Penyelidikan Gaya Berat dan Geomagnet Daerah Panas Bumi Makula, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan

(1)

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAN GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI MAKULA, KABUPATEN TANA TORAJA, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Oleh

1)

Dendi Surya Kusuma, 2) Timor Situmorang, 3)Alanda Idral, 4)Liliek

Sari

Mata air panas (MAP) Makula berlokasi pada daerah anomali magnit rendah, < -200 nT. Kondisi tersebut mengindikasikan telah terjadi proses demagnetisasi (ubahan?) akibat proses panas dibawah permukaan (proses hidrotermal). Zona anomali magnit tinggi yang berbentuk lensa-lensa besar tampak di sekitar daerah Ropo, diperkirakan berkaitan dengan kubah andesit yang belum terlapukkan. Struktur sesar yang diperkirakan mengontrol kenampakan mata air panas Makula kepermukaan adalah sesar Makula. yang berarah timurlaut-barat daya.

Pola lineasi anomali Bouguer memperlihatkan arah umum baratlaut – tenggara, serta di beberapa tempat seperti di sekitar daerah Ropo, Sibunuan,Landopio, dan di sekitar daerah Tongkanan terjadi pembelokan dan pengkutuban anomali tinggi. Peta ini memperlihatkan kecenderungan pola regional berarah baratlaut-tenggara dengan nilai anomali yang meninggi ke arah tenggara. Beberapa kelurusan yang nampak terutama di bagian tengah yaitu sekitar Wala, Malimangun di bagian selatan, Pasang dan Eranbatu di bagian baratlaut dan sekitar Totumba di bagian timurlaut, mempertegas keberadaan struktur-struktur berarah baratlaut-tenggara dan baratdaya - timurlaut, yang secara geologi dapat dikenali di permukaan dan merupakan struktur-struktur yang muncul di daerah ini. Permukaan anomali regional cenderung berarah hampir baratlaut-tenggara dengan nilai meninggi dari baratlaut ke tenggara, sedangkan arah baratdaya – timurlaut memperlihatkan nilai yang rendah dan diperkirakan adanya struktur sinklin (?) di daerah ini.

1. Pendahuluan

Secara administratif daerah panas bumi Makula, termasuk ke dalam wilayah Desa Makula, Kecamatan Sangala, Kabupaten Tana Toraja, Propinsi Sulawesi Selatan. Penyelidikan di daerah ini menggunakan peta dasar skala 1: 50.000 edisi I tahun 1991, yaitu Peta Rupa Bumi Indonesia (Bakosurtanal), lembar peta Sulawesi Selatan, lembar-lembar peta tersebut masuk dalam zone 51 N di wilayah Propinsi Sulawesi Selatan, pulau Sulawesi. Daerah penyelidikan dibatasi oleh koordinat UTM antara 817.000 mE – 831.000 mE dan 9.650.000 mN – 9.664.000 mN dengan posisi geografis antara 3º2’48” - 3º11’3.22” LS dan 119º47’47” - 119º55’55” BT. Manifestasi panas bumi pada umumnya berupa

beberapa kelompok mata air panas dan rembesan air panas yang menempati daerah seluas 2 Km². Manifestasi ini berada pada elevasi 865 meter dari permukaan air laut.

Gambar 1.1: Peta indeks lokasi daerah Panas bumi Makula.


(2)

2 Metode Gaya Berat 2.1 Anomali Bouguer

Nilai anomali Bouguer yang diperlihatkan berkisar antara 8 mgal sampai 36 mgal, dimana pola anomalinya memiliki suatu rentang anomali Bouguer dan gradien anomali yang relatief besar. Gambar 2.1 memperlihatkan peta anomali Bouguer daerah panas bumi Makula untuk densitas

2.60 gr/cm3. Pola lineasi anomali Bouguer

memperlihatkan arah umum baratlaut – tenggara, serta di beberapa tempat seperti di bagian tengah, utara, baratlaut, timurlaut dan selatan terjadi pembelokan dan pengkutuban anomali rendah dan tinggi. Peta ini memperlihatkan kecenderungan pola regional berarah baratlaut-tenggara dengan nilai gayaberat yang meninggi ke arah tenggara. Arah pola regional ini sesuai dengan arah struktur geologi yang membentang dari barat laut ke tenggara. Beberapa kelurusan dengan pola yang kuat dan tegas, terutama di bagian baratlaut, selatan, tengah, tenggara, timurlaut dan utara daerah penyelidikan, mempertegas keberadaan struktur-struktur berarah baratlaut-tenggara dan baratdaya - timurlaut, yang secara geologi dapat dikenali di permukaan dan merupakan struktur-struktur tua di daerah ini. Gradien kontur anomali memberikan kontras anomali yang cukup jelas. Harga anomali Bouguer dapat dikelompokkan manjadi 4 (empat) yaitu:

1). Nilai > 32 mgal dikelompokkan sebagai anomali tinggi dan terdapat dibagian baratlaut, tenggara dan timurlaut. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang didominasi oleh batuan andesit yang umumnya masih segar.

2). Nilai 24 sampai dengan 30 mgal dikelompokkan sebagai anomali sedang cenderung ke anomali tinggi dan terdapat dibagian baratlaut, tenggara, selatan dan timurlaut daerah penyelidikan. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang didominasi oleh batuan yang telah

mengalami pelapukan sedang, batuan sedimen dan/atau batuan gamping.

3) Nilai 16 s/d 22 mgal dikelompokkan sebagai anomali sedang cenderung ke anomali rendah dan terdapat dibagian tengah, barat, selatan, timur dan utara daerah penyelidikan. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang didominasi oleh batuan yang telah mengalami pelapukan sedang sampai tinggi dan/atau batuan sedimen.

