Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

  Bab

  7 Rencana Pembangunan Infr astr uktur Cipta Kar ya

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

  Pemerintah Kabupaten Padang Lawas berkewajiban memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya dan berkeadilan sosial. Hal ini dikarenakan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Pengembangan permukiman pada hakekatnya adalah untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan di wilayah Kabupaten Padang Lawas yang layak huni (liveable), aman, nyaman, damai, sejahtera dan berkelanjutan. Alasan utama adalah banyak terdapat masyarakat yang belum mengenal rumah sehat. Hal ini disebabkan karena daerah – daerah kampung yang sangat jauh dan terpencil, sulit dijangkau, dengan prasarana transportasi yang terbatas. Pengembangan permukiman dapat meliputi pembangunan sarana dan prasarana dasar suatu permukiman, pembangunan perumahan RSH khususnya bagi warga yang berpenghasilan rendah. Selain itu aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, struktur, serta bahan material yang digunakan. Sesuai dengan Ranperda RTRW Kab. Padang Lawas tahun 2011-2031, maka wewenang Pemerintah Kab. Padang Lawas dalam pengembangan permukiman antara lain:

  Memberikan kemudahan perizinan pembangunan rumah/perumahan yang sesuai - peruntukan Membangun prasarana permukiman - Membangun fasilitas umum dan sosial - Memberikan kepastian hukum dan nasehat teknis untuk bangunan tahan gempa yang - dibangun pada kawasan bebas bencana Menyiapkan lahan yang aman bagi permukiman (kasiba/lisiba) -

  Page |

7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman

  Pola permukiman di Kabupaten Padang Lawas pada umumnya dikembangkan dengan pola linier dan mengelompok mengikuti jaringan jalan utama. Pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Padang Lawas saat ini diarahkan pada pengembangan perumahan dan permukiman pada masyarakat lokal yang berada di daerah pinggiran dengan pendapatan atau penghasil yang rendah. Sesuai dengan arahan kebijakan Ranperda RTRW Kabupaten Padang Lawas yang terkait pengembangan permukiman, Kawasan permukiman merupakan ruang yang diperuntukan bagi pengelompokan permukiman penduduk termasuk didalamnya sarana dan prasarana kegiatan sosial ekonomi bagi penduduk dengan dominasi kegiatan usaha non-pertanian. Kawasan ini dapat berupa permukiman perkotaan maupun pedesaan. Kawasan permukiman dikembangkan pada kawasan dengan kriteria sebagai berikut:

  Aksesibilitas yang baik -

  • Berada dengan pusat kegiatan/terkait dengan kawasan hunian yang sudah ada atau berkembang Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%); -
  • Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari; Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi); - Drainase baik sampai sedang; - Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/ mata air/saluran - pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan; Tidak berada pada kawasan lindung; - Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga; -

  Menghindari sawah irigasi teknis. - Luas areal untuk permukiman di Kabupaten Padang Lawas lebih kurang 37.232 (tigapuluh tujuh ribu dua ratus tiga puluh dua) ha atau 9,71 % dari luas seluruh Kabupaten Padang Lawas. Kawasan Permukiman terbagi 2 yakni permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan, dimana lokasinya menyebar di setiap kecamatan. Tapi khusus untuk permukiman perkotaan terdapat di Kecamatan Barumun, Barumun Tengah, Lubuk Barumun dan Sosa.

7.1.1.1. Permukiman Perkotaan

  Kawasan perkotaan dapat diartikan sebagai tempat/lokasi terkonsentrasinya sejumlah penduduk dengan berbagai aktifitasnya. Yang dicirikan oleh jumlah prasarana dan sarana aktivitasnya berupa kegiatan jasa, pemerintahan dan perdagangan. Pemukiman perkotaan lebih diarahkan pada masing-masing ibukota kecamatan, dengan demikian diharapkan

  Page | masing-masing kota ibukota kecamatan tersebut lebih berkembang lagi ke arah yang lebih baik. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pola pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman perkotaan dikembangkan dengan pola linier dan mengelompok mengikuti jaringan jalan utama. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan dilakukan pada wilayah-wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi dan memiliki lokasi yang strategis.

  Luas kawasan yang tergolong kedalam permukiman kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Padang Lawas adalah lebih kurang 12.157 (duabelas ribu seratus lima puluh tujuh) Ha atau sekitar 3,13 % dari luas kawasan permukiman yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas. Wilayah yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman perkotaan di kabupaten Padang Lawas yaitu :

  Kec. Barumun dengan luas 3.287,78 (tigaribu duaratus delapan puluh delapan) ha -

  • Kec. Barumun Tengah dengan luas 1.054,25 ha
  • Kec. Lubuk Barumun dengan luas 4.122,42 ha

  Kec. Sosa dengan luas 2.935,52 ha - - Kec. Ulu Barumun dengan luas 756,66 ha.

7.1.1.2. Permukiman Pedesaan

  Kawasan pedesaan berdasarkan sifat dan jenis kegiatan dapat diartikan sebagai suatu karakteristik unit wilayah yang masih bertumpu pada kegiatan pertanian, dimana penggunaan ruangnya masih bersifat ekstensif. Pemanfaatan bahan yang masih bersifat ekstensif ini tidak terlepas dari pengaruh kepadatan penduduk yang relatif rendah. Untuk kawasan permukiman pedesaan dikembangkan dengan pola mengelompok. Wilayah yang dikembangkan menjadi kawasan perrmukiman pedesaan adalah di seluruh kecamatan dengan lebih memperhatikan pengelompokan eksisting dan ketersediaan lahan untuk pertanian sebagai mata pencaharian serta tidak berada pada wilayah-wilayah rawan bencana.

