Uji toksisitas akut oral jamu KP dan KPP pada tikus betina (kajian histologi) - USD Repository

  UJI TOKSISITAS AKUT ORAL JAMU KP DAN KPP PADA TIKUS BETINA (KAJIAN HISTOLOGI)

  SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Tara Asie NIM : 058114112

  FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010 UJI TOKSISITAS AKUT ORAL JAMU KP DAN KPP PADA TIKUS BETINA (KAJIAN HISTOLOGI)

  SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh:

  Tara Asie NIM : 058114112

  FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

  

Berserulah kepada Ku pada waktu kesesakan, Aku

Berserulah kepada----Ku pada waktu kesesakan, Aku Berserulah kepada Berserulah kepada Ku pada waktu kesesakan, Aku Ku pada waktu kesesakan, Aku

akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan

akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan

Aku (Maz 50: 15) Aku (Maz 50: 15) Aku (Maz 50: 15) Aku (Maz 50: 15)

Tuhan dipihakku. Tuhan dipihakku. Tuhan dipihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang Aku tidak akan takut. Apakah yang Aku tidak akan takut. Apakah yang

Tuhan dipihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang

dapat dilakukan manusia terhadap aku? (Maz 118: 6) dapat dilakukan manusia terhadap aku? (Maz 118: 6) dapat dilakukan manusia terhadap aku? (Maz 118: 6) dapat dilakukan manusia terhadap aku? (Maz 118: 6)

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah

aku dan kenallah pikiran aku dan kenallah pikiran aku dan kenallah pikiran pikiranku; lihatlah, apakah pikiranku; lihatlah, apakah pikiranku; lihatlah, apakah

aku dan kenallah pikiran----pikiranku; lihatlah, apakah

jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

(Maz 139: 23 (Maz (Maz (Maz 139: 23 139: 23 139: 23----24) 24) 24) 24)

  PRAKATA Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

  Esa atas berkat, karunia, cinta, dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Uji Toksisitas Akut Oral Jamu KP Dan KPP Pada Tikus Betina (Kajian Histologi)” untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).

  Semua kelancaran dan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Yesus Kristus atas semua anugrah dan berkat yang telah diberikan. “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28: 20b).

  2. Papa, Mama, Kak Andry, dan Merry yang telah giat mengingatkan akan Tuhan, berdoa, serta memberi dukungan dan cinta yang luar biasa kepada penulis. “Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu dan jangan menyia- nyiakan ajaran ibumu” (Ams 1: 1).

  3. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Ipang Djunarko, S.Si., Apt., selaku doses pembimbing yang telah mempercayakan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini, memberikan arahan dan mendampingi penulis selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

  5. Phebe Hendra, M. Si., Ph.D., Apt yang telah memberikan kesediaannya sebagai dosen penguji dan memberikan saran, masukan, serta kritik yang membangun. 6. dr. Fenty, M. Kes., Sp.PK yang telah memberikan kesediaannya sebagai dosen penguji dan memberikan saran, masukan, serta kritik yang membangun.

  7. Mas Kayat, Mas Parjiman, Mas Heru (laboran Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi) Mas Sigit dan Mas Wagiran (laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia) yang telah banyak membantu dalam proses penelitian, dan telah menyediakan hewan uji dan fasilitas yang dibutuhkan.

  8. Pak Dian di Laboratorium Patologi, Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Wilayah IV Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah membantu membuatkan preparat histologi organ.

  9. Prof. Drh. Kurniasih, MVSc., PhD., selaku Kepala Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah membimbing penulis dalam melakukan pembacaan preparat histologi organ dan telah banyak memberikan arahan, saran, dan masukkan kepada penulis.

  D.S, Suster Bernadetta atas persahabatan yang telah diberikan selama ini dan dengan giat memotivasi penulis selama penyusunan naskah skripsi.

  11. Mbak Nana, Anni, Maya, Melda, Sisca, Yesika, Wira, Ivonie, Rillya, Fani, Mbak Nur, dan teman-teman kos Canna lainnya yang telah membantu dalam dukungan, semangat dan kebersamaan selama ini.

  12. Arga, Stevani, Thea, Vivin, Adria, Indah, Dhika, dan Fepty atas persahabatan dan kebersamaan selama KKN.

  13. Teman-teman FKK 2005, FKK 2006, ex kelas C 2005 yang selalu berbagi kebersamaan.

  14. Lappie (9 September 2008 - 18 Desember 2009) yang telah berjuang bersama penulis untuk menyelesaikan tugas kuliah dan skripsi walaupun kebersamaan ini hanya berlangsung setahun.

