BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Kognitif - BAB II DESY SINTIAWATI PAUD'13

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Kognitif Dalam prespektif pemrosesan informasi, pembelajaran dipandang

  sebagai proses memasukan informasi kedalam memori, mempertahankan, dan kemudian mengungkapkannya kembali untuk tujuan tertentu dikemudian hari. Bagaimana peserta didik menyimpan dan menyebarkan informasi, bagaimana ia mengambil kembali informasi untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas belajar yang komplek, jelas, menuntut adanya ketrampilan kognitif, seperti persepsi, atensi, memori, dan sebagainya.

  Pengertian kognitif menurut Chaplin (dalam Desmita: 2011: 97) menjelaskan bahwa

  “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai”

  Menurut Patmodewo (2008: 27) kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Sejalan dengan hal ini Haditono (2006: 216) kognitif mengandung arti proses berfikir dan proses mengamati yang

  7 menghasilkan, memperoleh, menyimpan, dan memproduksiyang membuat setiap orang mengatur dunia dengan caranya sendiri.

  Pengertian kognitif menurut Sujiono, dkk (2008) adalah proses berpikir yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.Kognitif berhubungan dengan intelegensi. Kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan intelegensi lebih bersifat aktif yang merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang berupa aktivitas atau perilaku. Potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi, (pembuahan) namun terwujud atau tidaknya potensi kognitif tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang diberikan.

  Menurut Dariyo (2011) perkembangan kognitif berhubungan dengan meningkatnya kemampuan berpikir (thinking), memecahkan masalah (problem solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intelligence), bakat (aptitude). Optimalisasi perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh kematangan fisiologis, terutama pada bayi maupun anak-anak, seorang anak akan dapat melakukan koordinasi gerakan tangan, kaki maupun kepala secara sadar, setelah syaraf-syaraf maupun otot-otot bagian organ-organ tersebut sudah berkembang secara memadai, artinya kemampuan kogntif harus di iringi dengan kematangan fisiologis sehingga perkembangan kognitif makin baik dan koordinatif.

  Teori lain mengenai perkembangan kognitif menurut Vygotsky (dalam Solso, 2007: 398-399) dia menolak determinisme biologis yang ketat dan menyatakan bahwa perkembangan didahului oleh proses belajar.

  Pikiran dan bahasa diyakini Vygostsky sebagai dua hal yang tidak saling tergantung,di mana pikiran terbentuk secara biologis,sementara bahasa merupakan bentukan sosial. Integrasi terjadi ketika anak menghubungkan pikiran, bahasa,dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkunganya melalui aktivitas pemberian nama.

  Seiring dengan perkembangan kognitifnya, anak-anak usia sekolah mulai berusaha mengetahui tentang pikirannya sendiri, tentang bagaimana ia belajar dan mengingat situasi-situasi yang dialami setiap hari, mulai menyadari proses-proses kognitifnya dan bagaimana seseorang dapatmeningkatkan penilaian kognitif mereka, serta memilih strategi yang cocok untuk meningkatkan kinerja kognitif mereka.

  Piaget menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun dunia-dunia kognitif mereka sendiri, informasi dari lingkungan tidak begitu saja dituangkan kedalam pikiran-pikiran mereka. Ia menemukan bagaimana anak-anak pada tahapan-tahapan yang berbeda dalam perkembangan mereka memandang dunia ini dan bagaimana perubahan yang sistematis itu terjadi dalam pikiran mereka piaget (dalam Santrock 2007). Anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi.Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk meningkatkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain, oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespon terhadap stimulus yang dating kepada dirinya.

  Jadi dapat disimpulkan kognitif adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi, yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan atau semua proses berpikir yang berkaitan denganbagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, dan memikirkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya serta mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari dunia sekitar.

2. Proses Perkembangan Kognitif

  Teori Piaget (dalam Santrock 2007) mengatakan tentang proses perkembangan kognitif pada anak usia dini. Proses proses perkembangan meliputi skema (aksi atau representasi mental yang mengorganisasikan pengetahuan), asimilasi (konsep piaget mengenai penggabungan informasi baru kedalam pengetahuan yang ada atau skema),

  

akomodasi (konsep piaget mengenai pembentukan skema agar sesuai

  dengan informasi dan pengalaman baru), organisasi (konsep piaget mengenai pengelompokan perilaku terisolasi menjadi sistem kognitif pada tingkat lebih tinggi yang berfungsi lancar pengelompokan atau pengaturan item kedalam kategori), penyeimbangan (mekanisme yang diajukan piaget untuk menjelaskan cara anak berpindah dari satu tahap berpikir ke tahap berikutnya).

