Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya
Rencana Pembangunan
Infrastruktur Cipta Karya7.1. Sektor Pengembangan Permukiman 7.1.1. Kondisi Eksisting
Perumahan di wilayah Kabupaten Sampang dibedakan menurut kawasan kegiatannya, yaitu perumahan di permukiman perkotaan dan perumahan di permukiman perdesaan (yang umumnya tradisional). Secara umum, klasifikasi kondisi pemukiman menurut bangunannya adalah permanen, semi permanen dan darurat. Pemukiman perdesaan pada umumnya adalah bangunan semi permanen dan darurat, karena bahan dan sistem konstruksinya kayu atau bambu.
Rumah Miskin Desa Komis Rumah Miskin Desa Apa’an Kecamatan Pangarengan Kecamatan Kedungdung Rumah Miskin Desa Karangpenang Rumah Miskin Desa Geresmpal Kecamatan Karangpenang Kecamatan Omben
Secara umum kondisi fisik bangunan di Desa Tertinggal Prioritas dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu rumah permanen, semi permanen dan tidak permanen. Penggdolongan fisik tersebut didasarkan pada bahan baku/material pembangunan dari perumahan antara lain diperkeras dengan semen atau tidak, berdinding tembok atau bambu, beratap genting atau tidak, dan lain sebagainya. Berikut paparan kondisi eksisting perumahan dan permukiman di daerah-daerah yang relatif tertinggal. Kecamatan Sampang Paparan mengenai kondisi perumahan dan permukiman di Kecamatan Sampang dikonsentrasikan pada permukiman Pulau Mandangin. Hal ini dilakukan, mengingat (secara umum) kondisi pemukiman di Pulau Mandangin yang jauh lebih tertinggal dari kondisi pemukiman pada umumnya di wilayah Kecamatan Sampang.
Pulau Mandangin Pulau Mandangin merupakan desa tertinggal dan terpencil yang menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Sampang dengan luas wilayah 121,04 Ha. Luas wilayah perumahan/pemukimannya sudah mencapai 94,04 Ha dari lahan permukiman yang ada. Sedangkan penggunaan lahan lain (15 Ha), yaitu perkantoran (5 Ha), sekolah (4 Ha), perdagangan & jasa (1 Ha), serta area kuburan (5 Ha). Sehingga lahan terbuka yang tersisa hanya 4,3 Ha, berupa tegal/ladang. Data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk pemukiman (perumahan) di Pulau Mandangin telah lebih dari 60 % (tepatnya 77,69 %) dari luas lahan keseluruhan, dengan kepadatan pada kawasan pemukiman mencapai 82,58 jiwa/Ha. Dimana dengan mengandalkan penangkapan ikan (195 nelayan) sebagai (satu-satunya) matapencaharian utama tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Sebagai akibatnya, jumlah penduduk (dalam katagori) miskin di Pulau Mandangin terus meningkat dari tahun ke tahun. Data tahun 2007 menunjukkan bahwa dari 4.225 KK yang ada di Pulau Mandangin 58,18% (2.457 KK) adalah keluarga miskin. Secara administratif Pulau Mandangin terbagi atas 3 dusun, yaitu : Dusun Candir, Dusun Kramat dan Dusun Jungbarat. Kepadatan tertinggi perumahan/permukiman berada di sisi utara Pulau Mandangin, yang menjadi bagian dari ketiga dusun tersebut. Sementara di sisi selatan dan sisi timur Pulau Mandangin masih terdapat lahan kosong, namun sebagian sudah dipadati dengan permukiman penduduk.
Tabel 7. 1 Potensi dan Permasalahan Permukiman Pulau Mandangin
Potensi PermasalahanAksesibilitas Tata ruang kurang baik & tidak terencana menyebabkan penyebaran
pemukiman pemukiman tidak selaras dengan penyebaran prasarana pendukungnya; terlayani jalan Pemukiman padat tidak merata dan kumuh; setapak selebar Prasarana lingkungan perumahan sangat terbatas.1
- – 2 m
Sumber : Perencanaan Program Bidang Permukiman Pada Desa Miskin Tertinggal di Pulau Mandangin
Kabupaten SampangPada umumnya, kondisi fisik bangunan perumahan di pulau ini masih kurang memadai, bahkan beberapa rumah belum memenuhi standar (minimum) perumahan yang baik, misal : ventilasi yang buruk, dinding dari papan/bambu, lantai masih dari tanah. Beberapa rumah, walaupun dindingnya tersusun dari bata namun keropos, mengalami kerusakan akibat hawa air laut. Oleh karena itu pengembangan sarana dan prasarana perumahan akan dititikberatkan pada rehabilitasi perumahan. Pemugaran rumah disesuaikan dengan proyeksi kebutuhan rumah sampai dengan tahun 2018.
Tabel 7. 2 Potensi dan Permasalahan Perumahan di Desa Miskin Tertinggal Pulau Mandangin
Potensi Permasalahan Pola permukiman yang menyebar ke Masih banyak rumah tidak permanen segala arah; (berdinding papan & berlantai tanah) & kurang Sebanyak 4.225 KK telah terlayani ventilasi (belum memenuhi standar kesehatan); fasilitas perumahan. Kerapatan bangunan tinggi & kumuh.
