BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis - HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DAN KEMAMPUAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN HASIL UJI

BAB II KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teoretis

  1. Kemampuan Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Landasan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah

  Peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 pasal 20 berkaitan dengan Standar Proses yang mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran oleh pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal, baik yang menerapkan system paket maupun system kredit semester (SKS).

  Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenagkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

  14 Menurut Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses menyebutkan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Silabus dapat dikembangkan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah. Sementara Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah kewajiban melekat setiap guru.

  Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau terkadang juga hanya disebut rencana pembelajaran menurut Hernawan (2005: 97) adalah merupakan kegiatan merumuskan tujuan-tujuan, apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pembelajaran, cara apa yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan bahan, serta media atau alat apa yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut. Jadi rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan upaya merumuskan berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan dalam sebuah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Diawali dengan merumuskan tujuan pembelajaran, pengetahuan atau keterampilan apa yang akan dicapai dalam pembelajaran harus dirumuskan secara jelas dan terukur. Kemudian materi atau bahan apa yang akan dipelajari oleh siswa, bagaimana kedalaman dan keluasannya akan sangat tergantung pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Selain itu juga dirancang tentang pendekatan, strategi, metode atau teknik apa dan bagaimana yang akan digunakan dalam membelajarkan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Langkah-langkah pembelajarannya harus dirancang dan dirumuskan secara jelas dan terarah. Tidak kalah pentingnya adalah merancang tentang media atau alat apa yang akan digunakan untuk membantu siswa agar lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Media atau alat peraga yang dipilih harus benar-benar efektif, oleh karena itu sedari awal harus ditentukan secara pasti dirumuskan dan ditulis dalam sebuah rencana pembelajaran.

  Menurut Hosnan (2014: 99) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. Definisi itu sama seperti yang disampaikan oleh Priyatni (2014: 161). Definisi itu secara jelas menunjukkan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan sebuah paket rencana kegiatan pembelajaran yang akan digunakan dan dilaksanakan dalam satu kali atau lebih pertemuan pembelajaran langsung tatap muka antara peserta didik dan pendidik yang dibatasi oleh durasi atau waktu pembelajaran.

  Sementara itu al-Tabany (2014: 255) mengatakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara perinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Artinya bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan rancangan kegiatan pembelajaran yang dibuat dan disusun secara rinci, dan kegiatan atau langkah-langkah pembelajaran yang dibuat tersebut disesuaikan dengan materi pembelajaran yang mengacu pada silabus yang ada.

  Untuk lebih mamahami Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Hernawan (2005: 9.7) menyampaikan tentang karakteristik rencana pembelajaran yaitu ditujukan untuk siswa belajar, memiliki tahap-tahap, sistematis, pendekatan sistem, dan didasarkan pada proses belajar manusia. Ditujukan untuk siswa belajar maksudnya adalah bahwa dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus menunjukkan adanya langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada tujuan dan kebutuhan siswa.

  Pembelajaran yang tercipta nantinya adalah pembelajaran student centered berpusat pada siswa.

  Memiliki tahap-tahap maksudnya adalah bahwa dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran rencana pembelajaran yang dibuat harus secara bertahap, diawali tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap tindak lanjut. Karakteristik selanjutnya yaitu sistematis. Artinya bahwa dalam RPP perencanaan yang dibuat harus dimulai dari hal yang diperlukan terlebih dahulu kemudian dikuti dengan sesuatu yang harus mengikutinya. Sementara karakteristik pendekatan sistem artinya bahwa rencana pembelajaran yang ditulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus menggunakan pendekatan sistem, artinya pembelajaran itu terdiri atas komponen-komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Terakhir adalah karakteristik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yaitu didasarkan pada proses belajar manusia, artinya bahwa rencana pembelajaran yang dibuat harus mengutamakan pada proses belajar siswa itu sendiri sebagai manusia yang akan belajar.

  Selanjutnya seperti apa gambaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebenarnya akan dapat terlihat pada komponen-komponen yang harus ada di dalamnya. Komponen-komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini disebutkan dalam permendiknas nomor 41 tahun 2007, juga ditulis dalam Rusman (2014: 4), Majid (2014: 39), dan al-Tabany (214: 259) yaitu meliputi:

  1). Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran di antaranya meliputi satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran, tema pelajaran, jumlah pertemuan.

