Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

  7 Bab Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  Pemerintah Kabupaten Padang Lawas berkewajiban memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Hal ini dikarenakan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Pengembangan permukiman pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan di wilayah Kabupaten Padang Lawas yang layak huni (liveable), aman, nyaman, damai, sejahtera dan berkelanjutan. Alasan utama adalah banyak terdapat masyarakat yang belum mengenal rumah sehat. Hal ini disebabkan karena daerah

  • – daerah kampung yang sangat jauh dan terpencil, sulit dijangkau, dengan prasarana transportasi yang terbatas. Pengembangan permukiman dapat meliputi pembangunan sarana dan prasarana dasar suatu permukiman, pembangunan perumahan RSH khususnya bagi warga yang berpenghasilan rendah. Selain itu aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola,

7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman

  Pola permukiman di Kabupaten Padang Lawas pada umumnya dikembangkan dengan pola linier dan mengelompok mengikuti jaringan jalan utama. Pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Padang Lawas saat ini diarahkan pada pengembangan perumahan dan permukiman pada masyarakat lokal yang berada di daerah pinggiran dengan pendapatan atau penghasil yang rendah. Sesuai dengan arahan kebijakan Ranperda RTRW Kabupaten Padang Lawas yang terkait pengembangan permukiman, Kawasan permukiman merupakan ruang yang diperuntukan bagi pengelompokan permukiman penduduk termasuk didalamnya sarana dan prasarana kegiatan sosial ekonomi bagi penduduk dengan dominasi kegiatan usaha non-pertanian. Kawasan ini dapat berupa permukiman perkotaan maupun pedesaan. Kawasan permukiman dikembangkan pada kawasan dengan kriteria sebagai berikut:

  Aksesibilitas yang baik -

  • Berada dengan pusat kegiatan/terkait dengan kawasan hunian yang sudah ada atau berkembang Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%); -
  • Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari; Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi); - Drainase baik sampai sedang; -
  • Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/ mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;
  • Tidak berada pada kawasan lindung;

  Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga; - masing-masing kota ibukota kecamatan tersebut lebih berkembang lagi ke arah yang lebih baik. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pola pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman perkotaan dikembangkan dengan pola linier dan mengelompok mengikuti jaringan jalan utama. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan dilakukan pada wilayah-wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi dan memiliki lokasi yang strategis.

  Luas kawasan yang tergolong kedalam permukiman kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Padang Lawas adalah lebih kurang 12.157 (duabelas ribu seratus lima puluh tujuh) Ha atau sekitar 3,13 % dari luas kawasan permukiman yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas. Wilayah yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan di kabupaten Padang Lawas yaitu :

  Kec. Barumun dengan luas 3.287,78 (tigaribu duaratus delapan puluh delapan) ha -

  • Kec. Barumun Tengah dengan luas 1.054,25 ha
  • Kec. Lubuk Barumun dengan luas 4.122,42 ha

  Kec. Sosa dengan luas 2.935,52 ha - Kec. Ulu Barumun dengan luas 756,66 ha. -

7.1.1.2. Permukiman Pedesaan

  Kawasan pedesaan berdasarkan sifat dan jenis kegiatan dapat diartikan sebagai suatu karakteristik unit wilayah yang masih bertumpu pada kegiatan pertanian, dimana penggunaan ruangnya masih bersifat ekstensif. Pemanfaatan bahan yang masih bersifat ekstensif ini tidak terlepas dari pengaruh kepadatan penduduk yang relatif rendah. Untuk kawasan permukiman pedesaan dikembangkan dengan pola mengelompok. Wilayah yang dikembangkan menjadi kawasan perrmukiman pedesaan

  • Kec. Sosa dengan luas 7.040,33 ha
  • Kec. Sosopan dengan luas 913,49
  • Kec. Ulu Barumun dengan luas 1.741,55 ha

7.1.1.3. Kawasan Rawan Bencana

  Kawasan-kawasan yang sudah menimbulkan bencana dan kawasan yang berpotensi menimbulkan bencana baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.Penentuan kawasan ini didasarkan oleh dua hal yaitu hasil analisis fisik lahan dan hasil observasi ke lapangan.Kriteria kawasan rawan bencana adalah daerah yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam.Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh beberapa lokasi mengalami bencana.Dalam konteks Kabupaten Padang Lawas, jenis bencana yang ada adalah banjir dan puting beliung. Bencana banjir yang terjadi karena di Kabupaten Padang Lawas banyak terdapat sungai dan letak permukiman yang berdekatan dengan sungai. Berikut ini kecamatan yang memiliki potensi bencana banjir yaitu:

  • Kec. BarumunKec. BarumunTengah
  • Kec. Batang Lubu Sutam - Kec. Sosa - Kec. Ulu Barumun Selain banjir, terdapat pula longsor seperti di kecamatan Barumun Tengah. Terhadap kawasan yang memiliki potensi bencana banjir tersebut rencana yang dilakukan adalah :
  • Pemeliharaan sempadan sungai sebagai buffer untuk mencegah banjir,
  • Revitalisasi sungai - Relokasi permukiman sekitar sungai yang terhindar dari bencana.