  15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

  Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Atas keterbatasan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  Penulis INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum spektrum efek toksik produk jamu KP dan KPP berupa perubahan berat badan, gejala dan wujud efek toksik serta mekanisme yang memperantarai kematian hewan uji yaitu tikus betina galur Wistar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan analitik evaluatif yang bersifat prospektif.

  Penelitian dilakukan dengan memejankan suspensi jamu KP dan KPP sebanyak 1 kali kemudian dilakukan pengamatan terhadap perubahan berat badan, gejala fisik yang ditimbulkan, mekanisme kematian hewan uji dan histologi organ. Data yang diperoleh berupa perubahan berat badan dianalisis dengan General

  

Linear Model (GLM) Repeated Measure yang dilanjutkan dengan uji Post Hoc

  dengan metode Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%. Data gejala toksik digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan mekanisme penyebab kematian hewan uji. Data histologi digunakan untuk mengetahui wujud efek toksik berupa perubahan struktural jaringan yang ditimbulkan oleh jamu KP dan KPP.

  Hasil penelitian menunjukkan berbeda tidak bermakna antara berat badan tikus terhadap peningkatan dosis jamu KP dan KPP, tidak terdapat gejala toksik pada pengamatan 24 jam dan 14 hari tetapi pada hari ke-2 pada dosis 3168 mg/kgBB jamu KP dan KPP tikus mengeluarkan tinja yang berair dengan warna kecoklatan. Mekanisme kematian pada tikus dilihat dari hasil pemeriksaan histologi, tidak dapat dijelaskan secara pasti. Perubahan yang terjadi pada beberapa organ seperti organ hati, usus, dan lambung dalam keadaan normal.

  Kata kunci: toksisitas jamu, spektrum efek toksik, histologi.

  ABSTRACT The purpose of this study was to determine the general view of the spectrum of toxic effects of jamu KP and KPP products, symptoms, forms and mechanism that mediated the death of female Wistar rats. This was an experimental research for analytical prospective evaluation.

  This research was carried out by orally suspensions jamu KP and KPP once. The next observations were for body weight changes, physical symptoms, organ histological, and mechanisms that caused the death of tested animals. Data was obtained in the form of weight changes that were analyzed with General Linear Model (GLM) Repeated Measure and Post Hoc test that was followed with Scheffe method in 95% confidence level. The author used the toxic symptoms to evaluate mechanisms possibilities of the death of tested animals, and histological data used to know the toxic effects that were caused by jamu KP and KPP.

  The results showed that there were no significant differences between rat weight of additional doses of jamu KP and KPP, there were no toxic symptoms in 24-hour observation and 14 days but on the second day at a dose of 3168 mg/kgBW jamu KP and KPP rat feced out watery brown color. The mechanism of death in rat can not be explained clearly based on the result of histological observation. The changes that were occurred in several organs such as the liver, intestines, and stomach remained in the normal state. Keywords : herbal toxicity, the spectrum of toxic effects, histology

  DAFTAR ISI Halaman

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi PRAKATA ..................................................................................................... vii

  INTISARI ....................................................................................................... x

  

ABSTRACT ...................................................................................................... xi

  DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix

  BAB I PENGANTAR ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1

  1. Permasalahan ................................................................................ 3

  2. Keaslian penelitian ........................................................................ 3

  3. Manfaat penelitian ......................................................................... 3

  B. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

  1. Tujuan umum ................................................................................ 4

  2. Tujuan khusus ............................................................................... 4

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 5 A. Obat Tradisional ................................................................................ 5 B. Jamu KP Dan KPP ............................................................................. 5 1. uazoma Ulmifolia Lamk .............................................................. 5

  2. Camellia Sinensis .......................................................................... 6

  C. Toksikologi ........................................................................................ 7

  1. Asas-asas toksikologi .................................................................... 7

  2. Uji Ketoksikan Akut ..................................................................... 9

  D. Anatomi Fisiologi ............................................................................ 11

  1. Jantung ........................................................................................ 11

  2. Paru-paru ..................................................................................... 12

  3. Hati .............................................................................................. 12

  4. Usus ............................................................................................. 13

  5. Ginjal ........................................................................................... 14

  6. Lambung ..................................................................................... 15

  7. Limpa .......................................................................................... 16

  8. Sistem Reproduksi ...................................................................... 16

  E. Histologi ........................................................................................... 17

  F. Landasan Teori ................................................................................ 18

  G. Hipotesis .......................................................................................... 19

  BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 20 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 20 B. Variabel dan Definisi Operasional ................................................... 20

