Uji daya analgesik jamu kunyit asam ramuan instan dan jamu kunyit asam ramuan segar pada mencit putih betina - USD Repository

  

UJI DAYA ANALGESIK

JAMU KUNYIT ASAM INSTAN DAN JAMU KUNYIT ASAM

RAMUAN SEGAR PADA MENCIT PUTIH BETINA

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi

  Oleh : Ika Reny Rahmawati

  NIM : 058114078

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

Untuk segala sesuatu ada masanya…

Untuk apapun di bawah langit ada waktunya…

(Pengkhotbah 3:1)

  

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:

Yesus Kristus dan Bunda Maria

Bapak dan Ibu

Adikku

  

Seseorang yang telah membuat hidupku lebih hidup

Almamaterku…

  

PRAKATA

  Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Uji Daya Analgesik Jamu Kunyit Asam Instan dan Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar pada Mencit Putih Betina”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata satu (S-1).

  Dalam proses penyusunan skrispsi ini, penulis banyak mendapat bantuan berupa bimbingan, dorongan, sarana, maupun financial dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  2. PHK-A3 yang telah memberikan kesempatan dan bantuan dalam penelitian ini.

  3. Bapak Ipang Djunarko, S. Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan, pengarahan, dan dukungan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

  4. Ibu Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, pengarahan, dan dukungan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

  5. Bapak Yosef Wijoyo, M. Si., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

  6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

  7. Bapak dan Ibu yang tercinta atas seluruh kasih sayang, dukungan, nasihat, dan perhatian selama ini.

  8. Dik Aan atas dukungan dan semangatnya selama ini.

  9. Seseorang yang telah memberikan semangat dan cinta selama tiga tahun ini.

  10. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat, Mas Ottok, Mas Agung, Pak Musrifin, Mas Wagiran, Mas Sarwanto, dan Mas Sigit yang telah membantu dalam penelitian.

  11. Teman-teman penelitian payung, Yesi, Dewi, Lina, Siska, Bustan, dan Wisely yang banyak membantu dalam penelitian dan selalu memberi semangat.

  12. Teman-teman setiaku Dheeta, Sukma, dan Nia yang banyak membantu dalam penelitian.

  13. Semua pihak yang telah membantu penulis.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, Januari 2009 Penulis

  

INTISARI

  Jamu kunyit asam ramuan segar ataupun instan merupakan ramuan rimpang kunyit dan daging buah asam, biasanya diminum wanita untuk mengurangi rasa nyeri waktu haid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar memiliki daya analgesik serta apakah ada perbedaaan daya analgesik kedua produk tersebut.

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola dua arah. Pengujian daya analgesik menggunakan metode rangsang kimia. Penelitian dilakukan dengan membagi hewan uji dalam delapan kelompok. Kelompok I (aquadest sebagai kontrol negatif), kelompok II (asetosal sebagai kontrol positif), kelompok III-V yaitu kelompok perlakuan jamu kunyit asam instan dengan dosis 4.550; 9.100; 18.200 mg/kg BB, dan kelompok VI-VIII yaitu kelompok perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar dengan dosis 1.365; 2.730; 5.460 mg/kg BB. Asam asetat dosis 25 mg/kg BB diinjeksikan secara intraperitoneal setelah 30 menit pemberian senyawa uji. Respon geliat hewan uji diamati tiap 5 menit selama 60 menit. Jumlah kumulatif geliat diubah ke dalam bentuk % penghambatan terhadap geliat dengan persamaan Handersot dan Forsaith.

  Data yang diperoleh dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov dilanjutkan dengan ANAVA satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95% atau dengan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Perbedaan antara kelompok jamu instan dan ramuan segar dianalisis dengan General-Linear Model Univariate.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu kunyit asam instan memiliki daya analgesik yaitu pada dosis 4.550 mg/kg BB sebesar 46,25 %; 9.100 mg/kg BB sebesar 45,90 %; dan 18.200 mg/kg BB sebesar 70,68 %. Pada jamu ramuan segar, daya analgesik yang dimiliki yaitu pada dosis 1.365 mg/kg BB sebesar 37,00 %; 2.730 mg/kg BB sebesar 46,43 %; dan 5.460 mg/kg BB sebesar 49,57 %. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa jamu kunyit asam instan dan ramuan segar tidak memiliki perbedaan daya analgesik.

  Kata kunci: kunyit asam, instan, segar, metode rangsang kimia, daya analgesik

  

ABSTRACT

  Both fresh blend sour turmeric tonic and instant sour turmeric tonic are the combination of turmeric rhizome and tamarind that are generally consumed by women to lessen the pain during their menstruation period. This research aims to find out whether fresh blend sour turmeric tonic and instant sour turmeric tonic have the analgesic capacity and to find out the differences between the analgesic capacities of both products.