  Luas kawasan permukiman sampai akhir tahun perencanaan sekitar 25.075,51 atau 6,54 % dari luas total. Wilayah yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Padang Lawas yaitu :

  Kec. Barumun dengan luas 2.324,89 ha -

  • Kec. Barumun Tengah dengan luas 1.086,95 ha
  • Kec. Batang Lubu Sutam dengan luas 79,08 ha
  • Kec. Huristak dengan luas 1.415,24 ha
  • Kec. Huta Raja Tinggi dengan luas 7.782,65 ha

  Kec. Lubuk Barumun dengan luas 2.691,32 ha - Page |

  • Kec. Sosa dengan luas 7.040,33 ha
  • Kec. Sosopan dengan luas 913,49
  • Kec. Ulu Barumun dengan luas 1.741,55 ha

7.1.1.3. Kawasan Rawan Bencana

  • Kec. BarumunKec. BarumunTengah
  • Kec. Batang Lubu Sutam - Kec. Sosa - Kec. Ulu Barumun Selain banjir, terdapat pula longsor seperti di kecamatan Barumun Tengah. Terhadap kawasan yang memiliki potensi bencana banjir tersebut rencana yang dilakukan adalah :
  • Pemeliharaan sempadan sungai sebagai buffer untuk mencegah banjir,
  • Revitalisasi sungai - Relokasi permukiman sekitar sungai yang terhindar dari bencana.
  • >Kondisi perumahan dan permukiman masih didominasi oleh perumahan dengan jenis konstruksi non permanen/semi permanen
  • Kondisi fisik kawasan merupakan lahan relatif bergelombang dan berbukit;
  • Daya dukung lingkungan rendah;
  • Infrastruktur kawasan masih memerlukan peningkatan; dan
  • Sumber air terbatas dan penyediaan sanitasi lingkungan relatif minim

  Page |

  Kawasan-kawasan yang sudah menimbulkan bencana dan kawasan yang berpotensi menimbulkan bencana baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.Penentuan kawasan ini didasarkan oleh dua hal yaitu hasil analisis fisik lahan dan hasil observasi ke lapangan.Kriteria kawasan rawan bencana adalah daerah yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam.Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh beberapa lokasi mengalami bencana.Dalam konteks Kabupaten Padang Lawas, jenis bencana yang ada adalah banjir dan puting beliung. Bencana banjir yang terjadi karena di Kabupaten Padang Lawas banyak terdapat sungai dan letak permukiman yang berdekatan dengan sungai. Berikut ini kecamatan yang memiliki potensi bencana banjir yaitu:

  Selain bencana banjir, di Padang Lawas juga terdapat jenis bencana angin putting beliung yang ada di Kecamatan Barumun, dan Kecamatan Barumun Tengah.Upaya penanggulangan bencana ini dengan pemindahan permukiman untuk menjauh dari jalur angin puting beliung dan pembinaan permukiman yang memiliki rangka yang kuat.

7.1.2. Potensi dan Tantangan Sektor PKP Kab. Padang Lawas

  Potensi dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kab. Padang Lawas antara lain:

  Perlunya penyusunan rencana tata ruang untuk kebutuhan penataan dan pedoman - pembangunan perkotaan seperti seperti RDTR, RTBL, dan Masterplan Prasarana; Pengembangan permukiman yang terkait dengan jaringan jalan di setiap perkotaan - maka pembangunannya harus mengikuti rencana tata ruang yang ada sehingga sinkron dengan kebijakan pengembangan fisik perkotaan. Pembangunan sarana dan prasarana dasar perkotaan yang memadai sebab saat ini - terlihat masih banyaknya kekurangan akan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan. Pola pengembangan perkotaan diarahkan pada pembentukan struktur ruang - perkotaan konsentrik atau linier sesuai dengan daya dukungnya

7.1.3. Pemetaan Kegiatan Cipta Karya Tahun 2011-2016

  Kegiatan Cipta Karya yang pernah dilaksanakan di Kab. Padang Lawas yang bersumber dari Dana APBN yaitu kegiatan Pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman Pedesaan (2015 dan 2016). Kegiatan Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan (2015).

  

Gambar. 7….. Pemetaan Kegiatan CK Tahun 2011-2016

  Page |

7.1.4. Sasaran Program

7.1.4.1. Sasaran dan Target Pencapaian Program PKP

  Page |

  Fasilit asi/ Pendam pingan: Penyusunan NSPK Fasilit asi Rencana Daerah Kaw asan Perm ukim an Binw as Pengem bangan Perm ukim an Dukungan Penanganan Bencana

  Sesuai Pasal 94-104 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pemerintah telah mengeluarkan ketentuan Penanganan Permukiman Kumuh

  Perencanaan dan pengendalian PIP DJCK t ahun 2016

  Bant uan Penyusunan Rencana Kerja M asyarakat Sumber : M ateri paparan Direktorat Pembinaan Penat aan Bangunan pada W orkshop Persiapan Pelaksanaan Kegiatan