Sumber : Penyusunan Perencanaan Program Bidang Permukiman Pada Desa Miskin Tertinggal di Pulau
Mandangin Kabupaten Sampang Kecamatan Sreseh Di wilayah Kecamatan Sreseh, bangunan rumah penduduk yang tergolong permanen (dinding terbuat dari tembok) berjumlah 5.318 unit, rumah bertingkat 7 unit, rumah setengah tembok 2.356 unit, rumah gedek 2.299 unit, dan rumah papas 1.864 unit. Penataan ruang kecamatan yang kurang baik menyebabkan penyebaran permukiman dan prasarana menjadi tidak merata untuk masing-masing desa di Kecamatan Sreseh, menjadi permasalahan bidang permukiman yang paling mengemuka. Pada Kecamatan Sreseh terdapat beberapa desa tertinggal yang memerlukan bantuan di bidang pengembangan permukiman berupa pembangunan perumahan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. 3 Potensi dan Permasalahan Permukiman Kecamatan Sreseh
Potensi Permasalahan Pola permukiman yang Penataan ruang kecamatan yang kurang baik menyebabkan menyebar penyebaran pemukiman dan prasarana menjadi tidak merata Seluruh permukiman untuk masing-masing desa di Kecamatan Sreseh. sudah memiliki akses ke Masih banyaknya rumah yang kurang ventilasi dan berlantai jalan tanah
Masih ada rumah-rumah kumuh yang belum memenuhi standar kesehatan
Sumber : Penyusunan Perencanaan Program Bidang Permukiman Pada Desa Miskin Tertinggal di Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang Tabel 7. 4 Potensi dan Permasalahan Perumahan di Desa Miskin Tertinggal Kecamatan Sreseh
Desa Potensi Permasalahan Pola Permukiman yang Masih banyaknya rumah tidak
Disanah mengelompok permanen Pola permukiman yang Masih banyaknya rumah tidak mengelompok permanen;
Junok Seluruh kepala keluarga (517 KK) Masih banyak rumah yang berlantai telah terlayani fasilitas perumahan tanah
Sumber : Penyusunan Perencanaan Program Bidang Permukiman Pada Desa Miskin Tertinggal di Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang
Secara umum kondisi fisik bangunan di Desa Tertinggal Prioritas dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu rumah permanen, semi permanen dan tidak permanen. Penggolongan fisik tersebut didasarkan pada bahan baku/material pembangunan dari perumahan antara lain diperkeras dengan semen atau tidak, berdinding tembok atau bambu, beratap genting atau tidak, dan lain sebagainya. Jumlah bangunan perumahan sesuai kondisinya di Desa Tertinggal Prioritas adalah sebagai berikut.
Tabel 7. 5 Jumlah Rumah berdasarkan Kondisi Bangunan Perumahan di Desa Tertinggal Prioritas
No Desa Permanen Semi Permanen Tidak Permanen
1. Disanah 7 240
60
2. Junok 80 226 250
Sumber : Penyusunan Perencanaan Program Bidang Permukiman Pada Desa Miskin Tertinggal di Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang
Terlihat bahwa secara kuantitas, kondisi fisik bangunan perumahan di Desa Tertinggal Prioritas masih sangat kurang memadai. Beberapa rumah bahkan belum memenuhi standar perumahan yang baik, misalnya ventilasi yang buruk, dinding dari bambu/papan, lantai yang terbuat dari tanah.
Rumah rawan bencana pada Desa Tertinggal Prioritas terletak pada satu lokasi, yaitu: rumah-rumah yang ada di sepanjang bantaran sungai. Kebanyakan rumah- rumah tersebut melanggar garis sempadan sungai (sepanjang 15 meter). Prosentase jumlah rumah sehat layak huni, rumah tidak sehat tidak layak huni, dan rumah rawan bencana di tiap Desa Tertinggal Prioritas, sebagai berikut.
Tabel 7. 6 Jumlah Rumah Sehat, Tidak Sehat dan Rumah Rawan Bencana Desa Tertinggal Prioritas (Unit)
Sehat Tidak Sehat Rawan Bencana No Desa
% % %
1. Disanah 35 11,40 200 65,15 72 23,45
2. Junok 205 45,05 149 32,75 101 22,20
Sumber : Penyusunan Perencanaan Program Bidang Permukiman Pada Desa Miskin Tertinggal di Kecamatan Sreseh Kab. Sampang
Oleh karena itu pengembangan sarana dan prasarana perumahan akan dititikberatkan pada rehabilitasi perumahan. Kecamatan Jrengik Kondisi permukiman sebagian besar terdiri dari pemukiman tradisional Madura dan cenderung mengarah pada pola tradisional Madura secara umum, yaitu pola Tanean
, dengan pola cluster dan berkelompok. Di sela-sela pemukiman banyak Lanjeng dijumpai masjid/ langgar 1 sebagai sarana ibadah.
Tatanan ini menyebabkan hunian tidak saling merapat dan tidak membuatnya menjadi kumuh. Di samping itu, dalam pola Tanean Lanjeng tersebut terdapat beberapa keluarga yang masih mempunyai hubungan saudara dalam satu cluster. Sehingga kebutuhan rumah di kawasan perdesaan, tidak dapat di asumsikan bahwa 1 KK harus 1 rumah, karena alasan adat dan budaya.