  1. Variabel penelitian ...................................................................... 20

  2. Definisi operasional .................................................................... 21

  C. Bahan Penelitian .............................................................................. 21

  D. Alat dan Instrumen Penelitian .......................................................... 22

  E. Tata Cara Penelitian ......................................................................... 23

  1. Penyiapan hewan uji ................................................................... 23

  2. Pengujian toksisitas akut jamu KP dan KPP ............................... 23

  3. Pengamatan ................................................................................. 24

  4. Pemeriksaan Histologi ................................................................ 24

  F. Analisis Hasil ........................................................................................ 25

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 26 A. Pengamatan Fisik Gejala-Gejala Toksik .......................................... 26 B. Pemeriksaan Histologi ..................................................................... 31

  1. Jantung ........................................................................................ 32

  2. Paru-paru ..................................................................................... 33

  3. Hati .............................................................................................. 34

  4. Usus ............................................................................................. 37

  5. Ginjal ........................................................................................... 39

  6. Lambung ..................................................................................... 40

  7. Limpa .......................................................................................... 42

  8. Uterus .......................................................................................... 44

  9. Ovarium ...................................................................................... 46

  C. Rangkuman Pembahasan ................................................................. 47

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 49 A. Kesimpulan ...................................................................................... 49 B. Saran ................................................................................................ 50 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51 LAMPIRAN ..................................................................................................... 54 BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 79

  DAFTAR TABEL Halaman

  Tabel I. Klasifikasi zat kimia yang sesuai dengan toksisitas relatif .............. 10 Tabel II. Purata berat badan tikus betina hari ke-2 sampai ke14 setelah pemejanan suspensi jamu KP dan KPP dosis tunggal p.o ............... 27 Tabel III. Hasil pengujian statistik Post Hoc dengan metode LSD untuk melihat pengaruh perubahan berat badan setelah pemejanan jamu KP dan KPP ........................................................................................... 29

  Tabel IV. Hasil pemeriksaan kualitatif gejala-gejala toksik tikus betina pada 24 jam setelah pemberian suspensi jamu KP dan KPP secara oral....................................................................................................30

  Tabel V. Hasil pemeriksaan kualitatif gejala-gejala toksik tikus betina pada hari ke-14 setelah pemberian suspensi jamu KP dan KPP secara oral....................................................................................................30

  Tabel VI. Hasil pemeriksaan histologi beberapa organ tikus betina akibat pemejanan suspensi jamu KP dan KPP, pengamatan 24 jam dan 14 hari ................................................................................................... 32

  DAFTAR GAMBAR Halaman

  Gambar 1. Grafik perubahan berat badan tikus betina setelah pemejanan jamu KP selama 14 hari ............................................................................ 28

  Gambar 2. Grafik perubahan berat badan tikus betina setelah pemejanan jamu KPP selama 14 hari .......................................................................... 28

  Gambar 3. Struktur mikroskopis organ jantung tikus betina perbesaran 400x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : normal .............. 33 Gambar 4. Struktur mikroskopis organ paru tikus betina perbesaran 400x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : normal .............. 34 Gambar 5. Struktur mikroskopis organ paru tikus betina perbesaran 400x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : pneumonia interstisialis ...................................................................................... 34

  Gambar 6. Struktur mikroskopis organ hati tikus betina perbesaran 400x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : normal .............. 37 Gambar 7. Struktur mikroskopis organ hati tikus betina perbesaran 400x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : nekrosis ............ 37 Gambar 8. Struktur mikroskopis organ harti tikus betina perbesaran 40x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : kongesti ............ 37 Gambar 9. Struktur mikroskopis organ usus tikus betina perbesaran 200x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : normal .............. 39 Gambar 10. Struktur mikroskopis organ usus tikus betina perbesaran 40x

  Gambar 11. Struktur mikroskopis organ ginjal tikus betina perbesaran 400x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : normal .............. 40 Gambar 12. Struktur mikroskopis organ lambung tikus betina perbesaran 200x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : normal .............. 42 Gambar 13. Struktur mikroskopis organ usus lambung betina perbesaran 200x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : radang .............. 42 Gambar 14. Struktur mikroskopis organ lambung tikus betina perbesaran 200x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : udem ................ 42 Gambar 15. Struktur mikroskopis organ limpa tikus betina perbesaran 400x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : normal .............. 44 Gambar 16. Struktur mikroskopis organ uterus tikus betina perbesaran 400x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : normal .............. 45 Gambar 17. Struktur mikroskopis organ uterus tikus betina perbesaran 200x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : estrus ................ 45 Gambar 18. Struktur mikroskopis organ uterus tikus betina perbesaran 40x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : radang .............. 46 Gambar 19. Struktur mikroskopis organ ovarium tikus betina perbesaran 400x pewarnaan haematoxyllin dan eosin. keterangan : normal .............. 46