3. Tahap Perkembangan Kognitif

  Arah tahapan perkembangan anak menurut Yusuf (2010) yaitu:

  a. Usia 4 sampai 6 minggu bayi dapat menguasai otot ocular motornya

  b. Usia 16 sampai 28 minggu bayi dapat menguasai otot-otot yang menyanggah kepalanya, dan menggerakan tangannya, ia mulai dapat meraih benda-benda.

  c. Usia 28 sampai 40 minggu, ia dapat menguasai badan dan tangannya, ia mulai dapat duduk, menangkap dan mempermainkan benda-benda d. Tahun kedua, anak sudah pandai berjalan, berlari, dapat menggunakan kata-kata dan mengenal identitasnya (seperti namanya) e. Tahun ketiga, anak dapat bicara dengan kalimat dan menggunakan kata-kata sebagai alat berpikir f. Tahun keempat, anak mulai bertanya dan berdiri sendiri g. Tahun kelima, anak telah matang dalam menguasai gerak gerik motoriknya, ia dapat melompat-lompat, bercerita agak lebih panjang, suka bermain berkawan. Empat tahapan perkembangan kognitif dari Piaget (dalam Santrock 2007)

  a. Tahapan sensorimotor berlangsung dari kelahiran sampai kira-kirausia dua tahun. Dalam tahapan ini bayi membentuk pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik motorik oleh karena itu disebut “ sensorimotor “. Pada awal tahapan ini bayi yang abru lahir hanya memiliki pola perilaku reflex. Pada akhir tahapan sensorimotor, anak berusia dua tahun mampu menghasilkan pola-pola sensorimotor yang kompleks dan menggunakan simbol-simbol primitif. Bayi memperoleh pengetahuan tentang dunia dari tindakan- tindakan fisik yang mereka lakukan. Bayi mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensorik dengan tindakan-tindakan fisik.

  Seorang berkembang dari tindakan refleksif, instingtif pada saat kelahiran hingga berkembangnya pemikiran simbolik awal, pada akhir tahapan ini. Sub tahapan perkembangan kognitif sensorimotor menurut Piaget (dalam Papalia, 2010) yaitu 1. Menggunakan reflex (0-1 bulan) mulai menghisap ketika putting payudara ibunya berada dalam mulutnya; 2. Reaksi sirkular primer (1-4 bulan) mampu mengadaptasi isapannya pada putting karet; 3. Reaksi sirkular sekunder (4-8 bulan) mendorong sereal kering dari kursinya dan mengamati tiap keeping yang jatuh ke lantai; 4. Koordinasi skema sekunder (8-12 bulan) merangkak menyebrangi ruangan untuk mendapatkan mainan yang diinginkannya; 5. Reaksi sirkular tersier (12-18 bulan) mereka mencoba aktifitas baru dan menggunakan pemecahan masalah trial and error, misalnya anak mengguncang lonceng yang berbeda untuk mendengarkan suara mereka; 6. Kombinasi mental (18-24 bulan) batita mulai menunjukan pemahaman, mereka dapat menggunakan symbol, seperti gerak tubuh dan kata, dan dapat berpura-pura.

  b. Praoprasional usia 2 tahun hingga 7 tahun anak mulai menggunakan gambaran-gambaran mental untuk memahami dunianya. Pemikiran- pemikiran simbolik, yang direfleksikan dalam penggunaan kata-kata dan gambar-gambar mulai digunakan dalam penggambaran mental, yang melampaui hubungan informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan tetapi, ada beberapa hambatan dalam pemikiran anak pada tahapan ini, seperti egosentrisme dan sentralisasi.

  c. Operasional konkrit usia 7 hingga 11 tahun, anak mampu berpikir logis mengenai kejadian kejadian konkrit, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek menjadi kelas-kelas hierarki (klasifikasi) dan menempatkan objek-objek dalam urutan yang teratur (serialisasi).

  d. Operasional Formal usia 11 tahun hingga masa dewasa, remaja berpikir secara lebih abstrak, idealis, dan logis (hipotesis-deduktif).

  Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget (dalam Patmonodewo 2008: 27) yaitu sensorimotor (0-2 tahun) anak pada usia ini mulai lebih mampu membedakan hal-hal yang diamati, anak-anak belajar melalui indra dan penglihatannya; praoprasional (2-7 tahun) tahap praoprasional adalah fungsi simbolik, anak anak mulai belajar menggunakan pemikirannya, tahapan bantuan kehadiran sesuatu dilingkungannya anak mampu mengingat kembali symbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak tampak secara fisik; kongkret

  praoprasional , formal praoprasiona.

  Tahap perkembangan kognitif menurut piaget (dalam Haditono: 2006) piaget membagi menjadi beberapa stadium diantaranya:

  a. Stadium Sensori-motorik (0-18 atau 24 bulan) anak yang masih bayi menunjukan tindakan tindakan intelegen, dalam tindakan-tindakan intelegen Nampak gerakan-gerakan reflex yang pertama membawa kea rah penguasaan pengetahuan mengenai dunia luar misalnya: bayi mengikuti objek yang bergerak dengan mata sampai objek menghilang, perhatian segera hilang dan memandang sebentar pada tempat objek menghilang

  b. Stadium Pra-oprasional (18 bulan-7 tahun) stadium praoprasional dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi, serta bayangan dalam mental, semua proses ini menunjukan bahwa anak sudah mampu melakukan tingkah laku simbolis;

  Tahap perkembangan kognitif menurut piaget (dalam Desmita 2011: 101) adalah sebagai berikut: a. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun) bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.

  b. Tahap Praoprasional (usia 2-7 tahun) anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar- gambar ini menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik.

  Metode yang digunakan adalah menggunakan metode demonstrasi sementara pengertian dari metode itu sendiri adalah cara menyampaikan/mentrasfer ilmu yang tepat sesuai dengan anak usia TK sehingga menghasilkan pemahaman yang maksimal bagi anak didik.

  Berdasarkan permasalahan yang ditemui pada saat penelitian penulis menggunakan ”metode demostrasi tanaman obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan kognitif”.

  Penggunaan media yang menyentuh aspek kognitif juga harus mampu mengimbangi aspek afeksi, keseimbangan antara perkembangan afektif dan kognitif sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Dan media yang akan peneliti pakai adalah menggunakan media tanaman obat- obatan.

B. Metode Demonstrasi melalui Media Tanaman Obat-obatan di TK 1. Pengertian Metode Demonstrasi

  Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode demonstrasi karena dalam pembelajaran ini peneliti akan memberikan penjelasan pada anak tentang tanaman obat-obatan, dari mulai tekstur, bau, jenis, dan manfaatnya.

  Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009) metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana cara membuatnya?; terdiri dari bahan apa?; bagaimana cara mengaturnya?; bagaimana proses bekerjanya?; bagaimana proses mengerjakannya?. Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang guru atau seorang demonstrator (atau orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses, misalnya demonstrasi proses pembuatan obat tradisional menggunakan tanaman obat-obatan.

  Metode demonstrasi menurut Sanjaya (2010: 152) metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan lisan oleh guru.

  Menurut Moeslichatoen (2004: 7) Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan.Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Sebagaimana dikemukakan bahwa metode ini merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya berfungsi secara memadai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan dalam program kegiatan anak ditaman kanak-kanak guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut, seperti: karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak yang diajar.

  Menurut Moeslichatun (2004: 7) ada beberapa metode pengajaran dimensi perkembangan anak TK yaitu bermain merupakan kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri.Melalui bermain anak mempunyai pembatasan dan memahami kehidupan. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri yang lebih ditekankan pada caranya dari pada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu, karyawisata bagi anak TK karyawisata berarti memperoleh kesempatan untuk mengobservasi, memperoleh informasi atau mengkaji segala sesuatu secara langsung. Karyawisata juga berarti membawa anak TK ke objek-objek tertentu sebagai pengayaan, pengajaran pemberian pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak didalam kelas,

  

bercakap-cakap yaitu saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan

  secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif, bercerita merupakan cara untuk meneruskan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya, demonstrasi berarti menunjukan, mengerjakan, dan menjelaskan. Jadi dalam demonstrasi kita menunjukan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu, proyek adalah suatu metode yang digunakan untuk melatih kemampuan anak memecahkan masalah yang dialami anak dalam kehidupan sehari-hari, pemberian tugas merupakan pekerjaan tertentu yang dengan sengaja harus dikerjakan oleh anak yang mendapat tugas.

