang rawan berpotensi bencana mengakibatkan rumah penduduk selalu direndam banjir jika
turun hujan dan debit air sungai naik.
Kepadatan penduduk yang tinggi pada permukiman yang padat memunculkan kerawanan
kebakaran
Permukiman kepadatan tinggi yang menimbulkan masalah sanitasi.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐6
LAPORAN AKHIR
VI‐77
VI‐77
Tabel 7. 2 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
No.
Permasalahan yang
Dihadapi
Tantangan Pengembangan
Alternatif Solusi
Aspek Teknis
Masih banyaknya rumah yang belum Bertambahnya jumlah penduduk
memiliki sarana dan prasarana sesuai akan mempengaruhi jumlah
standar
rumah. Sehingga akan membuat
daerah permukiman menjadi
padat
Aspek Kelembagaan
Belum ada lembaga khusus yang
Pembuatan Badan khusus yang
menangani permukiman, saat ini
menangani sektor permukiman
masih menjadi satu dengan Dinas
PU dan Bappeda
1
2
3
Aspek Pembiayaan
Terbatasnya dana yang berasal
dari APBD
4
Aspek Peran Serta
Masyarakat / Swasta Masih
minimnya peran serta
masyarakat. Sedangkan peran
swasta masih terbatas dalam
bentuk CSR
5
Aspek Lingkungan
Permukiman
Masih banyaknya lingkungan yang
terlalu padat dan tidak dilengkapi
dengan sanitasi yang mencukupi
sehingga terkesan menjadi kawasan
kumuh
Perlunya perbaikan kampung
yaitu
pembuatan
saluran
lingkungan,
Peningkatan kemampuan SDM,
penambahan jumlah SDM atau
pembentukan badan khusus
(satgas, unit kerja) yang
menangani
pengembangan
permukiman
Kebutuhan dana yang sangat
besar untuk pengembangan
permukiman
Mengoptimalkan sumber dana
lainnya misalnya APBN, APBD
Provinsi,
masyarakat,
komunitas/ kelompok, dan
swasta
Mendorong dan meningkatkan
peran serta masyarakat dan
swasta di dalam pengembangan
permukiman
Dengan aspek lingkungan yang
terbatas, sedangkan jumlah
penduduk semakin bertambah,
maka akan meningkatkan
kebutuhan akan permukiman
dan prasarananya
Mengajak masyarakat dan pihak
swasta di dalam pengembangan
permukiman yang ada dengan
memberikan stimulus kepada
investor lokal (developer) untuk
melakukan
pengembangan
berbasis program pemerintah
Perbaikan lingkungan sekitar
permukiman
sehingga
permukiman yang ada menjadi
nyaman
dan berkelanjutan. Misalnya
menata,
mengelola,
dan
melestarikan kawasan tepi
sungai menjadi kawasan yang
menarik untuk dikunjungi
Sumber : Hasil Analisis
7.1.3. Sasaran Program Pengembangan Permukiman
Tipologi kawasan perkotaan yang biasanya memiliki kepadatan tinggi sangat berbanding
terbalik dengan kawasan perdesaan. Hal ini yang mendasari bagaimana program pengembangan
kawasan permukiman pada kawasan perkotaan berbeda dengan pengembangan kawasan pada
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐7
LAPORAN AKHIR
VI‐88
VI‐88
perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman kawasan perkotaan Kabupaten Bojonegoro terdiri
dari:
1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan permukiman baru dan
Rusunawa;
2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH;
3) Peningkatan prasarana dan sarana perumahan;
4) Peningkatan/penataan lingkungan.
Program pengembangan pada kawasan perdesaan disesuaikan dengan kondisi isu strategis
yang muncul di kawasan perdesaan tersebut. Pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:
1) Pengembangan berpijak pada wilayah yang sudah ada;
2) Peningkatan kualitas lingkungan;
3) Perbaikan kondisi rumah;
4) Pemenuhan sarana dan prasarana permukiman;
5) Penataan lingkungan.