Untuk menghitung backlog rumah perlu dilakukan studi secara khusus dan spesifik. Berdasarkan perhitungan terlihat bahwa jumlah rumah total (9.468 KK) lebih besar daripada jumlah KK (8.364 KK). Hal ini di mungkinkan karena adanya pola cluster yang di huni oleh beberapa KK pada pola permukiman mereka. Pola cluster ini merupakan potensi untuk menjawab kebutuhan rumah berdasarkan data backlog.
Namun pengamatan lapangan menunjukkan adanya pola yang bergeser yang disebabkan karena minimnya lahan milik pribadi. Pola Tanean Lanjeng hingga kini pada umumnya masih dipakai, walaupun bahan yang digunakan sudah tergolong baru (tidak menggunakan kayu). Pada umumnya permukiman tradisional itu menggunakan bahan dan tatanan yang bersifat alami. Dinding rumah masih menggunakan papan kayu atau anyaman bambu. Untuk masyarakat menengah ke atas mulai memakai bahan dinding dari pasangan batu kapur2. Bagian atap menggunakan genteng tanah liat. Bahan bangunan tradisional yang digunakan pada rumah penduduk menjadikannya tergolong dalam kelompok semi permanen dan darurat.
Tabel 7. 7 Kondisi Perumahan di Kecamatan Jrengik Jenis Rumah No Desa
Jumlah Permanen Semi Permanen Non Permanen
1. Margantoko 77 515 377 505
2. Asem Nonggal
67 43 465
57
3. Majangan
41 47 322 410
4. Kalangan Prao
79 60 217 356
5. Asem Raja
43 44 316 403
6. Plakaran
77 55 426 558
7. Buker
95 80 775 950
8. Bancelok 126 83 667 876
9. Mlakah
84 68 610 762
1 Salah satu ciri dari pola Tanean Lanjeng adalah adanya langgar, berupa aula kecil dengan sistem
panggung yang terletak di sisi barat tatanan/sebelah kanan bagian depan rumah.2 Batu kapur merupakan bahan yang mudah di temui di kawasan pesisir.
Jenis Rumah No Desa Jumlah Permanen Semi Permanen Non Permanen
10. Jungkarang 110 71 502 683
11. Kotah
81 81 652 814
12. Jrengik 139 103 677 919
13. Taman
76 76 633 785
14. Panyepen
77 91 704 872
Sumber : Penyusunan Perencanaan Program Pembangunan Bidang Permukiman Pada Desa Miskin
Tertinggal Di Kecamatan Jrengik- – Kabupaten Sampang Tahun 2007
Secara faktual, permukiman tradisional berbahan kayu alam ini diyakini sebagai salah satu bentuk hunian yang tingkat adaptasinya terhadap alam sangat tinggi. Bangunan tradisional merupakan salah satu contoh baik dalam merespon alam. Hal ini merupakan satu potensi yang dapat dikembangkan sebagai salah satu model hunian tradisional yang sehat. Oleh karena itu, selain terkait kondisi rumah, permasalahan yang dihadapi adalah data jumlah rumah semi permanen dan non pemanen pada hunian tradisional tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam keputusan apakah desa tersebut membutuhkan program perbaikan rumah atau tidak. Berdasarkan data jumlah rumah dengan kondisi semi permanen (953 unit) dan darurat dengan dinding gedeg (sejumlah 6.185 unit) dan dinding papan (1.158 unit) cukup banyak. Untuk kondisi permukiman di pusat kota, kondisi ini akan menjadi masalah. Namun untuk kondisi permukiman perdesaan, banyaknya jumlah bangunan dengan kondisi semi permanen bukan masalah yang signifikan. Persoalannya adalah bagaimana menjaga pola hidup sehat dalam rumah tradisional tersebut. Pada Kecamatan Jrengik ini terdapat beberapa desa tertinggal yang memerlukan bantuan pembangunan di bidang perumahan dan permukiman yang selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7. 8 Potensi dan Permasalahan Permukiman Kecamatan Jrengik Potensi Permasalahan jumlah rumah dengan kondisi
Kondisi permukiman sebagian besar merupakan permukiman semi permanen (953 unit) dan tradisional Madura dengan pola cluster dan berkelompok darurat dengan dinding gedeg sehingga menyebabkan hunian tidak saling merapat dan (sejumlah 6.185 unit) dan membuatnya menjadi kumuh. dinding papan (1.158 unit) Bahan bangunan tradisional yang digunakan dalam cukup banyak. kondisi permukiman penduduk (kayu) selalu tergolong dalam kelompok permukiman di pusat kota, semi permanen atau darurat tetapi bentuk hunian ini memiliki kondisi ini akan menjadi tingkat adaptasi terhadap alam sangat tinggi masalah
Sumber : Penyusunan Perencanaan Program Bidang Permukiman Pada Desa Miskin Tertinggal di
Kecamatan Jrengik Kabupaten SampangTabel 7. 9 Potensi dan Permasalahan Perumahan di Desa Miskin Tertinggal Kecamatan Jrengik Desa Potensi Permasalahan Margantoko Kondisi fisik perumahan sudah baik dengan menggunakan pasangan batu bata atau kapur; Banyak perumahan yang sudah berdinding bata, dengan begitu masyarakat sudah menyadari kebutuhan rumah yang sehat dan aman; Tatanan rumahnya berkelompok, tetapi tidak menyurutkan konsep tradisional dengan teknologi bangunan.