  Dan menurut Jeannette (dalam Yus 2011: 168) bila anak belajar dengan cara melakukan akan memberi peluang sebesar 90% berhasil.

  Salah satu metode belajar yang memberi peluang yaitu metode demonstrasi. Dengan metode demonstrasi anak diminta untuk menunjukan apa yang telah diketahuinya.

  Menurut Sudjana (2010: 83) demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.

  Sedangkan menurut Sagala (2011: 210) metode demonstrasi adalah merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode- metode mengajar lainnya. Metode demostrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik, secara nyata atau tiruan.

  Sedangkan menurut (Sujiono: 2008) metode adalah cara-cara yang digunakan guru dalam menyajikan suatu materi pembelajaran atau permainan dengan memperhatikan keseluruhan situasi belajar dan bermain untuk mencapai suatu tujuan. Dan metode demonstrasi menurut Sujiono metode demonstrasi digunakan untuk membangun pengetahuan pada anak, yaitu dengan cara menunjukan atau memperagakan suatu tahapan kejadian, proses dan peristiwa.

  Menurut Bahri dan Zain (2010: 90) metode demonstrasi adalah cara penyajian pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.

  Sedangkan menurut Pupuh dan Sobri (2010) metode demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan tentang suatu cara melakukan sesuatu. Metode demonstrasi ini adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan, urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung, maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan.

  Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang sesuatu, proses, atau benda tertentu dan disertai dengan penjelasan lisan.

2. Kebaikan atau keuntungan metode demonstrasi

  Adapun Kebaikan atau Keuntungan Demonstrasi, Metode demonstrasi mempunyai kelebihan seperti dikemukakan oleh Hasibuan dan Moedjiono (2009):

  a. Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang di anggap penting oleh pengajar sehingga siswa dapat menangkap hal-hal yang penting. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar dan tidak tertuju kepada hal lain.

  b. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru, sebab siswa memperoleh persepsi yang jelas dari hasil pengamatannya.

  c. Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan memperoleh pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan dan ketrampilan

  d. Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa, akan dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi.

  Kelebihan metode demonstrasi menurut Sagala (2011: 211) sebagai berikut: a) Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti, di samping itu perhatian siswa pun dapat lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainnya; b) Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama;

  c) Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek;

  d) Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karna murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya; e) Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan yang banyak; f) Pembelajaran menggunakan metode demonstrasi bebrapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

  Menurut Sanjaya (2010: 150) kelebihan metode demonstrasi sebagai diantaranya melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan, Proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi, Siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan dengan cara mengamati secara langsung.

  Menurut Bahri dan Zain (2010) kelebihan metode demonstrasi diantaranya: dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat), siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, proses pengajaran lebih menarik, siswa dirancang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

  Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dapat pula dimengerti materi yang disajikan.

3. Kelemahan Metode Demonstrasi

  Selain mempunyai kelebihan, metode demonstrasi juga mempunyai kelemahan yang dapat menghambat proses pembelajaran, seperti dikemukakan oleh Sagala (2011: 212) kelemahanya adalah sebagai berikut: derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati secara keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol; untuk mengadakan demonstrasi diperlukan alat-alat yang khusus, kadang kadang alat itu sukar didapat., demonstrasi merupakan metode yang tak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama; tidak semua hal dapat didemonstrasikan didalam kelas; memerlukan banyak waktu sedangkan hasil kadang-kadang sangat minimum; kadang- kadang proses yang dilakukan didalam kelas akan berbeda jikalau proses itu didemonstrasikan didalam situasi nyata atau sebenarnya; agar didemonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Kadang-kadang ketelitian itu diabaikan sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.

  Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009) kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: pertama demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat atau benda yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan jelas oleh siswa. Misalnya alat itu terlalu kecil atau penjelasannya tidak terang; kedua demonstrasi tidak efektif bila tidak diikuti kegiatan yang memungkinkan siswa ikut mencoba, yang merupakan pengalaman yang berharga bagi siswa; ketiga kadang-kadang suatu demonstrasi menjadi kurang bermakna bila tidak dilakukan ditempat yang sebenarnya.

  Kelemahan demonstrasi menurut Sanjaya (2010: 153) sebagai berikut: a) metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi, b) metode demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah, c) demonstrasi memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru yang khusus sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional.

  Kekurangan metode demonstrasi menurut Bahri Dan Zain (2010: 91)adalah:

  1. Metode ini memerlukan ketrampilan guru secara khusus, Karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.

  2. Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik

  3. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

4. Tujuan Metode Demonstrasi

  Setelah melihat kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi selanjutnya adalah tujuan demonstrasi, sesuai dengan definisi metode demonstrasi yaitu memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang sesuatu, proses atau benda tertentu, dan disertai dengan penjelasan lisan, maka tujuan metode demonstrasi, menurut Sagala (2010) tujuan metode demonstrasi adalah untuk memperlihatkan proses terjadinya suatu peristiwa sesuai materi ajar, cara pencapaiannya, dan kemudahan untuk dipahami oleh siswa dalam pengajaran kelas. anak dibimbing dan diarahkan untuk menggunakan mata dan telinganya secara terpadu sebagai hasil dari pengamatan kedua indra itu dapat menambah penguasaan materi pelajaran yang diberikan.

  Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran menurut Pupuh dan Sobry (2010) adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu

5. Media Tanaman Obat-obatan di Taman Kanak-kanak

  Media saat ini tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu mengajar melainkan juga mampu berfungsi sebagai pembawa informasi atau pesan instruksional yang diperlukan anak. Oleh karena itu fungsi guru saat ini lebih mengarah kepada proses memberikan bimbingan kepada anak sebagai indifidu yang belajar.

  Dalam kaitannya dengan pengembangan kognitf anak media apapun yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar ditaman kanak-kanak adalah untuk belajar sambil bermain. Suasana belajar yang penuh tawa dan gerak dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk permainan dan kegiatan-kegiatan kreatif.

  Kegiatan pembelajaran yang hanya dilakukan dikelas dengan media gambar secara terus menerusakan membuat anak sangat merasa bosan dan tidak dapat bereksplorasi dan bereksperimen. Potensi seorang anak akan berkembang melalui pengalaman atau rangsangan yang diterimanya.

  Melalui kegiatan pembelajaran dengan media tanaman obat-obatan anak dapat mengalami sendiri proses belajar yang bertautan dengan alam sekitar yang dapat dilakukan di dalam dan di luar kelas. Anak diberikan kebebasan untuk mengembangkan imajinasinya sendiri secara kreatif. Belajar dengan media tanaman obat-obatan akan tidak terasa menjemukan, sehingga anak dapat menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan pengalamannya tentang tanaman obat-obatan.

  Media menurut Robert (dalam Sanjaya, 2012) media adalah sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerimaan (receiver) informasi.

  Menurut (Arsyad: 2009) kata media berasal dari bahasa latin

  medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟.

  Menurut (Sujiono: 2008) media berasal dari bahasa latin yang artinya “antara”. Pengertian tersebut menggambarkan suatu perantaraan dalam penyampaian informasi dalam suatu sumber kepada penerima.

  Menurut Sanjaya (2012) media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi, contoh video, televisi, computer dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Gerlach dan elly (dalam Arsyad 2009) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap.

  Menurut Bahri dan Zain (2010: 122) Media adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar. Dan gurulah yang mempergunakannya untuk membelajarkan anak didik demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dan menurut Gagne (dalam Sujiono: 2008) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat mendorong anak untuk belajar.