  This is a pure experimental research with two-way pattern, random, complete research design. The method used for the test of analgesic capacity is chemistry stimulant method. The research was done to the experimented animals which were divided into eight groups. Group I (aqueduct as negative control), group II ( asetosal as positive control), groups III-V were the conduction of instant sour turmeric tonic at the dosages of 4.550; 9.100; 18.200 mg/kg BB, and groups

  VI-VIII were the conduction of fresh blend sour turmeric tonic at the dosages of 1.365; 2.730; 5.460 mg/kg BB. Acetate acid at the dosage of 25 mg/kg BB was injected interperitonially after the test material was given 30 minutes earlier. The behavior responds of the experimented animals were being observed in every five minutes for 60 minutes. The total of behavior cumulative then was changed into the form of barrier percentage toward the behavior with the equation of Handersot and Forsaith.

  Then, the data obtained was analyzed with Kolmogorov-Smirnov and continued with one-way ANAVA and Scheffe test which might be trusted up to 95% or with Kruskal-Wallis and Mann-Whitney test. The differences between the group of instant tonic and fresh blend tonic were analyzed with General-Linear

  Model Univariate .

  The research result showed that the instant sour turmeric tonic had the analgesic capacity 46,25 % at the dosage of 4.550 mg/kg BB; 45,90 % at the dosage of 9.100 mg/kg BB; 70,68 % at the dosage of 18.200 mg/kg BB. The fresh blend tonic had the analgesic capacity 37,00 % at the dosage of 1.365 mg/kg BB, 46,43 % at the dosage of 2.730 mg/kg BB; and 49,57 % at the dosage of 5.460 mg/kg BB. Based on the analysis results, it is known that there is not analgesic capacity difference between the instant sour turmeric tonic and the fresh blend sour turmeric tonic.

  Key word : sour turmeric, instant, fresh, chemistry stimulant method, analgesic capacity

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi PRAKATA ............................................................................................................ vii

  INTISARI ............................................................................................................... ix

  

ABSTRACT ............................................................................................................... x

  DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

  BAB I. PENGANTAR ............................................................................................. 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

  1. Permasalahan .............................................................................................. 3

  2. Keaslian penelitian ..................................................................................... 4

  3. Manfaat yang diharapkan ........................................................................... 4

  B. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...................................................................... 6 A. Obat Tradisional ............................................................................................. 6 B. Kunyit ............................................................................................................. 7 C. Asam Jawa ...................................................................................................... 8

  D. Nyeri ............................................................................................................. 10

  D. Alat Penelitian .............................................................................................. 29

  6. Pembuatan larutan jamu kunyit asam instan ........................................... 32

  5. Penetapan dosis jamu kunyit asam instan ................................................ 31

  4. Pembuatan suspensi asetosal dalam CMC Na 1% ................................... 31

  3. Penetapan dosis asetosal .......................................................................... 30

  2. Pembuatan larutan asam asetat 1% .......................................................... 30

  1. Pembuatan larutan CMC Na 1% ............................................................. 29

  E. Jalan Penelitian ............................................................................................. 29

  C. Bahan Penelitian ........................................................................................... 28

  E. Analgetika ..................................................................................................... 16

  3. Definisi operasional .................................................................................. 28

  2. Variabel pengacau .................................................................................... 27

  1. Variabel utama .......................................................................................... 27

  BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 27 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................... 27 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................... 27

  I. Landasan Teori ............................................................................................... 24 J. Hipotesis ........................................................................................................ 26

  H. Metode Pengujian Daya Analgesik .............................................................. 20

  G. Kurkumin ...................................................................................................... 19

  F. Asetosal ......................................................................................................... 18

  7. Penetapan dosis jamu kunyit asam ramuan segar .................................... 32

  8. Pembuatan larutan jamu ramuan segar kunyit asam............................... 33

  9. Seleksi hewan uji .................................................................................... 33

  10. Penetapan kriteria geliat ......................................................................... 34

  11. Penentuan dosis asam asetat ................................................................... 34

  12. Penetapan selang waktu pemberian rangsang ........................................ 34

  13. Uji daya analgesik .................................................................................. 35

  F. Analisis Hasil ................................................................................................ 36

  BAB IV. PEMBAHASAN ..................................................................................... 38 A. Identifikasi Rimpang Kunyit dan Buah Asam Jawa .................................... 38 B. Uji Pendahuluan ............................................................................................ 38

  1. Penetapan kriteria geliat ........................................................................... 39

  2. Penetapan dosis asam asetat ..................................................................... 39

  3. Penetapan selang waktu pemberian rangsang .......................................... 41

  4. Penetapan dosis asetosal ........................................................................... 44

  C. Pengujian Daya Analgesik Jamu Kunyit Asam Instan dan Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar .................................................................................... 47

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 61 A. Kesimpulan ................................................................................................... 61 B. Saran ............................................................................................................. 61 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 62 LAMPIRAN ...................................................................................................... 65 BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 107