Sasaran program dan kegiatan diperlukan untuk mengetahui daerah atau lokasi kawasan
mana yang akan mendapatkan alokasi anggaran pengembangan permukiman. Tipologi kawasan yang
menjadi sasaran program pengembangan kawasan permukiman dibagi menjadi 3 yaitu kawasan
kumuh perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus (rawan
bencana). Pengembangan kawasan permukiman pada ketiga tipologi kawasan tersebut ditentukan
luasan lokasi yang disasar setiap tahun. Selanjutnya ditunjukan oleh tabel berikut ini.
Tabel 7. 3 Sasaran Program Pengembangan Kawasan Permukiman di Kabupaten Bojonegoro
No
Uraian Sasaran Program
Total
Luas kawasan
(1)
(2)
I
II
III
Kawasan Kumuh Perkotaan
Kawasan Permukiman Perdesaan
Kawasan Permukiman Khusus
(Rawan Bencana)
Sumber : Hasil Analisis
Sasaran Program
Tahun
Tahun
2019
2020
(6)
(7)
(3)
Tahun
2017
(4)
Tahun
2018
(5)
Tahun
2021
(8)
13,52 Ha
175 Ha
3 Ha
35 Ha
4 Ha
35 Ha
4 Ha
35 Ha
2,52 Ha
35 Ha
0 Ha
35 Ha
15 Ha
3 Ha
3 Ha
3 Ha
3 Ha
3 Ha
Sasaran kawasan program pengembangan kawasan permukiman adalah kawasan kumuh
perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan rawan bencana. Kawasan kumuh
perkotaan di Kabupaten Bojonegoro saat ini sekitar 13,52 hektar (hasil kajian dan penelitian Dinas PU
Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur). Kawasan kumuh ini semuanya berada di
Kecamatan Bojonegoro. Kawasan kumuh yang sedimikian luas akan ditangani secara bertahap
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐8
Ket
(9)
LAPORAN AKHIR
VI‐99
VI‐99
selama 5 tahun. Pada tahun 2017, kawasan kumuh yang akan ditangani seluas 3 hektar. Tahun 2018
dan 2019 kawasan kumuh yang akan ditangani masing‐masing 4 hektar. Sisanya yaitu sekitar 2,52
hektar akan ditangani pada tahun 2020 sehingga diharapkan pada tahun 2021 tidak ada lagi kawasan
kumuh perkotaan di Kabupaten Bojonegoro. Hal ini sejalan dengan pencapaian target universal akses
100‐0‐100.
Penanganan kawasan permukiman perdesaan adalah perbaikan rumah yang tidak layak huni,
pembangunan rumah baru, beserta jaringan jalan dan drainase lingkungan permukiman. Rumah yang
tidak layak huni di Kabupaten Bojonegoro diperkirakan kurang lebih 25.000 unit. Dengan asumsi
setiap rumah memiliki luas sekitar 70 m2 maka luas kawasan permukiman perdesaan yang akan
ditangani seluas 175 hektar. Penanganan kawasan permukiman perdesaan dilakukan secara bertahap
35 hektar/tahun selama 5 tahun.
Kabupaten Bojonegoro diindikasikan mempunyai potensi rawan bencana banjir dan tanah
longsor. Bencana banjir umumnya berada di daerah yang dialiri oleh Sungai Bengawan Solo. Daerah
yang terdampak bencana banjir biasanya di Kecamatan Padangan, Kecamatan Malo, Kecamatan
Kalitidu, Kecamatan Trucuk, Kecamatan Bojonegoro, Kecamatan Kapas, Kecamatan Sumberrejo,
Kecamatan Kanor, dan Kecamatan Baureno. Bencana tanah longsor biasanya melanda wilayah
Kecamatan Gondang, Kecamatan Sekar, Kecamatan Tambakrejo, Kecamatan Ngambon, Kecamatan
Margomulyo, Kecamatan Kedewan, dan Kecamatan Malo. Luas kawasan rawan bencana keseluruhan
di Kabupaten Bojonegoro diperkirakan sekitar 15 hektar. Upaya penanganan permukiman di kawasan
rawan bencana dilakukan secara bertahap selama 5 tahun. Penanganan permukiman di kawasan
rawan bencana hanya bersifat antisipatif dan perbaikan rumah yang rusak akibat bencana.
7.1.4. Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis
kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Program
pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan prioritas akan dirumuskan berdasarkan
kebutuhan dan kapasitas penanganan.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐9
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
Tabel 7. 4 Kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Permukiman
Rencana Program
No.
