Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar 2017

DASAR-DASAR
DESAIN & PRODUK

Agus Mulyadi Utomo

Pusat Penerbitan LP2MPP
ISI Denpasar
2017

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

i

SAMBUTAN
REKTOR ISI DENPASAR

DASAR-DASAR
DESAIN & PRODUK
Penulis

Agus Mulyadi Utomo

VI+ 176 Halaman, Ukuran 15 cm X 23 cm
Cover: Rizkita Ayu Mutiarani

PUSAT PENERBITAN LP2MPP
ISI DENPASAR
Jalan Nusa Indah Denpasar – Bali
Tlp. 0361-227316
Email: penerbitan@isi-dps.ac.id

Om Swastiastu,
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Shang Hyang Widhi Wasa,
penyusunan buku Dasar-dasar Desain dan Produk dapat dituntaskan dengan
baik oleh penulisnya. Saya menyambut dengan suka cita peristiwa akademik
dengan diterbitkannya buku ini. Untuk itu semoga peristiwa ini dapat dapat
menular secara massif kepada dosen yang lainnya.
Penerbitan buku ini memiliki peran strategis dalam rangka menuju ISI
sebagai pusat unggulan ( Center of excellence / CoEJ) pada tahun 2020.
Segala upaya akan akan dilakukan baik dibidang pendidikan, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat. Selama ini ISI Denpasar telah menerbitkan
buku-buku seni budaya dari beberapa guru besar dan dosen.
Pada Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut
Seni Indonesia Denpasar telah mewajibkan mata kuliah Dasar-dasar Desain.
Oleh karena itu, buku ini diharapkan menjadi daya dukung referensi dan
khasanah keilmuan bagi mahasiswa yang sedang mempelajari dasar-dasar
desain.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Agus
Mulyadi Utomo, semoga segala upaya yang dilakukan dalam penerbitan buku
ini dapat memberikan manfaat bagi lembaga. Rasa terima kasih juga saya
kepada seluruh anggota tim penerbitan ISI Denpasar. Saya berharap semoga
buku Dasar-dasar Desain dan Produk ada manfaatnya bagi kemajuan
kehidupan akademik di ISI Denpasar.
Om, Santih, Santih, Santih, Om
Denpasar, 8 Agustus 2017

Cetakan Pertama Desember 2017

Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum


ISBN: 978-602-51033-1-5
Denpasar 2 0 1 7
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

ii

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

iii

Kata Pengantar
Buku yang berjudul “Dasar-dasar Desain & Produk”, dibuat untuk
memenuhi kebutuhan bagi para mahasiswa baik sebagai buku ajar maupun
untuk buku referensi. Disamping itu karena ada kewajiban dosen dengan
Jabatan Lektor Kepala untuk membuat buku yang menyangkut perkuliahan,
memperkaya pengetahuan atau ilmu tentang seni dan desain yang diampu.

Dasar-dasar Desain, merupakan mata kuliah yang diwajibkan pada
Program Studi Kriya, pada Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni
Indonesia Denpasar. Diharapkan dengan mempelajari dasar-dasar desain,
mahasiswa memperoleh bekal keilmuan yang mendukung profesinya sebagai
desainer utamanya untuk produk kekriyaan. Standar kompetensi mahasiswa
kriya yang mempelajari dasar-dasar desain nantinya diharapkan dapat
mengetahui, mengerti dan memahami serta mampu menciptakan desaindesain inovatif dan produk kriya yang bermutu. Mahasiswa diberikan
brainstorrming tentang bagaimana merespon produk desain. Dengan
mempelajari buku ini, mahasiswa dapat mengerti dan memahami pengertian
desain, sejarah desain, unsur-unsur desain, pendapat desain, tujuan dan
konsep penciptaan desain. Disamping itu mahasiswa memiliki wawasan dan
kemampuan untuk mewujudkan ide-idenya serta mengevaluasi hasil desain
untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Terima kasih disampaikan kepada Rektor Institut Seni Indonesia
Denpasar, Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain sampai Ketua Program
Studi Kriya yang selama ini telah memfasilitasi dan mengusulkan pembiayaan
penulisan buku ini.
Denpasar, 7 Nopember 2017
Drs. Agus Mulyadi Utomo, M.Erg


DAFTAR ISI
iv DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
DATA BUKU……………………………………………………………………… ii
SAMBUTAN REKTOR ISI DENPASAR………………………………………. iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1 Awal Berpikir Desain .............................................................................1
1.2 Pentingnya Desain… .............................................................................9
1.3 Sejarah Desain ......................................................................................14
1.4 Pendapat Ahli Desain ............................................................................34
BAB II P R I H A L D E S A I N ...............................................................42
2.1 Pengertian Desain .................................................................................42
2.2 Unsur Desain .........................................................................................56
2.3 Pengembangan Desain .........................................................................86
2.4 Proses Desain .......................................................................................102
2.5 Metode Desain ......................................................................................108
BAB III MENDESAIN ATAU MERANCANG .............................................113

3.1 Ide Desain ............................................................................................113
3.2 Jenis- jenis Desain ................................................................................116
3.3 Imajinasi Desain ....................................................................................118
3.4 Gambar Desain ....................................................................................122
3.5 Desain Produk Fungsional ...................................................................124
3.6 Desain Produk Kriya ..............................................................................128
3.7 Desain Produk Daur Ulang ...................................................................137
BAB IV INOVASI DAN EVALUASI DESAIN ..............................................140
4.1 Inovasi ..................................................................................................144
4.2 Mutu Desain dan Kualitas Produk ........................................................151

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

iv

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg


v

4.3
4.4
4.5
4.6
4.7

ISO (International Standard Organization) .........................................152
TQM (Total Quality Management) .......................................................153
Pengawasan dan Inspeksi..................................................................155
Tinjauan Kritik Desain ...........................................................................156
Prinsip-prinsip dan Pertimbangan Desain ...........................................160

PUSTAKA ....................................................................................................171
Glosarium Desain ......................................................................................173
Tentang Penulis .........................................................................................176