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan uji pada penetapan dosis asam asetat ..................................................................................... 40 Tabel II. Ringkasan analisis variansi satu arah pada penetapan dosis efektif asam asetat ..................................................................................... 40 Tabel III. Rata-rata jumlah kumulatif geliat dan % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang ............. 42 Tabel IV. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang ............. 43 Tabel V. Rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan uji dan % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis asetosal ............................... 45 Tabel VI. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis asetosal .............................................. 46 Tabel VII. Ringkasan analisis uji Scheffe % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis asetosal ....................................................... 46 Tabel VIII. Rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan uji dan % penghambatan terhadap geliat pada kelompok perlakuan jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar ............................................. 50

  Tabel IX. Hasil analisis uji Scheffe pengaruh produk jamu kunyit asam terhadap % penghambatan geliat pada kelompok perlakuan jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar .............. 52

  Tabel X. Hasil analisis uji Scheffe pengaruh dosis terhadap % penghambatan geliat pada kelompok perlakuan jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar ............................................................. 53

  Tabel XI. Data % perubahan daya analgesik jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar terhadap kontrol positif .............. 55 Tabel XII. Hasil analisis uji Scheffe pengaruh produk jamu kunyit asam terhadap % perubahan daya analgesik pada kelompok perlakuan jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar ..... 57

  Tabel XIII. Hasil analisis uji Sceffe pengaruh dosis terhadap % perubahan daya analgesik pada kelompok perlakuan jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar .................................................... 58

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Proses pembentukan eicosanoid dari asam arakhidonat melalui jalur siklooksigenase dan lipooksigenase ................................................... 12 Gambar 2. Terjadinya nyeri, penghantaran impuls, lokalisasi dan rasa nyeri serta inhibisi nyeri endogen ........................................................................ 15 Gambar 3. Penghambatan sintesis eicosanoid oleh analgetika ............................ 17 Gambar 4. Struktur asetosal ................................................................................. 18 Gambar 5. Struktur molekul kurkumin ................................................................ 19 Gambar 6. Diagram batang rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penetapan dosis efektif asam asetat ..................................................................... 41 Gambar 7. Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang .................................. 43 Gambar 8. Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis asetosal .................................................................. 45 Gambar 9. Diagram batang rata-rata % penghambatan terhadap geliat jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar ................. 51 Gambar 10. Diagram batang rata-rata % perubahan daya analgesik jamu kunyit asam instan dan ramuan segar terhadap kontrol positif ................... 56 Gambar 11. Epidermis dan parenkim korteks (perbesaran 10 x 40) .................... 67 Gambar 12. Rambut penutup (perbesaran 10 x 40) ............................................. 67 Gambar 13. Endodermis dan parenkim silinder (perbesaran 10 x 10) ................. 68 Gambar 14. Berkas pengangkut (perbesaran 10 x 40) ......................................... 68

  Gambar 15. Sel Sekresi (perbesaran 10 x 40) ....................................................... 69 Gambar 16. Butir pati (perbesaran 10 x 40) ......................................................... 69 Gambar 17. Larutan jamu kunyit asam instan ...................................................... 70 Gambar 18. Larutan jamu kunyit asam ramuan segar ........................................... 70 Gambar 19. Mencit tidak menggeliat .................................................................... 71 Gambar 20. Geliat mencit yang diamati ............................................................... 71

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Hasil identifikasi/determinasi tumbuhan ..................................... 65 Lampiran 2. Penampang melintang rimpang kunyit (Anonim, 1977) ............. 66 Lampiran 3. Hasil pengamatan mikroskopis penampang melintang rimpang kunyit .......................................................................................... 67 Lampiran 4. Gambar larutan jamu kunyit asam instan, jamu kunyit asam ramuan segar, mencit tidak menggeliat, dan geliat mencit yang diamati ......................................................................................... 68

  Lampiran 5. Data jumlah geliat hewan uji dan hasil analisis statistik pada penetapan dosis asam asetat ........................................................ 72 Lampiran 6. Data jumlah geliat hewan uji dan hasil analisis statistik pada penetapan selang waktu pemberian ............................................. 74 Lampiran 7. Data % penghambatan terhadap jumlah geliat dan hasil analisis statistik pada penetapan selang waktu pemberian ....................... 75 Lampiran 8. Data jumlah geliat hewan uji dan hasil analisis statistik pada penetapan dosis asetosal .............................................................. 77 Lampiran 9. Data % penghambatan terhadap jumlah geliat dan hasil analisis statistik pada penetapan dosis asetosal ........................................ 79 Lampiran 10. Tata cara analisis hasil dengan uji General Linear Model

  Univariate ................................................................................... 81

  Lampiran 11. Data jumlah geliat dan hasil analisis statistic pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan jamu kunyit asam instan dan ramuan segar ............................................................................................ 84

  Lampiran 12. Data % penghambatan terhadap geliat dan hasil analisis statistiknya pada perlakuan jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit ramuan segar .......................................................................................... 93

  Lampiran 13. Data % perubahan dan hasil analisis statistiknya pada perlakuan jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit ramuan segar .......... 100

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Nyeri merupakan suatu gejala yang umum dan sering terjadi mengikuti

  satu atau lebih penyakit. Rasa nyeri menjadi tanda adanya kerusakan pada jaringan akibat trauma atau luka pada sel yang terjadi di dalam tubuh manusia (Anonim, 1991). Nyeri bersifat individu dan ambang nyeri pada setiap orang berbeda-beda (Roach S. S., 2004). Timbulnya rasa nyeri tersebut membuat seseorang berusaha untuk mencari pengobatan agar rasa nyeri tersebut dapat berkurang.