  Perlunya penyusunan rencana tata ruang untuk kebutuhan penataan dan pedoman - pembangunan perkotaan seperti seperti RDTR, RTBL, dan Masterplan Prasarana;

  • Pengembangan permukiman yang terkait dengan jaringan jalan di setiap perkotaan maka pembangunannya harus mengikuti rencana tata ruang yang ada sehingga sinkron dengan kebijakan pengembangan fisik perkotaan. Pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan yang memadai sebab saat ini - terlihat masih banyaknya kekurangan akan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan. Pola pengembangan perkotaan diarahkan pada pembentukan struktur ruang - perkotaan konsentrik atau linier sesuai dengan daya dukungnya

7.1.3. Pemetaan Kegiatan Cipta Karya Tahun 2011-2016

  Kegiatan Cipta Karya yang pernah dilaksanakan di Kab. Padang Lawas yang bersumber dari Dana APBN yaitu kegiatan Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Pedesaan (2015 dan 2016). Kegiatan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan (2015).

  

Gambar. 7….. Pemetaan Kegiatan CK Tahun 2011-2016

7.1.4. Sasaran Program

7.1.4.1. Sasaran dan Target Pencapaian Program PKP

  Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019 telah mengamanatkan berbagai arahan dan kebijakan sasaran Program Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang harus dicapai dalam masa 5 (lima) tahun kedepan. Adapaun strategi pelaksanaannya dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan utama yaitu :

  1. Menbangun Sistem;

  2. Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan); dan

  3. Memberdayakan Masyarakat Sasaran strategis terhadap ke tiga pendekatan tersebut secara umum direncanakan melalui dua kegiatan utama yaitu kegiatan fisik dan non fisik. Secara rinci sasaran startegis pelaksanaan kegiatan serta alur proses perencanaan terhadap program-program kegiatan Sektor Pengembangan Permukiman

  • –kegiatan seperti dijelaskan pada tabel dan alur program berikut:

Tabel 7.1. Sasaran Strategis Pelaksanaan Kegiatan Program PKP Tahun 2017

  Pendekatan Pelaksanaan Sasaran Strategis Kegiatan Pengembangan Permukiman Membangun Sistem Memberikan dukungan pembangunan sistem infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur Provinsi/Kab./Kota Rencana Induk/FS/DED

  Bangkim Kws. Perkotaan & Pusat Pertumbuhan Bangkim Kws. Khusus

  Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota Melakukan fasilitasi kepada pemerintah daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan

  Fasilitasi/Pendampingan: Penyusunan NSPK Fasilitasi Rencana Daerah Kawasan Permukiman Perkotaan melalui Permen PUPR Nomor 2/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh melalui tahapan-tahapan yaitu: 1.

  Penetapan Permukiman Kumuh sesuai Indikator Permukiman Kumuh; 2. Pencegahan Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ; 3. Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ;

  Adapun persyaratan teknis dalam Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan adalah sebagai berikut: a.

  Kriteria Umum 1.

  Kawasan Strategis Nasional (PKN, PKSN) 2. Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR (35 WPS) 3. Memiliki Perda RTRW 4. Memiliki Perda Bangunan Gedung 5. Tersedianya Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB)/dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan

6. Institusi pengelola pasca konstruksi (KPP) terkait serah terima asset b.

  Kriteria Khusus 1.

