Efek dan daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7%:9,3% pada mencit betina - USD Repository

  EFEK DAN DAYA ANALGESIK JAMU KUNYIT ASAM RAMUAN SEGAR KOMPOSISI 20,7% : 9,3% PADA MENCIT BETINA SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Esti Nugraheni NIM : 068114124

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

  

Kadang aku merasa sendirian....

  

Jiwaku tertekan...

Kekhawatiran menghimpit ku...

Pencobaan menghadang langkahku...

  

Tetapi Tuhan Yesus berkata kepadaku:

” Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah

bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan

akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan

kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

  

Yesaya 41:10

”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi

nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa

dan permohonan dengan ucapan syukur”

  

Filipi 4:6

Kupersembahkan karya ini untuk : Yesus Kristus, seorang Bapa dan sahabatku bagiku, Bapak dan ibu tercinta, Adikku Hery dan Toni tersayang,

  

PRAKATA

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan dan kasih setiaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta; sekaligus sebagai upaya untuk memperdalam wawasan berpikir serta menambah wacana di dunia farmasi pada umumnya.

  Pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  2. Bapak Ipang Djunarko, S. Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, pengarahan, dan dukungan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

  3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

  4. Bapak Drs. Mulyono, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu yang tercinta atas seluruh kasih sayang, dukungan, nasihat,

  6. Hery Nugraha dan Toni Irawan atas dukungan dan canda tawa yang menjadi penghiburanku.

  7. Setyo Tri Atmojo atas kasih sayang, perhatian, penghiburan, doa dan bantuannya selama ini.

  8. Keluarga besarku : Mbah Kakung, Mbah Putri, Pakdhe dan Budhe Yanto serta anggota keluarga yang lain, terimakasih atas kasih sayang dan dukungannya selama ini.

  9. Teman-teman seperjuangan Helen Tanujaya dan Fidela Antonisca Nitasari atas dukungan, keceriaan dan kerjasama yang telah kita jalani bersama.

  10. Teman-teman FKK B 2006 : Dewi, Tanti, Anna, Oline, Ricky dan Yustin, untuk semangat dan bantuannya selama ini. Senang bekerjasama dengan kalian selama ini, banyak moment yang dikenang bersama kalian.

  11. Teman-teman kos : Mba Aster, mba Putri, Ana, Aga, Jeanet, Titik, Lulu, Novi, Tere untuk semangat, dukungan, keceriaan dan penghiburannya selama ini. Senang bersama kalian. Keceriaan kalian membuatku semangat.

  12. Teman-teman KOMPA GKJ Cawas: Mba Wuri, Siwi, Naomi, mba Mita, Ratih, Apri, Nanang, Pras dan David atas doa dan dukungannya selama ini.

  13. Mas Lilik atas bantuan dan dukungannya dalam mengerjakan skripsi ini.

  14. Pak Heru, Mas Parjiman, Mas Wagiran, Mas Sigit dan Mas Yuwono yang

  15. Kakak angkatan : Mba Ika dan Ci Yesika yang telah mentransferkan ilmunya.

  16. Semua pihak yang telah membantu penulis.

  Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis menharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, Januari 2010 Penulis

  INTISARI

  Jamu kunyit asam ramuan segar dibuat dari rimpang kunyit dan daging buah asam jawa. Sebelumnya telah dilakukan pengujian daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20% : 10% dan hasilnya dari ketiga peringkat dosis memiliki persen penghambatan di bawah 50%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki efek dan daya analgesik serta mengetahui berapa efek dan dayanya.

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Pengujian daya analgesik menggunakan metode rangsang kimia. Hewan uji dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok I (aquadest sebagai kontrol negatif), kelompok II (asetosal sebagai kontrol positif), kelompok III-V yaitu perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar dosis 1.365; 2.730; 5.460 mg/kg BB. Asam asetat (25 mg/kg BB) diinjeksikan secara intraperitoneal setelah 30 menit pemberian senyawa uji. Respon geliat diamati tiap 5 menit selama 60 menit. Jumlah kumulatif geliat diubah ke dalam bentuk % penghambatan terhadap geliat dengan persamaan Handersot dan Forsaith.

  Data yang diperoleh dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov dilanjutkan dengan ANOVA satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu ramuan segar komposisi 20,7%

  : 9,3% memiliki efek analgesik yaitu pada dosis 5460 mg/Kg BB sebesar 59,78% (Anonim, 1991) dan memiliki daya analgesik pada ketiga peringkat dosis masing- masing sebesar 40,58%; 47,46% dan 59,78%.

  Kata kunci: kunyit asam, segar, metode rangsang kimia, efek analgesik, daya analgesik

       

  

ABSTRACT

  Fresh blended sour turmeric tonic is tonic that is made from turmeric rhizome and tamarind. An analgetic capacity test had been conducted previously, and the result of which shows that those three dose-levels give suppressing rate under 50%. This research aims to find out whether fresh blend sour turmeric tonic composition 20,7% : 9,3% have the analgesic effect and analgesic capacity and also to find out how much their analgesic effect and analgesic capacity.