BAB. 1

PENDAHULUAN

Manusia

di dalam kehidupannya, merupakan serangkaian yang
panjang dari masalah-masalah, dimulai dari sejak kelahirannya telah
dihadapkan pada berbagai macam tantangan hidup dan kehidupan, yang
timbulnya bisa bersumber dari dalam diri, lingkungan alam dan sosial serta
budaya, atau saling mempengaruhi atau saling berhubungan satu dengan
lainnya. Dengan menggunakan akal, pikiran dan ketrampilannya, manusia
pada akhirnya mampu mengatasi dan memecahkan berbagai masalah
betapapun rumit dan peliknya, sehingga membuahkan hasil karya dan
pemikiran berupa produk yang bermanfaat ke arah tingkat kemajuan hidup
yang lebih tinggi dan layak sebagai manusia beradab dan bermartabat.
Sebenarnya dunia yang ditempati manusia sejak mula, tidaklah
terlepas dari apa yang dinamakan desain selama mereka berfikir tentang
bagaimana, cara, teknik dan alat apa yang diperlukan untuk menjalani
kehidupan. Cobalah lihat ke arah manapun sekarang di sekitar, apakah
ditemukan suatu karya, perupaan tertentu atau benda atau produk hasil
desain ? Misalnya bentuk, garis, warna, tekstur, ruang, gambar, lukisan, foto,

sebuah logo, tanda, alat-perkakas, baju, mebel, rumah tinggal, kantor-kantor,
hiasan, asesoris, bahkan tulisan ? Percayalah bahwa semua itu, yang terlihat
di sekeliling atau sekitar lingkungan manusia berawal dari sebuah desain.
Betulkah, semua itu adalah dihasilkan dari sebuah desain atau rancangan ?
Mungkin jawabnya ada dua, yang pertama memang sudah ada dari alam
sendiri (alamiah) yang kemudian dipelajari, dimanfaatkan, diterapkan dan
dilestrarikan, hal tersebut memang sudah ada karena diciptakan Tuhan; Dan
yang kedua, memang sengaja diciptakan oleh manusia, dengan tujuan tertentu
atau ada dan keberadaannya karena diciptakan, dipelajari, diperbaiki atau
disempurnakan dan kemudian dikembangkan sesuai kebutuhan.
1.1 Awal Berpikir Desain
Adanya desain dimulai dari suatu ungkapan rasa dan adanya
kebutuhan akan produk fungsional atau benda-benda kekriyaan. Bermula dari

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

vi


Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

1

adanya kebudayaan material manusia yang paling sederhana, budi dan daya
yang diperkirakan muncul pada zaman batu. Pada Zaman Palaeolithikum,
kehidupan manusia berkaitan dengan tingkat kecerdasan, perasaan dan
pengetahuan yang dimiliki, disesuaikan dengan situasi serta kondisi yang
dihadapi pada zaman tersebut. Untuk dapat bertahan hidup dan menunjang
kelangsungan kehidupan, maka manusia membuat alat-alat dari bahan-bahan
yang diperoleh di alam sekitar mereka. Sebagai contoh dan bukti, yaitu adanya
penemuan kapak genggam dan alat-alat dari batu untuk perburuan
(palaeolithikum), juga ada yang dibuat dari tulang dan tanduk binatang.
Kebutuhan hidup dan kehidupan manusia terus berlangsung dari waktu ke
waktu. Dari tidak memiliki apa-apa, lalu berbekal akal dan pikiran, memulai
dengan berburu, mengembara, menghindari ancaman musuh, menyelamatkan
diri dari keganasan alam, kemudian berpakaian, berteduh, mencari
ketenangan, kenyamanan, kesenangan, berkelompok dan sebagainya.


tersedia. Dengan memiliki waktu luang dan rasa kejenuhan mereka mulai
mengisinya menciptakan produk keperluan sehari-hari seperti kerajinan
menganyam, membuat pakaian dari kulit kayu dan kulit binatang hasil buruan
serta menyempurnakan alat perburuan yang dimiliki mulai dihaluskan, bahkan
mulai dihias. Mereka mulai berfikir dan berimajinasi serta pengungkapan
perasaan yang magis dengan merancang akan hidup dan kehidupannya,
bahkan harapan-harapannya tentang binatang perburuan yang akan datang.
Mereka kemudian membuat lukisan-lukisan di dinding-dinding goa dengan
pewarna alami dari tanah, serbuk batu warna dan getah pohon tertentu, yakni
tentang gambar-gambar binatang perburuan seperti banteng, bison, rusa, babi
dan lainnya. Juga dimasa ini juga telah mulai ditemukannya lukisan dengan
teknik grafis atau teknik cetak, berupa cap tangan dengan semburan dari
tanah berwarna, serbuk batuan berwarna, getah pohon tertentu, buah pinang
dan pewarna alam lainnya.

Lukisan Dinding Goa-goa Burupa Binatang Buruan

Kapak Batu Genggam, Mata Panah Batu dan Perburuan

Sejak manusia hidup menetap di Zaman Mesolithikum, dengan
memasuki goa-goa sebagai manusia goa, berkelompok-kelompok, mereka
sudah mulai hidup menetap dan memiliki rasa ketenangan serta memiliki
waktu luang, sehingga dapat beristirahat selama persediaan makanan masih
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

2

Di Zaman batu tengah (mesolithikum), manusia tidak hanya sekedar mencari
makan, tetapi sudah mulai mengolah makanan, kemudian menetap di goagoa, menjinakkan binatang untuk diternak dan bertani atau berkebun,
berkumpul atau bermasyarakat, menentukan pemimpin yang dianggap mampu
dan memiliki kelebihan atau kekuatan tertentu sebagai tetua atau kepala suku.
Kemampuan para tetua yang kemudian dikenal sepeninggalnya sebagai
nenek-moyang. Dan orang yang dituakan tersebut masih dianggap tetap dapat
mempengaruhi kehidupan dimasa mendatang, yang selanjutnya menghasilkan
budaya bekal kubur dan tempat pemujaan-pemujaan serta berbudi luhur.

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

3

berkembang. Kebanyakan seni primitif dibuat dari kayu, batu dan tanah liat,
yang diciptakan untuk beberapa tujuan relegi atau tujuan yang praktis
(Mayer,1969). Bentuk benda keramik dengan sengaja berupa wadah yang
dibuat secara utuh, dari yang polos hingga yang diberi ornamen untuk
memperindah dan mempererat hubungannya dengan produk yang dibuat.

Lukisan Telapak Tangan Dalam Goa

Pengetahuan manusia pun terus bertambah dan berkembang setelah
ditemukannya “api” untuk penghangat cuaca dingin, memasak, mengusir
bahaya dari binatang buas dan sebagai penerang di kegelapan. Teknologi api
dimulai dengan dibuatnya benda tanah liat bakar atau gerabah atau keramik.
Awal mulanya keramik dibuat, karena sebelumnya ditemukan tanah yang
mengeras disekitar perapian. Benda tanah liat bakar yang pertama dibuat
cenderung fungsional sebagai “wadah”. Sumber idenya, yakni ketika melihat
adanya cekungan tanah bekas keberadaan batu dan bekas dari telapak kaki
ditanah basah, yang kemudian digenangi oleh air hujan selama berhari-hari.
Lalu manusia dengan sengaja membuat „wadah air‟ dari keranjang yang
dilapisi tanah liat. Namun, tentunya wadah tersebut tidaklah bertahan lama
dan secara tidak disengaja terbuang diperapian, akhirnya keranjang bambu
musnah dan ditemukanlah tanah liat yang mengeras dengan ornamen bekas
keranjang. Berdasarkan pengalaman ini, keramik dibuat manusia dengan
sengaja sekaligus penerapan hiasan atau ornamen, berupa teknik cap dan
goresan pada benda tanah liat semasih lembab dan belum dibakar. Ornamen
atau hiasan yang ditemukan masa prasejarah berupa bekas anyaman, kulit
kerang, tali-temali, jarring-jaring dan sebagainya. Ornamen geometris juga
banyak ditemukan diberbagai belahan dunia, secara alami bahkan terus
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