  Pembangunan Berbasis M asyarakat M em berikan dukungan pem bangunan infrast rukt ur m elalui kegiat an pem berdayaan m asyarakat

  Fasilitasi Daerah/ Pemda Provinsi/ Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan) M elakukan fasilit asi kepada pem erint ah daerah dalam penguat an kelem bagaan, keuangan, t erm asuk pem binaan t eknis t erhadap t ugas dekonsent rasi dan pem bant uan

  Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019 telah mengamanatkan berbagai arahan dan kebijakan sasaran Program Pengembangan Infrastruktur Permukiman yang harus dicapai dalam masa 5 (lima) tahun kedepan. Adapaun strategi pelaksanaannya dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan utama yaitu :

  Bangkim Kw s. Perkot aan & Pusat Pert um buhan Bangkim Kw s. Khusus

  Pendekatan Pelaksanaan Sasaran Strategis Kegiatan Pengembangan Permukiman M embangun Sistem M em berikan dukungan pem bangunan sist em infrast rukt ur dengan m em priorit askan sist em infast rukt ur Provinsi/ Kab./ Kot a Rencana Induk/ FS/ DED

Tabel 7.1. Sasaran Strategis Pelaksanaan Kegiatan Program PKP Tahun 2017

  3. Memberdayakan Masyarakat Sasaran strategis terhadap ke tiga pendekatan tersebut secara umum direncanakan melalui dua kegiatan utama yaitu kegiatan fisik dan non fisik. Secara rinci sasaran startegis pelaksanaan kegiatan serta alur proses perencanaan terhadap program-program kegiatan Sektor Pengembangan Permukiman–kegiatan seperti dijelaskan pada tabel dan alur program berikut:

  2. Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan); dan

  1. Menbangun Sistem;

A. Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

a. Kriteria Umum

b. Kriteria Khusus

1. Memiliki Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-KP/RP2KPKP)/

  2. Memiliki SK Penetapan Lokasi Kawasan Permukiman Kumuh

  Pola-pola penanganan permukiman kumuh yang dapat dilksanakan sesuai peraturan perundangan dalam lingkup kementrian PUPR antara lain adalah melalui pencegahan, peningkatan kualitas dan pengelolaan. Penjelasan masing-masing pola tersebut berikut kolaborasi program-program yang dapat dilaksanakan terhadap penanganan permukiman kumuh perkotaan seperti dijelaskan pada tabel berikut:

  7. Sudah ada Perencanaan : Masterplan, DED yang ditandatangani Dinas Teknis Kab/Kota, serta RAB, TOR dan RKS sudah siap lelang

  6. Rencana aksi Penanganan dan Pemaketan serta Jadwal Pelaksanaan (Kurva-S)

  5. Kesiapan dan kesediaan Lahan

  4. Memiliki Surat Pernyataan Minat untuk kegiatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

  3. Memiliki Profil kawasan Kumuh

  Page | Perkotaan melalui Permen PUPR Nomor 2/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh melalui tahapan-tahapan yaitu:

  1. Penetapan Permukiman Kumuh sesuai Indikator Permukiman Kumuh;

  6. Institusi pengelola pasca konstruksi (KPP) terkait serah terima asset

  5. Tersedianya Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB)/dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan

  4. Memiliki Perda Bangunan Gedung

  3. Memiliki Perda RTRW

  2. Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR (35 WPS)

  1. Kawasan Strategis Nasional (PKN, PKSN)

  3. Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ; Adapun persyaratan teknis dalam Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan adalah sebagai berikut:

  2. Pencegahan Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh ;

  Sedang dalam proses penyusunan tahun 2016

  Kat egori Kumuh Berat -Sedang Peremajaan M ew ujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi keselamat an dan keamanan masyarakat sekit ar dengan t erlebih dahulu menyediakan t em pat t inggal bagi masyarakat

  OP ke pemda

  Cap.Building M asy. Infrast rukt ur O & P Serah t erima & OP ke pemda Serah t erima &

  Cap.Building M asy. Infrast rukt ur O & P Cap Building Pem da

  dilakukan unt uk mempert ahankan dan menjaga kualit as perumahan dan per mukiman secara berkelanjut an Cap Building Pem da

  Penyiapan M asy. Pem b. fisik sekunder-t ert ier Pem b. fisik Sekunder- t ert ier Pem b. fisik Prim er

  Advokasi Pem da Penyiapan M asy.

  Kat egori Kumuh Berat -Sedang Pem ukiman kembali Pemindahan masyarakat dari lokasi yang t idak mungkin dibangun kembali/ t idak sesuai dengan r encana t at a ruang dan/ at au raw an bencana sert a m enimbulkan bahaya bagi barang at aupun manusia (cont oh: penyediaan Rusunaw a)

  Pem b. fisik Sekunder Kat egori Kumuh Sedang- Berat Pem b. fisik Prim er

  Penyiapan M asy. Pem b. fisik t ert ier Kat egori kum uh Ringan-sedang

  Advokasi Pem da Penyiapan M asy. Pem b. fisik t ert ier Kat egori kum uh Ringan-sedang

  Pem b. fisik Sekunder Kat egori Kumuh Sedang- Berat Pem b. fisik Prim er

  Page |

  Penyiapan M asy. Pem b. fisik t ert ier Kat egori kum uh Ringan-sedang

  Advocasi Pem da Penyiapan M asy. Pem b. fisik t ert ier Kat egori kum uh Ringan-sedang

