DOCRPIJM 1501837211Bab 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur

  K E R A N G K A S T R A T E G

I K E R A N G K A S T R A T E G

I B A B

  5 B A B

I A Y A A N P E M B

I A Y A A N

  5 P E M B

I N F R A S T R U K T U R

I N F R A S T R U K T U R

  Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

  Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk: a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,

  P P E E M M E E R R

  I I N N T T A A H H K K A A B U B U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  5

  1 - b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

  5 .1 ARAH AN K EBI J AK AN PEM BI AY AAN BI DAN G CI PT A K ARY A

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah

  daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

  Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana

  Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan criteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

  Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

  P

  I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  I

  5

  • - P E E M M E E R R

  2 Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber

  pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan: a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan

  APBD tahun sebelumnya;

  b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan

  Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

  Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

  a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  P P E E M M E E R R

  I I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  5

  3 - b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan

  Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan criteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum. -

  b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

  • kerawanan sanitasi; - cakupan pelayanan sanitasi.

  

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan

  Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan

  P P E E M E E R R

  I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  I

  5

  • - M

  4 penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM bidan Cipta Karya meliputi:

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, engoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

  5 .2 PROFI L APBD K ABU PAT EN /K OTA

  Kehadiran Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah, Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Undang–Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Serta Undang– Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional

  P P E E M M E E R R

  I

  5

  • - I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  5

  P P E E M M E E R R

  

5 Bangunan 121435.5 130640.31 8 153685.79 162816.95 176008.20

  

Atas Harga Konstan Di Kabupaten Agam Tahun 2008 – Tahun 2012

Sumber : Tabel 9.1

Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

  Sumber : Kabupaten Agam Dalam Angka

  

9 Jasa-Jasa 419893.13 442355.98 472586.50 513795.25 555975.82

Pdrb (DalamJuta Rupiah) 2692887.27 2799582.37 3096174.72 3280044.92 3503881.84

  

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 96028.49 100294.40 104610.56 110640.66 116092.99

  

7 Pengangkutan Dan Komunikasi 19724.38 128104.94 139707.40 150469.43 163937.74

  

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 492154.02 507641.21 533340.53 566046.76 604313.55

  

4 Lisrik, Gas & Air Bersih 24910.27 26426.66 27008.33 29162.15 30447.52

  I I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  

3 Industri Pengolahan 372027.32 387838.48 405485.13 424137.45 443223.63

  

2 Pertambangan & Penggalian 106488.76 110002.90 117879.11 125990.15 133033.00

  

1 Pertanian 1040225.40 1096917.80 1141871.37 1196986.12 1280849.39

  

Atas Harga Konstan Di Kabupaten Agam Tahun 2008 – Tahun 2012

No Sektor Tahun 2008 2009 2010 2011* 2012**

Tabel 5.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

  Secara Umum, Kabupaten Agam Masih Sangat Tergantung Dari Pemerintah Pusat, Hal Ini Dapat Dilihat Dari Persentase Pendapatan Daerah Yang Terbesar Berasal Dari Dana Perimbangan. Untuk Lebih Jelasnya Dapat Dilihat Pada Tabel 5.1 Berikut Ini

  6 Merupakan Perwujudan Keinginan Untuk Mengelola Keuangan Negara Dan Daerah Secara Efektif Dan Efisisen.

  5 -

  Kontribusi sektoral pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sector pertanian memberikan kontribusi yang cuku besar yaitu mencapai 36 %, kemudian disusul oleh sector perdagangan, hotel dan restoran yang menyumbang atau berkontribusi sebesar 17 %, diikuti oleh sector jasa-jasa yang berkontribusi sebesar 16 % dan sector industry pengolahan yang menyumbang sebesar 13 %. Sector-sektor lainya memberikan kontribusi dibawah 10 % terhadap perkembangan ekonomi Kabupaten Agam. Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sector yang berkontribusi paling kecil yaitu hanya 1% pada tahun 2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Kontribusi Sektoral Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Agam

  

Pada Tahun 2012

Sumber : Tabel 9.1 5 .3 PROFI L I N V EST ASI PEM BAN GU N AN BI DAN G CI PT A K ARY A

  Perusahaan Daerah Kabupaten Agam yang masih aktif adalah PDAM Tirta Antokan, namun dalam keadaan merugi, dikarenakan adanya biaya administrasi pinjaman PDAM berupa denda dan bunga pinjaman. Penetapan Tarif PDAM Kabupaten Agam didasarkan kepada :

  1. Surat persetujuan DPRD kabupaten Agam No. 188/733/DPRD-AG/2004 Tanggal 12 juni 2004, perihal : persetujuan usulan kenaikan tarif air minum PDAM Kabupaten Agam.