Kawasan Permukiman
Luas
Kawasan
1
2
3
I
Tahun
2017
Tahun
2018
Tahun
2019
Tahun
2020
Tahun
2021
Ket
4
5
6
7
8
9
Kawasan Kumuh Perkotaan
1. Kawasan RT 20 Karangpacar
3,81 Ha
0,85 Ha
1,13 Ha
1,13 Ha
0,71 Ha
0
2. Kawasan RT 4 Jetak
1,79 Ha
0,40 Ha
0,53 Ha
0,53 Ha
0,33 Ha
0
3. Kawasan RT 5 Jetak
0,35 Ha
0,08 Ha
0,10 Ha
0,10 Ha
0,07 Ha
0
4. Kawasan RT 8 Klangon
1,71 Ha
0,38 Ha
0,51 Ha
0,51 Ha
0,32 Ha
0
5. Kawasan RT 1 RW 1 Karangpacar
1,67 Ha
0,37 Ha
0,49 Ha
0,49 Ha
0,31 Ha
0
6. Kawasan RT 1 RW 1 Ledok Wetan
0,49 Ha
0,11 Ha
0,14 Ha
0,14 Ha
0,09 Ha
0
7. Kawasan RT 2 RW 2 Ledok Kulon
1,35 Ha
0,30 Ha
0,40 Ha
0,40 Ha
0,25 Ha
0
8. Kawasan RT 13 RW 3 Kadipaten
0,63 Ha
0,14 Ha
0,19 Ha
0,19 Ha
0,12 Ha
0
9. Kawasan RT 2 RW 4 Ledok Kulon
1,72 Ha
0,38 Ha
0,51 Ha
0,51 Ha
0,32 Ha
0
II
Kawasan Permukiman Perdesaan
1. Kawasan Perdesaan Balen
6,82 Ha
0,65
1,54
1,54
1,54
1,54
2. Kawasan Perdesaan Baureno
15,3 Ha
5,00
2,58
2,58
2,58
2,58
3. Kawasan Perdesaan Bojonegoro
5,83 Ha
0,55
1,32
1,32
1,32
1,32
4. Kawasan Perdesaan Bubulan
1,4 Ha
0,13
0,32
0,32
0,32
0,32
5. Kawasan Perdesaan Dander
3,72 Ha
0,35
0,84
0,84
0,84
0,84
6. Kawasan Perdesaan Gayam
5,23 Ha
0,49
1,18
1,18
1,18
1,18
7. Kawasan Perdesaan Gondang
3,02 Ha
0,29
0,68
0,68
0,68
0,68
8. Kawasan Perdesaan Kalitidu
5,29 Ha
0,50
1,20
1,20
1,20
1,20
9. Kawasan Perdesaan Kanor
4,55 Ha
0,43
1,03
1,03
1,03
1,03
10. Kawasan Perdesaan Kapas
7,5 Ha
0,71
1,70
1,70
1,70
1,70
11. Kawasan Perdesaan Kasiman
2,88 Ha
0,27
0,65
0,65
0,65
0,65
12. Kawasan Perdesaan Kedewan
1,17 Ha
0,11
0,27
0,27
0,27
0,27
13. Kawasan Perdesaan Kedungadem
12,19 Ha
5,00
1,80
1,80
1,80
1,80
14. Kawasan Perdesaan Kepohbaru
25,96 Ha
10,00
3,99
3,99
3,99
3,99
15. Kawasan Perdesaan Malo
2,79 Ha
0,26
0,63
0,63
0,63
0,63
16. Kawasan Perdesaan Margomulyo
6,26 Ha
0,59
1,42
1,42
1,42
1,42
17. Kawasan Perdesaan Ngambon
1,3 Ha
0,12
0,29
0,29
0,29
0,29
18. Kawasan Perdesaan Ngasem
15,82 Ha
5,00
2,70
2,70
2,70
2,70
19. Kawasan Perdesaan Ngraho
6,43 Ha
0,61
1,45
1,45
1,45
1,45
20. Kawasan Perdesaan Padangan
3,75 Ha
0,35
0,85
0,85
0,85
0,85
21. Kawasan Perdesaan Purwosari
2,89 Ha
0,27
0,65
0,65
0,65
0,65
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐10
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
22. Kawasan Perdesaan Sekar
3,98 Ha
0,38
0,90
0,90
0,90
0,90
23. Kawasan Perdesaan Sugihwaras
4,25 Ha
0,40
0,96
0,96
0,96
0,96
24. Kawasan Perdesaan Sukosewu
3,99 Ha
0,38
0,90
0,90
0,90
0,90
25. Kawasan Perdesaan Sumberrejo
5,34 Ha
0,60
1,44
1,44
1,44
1,44
26. Kawasan Perdesaan Tambakrejo
8,32 Ha
0,79
1,88
1,88
1,88
1,88
27. Kawasan Perdesaan Temayang
3,47 Ha
0,33
0,78
0,78
0,78
0,78