  Tanaman obat yang sering kita jumpai di lingkungan, pasti banyak dari kita yang tidak mengetahui akan manfaat yang terkandung dari tanaman obat tersebut, kita sebagai orang dewasa saja belum mengerti betul akan tanaman obat tersebut, apalagi anak-anak kita yang seharusnya mendapat pengetahuan seperti ini dari guru bahkan orang tua sendiri, kita lebih sering menggunakan cara mudah yaitu membeli obat yang ada di toko obat, disamping praktis, prosesnya pun tidak begitu lama, sehingga banyak dari masyarakat menggunakan obat yang sudah dalam bentuk jadi, padahal tanpa kita sadari tanaman yang berada di lingkungan sekitar kita banyak sekali manfaatnya, seperti tanaman obat betadin, seperti tanaman cocor bebek dan lain-lain, hanya sedikit dari kita untuk mengetahui bentuk tanaman apa saja yang bisa digunakan, maka tujuan saya menggunakan media tanaman obat-obatan adalah agar anak mengerti sejak dini tanaman obat yang ada disekitar kita untuk bisa digunakan jika dibutuhkan, dan ini sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini, agar kognitifnya terasah sejak dini, karena pada masa ini merupakan masa keemasan bagi anak, sehingga mudah untuk memahami dan mengingat tentang penjelasan yang akan peneliti sampaikan, dan yang pasti anak-anak akan mengalami langsung bagaimana cara membuat obat, melihat bentuk, tekstur dan bau dari tanaman obat-obatan, karena peneliti akan menggunakan metode demonstrasi sehingga anak akan mengalami langsung dan berbepan aktif dalam proses pembelajarannya nanti.

6. Langkah-langkah Metode Demonstrasi dengan Media Tanaman Obat-obatan

  Dalam pembelajaran di TK yang sering kita jumpai adalah pembelajaran didalam kelas dengan menggunakan LKA, jadi Peneliti akan mengadakan pembelajaran di dalam kelas dengan metode demonstrasi, Ini dilakukan untuk mengurangi rasa jenuh anak yang selalu belajar di dalam ruangan menggunakan LKA, peneliti berharap pembelajaran ini akan berhasil karena peneliti akan menggunakan konsep belajar seraya bermain, sehingga anak senang, riang dan gembira.

  Adapun beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak seperti permainan “ Tebak Nama “ semua tanaman obat-obatan di letakan diatas meja meliputi tanaman yang berasal dari buah, daun dan umbi, guru mengenalkan dulu macam macam nama serta manfaatnya, kemudian mintalah anak untuk menirukan apa yang diucapkan guru, setelah itu guru menunjuk anak satu persatu untuk menyebutkan nama dan manfaat tanaman obat-obatan, kemudian anak diminta untuk mengambil tanaman yang disukai anak dengan menyebutkan fungsinya. Tujuan dari permainan ini adalah member pengetahuan pada anak tentang macam macam tanaman obat-obatan dan mampu membedakannya.

  Permainan “Bedak Stur” adalah permainan membedakan tekstur dari macam-macam tanaman obat-obatan pertama guru mengenalkan semua tekstur dari tanaman obat obatan mintalah anak untuk melihat lebih dekat dan meraba satu persatu, permainanya anak berbaris membentuk kereta dan satu persatu dari anak mengambil satu dari banyak tanaman obat obatan yang berada dalam satu wadah besar yang dicampur jadi satu mintalah anak untuk meraba satu persatu dari benda yang dipegangnya. Tujuannya supaya anak tidak keliru dalam membedakan tekstur dari masing-masing tanaman obat-obatan.

  Permainan “ Apoteker Kecil “ di dalam permainan ini anak akan menjadi apoteker kecil membuat obat-obatan dari tanaman tradisional, ambil salah satu tanaman obat obatan yang guru perintahkan misalnya tanaman cocor bebek untuk mengobati sakit gigi, mintalah anak untuk mencari satu teman, membentuk 10 kelompok dan satu kelompok berisi dua anak, salah satu anak menjadi apoteker dan anak yang satunya menjadi pasiennya, mintalah anak untuk memeras jeruk nipis sampai keluar airnya ke dalam wadah yang sudah disediakan kemudian guru memberi madu dan anak diminta untuk mengaduknya secara merata dan siap di minum untuk mengobati batuk. Tujuan permainan ini adalah supaya anak mengetahui bagaimana cara pembuatan obat menggunakan tanaman obat-obatan.

  Permainan “ pasang pintar “ ajak anak ke apotik hidup yang berada di dekat sekolah TK, kemudian kenalkan kepada mereka asal mula dari tanaman obat obatan, mintalah anak untuk memasangkan sesuai dengan pasangannya. Tujuannya agar anak mengetahui bentuk tanaman dan hasil nya dengan tepat.