  2. Surat Keputusan Bupati Agam No. 245 tahun 2004 Tanggal 14 Juni 2004 tentang: Penetapan Tarif air minum pada PDAM Kabupaten Agam.

  P P E E M M E E R R

  I I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  5

  7 -

  3. Surat Persetujuan DPRD Kabupaten Agam No. 188/733/DPRD-AG/2009 Tanggal

  12 Juni 2009, Perihal Persetujuan Usulan Kenaikan Tarif Air Minum PDAM Kabupaten Agam

  4. Surat Keputusan Bupati Agam No : _______ Tahun 2010 Tanggal __ Juni 2010, Tentang Penetapan Tarif Air Minum Pada PDAM Kabupaten Agam

  Berdasarkan keputusan tersebut sejak 1 Juni 2004, tarif air minum di Kabupaten Agam mengalami kenaikan per semester sampai 1 Januari 2006. Kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2010. Dengan demikian sampai saat ini tarif air minum menggunakan tarif periode ke IV yang berlaku sejak 1 Juli 2010. Berdasarkan SK tarif tersebut, tarif air minum ditentukan berdasarkan golongan pelanggan dan pemakaian air. Untuk lebih jelasnya tarif air minum yang berlaku sejak 1 Juli 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2 Struktur Tarif Air Minum PDAM Kabupaten Agam

  Sumber : PDAM Kabupaten Agam, 2014 P P E E M M E E R R

  I I N N T T A A H H K K A A B B U P P A A T T E E N U N A A G G A A M M

  5

  8 - Dari laporan keuangan PDAM diketahui bahwa pendapatan PDAM cenderung meningkat. Diperkirakan pemberlakuan tarif baru sejak 1 Juni 2010 yang selanjutnya mengalami kenaikan per semester sampai Januari 2011 turut mempengaruhi kenaikan pendapatan PDAM.

  Dibandingkan biaya langsung, pendapatan yang ada senantiasa lebih besar atau mengalami keuntungan. Namun demikian bila memperhatikan biaya umum, atau komponen biaya terdiri dari biaya langsung dan biaya umum maka total biaya senantiasa lebih besar dari pada pendapatan. Dengan kata lain, PDAM senantiasa mengalami kerugian. Hingga tahun 2011 PDAM mengalami kerugian sebesar Rp. 442 milyar, sedangkan pada tahun 2012 hingga tahun 2013 PDAM mengalami peningktana keuntungan yaitu 854 milyar (2012) dan 1.484 milyar (2013). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Pendapatan dan Pengeluaran PDAM

  

1 Pendapatan Usaha 3.271 3.390 3.810 6.430 8.904 9.499

  

2 Biaya Langsung Usaha 1.763 1.903 2.050 3.373 3.454 2.998

  

3 Laba/ Rugi Kotor Usaha 1.508 1.487 1.759 3.057 833 5.970

  

4 Biaya Umum dan Adm 3.745 2.842 4.231 3.516 4.168 4.710

  5 Pend. Di Luar Usaha 121

  6

  32

  16

  21

  26

  

6 Laba/(rugi) Sebelum Pajak (2.117) (1.349) (2.438) (442) 854 1.484

  

7 Laba/(Rugi) Bersih (2.117) (1.349) (2.438) (442) 854 1.484

Sumber : PDAM Kabupaten Agam, 2014

  Secara garis besar penerimaan Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak dan retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah serta Lain-lain Pendapatan. Setelah diberlakukannya Undang-Undang No 34 Tahun 2000, sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pajak terbagi atas 7 jenis, dari retribusi 14 jenis, bagian laba perusahaan daerah 2 jenis, lain-lain pendapatan 9 jenis dan penerimaan lain-lain PAD yang sah.