  2). Standar kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/ atau semester pada suatu mata pelajaran.

  3). Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 4). Indikator pencapaian kompetensi

  Indicator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

  5). Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6). Materi ajar

  Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indicator pencapaian kompetensi. 7). Alokasi waktu

  Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

  8). Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indicator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indicator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.

  9). Kegiatan pembelajaran

  a). Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

  b). Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sitemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

  c). Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

  10). Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrument penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indicator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standard penilaian. 11). Sumber belajar

  Penentuan sumber belajar didasarkan pada standard kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

  Sementara dalam Hosnan (2014: 100) komponen RPP disebutkan ada tigabelas item yaitu: 1). Identitas sekolah, yaitu nama satuan pendidikan 2). Identitas mata pelajaran atau tema/ sub tema 3). Kelas/semester 4). Materi pokok 5). Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai.

  6). Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 7). Kompetensi dasar dan indicator pencapaian kompetensi

  8). Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indicator ketercapaian komptensi. 9). Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.

  10). Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran 11). Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan.

  12). Langkah-langkah pembelajaran, meliputi pendahuluan, inti, dan penutup.

  13). Penilaian hasil pembelajaran.

  Komponen-komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut nantinya akan dijadikan sebagai pedoman membuat atau menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Terkait dengan penelitian maka yang akan dijadikan sebagai dasar pengamatan dan penilaian adalah format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai komponen yang ada pada permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses.

  Setelah memahami komponen-komponen yang harus ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, selanjutnya perlu dipahami juga tentang prinsip-prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran seperti diuraikan dalam permendiknas nomor 41 tentang standar proses, juga ditulis dalam al-Tabany (2014: 258), Majid (2014: 41), dan Rusman (2014: 7). Prinsip-prinsip penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yaitu:

  1). Memperhatikan perbedaan individu peserta didik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan social, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

  2). Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. 3). Mengembangkan budaya membaca dan menulis

  Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. 4). Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi.

  5). Keterkaitan dan keterpaduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata peljaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 6). Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

  Dalam penyusunan atau pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ada beberapa langkah atau tahapan yang harus dilalui, seperti diuraikan oleh al-Tabany (2014: 263) langkah-langkah pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah sebagai berikut:

  1). Mengkaji silabus Kegiatan ini dilakukan untuk melihat, memahami, dan menyermati SK, KD, materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

  2). Mengidentifikasi materi pelajaran Mengidentifikasi, memilih dan mempertimbangkan materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mendasarkan pada potensi peserta didik, relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, social, dan spiritual peserta didik. 3). Menentukan tujuan

  Dengan mengacu pada hasil identifikasi materi pembelajaran maka kita membuat dan menentukan tujuan pembelajaran. Banyaknya tujuan pembelajaran ini dibuat sesuai dengan terpenuhinya capaian KD, dan dapat dipakai untuk beberapa pertemuan.

  4). Mengembangkan kegiatan pembelajaran Kegiatan menyusun dan merencanakan kegiatan pembelajaran.

  Langkah-langkah pembelajaran harus meliputi pendahuluan, inti, dan penutup. Dalam kegiatan inti perlu ditunjukkan adanya kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 5). Penjabaran jenis penilaian

  Yaitu kegiatan untuk menentukan dan memilih teknik, jenis, bentuk, dan alat penilaian untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan. 6). Menentukan alokasi waktu

  Menentukan alokasi waktu disesuaikan dengan ketersediaan waktu pada setiap KD dan tingkat keluasan dan kedalaman indikator atau materi pembelajaran. Alokasi waktu tiap KD adalah hasil analisis ketersediaan waktu dalam satu tahun pelajaran atau satu semester dan dibagikan kepada seluruh KD yang ada. 7). Menentukan sumber belajar

  Memilih dan menentukan rujukan, objekdan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, berupa media cetak dan atau elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, social, dan budaya.