  This is a pure experimental research with one-way pattern, random, complete research design. The method used for the test of analgesic capacity is chemistry stimulant method. The experimented animals are divided into five groups. Group I (aqueduct as negative control), group II ( asetosal as positive control), groups III-V are the conduction of fresh blend sour turmeric tonic at the dosages of 1.365; 2.730; 5.460 mg/Kg BB. Acetate acid (25 g/kg BB) was injected interperitonially after the test material was given 30 minutes earlier. The behavior responses of the experimented animals were being observed in every five minutes for 60 minutes. The total of behavior cumulative then was changed into the form of barrier percentage toward the behavior with the equation of Handersot and Forsaith.

  Then, the data obtained was analyzed with Kolmogorov-Smirnov and continued with one-way ANOVA and Scheffe test which might be trusted up to 95%.

  The research result reveals that the fresh blend sour turmeric tonic composition 20,7% : 9,3% has the analgesic effect 59,78% at the dosage of 5460 mg/Kg BB (Anonim, 1991) and has the analgesic capacity each 40,58%; 47,46% and 59,78% at the three dose-levels.

       

  Key words: sour turmeric, fresh, chemistry stimulant method, analgesic effect, analgesic capacity

   

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................ vi PRAKATA ........................................................................................................... ix PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................. .............................................. x

  INTISARI......................................... .................................................................... xi

  

ABSTRACT .............................. ............................................................................ xii

  DAFTAR ISI................... ................................................................................... xiii DAFTAR TABEL.............................. ............................................................... xvii DAFTAR GAMBAR............... ........................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN......................... .............................................................. xx

  BAB I. PENGANTAR............ .............................................................................. 1 A.Latar Belakang............. ............................................................................ 1

  1. Permasalahan ..................................................................................... 3

  2. Keaslian penelitian ............................................................................. 3

  3. Manfaat yang diharapkan ................................................................... 5

  B. Tujuan penelitian .................................................................................... 5

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................... 6

  1. Keterangan botani .............................................................................. 7

  2. Morfologi tanaman ............................................................................. 8

  3. Kandungan kimia ............................................................................... 8

  4. Kurkumin ........................................................................................... 8

  C. Asam Jawa ........................................................................................... 11

  1. Keterangan botani ............................................................................ 11

  2. Kandungan kimia ............................................................................. 11

  3. Khasiat dan kegunaan ...................................................................... 11

  D. Komposisi Optimum Ekstrak Rimpang Kunyit dan Ekstrak Daging Buah Asam Jawa 20,7% : 9,3% .......................................................... 12

  E. Nyeri ..................................................................................................... 15

  F. Analgetika ............................................................................................. 22

  1. Analgesik narkotik ........................................................................... 22

  2. Analgesik non narkotik .................................................................... 23

  G. Asetosal ............................................................................................... 26

  H. Metode-metode Pengujian Daya Analgesik ........................................ 27

  1. Golongan analgesik narkotik............................................................ 27

  2. Golongan analgesik non narkotik..................................................... 30

  I. Landasan Teori ...................................................................................... 32 J. Hipotesis ................................................................................................ 33

  BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 34

  1. Variabel utama ................................................................................. 34

  6. Penetapan kriteria geliat ................................................................... 39

  F. Analisis Hasil ...................................................................................... 43

  11. Uji daya analgesik .......................................................................... 42

  11. Pembuatan jamu kunyit asam ramuan segar .................................. 42

  10. Perhitungan kebutuhan bahan jamu kunyit asam ramuan segar .... 41

  9. Penetapan dosis jamu kunyit asam ramuan segar ............................ 40

  8. Seleksi hewan uji ............................................................................. 40

  7. Penetapan selangwaktu pemberian rangsang ................................... 39

  5. Penetapan dosis asam asetat ............................................................. 38

  2. Variabel pengacau ............................................................................ 34

  4. Penetapan dosis asetosal .................................................................. 37

  3. Pembuatan suspensi asetosal dalam CMC Na 1% ........................... 37

  2. Pembuatan larutan asam asetat 1% .................................................. 37

  1. Pembuatan larutan CMC Na 1% ...................................................... 37

  E. Jalan Penelitian ..................................................................................... 37

  D. Alat Penelitian ..................................................................................... 36

  C. Bahan Penelitian .................................................................................. 36

  3. Definisi operasional ......................................................................... 35

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 44 A. Identifikasi Rimpang Kunyit dan Buah Asam Jawa ......................... 44

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 58 A. Kesimpulan .......................................................................................... 58 B. Saran .................................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 60 LAMPIRAN ........................................................................................................ 64 BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 87

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I Komposisi ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa 20,7% : 9,3% ............................................................... 12 Tabel II Data % penghambatan pada percobaan dan SLD ......................... 13 Tabel

  III Rata-rata jumlah kumulatif geliat dan rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif .............................. 48 Tabel IV Rata-rata jumlah kumulatif geliat dan rata-rata % perubahan daya analgesik terhadap kontrol positif......................................... 50 Tabel V Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan ...................... 52 Tabel V Hasil análisis uji Scheffe % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan ..................................... 53 Tabel VI Jumlah geliat hewan uji setelah pemberian asam asetat pada kelompok perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar komposisi