  P P E E M M E E R R

  I

  5

  • - I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  9 Perkembangan penerimaan PAD dari tahun ketahun tampaknya mengalami peningkatan yang cukup tinggi dan menggembirakan, tapi masih berfluktuasi. Selama periode 2001-2006, laju pertumbuhan penerimaan PAD secara rata-rata per-tahun mencapai sebesar 38,02 %. Laju pertumbuhan sumber penerimaan PAD yang cukup tinggi adalah berasal dari penerimaan pajak. Pada periode tersebut laju pertumbuhan penerimaan pajak secara rata-rata mencapai sebesar 25,87% per-tahun, sedangkan untuk penerimaan retribusi mencapai sebesar 22,06 % per-tahun. Tingginya laju pertumbuhan sumber penerimaan PAD ini merupakan salah satu indikator keberhasilan Pemda Agam dalam menghadapi Otonomi Daerah. Dengan kata lain kinerja Dispenda kabupaten Agam setelah Otonomi Daerah boleh dikatakan berhasil dengan baik dalam mengelola sumber-sumber penerimaan PAD-nya. Beberapa komponen pajak daerah yang mengalami peningkatan yang cukup besar adalah pajak reklame, pajak penerangan jalan serta pajak hotel dan restoran. Dimana pertumbuhan masing-masing jenis pajak tersebut adalah sebesar 32,47%, 29,05% dan 27,52 %.

  Disamping penerimaan PAD yang berasal dari pajak, penerimaan retribusi juga mengalami peningkatan yang cukup pesat. Meskipun pertumbuhan total penerimaan retribusi secara rata-rata tidak begitu besar, namun bila dilihat pertumbuhan untuk masing-masing komponen retribusi yang potensial ternyata perkembangan dan pertumbuhannya setiap tahun cukup besar. Adapun komponen penerimaan retribusi yang mengalami pertumbuhan yang besar adalah Retribusi Pelayanan Kesehatan, sebesar 41,12 % dan Retribusi Pelayanan Persampahan sebesar 70,26 %. Disamping itu, pertumbuhan penerimaan retribusi terminal secara rata-rata mencapai sebesar 11.83%. Secara keseluruhan perkembangan penerimaan Pendapatan Asli Daerah adalah seperti terlihat dalam tabel berikut ini.

  P P E E M M E E R R

  I I N N T T A H H K K A A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  5

  1 -

  Sumber : Agam Dalam Angka 2008–2010

  

21 Pengujian Kendaraan Bermotor 196,27 194,52 327,74 347,20

C Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - 2.557 3.062,02 3.460,91

  12 Rumah Potong Hewan 35,40 40,60 48,98 61,35

  13 Tempat Rekreasi & Olah Raga 87,62 57,95 66,55 68,18

  

14 Penjualan Produk Usaha Daerah 6,60 303,99 139,35 118,75

  

15 Izin Mendirikan Bangunan 308,52 374,35 484,14 340,71

  

16 Izin Gangguan 136,88 164,86 174,46 187,15

  17 Izin Trayek 30,12 11,07 10,29 31,22

  18 Izin Peruntukan Penggunaan Tanah 14,40 0,11 9,00 3,03

  19 Izin Pengambilan Hasil Hutan Ikutan 108,40 - - -

  20 Tempat Pelelangan - 10,28 8,33 7,30

  

1 LAIN-LAIN PAD YANG SYAH 10.471,44 11.046,88 9.671,07 8.707,00

  10 Tempat Khusus Parkir 10,50 11,80 11,10 16,66

  2 Jasa Giro 1.850,00 5.275,02 2.622,22 2.462,31

  3 Hasil Penjualan Asset Daerah 76,50 34,49 369,14 21,06

  4 Bunga Deposito 1.250,00 2.275,00 2.004,21 -

  

5 Sumbangan Pihak Ketiga 1.714,81 715,58 817,61 750,31

  6 TP/TGR

  7 Penerimaan dari Pasar Nagari 36,06 - 35,41 33,96

  8 Penerimaan Dana Revolving 11,50 - - -

  