  Kembali kepada kepentingan penelitian bahwa variabel yang dikehendaki adalah kemampuan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Kemampuan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini akan dilihat, diamati, dicermati, dan dinilai dari hasil, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat. Kriteria yang menjadi acuan penilaian sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tidak terlepas dari uraian tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, baik mengenai pengertian, komponen yang harus ada, maupun tentang prinsip-prinsip Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

  2. Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran Kewajiban guru setelah menyusun perencanaan pembelajaran berupa

  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yaitu mengimplementasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam langkah nyata berupa kegiatan pembelajaran bagi siswa. Kegiatan pembelajaran inilah yang merupakan tugas dan tanggung jawab utama seorang guru dan merupakan inti dari penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

  Membicarakan pembelajaran merupakan hal yang sudah sangat familiar bagi guru. Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas bab I pasal 1 pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Bahwa pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang diatur sedemikian rupa dengan pendekatan, strategi, dan metode tertentu sehingga mampu menciptakan suasana atau lingkungan belajar dan mampu menciptakan hubungan antara siswa sebagai peserta didik dengan guru sebagai pendidik, juga hubungan dengan sumber belajar. Hubungan di sini adalah terjadinya interaksi belajar.

  Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (dalam Winataputra, 2008: 119) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Jadi pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang disengaja sehingga dibuat sebuah perencanaan yang matang sebelum melaksanakannya. Dan kegiatan yang dilaksanakan nantinya harus melibatkan siswa secara aktif sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

  Menurut Lefrancois (dalam Yamin, 2012: 65) pembelajaran adalah merupakan persiapan kejadian-kejadian eksternal dalam suatu situasi belajar dalam rangka memudahkan pebelajar belajar, menyimpan (kekuatan mengingat informasi), atau mentransfer pengetahuan dan keterampilan. Artinya bahwa pembelajaran di dalamnya adalah berupa kejadian-kejadian atau kegiatan-kegiatan yang telah dirancang dan disiapkan sedemikian rupa, yang dikatakan sebagai kegiatan eksternal merupakan kegiatan di luar pebelajar yang mendorong timbulnya suasana lingkungan dan situasi belajar siswa sehingga siswa akan mampu menyimpan atau mentransfer pengetahuan atau keterampilan belajarnya.

  Menurut Schunk (2012: 5) pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya. Pengertian itu menempatkan pembelajaran sebagai sebuah produk, yaitu perubahan sikap, pengetahuan, ataupun keterampilan yang dihasilkan dari praktik atau pengalaman langsung peserta didik. Dan perubahan yang terjadi haruslah yang bertahan lama. Dapat juga dipahami bahwa pembelajaran adalah proses siswa belajar untuk mendapatkan perubahan tingkah laku dengan cara siswa aktif dan terlibat secara langsung.

  Sementara itu Kosasih (2014: 11) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha (mengajar) yang bisa mendorong seseorang untuk belajar. Artinya bahwa pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang diusahakan atau diupayakan, dirancang sedemikian rupa yang diharapkan mampu mendorong dan membangkitkan siswa untuk belajar, mencoba untuk mendapatkan sesuatu yang berguna bagi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai sebuah hasil belajar.

  Menurut Hamalik (dalam Putra 2013: 17) pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Artinya bahwa pembelajaran adalah sebuah kombinasi atau perpaduan dari berbagai faktor yang saling mempengaruhi dan saling mendukung hingga terciptanya sebuah proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Faktor- faktor pendukung tersebut yaitu unsur manusia: siswa dan guru. Unsur material adalah menyangkut bahan atau materi pembelajaran yang dipelajari, unsur fasilitas dan perlengkapan menyangkut sarana, prasarana, media dan alat peraga. Dan unsur selanjutnya yaitu prosedur, merupakan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam hal ini adalah memikirkan masalah pendekatan, strategi, metode, dan model pembelajaran yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

  Sedangkan menurut Winataputra (2008: 118) pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Menginisiasi maksudnya berusaha masuk ke dalam. Artinya bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam pembelajaran harus masuk ke dunia anak, masuk ke dalam alam pikiran dan jiwa anak sehingga mampu membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk belajar. Pembelajaran juga kegiatan memfasilitasi. Artinya bahwa bahan atau materi yang dipelajari, kegiatan yang dilaksanakan atau suasana lingkungan yang dibuat, media atau alat peraga yang digunakan adalah dalam rangka memfasilitasi siswa agar mampu meningkatkan intensitas atau frekuensi belajarnya, juga kualitas belajarnya sehingga akan tercapai hasil belajar yang maksimal.