  Salah satu pengobatan yang menjadi pilihan masyarakat yaitu dengan obat tradisional. Alasan masyarakat untuk tetap menggunakan obat tradisional yaitu asumsi masyarakat bahwa obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih kecil dibanding dengan obat modern (Oemijati, 1992). Menurut Undang–Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992).

  Pengembangan obat tradisional semakin ditingkatkan sebagai salah satu upaya pengobatan. Obat tradisional yang pada awalnya dibuat oleh masyarakat untuk pengobatan mandiri, berkembang menjadi industri rumah tangga dan sejak pertengahan abad ke-20 telah diproduksi oleh industri kecil obat tradisional maupun industri obat tradisional dengan mengikuti perkembangan teknologi pembuatan. Teknologi yang ada membuat jamu menjadi praktis untuk dikonsumsi. Saat ini di masyarakat sudah tersedia berbagai macam jamu instan produksi industri obat tradisional.

  Masyarakat merupakan kehidupan yang majemuk, di mana memiliki latar belakang yang berbeda-beda baik tingkat ekonomi, pendidikan, maupun budayanya. Hal-hal tersebut tentu akan mempengaruhi upaya masyarakat dalam melakukan pengobatan. Apabila masyarakat memilih menggunakan obat tradisional, maka masyarakat akan menghadapi pilihan produk obat tradisional berupa jamu ramuan segar yang dibuat sendiri atau jamu instan yang diproduksi industri obat tradisional. Hasil penelitian Wisely (2008) menyatakan bahwa jamu ramuan segar menurut responden adalah jamu yang dibuat sendiri dengan cara direbus atau diremas dan dibuat dari bahan-bahan alami, jamu gendong, jamu berbentuk cair yang dapat langsung diminum tanpa perlu diolah lagi, jamu yang bukan buatan pabrik dan tidak dikemas. Jamu instan menurut responden adalah jamu buatan pabrik yang sudah dikemas, jamu umumnya berbentuk serbuk yang penggunaannya tinggal diseduh, jamu yang dijual di toko obat/warung jamu, jamu yang dibuat dengan bentuk sediaan modern seperti bentuk tablet, kapsul, pil, salep, dan krim.

  Salah satu produk jamu ramuan segar ataupun jamu instan yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah jamu kunyit asam. Jamu kunyit asam tersebut merupakan ramuan rimpang kunyit dan daging buah asam. Pada umumnya, masyarakat menggunakan jamu kunyit asam untuk mengurangi rasa nyeri waktu haid (Suharmiati dan Handayani, L., 2001). Rasa nyeri dapat hilang karena dalam rimpang kunyit terdapat kurkumin yang mempunyai kemampuan menghambat produksi prostaglandin dan leukotrien sebagai mediator nyeri (Bone, K. dan Mills, S., 2000).

  Peredaran jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar yang semakin marak, membuat masyarakat dihadapkan pada pilihan dalam menentukan pengobatan yang akan digunakan. Dari kedua sediaan jamu tersebut, tentu berbeda dalam hal proses pembuatan dan mungkin juga akan mempengaruhi efektivitas yang dihasilkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya analgesik jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar serta apakah ada perbedaaan daya analgesik kedua produk tersebut, Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari penelitian yang berjudul “Kajian Obat Tradisional: Survei Pemahaman dan Pemilihan, Standarisasi dan Optimasi Komposisi Bahan Baku serta Uji Analgetika Ramuan Segar dan Instan Jamu Kunyit Asam” yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah, industri obat tradisional, dan masyarakat dalam mengembangkan obat tradisional jamu kunyit asam.

1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: a. Apakah jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar memiliki daya analgesik? b. Apakah ada perbedaan daya analgesik jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar?

  2. Keaslian penelitian

  Penelitian mengenai Uji Daya Analgesik Jamu Kunyit Asam Instan dan Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar pada Mencit Putih Betina sejauh penelusuran penulis belum pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan yaitu Efek Analgetika Infusa Daun Asam Jawa pada Mencit Putih Betina (Lestari, 2006), Perbedaan Kadar Kurkumin dalam Ekstrak Rimpang Kunyit yang dibuat secara Maserasi dan Perkolasi (Endah, 2002), Pembuatan Tablet Ekstrak Kunyit dengan Bahan Pengikat Musilago Amyli (Wijayanti, 2002) dan pernah dilakukan penelitian kunyit asam yaitu Validasi Penetapan Kadar Parasetamol Tercampur Kunyit Asam dalam Plasma dengan Metode Kolorimetri (Vidiani, 2006).