Pemukiman berkelompok (clustering); Lokasi cluster pemukiman mayoritas jauh dari jalan utama; Pola yang berkelompok dan jauh dari jalan utara akan sulit untuk berinteraksi dengan keadaan yang ramai dan menyebabkan ketidak tepatan penerimaan informasi; Konsolidasi lahan; Pengembangan permukiman kurang efisien. Asemnonggal Letak permukiman sudah ada yang berada di tepi jalan, sehingga akses ke jalan mudah; Kondisi rumah masih ada yang tradisional namun kebanyakan juga sudah berdinding masif (pasangan batu bata/kapur); Berpencamya pemukiman penduduk menambah jumlah jalan yang harus dibuat sebagai akses; Pemukiman yang tradisional membuat luas lahan pedesaan terkesan luas karena mereka hidup berkelompok dalam suatu tatanan hunian.
Letak rumah yang jauh dan berkelompok membuat jarak komunikasi sulit dan terkesan individual. Konsolidasi lahan; Pengembangan permukiman kurang efisien.
Majangan Bangunan rumah orang berekonomi menengah ke atas atau kepala desa yang sudah beralih ke dinding masif; Mayoritas yang tradisional memiliki pekarangan rumah yang luas lengkap dengan kandang ternak; Bentuk rumah yang tradisional mencirikhaskan permukiman Madura; Pola bermukim kelompok dan berdampingan dengan alam sekitar; Banyak rumah yang tersembunyi dan jauh dari jalan utama desa.
Pemukiman tidak teratur, ada yang tunggal dan berkelompok; Banyak yang memilih tinggal jauh dari jalan utama; Kondisi bangunan masih banyak yang tradisional dari kayu atau bambu; Jalan lingkungan sempit dan banyak cabangnya, tiap cabang kondisinya tanah dan selalu becek pada saat hujan, sempit; Dengan pola pemukiman yang berkelompok dan individu, menambah kesan semakin tidak beraturan Kondisi rurnah yang masih tradisional (kuno) mengurangi tingkat keamanan akan bahaya luar seperti ular,hujan, rayap dan sebagainya.
Sumber : Penyusunan Perencanaan Program Bidang Permukiman Pada Desa Miskin Tertinggal di Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang, diolah.
Dasar pertimbangan untuk kebutuhan rehabilitasi perumahan di wilayah Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut :
Kondisi lantai rumah terbuat dari tanah yang akan diperbaiki dengan plester atau pasangan keramik; Rumah tidak memenuhi kriteria sehat dimana rumah dan kandang ternak menjadi satu, dan ventilasi kurang; Melibatkan peran masyarakat dalam proses rehabilitasi rumah (kapan, dimana, siapa dan bagaimana proses rehabilitasi akan dilaksanakan); Kondisi atap dan dinding yang tidak permanen (dinding dari bambu).
7.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Visi penataan bangunan dan lingkungan adalah terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang layak huni dan berjati diri, sedangkan misinya adalah :
Memberdayakan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan; Gedung yang tertib, layak huni, berjati diri, serasi dan selaras, dan; Memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam penataan lingkungan yang produktif dan berkelanjutan.
7.2.1. Kondisi Eksisting dan Permasalahan
Program Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Sampang adalah sebagai berikut : Pelengkapan aksesibilitas bangunan gedung Penataan dan revitalisasi sarana dan prasarana lingkungan permukiman Peningkatan kualitas bangunan gedung Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Sampang dalam rangka pengembangan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan antara lain : Merupakan cakupan tugas dan kewenangan yang baru, sehingga nama dinasnya menjadi Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang.
Penataan bangunan dan lingkungan menjadi bagian dari Bidang Penataan Ruang dan Pengembangan Perkotaan, juga Bidang Tata Bangunan dan Jasa Konstruksi. Terdapat kerancuan dalam pembagian seksi, dimana tugas dan fungsinya masih tumpang tindih.
Penentuan prioritas penanganan tidak teratur, karena belum ada dokumen Tata Ruang yang berpedoman pada undang-undang yang berlaku yang dapat mengarahkan melalui indikasi programnya. Hal ini mengakibatkan rencana program bidang penataan bangunan dan lingkungan belum jelas.
Target yang akan dicapai antara lain : Tersusunnya rencana rinci tata ruang, baik kawasan perdesaan, kawasan perkotaan maupun kawasan kawasan strategis Terbinanya atas pengaturan pembangunan, pengembangan perkotaan, meliputi penataan manajemen perkotaan, penataan lingkungan perkotaan dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang perkotaan Pembinaan dan pengaturan penyelenggaraan pembangunan gedung dan pelaksanaan pengelolaan bangunan serta pemeliharaannya Sasaran yang akan dicapai : Penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan jasa konstruksi atas penyediaan jasa, penggunaan jasa dan masyarakat meliputi pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan; Pembinaan dan pengaturan pengawasan pengelolaan, penataan pembangunan perumahan, perumahan swadaya kawasan khusus dan tertinggal, serta melaksananan bantuan teknis pembangunan lingkungan perumahan Penyusunan informasi pembangunan permukiman serta pemberdayaan masyarakat dan usaha swasta.