  Memiliki Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-KP/RP2KPKP)/ Sedang dalam proses penyusunan tahun 2016 2. Memiliki SK Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh 3. Memiliki Profil kawasan Kumuh 4. Memiliki Surat Pernyataan Minat untuk kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman

  Kumuh Perkotaan 5. Kesiapan dan kesediaan Lahan 6. Rencana aksi Penanganan dan Pemaketan serta Jadwal Pelaksanaan (Kurva-S) 7. Sudah ada Perencanaan : Masterplan, DED yang ditandatangani Dinas Teknis

Tabel 7.2. Program-Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Sesuai Renstra Ditjen. Cipta Karya Tahun 2015-2019 No Pola Penanganan Kumuh Definisi

  Kontribusi Program P2KKP/NSUP (269 kota/kab) NUSP (20 kota/kab) Reguler (106 kota/kab) Prioritas PU PR (30 kota)

  I PENCEGAHAN Pengawasan dan Pengendalian

  Kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis dan pemeriksaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Sosialisasi - - -

  Pemberdayaan Masyarakat Pelaksanaan melalui pendampingan dan pelayanan informasi

  Cap Building Pemda Cap.Building Masy. Penguatan Kelembagaan Baseline Data Perencanaan terpadu Cap Building Pemda

  Cap.Building Masy. Perencanaan terpadu

II PENINGKATAN KUALITAS

  Pemb. fisik tertier Kategori kumuh Ringan-sedang Penyiapan Masy.

  Pemb. fisik tertier Kategori kumuh Ringan-sedang Pemb. fisik Sekunder Kategori Kumuh Sedang- Berat Pemb. fisik Primer

  Pemugaran Perbaikan, pembangunan kembali menjadi permukiman layak huni Advocasi Pemda Penyiapan Masy.

  Advokasi Pemda Penyiapan Masy. Pemb. fisik tertier Kategori kumuh Ringan-sedang

  Penyiapan Masy. Pemb. fisik tertier Kategori kumuh Ringan-sedang

  Pemb. fisik Sekunder Kategori Kumuh Sedang- Berat Pemb. fisik Primer

  Kategori Kumuh Berat-Sedang Pemukiman kembali Pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana serta menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia (contoh: penyediaan Rusunawa)

  Advokasi Pemda Penyiapan Masy.

  Penyiapan Masy. Pemb. fisik sekunder-tertier Pemb. fisik Sekunder- tertier Pemb. fisik Primer

  III PENGELOLAAN dilakukan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan

  Cap Building Pemda Cap.Building Masy. Infrastruktur O & P Cap Building Pemda

  Cap.Building Masy. Infrastruktur O &P Serah terima & OP ke pemda Serah terima &

  OP ke pemda

  Kategori Kumuh Berat-Sedang Peremajaan Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat

  

B. Program Pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam Penanganan

Permukiman Kumuh

  Dalam upaya Penanganan Permukiman Kumuh tidak terlepas dari kegiatan pendampingan sebagai bagian kegiatan pelaksanaanya. Melalui program Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan (P2KKP), proses pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam Penanganan Permukiman Kumuh dilakukan melalui komponen-komponen program & kegiatan seperti dijelaskan pada skema alur program berikut:

Gambar 7.1. Komponen Program dan Alur Kegiatan P2KKP

C. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan

  Melalui Kementerian PPN/Bappenas, pemerintah telah menyiapkan Grand Design Pembangunan Perdesaan sebagai upaya pembangunan dan pengembangan desa-desa di seluruh Indonesia. Arahan kebijakan yang telah ditetapkan adalah melalui berbagai

  Terhadap sektor Pengembangan kawasan permukiman, program-program perdesaan tersebut akan mendukung upaya pemenuhan SPM Permukiman Untuk Desa-Desa Tertinggal dan penyediaan Permukiman yang Mendukung Pengembangan Desa Potensial (Desa Berkembang) sehingga grand strategy mempercepat pemenuhan SPM Permukiman serta kebutuhan infrastruktur yang mendukung pengembangan ekonomi kawasan dapat tercapai. Adapun sasaran strategis sebagai target nasional yang hendak dicapai adalah Peningkatan kualitas permukiman perdesaan seluas 78.384 Ha (pada kawasan perdesaan yang memiliki komoditi unggulan).

D. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus

  Sesuai Permen PUPR No.15 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, terhadap penanganan Kawasan Permukiman Khusus dilaksanakan melalui pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan permukiman khusus, yaitu melalui kawasan-kawasan :

  1. Kawasan Perbatasan;

  2. Kawasan Pulau-Pulau Kecil Terluar;

  3. Kawasan Pasca Bencana, dan 4. Kawasan Tertentu Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Perundang-Undangan.

  Identifikasi lokasi Kawasan Permukiman Khusus adalah sesuai regulasi serta peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya menurut tipplogi masing-masing jenis kawasan.