  3. Manfaat yang diharapkan

  Manfaat penelitian ini yaitu:

  a. manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kefarmasian yaitu mengenai penggunaan obat tradisional yang berkhasiat sebagai analgesik, salah satunya yaitu jamu kunyit asam.

  b. manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai daya analgesik jamu kunyit asam instan dibandingkan dengan jamu kunyit asam ramuan segar sehingga dapat membantu masyarakat dalam memilih penggunaan obat tradisional ramuan segar atau instan dan atau membuat obat tradisional.

B. Tujuan Penelitian

  a. Tujuan umum Untuk menambah informasi mengenai khasiat jamu kunyit asam yang dapat digunakan sebagai analgesik.

  b. Tujuan khusus Untuk mengetahui apakah jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam ramuan segar memiliki daya analgesik serta apakah ada perbedaan daya analgesik kedua jamu tersebut.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Obat Tradisional Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992

  tentang kesehatan menyebutkan bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992).

  Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), dan Fitofarmaka. Jamu harus memenuhi kriteria: aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Obat Herbal Terstandar (OHT) yaitu sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandarisasi. Fitofarmaka yaitu sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah distandarisasi (Anonim, 2004).

  Menurut Suharmiati dan Handayani L. (2001), jamu ramuan segar merupakan jamu yang diolah dengan cara sederhana dan tradisional, yang secara umum pengolahannya dibedakan menjadi dua macam, yaitu dengan merebus seluruh bahan atau dengan cara mengambil/memeras sari yang terkandung dalam jamu kemudian dicampur dengan air matang. Soedibyo, M. (2008) mengemukakan bahwa saat ini, produk-produk jamu telah diolah berdasarkan modernisasi teknologi dan industrialisasi yang memenuhi standar ketat kualitas dan keamanan, sehingga jamu bisa berbentuk ekstrak dalam kemasan pil, serbuk/puyer, dan kapsul, yang siap dikonsumsi masyarakat.

B. Kunyit

  1. Keterangan botani Kunyit (Curcuma domestica, Val) termasuk dalam familia Zingiberaceae (Rukmana, R., 1999).

  2. Nama daerah Di Indonesia dikenal sebagai kunyit. Di Sumatera disebut kakunye, kunye, kinung, odil, ondil. Di Jawa Tengah disebut kunyir, konye, kunir, temu kuning.

  Di Kalimantan dikenal sebagai henda, cahang, dio, kalesiau. Di Nusa Tenggara disebut kunyik, wingira, kemunyi, kunik, guni, kunir. Di Sulawesi disebut uinida, alawahu, pagidon, uni, kuni. Di Maluku disebut kurlai, lulu malai, ulin, tum, kunine, gogohiki (Anonim, 1977).

  3. Morfologi tanaman Kunyit merupakan tanaman semak, mempunyai batang pohon semu dan basah, tingginya sekitar 1 m dan bunganya muncul dari pucuk batang semu dengan panjang sekitar 10-15 cm dan berwarna putih. Daunnya mirip dengan tumbuh- tumbuhan jenis pisang-pisangan, berbentuk lanset memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12,5 cm, pertulangan menyirip, warna hijau pucat. Rimpangnya memiliki banyak cabang dengan kulit luarnya berwarna jingga kecoklatan. Buah daging rimpang kunyit berwarna merah jingga kekuning-kuningan (Soedibyo, M., 1998).

  3. Kandungan kimia Kandungan kimia rimpang kunyit meliputi 3-5% kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin. Minyak atsiri yang terdapat dalam rimpang kunyit sebesar 2-7% (Bisset N. G. dan Wichtl M., 2001).

  4. Kegunaan Rimpang kunyit digunakan untuk mengobati sakit perut, demam, muntah saat hamil, nyeri haid, nyeri setelah melahirkan, sebagai jamu bersih darah, meningkatkan nafsu makan, dan gangguan fungsi hati (Bone, K. dan Mills, S., 2000).

C. Asam Jawa

  1. Keterangan botani Asam Jawa (Tamarindus indica, Linn) termasuk dalam familia Leguminose (Hutapea, J. R., 1994).

  2. Nama daerah Tumbuhan asam Jawa mempunyai nama yang berbeda-beda di beberapa daerah. Di Sumatera dikenal dengan nama bak me, acam lagi, acam Jawa, kayu asam, menceloki, dan cumalagi. Di Jawa dikenal dengan nama tangkal asam, wit asam, dan acem. Di Kalimantan dikenal dengan nama asam Jawa.

  Di Nusa Tenggara dikenal dengan nama celagi, bage, mengga, tobi, dan kanefo. Di Sulawesi dikenal sebagai asang Jawa, cambe, dan cempa. Di Maluku dikenal dengan nama tobe laki dan asam jawaka (Anonim, 1985 b).