4

Cara Menemukan Api dan Ornamen Pecahan Keramik

Awal mula desain produk, cenderung dibuat fungsional sebagai
“wadah”. Inspirasi dari pembuatan wadah tersebut, juga berasal dari manusia
melihat apa yang ada di alam sebagai sumber ide desain, yakni suatu cara
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

5

dalam pemanfaatan buah-buahan yang berkulit tebal dan keras seperti buah
labu yang isinya dikeluarkan yang kemudian dimanfaatkan untuk tempat
menyimpan cairan atau air minum. Juga manfaatkan batok kelapa yang keras
untuk tempat makan-minum dan sebagainya. Juga pemanfaatan ruas-ruas
batang pohon bambu untuk tempat minum atau cairan.

manusia mempergunakan dedaunan yang berukuran besar seperti daun
pisang, daun jati, daun talas dan lainnya, bahkan kebiasaan ini dipergunakan
sampai kini sebagai bahan pembungkus yang digemari masyarakat dan
bersifat ramah lingkungan.
Seiring dengan perjalanan waktu, dimana pengalaman hidup dan ilmu
pengetahuan serta teknologi selalu menghampiri manusia, yang menunjukkan
bahwa telah terjadi proses perkembangan cara berfikir yang lebih baik dari
sebelumnya. Desain produk tidak lagi polos atau sederhana, tetapi mulai lebih
halus dan diberi hiasan atau ornamen. Perubahan besar pada pengetahuan
dan teknologi dengan adanya penemuan bahan (materi) baru setelah
penemuan dan dapat memanfaatan teknologi api disebut zaman logam, suatu
masa diperkenalkannya bahan-bahan logam, yang dibawa oleh bangsa yang
lebih maju dalam peradabannya dan mampu memproduksi atau mencetak.
Manusia masa itu pun mulai mengenal pembuatan produk keramik, besi,
tembaga, perunggu, perak dan emas untuk perhiasan, manik-manik, patung,
wadah, peralatan dan sebagainya.

Sumber Ide Desain dari Buah Labu dan Batok Kelapa

Sejalan dengan kemajuan teknik di zaman Neolitikum, suatu masa
yang disebut sebagai ”perundagian” (kemahiran teknik), maka kebutuhan
manusia pun meningkat, baik jumlah maupun mutunya, dengan cara
reproduksi. Juga dalam kerajinan terjadi produksi anyaman dari bahan alami
seperti rerumputan, bambu, rotan untuk keranjang dan untuk dinding tempat
tinggal serta pembuatan jaring-jaring penangkap ikan. Penggunaan pakaian
atau busana dari kulit binatang, kulit kayu dan kain tenun sudah dimulai
dikembangkan. Sebagai bukti dengan ditemukannya ornamen dari bekasbekas anyaman, motif kain dan jaring-jaring pada benda-benda dari tanah liat
(gerabah) masa prasejarah. Mereka bisa memproduksi produk perunggu
dengan cara membuat cetakan-cetakan dari batu oleh para tukang ahli atau
“undagi”, sehingga masa perundagian ini disebut pula sebagai “cikal bakal
industri” yang dimulai dari masa prasejarah (Neolitik).

Dijumpai pula rangkaian dedaunan, seperti daun kelapa, daun lontar
sebagai pembungkus makanan dan atau dipergunakan untuk tempat
makanan. Pembungkus makanan (bhs.Jawa: pincuk), yakni suatu kebiasaan
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

6

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

7

Sumber Ide Desain dari Daun Kelapa
(Sumber : Facebook)

1.2 Pentingnya Desain

Sumber Ide Desain dari Daun Pisang dan Ruas Bambu
(Sumber: Facebook)

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

8

Manusia sejak awal telah memiliki apa yang disebut akal-budi dan
memiliki sejumlah tuntutan hidup dan kehidupan, baik sebagai kebutuhan yang
bersifat material maupun keperluan bersifat spiritual. Perjalanan hidup dan
kehidupan manusia menunjukkan peningkatan cara berfikir (sebagai
kecerdasan) untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat dan
kompleks, bahkan kemudian bisa segera memikirkan, membayangkan,
memperkirakan, memperhitungkan dan merencanakan kebutuhan-kebutuhan
hidup serta kehidupan yang akan dijalani kini dan dimasa mendatang.
Mengetahui hasil-hasil produk desain masa lalu, dirasakan perlu dan penting,
terutama bagi generasi muda untuk dapat mempelajari dan
mengembangkannya serta dapat menghargai hasil karya dari budaya sendiri.
Sejarah produk desain masa lalu sangatlah sedikit dibahas dan diteliti, karena
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

9

apresiasi dan minat akan hal itu masih minim atau langka. Disamping karena
literatur produk desain kuno Indonesia yang ditulis juga sangat terbatas.
Selama perjalanan sejarah produk desain, dimana teknologi telah
diterima dan dipahami oleh umat manusia serta menjadikan desain sebagai
suatu kegiatan “khusus” atau “tersendiri” dari bagian kegiatan industri. Barulah
setelah Perang Dunia ke II tatkala bisnis modern yang mencanangkan modal,
pemasaran dan industrialisasi melanda Eropa Barat dan Amerika, persaingan
tidak terelakkan lagi dan ciri yang menandai desain modern yaitu pada tingkat
keragaman dan spesialisasi yang masa sebelumnya belum ada.
Konsekuensinya, setiap industriawan atau pengusaha dan perancang harus
menyusun strategi untuk menjawab dan menjabarkan kebutuhan konsumen
yang beraneka ragam, segmen pasarnya, mulai dari daya beli, latar belakang
sosial-budaya, cita-rasa dan tuntutan zaman kekinian. Dan mengangkat
perancang yang kemudian disebut sebagai “desainer”, yang berprofesi
menelaah bentuk fisik produk dan memikirkan pula kelayakan psikologisfisiologis-ergonomis, sosial-budaya, ekonomi pasar, fungsi-guna dan teknis
serta estetisnya.
Produksi massa memang berdasar pada kebutuhan dari sebagian
besar masyarakat (rakyat), tentu semua berdasarkan pada motif ekonomi
untuk keuntungan individu atau perusahaan atau golongan tertentu, seperti di
Amerika yang pada awalnya perhatian tercurah pada pembuatan produk
dengan produksi berskala besar yang diperuntukkan untuk golongan
menengah ke bawah dengan harga terjangkau (murah), disamping untuk
bersaing dalam pemasaran. Berbeda dengan produksi yang dilakukan di
Inggris dengan pusat perhatian pada mutu produksi sebagai produk yang
berkualitas tinggi dengan harga mahal dan diperuntukkan untuk golongan
menengah ke atas atau kelompok elit tertentu dengan cara memuaskan
gengsi mereka yang pendapatan tinggi (orang kaya), gaya seperti itulah yang
kemudian ditiru oleh masyarakat Eropa lainnya (Heskett, 1980: 193).
Desain merupakan juga bagian dari aktifitas suatu penelitian dan
pengembangan bentuk dan produk, yang kemudian menjadi bagian tersendiri
dari suatu proses kerja dengan pendekatan antar dan lintas disiplin ilmu,
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