7.3. Pengembangan Air Minum 7.3.1. Kondisi Eksisting
Rencana daerah pelayanan air minum Kabupaten Sampang sampai pada akhir tahun 2033 meliputi kawasan-kawasan yang memiliki tingkat kebutuhan air minum tinggi seperti kawasan padat penduduk, kawasan permukiman, kawasan industri, dan kawasan pariwisata. Penentuan daerah pelayanan juga disesuaikan dengan perencanaan tata ruangnya.
Proyeksi Kebutuhan Air Minum
Pengembangan layanan air bersih bagi masyarakat sangat perlu dilakukan mengingat fungsi dari air bersih tersebut yang sangat penting. Maka untuk analisis kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Sampang dilakukan dengan memproyeksi kebutuhan air sesuai dengan jumlah penduduk yang ada. AM BNA Sampang
Pada tahun 2012 tingkat pelayanan PDAM Kota Sampang yang melayani wilayah Kecamatan Sampang adalah 36 % dari total penduduk keseluruhan Kecamatan Sampang. Pada tahun 2013 tingkat pelayanan PDAM Cabang Camplong diproyeksikan meningkat mencapai 60 % dan meningkat 10 % tiap 5 tahun sampai pada tahun 2033.
Pada tahun 2033 jumlah kebutuhan air untuk kegiatan domestik mencapai 169,60 liter/detik. Sedangkan, untuk kebutuhan air kegiatan non domestik mencapai 25,44 liter/detik. Lebih jelasnya pengenai proyeksi kebutuhan air Kecamatan Sampang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. 10 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Sampang Tahun No Keterangan Satuan
2013 2018 2023 2028 2033 A Kependudukan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 120672 130055 140168 151067 162814
2 Tingkat Pelayanan %
60
70
80 90 100
3 Penduduk Terlayani Jiwa 72403 91039 112134 135960 162814
4 Jumlah Penduduk per SR Jiwa
4
4
4
4
4 B Kebutuhan Domestik
1 Jumlah SR Unit 18101 22760 28034 33990 40704
2 Pemakaian per Orang Lt/Hari
90
90
90
90
90
3 Pemakaian Air SR Lt/Det
75.42
94.83 116.81 141.63 169.60 C Kebutuhan Non Domestik 1 15 % Kebutuhan Domestik Lt/Det
11.31
14.22
17.52
21.24
25.44 D Kebutuhan Air Total Lt/Det 86.73 109.06 134.33 162.87 195.04 E Kehilangan Air
1 Prosentase kehilangan Air %
20
20
20
20
20
2 Jumlah Kehilangan Air Lt/Det
17.35
21.81
26.87
32.57
39.01 F Kebutuhan Air Rata-Rata Lt/Det 104.08 130.87 161.19 195.44 234.05 G Kebutuhan Hari Maksimum
1 Faktor Koefisien
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2
2 Kebutuhan Air Lt/Det 124.90 157.04 193.43 234.53 280.85
H Kebutuhan Jam Puncak1 Faktor Koefisien
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
2 Kebutuhan Air Lt/Det 182,14 229.02 282.09 342.03 409.58
Sumber : Hasil Analisa PDAM Cabang Camplong Pada tahun 2012 tingkat pelayanan PDAM Cabang Camplong yang melayani wilayah Kecamatan Camplong adalah 15,04 % dari total penduduk keseluruhan Kecamatan Camplong. Pada tahun 2013 tingkat pelayanan PDAM Cabang Camplong diproyeksikan meningkat mencapai 60 % dan meningkat 10 % tiap 5 tahun sampai pada tahun 2033. Pada tahun 2033 jumlah kebutuhan air untuk kegiatan domestik mencapai 65,64 liter/detik. Sedangkan, untuk kebutuhan air kegiatan non domestik mencapai 9,82 liter/detik. Lebih jelasnya pengenai proyeksi kebutuhan air Kecamatan Camplong dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. 11 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Camplong No Keterangan Satuan
Tahun
11.40
76.17
68.43
60.22
15.06 F Kebutuhan Air Rata-Rata Lt/Det
13.91
12.70
10.04
90.34 G Kebutuhan Hari Maksimum
2 Jumlah Kehilangan Air Lt/Det
20
20
20
20
20
83.47
1 Faktor Koefisien
75.28 E Kehilangan Air
1 Faktor Koefisien
2 Kebutuhan Air Lt/Det 105,38 119.75 133.31 146.08 158.10
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
82.11 91.41 100.17 108.41 H Kebutuhan Jam Puncak
1.2
72.26
2 Kebutuhan Air Lt/Det
1.2
1.2
1.2
1.2