  3. Morfologi tanaman Asam Jawa tumbuh di daerah dataran rendah. Tanaman ini berupa pohon, tinggi 15-25 m. Batang tegak, berkayu, bulat, permukaan banyak lenti sel, percabangan simpodial, berwarna coklat muda. Daun majemuk, lonjong berhadapan, panjang 1-2,5 cm, tepi rata, ujung tumpul, tangkai membulat, pertulangan menyirip, halus, hijau, tangkai panjang ± 0,2 cm. Bunga majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun, tangkai panjang ± 0,6 cm, kuning, kelopak bentuk tabung, hijau kecoklatan, benang sari jumlahnya banyak, putih, putik putih, mahkota kecil, kuning, buah polong, panjang ± 10 cm, hijau kecoklatan. Biji bentuk kotak, pipih. Akar tunggang coklat kotor (Hutapea, J. R., 1994).

  4. Kandungan Kimia Daging buah asam antara lain mengandung asam anggur, asam apel, asam sitrat, asam suksinat, asam tartrat, dan pektin, juga didapati gula invert (Tampubolon, O. T., 1981).

  5. Kegunaan Daging buah asam biasa digunakan sebagai pencahar, penambah nafsu makan, penyejuk, dan mengobati sariawan (Anonim, 1985 a).

  D.

  

Nyeri

  Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan dan berkaitan dengan kerusakan jaringan. Nyeri bersifat individu dan ambang nyeri pada setiap orang berbeda-beda (Roach, S. S., 2004). Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali.

  Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia, atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Adanya kerusakan jaringan akan mengakibatkan pembebasan mediator nyeri yang menyebabkan perangsangan reseptor nyeri (Mutschler, 1999).

  Menurut tempat terjadinya, nyeri terbagi atas nyeri somatik dan nyeri dalam (viseral). Dikatakan nyeri somatik apabila rasa nyeri berasal dari kulit, otot, persendian, tulang, atau dari jaringan ikat. Nyeri somatik dibagi atas dua kualitas yaitu nyeri permukaan dan nyeri dalam. Disebut nyeri permukaan apabila rangsang bertempat di dalam kulit, sedangkan disebut nyeri dalam apabila rangsang berasal dari otot, persendian tulang dan jaringan ikat. Nyeri dalam (viseral) atau nyeri perut terjadi antara lain pada tegangan organ perut, kejang otot polos, aliran darah kurang dan penyakit yang disertai radang (Mutschler, 1999).

  Berdasarkan waktu terjadinya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri yang sifatnya akut dan kronis. Pada nyeri yang sifatnya akut, umumnya terjadi beberapa saat setelah terjadinya lesi atau trauma jaringan, berlangsung singkat dan biasanya cepat membaik bila diberi obat pengurang rasa nyeri (analgetika). Bila diberikan stimulus nyeri, maka rasa nyeri akan timbul dalam waktu kira-kira 0,1 detik. Rasa sakit akut juga digambarkan dengan banyak nama pengganti, seperti rasa sakit tajam, rasa tertusuk, rasa sakit cepat, rasa sakit elektrik, dan sebagainya (Anonim, 1991; Guyton A. C., 1993). Nyeri yang kronik umumnya berhubungan dengan terjadinya lesi jaringan yang bersifat permanen, atau dapat sebagai kelanjutan dari nyeri akut yang tidak ditangani dengan baik. Nyeri yang kronik umumnya berhubungan dengan terjadinya lesi jaringan yang bersifat permanen, atau dapat sebagai kelanjutan dari nyeri akut yang tidak ditangani dengan baik. Nyeri kronik ini biasanya berlangsung lama, atau biasanya terjadi selama lebih dari 6 bulan.

  Rasa sakit kronik timbul setelah satu detik atau lebih dan kemudian rasa sakit ini secara perlahan bertambah untuk selama beberapa detik dan kadang kala sampai beberapa menit. Rasa sakit kronik diberi banyak nama tambahan seperti rasa sakit terbakar, rasa sakit pegal, rasa sakit berdenyut-denyut, rasa sakit mual, dan rasa sakit lambat (Anonim, 1991; GuytonA. C., 1993).

  Eicosanoid merupakan produk oksigenasi dari asam lemak rantai panjang

  yang tidak jenuh (Katzung, B. G., 2001). Eicosanoid terlibat dalam mengatur proses fisiologi dan beberapa diantaranya merupakan mediator yang sangat penting dalam menimbulkan rasa nyeri (Rang H. P., Dale, M. M., Ritter, J. M., dan Flower, R. J., 2007).

  Prekursor eicosanoid yang terbanyak dan diduga paling penting yaitu asam arakidonat yang dirilis dari fosfolipid-fosfolipid membran oleh satu atau lebih lipase (Katzung, B. G., 2001). Eicosanoid yang pokok yaitu prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. Sel yang mengalami kerusakan dapat menstimulus pelepasan eicosanoid (Rang dkk, 2007).