  Mohamad Surya (dalam Rusman, 2014: 116) menjelaskan “Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Pembelajaran merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan adanya perubahan perilaku secara menyeluruh baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Perubahan perilaku tersebut diperoleh sendiri oleh siswa, artinya siswa harus terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga akan mendapatkan pengalaman langsung. Siswa langsung berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.

  Lingkungan belajar ini tentunya merupakan perpaduan antara guru, prosedur pembelajaran, bahan atau materi, serta sarana prasarana, media dan alat peraga.

  Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hal-hal penting yang harus ada dalam bangunan pemahaman tentang pembelajaran yaitu:

  a. adanya interaksi peserta didik, pendidik, dan sumber belajar;

  b. merupakan rangkaian kegiatan yang sistematis, membentuk prosedur atau langkah-langkah kegiatan yang jelas dan terarah; c. siswa terlibat aktif, praktik dan pengalaman langsung;

  d. disesuaikan dengan kondisi, suasana, dan kebutuhan siswa;

  e. membangun sikap dan perilaku belajar siswa;

  f. mencapai tujuan pembelajaran, terjadinya perubahan perilaku secara menyeluruh.

  Agar lebih memahami tentang pembelajaran, H.J Gino (dalam Putra, 2013:26) mengatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran terletak pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa, yakni motivasi belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi subjek belajar. Semua hal itu diharapkan untuk diperhatikan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan berlangsung efektif.

  Dalam hal kefektifan pembelajaran al-Tabany (2014: 22) mengatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu:

  a. presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM;

  b. rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa;

  c. ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan;

  d. mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir b, tanpa mengabaikan butir d.

  Agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif maka perlu kiranya memahami tentang keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran, sebagaimana diutarakan oleh Allen dan Ryan (dalam Rusman, 2014: 117) bahwa ada beberapa kemampuan khusus yang diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu:

  1). Siasat membuka pelajaran (set induction) Adalah merupakan strategi bagaimana caranya memulai atau membuka pembelajaran sehingga siswa tertarik dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2). Variasi stimulus (stimulus variation)

  Adalah kemampuan guru untuk memberikan stimulus atau rangsangan belajar yang bervariasi, dapat melalui variasi metode, media, atau sumber belajar, sehingga tercipta sebuah aktivitas belajar yang tidak monoton.

  3). Keterampilan bertanya (question skill) Yaitu keterampilan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memudahkan siswa memahami materi dan mampu membangkitkan daya pikir kritis, analisis, dan aplikatifnya. 4). Isyarat (silence and non verbal clue)

  Pembelajaran merupakan sebuah komunikasi. Isyarat adalah salah satu jenis komunikasi yang apabila dilakukan secara tepat maka akan lebih efektif dibandingkan dengan jenis komunikasi verbal maupun instrumental.

  5). Ilustrasi/Penggunaan contoh (illustration and use of example) Ilustrasi dan penggunaan contoh yang tepat akan sangat membantu siswa dalam memahami suatu materi. Daya inovasi dan kreatifitas guru sangat dibutuhkan di sini. 6). Kemampuan berkomunikasi (communication)

  Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Kelihaian guru dalam membangun komunikasi baik verbal maupun non verbal dengan siswa akan sangat menentukan keberhasilan sebuah pembelajaran. 7). Penguatan dan balikan (reinforcement and feedback)

  Untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran, juga untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran maka guru perlu melakukan penguatan ataupun balikan. Kemampuan memberikan penguatan dan balikan sangat membantu guru untuk melakukan instropeksi dan koreksi terhadap belajar dan hasil belajar yang telah dilakukan.

  8). Siasat menutup pembelajaran (closure) Menutup pembelajaran bukan hanya sekedar ucapan salam, melainkan harus lebih dari itu. Dalam menutup pembelajaran perlu dilakukan review, membuat rangkuman atau kesimpulan, juga melakukan tindak lanjut sehingga materi yang telah dipahami siswa akan lebih berkembang. Oleh karena itu keterampilan menutup pembelajaran penting dimiliki oleh guru.