10

seperti memasukkan dan mengintergrasikan senirupa dengan ilmu
pengetahuan, ergonomik, sosial-budaya, ekonomi, psikologi, kesehatan dan
teknologi. Untuk dapat merealisasikannya, perlu kajian yang komplek dan
menyeluruh dan tuntas, karena pemikiran desain secara terus-menerus
mengalami perkembangan dan perubahan, yang setiap saat akan berubah
mengikuti perkembangan IPTEKS dan gaya hidup masyarakat. Desain baru
yang berbasis industri maju, kini tidak lepas dari komputerisasi dan digital,
system komunikasi-informasi yang bersifat global yakni jaringan internet dan
seluler serta berbagai aplikasi yang tersedia. Telah pula dapat membangkitkan
suatu kesadaran para desainer akan pentingnya untuk mengembangkan
kreativitasnya, juga akan penemuan-penemuan (inovasi) baru, disamping itu
bernafaskan dengan pola berfikir yang lebih “khusus” dan “umum” (universal)
untuk berbagai keperluan dan kalangan.
Istilah "Desain Produk Industri" atau "Industrial Design" muncul
pertama kali pada awal abad 20 sebagai pendeskripsian dari proses
pendahuluan, secara kreatif yang dilakukan oleh artis individu terhadap
barang-barang yang diproduksi secara massal. Untuk mengatasi rumitnya
sebuah proses produksi massal, desainer produk bekerja sama dengan profesi
lain yang terlibat untuk menghasilkan, mengembangkan, dan memanufaktur
produk. Profesi tersebut diantaranya adalah ahli marketing, mekanik, teknisi
desain manufaktur dan programmer software. Bersama dengan spesialis ilmu
faktor manusia, desainer produk menyelenggarakan tes daya guna produk
untuk meyakinkan bahwa sebuah produk dapat memenuhi kebutuhan,
keinginan dan harapan penggunanya. Desain Produk industri menghubungkan
pengetahuan tentang teknologi dan seni visual yang merupakan produk
umum-massa sebagai alternatif pilihan individual dengan pengetahuan tentang
manusia. Sebagai pelengkap dari pemahaman secara umum: tentang sains,
fisika, prisip-prinsip, nilai atau norma tertentu, teknologi, ergonomi, estetik,
meterial dan proses industri. Untuk itu desainer produk industri harus memiliki
dasar yang kuat dalam ilmu pengetahuan sosial, seperti psikologi, sosiologi,
anthropologi dan seni komunikasi, seperti fotografi, video, cetak dan media
elektronik. Sehingga didunia kerja yang memberikan kesempatan kepada
para desainer produk untuk memperdalam pengetahuan secara lebih luas
untuk menentukan level, kapasitas dan kompetensinya.
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

11

Perlu diketahui bahwa sebuah karya desain dianggap sebagai
kekayaan intelektual, karena merupakan hasil buah pikiran dan kreatifitas dari
desainernya, sehingga dilindungi hak ciptanya oleh pemerintah melalui
Undang-Undang No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri. Desain produk,
adalah sebuah bidang keilmuan atau profesi yang menentukan bentuk atau
form dari sebuah produk manufaktur, yang mengolah bentuk agar sesuai
dengan pemakainya dan sesuai dengan kemampuan proses produksi pada
industri yang akan memproduksinya. Tujuan dasar dari seorang desainer
produk berkarya adalah untuk membuat hidup agar lebih mudah, nyaman dan
efisien serta menyenangkan (indah). Melalui karya-karya produk ini, desainer
juga dapat menyelesaikan suatu permasalahan di dalam penggunaan suatu
barang yang bersifat fungsional dan yang eksis serta dapat menciptakan
inovasi dengan membuat penemuan suatu produk yang belum ada
sebelumnya, tentunya memiliki nilai jual yang layak untuk kebutuhan
masyarakat.
Keadaan sekarang ini, ada hal-hal yang memberikan peluang akan
kemunculan suatu produk baru diantaranya karena adanya:
1) Pemahaman konsumen tentang suatu produk;
2) Perubahan ekonomi-sosial masyarakat;
3) Perubahan sosiologis dan demografis;
4) Perubahan teknologi dan informasi;
5) Perubahan politik atau peraturan perundang-undangan;
6) Perubahan yang lain seperti: (a). Praktek di pasaran, (b). Standar
profesi, (c). Supplier dan (d). Distributor.
Perusahaan melalui desainer perlu secara terus menerus (berkala)
melakukan upaya penciptaan produk baru atau pembaharuan produk, karena
untuk dapat bertahan dan mengimbangi persaingan pasar yang dihadapi,
diantaranya produk substitusi maupun perubahan kebutuhan dan keinginan
konsumen. Walaupun pada kenyataannya seringkali produk baru banyak yang
gagal untuk dapat dipasarkan, akan tetapi usaha yang terus-menerus untuk
memperkenalkan produk baru juga harus tetap dilakukan. Oleh karenanya,
sebaiknya dilakukan seleksi produk, pendefinisian produk maupun pembuatan
desain produk yang baru, hal tersebut dirasakan sangat penting untuk
dilakukan secara terus menerus, sehingga manajer desain operasional dan
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