  DAFTAR LAMPIRAN Halaman

  Lampiran 1. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Aquades Dosis 25 g/KgBB Pengamatan 24 Jam ........... 55

  Lampiran 2. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KP Dosis 49,5 mg/KgBB Pengamatan 24 Jam ................................................................................................... 56

  Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KP Dosis 198 mg/KgBB Pengamatan 24 Jam ................................................................................................... 57

  Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KP Dosis 792 mg/KgBB Pengamatan 24 Jam ................................................................................................... 58

  Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KP Dosis 3168 mg/KgBB Pengamatan 24 Jam ................................................................................................... 59

  Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KP Dosis 49,5 mg/KgBB Pengamatan 24 Jam ................................................................................................... 60

  Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KPP Dosis 198 mg/KgBB Pengamatan 24 Jam ................................................................................................... 61

  Lampiran 8. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KPP Dosis 792 mg/KgBB Pengamatan 24 Jam ................................................................................................... 62

  Lampiran 9. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KPP Dosis 3168 mg/KgBB Pengamatan

  24 Jam ..............................................................................................63 Lampiran 10. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah

  Pemberian Aquades Dosis 25 g/KgBB Pengamatan 14 Hari .......... 64 Lampiran 11. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah

  Pemberian Suspensi Jamu KP Dosis 49,5 mg/KgBB Pengamatan 14 Hari .................................................................................................. 65

  Lampiran12. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KP Dosis 198 mg/KgBB Pengamatan 14 Hari .................................................................................................. 66

  Lampiran13. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KP Dosis 792 mg/KgBB Pengamatan 14 Hari .................................................................................................. 67

  Lampiran14. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KP Dosis 3168 mg/KgBB Pengamatan 14 Hari .................................................................................................. 68

  Lampiran15. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KPP Dosis 49,5 mg/KgBB Pengamatan

  14 Hari ............................................................................................. 69

  Lampiran16. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KPP Dosis 198 mg/KgBB Pengamatan 14 Hari .................................................................................................. 70

  Lampiran17. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KPP Dosis 792 mg/KgBB Pengamatan 14 Hari .................................................................................................. 71

  Lampiran18. Hasil Pemeriksaan Gejala Toksik pada Tikus Betina Setelah Pemberian Suspensi Jamu KPP Dosis 3168 mg/KgBB Pengamatan

  14 Hari.................. ........................................................................... 72 Lampiran19. Data Penimbangan Berat Badan Tikus Betina Selama 14 Hari Akibat

  Pemejanan Jamu KP Dan Jamu KPP ............................................... 73 Lampiran20. Hasil Uji Statistik (General Linear Model (GLM) Repeated

  Measure) Berat Badan Tikus Betina Perhari Akibat Pemejanan Suspensi Jamu KP Dosis Tunggal Secara Peroral............................75

  Lampiran21. Hasil Uji Statistik (General Linear Model (GLM) Repeated Measure) Berat Badan Tikus Betina Perhari Akibat Pemejanan Suspensi Jamu KPP Dosis Tunggal Secara Peroral ......................... 76

  Lampiran22. Hasil Pemeriksaan Histologi Organ Tikus Betina Setelah Pemejanan Jamu KP dan KPP (Pengamatan 24 Jam Dan 14 Hari) ................... 77

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pemanfaatan obat tradisional sebagai pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit telah dilakukan sejak dahulu kala. Penggunaan obat

  tradisional selama ini terutama didasarkan pada pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun. Warisan budaya bangsa ini dalam memanfaatkan tumbuhan guna memelihara kesehatan dan mengobati penyakit masih tetap dipertahankan sampai sekarang (Soedibyo, 1998).

  Penggunaan obat tradisional di masyarakat Indonesia sampai saat ini masih terus terpelihara dan masih bertahan dari generasi ke generasi. Obat tradisional dianggap dan diharapkan berperan serta dalam usaha pencegahan, pengobatan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat.

  Penggunaan obat tradisional dinilai memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern, dengan ketentuan jika obat tradisional yang digunakan memenuhi persyaratan tepat bahan tanaman, tepat dosis, tepat waktu penggunaan, tepat cara penggunaan, tanpa penyalahgunaan, tepat dalam hal indikasi serta tepat dalam penelaahan informasi seputar obat tradisional tersebut (Sari, 2006).

  Salah satu obat tradisional adalah jamu. Obat tradisional yang berupa jamu sudah banyak beredar di pasaran, diantaranya adalah buatan industri pabrik modern dan industri rumah tangga. Jamu dikenal sebagai produk yang berasal dari alam dan bersifat alami. Jamu merupakan obat tradisional yang bahan bakunya berupa simplisia yang belum mengalami standarisasi dan belum pernah diteliti.