  Fosfolipid Fosfolipase A

  2 Asam arakhidonat

  12-Lipoksigenase Siklooksigenase 5-Lipoksigenase

  15-Lipoksigenase 12-HETE

  Lipoksin A dan Siklik 5-HPETE B

  (kemotaksin) endoperoksid PGI (vasodilator, hiperalgesik, Tromboksan A (trombotik, 2 2 menghambat agregasi platelet) vasokonstriktor)

  LTA 4 LTB (kemotaksin) 4 PGF (bronkokonstriksi,

  PGE (vasodilator, 2α PGD (menghambat 2 LTC (bronkokonstriktor) 2 4 kontraksi myometrial) hiperalgesik) agregasi platelet, LTD 4 vasodilator)

  LTE 4 Gambar 1. Proses pembentukan eicosanoid dari asam arakhidonat melalui

  jalur siklooksigenase dan lipooksigenase (Rang dkk, 2007) Asam arakhidonat dimetabolisme melalui beberapa jalur yaitu: 1. metabolisme oleh siklooksigenase (COX) yang terdiri dari dua bentuk yaitu

  COX-1 dan COX-2. Enzim ini akan menginisiasi biosintesis prostaglandin dan tromboksan.

  2. metabolisme oleh lipoksigenase yang akan menginisiasi sintesis leukotrien dan eicosanoid lain.

  (Rang dkk, 2007) Prostaglandin dan tromboksan mempunyai efek utama pada empat jenis otot polos: saluran napas, saluran cerna, reproduksi, dan vaskular. Target penting lainnya mencakup platelet dan monosit, sistem saraf pusat, ujung saraf otonomik pra sinap, ujung saraf sensorik, organ endokrin, dan jaringan lemak. Leukotrien mempunyai efek pada hati dan otot polos, sel-sel darah, dan sistem ginjal (Katzung, B. G., 2001) Yang termasuk “zat nyeri” yang potensinya kecil adalah ion hidrogen.

  Pada penurunan pH di bawah 6 selalu terjadi rasa nyeri yang meningkat pada

  • kenaikan konsentrasi ion H lebih lanjut. Demikian pula berbagai neurotransmiter bekerja sebagai zat nyeri pada kerusakan jaringan. Histamin pada konsentrasi relatif tinggi terbukti sebagai zat nyeri. Asetilkolin pada konsentrasi rendah mensensibilisasi reseptor nyeri terhadap zat nyeri lain sehingga senyawa ini bersama-sama dengan senyawa yang dalam konsentrasi yang sesuai secara sendiri tidak dapat menimbulkan rasa nyeri. Pada konsentrasi tinggi, asetilkolin bekerja sebagai zat nyeri yang berdiri sendiri. Serotonin merupakan senyawa yang menimbulkan nyeri yang paling efektif dari kelompok transmiter. Sebagai
kelompok senyawa penting lain dalam hubungan ini adalah kinin, khususnya bradikinin yang termasuk penyebab nyeri terkuat. Prostaglandin yang dibentuk lebih banyak akan mensensibilitas reseptor nyeri dan disamping itu menjadi penentu dalam lamanya rasa nyeri (Mutschler, 1999).

  Ada tiga jenis reseptor berdasarkan tipe stimulus yang diberikan, yaitu:

  a. Reseptor nyeri mekanosensitif Reseptor ini akan terangsang bila ada stres mekanik atau kerusakan jaringan (Guyton, A. C., 1993). Reseptor ini akan meneruskan nyeri permukaan melalui serabut A-delta bermielin (Mutschler, 1999).

  b. Reseptor nyeri termosensitif Reseptor ini peka terhadap perubahan suhu panas/dingin yang ekstrim

  (Guyton, A. C., 1993). Reseptor ini meneruskan nyeri kedua melalui serabut- serabut c yang tidak bermielin (Mutschler, 1999).

  c. Reseptor nyeri kemosensitif Reseptor ini peka terhadap bahan kimia seperti bradikinin, serotonin, histamin, ion kalsium, asam, prostaglandin, asetilkolin, dan enzim proteolitik

  (Guyton, A. C., 1993). Zat-zat kimia di atas disebut juga zat nyeri atau mediator nyeri (Mutschler, 1999).

  Proses penghantaran nyeri adalah sebagai berikut: potensial aksi (impuls nosiseptif) yang terbentuk pada reseptor nyeri diteruskan melalui serabut saraf aferen ke dalam akar dorsal sumsum tulang belakang. Di tempat ini juga terjadi refleks somatik dan vegetatif awal melalui interneuron serta penghambatan nyeri menurun pada serabut aferen. Serabut-serabut yang berakhir dalam daerah formatio reticularis menimbulkan reaksi vegetatif. Tempat kontak yang lain adalah thalamus optikcus. Di sini impuls diteruskan ke gyrus postcontralis (celah sentral belakang), tempat lokalisasi nyeri, juga ke sistem limbik yang terlibat dalam penilaian nyeri. Kemudian otak kecil dan otak besar sama-sama melakukan reaksi perlindungan dan reaksi menghindar yang terkoordinasi.