  20,7% : 9,3% .................................................................................. 71 Tabel VII Data % penghambatan terhadap kontrol negatif dan hasil statistiknya pada perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% ................................................................. 77

  Tabel VIII Data % perubahan daya analgesik terhadap kontrol positif dan hasil statistiknya pada perlakuan jamu kunyit asam ramuan

   

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Rimpang kunyit ............................................................................. 7 Gambar 2 Struktur kurkumin ......................................................................... 8 Gambar 3 Struktur demetoksikurkumin ......................................................... 9 Gambar 4 Struktur bisdemetoksikurkumin .................................................... 9 Gambar 5 Struktur senyawa kurkumin .......................................................... 10 Gambar 6 Buah asam jawa ............................................................................ 11 Gambar 7 Grafik hubungan komposisi campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa vs daya penghambatan ............... 14 Gambar 8 Proses pembentukan eicosanoid dari asam arakhidonat melalui jalur siklooksigenase dan lipoksigenase........................... 17 Gambar 9 Transmisi dan transformasi nyeri .................................................. 19 Gambar 10 Terjadinya nyeri, penghantaran impuls, lokalisasi dan rasa nyeri serta inhibisi nyeri endogen

  21 Gambar 11 Penghambatan sintesis eicosanoid oleh analgetika ....................... 25 Gambar 12 Struktur asetosal ............................................................................ 26 Gambar 13 Diagram batang rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan ..................................... 49 Gambar 14 Diagram batang rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol positif pada kelompok perlakuan ...................................... 51

  Gambar 16 Larutan jamu kunyit asam ramuan segar ...................................... 66 Gambar 17 Mencit tidak menggeliat ................................................................ 66 Gambar 18 Geliat mencit yang diamati ........................................................... 66

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Hasil determinasi rimpang kunyit ..................................................... 64 Lampiran 2. Hasil determinasi asam jawa ............................................................. 65 Lampiran 3. Gambar larutan jamu kunyit asam ramuan segar, mencit tidak menggeliat dan geliat mencit yang diamati ....................................... 66 Lampiran 4. Tata cara analisis hasil dengan SPSS ................................................ 67 Lampiran 5. Data jumlah geliat dan hasil analisis statistik pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% ................................................................... 71

  Lampiran 6. Data % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif dan hasil analisis statistiknya pada perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% .......................................................... 77

  Lampiran 7. Data % perubahan daya analgesik terhadap kontrol positif dan hasil analisis statistiknya pada perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% ............................................. 82

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan

  dan berkaitan dengan kerusakan jaringan (Roach, 2004). Nyeri merupakan suatu gejala yang umum dan sering terjadi mengikuti satu atau lebih penyakit.

  Timbulnya rasa nyeri tersebut membuat seseorang berusaha untuk mencari pengobatan agar rasa nyeri tersebut dapat berkurang.

  Usaha untuk mengurangi rasa nyeri tersebut salah satunya yaitu dengan pengobatan. Konsep “back to nature” yang ada sekarang ini membuat masyarakat lebih memilih obat tradisional dalam pengobatan. Obat tradisional sering digunakan sebagai preventif, promotif dan rehabilitatif karena masyarakat percaya bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman dibandingkan obat sintesis (Oemijati, 1992).

  Salah satu macam pengobatan tradisional yaitu dengan ramuan berbahan dasar tumbuh-tumbuhan. Jamu ramuan segar merupakan jamu yang diolah dengan cara sederhana dan tradisional yaitu dengan memeras sari yang terkandung dalam jamu kemudian dicampur dengan air matang (Suharmiati dan Handayani, 2001).

  Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dan buah asam jawa (Tamarindus indica Linn.) adalah contoh dari tanaman obat yang dikembangkan menjadi obat tradisional. Rimpang kunyit memiliki kandungan kurkumin yang stabil pada suasana asam, sehingga buah asam jawa juga digunakan karena mengandung asam tartrat, asam malat dan asam sitrat untuk menstabilkan senyawa tersebut (Soedibyo, 1998).

  Metode yang digunakan untuk menguji efek dan daya analgesik dalam penelitian ini adalah metode rangsang kimia, karena dengan metode rangsang kimia, baik analgesik pusat maupun analgesik perifer dapat terdeteksi, sehingga metode ini direkomendasikan sebagai metode untuk skrining efek dan daya analgesik suatu senyawa uji (Vogel, 2002).

  Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2009) bahwa jamu ramuan segar komposisi 20% : 10% memiliki daya analgesik yaitu pada dosis 1365 mg/Kg BB sebesar 37,00%; 2730 mg/Kg BB sebesar 46,43%; dan dosis 5460mg/Kg BB sebesar 49,57%. Berdasarkan penelitian lain yaitu Fadeli (2008) menyatakan bahwa komposisi optimum campuran ekstrak kunyit dan ekstrak buah asam jawa dengan metode Simplex Lattice Design adalah 20,7% : 9,3% karena dapat menghasilkan % penghambatan sebesar 65,91579 % jika diminum pada dosis 2730 mg/Kg BB. Kemudian disarankan penelitian lebih lanjut lagi tentang perbandingan jamu kunyit asam segar dengan komposisi 20,7% : 9,3%.