  Walaupun berasal dari alam dan bersifat alami namun penggunaan jamu yang tidak mematuhi aturan akan membahayakan masyarakat itu sendiri (Harmanto, dan Subroto, 2006). Keamanan dari penggunaan jamu ini berkaitan dengan toksisitas dari efek yang tidak dikehendaki.

  Salah satu produk jamu adalah jamu KP dan KPP yang merupakan produk PT. Industri Jamu Borobudur Semarang dan diklaim mampu menurunkan berat badan. Komposisi jamu KP yaitu jati belanda dan komposisi jamu KPP yaitu jati belanda dan green tea. Menurut Suharmiati (2003) kandungan senyawa kimia jati belanda ialah tanin, musilago, kafein. Kandungan senyawa kimia green tea adalah catechin (Cabrera, Artacho, & Gimenez, 2006).

  Meskipun merupakan produk obat tradisional tetapi penggunaan jamu KP dan KPP secara berlebihan juga dapat menimbulkan risiko efek toksik terutama bila didasari keinginan supaya berat badan cepat turun. Efek toksik yang ditimbulkan dapat berupa efek toksik akut dan sub akut. Efek toksik akut terjadi pada penggunaan yang melebihi dosis terapi dalam sekali pakai sedangkan efek toksik sub akut terjadi pada penggunaan berulang dalam jangka waktu yang lama walaupun dengan dosis terapi. Efek toksik ini dapat pula menimbulkan kerusakan sel dan jaringan organ dalam tubuh.

  Penilaian mengenai efek toksik ini dilihat berdasarkan potensi ketoksikan dan spektrum efek toksik. Pernah dilaporkan potensi ketoksikan akut oral jamu KP dan KPP yang dinyatakan dengan LD semu > 3168 mg/KgBB (Djunarko,

  50

  2009). Spektrum efek toksik berupa kondisi, wujud dan sifat efek toksik jamu KP dan KPP masih belum diketahui sehingga pada penelitian ini dilakukan penelusuran lanjutan untuk mengungkap gambaran umum tentang spektrum efek toksik oral jamu KP dan KPP berdasarkan data histologi.

  1. Permasalahan a.

  Bagaimana pengaruh pemejanan jamu KP dan KPP pada masing-masing kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kelompok kontrol terhadap perubahan berat badan tikus betina? b. Apa saja gejala dan wujud efek toksik yang ditimbulkan akibat pemejanan jamu KP dan KPP? c.

  Bagaimana mekanisme yang memperantarai efek toksik dan kematian hewan uji akibat pemejanan jamu KP dan KPP berdasarkan pengamatan histologi organ? 2. Keaslian penelitian

  Penelitian tentang Potensi Ketoksikan Akut Jamu KP dan KPP pada Tikus Betina sudah pernah diteliti oleh Djunarko dengan LD semu > 3168

  50

  mg/kgBB yang termasuk golongan sedikit toksik (Djunarko, 2009) namun pemeriksaan histologinya belum pernah dilaporkan.

  3. Manfaat penelitian a.

  Manfaat teoritis: diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penelitian- penelitian berikutnya yang berkaitan dengan penggunaan jamu.

  b.

  Manfaat praktis: diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat bagi masyarakat tentang pengaruh pemberian suspensi jamu KP dan KPP terhadap perubahan berat badan, mengetahui mekanisme yang memperantarai efek toksik dan kematian hewan uji akibat pemejanan jamu KP dan KPP yaitu berupa wujud dan sifat efek toksik berdasarkan data histologi.

  B.

  Tujuan Penelitian Tujuan pengujian ketoksikan akut jamu KP dan KPP pada tikus betina ini meliputi:

  1. Tujuan umum : mengungkap gambaran umum tentang spektrum efek toksik oral jamu KP dan KPP.

  2. Tujuan khusus : a.

  Mengetahui pengaruh pemejanan jamu KP dan KPP pada masing-masing kelompok perlakuan terhadap perubahan berat badan tikus betina.

  b.

  Mengetahui gejala dan wujud efek toksik yang tak khas akibat pemejanan jamu KP dan KPP.

  c. mengetahui mekanisme yang memperantarai efek toksik dan kematian hewan uji akibat pemejanan jamu KP dan KPP berdasarkan pengamatan histologi organ.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Obat Tradisional Menurut Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan bab I

  pasal 1 ayat (10) obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

  Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Klaim khasiat jamu dibuktikan berdasarkan data empiris. Klaim kasiat obat herbal terstandar dibuktikan secara ilmiah/pra klinik. Klaim khasiat fitofarmaka harus dibuktikan berdasarkan uji klinik (Anonim, 2004).