9 Lain-lain PAD Yang Syah 5.336,31 2.047,52 3.822,48 5.092,62

  10 Pengujian Kendaraan Bermotor 196,27 - - - Jumlah 17.340,96 21.623,54 22.515,04 8.360,26

  11 Tempat Penginapan 0,48 3,11 - 25,00

  9 Terminal 109,32 105,58 115,07 76,87

  P P E E M M E E R R

  

4 Pajak Reklame 81,10 296,64 276,53 325,71

  I I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  5 -

  1

  1 Tabel 5.4

Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Agam (Jutaan Rupiah) 2007–2010

  No Uraian Penerimaan 2007 2008 2009 2010 A Pajak Daerah

  4.779,19 5.272,62 7.184,48 6.010,00

  

1 Pajak Hotel/Penginapan 312,12 143,64 117,01 119,97

  

2 Pajak Restoran/Rumah Makan 384,24 520,26 461,13 494,91

  3 Pajak Hiburan 16,73 13,43 9,73 13,52

  

5 Pajak Penerangan Jalan 3.710,00 3.938,52 5.891,08 4.721,39

  8 Pasar Grosir dan pertokoan 37,89 23,58 20,81 24,09

  6 Pajak Pengambilan dan Pen-golahan Bahan Galian Golongan C 275,00 360,14 429,02 335,06

  

B Retribusi Daerah 2.090,32 5.304,04 5.659,49 8.011,67

  

1 Pelayanan Kesehatan 836,39 3.906,81 3.989,47 6.631,82

  2 Pelayanan Sampah 27,60 25,08 18,65 10,50

  3 Biaya Cetak KTP dan Akta Capil - - - -

  4 Tempat Pemakaman Umum - - - -

  5 Parkir di Tepi Jalan Umum 9,33 5,61 7,43 6,00

  6 Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 4,00 1,00 5,59 3,37

  7 Pemakaian Kekayaan Daerah 130,62 63,74 222,55 52,47

  • 699,26 - -

  P P E E M M E E R R

  

2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1.269955696 1.27850463

  8 KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 0.662336452 0.650549397

  

7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 0.301729794 0.300150599

  6 PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 0.960457545 0.94956689

  

5 BANGUNAN 0.908155604 0.912805705

  

4 LISRIK, GAS & AIR BERSIH 0.800816515 0.793382547

  3 INDUSTRI PENGOLAHAN 1.065606044 1.065547328

  

1 PERTANIAN 1.58973552 1.627200915

  I I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  

No LQ KABUPATEN AGAM Tahun 2011 Tahun 2012

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan LQ di Kabupaten Agam

  Hasil LQ menunjukkan bahwa terdapat tiga sektor basis kabupaten Agam yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan industri pengolahan. Pada tahun 2012 ini, semua sektor basis mengalami peningkatan nilai kecuali industri pengolahan. Hal ini menunjukkan hanya dua dari sektor basis yang dapat diandalkan menjadi tulang punggung perekonomian Kabupaten Agam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan Gambar 5.3.

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

  2 5 .4 PROY EK SI DAN REN CAN A I N V EST ASI BI DAN G CI PT A K ARY A

  1

  5 -

  

9 JASA-JASA 0.919001021 0.91976739

Sumber : hasil analisa

Gambar 5.3 Grafik LQ Kabupaten Agam

  Sumber : Tabel 5.5

  Hasil shift share menunjukkan semua sektor memiliki change dan NS atau Prij positif, yang berarti semua sektor maju lebih cepat dari kota/kabupaten lain di Sumatera Barat. Change terbesar yang menunjukkan pertumbuhan sektor terutama ada pada industri pertanian. Posisi kedua ditempati oleh Sektor Jasa-jasa, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, diikuti oleh Sektor Industri Pengolahan, kemudian sektor angkutan dan komunikasi. Pada industrial mix share, atau P, semua sektor memiliki nilai positif. Hal ini berarti Agam memiliki spesialisasi atau upaya lebih untuk membangun semua sektor positif ini dibandingkan dengan wilayah lainnya di Sumatera Barat. Namun demikian, upaya ini belum berhasil sepenuhnya, karena pada komponen D, nilainya masih negatif.