  Untuk itu pada penelitian ini akan diteliti mengenai daya analgesik jamu kunyit asam segar dengan komposisi optimum 20,7% : 9,3%. Dengan menggunakan komposisi yang optimum diharapkan dapat menghasilkan daya analgesik yang lebih baik sehingga dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat.

  1. Permasalahan a.

  Apakah jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki efek analgesik dan berapakah efeknya? b.

  Apakah jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki daya analgesik dan berapakah dayanya?

  2. Keaslian penelitian Penelitian mengenai Efek dan Daya Analgesik Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar Komposisi 20,7% : 9,3% pada Mencit Betina sejauh penelusuran penulis belum pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan yaitu antara lain:

  a. Uji Daya Analgesik Jamu Kunyit Asam Instan dan Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar pada Mencit Putih Betina (Rahmawati, 2009) dan dapat disimpulkan bahwa jamu kunyit asam instan memiliki daya analgesik yaitu pada dosis 4.550 mg/Kg BB sebesar 46,25 %; dosis 9.100 mg/Kg BB sebesar 45,90 %; dan 18.200 mg/Kg BBsebesar 70,68 %. Jamu ramuan segar komposisi 20% : 10% memiliki daya analgesik yaitu pada dosis 1365 mg/Kg BB sebesar 37,00%; 2730 mg/Kg BB sebesar 46,43%; dan dosis 5460 mg/Kg BB sebesar 49,57%, serta disimpulkan bahwa jamu kunyit asam instan dan ramuan segar tidak memiliki perbedaan daya analgesik.

  b. Daya Analgesik dari Campuran Ekstrak Rimpang Kunyit dan Ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa dengan komposisi 20 % : 10 % adalah 2730 mg/Kg BB. Komposisi optimum campuran ekstrak kunyit dan ekstrak buah asam jawa dengan metode Simplex Lattice Design adalah 20,7% : 9,3% karena dapat menghasilkan % penghambatan sebesar 65,91579% jika diminum pada dosis 2730 mg/Kg BB.

  c.

  Validasi Penetapan Kadar Parasetamol Tercampur Kunyit Asam dalam Plasma dengan Metode Kolorimetri Menggunakan Senyawa Pengkopling Vanili (Vidiani, 2006) dan disimpulkan bahwa penetapan kadar parasetamol tercampur kunyit asam dalam plasma dengan metode kolorimetri menggunakan senyawa pengkopling vanilin mempunyai spesifisitas, akurasi dan presisi yang baik.

  a. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val.) Pada Tikus Putih Jantan Jalur Wistar (Rustam, 2007) dan dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol kunyit dengan berbagai dosis memperlihatkan efek antiinflamasi dan pada dosis tinggi (1000 mg/Kg) dapat menekan udem sebesar 78,37%.

  b. Efek Analgetika Infusa Daun Asam Jawa pada Mencit Putih Betina (Lestari, 2006) dan disimpulkan bahwa 4 kelompok dosis (19,65 g/Kg BB; 22,50 g/Kg BB; 25,76 g/Kg BB; 38,64 g/Kg BB) infusa daun asam Jawa mempunyai efek analgetika dengan besar proteksi berturut-turut sebesar 51,15%; 61,27%; 72,92% dan 68,43%.

3. Manfaat yang diharapkan a.

  Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kefarmasian yaitu mengenai penggunaan obat tradisional yang berkhasiat sebagai analgesik, salah satunya yaitu jamu kunyit asam ramuan segar.

  b.

  Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan jamu kunyit asam ramuan segar yaitu mengenai dosis efektif dalam praktek kefarmasian yang dapat memberikan efek dan daya analgesik.

B. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan umum Untuk menambah informasi mengenai khasiat jamu kunyit asam ramuan segar yang dapat digunakan sebagai analgesik.

2. Tujuan khusus a.

  Untuk mengetahui apakah jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki efek analgesik dan mengetahui berapa efeknya.

  b. Untuk mengetahui apakah jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki daya analgesik dan mengetahui berapa dayanya.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Obat Tradisional Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

  kesehatan menyebutkan bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992). Obat tradisional telah diterima secara luas di negara-negara yang tingkat ekonominya rendah sampai sedang. Bahkan di beberapa negara berkembang obat tradisional telah dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan kesehatan strata pertama. Sementara itu di banyak negara maju penggunaan obat tradisional makin populer (Anonim, 2007).

  Obat tradisional atau lebih dikenal dengan nama jamu atau obat asli Indonesia (OAIN) sudah dikenal sejak zaman nenek moyang kita dan tumbuh berkembang sejalan dengan perkembangan yang terjadi di negara kita. Oleh karena itu, jamu merupakan warisan nenek moyang yang perlu dikembangkan utamanya untuk menunjang upaya meningkatkan kesehatan masyarakat baik digunakan untuk tujuan pencegahan (preventif), peningkatan (promotif), maupun pengobatan (kuratif) (Soegiharjo, 2002).