1 Prosentase kehilangan Air %
69.56
2013 2018 2023 2028 2033 A Kependudukan
4
2 Pemakaian per Orang Lt/Hari
1 Jumlah SR Unit 11781 13388 14904 16332 17675
4 B Kebutuhan Domestik
4
4
4
4 Jumlah Penduduk per SR Jiwa
80
3 Penduduk Terlayani Jiwa 47126 53553 59615 65327 70701
80 90 100
70
60
2 Tingkat Pelayanan %
1 Jumlah Penduduk Jiwa 78543 76504 74519 72585 70701
80
80
63.48
6.55
57.02
50.18
9.82 D Kebutuhan Air Total Lt/Det
9.07
8.28
7.44
65.46 C Kebutuhan Non Domestik 1 15 % Kebutuhan Domestik Lt/Det
80
60.49
55.20
49.59
43.64
3 Pemakaian Air SR Lt/Det
80
Sumber : Hasil Analisa PDAM Cabang Torjun Pada tahun 2012 tingkat pelayanan PDAM Cabang Torjun yang melayani wilayah Kecamatan Torjun adalah 21,56 % dari total penduduk keseluruhan Kecamatan Torjun. Pada tahun 2013 tingkat pelayanan PDAM Cabang Torjun diproyeksikan meningkat mencapai 60 % dan meningkat 10 % tiap 5 tahun sampai pada tahun 2033. Pada tahun 2033 jumlah kebutuhan air untuk kegiatan domestik mencapai 20,06 liter/detik. Sedangkan, untuk kebutuhan air kegiatan non domestik mencapai 3,01 liter/detik. Lebih jelasnya pengenai proyeksi kebutuhan air Kecamatan Torjun dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. 12 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Torjun No Keterangan Satuan
Tahun
26.83
1.2
1.2
1 Faktor Koefisien
27.69 G Kebutuhan Hari Maksimum
27.77
27.51
25.63
1.2
4.61 F Kebutuhan Air Rata-Rata Lt/Det
4.63
4.59
4.47
4.27
2 Jumlah Kehilangan Air Lt/Det
20
1.2
1.2
20
1.75
48.46 Sumber : Hasil Analisa
48.60
48.14
46.95
2 Kebutuhan Air Lt/Det 37,37
1.75
1.75
1.75
2 Kebutuhan Air Lt/Det
1.75
1 Faktor Koefisien
33.23 H Kebutuhan Jam Puncak
33.33
33.01
32.19
30.75
20
20
2013 2018 2023 2028 2033 A Kependudukan
4
80
80
2 Pemakaian per Orang Lt/Hari
1 Jumlah SR Unit 5014 5249 5383 5434 5418
4 B Kebutuhan Domestik
4
4
4
80
4 Jumlah Penduduk per SR Jiwa
3 Penduduk Terlayani Jiwa 20055 20995 21530 21734 21670
80 90 100
70
60
2 Tingkat Pelayanan %
1 Jumlah Penduduk Jiwa 33425 29993 26913 24149 21670
80
80
20
3.02
1 Prosentase kehilangan Air %
23.07 E Kehilangan Air
23.14
22.93
22.36
21.35
3.01 D Kebutuhan Air Total Lt/Det
2.99
3 Pemakaian Air SR Lt/Det
2.92
2.79
20.06 C Kebutuhan Non Domestik 1 15 % Kebutuhan Domestik Lt/Det
20.12
19.94
19.44
18.57
PDAM Cabang Omben Pada tahun 2012 tingkat pelayanan PDAM Cabang Omben yang melayani wilayah Kecamatan Omben adalah 7,6 % dari total penduduk keseluruhan Kecamatan Omben. Pada tahun 2013 tingkat pelayanan PDAM Cabang Omben diproyeksikan meningkat mencapai 60 % dan meningkat 10 % tiap 5 tahun sampai pada tahun 2033. Pada tahun 2033 jumlah kebutuhan air untuk kegiatan domestik mencapai 71,20 liter/detik. Sedangkan, untuk kebutuhan air kegiatan non domestik mencapai 10,68 liter/detik. Lebih jelasnya pengenai proyeksi kebutuhan air Kecamatan Omben dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. 13 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Omben No Keterangan Satuan Tahun
11.48
78.67
68.87
59.06
16.38 F Kebutuhan Air Rata-Rata Lt/Det
14.74
13.11
9.84
98.25 G Kebutuhan Hari Maksimum
2 Jumlah Kehilangan Air Lt/Det
20
20
20
20
20
88.47
1 Faktor Koefisien
81.88 E Kehilangan Air
1 Faktor Koefisien
2 Kebutuhan Air Lt/Det 86,13 120.52 137.68 154.82 171.94
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
82.65 94.41 106.16 117.90 H Kebutuhan Jam Puncak
1.2
70.87
2 Kebutuhan Air Lt/Det
1.2
1.2
1.2
1.2
1 Prosentase kehilangan Air %
73.72
2013 2018 2023 2028 2033 A Kependudukan
4
2 Pemakaian per Orang Lt/Hari
1 Jumlah SR Unit 11555 13475 15393 17309 19223
4 B Kebutuhan Domestik
4
4
4
4 Jumlah Penduduk per SR Jiwa
80
3 Penduduk Terlayani Jiwa 46220 53899 61570 69235 76893
80 90 100
70
60