  

7.1.4.2. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU Penataan Ruang Sub. Bidang Cipta

Karya

  Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan penataan

  Kebutuhan penyediaan program sektor PKP di tingkat Kabupaten/Kota sesuai Ketentuan SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Sub. Bid Cipta Karya adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 7.3. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan Penataan Ruang di Tingkat Kab/Kota

  No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target Tahun 2019 Upaya Pencapaian Sub Bidang Cipta Karya

  1 Penangan Pemukiman Kumuh Perkotaan Berkurangnya permukiman kumuh di perkotaan persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan

  Ha 10 % Contoh - survey;- kuesioner; dll

  

Sumber : Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bid. PU dan Tata Ruang

7.1.4.3. Analisa Kebutuhan Program PKP

  A. Kebutuhan Penanganan Pembangunan Sesuai dengan kebijakan strategis Ditjen Cipta Karya, kebutuhan penanganan pembangunan kawasan permukiman dan infra-struktur permukiman di Kabupaten Padang Lawas diarahkan sesuai dengan isu-isu strategis daerah maupun nasional serta permasalahan yang ada pada masing-masing kawasan.

  B. Kriteria Teknis Perencanaan

  Kriteria-kriteria teknis perencanaan sektor PKP mengacu undang-undang, peraturan dan standar teknis perencanaan yang umum berlaku di Indonesia antara lain adalah:  UU No. 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.  UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.  UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup  UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang  UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

Tabel 7.4. Kriteria-kriteria Teknis Perencanaan Sektor PKP

  No. Deskripsi Standar Teknis

  1 Besaran standar minimal terhadap kepadatan kawasan: <200 jiwa/ha

  2 Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak bertingkat/jiwa: 9,6 m2

   Luas per-jiwa (dewasa) 4,8 m2

   Luas per-jiwa (anak anak)

  3 Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak bertingkat untuk 1 rumah tangga (5 jiwa/KK): 51 m2

  4 Kebutuhan luas kavling maksimum Rumah Sederhana maks. 113 m2 (perdesaan) maks. 102 m2 (perkotaan)

  4 Kebutuhan luas kavling Rumah Menengah 54 s/d 600 m2 Kebutuhan luas kavling Rumah Mewah 200 s/d 600 m2 Komposisi Kdb dan KDH: a. zona lindung; KDB maks. 0% dan KDH min. 100%;

  b. zona perdesaan; KDB maks. 20% dan KDH min. 80%;

  c. zona pinggiran kota; KDB maks. 30% dan KDH min. 70%;

  d. zona perkotaan; KDB maks. 50% dan KDH min. 50%;

  e. zona pusat kota; KDB maks. 60% dan KDH min. 40%;

  f. zona pusat metro; KDB maks. 70% dan KDH min. 30%; Persyaratan Lingkungan Hunian Berimbang (LHB) sesuai lokasi geografis (perkotaan peerdesaan): Analisis kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Padang Lawas dilakukan berdasarkan proyeksi jumlah dan pertambahan penduduk yamg membutuhkan rumah layak huni. Proyeksi Jumlah penduduk sesuai kategori wilayah adalah sebagai berikut:

Tabel 7.5. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017-2021 NO Kecamatan

  Tahun Dasar* (jiwa) Jumlah Penduduk (Jiwa) Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) Rata-rata Jiwa Per Rumah Tangga (KK) 2016 2017 2018 2019 2020 2021

  1 Sosopan 10.650 10.946 11.250 11.563 11.884 12.215 2,78 4,3959

  2 Ulu Barumun 16.259 16.713 17.180 17.660 18.153 18.661 2,79 4,5292

  3 Barumun 51.061 52.402 53.778 55.190 56.639 58.126 2,63 4,5153

  4 Barumun Selatan 7.863 8.040 8.221 8.406 8.596 8.790 2,25 4,3730

  5 Lubuk Barumun 18.785 19.262 19.750 20.252 20.766 21.293 2,54 4,2801

  6 Sosa 36.830 37.745 38.682 39.643 40.628 41.637 2,48 4,4276

  7 Batang Lubu Sutam 13.902 14.278 14.664 15.060 15.468 15.886 2,71 4,2291

  8 Hutaraja Tinggi 45.886 47.100 48.346 49.625 50.938 52.285 2,65 3,9808

  9 Huristak 22.949 23.511 24.086 24.676 25.279 25.898 2,45 4,4808

  10 Barumun Tengah 21.047 21.493 21.949 22.415 22.890 23.376 2,12 4,2158

  11 Aek Nabara Barumun 12.435 12.727 13.025 13.331 13.643 13.963 2,35 4,6020

  12 Sihapas Barumun 5.304 5.445 5.589 5.737 5.889 6.046 2,65 4,1799

  Kabupaten Padang Lawas 201.235 206.485 211.872 217.399 223.072 228.892 2,60 4,3414

  • : Proyeksi Akhir Tahun Sumber: Hasil Analisis,2016

7.2. SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

  Arahan penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan di Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

  Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Padang Lawas mengacu pada undang-undang dan peraturan, antara lain:

  1. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; 2.

  UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 3. PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

  4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Ruang Bangunan dan Lingkungan; 5. Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang

  Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; dan 6. Permen PU No. 8 Tahun 2010 tentang Lingkup Tugas dan Fungsi Direktoral PBL.

7.2.1. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1.1. Penggunaan Lahan

  Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan, telah terjadi penggunaan lahan yang melalui prosedur administrasi untuk kepentingan pembangunan lahan terbangun dan non-terbangun. Sebagian besar wilayah Kabupaten Padang Lawas masih didominasi oleh hutan, lahan budidaya pertanian, semak/belukar dan hanya sebagian kecil terdiri dari lahan- lahan yang terdegradasi. Kondisi hutan sebagian besar terdapat di kawasan pegunungan. Pada kawasan pegunungan sebagian besar terdapat pada daerah ketinggian dengan ekosistem dan pencipta iklim mikro (ekologis), sarana rekreasi, olahraga dan pelayanan umum (ekonomis), pembibitan, penelitian (edukatif), dan keindahan lansekap kota (estetis).

  Pemanfaatan lahan ruang terbuka non hijau lebih diarahkan pada kawasan ruang terbuka non hijau yang meliputi: ruang terbuka yang mengikuti rute jalan arteri primer dan kolektor primer; trotoar atau pedestrian yang berada di samping kiri kanan jalan, baik bagi masyarakat umum maupun penyandang cacat; ruang terbuka yang berada di depan, samping atau belakang bangunan publik dengan fungsi perkantoran, perdagangan dan jasa dan fungsi lainnya; dan ruang terbuka peruntukan area parkir, anjungan seperti: hall dan tempat bermain.

7.2.1.3. Kawasan Pariwisata di Kabupaten Padang Lawas

  Kawasan pariwisata adalah unit lahan yang merupakan tujuan manusia untuk berekreasi, beristirahat atau ada kegiatan yang menunjang bahkan mempunyai jasa pelayanan bagi pengunjungnya. Kawasan ini dapat berupa keadaan alam (danau, hutan, sumber air panas, gunung dan lain

  • – lain ) atau areal kunjungan yang mempunyai sarana dan prasarana pokok kepariwisataan (fasilitas sosial, bangunan akomodasi, toko
  • – toko souvenir, rumah makan, sarana olah raga). Pada saat ini potensi pariwisata di Kabupaten Padang Lawas meliputi Kawasan Hutan Suaka Alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, flora dan fauna, sungai, hutan tropis, pegunungan, dan adat budaya. Selain itu, kabupaten Padang Lawas memiliki permukiman tradisional dan bangunan/situs cagar budaya tersebut perlu diintegrasikan dengan pengembangan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan daerah.

Tabel 7.6. Potensi Pariwisata di Kabupaten Padang Lawas

  No Objek Wisata Lokasi Jenis Wisata Kecamatan Desa/Kelurahan

  20 Pemandian Aek Siraisan Ulu Barumun Hutanopan Wisata Air

  Isu-isu strategis yang berkembang terkait bidang PBL di Kabupaten Padang Lawas dikelompokkan dalam tiga cakupan kegiatan, yaitu penataan lingkungan permukiman, penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara, pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan. Identifikasi isu strategis ini berdasarkan kondisi nyata yang termuat dalam berbagai agenda yang sifatnya internasional, nasional dan daerah yang kemudian diturunkan dalam berbagai program kegiatan berdasarkan skala prioritas dan