  Jamu ramuan segar merupakan jamu yang diolah dengan cara sederhana dan yang terkandung dalam jamu kemudian dicampur dengan air matang (Suharmiati, 2001). Sedangkan menurut Wisely (2008) menyatakan bahwa jamu ramuan segar menurut responden adalah jamu yang dibuat sendiri dengan cara direbus atau diremas dan dibuat dari bahan-bahan alami, jamu gendong, jamu berbentuk cair yang dapat langsung diminum tanpa perlu diolah lagi, jamu yang bukan buatan pabrik dan tidak dikemas.

  B. Kunyit Gambar 1. Rimpang kunyit (Sunarto, 2009).

  1. Keterangan botani Kunyit (Curcuma domestica, Val) termasuk dalam familia Zingiberaceae (Rukmana, 1999). Di Indonesia dikenal sebagai kunyit. Di Jawa Tengah disebut kunir. Di Nusa Tenggara disebut kunyik. Di Sumatera disebut kakunye.

  Di Kalimantan dikenal sebagai henda. Di Sulawesi disebut uinida. Di Maluku disebut kurlai (Anonim, 1977).

  2. Morfologi tanaman Kunyit merupakan tanaman semak, mempunyai batang semu dan basah, tingginya sekitar 1 m dan bunganya muncul dari pucuk batang semu dengan panjang sekitar 10-15 cm dan berwarna putih. Daunnya mirip dengan tumbuh- tumbuhan jenis pisang-pisangan, berbentuk lanset memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12,5 cm, pertulangan menyirip, warna hijau pucat. Rimpangnya memiliki banyak cabang dengan kulit luarnya berwarna jingga kecoklatan. Buah daging rimpang kunyit berwarna merah jingga kekuning-kuningan (Soedibyo, 1998).

  3. Kandungan kimia Kunyit mengandung kurkumin, demetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, minyak atsiri (turmeron, zingiberon, seskuiterpen alkohol), pati, tanin, damar, zat pahit, dan minyak lemak ( Anonim, 1977; Soedibyo, 1998).

  4. Kurkumin

  

O O

HO OH H CO 3 OCH 3 Gambar 2. Struktur Kurkumin (Majeed, 1995)

  Kurkumin merupakan senyawa kandungan utama tanaman kunyit. Kurkumin murni sangat sulit diperoleh langsung dari kunyit karena sering kali tercampur dengan dua turunannya yaitu desmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin kunyit adalah kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin. Ketiganya memberikan warna kuning pada Curcuma domestica, terutama pada rhizomanya (Majeed, 1995).

  

O OH

OMe HO

  OH  

Gambar 3. Struktur Desmetoksikurkumin (Cashman, 2008).

   

O OH

HO

  OH  

Gambar 4. Struktur Bidesmetoksikurkumin (Cashman, 2008).

  Kurkuminoid adalah komponen yang terdapat dalam kunyit, yang terkait secara kimia dengan bahan utamanya, yaitu kurkumin. Kurkuminoid merupakan bahan aktif penting yang bertanggung jawab atas aktifitas biologis dari kunyit. Aktifitas utama kurkuminoid adalah sebagai antiinflamasi. Tetapi dilaporkan juga bahwa kurkuminoid mempunyai sifat antioksidan, anti alergi, anti spasmodik, antibakteri, anti fungi, anti tumor, dan sebagai penyembuh luka (Majeed, 1995).

  Dalam rimpang kunyit terdapat kurkumin yang mempunyai kemampuan menghambat produksi prostaglandin dan leukotrien sebagai mediator nyeri (Bone, 2000). Kurkumin memiliki aktivitas penghambat siklooksigenase (COX) sebesar 79% (Van der Goot, 1997), dan diduga bersifat COX-2 selektif, berdasarkan sifat tidak toksik pada gastrointestinal meskipun pada dosis tinggi (Kawamori, 1999). Kurkumin praktis tidak larut dalam air pada pH netral dan pH asam, tetapi larut dalam pH basa. Komponen kurkumin relatif stabil pada suasana asam (Stankovic, 2004). Gugus-gugus hidroksi pada kurkumin sangat penting peranannya dalam aktivitas antiinflamasi (Majeed, 1995).

  

Gambar 5. Struktur senyawa kurkumin (Majeed, 1995)

  Keterangan gambar:

  1. Gugus-gugus para hidroksil

  2. Gugus keto

  3. Ikatan rangkap

  C. Asam Jawa Gambar 6. Buah Asam Jawa (Putri, 2009).

  1. Keterangan Botani Asam jawa (Tamarindus indica Linn) termasuk dalam famili Leguminose, ekstrak daging buah asam jawa dikenal dengan Tamarindus Pulpa Extractum.

  Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama asam jawa, sedangkan di Jawa dikenal dengan asem, di Sunda dikenal dengan celangi dan tangkal asem.