  Setelah mengetahui tentang keterampilan dasar yang harus dimiliki dalam melaksanakan pembelajaran, selanjutnya guru juga harus memahami tentang langkah-langkah atau tahapan kegiatan pembelajaran. Majid (2014: 27) mengatakan bahwa secara umum tahapan kegiatan pembelajaran meliputi: a. Tahap Prainstruksional

  Tahap prainstruksioanl adalah tahap yang ditempuh guru saat mengawali kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang dapat dilakukan guru pada tahap ini antara lain: 1). Mengabsen siswa, menanyakan siswa yang hadir dan tidak hadir.

  2). Bertanya pada siswa sejauh mana pembahasan tentang materi pelajaran sebelumnya.

  3). Bertanya jawab tentang materi pelajaran sebelumnya. 4). Memberi kesempatan siswa bertanya mengenai materi pelajaran sebelumnya yang belum dikuasainya.

  5). Mengulas kembali materi pembelajaran sebelumnya secara singkat.

  b. Tahap instruksional Tahap isntruksional adalah tahap inti. Pada tahap ini hal yang dapat dilakukan oleh guru yaitu: 1). Menjelaskan tujuan pembelajaran 2). Menuliskan pokok materi yang akan dipelajari 3). Membahas pokok materi yang dituliskan 4). Pembahasan materi hendaknya disertai contoh-contoh konkret

  5). Penggunaan alat bantu pembelajaran, media atau alat peraga untuk lebih memperjelas materi yang disampaikan, atau untuk lebih memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. 6). Membuat kesimpulan

  c. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut Tahap evaluasi adalah tahap yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil evalusai inilah yang digunakan guru sebagai dasar memberikan tindak lanjut kepada siswa. Tindak lanjut dapat berupa pemberian tugas.

  Sedangkan menurut Meier (dalam Majid, 2014: 30) bahwa kegiatan pembelajaran pada hakekatnya memiliki empat unsur atau empat tahap.

  Keempat tahap atau unsur tersebut yaitu:

  a. Tahap Persiapan (preparation) Adalah tahap pengkondisian, yaitu tahap untuk mempersiapkan peserta didik untuk belajar.

  b. Penyampaian (presentation) Merupakan tahap inti dalam kegiatan pembelajaran. Pada tahap ini guru harus melakaukan telling, showing, dan doing, menceritakan, memperlihatkan, dan melakukan.

  c. Latihan (practice) Yaitu tahap di mana siswa diberi kesempatan untuk berlatih mempraktikan apa yang telah mereka pahami. Tahap ini bertujuan membantu peserta didik belajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Tahap ini biasanya banyak diisi dengan mengerjakan tugas atau latihan dari guru.

  d. Penampilan (performance) Tahap ini adalah tahap di mana siswa menampilkan atau menunjukkan hasil belajar yang telah diperolehnya

  Terkait dengan kepentingan penelitian maka peneliti akan menggunakan tahap pembelajaran sesuai dengan permendiknas nomor 41 tahun 2007 yaitu:

  1). Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan , guru:

  a). menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, b). mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, c). menjelaskan tujuan pembelajaran atau komptensi dasar yang akan dicapai, d). menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

  2). Kegiatan Inti

  a). Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

  (1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topic/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber,

  (2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya,

  (4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, (5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium.

  b). Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: (1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna, (2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis,

  (3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,dan bertindak tanpa rasa takut,

  (4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, (5) memfasilitasi peserta didik berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, (6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok,

  (7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok, (8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan, (9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

  c). Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: (1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

  (2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, (3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

  (4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.

  (a). berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa baku yang benar,

  (b). membantu menyelesaikan masalah, (c). memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi, (d). memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh, (e). memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

  3). Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru:

  a). bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, b). melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, c). memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, d). merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, e). menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

  3. Uji Kompetensi Guru (UKG) 3.1 Pengertian Uji Kompetensi Guru.

  Uji Kompetensi Guru disingkat UKG adalah sebuah kegiatan

Ujian untuk mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi dan

pedagogik dalam domain content Guru. Kompetensi dasar bidang studi

yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru yang sudah

bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru (bagi

guru yang belum bersertifikat pendidik). Kompetensi pedagogik yang

diujikan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses pembelajaran

bidang studi tersebut dalam kelas.

  Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru harus memiliki

kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV),

menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian),

memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, maka sangat dibutuhkan peran serta pendidik yang profesional. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk itu, profesionalisme guru dituntut terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat.

  Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Sebagai tenaga profesional, guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

  Kondisi dan situasi yang ada menjadi sebab masing-masing guru memiliki perbedaan dalam penguasaan kompetensi yang disyaratkan. Oleh karena itu, ada dua skema yang akan dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengukur profesionalisme guru, secara akademis dan non-akademis. Pengukuran akademis dilakukan secara rutin setiap tahun yaitu dengan menyelenggarakan Uji Kompetensi Guru, dan pengukuran non-akademis dengan melakukan penilaian terhadap kinerja guru. Mulai tahun 2015 ini Uji Kompetensi Guru secara rutin akan dilakukan untuk mengukur profesionalisme guru. Tujuannya untuk mengetahui level kompetensi individu guru dan peta penguasaan guru pada kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru difokuskan pada identifikasi kelemahan guru dalam penguasaan kompetensi pedagogik dan profesional.

  Uji Kompetensi Guru tahun 2015 diikuti oleh semua guru dalam jabatan baik guru PNS maupun bukan PNS dengan jumlah jenis soal yang akan diujikan adalah 192 mata pelajaran/guru kelas/paket keahlian/BK. Perolehan hasil Uji Kompetensi Guru pada masing-masing guru menjadi bagian dari penilaian kinerja guru, oleh karena itu sesuai dengan prinsip profesional guru akan mengikuti Uji Kompetensi Guru pada mata pelajaran sesuai dengan sertifikat pendidik dan jenjang pendidikan yang diampunya. Disamping itu, hasil Uji Kompetensi Guru juga digunakan sebagai bahan pertimbangan kebijakan dalam pemberian program pembinaan dan pengembangan profesi guru serta pemberian penghargaan dan apresiasi kepada guru.

3.2. Landasan Uji Kompetensi Guru 1. Landasan Filosofi

  a. Hak masyarakat dan peserta didik untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas.

  

b. Diperlukan guru yang berkualitas untuk pendidikan yang

berkualitas.

  c. Peserta didik harus terhindar dari proses pembelajaran yang tidak berkualitas.

  d. Membangun budaya mutu bagi guru.

  e. Untuk memastikan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sesuai dengan standar yang ditetapkan.

  f. Hakekat sebuah profesi 1)

  Profesi guru merupakan profesi khusus, yang memerlukan persyaratan kompetensi yang khusus pula.

  2)

  Kompetensi guru yang bersifat khusus itu memerlukan perlakuan yang khusus pula. Uji Kompetensi Guru merupakan salah satu cara untuk memberikan layanan pembinaan dan pengembangan profesi guru yang baik kepada guru.

  3)

  Penyandang profesi guru menerima penghargaan dan kesejahteraan yang bersifat khusus. Karena itu perlu ada keseimbangan antara kompetensi yang mereka miliki dengan penghargaan dan kesejahteraan yang diterimanya.

2. Landasan Teoritik Pedagogik a.

  Uji Kompetensi Guru adalah penilaian terhadap kompetensi guru sebagai bagian penilaian kinerja guru dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatannya.

  b.

  Pembinaan dan pengembangan profesi guru hanya dapat dilakukan secara efektif jika berbasis pada pemetaan kompetensi guru.

  c.

  Uji kompetensi guru berfungsi sebagai pemetaan kompetensi guru (kompetensi pedagogik dan profesional), sebagai dasar program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan bagian dari proses Penilaian Kinerja dan Kompetensi (PKK).

  d.

  Untuk membangun eksistensi dan martabat sebuah profesi diperlukan mutu atau kualitas para anggota yang tergabung dalam profesi tersebut.

  Mutu atau kualitas diperoleh dari upaya pengembangan keprofesian berkelanjutan dan pengendalian yang dilaksanakan secara terus menerus dan tersistem. Upaya pengendalian dilakukan melalui pengujian dan pengukuran. Profesi guru akan bermutu jika secara terus- menerus dilakukan pengujian dan pengukuran terhadap kompetensi guru melalui uji kompetensi guru.

  e.