28. Kawasan Perdesaan Trucuk
4,57 Ha
0,43
1,03
1,03
1,03
1,03
III
Kawasan Permukiman Khusus
1. Kawasan Bencana Banjir
9 Ha
1,8 Ha
1,8 Ha
1,8 Ha
1,8 Ha
1,8 Ha
2. Kawasan Bencana Tanah Longsor
6 Ha
1,2 Ha
1,2 Ha
1,2 Ha
1,2 Ha
1,2 Ha
Sumber : Hasil Analisis
Pengembangan kawasan permukiman dibagi menjadi 3 tipologi yaitu kawasan kumuh
perkotaan, kawasan permukiman perdesaan, dan kawasan permukiman khusus. Seperti yang telah
dijelaskan pada sasaran program pengembangan kawasan permukiman, untuk mencapai target
universal akses penanganan kawasan kumuh dilakukan secara bertahap setiap tahun. Target capaian
program masing‐masing lokasi kawasan kumuh dapat dilihat pada tabel di atas. Untuk peningkatan
kualitas permukiman kumuh ini dibutuhkan program dan kegiatan alternatif diantaranya adalah
pembangunan rusunawa, peningkatan kualitas jalan lingkungan, pembangunan drainase lingkungan,
dan penyediaan sanitasi dasar. Perlakuan program dan kegiatan pada setiap lokasi kawasan berbeda‐
beda tergantung kondisi lingkungannya.
Program pengembangan kawasan permukiman perdesaan yang dapat dilakukan adalah
peningkatan kualitas/rehabilitasi rumah, pembangunan rumah baru, peningkatan jalan lingkungan,
pembangunan drainase lingkungan. Kegiatan ini dilakukan secara bertahap selama 5 tahun ke depan.
Wilayah yang menjadi prioritas tentunya yang memiliki rumah tidak layak huni terbanyak serta
mempunyai kawasan potensial yang dapat berkembang. Pada tahun awal akan diprioritaskan pada
Kecamatan Kepohbaru, Baureno,Ngasem, dan Kedungadem. Selanjutnya kawasan permukiman
perdesaan di seluruh kecamatan akan ditangani secara merata.
Permukiman khusus diperuntukkan bagi daerah rawan bencana baik itu banjir maupun tanah
longsor. Daerah rawan banjir diperkirakan seluas 9 hektar dan rawan longsor sekitar 6 hektar. Luas
daerah bencana ini hanya untuk kawasan permukiman saja tidak termasuk kawasan pertanian dan
peruntukkan lainnya. Upaya pencegahan bencana dilakukan dengan cara pembangunan
talud/bronjong/plengsengan di lokasi yang diperkirakan menjadi sumber bencana. Upaya perbaikan
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya rehabilitasi rumah, perbaikan kualitas jalan, pembuatan
talud/bronjong di tebing atau di tepi sungai, dan pemulihan infrastruktur yang rusak. Untuk kasus
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐11
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
bencana alam yang ekstrim dapat dilakukan pembangunan kawasan permukiman korban bencana.
Meskipun hal ini tidak pernah terjadi di Kabupaten Bojonegoro.
Tabel 7. 5 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Perkotaan
No.