  Nama umum / Inggrisnya adalah tamarind (Hutapea, 1994).

  2. Kandungan kimia Daging buah asam jawa antara lain mengandung asam tartrat, asam malat, asam sitrat, asam suksinat, asam asetat, pektin, dan gula invert (Soedibyo, 1998).

  3. Khasiat dan kegunaan Daging buah asam jawa berkhasiat sebagai laksan. Adapun kegunaannya adalah untuk mencegah dan mengatasi nyeri haid (jika dicampur bersama kunyit), demam, eksem, kegemukan, pencahar (berkurang khasiatnya bila dimasak), sakit perut, sariawan, wasir dam rematik (obat luar) (Soedibyo,

  D.

  

Komposisi Optimum Ekstrak Rimpang Kunyit dan Ekstrak Daging

Buah Asam Jawa 20,7% : 9,3%

Tabel I. Komposisi ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa untuk tiap formula

  Komposisi Komposisi Komposisi Komposisi Komposisi

  I II (K2)

  III (K3)

  IV (K4) V (K5) (K1) (75%:25%) (50%:50%) (25%:75%) (0%:100%)

  (100%:0%) Kunyit 25% 20% 15% 10% 5%

  Asam 5% 10% 15% 20% 25% Jawa

  Dalam metode SLD 2 komponen, setelah didapatkan hasil pengukuran terhadap respon analgesik maka terlebih dahulu dihitung persamaan SLD dari respon tersebut. Berdasarkan perhitungan metode SLD maka persamaan yang diperoleh adalah :

  Y = 59,69 (A) + 34,73 (B) + 65,28 (A) (B)

  Keterangan : Y : % penghambatan geliat A : komposisi ekstrak rimpang kunyit B : komposisi ekstrak daging buah asam Jawa (Fadeli, 2008).

  Dengan persamaan yang diperoleh maka didapat dua data yaitu data percobaan dan data teoritis.

  Tabel II. Data % penghambatan pada percobaan dan SLD

  Komp.1 Komp.2 Komp.3 Komp.4 Komp.5 Perc. 59,69   71,90 63,53 41,19   34,73

  SLD 59,69   65,69 63,53 53,21   34,73 Keterangan : Komp. : komposisi Percobaan : % penghambatan yang diperoleh dari hasil percobaan dengan metode rangsang kimia

  SLD : % penghambatan yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan persamaan Simplex Lattice Design (Fadeli, 2008). Berdasarkan data yang diperoleh, komposisi optimum ekstrak rimpang kunyit : ekstrak daging buah asam jawa adalah 69% : 31% dari 100% campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa. Komposisi yang digunakan merupakan campuran dari ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa sebanyak 30%, sehingga komposisi ekstrak rimpang kunyit : ekstrak daging buah asam jawa yang memberikan efek analgesik optimum adalah 20,7% : 9,3%. Komposisi ini memberikan daya analgesik sebesar 65,5791% jika diminum pada dosis 2730 mg/Kg BB. Sehingga komposisi 20,7% : 9,3% merupakan komposisi ekstrak rimpang kunyit : ekstrak daging buah asam jawa yang memberikan efek analgesik optimum (Fadeli, 2008).

  

Gambar 7. Grafik hubungan komposisi campuran ekstrak rimpang kunyit

dan ekstrak daging buah asam jawa vs daya penghambatan (Fadeli, 2008).

  Berdasarkan gambar 13 kita dapat melihat bagaimana profil efek analgesik ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa. Profil efek analgesik ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa membuka ke bawah (cembung) dapat dikatakan bahwa semakin rendah komposisi kunyit dalam campuran maka daya penghambatan (% penghambatan) akan semakin kecil.

  Bentuk kurva cembung mengindikasikan bahwa campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa membawa efek yang meningkatkan daya penghambatan (Fadeli, 2008).

  Berdasarkan perhitungan dengan metode F hitung didapatkan hasil bahwa persamaan SLD untuk % penghambatan geliat dari campuran ekstrak rimpang

  hitung

  kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa regresi. F yang diperoleh adalah

  hitung

  sebesar 3,9549, sedangkan F tabel yang diperoleh adalah 3,222, sehingga F komposisi campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang mempunyai daya analgesik (Fadeli, 2008).

E. Nyeri

  Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan dan berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri bersifat individual dan ambang nyeri pada setiap orang berbeda-beda (Roach, 2004). Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali. Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia, atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Adanya kerusakan jaringan akan mengakibatkan pembebasan mediator nyeri yang menyebabkan perangsangan reseptor nyeri (Mutschler, 1999).

  Menurut tempat terjadinya, nyeri terbagi atas nyeri somatik dan nyeri dalam (viseral). Dikatakan nyeri somatik apabila rasa nyeri berasal dari kulit, otot, persendian, tulang, atau dari jaringan ikat. Nyeri somatik dibagi atas dua kualitas yaitu nyeri permukaan dan nyeri dalam. Disebut nyeri permukaan apabila rangsang bertempat di dalam kulit, sedangkan disebut nyeri dalam apabila rangsang berasal dari otot, persendian tulang dan jaringan ikat. Nyeri dalam (viseral) atau nyeri perut terjadi antara lain pada tegangan organ perut, kejang otot polos, aliran darah kurang dan penyakit yang disertai radang (Mutschler, 1999).