C. Pedoman Penilaian Kemampuan Kognitif

  Penilaian (evaluasi) menurut Tyler (dalam Yus 2011: 39) merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai

  Menurut Departemen agama RI (2004: 50) penilaian merupakan usaha mengumpulkan data dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan- kegiatan pembelajaran.

  Cara pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut: o : untuk anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan

   : untuk anak yang berada pada tahap proses menuju apa yang diharapkan : anak yang perilakunya melebihi dengan yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang direncanakan guru.

  Sedangkan Menurut Depdiknas (2004: 6) cara penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut: o

  : dapat digunakan juga untuk menunjukan bahwa anak melakukan/menyelesaikan tugas selalu dengan bantuan guru

  : dapat digunakan juga untuk menunjukan bahwa anak mampu melakukan atau menyelesaikan tanpa bantuan guru  : artinya kemampuan anak cukup

  Pedoman penilaian dalam penelitian ini menggunakan buku pedoman penilaian menurut Dimyati (2013: 95) pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut:

  1. Anak yang belum berkembang (BB) penilaian dituliskan nama anak dan diberi beri tanda satu bintang

  2. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator RKH mendapatkan tanda dua bintang

  3. Anak yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada indicator dalam RKH mendapatkan tanda tiga bintang

  4. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang Pengembangan metode demonstrasi tanaman obat-obatan di Taman kanak-kanak bertujuan mengembangkan kemampuan kognitif anak dalam membedakan bau, membedakan bentuk, dapat mengelomokan jenis tanaman dari yang umbi atau yang berbuah.Dengan menggunakan metode demonstrasi tanaman obat-obatan anak dapat melakukan kegiatan yang dapat menambah wawasan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan kognitif.

  Menurut Suharsimi (dalam Yus 2011) mengemukakan bahwa sasaran atau objek penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi pusat pengamatan karena penilaian menginginkan informasi tentang sesuatu ini. Dan penilaian aspek perkembangan kognitif meliputi:

  Sains yaitu mengidentifikasi benda dengan berbagai cara yang diketahui

  anak (misalnya menurut warna, bentuk, ukuran), membedakan macam-macam (rasa, bau atau suara), mencari atau menunjuk sebanyak-banyaknya benda, binatang, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ukuran atau menurut cirri-ciri tertentu. Matematika yaitu memasangkan benda-benda yang berkaitan (pairing), mengelompokan berdasarkan warna, bentuk, dan lainnya (matcing)

  Menurut Kemendiknas (2012) yang termasuk pengembangan kognitif bagi taman kanak-kanak antara lain: menyebutkan sedikitnya 12 benda berikut fungsinya, mengelompokan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak, missal : menurut warna, bentuk, ukuran, jenis dan lain-lain, menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda sampai 5 (anak tidak disuruh menulis), mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika; warna dicampur, proses pertumbuhan tanaman (biji-bijian, umbi-umbian, batang- batangan), balon ditiup lalu dilepaskan; benda-benda dimasukan kedalam air (terapung, melayang, tenggelam), benda-benda yang dijatuhkan ( grafitasi ) percobaan dengan maghnet, mengamati dengan kaca pembesar, mencoba dan menbedakan bermacam-macam rasa, baudan suara, mengenal lambing bilangan, mengenal lambang huruf.

  Sedangkan menurut Kemendiknas (2004) yang termasuk pengembangan kognitif bagi Taman Kanak-kanak antara lain: a. menunjuk dan mencari sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman yang mempunyai warna, bentuk, ukuran atau menurut cirri-ciri tertentu; b. memasangkan benda sesuai dengan pasangannya, jenisnya, persamaanya dan lain lain; c. mencoba dan menceritakan tentang macam-macam rasa, bau dan mendengar macam-macam bunyi.