  II PENINGKATAN KUALITAS Pem ugaran Perbaikan, pembangunan kembali menjadi perm ukiman layak huni

  Cap.Building M asy. Perencanaan t erpadu

  Cap Building Pem da Cap.Building M asy. Penguat an Kelem bagaan Baseline Dat a Perencanaan t erpadu Cap Building Pem da

  Pem berdayaan M asyarakat Pelaksanaan melalui pendampingan dan pelayanan informasi

  Kesesuaian t er hadap perizinan, st andar t eknis dan pem eriksaan sesuai dengan perat uran perundang-undangan Sosialisasi - - -

  I PENCEGAHAN Pengaw asan dan Pengendalian

  Kontribusi Program P2KKP/ NSUP (269 kot a/ kab) NUSP (20 kot a/ kab) Reguler (106 kot a/ kab) Prioritas PU PR (30 kot a)

Tabel 7.2. Program-Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan Sesuai Renstra Ditjen. Cipta Karya Tahun 2015-2019 No Pola Penanganan Kumuh Definisi

III PENGELOLAAN

  VII - 8

  

B. Program Pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam Penanganan

Permukiman Kumuh

  Dalam upaya Penanganan Permukiman Kumuh tidak terlepas dari kegiatan pendampingan sebagai bagian kegiatan pelaksanaanya. Melalui program Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan (P2KKP), proses pendampingan Peningkatan Kapasitas Masyarakat Dalam Penanganan Permukiman Kumuh dilakukan melalui komponen-komponen program & kegiatan seperti dijelaskan pada skema alur program berikut:

Gambar 7.1. Komponen Program dan Alur Kegiatan P2KKP

C. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Pedesaan

  Melalui Kementerian PPN/Bappenas, pemerintah telah menyiapkan Grand Design Pembangunan Perdesaan sebagai upaya pembangunan dan pengembangan desa-desa di seluruh Indonesia. Arahan kebijakan yang telah ditetapkan adalah melalui berbagai pendekatan baik secara Sosial, Ekonomi serta Ekologi. Program-program perdesaan yang telah disiapkan terbut adalah :

  1. Program Desa Tertinggal

  2. Desa yang belum terpenuhi Standar Pelayanan Minimum (SPM) pada aspek kebutuhan sosial, infrastruktur, sarana, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan.

  3. Desa Berkembang

  4. Desa yang sudah terpenuhi SPM namun secara pengelolaan belum menunjukkan keberlanjutan

  5. Desa Mandiri

  6. Desa yang telah terpenuhi pada aspek kebutuhan sosial dasar, infrastruktur dasar, sarana dasar, pelayanan umum, dan penyelenggaraan pemerintahan desa dan secara kelembagaan telah memiliki keberlanjutan.

  Page | Terhadap sektor Pengembangan kawasan permukiman, program-program perdesaan tersebut akan mendukung upaya pemenuhan SPM Permukiman Untuk Desa-Desa Tertinggal dan penyediaan Permukiman yang Mendukung Pengembangan Desa Potensial (Desa Berkembang) sehingga grand strategy mempercepat pemenuhan SPM Permukiman serta kebutuhan infrastruktur yang mendukung pengembangan ekonomi kawasan dapat tercapai. Adapun sasaran strategis sebagai target nasional yang hendak dicapai adalah Peningkatan kualitas permukiman perdesaan seluas 78.384 Ha (pada kawasan perdesaan yang memiliki komoditi unggulan).

D. Program Pengembangan Kawasan Permukiman Khusus

  Sesuai Permen PUPR No.15 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, terhadap penanganan Kawasan Permukiman Khusus dilaksanakan melalui pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan permukiman khusus, yaitu melalui kawasan-kawasan :

  1. Kawasan Perbatasan;

  2. Kawasan Pulau-Pulau Kecil Terluar;

  3. Kawasan Pasca Bencana, dan 4. Kawasan Tertentu Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Perundang-Undangan.

  Identifikasi lokasi Kawasan Permukiman Khusus adalah sesuai regulasi serta peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya menurut tipplogi masing-masing jenis kawasan.

  

7.1.4.2. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU Penataan Ruang Sub. Bidang Cipta

Karya

  Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan penataan ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal dalam hal pelayanan dasar pelayanan publik bidang pekerjaan umum dan penataan ruang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan. SPM ini ditetapkan melalui Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Indikator SPM yang digunakan terhadap penmenuhan SPM ini menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran, hasil dan/atau manfaat pelayanan dasar. Terhadap Sub Bidang Cipta Karya Sektor PKP, selanjutnya SPM ini merupakan dasar acuan bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan SPM bidang PU dan Penataan Ruang dan dasar perhitungan bagi pemenuhan kebutuhan program sektor PKP yaitu penurunan permukiman kumuh perkotaan yang direncanakan untuk tingkat pecapaian kabupaten/kota.