12

organisasinya harus memahami akan resiko dapat memperhitungkannya, baik
keberhasilan maupun kegagalan yang mungkin terjadi. Dan harus pula
menampung banyak alternatif produk baru, sementara aktifitas
penyempurnaan yang dijalankan tetap dilakukan. Sistem pengembangan
desain produk bukan hanya demi keberhasilan produk itu, tetapi juga untuk
kepentingan masa depan perusahaan. Pengembangan produk memang
memerlukan tahapan-tahapan dalam pengembangan desain produk, meliputi:
 Ide yang bisa berasal dari berbagai sumber dan dari dalam perusahaan,
misalnya bagian riset dan pengembangan serta dari luar perusahaan
melalui pemahaman perilaku konsumen, persaingan, teknologi, pekerja,
ketersediaan. Tahapan ini menjadi dasar untuk memasuki pasar dan
biasanya mengikuti strategi pemasaran yang dilakukan suatu perusahaan.
 Kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk bisa merealisasikan ide.
Dengan cara melakukan koordinasi dari berbagai bagian yang terkait di
dalam perusahaan bersangkutan.
 Adanya permintaan konsumen. Untuk dapat memenangkan persaingan
dengan cara mengidentifikasi posisi dan manfaat produk yang diinginkan
konsumen melalui atribut tentang produk yang dihasilkan.
 Spesifikasi fungsional, yaitu bagaimana suatu produk bisa berfungsi
secara maksimal ? Dengan melalui identifikasi karakteristik engineering
produk, produk memiliki kualitas ergonomis, kemungkinan dapat
dibandingkan keunggulannya dengan produk sejenis dari pesaing lain.
 Spesifikasi produk, yaitu bagaimana produk dibuat ? Melalui spesifikasi
fisik seperti ukuran, dimensi, jenis dan sebagainya.
 Review desain, yakni apakah spesifikasi produk sudah yang terbaik dalam
memenuhi kebutuhan konsumen ?
 Tes pasar, yang menunjukkan apakah produk telah memenuhi harapan
konsumen ? Untuk bisa memastikan prospek ke depannya melalui
perjualan produk yang nantinya dibuat dalam jumlah besar.
 Perkenalan produk baru di pasaran, dengan memproduksi produk secara
massal untuk dipasarkan.
 Evaluasi produk untuk mengukur sukses atau gagal, karena apabila gagal
secara cepat bisa diganti dengan produk lain yang dianggap lebih
menguntungkan.
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

13

1.3 Sejarah Desain
Apa dan bagaimana desain-desain produk yang ada pada zaman
dulu atau zaman purbakala? Terlebih lagi, seperti apa sih desain pertama yg
dibuat oleh manusia ? Berbicara desain pertama yang dibuat oleh manusia
tidak terlepas dari masa pra-sejarah, tepatnya era paleolithikum, dimana
nenek moyang manusia masih hidup secara berpindah-pindah (nomaden).
Kebutuhan hidup dan kehidupan sebagai manusia pengembara ini terus
berlangsung, dari tidak memiliki apa-apa, dengan berbekal akal dan pikiran,
mereka memulai mencari makanan, berburu, menghindari ancaman musuh,
menyelamatkan diri keganasan alam. Manusia mulai belajar dari pengalaman,
mencoba memanfaatkan alam, dengan cara memilih bahan yang keras seperti
batu, tulang dan kayu sebagai alat untuk membantu pekerjaan. Kapak batu
atau kapak genggam dan alat dari tanduk atau tulang merupakan bukti adanya
desain produk yang bentuknya sangat sederhana tanpa dihaluskan.
Tampaknya manusia prasejarah mampu memanfaatkan serpihan batu dan
tulang belulang yang dapat difungsikan untuk mengiris, memotong, menusuk,
membelah dan menghaluskan. Juga benda keras seperti serpihan batu untuk
alat bantu dalam berburu seperti untuk ujung dari tombak dan mata panah.
Ralph Mayer dalam bukunya A Dictionary of Art Term and
Techniques, menyatakan bahwa kebanyakan produk seni primitif dibuat dari
kayu, batu dan tanah liat, yang diciptakan untuk beberapa tujuan relegi atau
tujuan yang praktis (Mayer, 1969).

.
Berbagai Macam Kapak Batu

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

14

Pemanfaatan Tulang Untuk Alat Perburuan

Dipandang dari sudut manapun, ternyata manusia sejak awal
mulanya telah memiliki apa yang disebut dengan akal budi dan memiliki
sejumlah tuntutan hidup dan kehidupan, baik sebagai kebutuhan yang bersifat
material maupun keperluan yang bersifat spiritual dan menyesuaikan dengan
situasi serta kondisi saat itu. Perjalanan hidup dan kehidupan manusia
selanjutnya menunjukkan akan peningkatan cara berfikir dan tingkat
kecerdasan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan yang semakin kompleks,
bahkan kemudian manusia memikirkan, membayangkan, memperkirakan,
memperhitungkan dan merencanakan dari suatu prediksi produk untuk
kebutuhan hidup serta kehidupan yang akan dijalani, baik jangka pendek
maupun sampai jangka panjang di masa yang mendatang.
Mengetahui hasil-hasil desain produk masa lalu dirasakan perlu dan
penting, terutama bagi generasi muda untuk dapat mempelajari dan
mengembangkannya serta dapat menghargai hasil budaya sendiri. Sejarah
desain produk di masa lalu, terutama masa prasejarah sangat sedikit dibahas
dan diteliti, karena apresiasi dan minat akan hal itu sangat minim atau langka.
Disamping itu literatur desain produk kuno Indonesia yang ditulis juga sangat
terbatas. Untuk itulah, penulis beranggapan bahwa diperlukan suatu tinjauan
desain produk pra-sejarah yang ada di Indonesia dengan metode eksploratif,
yaitu menggali secara mendalam tentang produk masa lalu dengan mendaras
data yang ada dan dianalisis secara kualitatif.
Pada permulaan adanya benda-benda guna secara lebih jelas
diperkirakan sejak Zaman Batu Tua (Palaeolitikum), dengan pembuatan
perlengkapan untuk kebutuhan sehari-hari seperti „kapak batu‟ atau „kapak
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

15

genggam‟ yang bentuknya sangat sederhana, mata panah dan alat berburu
seperti tombak, alat menangkap ikan dan lainnya. Produk tersebut, selain dari
batu juga terbuat dari tulang-belulang, tanduk dan kayu serat-serat
pepohonan, yang pada umumnya masih berbentuk sederhana. Masa ini orang
masih berpindah-pindah dan mengembara atau nomaden.

desain, tentang cara penyimpanan dan fungsi wadah terutama terkait dengan
kebutuhan tempat makanan dan minuman.
Tempat penyimpanan makanan dan minuman dibuat dari buahbuahan yang berkulit tebal atau keras, seperti buah labu, batok kelapa, ruas
bambu dan rangkaian atau jalinan dedaunan. Juga pelindung tubuh seperti
pakaian yang terbuat dari kulit atau serat kayu dan kulit binatang. Rangkaian
dedaunan dan jalinan akar pohon untuk alas serta atap tempat berteduh,
semua itu diperoleh melalui kerajinan dari kebiasaan yang berkelanjutan dan
menjadi suatu keterampilan yang terus-menerus dikembangkan, sambil
mengisi waktu luang dikala menunggu hasil ternak dan perkebunan atau
pertanian. Benda-benda guna untuk tempat makanan dan minuman pun
berkembang, seiring dengan ditemukannya teknik api dan pemanfaatanya
seperti pembuatan gerabah dari tanah liat juga telah dimulai sejak zaman ini
dengan terapan beragam hiasan sederhana.