  Differential shift component (D) kadang-kadang dinamakan komponen lokasional atau regional adalah sisa kelebihan. Komponen ini mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di daerah yang bersangkutan daripada tingkat nasional yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern. Jadi, suatu daerah yang mempunyai keuntungan lokasional seperti sumber daya yang melimpah/efisien akan mempunyai differential shift component yang positif, sedangkan daerah yang secara lokasional tidak menguntungkan akan mempunyai komponen yang negatif. Mengingat komponen D

  I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  I

  5

  • - P P E E M M E E R R

  1

  3

  P P E E M M E E R R

  

3 Industri Pengolahan 19086.18 456,518.84 2,438.63 -439871.29

Gambar 5.4 Grafik Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Agam

  

9 Jasa-jasa 42180.57 553,021.69 2,954.13 -513795.25

Sumber : hasil analisa

  

8 Keuangan, real estat dan jasa perusahaan 5452.33 119,087.68 636.14 -114271.49

  

7 Angkutan dan Komunikasi 13468.31 161,957.24 865.14 -149354.07

  

6 Perdagangan , Hotel dan Restoran 38266.79 609,262.42 3,254.55 -574250.18

  

5 Konstruksi 13191.25 175,247.45 936.14 -162992.33

  

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1285.37 31,388.58 167.67 -30270.88

  

2 Pertambangan 7042.85 135,609.05 724.40 -129290.60

  I I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  

1 Pertanian 83863.27 1,288,371.76 6,882.22 -1211390.70

  No PDRB AGAM dYi 2011-2012 NS 2011-2012 P 2011-2012 D 2011-2012

Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Agam

  yang merupakan proksi daya saing ini negatif, berarti dapat dikatakan bahwa daya saing Kabupaten Agam di semua sektor perekonomian masih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.6 dan Gambar 5.4

  4

  1

  5 -

  Sumber : Tabel 9.6

  

5 .5 AN ALI SI S K ET ERPADU AN ST RAT EGI PEN I N GK ATAN I N V EST ASI

PEM BAN GU N AN BI DAN G CI PT A K ARY A

  Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan endanaan dari berbagai sumber.

  Dalam usaha mendanai program keciptakaryaan di Kabupaten Agam, terdapat beberapa permasalahan, yang terutama terkait dengan kekuatan pendanaan internal Kabupaten Agam maupun terhadap implikasi dari peraturan yang berlaku. Permasalahan tersebut antara lain :

  Jika dilihat dari data APBD Kabupaten Agam untuk periode tahun 2003 - 2007, dapat diketahui bahwa PAD Kabupaten Agam masih relatif kecil jika dibandingkan dengan total anggaran. Oleh karena itu dana perimbangan masih menjadi motor utama dalam pembentukan anggaran Kabupaten Agam. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Agam akan terus berusaha meningkatkan PAD untuk mengurangi ketergantungan pendanaan dari pusat sehingga praktek otonomi daerah yang ideal dapat dijalankan di Kabupaten Agam. Untuk meningkatkan PAD, maka Pemerintah Kabupaten Agam akan memfokuskan perhatian pada peningkatan pendapatan dari sub-komponen pajak daerah serta pendapatan hasil pendapatan Perusda dan Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan. Dalam hal ini, pajak daerah belum dapat memberikan kontribusi yang signifikan. Sebaliknya pendapatan dari pengelolaan perusahaan daerah dan kekayaan lain yang dipisahkan menunjukkan kinerja yang cukup baik. Guna memaksimalkan pendapatan dari kedua sub-komponen ini maka Pemerintah Kabupaten Agam akan memaksimalkan potensi pajak daerah serta semakin meningkatkan efisiensi perusahaan daerah yang ada.

  P P E E M M E E R R

  I I N N T A T A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  5

  1

  5 - Sub-komponen PAD lain yang memberikan kontribusi yang sangat signifikan adalah retribusi daerah. Pemerintah Kabupaten Agam akan terus mengusahakan efisensi layanan yang dikenakan retribusi, termasuk juga retribusi sanitasi (air limbah, persampahan, dan air minum) guna mencapai kondisi cost recovery (termasuk juga nilai investasi) guna menjamin kelancaran dan kelanggengan layanan. Khusus untuk sanitasi, retribusi dari layanan pengelolaan sampah dan air minum telah mencapai kondisi cost recovery, dan masih mungkin untuk mendapat income dari retribusi yang ditarik.