  Page |

  Page | Kebutuhan penyediaan program sektor PKP di tingkat Kabupaten/Kota sesuai Ketentuan SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Sub. Bid Cipta Karya adalah seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 7.3. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU dan Penataan Ruang di Tingkat Kab/Kota

  No Jenis Pelayanan Dasar Sasaran Indikator Satuan Target Tahun 2019 Upaya Pencapaian Sub Bidang Cipt a Karya

  1 Penangan Pem ukiman Kumuh Perkot aan Berkurangnya perm ukiman kumuh di perkot aan persent ase berkurangnya luasan perm ukiman kumuh di kaw asan perkot aan

  Ha 10 % Cont oh - survey;- kuesioner; dll

  

Sumber : Pemen PU No. 01/M/PRT/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bid. PU dan Tata Ruang

7.1.4.3. Analisa Kebutuhan Program PKP

  A. Kebutuhan Penanganan Pembangunan Sesuai dengan kebijakan st rat egis Dit jen Cipt a Karya, kebut uhan penanganan pem bangunan kaw asan perm ukim an dan infra-st rukt ur perm ukim an di Kabupat en Padang Law as diarahkan sesuai dengan isu-isu st rat egis daerah m aupun nasional sert a perm asalahan yang ada pada m asing-m asing kaw asan.

  B. Kriteria Teknis Perencanaan

  Kriteria-kriteria teknis perencanaan sektor PKP mengacu undang-undang, peraturan dan standar teknis perencanaan yang umum berlaku di Indonesia antara lain adalah:  UU No. 01 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.  UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.  UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup  UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang  UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana  UU No. 07 Tahun 2007 tentang Bangunan Gedung  PP No. 14 tahun 2016 Tentang penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman.

   Permen PU No. 6 tahun 2007 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)  PermenPera No. 11 tahun 2008 tentang Pedoman Keserasian Kawasan Perumahan dan Permukiman.  SNI 03-7013-2004 Tata Cara Perencanaan Fasilitas Linkungan Rumah Sususn  SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perenc Lingkungan Perumahan Di Perkotaan;

  Standar kebutuhan minimal terhadap pemenuhan hunian berikut infrastruktur pendukungnya adalah seperti dijelasakan pada tabel berikut:

Tabel 7.4. Kriteria-kriteria Teknis Perencanaan Sektor PKP

  No. Deskripsi Standar Teknis

  1 Besaran standar minimal terhadap kepadatan kawasan: <200 jiwa/ha

  2 Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak bertingkat/jiwa: 9,6 m2

   Luas per-jiwa (dewasa) 4,8 m2  Luas per-jiwa (anak anak)

  3 Kebutuhan luas lantai minimum hunian layak tidak bertingkat untuk 1 rumah tangga (5 jiwa/KK): 51 m2

  4 Kebutuhan luas kavling maksimum Rumah Sederhana maks. 113 m2 (perdesaan) maks. 102 m2 (perkotaan)

  4 Kebutuhan luas kavling Rumah Menengah 54 s/d 600 m2 Kebutuhan luas kavling Rumah Mewah 200 s/d 600 m2 Komposisi Kdb dan KDH: a. zona lindung; KDB maks. 0% dan KDH min. 100%;

  b. zona perdesaan; KDB maks. 20% dan KDH min. 80%;

  c. zona pinggiran kota; KDB maks. 30% dan KDH min. 70%;

  d. zona perkotaan; KDB maks. 50% dan KDH min. 50%;

  e. zona pusat kota; KDB maks. 60% dan KDH min. 40%;

  f. zona pusat metro; KDB maks. 70% dan KDH min. 30%; Persyarat an Lingkungan Hunian Berim bang (LHB) sesuai lokasi geografis (perkot aan peerdesaan): Persyarat an prasarana jalan lingkungan perm ukiman:

  Page | Analisis kebutuhan Program Pengembangan Kawasan Permukiman Kabupaten Padang Lawas dilakukan berdasarkan proyeksi jumlah dan pertambahan penduduk yamg membutuhkan rumah layak huni. Proyeksi Jumlah penduduk sesuai kategori wilayah adalah sebagai berikut:

  Page |

  Kabupaten Padang Lawas 201.235 206.485 211.872 217.399 223.072 228.892 2,60 4,3414

  6 Sosa 36.830 37.745 38.682 39.643 40.628 41.637 2,48 4,4276

  12 Sihapas Barumun 5.304 5.445 5.589 5.737 5.889 6.046 2,65 4,1799

  11 Aek Nabara Barumun 12.435 12.727 13.025 13.331 13.643 13.963 2,35 4,6020

  10 Barumun Tengah 21.047 21.493 21.949 22.415 22.890 23.376 2,12 4,2158

  9 Huristak 22.949 23.511 24.086 24.676 25.279 25.898 2,45 4,4808

  8 Hutaraja Tinggi 45.886 47.100 48.346 49.625 50.938 52.285 2,65 3,9808

  7 Batang Lubu Sutam 13.902 14.278 14.664 15.060 15.468 15.886 2,71 4,2291

  5 Lubuk Barumun 18.785 19.262 19.750 20.252 20.766 21.293 2,54 4,2801

  Page |

  4 Barumun Selatan 7.863 8.040 8.221 8.406 8.596 8.790 2,25 4,3730

  3 Barumun 51.061 52.402 53.778 55.190 56.639 58.126 2,63 4,5153

  2 Ulu Barumun 16.259 16.713 17.180 17.660 18.153 18.661 2,79 4,5292

  1 Sosopan 10.650 10.946 11.250 11.563 11.884 12.215 2,78 4,3959

  NO Kecamatan Tahun Dasar* (jiwa) Jumlah Penduduk (Jiwa) Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) Rata-rata Jiwa Per Rumah Tangga (KK) 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Tabel 7.5. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017-2021

  • : Proyeksi Akhir Tahun Sumber: Hasil Analisis,2016

  VII - 14

7.2. SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

  Arahan penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan di Kabupaten Pakpak Bharat, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

  Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Padang Lawas mengacu pada undang-undang dan peraturan, antara lain:

  1. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;

  2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

  3. PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

  4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Ruang Bangunan dan Lingkungan;

  5. Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; dan 6. Permen PU No. 8 Tahun 2010 tentang Lingkup Tugas dan Fungsi Direktoral PBL.