Uraian
Unit
Tahun
2017
Tahun
2018
Tahun
2019
Tahun
2020
Tahun
2021
Keterangan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1.450.889
62.889
2,3
1.472.550
63.828
2,1
1.498.300
64.944
2,1
1.523.324
66.029
1,9
1.548.265
67.110
1,7
25.000
5
25.000
4
25.000
3
25.000
3
25.000
2
1
2
3
Jumlah Penduduk
Jiwa
Kepadatan Penduduk Jiwa/km
Jiwa/km
Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin
Kebutuhan RSH
Unit
Kebutuhan
Kws
Pengembangan
Permukiman Baru
Sumber : Hasil Analisis
Dander,
Campurejo
Tabel 7. 6 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman Perdesaan
No.
Uraian
Unit
(1)
(2)
1
2
3
4
(3)
Tahun
2017
(4)
Tahun
2018
(5)
Tahun
2019
(6)
Tahun
2020
(7)
Tahun
2021
(8)
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin
Jiwa
Jiwa/km
Jiwa/km
1.450.889
62.889
2,3
1.472.550
63.828
2,1
1.498.300
64.944
2,1
1.523.324.
66.029
1,9
1.548.265
67.110
1,7
Desa Potensial untuk
Agropolitan
Desa Potensial untuk
Minapolitan
Kawasan Rawan
Bencana
Desa
1
1
1
1
1
Desa
1
1
1
1
1
Kws
1
1
1
1
1
Keterangan
(9)
Kawasan
Tepi B Solo
Sumber : Hasil Analisis
7.1.5. Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman
Pembiayaan pengembangan permukiman berasal dari dana pemerintah dan dana non
pemerintah. Dana pemerintah berasal dari APBN, APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten. Selain itu
ada pula dana pembiayaan dari perusahaan swasta, CSR, dan swadaya masyarakat. Dalam
pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasi
anggaran pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan
swasta (KPS, CSR).
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐12
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
Tabel 7. 7 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Bojonegoro
No. Output
Indikator Output
Rincian
(1) (2)
(3)
(4)
Lokasi
Satuan
Vol
(5)
(6)
Sumber Dana
APBD Prov
APBD Kab
APBN
Rp Murni
(8)
(7)
Tahun
PHLN
(9)
(10
(11)
Masya
rakat
Swas
ta
CSR
2017
2018
2019
2020
2021
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
Kegiatan: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Dalam Pengembangan Permukiman
1
2
PERATURAN PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN
Jumlah NSPK Bid
Pengembangan Permukiman
1a Penyusunan NSPK,
Legalisasi
Draft NSPK
PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN/PENYEDIAAN
INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN
KAWASAN PERDESAAN POTENSIAL
Jumlah kawasan yang tertata
bangunan dan lingkungannya
1
NSPK
250.000.000
2a
Kegiatan Pembangunan
Infrastruktur Penunjang
Agropolitan
Kalitidu
1
Kwsn
515.000.000
√
2b
Kegiatan Pembangunan
Infrastruktur Penunjang
Agropolitan
Dander
1
Kwsn
1.203.000.000
√
2c
Kapas
1
Kwsn
2.321.750.000
3
Kegiatan Pembangunan
Infrastruktur Penunjang
Agropolitan
PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN/PEMBANGUNAN
PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR
PERDESAAN
Jumlah Desa yang terbangun
infrastruktur jalan lingkungan
3a
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kepohbaru
1
Desa
328.125.000
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
√
234.375.000
VII‐13
375.000.000
√
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
No. Output
Indikator Output
Rincian
(1) (2)
(3)
(4)
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Lokasi
Vol
Satuan
Tahun
Masya
rakat
Swas
ta
CSR
2017
2018
2019
2020
2021
(6)
1
(7)
Desa
Sumberrejo
1
Desa
753.375.000
538.125.000
861.000.000
√
Ngasem
1
Desa
328.125.000
234.375.000
375.000.000
√
Kapas
1
Desa
322,875.000
230.625.000
369.000.000
√
Temayang
1
Desa
328.125.000
234.375.000
425.000.000
√
Trucuk
1
Desa
328.125.000
234.375.000
475.000.000
√
Bojonegoro
1
Desa
322.875.000
230.625.000
369.000.000
√
Kedewan
1
Desa
218.750.000
156.250.000
250.000.000
√
Kdungadem
1
Desa
218.750.000
156,250.000
350.000.000
√
Malo
1
Desa
350.000.000
275.000.000
500.000.000
√
Ngraho
1
Desa
218.750.000
156.250.000
350.000.000
√
Sukosewu
1
Desa
765.625.000
546.875.000
875.000.000
√
Sekar
1
Desa
328.125.000
234.375.000
375.000.000
√
Gondang
1
Desa
328.125.000
234.375.000
425.000.000
√
Sugihwaras
1
Desa
328.125.000
234.375.000
475.000.000
√
Kasiman
1
Desa
328.125.000
234.375.000
375.000.000
√
Tambakrejo
1
Desa
322.875.000
230.625.000
369.000.000
√
Margomlyo
1
Desa
215.250.000
153.750.000
246.000.000
√
(5)
Kalitidu
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
Sumber Dana