Kapak Batu yang Dihaluskan dan Diberi Pegangan

Pada Zaman Batu Tengah (Mesolitikum), orang mulai menetap di
dalam goa-goa (sebagai manusia goa) dan mulai bercocok tanam (bertani)
serta menjinakkan binatang (beternak). Mempunyai rasa aman dan waktu
luang salagi masih ada makanan, perlengkapan sehari-hari pun sudah mulai
diolah dengan cara dihaluskan dan kapak batu sudah mulai dibentuk lebih rapi
dan mulai diberi “leher” atau pegangan agar lebih mudah dipakai. Manusia
belajar dari alam dan pengalaman hidupnya, dimulai dengan cara berfikir
Fragmen Gerabah dan Periuk Berhiaskan Jaring-jaring

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

16

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

17

Di zaman Batu Tengah (Mesolithikum), sudah terdapat lukisan di
dinding goa bersifat magis berupa cap tangan, lukisan binatang perburuan dan
ternak yang mulai diangankan, untuk meyakinkan diri bahwa akan diperoleh
hasilnya, maka dibuatlah gambarnya serta diterapkan menghiasi dindingdinding goa-goa. Ada yang mencatat, bahwa desain pertama manusia adalah
sebuah pictograph (lukisan bergambar) yang banyak ditemukan pada goa-goa
prasejarah. Seperti di Perancis, para ilmuwan memperkirakan pictograph ini
dibuat pada tahun 15.000 Sebelum Masehi. Kebanyakan pictograph yang ada
pada dinding goa, menggambarkan bagaimana manusia prasejarah menjalani
kehidupannya, seperti penggambaran tentang binatang perburuan, cara
berburu dan kehidupan berkelompok bersama koloninya. Apabila jika
direnungkan, gambar-gambar yang ada di zaman Mesolithikum itu dan dengan
adanya peralatan berburu yang mereka ciptakan dan gunakan, bukankah
semua termasuk ke dalam hasil dari sebuah desain ?

relegi berupa patung dari batu besar dan konsep punden berundak. Juga
sudah ada dibuat patung berbentuk simbol-simbol nenek moyang yang magis
dan produk logam terutama dari perunggu yang diberi ukiran-ukiran indah.
Berdasarkan sejarah seni dan budaya, yang menunjukkan bahwa
produk (kriya) sudah ada pada masa prasejarah. Yang berkembang sejak
zaman Neolitikum, adanya kepandaian dalam memanfaatkan „teknologi api‟
dan adanya pengetahuan bahan logam. Di Indonesia pada masa ini,
kedatangan beberapa gelombang bangsa baru dari ras Mongol Tua atau
Palae-Mongoloid dan menyebar di kepulauan yang ada di Indonesia, tentunya
dengan membawa peradaban yang lebih tinggi dalam ilmu pengetahuan, cara
bercocok tanam dan berternak serta membentuk kelompok-kelompok
masyarakat atau suku-suku dan memilih pemimpin.

Gambar Binatang Buruan Dalam Goa

Memasuki Zaman Batu Baru (Neolitik), kapak batu sudah disebut
sebagai „kapak persegi bergagang‟, kapak ini telah dibentuk dan digosok halus
serta diberi tangkai atau gagang dari bahan lain, bahkan diberi hiasan. Banyak
penemuan yang menunjukkan bahwa pembuatan benda telah berdasarkan
pada sebuah “konsep desain” dan “kegunaan” sebagai tujuan dari pembuatan
produk tersebut, yang mencakup aspek bentuk, keamanan dan kenyamanan
dalam pemakaian, pengetahuan dan teknologi serta keindahannya dengan
diberi hiasan (ornamen) atau dekorasi. Bahkan sudah memberikan pilihan
alternatif fungsi produk seperti untuk kegiatan sehari-hari atau untuk kegiatan
upacara. Bersamaan dengan zaman Neolitikum terdapat zaman Megalitikum,
zaman ini juga banyak dibuat benda pemujaan dan tempat pemujaan atau
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

18

Manhir & Patung Batu Besar dari Zaman Megalitikum

Diperkirakan para pendatang ke Indonesia dengan membawa
peradaban yang lebih tinggi dapat mempengaruhi suku asli yang
peradabannya lebih rendah. Adanya kebudayaan Melayu Purba yang banyak
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

19

dipengaruhi oleh kebudayaan Perunggu Tiongkok, yang disebut kebudayaan
Dongson ini, telah mempengaruhi hasil desain produk (kriya) Indonesia yaitu
dengan adanya pembuatan „kapak perunggu‟ yang disebut dengan „kapak
corong‟ atau „kapak sepatu‟. Bentuk kapak ini mempunyai corong kelompang
tempat memasang gagang atau seperti lubang sepatu.

kekuasaan, bukan untuk bekerja biasa dan bentuknya cukup indah bahkan
unik. Kapak perunggu ditemukan dibeberapa tempat seperti pulau Roti,
Sulewesi dan Yogyakarta. Demikian juga bejana perunggu yang sudah diberi
hiasan atau ornamen.
Di masa Neolitik, juga sudah mengenal akan busana yang lebih baik
atau sempurna, yakni dengan mengenakan perhiasan, seperti cincin, gelang,
anting-anting, binggel, kalung dan manik-manik. Produk perhiasan tersebut
terbuat dari logam, batu indah, ada yang polos dan ada yang berdekorasi
dengan motif sederhana dan bervariasi yang telah menjadi koleksi
kepurbakalaan atau museum.

Perhiasan dan Manik-manik Masa Prasejarah
Bejana Perunggu dan Candrasa yang Berhias

Kapak perunggu yang ditemukan di Indonesia ada yang berukuran
besar, sedang dan kecil, ada yang polos dan ada yang diberi hiasan, ada yang
pendek dan ada yang panjang yang disebut Candrasa. Kapak berukuran besar
dan indah, diperkirakan sebagai alat perlengkapan upacara, seperti halnya
candrasa yang dipergunakan sebagai tanda kebesaran atau lambang
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

20

Bangsa Indonesia sejak zaman Neolitik atau prasejarah sudah pandai
mengukir, membuat bejana dan membuat patung, baik berbahan batu, logam
maupun dari tulang dan kayu serta dari tanah liat (gerabah). Sejalan dengan
kemajuan teknik di zaman yang disebut sebagai masa ‟prundagian”
(kemahiran teknik) tersebut, manusia mampu memproduksi benda perunggu
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