  Pengadaan layanan publik oleh Kabupaten Agam seringkali terbentur dengan keterbatasan dana. Dengan pendanaan internal yang tersedia layanan seringkali belum dapat diselenggarakan secara maksimal, sehingga perlu ditetapkan cara lain agar layanan dapat terselenggara dengan baik. Salah satu jalan adalah dengan mengikutsertakan sektor swasta ataupun masyarakat. Khusus untuk persampahan, telah terdapat praktek mengikutsertakan masyarakat dan sektor swasta dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Agam terutama dalam pengelolaan sampah lingkungan oleh masyarakat dimana masyarakat membayar pengelolaan sampah yang biasanya dikelola oleh RT/RW ataupun pengelola pasar.

  Untuk ke depan Pemerintah Kabupaten Agam akan lebih mendorong partisipasi sektor swasta, terutama dalam pengelolaan prasarana di Kabupaten Agam. Hal ini perlu dilakukan terutama untuk memisahkan fungsi regulator dan operator dalam menjalankan layanan pemerintahan. Kondisi yang sekarang menunjukkan masih dominannya Pemerintah Kabupaten Agam dalam menjalankan pengelolaan sanitasi, sehingga rentan terjadi conflict of interest. Untuk menghindari hal tersebut, maka Pemerintah Kota ke depan akan mendudukkan posisinya sebagai regulator, sedangkan sebagai operator layanan akan tetap dapat dilakukan pemerintah melalui konsep Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) ataupun melalui kerjasama dengan pihak swasta. Pemisahan fungsi ini juga akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas layanan yang akan dijalankan.

  P P E E M M E E R R

  I I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  5

  1

  6 - Untuk menetapkan besaran retribusi, selain perlu diperhitungkan biaya investasi dan biaya oparasional dan pemeliharaan infrastruktur, juga perlu diperhitungkan kemampuan dan keinginan masyarakat (willingness and ability to pay) untuk membayar layanan yang dihasilkan. Dalam kasus retribusi di Kabupaten Agam terlihat bahwa keinginan dan kemampuan masyarakat untuk membayar retribusi masih rendah, kecuali untuk keperluan yang langsung dirasakan, seperti retribusi pengumpulan sampah lingkungan yang biasanya diorganisir oleh RT/RW ataupun pengelola pasar. Sedangkan untuk pengelolaan sampah lanjutan yang berskala Kabupaten, belum ada keharusan untuk membayar retribusi. Untuk itu pemerintah Kabupaten Agam berupaya melakukan terobosan-terobosan kepada masyarakat agar masyarakat membayar retribusi, dengan menggunakan prinsip beneficiary pays (polluter pays principle). Penetapan retribusi sudah menjadi keharusan mengingat dibutuhkan biaya – baik untuk investasi infrastruktur maupun untuk operasional dan pemeliharaan infrastruktur tersebut – guna memberikan layanan yang langgeng.

  Berkaitan dengan kemampuan masyarakat untuk membayar retribusi, maka Pemerintah Kabupaten Agam juga berupaya untuk menetapkan skema subsidi untuk retribusi layanan dengan memperhitungkan kekuatan finansial internal karena berdasarkan pengalaman umumnya investasi belum dapat cost recovery. Untuk itu dibutuhkan Peraturan Daerah yang mengatur masalah retribusi lengkap dengan sanksi hukum bagi pelanggarnya. Untuk menjaga efisiensi dan efektivitas penarikan retribusi, dapat dilakukan dengan menyatu dengan retribusi atau pajak daerah lainnya seperti menyatu dengan retribusi air minum, listrik, ataupun pajak PBB.

  

4. Kurangnya Pedoman untuk Mengakses Sumber-Sumber Pendanaan Internal

dan Eksternal

  Pengadaan layanan publik di Kabupaten Agam seringkali terbentur dengan keterbatasan dana pembangunan. Berdasarkan peraturan perundangan telah disebutkan sumber-sumber pedanaan yang dapat dimanfaatkan guna menutupi kekurangan dana pembangunan. Masalah yang kemudian muncul adalah bahwa

  P P E E M M E E R R

  I I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  5

  1

  7 - pedoman untuk dapat mengakses terkadang belum terbit ataupun jika ada seringkali menyulitkan Pemda untuk dapat mengaksesnya. Selain itu masih ada informasi-informasi pendanaan terutama melalui proyek pusat yang sebetulnya dapat dimanfaatkan daerah tapi tidak tersosialisasikan dengan baik.