  Sumber :BPS Kabupaten Padang Lawas,2016

  24 Danau Baru Sungai Korang Hutaraja Tinggi Sungai Karang Wisata Air

  Sialamanggis Wisata Air

  Batang Lubu Sutam

  23 Air Terjun Lompatan Harimau

  22 Danau Sosospan Ulu Barumun Wisata Air

  21 Batu Nadua Ulu Barumun Sosopan Wisata Air

  19 Air Panas Alam Ulu Barumun Siraisan Wisata Air

  10 Paya loging Sosa Hapung Wisata Air

  18 Candi Simaputung Barumun Tengah Paringgonan Budaya dan Sejarah

  17 Bagas Godang Unte Rudang Barumun Tengah Siparahu Budaya dan Sejarah

  Budaya dan Sejarah

  16 Candi Nagasaribu I, II III Barumun Tengah TandihatUnte Rudong

  15 Makam Bujing Sambilan Jogi Lubuk Barumun Siali-ali Budaya dan Sejarah

  14 Candi Sengkilon Lubuk Barumun Sangkilon Budaya dan Sejarah

  13 Pamandian Aek Lakkut Sosa Siborna Bunut Wisata Air

  12 Paya Agung Sosa Harang Wisata Air

  11 Danau Cekdam,Conoco Sosa Ujung Batu Wisata Air

7.2.1.4. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Sektor PBL

  misalnya kebakaran, banjir, gelombang pasang, maka disyaratkan bangunan-banguna tersebut harus tahan dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana tersebut.

  2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran. Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana penaggulangan bencana kebakaran. Sarana hidran ini biasanya berbentuk tabung dan selang pemadaman, seharusnya dimilki oleh setiap bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik, gudang, bangunan bertingkat, perkantoran, supermarket/plaza, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki sarana hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadan hidran ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana hidran ini dengan membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.

3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan. Beberapa kawasan di

  Kabupaten Padang Lawas belum memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan, namun telah memiliki Perda No.08 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung untuk mengatur penegakan aturan tata bangunan dam lingkungan tersebut karena RTBL belum ada. Keadaan demikian tentu saja sangat baik bagi proses perijinan pendirian bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap perijinan mendirikan bangunan gedung ini tidak dapat terlaksana secara baik, maka bermunculan bangunan gedung yang sesuai dengan fungsi lahan/kawasan. Akhirnya ini berdampak pada kawasan yang telah direncanakan dan akan menaikkan citra kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan Terdapat arahan-arahan kebijakan pengembangan PBL serta program-program yang diprioritaskan menurut sasaran dan target yang telah ditetapkan baik melalui amanat RPJMN maupun yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Bidang Cipta Karya tahun 2015-2019 dengan uraian penjelasan sebagai berikut:

A. Arahan Kebijakan

  Kebijakan pembinaan dan pengembangan penataan bangunan mengacu pada dasar hukum penyelenggaraan bangunan gedung, penataan bangunan serta lingkungannya antara lain adalah sebagai berikut : 1.

  UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung 2. UU No. 26 tahun 2002 tentang Penataan Ruang 3. UU No. 01 tahun 2011 tentang Penataan Kawasan Permukiman 4. UU No. 32 tahun 2014 dan UU No. 12 tahun 2016 tentang Pemerintahan Daerah 5. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 6. UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 7. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

  8. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2007 temtang Pembagian Urusan Antar Pemerintahan 9. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

  10. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

  11. Perda No. 08 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung

B. Lingkup Kegiatan

  Lingkup kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan terkait kepada tugas dan fungsi

  2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

  3. Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

  4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

  5. Fasilitasi, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

  6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya; dan

7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.

  Mengacu pada arahan perencanaan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan sesuai sasaran RPJMN 2015-2019 yaitu dalam rangka meningkatkan keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan yang dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu :

  

Pendekatan Strategi Pelaksanaan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Pelaksanaan DAERAH/PEMDA daerah dalam penguatan kelembagaan,  Penyusunan Perda Bangunan Gedung PROVINSI/KAB/ KOTA keuangan, termasuk pembinaan teknis

   Fasilitasi Ruang Terbuka Hijau (TERMASUK terhadap tugas dekonsentrasi dan  Binwas Penataan Bangunan KEMITRAAN) pembantuan  Dukungan Penanganan Bencana PEMBANGUNAN Memberikan dukungan pembangunan  Sosialisasi/Publikasi BERBASIS infrastruktur melalui kegiatan pemberdayaan  Kampanye Publik Kehandalan Bangunan MASYARAKAT masyarakat

Sasaran Strategis

Pembangunan Menyediakan sarana dan prasarana yang berorientasi pada KONSEP HIJAU dan

Kawasan berketahanan antara lain: green open space (Ruang Terbuka Hijau), green waste

Perkotaan dan (pengelolaan sampah dan limbah), green water (efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air

Perdesaan permukaan), green transportation (transportasi ramah lingkungan dan terbarukan), green energy (pemanfaatan sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarukan), green economy (pengembangan ekonomi yang berwawasan lingkungan), green building (bangunan gedung hijau).

Pengembangan Mengembangkan RUANG TERBUKA HIJAU dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh

Tata Ruang persen) dari luas kawasan perkotaan.