21

dengan cetakan reproduksi sebagai cikal bakal industri. Anyaman rerumputan,
anyam bambu dan rotan untuk keranjang, dinding dan jaring-jaring. Juga kain
tenun dari kulit kayu sudah dimulai, dengan ditemukannya bekas-bekas
anyaman, motif kain dan jaring-jaring pada benda-benda dari tanah liat
(gerabah). Ada produk yang mungkin nama „desain produk‟ memang
terdengar baru di dunia desain Indonesia. Tidak banyak kalangan yang
mengetahui tentang desain produk. Tapi setelah ditelusuri, desain produk ini
sudah ada sejak zaman dahulu kala. Desain produk ini muncul ditandai
dengan adanya peninggalan-peninggalan prasejarah seperti kapak, mata
tombak dan panah untuk berburu dan benda-benda peninggalan prasejarah
lainnya yang dibuat dan telah digunakan oleh manusia-manusia zaman
prasejarah.

tempat pemujaan, dilengkapi dengan perlengkapan upacara dan pada bagian
tertentu di hiasi dengan patung-patung batu atau arca logam. Busana para
Raja dan kerabatnya dibuat penuh dengan hiasan atau dekorasi yang indah
tercermin pada patung dan relief yang menggambarkan keadaan saat itu.
Keris juga dibuat memperlihatkan tanda kebesaran bagi yang
mengenakannya, juga dianggap benda bertuah yang dibubuhi pamor seperti
nekel, seng, monel, batu meteor, emas dan perak, yang dibuat oleh para empu
sebagai prestasi kemahiran yang membanggakan. Empu yang terkenal seperti
Empu Gandring dan Empu Supa. Pada akhir masa Hindu-Budha di daerah
gunung Wilis terkenal pula nama Empu Kriyasana yang menurunkan Empu
Kriyaguna dengan hasil karya berupa keris dengan „tilam putih‟ yang dikenal
hingga akhir kolonial Belanda (Suwaji Bustomi, 1986: 69).

Pada abad pertama berakhirnya zaman Logam, Indonesia memasuki
awal zaman sejarah dengan kedatangan bangsa yang membawa ajaran
Hindu. Terjadilah kemudian alkulturasi kebudayaan Hindu dan kebudayaan
asli. Kebudayan yang lebih tinggi tentu akan mempengaruhi kebudayaan yang
lebih rendah. Selama 15 abad bangsa Indonesia dapat menerima kebudayaan
baru tersebut dan berlangsung secara damai. H. Kern berpendapat bahwa
bangsa Hindu telah memasukkan 10 unsur kebudayaan ke Indonesia, yakni:
gamelan, wayang, metrum, ilmu pelayaran, astronomi, mencetak uang logam,
pertanian, pemerintahan, bahasa dan tulisan (Suwaji Bustomi, 1986: 66).
Sejak saat itu dikenal pemerintahan yang dipimpin oleh Raja (sistem kerajaan)
yang dianggap sebagai titisan dewa, mengenal ajaran agama dan
kebangsawanan atau tingkatan kasta-kasta (feodalisme). Produk kriya yang
dipergunakan oleh Raja tidak sama yang dipergunakan oleh bawahannya
apalagi oleh rakyat biasa. Ada perlakuan khusus pada perencanaan dan
pembuatan benda yang diperuntukkan untuk Raja, umumnya harus lebih baik,
lebih indah, baik kualitas bahan maupun pengerjaannya, sebagai wujud
persembahan dan darma-bakti serta penghormatan kepada Sang Raja.
Percampuran kebudayaan asli dan Hindu, menghadirkan karya seni dan
desain bangunan sebagai tempat tinggal Raja (istana) dan bangunan
pemujaan seperti candi-candi yang hasilnya lebih baik dari sumber aslinya di
India. Dinding candi dibuat relief oleh tangan trampil menunjukkan mutu yang
bagus, menggambarkan adegan ceritera dengan nilai sastra yang tinggi.
Candi-candi juga sebagai tempat makam raja-raja yang juga sekaligus sebagai

Pada zaman kerajaan Singasari dan Majapahit, desain motif relief
beralih dari bentuk realistis pada candi Jawa Tengah menjadi seperti bentuk
seperti „wayang’ di daerah Jawa Timur. Bentuk manusia, binatang dan
tumbuhan berubah stilistis-dekoratif, melepaskan diri dari ikonografi seni India,
menjadi seperti prototype wayang yang kemudian dalam perkembangannya
disebut wayang purwa (Wiyoso Yudoseputro, 1978 : 38). Desain relief wayang
candi Jawa Timur, mempengaruhi estetika hingga di Bali yang terlihat lebih
kaku, magis dan dinamis.

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

22

Relief Candi JawaTimur dan Relief Bali Klasik

Selama masuknya kebudayaan Islam ke Indonesia, tidak banyak
mempengaruhi desain bentuk dari produk kekriyaan. Benda kriya produksinya
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

23

lebih ditujukan untuk tujuan perdagangan, yang kemudian mengalami
perubahan dan perkembangan setelah masuknya pengaruh Eropa sekitar
tahun 1522 yakni hadirnya bangsa Portugis di daerah Banten dan Ternate.
Bandar-bandar kerajaan Islam ramai dikunjungi oleh kapal-kapal asing seperti
Spanyol, Inggris, Cina, Arab, Turki, Melayu, Vietnam, Jepang, Benggala dan
Belanda. Selain rempah-rempah, yang diperdagangkan adalah kain sutera,
tembikar (keramik atau porselin), kapur barus, perhiasan dan lain sebagainya.
Kekayaan alam Indonesia menjadi perebutan bangsa asing, yang akhirnya
menjadi daerah jajahan Portugis, lalu Belanda, tentara sekutu dan terakhir
Jepang.
Pada tahun 1619, Belanda membangun kota Batavia dan mendirikan
benteng istana besar yang didalamnya terdapat sekitar 65 opsir, ahli-ahli
pertukangan (kriyawan), 70 serdadu dan 80 orang budak. Para tukang
diwajibkan membuat perkakas rumah tangga, pakaian, sepatu dan
sebagainya. Kemajuan bidang produksi dan teknologi baru di Eropa
mempengaruhi desain pembuatan produk kriya di Indonesia, tenaga manusia
digantikan oleh mesin-mesin (mekanisasi) atau pabrikasi. Namun demikian
benda-benda kriya yang dikerjakan dengan tangan terampil masih
berlangsung dan tumbuh terus. Sekitar tahun 1903 Pemerintah Penjajah
Belanda mendirikan Departemen Van Landbouw, Niyverheid en Handel
(Departemen Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan). Hasilnya benda-benda
kriya-guna meningkat dan di eksport ke Paris serta Amsterdam, seperti
porselin atau keramik tiruan China dan topi bambu yang juga desain tiruan
orang China dari Manila yang tinggal di Cilingok-Tangerang. Juga ada
diproduksi desain payung tiruan dari Siam oleh penduduk Tasikmalaya, yang
kemudian dikembangkan khusus payung wanita dengan hiasan bungabungaan dan motif lain yang dianggap indah yang diberi nama „payung Euis‟,
payung ini sebagai desain asli Tasikmalaya lalu dipamerkan di San Francisco
pada Wold Fair tahun 1935. Yang tak kalah terkenalnya dan nilai
komersialnya tinggi adalah rancangan kain batik, dengan teknik tutup-celup,
bagian yang ditutup menggunakan „nasi pulut‟ dan bahan pewarna dari
tumbuhan batang daun „tom’ untuk warna biru tua dan „soga‟ untuk coklat.
Kemudian berkembang desainnya dengan teknik „batik tulis‟, menggunakan
alat yang disebut „canthing‟ dengan menggunakan bahan lilin (malam) atau
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