7.2.1. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  7.2.1.1. Penggunaan Lahan

  Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan, telah terjadi penggunaan lahan yang melalui prosedur administrasi untuk kepentingan pembangunan lahan terbangun dan non-terbangun. Sebagian besar wilayah Kabupaten Padang Lawas masih didominasi oleh hutan, lahan budidaya pertanian, semak/belukar dan hanya sebagian kecil terdiri dari lahan- lahan yang terdegradasi. Kondisi hutan sebagian besar terdapat di kawasan pegunungan. Pada kawasan pegunungan sebagian besar terdapat pada daerah ketinggian dengan kemiringan lahan diatas 25%, sedangkan pada daerah Tengah sebagian terdiri dari hutan bekas terbangun. Secara keseluruhan ketersediaan sumber daya alam di Kabupaten Padang Lawas cukup potensial tetapi karena berbagai keterbatasan sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Wilayah Kabupaten Padang Lawas merupakan daerah pertanian dan perkebunan dimana mata pencaharian pokok penduduknya berada di sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini dikarenakan daerah terluas merupakan daerah yang dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan.

  7.2.1.2. Ruang Terbuka Hijau

  Sesuai dengan peraturan perundang-undangan penataan ruang yang baru UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mengisyaratkan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada sebuah kawasan perkotaan adalah seluas 30% dari total luas lahan kawasan perkotaan. RTH tersebut harus dapat memenuhi fungsi kawasan penyeimbang, konservasi

  Page | ekosistem dan pencipta iklim mikro (ekologis), sarana rekreasi, olahraga dan pelayanan umum (ekonomis), pembibitan, penelitian (edukatif), dan keindahan lansekap kota (estetis).

  Pemanfaatan lahan ruang terbuka non hijau lebih diarahkan pada kawasan ruang terbuka non hijau yang meliputi: ruang terbuka yang mengikuti rute jalan arteri primer dan kolektor primer; trotoar atau pedestrian yang berada di samping kiri kanan jalan, baik bagi masyarakat umum maupun penyandang cacat; ruang terbuka yang berada di depan, samping atau belakang bangunan publik dengan fungsi perkantoran, perdagangan dan jasa dan fungsi lainnya; dan ruang terbuka peruntukan area parkir, anjungan seperti: hall dan tempat bermain.

7.2.1.3. Kawasan Pariwisata di Kabupaten Padang Lawas

  Kawasan pariwisata adalah unit lahan yang merupakan tujuan manusia untuk berekreasi, beristirahat atau ada kegiatan yang menunjang bahkan mempunyai jasa pelayanan bagi pengunjungnya. Kawasan ini dapat berupa keadaan alam (danau, hutan, sumber air panas, gunung dan lain – lain ) atau areal kunjungan yang mempunyai sarana dan prasarana pokok kepariwisataan (fasilitas sosial, bangunan akomodasi, toko – toko souvenir, rumah makan, sarana olah raga). Pada saat ini potensi pariwisata di Kabupaten Padang Lawas meliputi Kawasan Hutan Suaka Alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, flora dan fauna, sungai, hutan tropis, pegunungan, dan adat budaya.

  Selain itu, kabupaten Padang Lawas memiliki permukiman tradisional dan bangunan/situs cagar budaya tersebut perlu diintegrasikan dengan pengembangan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan daerah.

Tabel 7.6. Potensi Pariwisata di Kabupaten Padang Lawas

  No Objek Wisata Lokasi Jenis Wisata Kecamatan Desa/Kelurahan

  

1 Bagas Godang Hasahatan Barumun Hasahatan Julu Budaya dan Sejarah

  

2 Bagas Godang Janjilobi Barumun Janjilobi Budaya dan Sejarah

  

3 Tagor Barumun Hasahatan Julu Budaya dan Sejarah

  

4 Makam Parmata Sapihak Barumun Binabi Jae Budaya dan Sejarah

  

5 Puncak Binubu Barumun Sigala-gala Budaya dan Sejarah

  

6 Bagas Godang Hutaraja Sosa Hutaraja Lama Budaya dan Sejarah

Lama

  

7 Makam Sibaso Sosa Ampolu Budaya dan Sejarah

  8 Liang Namuap Sosa Parapat Wisata Ritual

  9 Sampuran Soniasa Sosa Hapung Wisata Air

  Page |

  Page |

  20 Pemandian Aek Siraisan Ulu Barumun Hutanopan Wisata Air

  1. Kondisi Aturan Keselamatan, Keamanan dan Kenyamanan. Secara umum bangunan- bangunan yang berada di Kabupaten Padang Lawas disyaratkan untuk mengikuti aturan standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan baik bagi pengguna bangunan maupun lingkungan sekitarnya. Aturan-aturan ini antara lain terdapat pada aturan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan aturan bangunan yang lain. Sedangkan untuk daerah-daerah rawan bencana

  Secara umum isu strategis dan kondisi penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Padang Lawas, antara lain :

  Isu-isu strategis yang berkembang terkait bidang PBL di Kabupaten Padang Lawas dikelompokkan dalam tiga cakupan kegiatan, yaitu penataan lingkungan permukiman, penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah Negara, pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan. Identifikasi isu strategis ini berdasarkan kondisi nyata yang termuat dalam berbagai agenda yang sifatnya internasional, nasional dan daerah yang kemudian diturunkan dalam berbagai program kegiatan berdasarkan skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak, yang meliputi : a) Revitalisasi, b) RTH, c) bangunan tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.