2 Tingkat Pelayanan %
1 Jumlah Penduduk Jiwa 77034 76999 76963 76928 76893
80
80
65.56
6.42
57.39
49.22
10.68 D Kebutuhan Air Total Lt/Det
9.62
8.55
7.49
71.20 C Kebutuhan Non Domestik 1 15 % Kebutuhan Domestik Lt/Det
80
64.11
57.01
49.91
42.80
3 Pemakaian Air SR Lt/Det
80
Sumber : Hasil Analisa PDAM Cabang Kedungdung Pada tahun 2012 tingkat pelayanan PDAM Cabang Kedungdung yang melayani wilayah Kecamatan Kedungdung adalah 12,36 % dari total penduduk keseluruhan Kecamatan Kedungdung. Pada tahun 2013 tingkat pelayanan PDAM Cabang kecungdung diproyeksikan meningkat mencapai 60 % dan meningkat 10 % tiap 5 tahun sampai pada tahun 2033. Pada tahun 2033 jumlah kebutuhan air untuk kegiatan domestik mencapai 112,22 liter/detik. Sedangkan, untuk kebutuhan air kegiatan non domestik mencapai 16,83 liter/detik. Lebih jelasnya pengenai proyeksi kebutuhan air Kecamatan Kedungdung dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. 14 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Kedungdung No Keterangan Satuan Tahun
1 Faktor Koefisien
20
20
20
20
20
2 Jumlah Kehilangan Air Lt/Det
12.78
15.65
18.76
22.14
25.81 F Kebutuhan Air Rata-Rata Lt/Det
76.69
93.87 112.56 132.85 154.87 G Kebutuhan Hari Maksimum
1.2
78.23 93.80 110.71 129.06 E Kehilangan Air
1.2
1.2
1.2
1.2
2 Kebutuhan Air Lt/Det 92.03 112.65 135.07 159.42 185.84 H Kebutuhan Jam Puncak
1 Faktor Koefisien
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
2 Kebutuhan Air Lt/Det 111,84 164.28 196.97 232.49 271.02
1 Prosentase kehilangan Air %
63.91
2013 2018 2023 2028 2033 A Kependudukan
1 Jumlah SR Unit 13338 16326 19575 23105 26934
1 Jumlah Penduduk Jiwa 88918 93289 97875 102687 107734
2 Tingkat Pelayanan %
60
70
80 90 100
3 Penduduk Terlayani Jiwa 53351 65302 78300 92418 107734
4 Jumlah Penduduk per SR Jiwa
4
4
4
4
4 B Kebutuhan Domestik
2 Pemakaian per Orang Lt/Hari
16.83 D Kebutuhan Air Total Lt/Det
90
90
90
90
90
3 Pemakaian Air SR Lt/Det
55.57
68.02
81.56 96.27 112.22 C Kebutuhan Non Domestik 1 15 % Kebutuhan Domestik Lt/Det
8.34
10.20
12.23
14.44
Sumber : Hasil Analisa PDAM Cabang Ketapang Pada tahun 2012 tingkat pelayanan PDAM Cabang Ketapang yang melayani wilayah Kecamatan Ketapang adalah 11,7 % dari total penduduk keseluruhan Kecamatan Ketapang. Pada tahun 2013 tingkat pelayanan PDAM Cabang Ketapang diproyeksikan meningkat mencapai 60 % dan meningkat 10 % tiap 5 tahun sampai pada tahun 2033. Pada tahun 2033 jumlah kebutuhan air untuk kegiatan domestik mencapai 91,51 liter/detik. Sedangkan, untuk kebutuhan air kegiatan non domestik mencapai 17,73 liter/detik. Lebih jelasnya pengenai proyeksi kebutuhan air Kecamatan Ketapang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. 15 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Ketapang No Keterangan Satuan
Tahun
1 Faktor Koefisien
20
20
20
20
20
2 Jumlah Kehilangan Air Lt/Det
10.81
13.12
15.58
18.22
21.05 F Kebutuhan Air Rata-Rata Lt/Det
64.88
78.69 93.49 109.34 126.29 G Kebutuhan Hari Maksimum
1.2
77.91 91.11 105.24 E Kehilangan Air
1.2
1.2
1.2
1.2
2 Kebutuhan Air Lt/Det
77.86
94.43 112.19 131.20 151.55 H Kebutuhan Jam Puncak1 Faktor Koefisien
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
2 Kebutuhan Air Lt/Det 94,62 137.71 163.61 191.34 221.01
Smber : Hasil Analisa PDAM Cabang Sreseh Pada tahun 2013 tingkat pelayanan PDAM Cabang Camplong diproyeksikan meningkat mencapai 60 % dan meningkat 10 % tiap 5 tahun sampai pada tahun 2033. Pada tahun 2033 jumlah kebutuhan air untuk kegiatan domestik mencapai 47,57 liter/detik. Sedangkan, untuk kebutuhan air kegiatan non domestik mencapai 7,14 liter/detik. Lebih jelasnya pengenai proyeksi kebutuhan air Kecamatan Camplong dapat dilihat pada tabel berikut.