4) Nilai < 14 mgal dikelompokkan sebagai anomali rendah dan terdapat dibagian tengah, selatan dan utara daerah penyelidikan. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang didominasi oleh batuan yang telah mengalami pelapukan tinggi dan/atau batuan sedimen dan aluvial.

2.2 Anomali Regional

Gambar 2.2 memperlihatkan peta anomali regional orde-2 daerah penyelidikan

Makula untuk densitas 2.60 gr/cm3. Nilai

anomali regional ini dikelompokkan menjadi empat anomali yaitu anomali paling rendah mempunyai nilai dari 17 mgal sampai 20 mgal, anomali rendah mulai dari 21 mgal sampai 24 mgal, anomali sedang mulai dari 25 mgal sampai 28 mgal, dan anomali tinggi >29 mgal. Dari permukaan anomali regional ini cenderung berarah baratlaut-tenggara dengan nilai meninggi dari baratlaut ke arah tenggara. Nilai yang meninggi ke arah tenggara ini mungkin disebabkan oleh karena daerah di bagian baratlaut, tengah, dan sampai ke tenggara daerah penyelidikan dominan diisi oleh batuan vulkanik tua yang kompak dan lebih masif dibandingkan dengan daerah tengah ke baratdaya yang diisi oleh batuan sedimen yang paling rendah densitasnya. Daerah manifestasi panas bumi pada umumnya ditempati oleh anomali rendah dan anomali sedang.

Pada peta anomali Regional ini dapat dilihat bahwa terjadi penekukan anomali


(3)

dibagian baratdaya menuju timurlaut, hal ini diperkirakan adanya struktur sinklin (?) yang terjadi di sekitar daerah tersebut.

2.3 Anomali Sisa

Peta anomali Sisa ini diperlihatkan

dengan koreksi densitas 2.60 gram/cm3,

yang ditampilkan pada gambar 2.3. Peta anomali Sisa ini memperlihatkan pola lineasi kontur yang dominan berarah baratlaut –tenggara dan baratdaya - timurlaut, selain itu juga memperlihatkan pengkutuban anomali positif dan anomali negatif dengan kerapatan serta pembelokan kontur yang tajam. Kondisi demikian mengindikasi-kan adanya struktur-struktur sesar yang dominan berarah hampir barat–timur, baratdaya– timurlaut, dan baratlaut-tenggara searah dengan struktur utama daerah ini. Peta ini memperlihatkan pola struktur yang agak kompleks, namun pola anomali ini relatif memiliki persamaan dengan pola anomali Bouguernya, hal ini diperkirakan karena pola anomali Bouguer di daerah penyelidikan secara dominan diakibatkan oleh struktur dalam dan juga struktur yang relatif muda. Zona anomali rendah yang terletak di sebelah tengah, barat dan utara semakin terisolasi, begitu pula yang berada di ujung sebelah selatan daerah penyelidikan. Anomali rendah ini menunjukkan kesamaannya dengan anomali Bouguer, hal ini mengisyaratkan kondisi struktur lokal searah dengan struktur dalamnya. Nilai anomali Sisa ini dapat dikelompokkan manjadi 5 bagian yaitu:

1 Nilai lebih kecil dari -8 mgal dikelompokkan sebagai anomali rendah. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang didominasi oleh batuan yang telah mengalami pelapukan tinggi dan/atau batuan sedimen dan aluvial.

2. Nilai dari -8 mgal sampai dengan -3 mgal dikelompokkan sebagai anomali sedang cerderung rendah yang mana terdapat dibagian baratdaya, tengah, dan

timurlaut daerah penyelidikan. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang didominasi oleh batuan yang telah mengalami pelapukan tinggi atau sedang, atau batuan sedimen dan aluvial.

3. Nilai dari -3 sampai dengan 2 mgal dikelompokkan sebagai anomali sedang, yang mana terdapat dibagian tengah daerah penyelidikan, dan masih membuka lebar ke arah baratdaya dan timurlaut. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang masih didominasi oleh batuan sedimen dan aluvial, atau batuan beku yang telah mengalami pelapukan. 4. Nilai dari 2 sampai dengan 6 mgal dikelompokkan sebagai anomali sedang cenderung tinggi, yang mana terdapat dibagian baratlaut dan tenggara daerah penyelidikan. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang didominasi oleh batuan sedimen/metasedimen, atau batuan beku yang telah mengalami pelapukan seperti andesit.

5. Nilai lebih besar dari 6 mgal dikelompokkan sebagai anomali tinggi, yang mana terdapat dibagian baratlaut dan tenggara daerah penyelidikan. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang didominasi oleh batuan metasedimen/ metamorf, batuan beku yang kompak dan masih fresh (andesit?), atau batuan intrusi (?).

Beberapa struktur yang muncul dari peta anomali sisa ini digambarkan lebih mempertegas lagi keberadaan kelurusan-kelurusan yang merupakan sistem sesar Palu-Koro dan dikenali dari anomali Bouguer. Kelurusan-kelurusan baratlaut-tenggara yang secara umum berada di bagian tengah daerah penyelidikan dimana manifestasi panas bumi Makula berada didominasi oleh anomali rendah dan sedang. Anomali residual orde-2, yang merupakan hasil ekstraksi anomali Bouguer dengan bidang polimomial orde-2, lebih mempertegas lagi keberadaan kelurusan-kelurusan tadi. Kelurusan yang diperlihatkan pada anomali Sisa yang berada di bagian tengah, selatan, dan utara


(4)

mempunyai arah yang sama dengan yang diperlihatkan oleh anomali Bouguer dengan demikian menunjukkan bahwa struktur lokal searah dengan struktur dalamnya. Sedangkan di bagian barat daerah penyelidikan antara anomali Sisa dan anomali Bouguer tidak memperlihatkan kesamaannya, hal ini menunjukkan bahwa struktur yang diperlihatkan pada anomali Sisa ini diperkirakan merupakan struktur lokal/ dangkal. Kelurusan-kelurusan gaya berat berarah baratdaya - timurlaut dan baratlaut - tenggara yang secara tegas terlihat di bagian utara daerah penyelidikan tidak dapat dikenali dari geologi permukaan mungkin karena tingkat erosi yang kuat.

2.4 Model – 2 D Gayaberat

Model 2 Dimensi gayaberat dibuat melalui penampang A-B (gambar 2.4), yang terletak di bagian tengah daerah penyelidikan, berarah baratlaut – tenggara. Untuk melihat struktur densitas bawah permukaan area panas bumi Makula yang dibuat dengan densiti basement 2.60

gram/cm3 dan arah penampang baratlaut –

tenggara dengan panjang penampang kurang lebih 8 kilometer. Di ujung baratlaut diisi oleh bodi yang mempunyai

densitas 2.70 gram/cm3, dengan

kedalaman sekitar 1700 meter diperkirakan batuan lava andesit dan disampingnya diisi oleh bodi dengan

densitas 2.42 gram/cm3 diperkirakan

batuan gamping dan/atau batuan sedimen merupakan zona lemah yang terkena struktur. Setelah itu ditempati oleh bodi

dengan densitas 2.65 gram/cm3 dengan

kedalaman 2200 meter dan diperkirakan batuan lava andesit. Dari ketiga bodi tersebut diatas diperkirakan telah mengalami suatu zona patahan dan diperkirakan merupakan sesar turun. Setelah ketiga bodi diatas dilanjutkan oleh bodi dengan densitas yang hampir sama

yaitu 2.65 gram/cm3 dengan kedalaman

sekitar 1250 meter diperkirakan batuan

lava andesit. Di bagian lainnya pada penampang ini muncul bodi dengan

densitas 2.58 gram/cm3 dengan kedalaman

sekitar 2100 meter dan merupakan batuan lava andesit. Dilanjutkan dengan bodi yang terletak paling tenggara dan mempunyai densitas paling tinggi yaitu

2.76 gram/cm3 dan diperkirakan batuan

lava andesit dengan kedalaman sekitar 2150 meter. Dari kedua bodi tersebut diperkirakan terjadi struktur sesar dan merupakan sesar naik. Pada bagian bawah umumnya ditempati oleh bodi dengan

densiti 2.60 gram/cm3 dan merupakan

densitas basement. Dari model ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa zona lemah yang muncul dan diperkirakan telah terjadi struktur sesar, terutama di daerah manifestasi air panas Makula.

3. Metode Geomagnet

Hasil penyelidikan magnit ditampilkan berupa kerentanan magnit batuan, penampang anomali magnit dan peta anomali sisa magnit total .

3.1 Kerentanan Magnetik Batuan

Pengukuran suseptibilitas (kerentanan, K) magnetik batuan pada 13 contoh batuan yang representatif (tabel 1), berkisar

antara 0.0 sampai 1.6 x 10-6 cgs, yang

merupakan nilai rata-rata pembacaan. Nilai terendah terdapat pada batuan sedimen (gamping dan serpih), dan nilai tertinggi terdapat pada batuan andesit. Batuan yang memberikan nilai kerentanan magnit < 0.1 menandakan batuan tsb bersifat non magnetik sedangkan batuan yang masih segar bersifat magnetis seperti lava andesit mempunyai nilai K yang relatif tinggi, > 0. 1,( bila dibandingkan dengan batuan lain yang ada didaerah penyelidikan).

3.2 Peta Anomali Sisa Magnet Total

Anomali sisa magnet total (gambar 3.1), didaerah penyelidikan dikelompokkan menjadi 3 kelompok anomali, yakni :


(5)

Kelompok anomali rendah (negatif) dengan besaran lebih kecil dari minus 200 nT

Kelompok anomali sedang dengan nilai berkisar antara 200 s/d - 200 nT

Kelompok anomali tinggi (positif) dengan besaran > + 200 nT.

Kelompok anomali sisa magnit total rendah penyebarannya berbentuk lensa-lensa tersebar di bagian tengah daerah penyelidikan dari utara timurlaut sampai selatan baratdaya (gambar 3.1).

Kelompok anomali magnit sedang tampak mendominasi sebagian besar daerah penyelidikan, tersebar dari utara sampai selatan.

Kelompok anomali magnit tinggi yang juga berupa lensa-lensa, tersebar berdampingan dengan anomali negatif seperti disebutkan diatas yakni dibagian tengah daerah penyelidikan dari utara- timurlaut sampai selatan-baratdaya.

3.3 Penampang Anomali Magnet

Secara umum penampang anomali magnit A sampai G (gambar 3.2) memperlihatkan pola anomali yang bergerigi tajam seperti gergaji dibagian tengah lintasan (antara titik amat 2000-5000) yang diselingi dengan perselingan antara anomali positif dan negatif. Sedangkan pada kedua ujung lintasan pola anomali memeprlihatkan pola bergelombang landai/lemah yang didominasi oleh anomali rendah (negatif). Rentang anomali positif didaerah ini berkisar antara 13 s/d 817 nT, sedangkan rentang anomali negatif bervariasi antara

– 1 s/d – 725 nT. Kontras anomali positf

dan negatif yang terjadi pada beberapa titik amat di daerah ini berkisar antara > 200 - >1000 nT mengindikasikan disekitar titik amat tsb terdapat struktur geologi seperti kontak geologi ataupun sesar.

4. Pembahasan

Anomali magnit rendah yang tampak pada lokasi-lokasi seperti telah disebutkan dan berkaitan dengan batuan yang bersifat non

magnetik seperti sedimen (gamping, serpih, batupasir) atau batuan yang terubahkan? oleh proses demagnetisasi akibat larutan panas hidrotermal. Kondisi ini juga didukung oleh hasil pengukuran nilai K pada beberapa contoh batuan sedimen tsb diatas, dengan nilai yang relatif rendah, berkisar antara 0.0 - 0.1 x 10-6 cgs.

Anomali magnit sedang mendominasi sebagian besar daerah penyelidikan diperkirakan berkaitan dengan batuan yang relatif bersifat sedikit magnetis seperti breksi vuklkanik, batuan sedimen, dan ataupun batuan andesit yang terlapukkan, yang merupakan batuan transisi dari asam ke basa yang nilai kerentanan magnitnya relatif lebih besar dari batuan sedimen, vulkanik ataupun alluvial. Hasil pengukuran kerentanan magnit terhadap andesit tsb diatas relatif

lebih tinggi nilainya (0.0 – 0.2 x 10-6 cgs)

Anomali magnit tinggi yang berupa lensa-lensa, diperkirakan berkaitan dengan batuan transisi lava andesit seperti disebutkan diatas, akan tetapi dengan tingkat pelapukan rendah atau belum terlapukkan/segar yang mengandung mineral-mineral gelap/mafik. Hasil pengukuran kerentanan magnit terhadap batuan andesit segar tsb berkisar antara

0.1 – 0.3 x 10-6 cgs).relatif lebih tinggi

dari batuan lainnya. Pada umumnya penampang anomali magnit di bagian baratlaut memperlihatkan pola anomali yang bergerigi tajam seperti gergaji dengan nilai positif. Di bagian tenggara pola anomali memperlihatkan pola bergelombang lemah dengan besaran negatif. Anomali positif yang terdapat di bagian baratlaut lintasan mengindikasikan dibawah permukaan terdapat batuan yang bersifat magnetis dan ditafsirkan merupakan batuan andesit. Anomali negatif di tenggara merefleksikan dibawah permukaan terdapat batuan sedimen yang umumnya bersifat non magnetik sehingga memberikan nilai anomali rendah atau negatif. Kondisi tsb diatas juga didukung


(6)

oleh data geologi permukaan yang memperlihatkan batuan andesit terdapat dibaratlaut bagian tengah, sedangkan di tenggara didominasi oleh batuan sedimen seperti gamping, serpih batupasir dan breksi andesit. Anomali positif yang tampak disekitar titik amat 2000-3000 dengan nilai > 200 nT disekitar Kaero pada lintasan D-E-F mengindikasikan adanya kubah andesit disekitar lintasan tsb diatas, keberadaan kubah tsb juga didukung oleh kenampakan geologi dilapangan. Perselingan anomali positif dan negatif pada lintasan B,C dan G mengindikasikan pada lintasan tsb terdapat struktur sesar ataupun kontak litologi dari batuan yang berbeda disekitar lintasan tsb. Walaupun secara umum anomali sisa magnet total tidak memperlihatkan pola kelurusan anomali yang jelas, melainkan memperlihatkan pola-pola pengkutuban (positif dan negatif ), akan tetapi pola pengkutuban tsb cenderung berarah timurlaut – baratdaya. Selain pengkutuban, anomali juga memperlihatkan pola pembelokan anomali dan kerapatan kontur yang tajam. Kondisi demikian mengindikasikan adanya struktur sesar/kontak litologi dari batuan yang berbeda disekitar pola-pola anomali seperti telah disebutkan diatas, sehingga menyebabkan struktur didaerah penyelidkan cukup komplek.

Struktur sesar/kelurusan magnit (gambar 4) yang teridentifikasi dari penampang maupun peta anomali sisa magnit total adalah sbb:

Sesar yang berarah timurlaut-baratdaya teridentifikasi sebanyak lima (5) sesar (gambar- 3,dan 4), tiga diantaranya berlokasi di utara baratlaut dan dua lainnya terdapat di selatan tenggara daerah penyelidikan. Dari kelima sesar tsb terdapat satu sesar yang berlokasi memotong mata air panas Makula (selanjutnya disebut sesar Makula). Sesar Makula tsb diperkirakan mengontrol kenampakan manifestasi panas bumi Makula kepermukaan

Sesar yang berarah baratlaut – tenggara teridentifikasi sebanyak tiga (3) sesar, (gambar 3), masing-masing terdapat di utara timurlaut daerah penyelidikan sekitar lintasan G; dibagian tengah daerah penyelidikan antara lintasan C – D; dan di selatan barat daya daerah penyelidikan sekitar titik amat R.24-R.18. Sesar yang disebut pertama yang terdapat di utara timurlaut daerah penyelidikan diperkirakan merupakan bagian dari sistim sesar Palu-Koro yang berarah baratlaut-tenggara. Sesar-sesar lain yang teridentifikasi adalah sesar kecil yang berarah hampir timur-barat sekitar titik amat A.4250 dan B 3250, serta sesar yang berarah hampir utara selatan pada titik amat B .1500 (Gambar 4.1). Keberadaan daerah resapan pada suatu sistim panas bumi terjadi apabila terdapat permeabilitas primer dan sekunder yang baik. Permeabilitas primer terjadi akibat porositas batuan itu sendiri sedangkan permeabilitas sekunder terbentuk akibat keberadaan struktur seperti sesar, kekar, kontak litologi dan daerah hancuran. Berdasarkan penafsiran data geomagnit diperkirakan daerah resapan terdapat disekitar baratlaut lintasan B dan C, kondisi ini disebabkan di daerah tsb terdapat struktur sesar yang saling berpotongan sehingga terbentuk zona kekar, dan zona hancuran yang selanjutnya berperan sebagai permeabilitas sekunder. Akibat permeabiltas sekunder berkembang dengan baik maka daerah disekitar lintsan B dan C merupakan daerah resapan untuk keberadaan suatu sistim panas bumi didaerah Makula..

Arah pola regional ini sesuai dengan arah struktur geologi yang membentang dari barat laut ke tenggara. Beberapa kelurusan dengan pola yang kuat dan tegas, terutama di bagian baratlaut, selatan, tengah, tenggara, timurlaut dan utara daerah penyelidikan, mempertegas keberadaan struktur-struktur berarah baratlaut-tenggara dan baratdaya - timurlaut, yang


(7)

secara geologi dapat dikenali di permukaan dan merupakan struktur-struktur tua di daerah ini. Pada peta anomali Regional ini dapat dilihat bahwa terjadi penekukan anomali dibagian baratdaya menuju timurlaut, hal ini diperkirakan adanya struktur sinklin (?) yang terjadi di sekitar daerah tersebut. Kelurusan-kelurusan baratlaut-tenggara yang secara umum berada di bagian tengah daerah penyelidikan dimana manifestasi panas bumi Makula berada didominasi oleh anomali rendah dan sedang. Anomali residual orde-2, yang merupakan hasil ekstraksi anomali Bouguer dengan bidang polimomial orde-2, lebih mempertegas lagi keberadaan kelurusan-kelurusan tadi. Kelurusan yang diperlihatkan pada anomali Sisa yang berada di bagian tengah, selatan, dan utara mempunyai arah yang sama dengan yang diperlihatkan oleh anomali Bouguer dengan demikian menunjukkan bahwa struktur lokal searah dengan struktur dalamnya.

5 Kesimpulan

• Dari gaya berat dan geomagnet

memperlihatkan kesamaan dalam arah struktur yaitu baratlaut – tenggara dan baratdaya – timurlaut.

• Anomali Bouguer memperlihatkan

kecenderungan pola regional berarah baratlaut-tenggara dengan nilai anomali meninggi ke arah tenggara. Arah pola regional ini bersesuaian dengan arah struktur geologi yang membentang dari barat laut ke tenggara.

• Pada peta Anomali Regional dapat

dilihat pada bagian tengah daerah penyelidikan adanya penekukan anomali dibagian baratdaya menuju timurlaut, hal ini diperkirakan terdapat struktur sinklin (?) yang terjadi di sekitar daerah tersebut.

• Peta Anomali Sisa memperlihatkan

pola struktur yang agak kompleks,

namun pola anomali ini relatif memiliki persamaan dengan pola anomali Bouguernya, hal ini diperkirakan karena pola anomali Bouguer di daerah penyelidikan secara dominan diakibatkan oleh struktur dalam.

• Kelurusan yang diperlihatkan pada

anomali Sisa yang berada di bagian tengah, selatan, dan utara mempunyai arah yang sama dengan yang diperlihatkan oleh anomali Bouguer dengan demikian menunjukkan bahwa struktur lokal searah dengan struktur dalamnya.

• Dari model 2 dimensi memperlihatkan

ada dua buah struktur yang muncul dan diperkirakan sebagai sesar naik dan sesar turun.

• Mata air panas (MAP) Makula

berlokasi pada daerah anomali magnit rendah, ( < -200 nT. Kondisi tsb mengindikasikan telah terjadi proses demagnetisasi (ubahan?) akibat proses panas dibawah permukaan (proses hidrotermal).

• Zona anomali magnit tinggi yang

berbentuk lensa-lensa besar tampak di utara baratlaut, diperkirakan berkaitan dengan kubah andesit yang segar dan mengandung mineral gelap yang bersifat magnit. Sedangkan zona anomali magnit tinggi di selatan baratdaya berbentuk lensa lensa kecil diperkirakan barkaitan dengan batuan breksi andesit.

• Struktur sesar yang teridentifikasi oleh

metoda geomagnit dan yang terpenting dalam mengontrol kenampakan mata air panas makula kepermukaan adalah sesar Makula yang berarah timurlaut barat daya.

Daftar Pustaka

1. Burger.H.R.,1992: Exploration

Geophysics of shallow Sub Surface, Prentice Hall.


(8)

6. S. Bachri, Sukido, N. Ratman (1993) Tim Geologi regional/

Geologi bersistim P3G telah

melakukan pemetaan “Geologi Regional Lembar Mamuju, Sulawesi, skala 1: 250.000”

2. Dobrin, M.B; 1976: Introduction

to Geophysical Prospecting. Mc. Grow Hill, p.357-475.

3. Hochstein, MP;1982: Introduction

to Geothermal Prospecting, Geothermal Institute, University

of Auckland, New Zealand. 7. Telford and Sheriff, 1990.

Applied Geophysics, Cambridge University

4. Lawless, J., 1995. Guidebook: An

Introduction to Geothermal

5. System. Short course. Unocal Ltd.

Jakarta.

8. Van Bemmelen (1949) : “ Geologi


(9)

119º 120º 121º 122º -4º -3º -2º -1º Mamuju M AJ ENE PO L EWA LI MA MASA

PI NR AN G EN RE KA NG

P ALU

K al osi

P ALOPO

PO SO

M A LI LI

Watu MA SAMBA Lel ewawo Kosal i Sangkol olo Tanoa Ondolean Topo

K EN DA RI

Wawotobi DON GGAL A

L oka si p en yelid ikan Peta In de ks

SULAWESI

MA KALE

0 100 0 2000 3000 4000

U

PETA ANOMA LI BOUGUER DAERAH PANA S BU MI M AKULA. DESA TOKESAN KECAMATA N SA NGALA, KAB UPA TEN TAN AH TORAJA

PR OVINSI SULAW ESI SELATAN dens ity 2.6 0

KETERANGAN

818000 820000 822000 824000 826000 828000 830000

Gambar 2.1: Peta anomali Bouguer daerah Makula, Tana Toraja, Sulawesi Selatan

Gambar 2.2 : Peta anomali Regional daerah Makula, Tana Toraja, Sulawesi Selatan

9650000 9652000 654000 656000 658000 660000 662000 9 9 9 9 9 Totumbang Bone Pagasingan Kambis a Sibunuan Rantelabi Leatung Bulean Kapa Bulean Lebani Mil Patua Tandung Bebo Kombong

K E C A M A T A N S A N G A L A

Borong Kabo Tonglo Salutangnga Pakampan Salulosso Simparun Buntulepong Raru Garuang Sullukan Balombong Rada Rantebua Topotang Batu Padang Perang Katorroan Benne Balula Taba Aw a Lempangan Songgo Batualu Bamba Pasang Boge Dulang Tongkanan Burau Bungin Kandeapi Buntubatan Tempe Tamporan Barua Rangi Saluallo Tumerang Bebo Durian Mengape Bubunbatu Maruang Tambolang Tombuangin Balesu Kote Ropo

Kote Pas ang

Tongko Kambira Sarapung Petarian Kandoran Aa Tiangka Bolang Eranbatu Lea Alla Suaya Buku Bau Kalintua Kaer o Rantepantan Tanete Pollotondok Tembamba Botto Pasang Bubur an

Bassang Toroan Wala

Borong Buntumoro Babana Maraung Pao Aararukan Tanete Moso Marambe Rantelemo Buale Rangkaian Pak en Tengan Naniong Pangulu

Binduk PatandukanKatolongan

Kalambesi Malimongan Kombong Aloan Tete Sinuang Boyo Karerang Tondok Parrara Kapa Landopio Ria Pabakka Sampean Tokapa Kombong Rera Bala Kanaan Marrang Ata Kendenan Randanan Tinoring Kanan Sapii Lebane Karur ung Palangka Kadinge Sass a Karang Lesen Botang Manggau KampismamuluAriang Sikolong Kalembang Burake Tondon

M A K A L E

Sepon Buisun Lapandan Gurun Buntu Palu Tondok Mendetek Bungin Luek Lengkong Pamumbun Kaladung Solo Maruang Sarre Pagasingan Gentengan Jalan Raya Sungai Kontur topogarfi Kontur Anomali Manifestasi air panas

A 5500 Titik Pengamatan

8 1 0 12 1 4 16 18 2 0 22 2 4 26 2 8 30 32 3 4 36

mgal

119º 120º 121º 122º

-4º -3 º -2º -1º

M amuj u M A JEN E P OL EWA LI M AMASA

PI NR A NG E NR EKA NG

P ALU

Kalosi

PALOPO

PO SO

M A LI LI

Watu

M ASAM BA

Lelewawo Kosal i Sangkololo Tanoa Ondolean Topo

K EN DA RI

Wawotobi D ON G GA LA

Lok asi p en yelid ikan Pet a I nde ks

SULAWESI

MA KAL E

0 1000 2000 3000 4000

U PE TA ANOM ALI RE GI ON AL DAER AH P ANAS BUM I MAK ULA. DE SA TOK ES AN K ECA MATAN S ANGALA, KABUP ATEN TANAH TORA JA

PROV INSI SULA WE SI SE LATAN density 2.60

KETERANGAN

818000 820000 822000 824000 826000 828000 830000

9650000 9652000 9654000 56000 58000 60000 62000 96 96 96 96

Totu mban g

Bone Pagasingan Kambisa Sibunuan Rantelabi Leatung Bulean Kapa Bulean Lebani Mil Patua Tandung Bebo Kombong

K E C A M A T A N S A N G A L A

Borong Kabo Tonglo Salutangnga Pakampan Salulosso Simparun Buntulepong Raru Garuang Sullukan Balombong Rada Rantebua Topotang Batu Padang Perang Katorroan Benne Balula Taba Awa Lempangan Songgo Batualu Bamba Pasang Boge Dulang Tongkanan Burau Bungin Kandeapi BuntubatanTempe Tamporan Barua Rangi Saluallo Tumerang Bebo Durian Mengape Bubunbatu Maruang Tambolang Tombuangin Balesu Kote Ropo Kote Pasang Tongko Kambira Sarapung Petarian Kandoran Aa Tiangka Bolang Eranbatu Lea Alla Suaya Buku Bau Kalintua Kaero Rantepantan Tanete Pollotondok Tembamba Botto Pasang Buburan

Bass ang Toroan Wala

Borong Buntumoro Babana Maraung Pao Aar arukan Tanete Moso Marambe Rantelemo Buale Rangk aian Paken Tengan Naniong Pangulu

Binduk PatandukanKatolongan

Kalambesi Malimongan Kombong Aloan Tete Sinuang Boyo Kar erang Tondok Par rara Kapa Landopio Ria Pabakka Sampean Tokapa Kombong Rera Bala Kanaan Mar rang Ata Kendenan Randanan Tinoring Kanan Sapii Lebane Karurung Palangka Kadinge Sassa Karang Lesen Botang Manggau KampismamuluAriang Sikolong Kalembang Burake Tondon

M A K A L E

Sepon Buisun Lapandan Gur un Buntu Palu Tondok Mendetek Bungin Luek Lengkong Pamumbun Kaladung Solo Maruang Sar re Pagasingan Gentengan Jalan Raya Sungai Kontur topogarfi Kontur Anomali Manifestasi air panas

A 5500 Titik Pengamatan

mgal


(10)

119 º 12 0º 12 1º 12 2º

- 4º -3º - 2º - 1º

Mamuju M AJE NE

PO LE WAL I MAM ASA

P IN R AN G EN RE KA NG

PA LU

Kal osi

PALO PO

P OS O

M AL IL I

Watu

MAS AMB A

Lelewawo Kosali Sangkol ol o Tanoa Ondol eanTopo

K END AR I

Waw ot obi DO NG G ALA

L oka si pe ny elidik an Pe ta Ind ek s

SULAWESI

M AK ALE

0 1000 2000 3000 4000

U

P ETA A NOMALI S IS A DAERAH PAN AS B UMI M AKULA. DESA TOKE SA N KE CAM ATAN S ANGALA, K ABUPATEN TA NAH TORAJ A

PROVIN SI S ULAW ES I SELATAN densi ty 2.60

KETERANGAN

818000 820000 822000 824000 826000 828000 830000 9650000

9652000 9654000 9656000 9658000 9660000 9662000

T otumbang

Bone

Pagasingan Kambisa

Sibunuan Rantelabi Leatung

Bulean Kapa Bulean

Lebani

Mil Patua Tandung Bebo

Kombong

K E C A M A T A N S A N G A L A

Borong Kabo Tonglo

Salutangnga

Pakampan Salulosso

Simparun

Buntulepong Rar u

Garuang Sullukan

Balombong

Rada

Rantebua Topotang

Batu Padang

Perang Katorroan

Benne Balula

Taba Aw a

Lempangan

Songgo Batualu

Bamba Pasang Boge

Dulang Tongkanan

Burau Bungin

Kandeapi

Buntubatan Tempe

Tamporan Barua Rangi

Saluallo Tumerang Bebo

Durian Mengape Bubunbatu Maruang Tambolang Tombuangin Balesu Kote

Ropo

Kote Pasang

Tongko Kambira Sarapung

Petarian Kandoran

Aa Tiangka Bolang

Eranbatu Lea

Alla

Suaya Buku Bau

Kalintua Kaero Rantepantan Tanete Pollotondok Tembamba Botto

Pasang Buburan

Bassang Toroan Wala

Borong Buntumoro

Babana Maraung

Pao Aararukan Tanete

Moso

Marambe Rantelemo Buale Rangkaian

Paken Tengan Naniong

Pangulu

Binduk PatandukanKatolongan

Kalambesi Malimongan Kombong

Aloan Tete

Sinuang Boyo Karerang Tondok

Parrara Kapa

Landopio

Ria

Pabakka Sampean

Tokapa Kombong Rera Bala Kanaan Marrang Ata Kendenan

Randanan Tinoring

Kanan Sapii Lebane Karurung Palangka

Kadinge Sassa

Karang Lesen Botang Manggau

KampismamuluAriang

Sikolong Kalembang

Burake

Tondon

M A K A L E

Sepon Buisun

Lapandan Gurun Buntu

Palu Tondok

Mendetek Bungin

Luek Lengkong

Pamumbun

Kaladung Solo

Maruang Sarre Pagasingan

Gentengan

mgal Jalan Raya

Sungai

Kontur topogarfi

Kontur Anomali Manifestasi air panas

A 5500 Titik Pengamatan

-14-13-12-11-10-9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A

B

Garis Penampang Model A - B Struktur yang diperkirakan

Gambar 2.3 : Peta anomali Sisa daerah Makula, Tana Toraja, Sulawesi Selatan


(11)

Tabel 1: Hasil pengukuran kerentanan (suseptibilitas) magnetik batuan di daerah Makula-Toraja, Sulawesi Selatan.

No No.Conto Lokasi

X Y

Nama batuan Kerentanan magnit

Batuan (10-6 cgs)

1 A-2400 822372.7 9655393.0 Lava andesit abu-abu 1-1.6

2 A-2450 822407.0 9655364.05 Bt.pasir, abu-abu tua 1.3-1.5

3 B-4300 824338.2 9654879.3 Gamping, putih abu-abu 0

4 B-5150 824981.7 9654298.5 Serpih, abu-abu 0.1

5 B-7400 826702.9 9652803.04 Andesit? merah coklatan 0.1

6 C-1250 822460.9 9657384.65 Gamping, putih abu-abu 0

7 D-2750 824191.2 9657307.14 andesit abu-abu 0.2-0.3

8 E-5500 826735.3 9655945.7 andesit 0-0.1

9 G-4600 826780.8 9657878.26 Serpih, abu tua 0 -0.1

10 G-6000 827853.8 9656953.4 Bt.pasir, coklat muda 0-0.1

11 R-2 826932 9651963 Breksi, abu tua 0

12 R-30-31 827994.6 9658927.34 Serpih 0

13 R-15 823270 9652394 Gamping 0

119º 120º 121º 122º

-4º -3º -2º -1º Mamuju MAJENE POLEWALI MAMASA PINRANG ENREKANG PALU Kalosi PALOPO POSO MALILI Watu MASAMBA Lelewawo Kosali Sangkololo Tanoa Ondolean Topo KENDARI Wawotobi DONGGALA Lokasi penyelidikan Peta Indeks SULAWESI MAKALE