  Ukuran kinerja dapat dilihat dari kualitas hasil kerja, ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan, prakarsa dalam menyelesaikan pekerjaan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan, dan kemampuan membina kerjasama dengan pihak lain (T.R. Mitchell, 2008).

  f.

  Pengembangan keprofesian berkelanjutan merupakan upaya peningkatan profesionalitas guru yang didasarkan atas hasil penilaian kinerja guru dan Uji Kompetensi Guru.

3. Aspek Empirik Sosial a.

  Pembinaan dan pengembangan profesi guru tanpa didasari bukti-bukti empirik atas kompetensi guru, sehingga penyelenggaraan pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam bentuk pelatihan guru menjadi tidak terarah.

  b.

  Beberapa studi membuktikan bahwa Uji Kompetensi Guru berdampak positif pada perbaikan kinerja guru dan peningkatan mutu pendidikan.

  c.

  Kepercayaan masyarakat terhadap harkat dan martabat guru semakin tinggi, dihubungkan dengan kinerja guru dan dampaknya terhadap kualitas pendidikan.

3.3. Tujuan Uji Kompetensi Guru Secara umum pelaksanaan Uji Kompetensi Guru bertujuan sebagai berikut.

  1. Memperoleh informasi tentang gambaran kompetensi guru, khususnya

  kompetensi pedagogik dan profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

  2. Mendapatkan peta kompetensi guru yang akan menjadi bahan

  pertimbangan dalam menentukan jenis pendidikan dan pelatihan yang harus diikuti oleh guru dalam program pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).

  3. Memperoleh hasil Uji Kompetensi Guru yang merupakan bagian dari

  penilaian kinerja guru dan akan menjadi bahan pertimbangan penyusunan kebijakan dalam memberikan penghargaan dan apresiasi kepada guru.

3.4. Prinsip Uji Kompetensi Guru

  UKG mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain content. Kompetensi bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru (bagi guru yang belum bersertifikat pendidik). Kompetensi pedagogik yang diujikan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses pembelajaran bidang studi tersebut dalam kelas.

  Pendekatan yang digunakan adalah tes penguasaan substansi bidang studi (subject matter) berdasarkan latar belakang pendidikan, sertifikat pendidik dan jenjang pendidikan tempat guru bertugas. Oleh karena itu instrumen tes untuk guru SD, SMP, SMA dan SMK dibedakan sesuai dengan jenjang pendidikan tempat guru tersebut bertugas. Uji kompetensi pedagogik mengunakan pendekatan inti sel dari varian kompetensi pedagogik dimaksud.

  Dalam pelaksanaan UKG harus diperhatikan prinsip-prinsip UKG sebagai berikut.

  a.

  Objektif Pelaksanaan uji kompetensi guru dilakukan secara benar, jelas, dan menilai kompetensi sesuai dengan apa adanya.

  b.

  Adil Dalam pelaksanaan uji kompetensi guru, peserta uji kompetensi guru harus diperlakukan sama dan tidak membeda-bedakan kultur, keyakinan, sosial budaya, senioritas, dan harus dilayani sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja secara adil dan tidak diskriminatif.

  c.

  Transparan Data dan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan uji kompetensi seperti mekanisme kerja, sistem penilaian harus disampaikan secara terbuka dan dapat diakses oleh yang memerlukan.

  d.

  Akuntabel

  Pelaksaan uji kompetensi guru harus dapat dipertanggung- jawabkan baik dari sisi pelaksanaan maupun keputusan sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku.

3.5. Materi Uji Kompetensi Guru.

  Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh guru disebutkan mencakup empat dimensi. (1) dimensi kompetensi pedagogik, yang merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik serta pengelolaan kelas,(2) dimensi kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi secara luas dan mendalam,(3) dimensi kompetensi kepribadian (personal) yang merupakan kemampuan pribadi yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik, dan (4) dimensi komunikasi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi serta berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali, dan masyarakat sekitar.

  Dalam pelaksanaannya Uji Kompetensi Guru, baru dilaksanakan untuk dua kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi professional. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip- prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest yang berbeda. Sedangkan Kompetensi professional adalah kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi ini tersdiri dari Sub Kompetensi; (1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi; (2) Menguasai struktur dan metode keilmuan (Direktorat Profesi Pendidik, 2007: 77) B.

   Penelitian yang Relevan.