  Proses terjadinya nyeri adalah sebagai berikut: Rasa Nyeri Lokalisasi nyeri

  Penilaian nyeri Korteks Reaksi pertahanan

  Sistem limbik Otak kecil Talamus optik

  Formasio retikularis reaksi vegetatif Sumsum tulang refleks Reseptor

  Pembebasan mediator Rangsang nyeri

  Keterangan: : impuls penghantaran nyeri yang meningkat : reaksi nyeri : inhibisi nyeri endogen

  Gambar 2. Terjadinya nyeri, penghantaran impuls, lokalisasi dan rasa nyeri serta inhibisi nyeri endogen (Mutschler, 1999)

  E.

  

Analgetika

  Analgetika adalah golongan obat-obatan yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi rasa nyeri. Efek ini dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti menekan kepekaan reseptor terhadap rangsang nyeri mekanik, termik listrik, atau kimiawi di pusat atau dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri (Anonim, 1991). Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2002).

  Rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapa cara yakni dengan (1) merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor-reseptor nyeri perifer oleh analgetika perifer atau oleh anestetika lokal, (2) merintangi penyaluran rangsangan nyeri dalam saraf-saraf sensoris, misalnya dengan anestetika lokal, (3) blokade dari pusat nyeri dalam sistem saraf sentral dengan analgetika sentral (narkotika) atau dengan anestetika umum (Tjay dan Raharja, 2002).

  Menurut Roach, S. S. (2004), obat yang digunakan dalam mengatasi nyeri terdiri dari dua kelompok yaitu analgetika non-narkotik dan analgetika narkotik.

  1. Analgetika non-narkotik Obat-obat ini meringankan rasa nyeri tanpa menurunkan kesadaran dan tidak menyebabkan ketergantungan seperti penggunaan analgetika narkotik.

  Analgetika non-narkotik terdiri dari senyawa golongan salisilat, non-salisilat (seperti asetaminophen), dan nonsteroidal anti-inflamatory drugs (NSAIDs). Obat ini digunakan untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang (Roach, S. S., 2004).

  Fosfolipid Asam arakhidonat

  Fosfolipase A

  2

NSAID, ASA

  12-Lipoksigenase Lipoksin A dan B

  15-Lipoksigenase Siklooksigenase

  Siklik endoperoksid

  PGD 2 (menghambat agregasi platelet, vasodilator) PGF

  2α (bronkokonstriksi, kontraksi myometrial)

  12-HETE (kemotaksin)

  Tromboksan A 2 (trombotik, vasokonstriktor) PGI 2 (vasodilator, hiperalgesik, menghambat agregasi platelet)

  5-Lipoksigenase 5-HPETE

  LTA

  4 LTC 4 (bronkokonstriktor) LTD 4 LTE 4 LTB 4 (kemotaksin) Inhibitor fosfolipid kortikosteroid

  Antagonis TXA 2 Inhibitor sintesis TXA 2 Antagonis PG

  Antagonis reseptor leukotrien

  Inhibitor lipoksigenase

  Gambar 3. Penghambatan sintesis eicosanoid oleh analgetika (Rang dkk, 2007)

  PGE 2 (vasodilator, hiperalgesik)

  2. Analgetika narkotik Analgetik narkotik disebut juga opioida, adalah zat yang bekerja terhadap reseptor opioid khas di sistem saraf pusat, hingga persepsi nyeri dan respons emosional terhadap nyeri berkurang (Tjay dan Rahardja, 2002).

  Analgetika kuat diindikasikan pada kondisi nyeri yang sangat kuat. Di sini terutama nyeri akibat kecelakaan, nyeri karena operasi, dan nyeri tumor (Mutschler, 1999).

F. Asetosal

  COOH OCOCH 3 Gambar 4. Struktur asetosal (Anonim, 1995)

  Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin merupakan analgesik, anti inflamasi, antipiretik, dan inhibitor agregasi platelet (Dollery, C., 1999). Aspirin merupakan senyawa standar yang digunakan dalam menilai efek obat sejenis (Dipalma, J. R. dan Digregorio, G. J., 1990). Aspirin merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang (Katzung, B. G., 2001).

  Asetosal merupakan analgetika yang efektif, dengan durasi kira-kira 4 jam (Neal, M. J., 1997). Asetosal akan diabsorbsi selama 5-30 menit setelah pemberian oral dan pada dosis tunggal akan mencapai kadar plasma puncak setelah 1-3 jam. Dosis yang biasa digunakan antara 325-650 mg (McEvoy, G. K., 2005).

  Aspirin menghambat sintesis prostaglandin, melalui asetilasi. Asetosal menghambat enzim siklooksigenase dengan mengasetilasi gugus aktif serin dari enzim ini sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin dan tromboksan akan terganggu, sehingga rasa nyeri dapat berkurang (Dollery, C., 1999).

G. Kurkumin Kurkumin merupakan senyawa kandungan utama tanaman kunyit.

  Kurkumin murni sangat sulit diperoleh langsung dari kunyit karena sering kali tercampur dengan dua turunannya yaitu desmetoksukurkumin dan bidesmetoksikurkumin (Bone, K. dan Mills, S., 2000).

  Struktur kimia dari kurkumin adalah sebagai berikut: