Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dampak Stock Split Terhadap Abnormal Return dan Likuiditas Saham T2 912012021 BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Stock Split
Stock split (pemecahan saham) adalah memecah saham menjadi n lembar saham. Peristiwa stock split
akan membuat jumlah lembar saham meningkat (Mukherji dkk. dalam He&Wang, 2012). Ferris dkk. (1995), menemukan bahwa setelah stock split jumlah perdagangan meningkat dan ukuran perdagangan rata-rata terjadi penurunan.
Pemecahan saham terbagi menjadi dua yaitu, split-up atau forward split dan split down atau reverse split.
Split-up dilakukan perusahaan jika nilai saham terlalu tinggi, sehingga perusahaan menurunkan nilai nominal per lembar saham dan mengakibatkan jumlah saham yang beredar meningkat (Mehta dkk. 2011). Rasio stock split dimulai dari 1:2, 1:3, 1:10, dan seterusnya. Berbeda dengan forward split, reverse split dilakukan perusahaan ketika mengalami depresiasi sebagai cara untuk meningkatkan harga saham melalui penurunan jumlah saham yang beredar (Hwang dkk. 2012). Rasio
reverse stock diantaranya yaitu; 2:1, 3:1, dan 10:1.
Stock split dilakukan oleh perusahaan yang telah memenuhi kondisi untuk melakukan stock split.
(2)
Menurut Copelan (1979), stock split yang dilakukan emiten memerlukan biaya yang harus ditanggung sehingga hanya perusahaan berprospek bagus yang dapat melakukan corporate action tersebut. Kondisi ini merupakan salah satu faktor dimana pasar bereaksi positif terhadap pengumuman stock split.
2.2 Efficient Market Hypothesis
Efficient market hypothesis menegaskan bahwa
harga saham selalu “fully reflect” terhadap semua
informasi yang akurat dan real time (Fama, 1970). Dalam hipotesis ini pasar menyesuaikan dengan cepat informasi yang baru. Hipotesis ini mempunyai keterkaitan antara ketersediaan informasi di pasar modal dan kondisi harga-harga saham di pasar modal.
Dalam pasar efisien kecepatan informasi di pasar berpengaruh terhadap perubahan harga sekuritas. Terkait hal ini Haugen dalam Gumanti&Utami (2002) mengelompokkan informasi ke dalam tiga kelompok yaitu: informasi saham masa lalu, semua informasi publik, dan semua informasi yang ada, termasuk informasi dari orang dalam perusahaan. Masing-masing kelompok informasi tersebut sangat berpengaruh terhadap harga pasar dan mencerminkan tingkat efisiensi suatu pasar.
(3)
Pasar efisien secara keputusan dibagi ke dalam tiga bentuk, yaitu EMH (efficient market hypothesis) bentuk lemah, setengah kuat, dan kuat (Fama 1969). Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah (weak form) jika informasi yang terkandung dalam pergerakan harga masa lalu tercermin dalam harga pasar sekarang. EMH bentuk setengah kuat (semi strong form) jika harga pasar sekarang mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi laporan keuangan perusahaan, sehingga tidak ada keuntungan (abnormal return) yang diperoleh investor. EMH bentuk kuat (strong form) jika harga sekuritas mencerminkan seluruh informasi yang dipublikasikan termasuk informasi privat.
2.3 Trading Range Theory dan SignallingTheory
Trading range theory terjadi karena adanya dorongan keyakinan manajemen perusahaan bahwa terdapat rentang harga yang diinginkan oleh investor dimana saham akan lebih likuid dalam perdagangan (Marchan, 2005). Harga saham yang terlalu tinggi (overpriced) menyebabkan kurang aktifnya saham diperdagangkan sehingga likuiditas saham untuk diperdagangkan menjadi rendah. Menurut Ikenberry dkk. (1996), stock split mengakibatkan penataan kembali harga saham pada rentang harga yang lebih rendah. Dengan demikian, makin banyak pelaku basar
(4)
yang terlibat dalam perdagangan saham. Akibatnya, volume perdagangan saham meningkat (Copelan,1979). Menurut Mehta dkk. (2011) harga optimal merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam perdagangan saham.
Signalling theory berpendapat bahwa splits yang dilakukan perusahaan merupakan pengumuman mengenai kondisi dan kinerja perusahaan di masa depan (He&Wang, 2012). Pernyataan ini diperkuat oleh Aduda (2010), bahwa stock split bertindak sebagai sarana penyampaian informasi kondisi perusahaan (Aduda, 2010). Pengumuman stock split dianggap merupakan signal yang diberikan manajemen terkait prospek perusahaan di masa depan. Adanya signal baik yang akan disampaikan perusahaan terkait pengumuman stock split adalah bahwa stock split
memerlukan biaya, maka perusahaan yang mempunyai prospek bagus yang mampu melakukan stock split
(Copeland, 1979). Biaya stock split menjadi mahal karena stock split meningkatkan biaya administrasi penerbitan saham dan biaya transaksi investor.
2.4 Likuiditas Saham
Menurut Copeland (1979), likuiditas saham merupakan salah satu ukuran dari reaksi pasar terhadap suatu pengumuman. Stock split yang dilakukan banyak perusahaan menunjukkan adanya
(5)
keterkaitan dengan likuiditas perdagangan. Beberapa literatur menunjukkan ada hubungan negatif antara volume perdagangan dan biaya perdagangan. Meningkatnya biaya perdagangan menurunkan profitabilitas perdagangan, sehingga mengarah pada aktivitas yang lambat dalam perdagangan atau memperpanjang hold period untuk meminimalkan biaya perdagangan dari waktu ke waktu (Wang&Yau, 2012). Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada tingkat likuiditas suatu saham.
Pengukuran likuiditas saham dalam penelitian ini menggunakan trading volume activity (TVA) yang dikemukakan oleh Beaver (1968). TVA merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi volume perdagangan saham suatu perusahaan di pasar modal. Besarnya TVA dapat diperoleh dengan membagi jumlah saham yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu (Ferris dkk.1995).
2.5 Abnormal Return Saham
Abnormal return merupakan selisih antara return
sesungguhnya dengan return ekspektasi. Abnormal return terjadi karena adanya suatu peristiwa tertentu (Sutrisno dkk. 2000). Misalnya, mencangkup marger, tuntutan hukum, peningkatan suku bunga, stock split,
(6)
pengumuman deviden, pengumuman perusahaan produktif, dan pengumuman lainnya yang dapat berkontribusi ke abnormal return. Selisih return positif terjadi jika return yang didapatkan lebih besar dari pada return yang diharapkan. Sedangkan return akan negatif jika, return yang didapat lebih kecil daripada
return yang diharapkan. Return merupakan motivasi bagi investor dalam investasi. Return yang diharapkan memungkinkan investor memutuskan pilihan alternatif investasinya. Abnormal return positif disekitar pengumuman stock split ditemukan dalam penelitian Ikenberry dkk. (1996), Rudnicki (2012), dan Pooja (2013).
2.6 Penelitian Terdahulu
Ringkasan penelitian terkait peristiwa stock split
disajikan pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1Penelitian Terdahulu Terhadap Stock Split
No Peneliti Judul
Variabel dan Model Analisis
Hasil
1. Thomas E. Copeland (1979)
Liquidity Changes
Following Stock Splits
Volume perdagangan,
bid-ask spreads.
The finite
time-series model
(FTSM).
Volume perdagangan menurun sesudah stock split. Bid-ask spreads meningkat sesudah splits.
(7)
No Peneliti Judul
Variabel dan Model Analisis
Hasil
2. Josiah Omollo Aduda & C. Caroline (2010) Market Reaction to Stock Splits
Trading activity ratio, abnormal return, volume perdagangan.
Event study.
Abnormal Return positif disekitar pengumuman
stock split. Volume perdagangan meningkat setelah stock split.. 3. Sunil
Mohanty & Doocheol Moon (2007) Disentangling the signalling and liquidity effects of stock splits Abnormal retrun, Trading volume activity.
Event study.
Abnormal Return tidak signifikan. Rata-rata volume perdagangan bulanan meningkat setelah stock split. Signaling hipothesis
tidak terbukti.
Liquidity hipothesis
terbukti. 4. Utami
et,.al (2009) Dampak Pengumuman Stock Split Terhadap Return, Variabilitas Tingkat Keuntungan, dan Aktivitas Volume perdagangan Saham Return, abnormal return, security return
variability, trading volume activity. Event study.
Periode diperpanjang (10 hari) dan periode
diperpendak (3 hari)
menunjukkan bahwa stock split tidak berpengaruh signifikan terhadap return
saham
abnormal return, dan juga CAAR, SRV, dan TVA pada periode sebelum-sesudah.
(8)
No Peneliti Judul
Variabel dan Model Analisis
Hasil
5. Selamet Lestari dan Eko Sudaryon o (2008) Pengaruh Stock Split: Analisis Likuiditas Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia Dengan Memperhatikan Pertumbuhan Dan Ukuran Perusahaan. Trading volume activity. Variabel kontrol karakteristik perusahaan, yaitu pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.
Event Study.
TVA tidak berubah secara signifikan pada periode sebelum-sesudah stock split pada perusahaan tidak bertumbuh, sedang dan kecil. Namun, TVA berpengaruh signifikan terhadap perusahaan bertumbuh. Sumber: berbagai jurnal, diolah 2014
2.7 Pengembangan Hipotesis
2.7.1 Pengumuman Stock Split dan Abnormal Return
Abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya (actual return) dan tingkat keuntungan yang akan diterima (expected return) (Sutrisno dkk. 2000). Dalam signalling theory, abnormal return dapat terjadi disekitar tanggal pengumuman
stock split (Bajra, 2012). Stock split menyebabkan harga per lembar saham menjadi lebih rendah dan terjangkau oleh lebih banyak investor sehingga diharapkan tingkat likuiditas saham tersebut meningkat. Meningkatnya likuiditas saham dapat menyebabkan fluktuasi harga
(9)
saham tersebut lebih tinggi sehingga diharapkan diiringi dengan return saham yang akan diterima oleh investor. Dalam efficient market hypothesis, harga saham mencerminkan informasi saat ini dan akurat (Fama, 1970). Dengan demikian pengumuman stock split yang mengandung informasi saat ini akan mempengaruhi reaksi pasar yang dapat dilihat dari
abnormal return yang diperoleh investor.
Ha1: Terdapat perbedaan abnormal return yang
signifikan sebelum pengumuman stock split
dan sesudah pengumuman stock split.
2.7.2 Pengumuman Stock Split dan Likuiditas Saham
Meningkatnya likuiditas saham merupakan salah satu motivasi perusahaan dalam melakukan stock split. Harga optimal yang ditawarkan sesudah stock split
diharapkan dapat mempengaruhi tingkat perdagangan saham dan terjangkau oleh lebih banyak investor. Stock split menawarkan harga per lembar saham dalam kisaran harga optimal sehingga dianggap memiliki biaya broker lebih rendah dari persentase nilai yang diperdagangkan sehingga saham terlihat lebih likuid (Copeland, 1979). Likuiditas saham memegang peranan penting dalam pergerakan harga saham. Tingkat likuiditas saham dapat dilihat dari berbagai elemen, salah satunya dapat dilihat dari tingkat transaksi per
(10)
hari suatu saham, jika frekuensi saham per hari lebih besar dari 97 kali maka saham tersebut likuid (Wira, 2012). Saham yang likuid ditentukan juga oleh banyaknya permintaan dan penawaran, semakin likuid suatu saham menandakan tingkat transaksi saham tersebut meningkat. Likuiditas suatu saham berpengaruh dalam pengambilan keputusan perusahaan untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Ha2 : Terdapat perbedaan likuiditas saham secara
signifikan sebelum pengumuman stock split
(1)
keterkaitan dengan likuiditas perdagangan. Beberapa literatur menunjukkan ada hubungan negatif antara
volume perdagangan dan biaya perdagangan.
Meningkatnya biaya perdagangan menurunkan
profitabilitas perdagangan, sehingga mengarah pada aktivitas yang lambat dalam perdagangan atau memperpanjang hold period untuk meminimalkan biaya perdagangan dari waktu ke waktu (Wang&Yau, 2012). Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada tingkat likuiditas suatu saham.
Pengukuran likuiditas saham dalam penelitian ini menggunakan trading volume activity (TVA) yang dikemukakan oleh Beaver (1968). TVA merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi volume perdagangan saham suatu perusahaan di pasar modal. Besarnya TVA dapat diperoleh dengan membagi jumlah saham yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu (Ferris dkk.1995).
2.5 Abnormal Return Saham
Abnormal return merupakan selisih antara return
sesungguhnya dengan return ekspektasi. Abnormal return terjadi karena adanya suatu peristiwa tertentu (Sutrisno dkk. 2000). Misalnya, mencangkup marger, tuntutan hukum, peningkatan suku bunga, stock split,
(2)
pengumuman deviden, pengumuman perusahaan produktif, dan pengumuman lainnya yang dapat berkontribusi ke abnormal return. Selisih return positif terjadi jika return yang didapatkan lebih besar dari pada return yang diharapkan. Sedangkan return akan negatif jika, return yang didapat lebih kecil daripada
return yang diharapkan. Return merupakan motivasi bagi investor dalam investasi. Return yang diharapkan memungkinkan investor memutuskan pilihan alternatif investasinya. Abnormal return positif disekitar pengumuman stock split ditemukan dalam penelitian Ikenberry dkk. (1996), Rudnicki (2012), dan Pooja (2013).
2.6 Penelitian Terdahulu
Ringkasan penelitian terkait peristiwa stock split
disajikan pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1Penelitian Terdahulu Terhadap Stock Split
No Peneliti Judul
Variabel dan Model Analisis
Hasil
1. Thomas
E. Copeland (1979)
Liquidity Changes
Following Stock Splits
Volume perdagangan, bid-ask spreads. The finite time-series model (FTSM).
Volume perdagangan menurun sesudah stock split. Bid-ask spreads meningkat sesudah splits.
(3)
No Peneliti Judul
Variabel dan Model Analisis
Hasil 2. Josiah
Omollo Aduda & C. Caroline (2010) Market Reaction to Stock Splits
Trading activity ratio, abnormal return, volume perdagangan. Event study.
Abnormal Return positif disekitar pengumuman stock split. Volume perdagangan meningkat setelah stock split.. 3. Sunil
Mohanty & Doocheol Moon (2007) Disentangling the signalling and liquidity effects of stock splits Abnormal retrun, Trading volume activity. Event study.
Abnormal Return tidak signifikan. Rata-rata volume perdagangan bulanan meningkat setelah stock split. Signaling hipothesis tidak terbukti. Liquidity hipothesis terbukti. 4. Utami
et,.al (2009) Dampak Pengumuman Stock Split Terhadap Return, Variabilitas Tingkat Keuntungan, dan Aktivitas Volume perdagangan Saham Return, abnormal return, security return
variability, trading volume activity. Event study.
Periode diperpanjang (10 hari) dan periode
diperpendak (3 hari)
menunjukkan bahwa stock split tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham
abnormal return, dan juga CAAR, SRV, dan TVA pada periode sebelum-sesudah.
(4)
No Peneliti Judul
Variabel dan Model Analisis
Hasil
5. Selamet Lestari dan Eko Sudaryon o (2008)
Pengaruh Stock Split: Analisis Likuiditas Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia Dengan
Memperhatikan Pertumbuhan Dan Ukuran Perusahaan.
Trading volume activity. Variabel kontrol karakteristik perusahaan, yaitu
pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan. Event Study.
TVA tidak berubah secara
signifikan pada periode
sebelum-sesudah stock split pada perusahaan tidak bertumbuh, sedang dan kecil. Namun, TVA
berpengaruh signifikan terhadap perusahaan bertumbuh.
Sumber: berbagai jurnal, diolah 2014
2.7 Pengembangan Hipotesis
2.7.1 Pengumuman Stock Split dan Abnormal
Return
Abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya (actual return) dan tingkat keuntungan yang akan diterima (expected return) (Sutrisno dkk. 2000). Dalam signalling theory, abnormal return dapat terjadi disekitar tanggal pengumuman
stock split (Bajra, 2012). Stock split menyebabkan harga per lembar saham menjadi lebih rendah dan terjangkau oleh lebih banyak investor sehingga diharapkan tingkat likuiditas saham tersebut meningkat. Meningkatnya likuiditas saham dapat menyebabkan fluktuasi harga
(5)
saham tersebut lebih tinggi sehingga diharapkan diiringi dengan return saham yang akan diterima oleh investor. Dalam efficient market hypothesis, harga saham mencerminkan informasi saat ini dan akurat (Fama, 1970). Dengan demikian pengumuman stock split yang mengandung informasi saat ini akan mempengaruhi reaksi pasar yang dapat dilihat dari
abnormal return yang diperoleh investor.
Ha1: Terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum pengumuman stock split
dan sesudah pengumuman stock split.
2.7.2 Pengumuman Stock Split dan Likuiditas Saham
Meningkatnya likuiditas saham merupakan salah satu motivasi perusahaan dalam melakukan stock split. Harga optimal yang ditawarkan sesudah stock split
diharapkan dapat mempengaruhi tingkat perdagangan saham dan terjangkau oleh lebih banyak investor. Stock split menawarkan harga per lembar saham dalam kisaran harga optimal sehingga dianggap memiliki biaya broker lebih rendah dari persentase nilai yang diperdagangkan sehingga saham terlihat lebih likuid (Copeland, 1979). Likuiditas saham memegang peranan penting dalam pergerakan harga saham. Tingkat likuiditas saham dapat dilihat dari berbagai elemen, salah satunya dapat dilihat dari tingkat transaksi per
(6)
hari suatu saham, jika frekuensi saham per hari lebih besar dari 97 kali maka saham tersebut likuid (Wira, 2012). Saham yang likuid ditentukan juga oleh banyaknya permintaan dan penawaran, semakin likuid suatu saham menandakan tingkat transaksi saham tersebut meningkat. Likuiditas suatu saham
berpengaruh dalam pengambilan keputusan
perusahaan untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Ha2 : Terdapat perbedaan likuiditas saham secara signifikan sebelum pengumuman stock split