  Wilayah Nasional

Sumber : Materi paparan Direktorat Pembinaan Penataan Bangunan pada Workshop Persiapan Pelaksanaan Kegiatan

  Perencanaan dan pengendalian PIP DJCK tahun 2016

  Sebagai upaya pencapaian terhadap arahan kebijakan strategis Program PBL di tahun 2017, Ditjen Cipta Karya telah menetapkan sasaran dan target pencapaian Program PBL melalui Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019 sebagai strategi pelaksanaan Program Bina Penataan Bangunan yang harus dicapai dalam masa 5 (lima) tahun kedepan, seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 7.8. Sasaran, Program Kegiatan, Indikator dan Target Program Bina Penataan Bangunan dan Lingkungan

  

7.2.2.2. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU Penataa Ruang Sub. Bid. Cipta

Karya

  Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal dalam hal pelayanan dasar pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan penataan ruang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan. SPM ini ditetapkan melalui Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Indikator SPM yang digunakan terhadap penmenuhan SPM ini menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran, hasil dan/atau manfaat pelayanan dasar. Terhadap Sub Bidang Cipta Karya Sektor PBL, selanjutnya SPM ini merupakan dasar acuan bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan SPM bidang PU dan Penataan Ruang dan dasar perhitungan bagi pemenuhan kebutuhan program sektor PBL yang direncanakan untuk tingkat pecapaian kabupaten/kota. Kebutuhan penyediaan program sektor PBL di tingkat Kabupaten/Kota sesuai Ketentuan SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Sub. Bid Cipta Karya adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut:

  

7.9. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan Penataan Ruang

di Tingkat Kab/Kota

No Jenis Sasaran Indikator Satuan Target Upaya Pelayanan Dasar

  Tahun 2019 Pencapaian Sub Bidang Cipta Karya

7.2.2.4. Identifikasi Sasaran Program PBL Kabupaten Padang Lawas

  Berdasarkan kondisi eksisting yang ada serta isu-isu strategis Sektor Penataan Bangunan dan lingkungan di Kabupaten Padang Lawas yang selanjutnya disesuaikan dengan arahan kebijakan nasional target pencapaian Rentra bidang Cipta Karya melalui program-program strategis Bina Penataan Bangunan, maka dapat di identifikasi sasaran program PBL untuk Kabupaten Pakpak Bharat dengan target masa rencana selama 5 (lima) tahun kedepan mulai dari tahun 2017 hingga tahun 2021 yaitu seperti di jelaskan pada tabel berikut:

7.3. SEKTOR PENGEMBANGAN AIR MINUM

  Sub Sektor Bidang Sistem Penyediaan Air Minum ini merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Melalui kebijakan pengaturan mengenai sumber daya air maka diterbitkan UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (SDA), Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, mensyaratkan tersedianya sistem akses air minum yang aman melalui sistem penyediaan air minum dengan sistem penyediaan air minum perpipaan dan bukan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 l/org/hr.

7.3.1. Kondisi Eksisting

  Pembangunan infrastruktur harus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga setelah dilakukan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dimaksudkan untuk : a.

  Meningkatkan akses infrastruktur; b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

  Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesenjangan infrastruktur khsususnya air minum di wilayah Kabupaten Padang Lawas. Untuk menjawab hal tersebut secara struktur ruang

  • Desa Sosopan -
  • Desa Sianggunan -
  • Desa Paringgonan -
  • Desa Paringgonan Julu -
  • Desa Pasar Huristak -
  • Desa Pasar Latong
  • Desa Ujung Batu
  • Desa Hutaraja Tinggi -
  • Desa Panyabungan
sekitar IKK Kecamatan Sosopan. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 15,16 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu desa Sosopan dan desa-desa yang berada dengan Desa Sosopan yaitu Desa Sihaporas, Desa Sianggunan, dan Desa Hulim. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 3,5 L/detik.

  Desa Matondang

  6 SPAM Hutaraja Tinggi Kecamatan Huta Raja Tinggi

  5 SPAM Sosa Kecamatan Sosa

  4 SPAM Lubuk Barumun Kecamatan Lubuk Barumun

  Desa Huristak

  3 SPAM Huristak Kecamatan Huristak:

  Desa Simanuldang Jae

  2 SPAM Ulu Barumun Kecamatan Ulu Barumun:

  Rencana daerah pelayanan jaringan perpipaan akan dikembangkan pada kawasan perkotaan sesuai dengan RTRW Kabupaten Padang Lawas yaitu Kecamatan Barumun, Kecamatan Sosa, Kecamatan Barumun Tengah, Kecamatan Sosopan, Kecamatan Ulu Barumun, Kecamatan Lubuk Barumun, Kecamatan Huristak, Kecamatan Hutaraja Tinggi, dan Kecamatan Batang Lubu Sutam. Rencana sistem pelayanan yang diusulkan terdiri dari 8 (delapan) sistem yang akan melayani kecamatan wilayah perkotaan.