  24 Danau Baru Sungai Korang Hutaraja Tinggi Sungai Karang Wisata Air Sumber :BPS Kabupaten Padang Lawas,2016

  Sialamanggis Wisata Air

  23 Air Terjun Lompatan Harimau Batang Lubu Sutam

  22 Danau Sosospan Ulu Barumun Wisata Air

  21 Batu Nadua Ulu Barumun Sosopan Wisata Air

  19 Air Panas Alam Ulu Barumun Siraisan Wisata Air

  No Objek Wisata Lokasi Jenis Wisata Kecamatan Desa/Kelurahan

  

18 Candi Simaputung Barumun Tengah Paringgonan Budaya dan Sejarah

  

17 Bagas Godang Unte Rudang Barumun Tengah Siparahu Budaya dan Sejarah

  16 Candi Nagasaribu I, II III Barumun Tengah TandihatUnte Rudong Budaya dan Sejarah

  

15 Makam Bujing Sambilan Jogi Lubuk Barumun Siali-ali Budaya dan Sejarah

  

14 Candi Sengkilon Lubuk Barumun Sangkilon Budaya dan Sejarah

  13 Pamandian Aek Lakkut Sosa Siborna Bunut Wisata Air

  12 Paya Agung Sosa Harang Wisata Air

  11 Danau Cekdam,Conoco Sosa Ujung Batu Wisata Air

  10 Paya loging Sosa Hapung Wisata Air

7.2.1.4. Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Sektor PBL

  misalnya kebakaran, banjir, gelombang pasang, maka disyaratkan bangunan-banguna tersebut harus tahan dan memiliki tingkat keamanan yang tinggi tehadap ancaman bencana tersebut.

  2. Kondisi Prasarana dan Sarana Hidran. Hidran adalah cadangan air pada media tertentu sebagai sarana penaggulangan bencana kebakaran. Sarana hidran ini biasanya berbentuk tabung dan selang pemadaman, seharusnya dimilki oleh setiap bangunan terutama yang rawan bencana kebakaran, seperti bangunan pabrik, gudang, bangunan bertingkat, perkantoran, supermarket/plaza, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Namun sampai saat ini belum semua gedung yang disebutkan di atas memiliki sarana hidran tersebut, atau kalau pun ada kondisinya belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan bahkan ada yang dalam kondisi rusak. Keberadan hidran ini sangat penting untuk menjadi sarana pertolongan pertama pada bencana kebakaran yang tentu saja bila tidak ditangani secara serius akan mengakibatkan kerugian baik materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu perlu ada penataan sarana hidran ini dengan membuat rencana induk sistem proteksi kebakaran yang sampai saat ini belum dimiliki oleh pemerintah daerah ataupun dinas terkait.

  3. Kondisi Kualitas Pelayanan Publik dan Perijinan Bangunan. Beberapa kawasan di Kabupaten Padang Lawas belum memiliki rencana tata bangunan dan lingkungan, namun telah memiliki Perda No.08 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung untuk mengatur penegakan aturan tata bangunan dam lingkungan tersebut karena RTBL belum ada. Keadaan demikian tentu saja sangat baik bagi proses perijinan pendirian bangunan yang sesuai dengan fungsi kawasan. Akibat pelayanan publik terhadap perijinan mendirikan bangunan gedung ini tidak dapat terlaksana secara baik, maka bermunculan bangunan gedung yang sesuai dengan fungsi lahan/kawasan. Akhirnya ini berdampak pada kawasan yang telah direncanakan dan akan menaikkan citra kawasan itu sendiri. Tingkat keselamatan, keamanan serta kenyamanan bangunan dan lingkungan bisa terwujud dengan baik.

  4. Permasalahan utama dalam penataan bangunan bersejarah di Kabupaten Padang Lawas adalah belum adanya aturan yang mengatur perlindungan bangunan- bangunan tersebut, sehingga sangat mungkin terjadi pembongkaran atau pemugaran yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi/preservasi bangunan bersejarah

7.2.2. Sasaran Program

7.2.2.1. Sasaran dan Target Pencapaian Program PBL

  Dari kondisi eksisting seperti telah diuraikan diatas yamg merupakan kesimpulan terhadap berbagai permasalahan dan isu-isu strategis Sektor PBL di Kabupaten Padang Lawas selanjutnya perlu dipahami dukungan program-program pengembangan PBL yang telah diprioritaskan pemerintah pusat guna memdapatkan stimulan dukungan APBN sebagai salah satu solusi keterbatasan dana di daerah.