24

wax yang jenisnya bermacam-macam. Hingga akhirnya rancangannya
menggunakan teknik cap yang terbuat dari logam tembaga yang disebut „batik
cap‟, sehingga semakin meningkat produksi motif kain batik sebagai industri
massa, apalagi kemudian ditemukan bahan pewarna kimia (naftol). Karya
batik, kini telah diakui secara internasional sebagai karya bangsa Indonesia.
Di daerah Jepara juga merupakan pelabuhan penting bagi masuknya
pengaruh desain kebudayaan asing seperti dari Campa, Cina, India dan Arab
serta Negara Eropa Barat. Desain Industri mebel kayu berkembang dan motif
ornamen yang dikembangkan yaitu seperti dari motif yang ada di candi-candi,
benda logam dan meniru gambar-gambar dari barang yang masuk ke
Indonesia, seperti desain motif suluran daun anggur Belanda, geometris Mesir,
karpet Persia dan keramik Cina, yang pada akhirnya memperkaya khasanah
desain motif hias (ornamen) Indonesia, seperti ornamen tradisional Bali yaitu
ada patra china, patra walanda, patra mesir dan sebagainya.

Relief, Candi Borobudur dan Patung Erlangga Zaman Sejarah Hindu-Budha.

Munculnya tokoh-tokoh adat atau orang yang dituakan atau pemimpin
suku, menghadirkan keyakinan akan kekuatan magis, benda ciptaannya pun
yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Peninggalan para tokoh (nenek
Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

25

moyang) tersebut sebagai suatu kepercayaan dan penghormatan yang
dianggap dapat melindungi mereka. Disamping itu, adanya keinginan untuk
berdamai dan menghindar dari kekuatan alam yang gaib atau magis. Hal
tersebut melahirkan suatu bentuk kepercayaan kepada pemujaan terhadap roh
para pemimpin atau nenek moyang dan yang dianggap telah bersatu dengan
alam. Para raja masa sejarah menjadi lambang ”Dewa-Raja” dan kekuasaan,
menjadi sumber kekuatan spiritual Hindu-Budha yang menghasilkan karyakarya besar dan masif berupa candi-candi, relief dan patung.
Sehubungan dengan kepercayaan pada masyarakat tradisional,
manusia bekerja keras untuk menciptakan lambang-lambang tradisi spiritual
yang bersifat magis untuk keperluan ritual (upacara) dan termasuk tradisi
pemberian bekal kubur bagi para tetua atau pemimpin yang meninggal. Hal
tersebut dilakukan sebagai suatu usaha untuk mempersembahkan hasil karya
terbaik, sebagai suatu bentuk pengorbanan dan kesetiaan kepada para
pemimpin atau raja atau tokoh yang telah disucikan. Juga para sangging
(seniman atau desainer) melahirkan bentuk figur tokoh tertentu yang unik, hal
tersebut dapat dilihat dalam dunia pewayangan dan tercermin pula pada
ornamen hias pada produk kebutuhan bangsawan serta busana yang
dikenakannya.

Batik Tradisi

Siapa pula yang tidak mengetahui Piramida di Mesir yang
diperkirakan dibuat pada tahun 3.000 SM, lalu Taman Gantung di Babylonia
yang dibuat pada tahun 600 SM. Desain telah berperan dan memberi andil
yang besar bahkan pada peradaban. Bangsa Mesir mengenal kertas papyrus
yang juga dipergunakan sebagai tikar, layar dan sandal sekitar 3500 SM.
Perkembangan desain semakin pesat ketika kertas seperti yang sekarang
dikembangkan untuk pertama kalinya dan ditemukan oleh Ts’ai Lun dari Cina
pada tahun 105. Sehingga setiap desain atau rancangan akan menjadi lebih
mudah untuk dibayang-bentuk-wujudkan dan terkoordinir dengan media yang
praktis dan tahan lama. Berkat kertas pula, berbagai macam huruf dan gaya
tulisan mulai bisa dikembangkan. Sistem penulisan bangsa Mesir dengan
pictogram dimulai 600 SM. Pictogram dibuat sederhana yang menggambarkan
kata-kata yang diungkapkan. Seiring berjalannya waktu elemen karakter
seperti abjad yang mewakili bunyi membuat nama dan ide-ide yang terlihat
abstrak.

Bentuk Wayang

Dasar-dasar Desain & Produk

Piramida Mesir
oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

26

Dasar-dasar Desain & Produk

oleh Drs. Agus Mulyadi Utomo M.Erg

27

sangat memberikan perubahan dalam dunia ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni-desain, terutama khususnya dalam tipografi.

Tulisan Bergambar Mesir Kuno (Hieroglief)

Ketika revolusi industri berlangsung di Eropa dan pada tahun 1851
diakhir revolusi industri, ada pameran desain berskala dunia yang diadakan di
London. Pada masa itu, segala hal yang berbau estetik (seni atau desain pada
khususnya) selalu dikaitkan dengan industri, namun pada pameran ini
dipertegas keberadaannya menjadi sebuah bidang yang mandiri. Masyarakat
pada saat itu mulai menganggap bahwa seni dan desain sebagai suatu
komoditi yang patut untuk diperhitungkan, baik dari segi fungsi maupun secara
ekonomis. Dan dianggap sebagai seni tinggi karena berhubungan erat dengan
industri.
Pada tahun 1910, ada gerakan modernisme pada desain. Masyarakat
sudah mulai menyadari adanya suatu bentuk yang minimalis, simpel, namun
sangat fungsional, inilah umumnya yang kemudian disebut dengan
modernisme. Artis-artis atau desainer dunia, mulai bergerak dari desain yang
penuh dengan dekorasi dan ornamen-ornamen sebagai hiasan yang rumit
sebagai produk kekriyaan, lalu berubah menjadikan bentuk yang lebih
fungsional. Mesin-mesin kemudian mulai mengambil alih jasa manusia dan
konstruksi pada produk, juga pada arsitektur dan bangunan untuk
memudahkan pekerjaan.

Pictogram Mesir

Lalu pada tahun 1447, Johannes Gutenberg menemukan mesin
cetak pertama di dunia, revolusi besar ini memungkinkan produksi buku
secara masal. Pada saat itu, penyalinan buku menggunakan metode tulis
tangan manual, yang jelas menghabiskan waktu berbulan-bulan dalam
pengerjaannya, dengan penemuan mesin cetak dengan tena