  B.

  Jamu KP dan KPP Produk jamu KP dan KPP ini berupa serbuk dalam kapsul yang diklaim sebagai jamu penurun berat badan memiliki komposisi :

  Bagian dari Guazuma ulmifolia Lamk yang digunakan adalah Guazuma

  

Folium yang termasuk dalam familia Sterculiaceae (Soedibyo, 1998). Sebutan daerah untuk tanaman ini ialah jati belanda (Sumatra); jati londa, jatos landi (Jawa) (Anonim, 1978).

  Guazuma Folium merupakan daun tunggal, berbentuk bundar telur

  sampai lanset, panjang helai daun 4 cm sampai 22,5 cm, lebar 2 cm sampai 10 cm, pangkal daun berbentuk jantung yang kadang-kadang tidak setangkup, ujung daun meruncing, pinggir daun bergigi, permukaan daun kasar, warna hijau kecoklatan sampai coklat muda, tangkai daun panjang 5 mm sampai 25 mm. Bentuk tumbuhan ini berupa semak atau pohon, tinggi 10 m sampai 20 m dengan percabangan ramping (Anonim, 1978).

  Kandungan kimia utama dari daun jati belanda adalah tanin dan musilago. Tanin bersifat sebagai astringen, dan musilago bersifat sebagai pelicin atau pelumas (Suharmiati dan Maryani, 2003). Kandungan lain diantaranya adalah beta-sitosterol, kafein, fredelin-3alpha-acetate, fredelin-3beta-ol (Duke, 1998).

  Bagian dari tanaman Camellia sinensis yang digunakan adalah Theae

  

folium dari familia Theaceae. Sebutan daerah untuk tanaman ini adalah teh

(Anonim, 1989).

  Theae folium merupakan daun tunggal berbentuk lonjong memanjang

  dengan pangkal runcing, bergerigi. Tangkai daun pendek, panjang 0,2 cm sampai 0,4 cm, panjang daun 6,5 cm sampai 15,0 cm, lebar daun 1,5 cm sampai 5,0 cm (Anonim, 1989).

  Polifenol utama yang terdapat dalam teh hitam dan teh hijau adalah

  

catechins atau turunannya. Catechins paling banyak terdapat dalam teh hijau, yaitu epicatechin (EC) (6.4%), epicatechin gallat (ECG) (13.6%),

  

epigallocatechin (EGC) (19%), dan epigallocatechin gallat (EGCG) (59%)

(Cabrera et al, 2006).

  C.

  Toksikologi Menurut Loomis (1978), toksikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat kimia atas sistem biologi tertentu. Menurut Lu

  (1995), toksikologi di definisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap mahluk hidup dan sistem biologi lainnya.

  Berdasarkan atas alur peristiwa timbulnya efek toksik suatu senyawa, ada 4 asas yang perlu di pahami dalam toksikologi yang meliputi kondisi efek toksik, mekanisme aksi, wujud dan sifat efek toksik (Donatus, 2001).

  Kondisi efek toksik. Berbagai keadaan atau faktor yang mempengaruhi keefektifan absorpsi, distribusi, dan eliminasi zat beracun di dalam tubuh sehingga menentukan keberadaan zat kimia utuh atau metabolitnya dalam sel sasaran serta toksisitasnya atau keefektifan antaraksinya dengan sel sasaran. Kondisi efek toksik antara lain kondisi pemejanan yang meliputi jenis pemejanan (akut, subkronis, kronis), jalur pemejanan (intravaskuler dan ekstravaskuler), lama dan kerapatan, dosis (Loomis, 1978).

  Mekanisme aksi efek toksik. Secara umum mekanisme efek toksik racun dapat di jelaskan berdasarkan atas sifat dan tempat kejadian, sifat antaraksi antara racun dengan tempat aksinya, dan risiko penumpukan racun dalam gudang penyimpanan tubuh. Berdasarkan sifat dan tempat kejadian, mekanisme efek toksik dibagi menjadi dua golongan yaitu mekanisme luka intrasel atau mekanisme langsung dan mekanisme luka ekstrasel atau mekanisme tidak langsung. Mekanisme luka intrasel adalah luka sel diawali oleh aksi langsung zat beracun di dalam sel sasaran. Mekanisme luka ekstrasel terjadi secara tidak langsung, artinya zat beracun pada awalnya beraksi dilingkungan luar sel dengan akibat terjadinya luka di dalam sel (Donatus, 2001).

  Wujud efek toksik. Pada dasarnya wujud efek toksik dapat berupa perubahan biokimia, fungsional, dan struktural. Jenis efek toksik berdasarkan perubahan biokimia meliputi respon dan kekacauan biokimia terhadap luka sel, akibat antaraksi antara zat beracun dan tempat aksi tertentu yang bersifat tak terbalikan, contohnya penghambatan respirasi sel dan gangguan pasok energi (Lu,1995).

  Jenis efek toksik berdasarkan perubahan fungsional berkaitan dengan antaraksi racun yang terbalikan dengan reseptor atau tempat aktif enzim, sehingga mempengaruhi fungsi homeostatis tertentu. Termasuk efek toksik jenis ini diantaranya anoksia, gangguan pernafasan, gangguan sistem saraf pusat, hiper atau hipotensi, hiper atau hipoglikemia, perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, perubahan kontraksi atau relaksasi otot, dan hiper atau hipotermia (Donatus,2001).

  Jenis efek toksik berdasarkan perubahan struktural di antaranya perlemakan sel yang bersifat terbalikkan, nekrosis sel, karsinogenesis, mutagenesis, dan teratogenesis yang bersifat tak terbalikkan (Donatus,2001).

  Sifat efek toksik. Terdapat dua jenis sifat efek toksik, yaitu terbalikkan dan tak terbalikkan. Ciri khas sifat efek toksik yang terbalikkan adalah bila kadar racun yang ada dalam tempat aksi atau reseptor tertentu telah habis, maka reseptor tersebut akan cepat kembali normal, dan ketoksikan racun tergantung pada takaran serta kecepatan absorpsi, distribusi dan eliminasi (Lu, 1995).

  Ciri khas dari sifat efek toksik yang tak terbalikkan meliputi kerusakan yang menetap, pemejanan berikutnya dengan racun akan menimbulkan kerusakan yang sama sehingga memungkinkan terjadinya penumpukan efek toksik, dan pemejanan dengan takaran yang sangat kecil dalam jangka panjang akan menimbulkan efek toksik yang seefektif dengan yang ditimbulkan oleh pemejanan racun dengan takaran besar dalam jangka pendek (Donatus, 2001).

  Pada dasarnya, uji toksikologi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu uji ketoksikan tak khas dan uji ketoksikan khas. Uji ketoksikan tak khas adalah uji toksikologi yang di rancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau spektrum efek toksik sesuatu senyawa pada aneka ragam jenis hewan uji. Termasuk dalam golongan uji ketoksikan tak khas adalah uji ketoksikan akut, sub kronis dan kronis. Uji ketoksikan khas adalah uji toksikologi yang di rancang untuk mengevaluasi secara rinci efek khas sesuatu senyawa pada aneka ragam jenis hewan uji. Termasuk dalam uji ketoksikan khas adalah uji potensiasi, kekarsinogenikan, keteratogenikan, reproduksi, kulit dan mata, serta perilaku (Loomis, 1978).

  Salah satu uji ketoksikan yang sering dilakukan adalah uji ketoksikan akut. Uji ketoksikan akut merupakan uji ketoksikan suatu senyawa yang di berikan dengan dosis tunggal pada satu atau lebih jenis hewan uji tertentu dan pengamatannya dilakukan minimal 24 jam dengan tujuan untuk menetapkan potensi ketosikan akut, yaitu kisaran dosis toksik atau dosis letal senyawa yang diberi pada satu atau lebih hewan uji serta menilai berbagai gejala toksik yang timbul, adanya efek toksik dan mekanisme yang memerantarai terjadinya kematian hewan uji.

  Dalam uji toksisitas ini ada 2 macam tolok ukur, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Tolok ukur kualitatif di wujudkan dengan penampakan gejala toksik dari efek toksik senyawa uji, sedangkan kuantitatifnya berupa nilai dosis letal median (LD ). Suatu penggolongan potensi ketoksikan menurut Loomis adalah

  50

  sebagai berikut :

  

Tabel I. Klasifikasi zat kimia yang sesuai dengan toksisitas relatif (Loomis, 1978)

  Ketegori LD

  50 Luar biasa toksik (1 mg/kg atau kurang)

  Sangat toksik (1-50 mg/kg) Cukup toksik (50-500 mg/kg) Sedikit toksik (0,5-5 g/kg) Praktis tidak toksik (5-15 g/kg) Relatif kurang berbahaya (lebih dari 15 g/kg)

  D.

  Anatomi Fisiologi 1.

Jantung

  Letak jantung didalam mediastinum berada diantara kedua paru. Jantung terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan otot yang disebut miokardium, sedangkan lapisan terdalam yaitu lapisan endotel disebut endokardium (Price and Wilson, 1995).