  Dan setelah melihat beberapa panduan indikator dari matrik pada tahun 2004 dan 20012 peneliti menetapkan indikator yang akan digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator Penilaian No Indikator

  (Penilaian Kemampuan Kognitif)

  1. Menyebutkan nama tanaman obat-obatan beserta fungsinya

  2. Membedakan tekstur tanaman obat-obatan

  3. Mengolah tanaman obat-obatan menjadi obat

  4. Memasangkan tanaman obat-obatan dengan hasil yang bisa digunakan sebagai obat dengan tepat

D. Kerangka Pikir

  Pemahaman bahwa anak adalah pembangun yang aktif atas pengetahuan dan perkembanganya. Pembelajaran merupakan hasil atas proses interaktif, maka guru anak usia dini perlu memahami bahwa demonstrasi merupakan konteks pendukung yang sangat tinggi dalam proses perkembangan anak karena pembelajarannya nyata, anak berhubungan langsung dengan benda nya, anak mempraktekan langsung, pembelajarannya pun menyenangkan.

  Peneliti menunjukan pentingnya “demonstrasi” sebagai konteks dari pembelajaran pada anak usia dini, yang dapat memberi sumbangan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini. Melalui tanaman obat-obatan anak lebih tertarik dan semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

  Hal ini dapat meningkatkan kognitif pada anak usia dini, anak akan lebih fokus dalam memperhatikan penjelasan dari guru, aktif dalam kegiatan, dapat mengingat dengan mudah tentang penjelasan guru, dapat menirukan dengan runtut apa yang dilakukan guru. dapat mencium bau dari tanaman obat obatan dengan mata tertutup, dapat menyebutkan nama nama tanaman obat beserta fungsinya, mmbedakan tekstur, mengelompokan tanaman obat dengan hasilnya, bahkan anak bisa membuat obat dari salah satu tanaman obat yang disediakan guru.

  Setelah peneliti melakukan observasi, pada kondisi awal guru belum memaksimalkan penggunaan media dan metode, anak tidak mengetahui macam-macam tanaman obat, kemampuan kognitif anak masih rendah, peneliti melakukan penelitian yang dimulai dengan siklus 1.

  Dalam penelitian yang menggunakan media tanaman obat-obatan, anak terlihat mau mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh peneliti dari awal sampai akhir pembelajaran, anak merasa tertarik dengan penjelasan guru pada saat pembelajaran. Pembelajaran yang diawali pada siklus 1 banyak peningkatan yang terlihat, minat anak meningkat untuk mengikuti prmbelajaran yang diberikan peneliti.

  Pada siklus 1 ini kemampuan kognitif anak meningkat tetapi belum maksimal, anak terlihat senang dengan pembelajaran yang diberikan oleh peneliti yaitu menggunakan metode demonstrasi dengan media tanaman obat- obatan (daun sirih, jeruk nipis, jahe, kunyit, mahkota dewa, lidah buaya), penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan kognitif pada anak. Untuk memudahkan pelaksanaan tindakan kelas maka perlu disusun kerangka pikir yang merupakan landasan penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

  Kondisi Awal

  a. Guru belum memaksimalkan metode dan alat peraga pada saat proses pembelajaran b. Anak tidak mengetahui tentang macam-macam tanaman obat obatan, beserta fungsinya c. Anak belum mampu membedakan tanaman yg satu dengan yang lain dari segi warna, bau, dan tekstur

  d. Anak belum mampu mengelompokan tanaman obat sesuai dengan jenisnya dan memasangkan hasil dengan tanamannya

  e. Anak belum mampu bagaimana cara membuat obat dari tanaman obat Tindakan

  a. Kemampuan kognitif meningkat tapi belum maksimal b. Guru menemukan cara baru dalam mengajar c. Anak sudah mampu membedakan bentuk, bau, nama, dari macam-macam tanaman obat-obatan, cara membuat obat, dan mampu mengelompokan tanaman obat tetapi belum maksimal

  Kondisi awal sudah meningkat

  Siklus 1 Metode kegiatan demonstrasi tanaman obat-obatan 3x pertemuan

  Siklus II Metode kegiatan demonstrasi tanaman obat-obatan

  a. Minat siswa meningkat pada kegiatan pembelajaran demonstrasi tanaman obat-obatan b. Kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran demonstrasi tanaman obat- obatan meningkat dengan maksimal

  Terjadi perbaikan yang optimal dalam kemampuan kognitif dan penelitian berhasil

E. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka pikir diatas, diyakini bahwa melalui metode demonstrasi dengan media tanaman obat-obatan dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B semester genap di TK Pertiwi Jompo Kulon Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2012-2013.