  Berdasarkan perjalanannya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri yang cepat membaik bila diberi obat pengurang rasa nyeri (analgetika). Bila diberikan stimulus nyeri, maka rasa nyeri akan timbul dalam waktu kira-kira 0,1 detik. Rasa sakit akut juga digambarkan dengan banyak nama pengganti, seperti rasa sakit tajam, rasa tertusuk, rasa sakit cepat, rasa sakit elektrik, dan sebagainya (Anonim, 1991; Guyton dan Hall, 1996).

  Nyeri yang kronik umumnya berhubungan dengan terjadinya lesi jaringan yang bersifat permanen, atau dapat sebagai kelanjutan dari nyeri akut yang tidak ditangani dengan baik. Nyeri yang kronik umumnya berhubungan dengan terjadinya lesi jaringan yang bersifat permanen, atau dapat sebagai kelanjutan dari nyeri akut yang tidak ditangani dengan baik. Nyeri kronik ini biasanya berlangsung lama, atau biasanya terjadi selama lebih dari 6 bulan. Rasa sakit kronik timbul setelah satu detik atau lebih dan kemudian rasa sakit ini secara perlahan bertambah untuk selama beberapa detik dan kadang kala sampai beberapa menit. Rasa sakit kronik diberi banyak nama tambahan seperti rasa sakit terbakar, rasa sakit pegal, rasa sakit berdenyut-denyut, rasa sakit mual, dan rasa sakit lambat (Anonim, 1991; Guyton, 1993).

  Eicosanoid merupakan produk metabolit dari asam arakhidonat. Eicosanoid

  diturunkan melalui jalur lain dari fosfolipid. Eicosanoid terlibat dalam mengatur proses fisiologi dan beberapa diantaranya merupakan mediator dan modulator yang sangat penting dalam reaksi inflamasi. Eicosanoid yang pokok yaitu prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. Sel yang mengalami kerusakan dapat

  Fosfolipid Fosfolipase A 2 Asam Arakhidonat 12-lipoksigenase Siklooksigenase 15-lipoksigenase

  5-lipoksigenase Siklik endoperoksid

12- HETE

  5-HPETE Lipoksin A dan B PGI 2 (vasodilator, hiperalgesik, Tromboksan A 2 (trombotik, menghambat agregasi platelet vasokonstriktor)

  LTA 4 PGF2 α (bronkokon- PGD2 (menghambat PGE 2 (vasodilator, striksi, kontraksi hiperalsik) agregasi platelet, myometrial vasodilator) LTB 4 (kemotaksin) LTC 4 (bronkokonstriktor) 4 LTD LTE 4 Gambar 8. Proses pembentukan eicosanoid dari asam arakhidonat melalui jalur siklooksigenase dan lipooksigenase (Rang dkk, 2003). Asam arakhidonat dimetabolisme melalui beberapa jalur yaitu: 1. melalui asam siklooksigenase (COX) yang terdiri dari dua bentuk yaitu COX- 1 dan COX-2. Enzim ini yang memulai biosintesis asam arakhidonat menjadi prostaglandin dan tromboksan.

  2. melalui berbagai macam lipoksigenase yang memulai sintesis leukotrien dan lipoksi dan senyawa lain.

  (Rang dkk, 2003). Efek dari PGE2 tergantung pada tiga reseptor mana yang diduduki oleh prostanoid. Istilah “prostanoid” meliputi prostaglandin (PG) dan tromboksan

  (TX). PGE2 sangat menonjol pada respon inflamasi dan dia adalah mediator timbulnya demam. Efek utama dari 3 reseptor PGE2 : a. Reseptor EP : kontraksi otot polos pada bronkial dan GIT

  1

  b. Reseptor EP : relaksasi pada otot polos bronkial, vaskular dan GIT

  2

  c. Reseptor EP : menghambat sekresi asam lambung, meningkatkan sekresi

  3

  mukus lambung, kontraksi otot polos GIT dan uterus, menghambat lipolisis dan pelepasan neurotransmitter autonomik.

  (Rang dkk, 2003). Rangsangan atau noksius Kerusakan jaringan

  • + Pembebasan: Pembentukan: (misalnya : bradikinin) H (pH <6) K+ (>20 mmol/L)

  Prostaglandin Asetilkolin Serotonin Histamin

  Sensibilitas reseptor Nyeri pertama Nyeri lama

Gambar 9. Transmisi dan Transformasi Nyeri (Mutschler dan Derrendorf,

1995).