  Fungsi utama jantung adalah sebagai pompa dalam sistem transport yang bertanggung jawab membawa gas nutrisi, produk-produk sampah, dan zat-zat lainnya dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya (Stine and Brown, 1996).

  Bagian-bagian jantung secara normal berdenyut dengan urutan teratur: kontraksi atrium (sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik ventrikel), dan selama diastolik keempat rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Struktur yang membentuk sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (terletak antara venacava superior dengan atrium kanan), lintasan antar simpul di atrium, simpul atrioventrikular (terletak pada bagian posterior kanan septum antar atrium), berkas His dan cabang-cabangnya, dan sistem Purkinje (Ganong, 2002).

  Secara normal simpul atrioventrikular adalah satu-satunya lintasan yang menghubungkan atrium dengan ventrikel. Simpul atrioventrikular dilanjutkan dengan berkas His, yang memberikan cabang berkas kiri pada puncak septum interventrikular dan berlanjut sebagai cabang berkas kanan. Cabang-cabang dan fasikulus berjalan pada subendokardium turun pada kedua sisi septum dan berhubungan dengan sistem Purkinje, yang seratnya menyebar ke semua bagian miokardium ventrikel (Ganong, 2002).

  2. Paru-paru Struktur paru terbagi menjadi paru kanan dan paru kiri. Paru kanan terbagi menjadi lobus atas, tengah, dan bawah oleh fisura oblikus dan horizontal.

  Paru kiri hanya memiliki fisura oblikus sehingga tidak ada lobus tengah. Segmen

  

lingular merupakan sisi kiri yang ekuivalen dengan lobus tengah kanan. Namun,

  secara anatomis lingula merupakan bagian dari lobus atas kiri. Struktur yang masuk dan keluar dari paru-paru melewati hilus paru yang diselubungi oleh kantung pleura yang longgar (Faiz and Moffat, 2002).

  Fungsi paru adalah untuk pertukaran gas, karbondioksida, dikeluarkan dari kapiler sentra alveolus, ditukarkan dengan oksigen yang masuk kapiler.

  Fungsi ini dijalankan oleh tiga proses yang terjadi di paru, yaitu ventilasi, perfusi, dan difusi (Chandrasoma and Taylor, 1995).

  3. Hati Secara anatomis hati terdiri dari lobus kanan yang besar, dan lobus kiri yang lebih kecil. Keduanya dipisahkan di antero-superior oleh ligamentum falsiforme dan di postero-inferior oleh fisura untuk ligamentum venosum dan

  

ligamentum teres . Pada klasifikasi anatomis, lobus kanan terdiri dari lobus

  kaudatis dan kuadratus. Akan tetapi, secara fungsional lobus kaudatus dan sebagian besar lobus kuadratus merupakan bagian dari lobus kiri karena mendapat darah dari arteri hepatika sinistra dan aliran empedunya menuju duktus hepatika sinistra. Oleh karenanya, klasifikasi fungsional hati menyatakan bahwa batas antara lobus kanan dan kiri terletak pada bidang vertikal yang berjalan ke posterior dari kandung empedu menuju vena cava inferior (IVC) (Faiz and Moffat, 2002).

  Hati mempunyai banyak fungsi kompleks, diantaranya pembentukan empedu, penyimpanan dan pelepasan karbohidrat, pembentukkan urea, pembuatan protein plasma, membuat sejumlah hormon polipeptida menjadi tidak aktif, pengurangan dan konjugasi hormon korteks adrenalis dan steroid gonad, detoksikasi banyak obat dan racun, dan fungsi yang berhubungan dengan metabolisme lemak (Ganong, 2002).

  Organ usus dibagi menjadi dua, yaitu usus halus dan usus besar. Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Panjang usus halus sekitar 12 kaki. Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m yang terbentang dari sekum sampai kalanisani (Price and Wilson, 1995).

  Mukosa usus halus mengandung nodulus limfatik soliter, dan nodulus limfatik agregat pada bagian ileum. Selain itu pada bagian duodenum terdapat kelenjar duodenum asinotubular kecil yang membentuk kumparan. Pada bagian epitel usus halus mengandung beberapa jenis sel enteroendokrin dan valvulae conniventes di membran mukosa. Pada bagian mukosa terdapat 20-40 vili per milimeter persegi mukosa dengan panjang 0,5-1 cm yang dibungkus oleh satu lapisan epitel kolumnar dan berisi jaringan kapiler dan pembuluh limfe (lakteal). Pada sel epitel vili terdiri atas mikrovili yang halus. Dengan adanya valvulae conniventes, vili, dan mikrovili kemampuan usus mengabsorpsi meningkat hingga 600 kali lipat (Ganong, 2002).