  No Sistem Pelayanan Wilayah Pelayanan

  Desa Hulim

  Desa Sihaporas

  1 SPAM Sosopan Kecamatan Sosopan:

  No Sistem Pelayanan Wilayah Pelayanan

Tabel 7.10. Rencana Daerah Pelayanan IKK Kabupaten Padang Lawas

  Desa Pasar Panyabungan

  2. Tahap lanjutan periode Tahun 2018

  • – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 9,1 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Sosopan dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

  3. Periode 2023

  • – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 12,11 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Sosopan, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

  4. Periode 2028

  • – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 15,16 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

b) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Ulu Baruman 1.

  Untuk sistem Ulu Barumun akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Aek Siraisan yang saat ini hanya dimanfaatkan oleh penduduk sekitar Kecamatan Ulu Baruman. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 23,08 Liter/detik.

  Barumun, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

4. Periode 2028

  • – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 23,08 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

c) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Huristak 1.

  Untuk sistem Huristak akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Aek Baruman yang saat ini hanya dimanfaatkan oleh penduduk sekitar Kecamatan Huristak dan Kecamatan Barumun. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 33,18 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasar Huristak dan desa yang berada dekat dengan Desa Pasar Huristak yaitu Desa Huristak. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 10 L/detik.

  2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017

  • – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 15,6 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Huristak dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

  3. Periode 2023

  • – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 25,6 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Huristak, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang
Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Pasar Latong. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 7 L/detik.

  2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017

  • – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 12,6 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Huristak dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

  3. Periode 2023

  • – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 20,6 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Lubuk Barumun, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air minum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

  4. Periode 2028

  • – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 27,5 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

e) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Sosa 1.

  Untuk sistem Sosa akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Aek Sosa. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 53,5 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Ujung Batu. Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 10 L/detik.

2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017

  • – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk

f) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Hutaraja Tinggi 1.

  Untuk sistem Hutaraja Tinggi akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Aek Sosa. Dengan mengembangkan kapasitas sumber air baku yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan air sampai dengan 65,72 Liter/detik. Pada tahap ini direncanakan akan dapat melayani daerah pelayanan Ibu Kota Kecamatan (IKK) yaitu Desa Hutaraja Tinggi dan desa-desa yang berdekatan dengan IKK yaitu Desa Pasar Panyabungan dan Desa Panyabungan . Kapasitas yang direncanakan pada tahap pertama yaitu sebesar 15 L/detik.

  2. Tahap lanjutan periode Tahun 2017

  • – 2022 pada Sistem ini diharapkan akan dapat melayani penduduk di daerah pelayanan sampai dengan 55 % dari total penduduk administrasi. Dengan menambah kapasitas produksi sampai dengan 35 L/dtk. Diharapkan perkembangan kawasan di Kecamatan Hutaraja Tinggi dapat menyerap kapasitas yang direncanakan sampai akhir tahun 2022.

  3. Periode 2023

  • – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 50 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Hutaraja Tinggi, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

  4. Periode 2028

  • – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 65,72 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

g) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Batang Lubu Sutam 1.

  Untuk sistem Batang Lubu Sutam akan dilakukan dengan mengembangkan sumber air baku yang ada saat ini, yaitu Aek Malinto. Dengan mengembangkan kapasitas sumber

  4. Periode 2023

  • – 2027 dilakukan dengan menambah Kapasitas Produksi sampai 15 L/dtk, daerah pelayanan untuk Sistem ini memang hanya pada 1 Kecamatan yaitu Batang Lubu Sutam, namun rencana perkembangan kawasan sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar desa akan mendorong pertumbuhan kebutuhan air yang meningkat pesat, dan pelayanan air inum ini diarahkan agar dapat melayani kegiatan yang dilaksanakan di Daerah Pelayanan.

  5. Periode 2028

  • – 2032 diarahkan hanya kepada peningkatan kapasitas dengan membangun IPA sebesar 19,86 L/dtk, Target pelayanan yang direncanakan sampai tahun 2032 adalah sebesar 80 %.

h) Pentahapan Program Pengembangan SPAM IKK Barumun Tengah 1.