  Oleh karena itu dengan keikutsertaan Kabupaten Agam ke dalam program RPIJM Bidang Keciptakaryaan diharapkan dapat lebih menjembatani akses Kabupaten Agam kepada sumber-sumber pendanaan, terutama sumber-sumber pendanaan yang ada di Pusat.

  Kabupaten Agam merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi otonomi daerah. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh Pemda terutama dibidang pengelolaan keuangan daerah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pelaksanaan otonomi daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat/publik. Sebab kemampuan daerah dalam membiayai berbagai kegiatan pembangunan yang direncanakan dan dirancangnya sendiri merupakan indikator penting untuk terlaksananya otonomi daerah. Disamping itu, tujuan lain dari pemberian otonomi daerah adalah untuk mengurangi tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat terutama dalam masalah keuangan. Namun pada kenyataannya masih banyak daerah yang sangat tergantung kepada pemerintah pusat, termasuk Kabupaten Agam. Dilihat dari kondisi keuangan Perusahaan Daerah, dalam hal ini PDAM Tirta Antokan, selama permasalahan hutang jangka panjang PDAM belum teratasi, maka pendapatan daerah yang berasal dari perusahaan milik daerah belum dapat diharapkan secara maksimal.

  Sejalan dengan pemberian otonomi daerah dan pelaksanaan azaz desentralisasi, maka subsidi dan bantuan dari pemerintah pusatpun mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa kepada daerah diberi wewenang dan tugas untuk merencanakan, menggali dan mengupayakan potensi dan sumber keuangan sendiri sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu pemerintah daerah betul-betul dituntut agar mampu membiayai operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian, maka

  P P E E M M E E R R

  I I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  5

  1

  8 - masing-masing Pemda perlu berupaya untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Hal ini hanya dapat dilakukan melalui pengelolaan dan sistim manajemen keuangan yang efektif dan efisien, transfaransi dan akuntabel.

  Selama ini memang penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih sangat kecil dan bahkan hanya sekitar 9 % dari seluruh penerimaan negara (Nick Devas, 1998, Hirawan, 2001). Rendahnya penerimaan PAD ini merupakan indikasi yang nyata mengenai masih besarnya tingkat ketergantungan daerah kepada pusat terhadap pembiayaaan pembangunannya. Namun demikian bukanlah berarti bahwa daerah tertentu tidak mempunyai potensi untuk meningkatkan penerimaan PAD-nya. Pada beberapa daerah yang memiliki perkembangan ekonomi dan usaha yang cukup pesat sudah tentu memiliki potensi penerimaan PAD yang cukup besar untuk digali dan dikembangkan. Akan tetapi banyak para ahli mengemukakan bahwa rendahnya penerimaan PAD adalah disebabkan karena daerah tersebut tidak memiliki SDA yang banyak. Pada hal, salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rendahnya penerimaan PAD terutama di daerah kabupaten adalah karena masih rendahnya kinerja administrasi penerimaan daerah. Disamping itu keterbatasan kemampuan SDM dalam menggali dan mengelola sumber-sumber yang penerimaan yang potensial juga menjadi faktor penentu untuk penerimaan PAD. Selanjutnya sistem dan prosedur penerimaan pajak yang baik jelas akan mendorong dan mempercepat proses penerimaan PAD yang besar. Situasi administrasi penerimaan daerah Kabupaten Agam, secara umum diduga tidak akan jauh berbeda dengan kondisi daerah kabupaten lainnya di Indonesia. Hal ini terbukti dengan masih besarnya tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan dari pemerintah pusat.