  Page | Terdapat arahan-arahan kebijakan pengembangan PBL serta program-program yang diprioritaskan menurut sasaran dan target yang telah ditetapkan baik melalui amanat RPJMN maupun yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Bidang Cipta Karya tahun 2015-2019 dengan uraian penjelasan sebagai berikut:

A. Arahan Kebijakan

  Kebijakan pembinaan dan pengembangan penataan bangunan mengacu pada dasar hukum penyelenggaraan bangunan gedung, penataan bangunan serta lingkungannya antara lain adalah sebagai berikut :

  1. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  2. UU No. 26 tahun 2002 tentang Penataan Ruang

  3. UU No. 01 tahun 2011 tentang Penataan Kawasan Permukiman

  4. UU No. 32 tahun 2014 dan UU No. 12 tahun 2016 tentang Pemerintahan Daerah

  5. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  6. UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

  7. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

  8. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2007 temtang Pembagian Urusan Antar Pemerintahan

  9. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

  10. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

  11. Perda No. 08 Tahun 2015 Tentang Bangunan Gedung

B. Lingkup Kegiatan

  Lingkup kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan terkait kepada tugas dan fungsi Direktorat PBL. Pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara. Sedangkan dalam Permen PUPR No. 15/PRT/M/2015 tentang Tugas dan Fungsi Ditjen Bina Penataan Bangunan adalah sebagai berikut.

  1. Penyiapan kebijakan dan strategi, perencanaan teknis, evaluasi dan pelaporan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

  Page |

  2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

  3. Penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

  4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

  5. Fasilitasi, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya;

  6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penataan bangunan dan lingkungan, gedung, rumah negara, penataan ruang terbuka hijau, dan penataan kawasan pusaka, permukiman tradisional, wisata, pos lintas batas negara, rawan bencana, serta kawasan tematik perkotaan dan khusus lainnya; dan

  7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat. Mengacu pada arahan perencanaan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan sesuai sasaran RPJMN 2015-2019 yaitu dalam rangka meningkatkan keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan yang dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu :

  1. Membangun Sistem

  2. Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan)

  3. Memberdayakan Masyarakat Sasaran strategis pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan secara nasional sesuai pendekatan pelaksanaanya serta program kegiatan yang dapat didanani oleh APBN seperti dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 7.7. Sasaran Strategis Pelaksanaan Kegiatan Program PBL Tahun 2017

  Pendekatan Strategi Pelaksanaan Kegiatan Penat aan Bangunan dan Lingkungan Pelaksanaan

   M EM BANGUN M emberikan dukungan pembangunan sist em Rencana Induk/ FS/ DED

   SISTEM infrast rukt ur dengan m em priorit askan sist em Kot a Pusaka/ Hijau/ Smart Cit y infast rukt ur Provinsi/ Kab./ Kot a  Revit alisasi Kaw asan  Rencana Penat aan Bangunan dan Lingkungan

  FASILITASI M elakukan fasilit asi kepada pemerint ah Fasilit asi/ Pendam pingan:

  Page |

  

Pendekatan Strategi Pelaksanaan Kegiatan Penat aan Bangunan dan Lingkungan

Pelaksanaan  DAERAH/ PEM DA daerah dalam penguat an kelem bagaan, Penyusunan Perda Bangunan Gedung 

  PROVINSI/ KAB/ KOTA keuangan, t er masuk pembinaan t eknis Fasilit asi Ruang Terbuka Hijau

   (TERM ASUK t erhadap t ugas dekonsent rasi dan Binw as Penat aan Bangunan KEM ITRAAN) pembant uan  Dukungan Penanganan Bencana  PEM BANGUNAN M emberikan dukungan pembangunan Sosialisasi/ Publikasi 

  BERBASIS infrast rukt ur melalui kegiat an pem ber dayaan Kampanye Publik Kehandalan Bangunan M ASYARAKAT masyarakat

Sasaran St rat egis

  

Pembangunan Menyediakan sarana dan prasarana yang berorientasi pada KONSEP HIJAU dan

Kawasan berketahanan antara lain: green open space (Ruang Terbuka Hijau), green waste

Perkotaan dan (pengelolaan sampah dan limbah), green water (efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan air

Perdesaan permukaan), green transportation (transportasi ramah lingkungan dan terbarukan), green energy (pemanfaatan sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarukan), green economy (pengembangan ekonomi yang berwawasan lingkungan), green building (bangunan gedung hijau).

Pengembangan Mengembangkan RUANG TERBUKA HIJAU dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh

persen) Tata Ruang dari luas kawasan perkotaan.

  Wilayah Nasional

Sumber : M ateri paparan Direktorat Pembinaan Penat aan Bangunan pada W orkshop Persiapan Pelaksanaan Kegiatan

  Perencanaan dan pengendalian PIP DJCK t ahun 2016

  Sebagai upaya pencapaian terhadap arahan kebijakan strategis Program PBL di tahun 2017, Ditjen Cipta Karya telah menetapkan sasaran dan target pencapaian Program PBL melalui Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019 sebagai strategi pelaksanaan Program Bina Penataan Bangunan yang harus dicapai dalam masa 5 (lima) tahun kedepan, seperti dijelaskan pada tabel berikut:

  Page |

  Page |

  VII - 22

Tabel 7.8. Sasaran, Program Kegiatan, Indikator dan Target Program Bina Penataan Bangunan dan Lingkungan

  

7.2.2.2. Standar Pelayanan Minimal Bidang PU Penataa Ruang Sub. Bid. Cipta

Karya