1 Prosentase kehilangan Air %
65.58
2013 2018 2023 2028 2033 A Kependudukan
80
1 Jumlah Penduduk Jiwa 84631 87978 91458 95076 98836
2 Tingkat Pelayanan %
60
70
80 90 100
3 Penduduk Terlayani Jiwa 50779 61585 73166 85568 98836
4 Jumlah Penduduk per SR Jiwa
4
4
4
4
4 B Kebutuhan Domestik
1 Jumlah SR Unit 12695 15396 18292 21392 24709
2 Pemakaian per Orang Lt/Hari
80
54.07
80
80
80
3 Pemakaian Air SR Lt/Det
47.02
57.02
67.75
79.23
91.51 C Kebutuhan Non Domestik 1 15 % Kebutuhan Domestik Lt/Det
7.05
8.55
10.16
11.88
13.73 D Kebutuhan Air Total Lt/Det
Tabel 7. 16 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Sreseh No Keterangan Satuan
Tahun
2013 2018 2023 2028 2033 A Kependudukan
1 Jumlah Penduduk Jiwa 36107 39436 43071 47042 51378
1.2
1 Faktor Koefisien
78.78 H Kebutuhan Jam Puncak
64.92
52.83
42.33
33.22
2 Kebutuhan Air Lt/Det
1.2
1.2
1.75
1.2
1.2
1 Faktor Koefisien
65.65 G Kebutuhan Hari Maksimum
54.10
44.03
35.27
27.68
1.75
1.75
9.02
60
4
4
4
4
4 Jumlah Penduduk per SR Jiwa
3 Penduduk Terlayani Jiwa 20080 21907 23414 24633 25596
80 90 100
70
2 Tingkat Pelayanan %
1.75
1 Jumlah Penduduk Jiwa 33466 31296 29268 27370 25596
2013 2018 2023 2028 2033 A Kependudukan
Tabel 7. 17 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Jrengik No Keterangan Satuan
Tahun
Sumber : Hasil Analisa Kecamatan Jrengik Pada saat ini Kecamatan Jrengik belum terlayani PDAM, untuk itu pada tahun 2013 Kecamatan Jrengik akan dilayani oleh PDAM dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih dengan tingkat pelayanan 60 % dan meningkat 10 % tiap 5 tahun sampai pada tahun 2033. Pada tahun 2033 jumlah kebutuhan air untuk kegiatan domestik mencapai 23,70 liter/detik. Sedangkan, untuk kebutuhan air kegiatan non domestik mencapai 3,56 liter/detik. Lebih jelasnya pengenai proyeksi kebutuhan air Kecamatan Jrengik dapat dilihat pada tabel berikut.
77.05 94.67 114.89
61.73
2 Kebutuhan Air Lt/Det 40,36
1.75
10.94 F Kebutuhan Air Rata-Rata Lt/Det
7.34
2 Tingkat Pelayanan %
4 B Kebutuhan Domestik
3 Pemakaian Air SR Lt/Det
80
80
80
80
80
2 Pemakaian per Orang Lt/Hari
1 Jumlah SR Unit 5416 6901 8614 10584 12845
4
25.56
4
4
4
4 Jumlah Penduduk per SR Jiwa
3 Penduduk Terlayani Jiwa 21664 27605 34457 42338 51378
80 90 100
70
60
20.06
31.90
5.88
54.71 E Kehilangan Air
4.61
2 Jumlah Kehilangan Air Lt/Det
20
20
20
20
20
1 Prosentase kehilangan Air %
45.08
39.20
36.69
29.39
23.07
7.14 D Kebutuhan Air Total Lt/Det
5.88
4.79
3.83
3.01
47.57 C Kebutuhan Non Domestik 1 15 % Kebutuhan Domestik Lt/Det
4 No Keterangan Satuan
Tahun
2013 2018 2023 2028 2033 B Kebutuhan Domestik
1 Jumlah SR Unit 5020 5477 5854 6158 6399
44.90
A Kependudukan
No Keterangan Satuan Tahun 2013 2018 2023 2028 2033
Tabel 7. 18 Proyeksi Kebutuhan Air Kecamatan Tambelangan
Kecamatan Tambelangan Pada saat ini Kecamatan Tambelangan belum terlayani PDAM, untuk itu pada tahun 2013 Kecamatan Tambelangan akan dilayani oleh PDAM dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih dengan tingkat pelayanan 60 % dan meningkat 10 % tiap 5 tahun sampai pada tahun 2033. Pada tahun 2033 jumlah kebutuhan air untuk kegiatan domestik mencapai 46,07 liter/detik. Sedangkan, untuk kebutuhan air kegiatan non domestik mencapai 6,91 liter/detik. Lebih jelasnya pengenai proyeksi kebutuhan air Kecamatan Tambelangan dapat dilihat pada tabel berikut.
57.24 Sumber : Hasil Analisa
55.08
52.36
48.99
2 Kebutuhan Air Lt/Det
2 Tingkat Pelayanan %
1.75
1.75
1.75
1.75
1.75
1 Faktor Koefisien
39.25 H Kebutuhan Jam Puncak
37.77
35.90
1 Jumlah Penduduk Jiwa 51936 51383 50836 50294 49759
60
30.79
80
41.91
37.66
33.30
28.85
3 Pemakaian Air SR Lt/Det
80
80
80
80
2 Pemakaian per Orang Lt/Hari
70
1 Jumlah SR Unit 7790 8992 10167 11316 12440
4 B Kebutuhan Domestik
4
4
4
4
4 Jumlah Penduduk per SR Jiwa