APBD Prov
APBD Kab
APBN
Rp Murni
(8)
218.750.000
PHLN
(9)
(10
156.250.000
(11)
250.000.000
√
VII‐14
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
No. Output
Indikator Output
Rincian
(1) (2)
(3)
(4)
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Jalan Lingkungan
3b
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
Kegiatan Pembangunan
Drainase Lingkungan
TOTAL
Lokasi
Vol
Satuan
Sumber Dana
APBD Prov
APBD Kab
Swas
ta
CSR
2017
2018
2019
2020
2021
(6)
1
(7)
Desa
Padangan
1
Desa
656.250.000
468.750.000
750.000.000
Kepohbaru
1
Desa
1.260.000.000
900.000.000
1.440.000.000
√
Ngringinrejo
1
Desa
1.260.000.000
900.000.000
1.020.000.000
√
Dander
1
Desa
5.000.000.000
2.250.000.000
10.000.000.000
√
Sumberejo
1
Desa
1.610.000.000
1.150.000.000
1.840.000.000
√
Kapas
1
Desa
1.207.500.000
862.500.000
1.380.000.000
√
Bojonegoro
1
Desa
1.207.500.000
862.500.000
1.380.000.000
√
Bubulan
1
Desa
892.500.000
637.500.000
1.020.000.000
Ngraho
1
Desa
5.000.000.000
2.250.000.000
10.000.000.000
√
Sukosewu
1
Desa
892.500.000
637.500.000
1.020.000.000
√
Sekar
1
Desa
595.000.000
425.000.000
680.000.000
√
Gondang
1
Desa
367.500.000
262.500.000
420.000.000
√
Kasiman
1
Desa
892.500.000
637.500.000
1.020.000.000
√
Tambakrejo
1
Desa
866.250.000
618.750.000
990.000.000
√
Balen
1
Desa
1.443.750.000
1.031.250.000
1.650.000.000
√
Padangan
1
Desa
1.470.000.000
1.050.000.000
1.680.000.000
√
35.033.375.000
19.486.093.750
44.367.000.000
(5)
Balen
PHLN
(9)
(10
461.250.000
(11)
738.000.000
√
√
Sumber : Hasil Analisis
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
Tahun
Masya
rakat
APBN
Rp Murni
(8)
645.750.000
VII‐15
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
√
(18)
(19)
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan
di perkotaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan
bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang‐undang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat
bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah
kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan
pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan
dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang
dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara
tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan
administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi
adalah :
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan
keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan
oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur
bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan
bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No.
28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang
meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga
diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang
peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐16
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran
masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini
ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian
pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL,
maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa
RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi
kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan
bencana, serta kawasan gabungan dari jenis‐jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang
disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator
pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta
sektor‐sektornya.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga
terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi :
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan pemukiman
kumuh;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman
tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021
VII‐17
LAPORAN AKHIR
VI‐
VI‐
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;
Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
Pelatihan teknis.
7.2.1. Kondisi Eksisting
Bangunan‐bangunan di Kabupaten Bojonegoro secara umum saat ini diarahkan kepada
penataan sesuai dengan fungsi kawasan yang telah direncanakan, baik untuk kegiatan perdagangan,
perindustrian, perkantoran, permukiman, pendidikan dan kegiatan lainnya sesuai dengan produk
rencana tata ruang yang telah disusun dan disahkan menjadi Perda.
Secara umum p