  Sebagai salah satu daerah kabupaten di Indonesia, Pemda Agam telah berupaya meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerahnya dari tahun ketahun. Akan tetapi jumlah penerimaan PAD tersebut ternyata masih relatif rendah bila dilihat dari proporsi PAD terhadap Total Penerimaan Daerah maupun terhadap PDRB. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka peranan PAD terhadap Total Penerimaan Daerah maupun terhadap PDRB mengalami fluktuasi yang cenderung stabil dari tahun- ketahun. Namun demikian peranan PAD terhadap Total Penerimaan Daerah masih

  P P E E M M E E R R

  I I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  5

  1

  9 - relatif kecil dan berfluktuasi pada kisaran 4%. Pada tahun 2003 peranan PAD terhadap Penerimaan Daerah sebesar 4,14% dan pada tahun 2006 peranan PAD terhadap Penerimaan Daerah hanya menurun sedikit menjadi 4,13%.

  Peranan PAD terhadap belanja aparatur/belanja tidak langsung dan belanja pelayanan publik/belanja langsung berkisar 17% dan 5% dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 kemampuan PAD untuk membiayai belanja aparatur/belanja tidak langsung sebesar 17,27% saja kemudian menurun menjadi 15,33% pada tahun 2006. Sedangkan peranan PAD terhadap belanja pelayanan publik atau belanja langsung pada tahun 2003 sebesar 4,87% dan kemudian sedikit meningkat di tahun 2006 sebesar 4,99%. Selanjutnya, perkembangan penerimaan PAD dalam kehidupan perekonomian masyarakat (PDRB) masih relatif kecil dari tahun ke tahun dan masih kurang dari 1%. Pada tahun 2001 proporsi PAD terhadap PDRB harga konstan hanya sebesar 0,21% saja, tetapi kemudian sedikit meningkat menjadi sebesar 0,74 % pada tahun 2006. Oleh karena itu maka pemerintah daerah haruslah berupaya mencari dan menggali semua potensi ekonomi yang ada sehingga secara langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pemberdayaan ekonomi rakyat melalui pendekatan ekonomi berlapis yang menjadi salah satu strategi kebijaksanaan pembangunan ekonomi di daerah ini haruslah dalam upaya meningkatkan kemampuan daerah otonom. Dengan demikian maka kemitraan antara rakyat dan pemerintah dalam menggerakkan roda pembangunan ekonomi mesti menjadi prioritas yang utama. Oleh karena itu, Pemda perlu untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala rendahnya penerimaan asli daerah tersebut. Disamping itu juga perlu diketahui faktor apa saja yang mejadi potensi sumber penerimaan pendapatan asli daerah dengan diberlakukannya otonomi daerah nantinya. Pertanyaan lain yang cukup mendasar juga adalah, bagaimanakah pengukuran kinerja pajak dan retribusi yang dilakukan oleh pengelola keuangan daerah selama ini. Apakah para perencana dan pengelola keuangan sudah menggunakan kinerja pajak dan sistem administrasi yang baik dalam melakukan pengelolaan dan manajemen keuangan di daerahnya. Kekuatan pendanaan internal kabupaten dapat diturunkan dari pendapatan pajak daerah (komponen PAD) serta pendapatan bagi hasil pajak/non-pajak dengan

  P P E E M M E E R R

  I

  5

  • - I N N T T A A H H K K A A B B U U P P A A T T E E N N A A G G A A M M

  2 Pemerintah Pusat dan Provinsi. Dengan melihat karakteristik keuangan Kabupaten Agam, maka sub-komponen Hasil Perususahaan Daerah dan Kekayaan yang dipisahkan dapat menjadi salah satu sumber pendanaan internal Kabupaten Agam.

  Hal ini dimungkinkan mengingat perusda secara logika akan dapat sustain dalam jangka waktu tertentu, selain itu dengan melihat konsistensi kontribusi sub-komponen ini dalam jangka waktu tahun 2003-2007, maka sudah selayaknya menjadi salah satu sumber pendanaan yang diperhitungkan.

  Komponen lain tidak dapat dijadikan sebagai komponen kekuatan internal mengingat karakteristiknya masing-masing. Seperti misalnya pendapatan retribusi yang akan kembali digunakan untuk kepentingan layanan yang dikenai retribusi (dan biasanya masih memerlukan subsidi untuk tetap menjalankan layanan tersebut). Sedangkan DAU diturunkan berdasarkan celah fiskal, dan DAK yang sangat tergantung dengan program pemerintah pusat yang sangat top down.