  Yang termasuk zat nyeri dengan potensi kecil adalah ion hydrogen. Pada penurunan nilai pH di bawah 6 selalu terjadi rasa nyeri yang meningkat pada

  • kenaikan konsentrasi ion H lebih lanjut. Kerja lemah yang mirip dipunyai juga oleh ion kalium yang keluar dari ruang intrasel setelah terjadi kerusakan jaringan dan dalam interstitium pada konsentrasi >20 mmol/liter menimbulkan rasa nyeri. Demikian pula berbagai neurotransmitter dapat bekerja sebagai zat nyeri pada kerusakan jaringan. Histamin pada konsentrasi reltif tinggi (10-8 g/l) terbukti sebagai zat nyeri (Mutschler dan Derrendorf, 1995).

  Rangsang nyeri diterima oleh reseptor khusus yang disebut reseptor nyeri (nosiseptor). Reseptor nyeri berupa saraf khusus dengan ujungnya yang bebas dibedakan menjadi dua jenis reseptor yang dapat menyusun dua sistem serabut yang berbeda yaitu: a.

  Mekanoreseptor, yang meneruskan nyeri permukaan melalui serabut A- delta bermielin b.

  Termoreseptor, yang meneruskan nyeri kedua melalui serabut-serabut C yang tidak bermielin (Mutschler dan Derrendorf, 1995).

  Serabut A-delta merupakan saraf unimodal dan memiliki myelin pada aferan. Kecepatan penghantaran listriknya 2-30 m/s. Reseptor ini merespon rangsang mekanik dan termal serta memproduksi nyeri yang terlokalisasi. Serabut C merupakan saraf polimodal yang tidak bermyelin sehingga daya hantar listriknya lebih lambat menjadi sekitar 0,5-2 m/s. Reseptor ini merespon stimulus mekanik, termal, dan secara khusus kimiawi (Anonim, 2001).

  Proses penghantaran nyeri adalah sebagai berikut: potensial aksi (impuls nosiseptif) yang terbentuk pada reseptor nyeri diteruskan melalui serabut saraf aferen ke dalam akar dorsal sumsum tulang belakang. Di tempat ini juga terjadi reflex somatic dan vegetaif awal melalui interneuron serta penghambatan nyeri menurun pada serabut aferen. Serabut-serabut yang berakhir dalam daerah

  

formation reticularis menimbulkan reaksi vegetatif. Tempat kontak yang lain

  adalah thalamus opticus. Di sini impuls diteruskan ke gyrus postcontralis (celah sentral belakang), tempat lokalisasi nyeri, juga ke system limbik yang terlibat dalam penilaian nyeri. Kemudian otak kecil dan otak besar sama-sama melakukan

  Proses terjadinya nyeri adalah sebagai berikut:

  Lokalisasi nyeri Rasa nyeri Reaksi pertahanan Korteks

  Sistem limbik Otak kecil  Thalamus opticus Formatio reticularis

  Reaksi vegetatif Sumsum tulang Refleks Reseptor nyeri

  Pembebasan mediator Rangsang nyeri

  Keterangan: : impuls penghantaran nyeri yang meningkat : reaksi nyeri : inhibisi nyeri endogen

  

Gambar 10. Terjadinya nyeri, penghantaran impuls, lokalisasi dan rasa

nyeri serta inhibisi nyeri endogen (Mutschler, 1999).

F. Analgetika

  Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis terapetik meringankan atau menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum (Mutschler, 1986). Efek ini dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti menekan kepekaan reseptor terhadap rangsang nyeri mekanik, termik listrik, atau kimiawi di pusat atau dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri (Anonim, 1991).

  Metode-metode pengujian aktivitas analgetika dilakukan dengan menilai kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi pada hewan percobaan (mencit, tikus, marmot), yang meliputi induksi secara mekanik, termik, elektrik dan secara kimia. Pada umumnya daya kerja analgetika dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulus nyeri atau juga peranan frekuensi respon nyeri (Anonim, 1991).

  Analgesik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgesik narkotik dan analgesik non narkotik (Turner, 1965).

1. Analgesik narkotik

  Golongan analgesik narkotik mengubah efek impuls nyeri pada system saraf pusat (SSP). Kesadaran akan nyeri mungkin tetap ada atau berkurang, tetapi kemampuan untuk menafsirkan, menggabungkan, dan bereaksi terhadap nyeri menurun karena adanya sedasi, eufori, dan penurunan keresahan dan kerja yang identik dan menstimulasi reseptor opioat, menyebabkan profil kerja analgesik golongan ini sangat mirip (Mutschler dan Derrendorf, 1995).

  Analgesik narkotik terdiri dari beberapa kelompok antara lain : a. Analgetik narkotik opioid alamiah, yaitu obat yang diperoleh dari baha- bahan alamiah, misal: morfin, kodein dan tebain.

  b.

  Analgetik narkotik opioid semi sintetik, merupakan derivat dari morfin, misal: heroin, dihidromorfin, hidrokodon.

  c.

  Analgetik narkotik opioid sintetik, obat ini secara kimia tidak berhubungan dengan morfin, tetapi efek farmakologiknya sama.

  d. Kelompok antagonis opioid, merupakan obat pilihan pada keracunan akut opioid, bekerja dengan cara menggeser obat agonis dari reseptor opioid (Sutedjo, 2008).