818000 820000 822000 824000 826000 828000 830000 9650000 9652000 9654000 9656000 9658000 9660000 9662000 9664000 Totumbang Bone Pagasingan Kambisa Sibunuan Rantelabi Leatung Bulean Tiropang Balabatu Kapa Bulean Lebani Ledo Buntudengan Batan Surakan Bali Mil Patua Tandung Bebo Kombong

K E C A M A T A N S A N G A L A

Borong Kata Buntao Kabo Buka Tonglo Rantea Kalambe Tembamba Salutangnga Pakampan Salulosso Simparun Buntulepong Raru Garuang Sullukan Balombong Rada Rantebua Topotang Batu Padang Perang Katorroan Benne Balula Taba Awa Lempangan Songgo Batualu Bamba Pasang Boge Dulang Tongkanan Burau Bungin Kandeapi Buntubatan Tempe Tamporan Barua Tenggara Malenong Tambunan Mengepe Tondoktanga Lengko Bokko Sarira Rangi Saluallo Rorre Pakambang Tumerang Bebo Durian Mengape Bubunbatu Maruang Tambolang Tombuangin Balesu Kote Ropo Kote Pasang Tongko Kambira Sarapung Petarian Kandoran Aa Tiangka Bolang Eranbatu Lea Alla Suaya Buku Bau Kalintua Kaero Rantepantan Tanete Pollotondok Tembamba Botto Pasang Buburan

Bassang Toroan Wala Borong Buntumoro Babana Maraung Pao Aararukan Tanete Moso Marambe Rantelemo Buale Rangkaian Paken Tengan Naniong Pangulu Binduk Patandukan Katolongan

Kalambesi Malimongan Kombong Aloan Tete Sinuang Boyo Karerang Tondok Parrara Kapa Landopio Ria Pabakka Sampean Tokapa Kombong Rera Bala Kanaan Marrang Ata Kendenan Randanan Tinoring Kanan Sapii Lebane Karurung Palangka Kadinge Sassa Karang Lesen Botang Manggau Kampismamulu Ariang Sikolong Kalembang Burake Tondon

M A K A L E

Sepon Buisun Lapandan Gurun Buntu Palu Tondok Mendetek Bungin Luek Lengkong Pamumbun Rumpunan Kaladung Solo Maruang Sarre Pagasingan Gentengan Borong Lemo Parampo Karaksik Suka Barabara Tombang Bontongan Ada Sekke Limbu Gorang Buntang Patongloan Tamuanbai Rura

PETA ANOMALI SISA MAGNET TOTAL DAERAH PANAS BUMI MAKALE KECAMATAN SANGALA KABUPATEN TANA TORAJA

PROPINSI SULAWESI SELATAN

Anomali magnit rendah ( < - 200 nT) Anomali magnit sedang (200 s/d - 200 nT)

Anomali magnit tinggi ( > 200 nT)

Kontur interval magnit 50 nT

Jalan Raya

Anak sungai Sungai

A 2250 Titik Pengamatan

Sesar diperkirakan

Air Panas

Keterangan

0 1000 2000 3000 4000


(12)

1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 0

500

1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

-200 0

1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 -500

0 500

LINTASAN A

LINTASAN B

LINTASAN C

1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 -500

0 500

LINTASAN D

1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 0

500 LINTASAN E

BARATLAUT TENGGARA

1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 7500 -500

0

LINTASAN E

1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 7000 -400

-200 0

LINTASAN E


(13)

Gambar 3.3: Peta daerah resapan dan struktur sesar

119º 120º 121º 122º

-4º -3º -2º -1º Mamuju MAJENE POLEWALI MAMASA PINRANG ENREKANG PALU Kalosi PALOPO POSO MALILI Watu MASAMBA Lelewawo Kosali Sangkololo Tanoa OndoleanTopo KENDARI Wawotobi DONGGALA Lokasi penyelidikan Peta Indeks SULAWESI MAKALE

818000 820000 822000 824000 826000 828000 830000

9650000 9652000 9654000 9656000 9658000 9660000 9662000 9664000 Totumbang Bone Pagasingan Kambisa Sibunuan Rantelabi Leatung Bulean Tiropang Balabatu Kapa Bulean Lebani Ledo Buntudengan Batan Surakan Bali Mil Patua Tandung Bebo Kombong

K E C A M A T A N S A N G A L A

Borong Kata Buntao Kabo Buka Tonglo Rantea Kalambe Tembamba Salutangnga Pakampan Salulosso Simparun Buntulepong Raru Garuang Sullukan Balombong Rada Rantebua Topotang Batu Padang Perang Katorroan Benne Balula Taba Awa Lempangan Songgo Batualu Bamba Pasang Boge Dulang Tongkanan Burau Bungin Kandeapi Buntubatan Tempe Tamporan Barua Tenggara Malenong Tambunan Mengepe Tondoktanga Lengko Bokko Sarira Rangi Saluallo Rorre Pakambang Tumerang Bebo Durian Mengape Bubunbatu Maruang Tambolang Tombuangin Balesu Kote Ropo Kote Pasang Tongko Kambira Sarapung Petarian Kandoran Aa Tiangka Bolang Eranbatu Lea Alla Suaya Buku Bau Kalintua Kaero Rantepantan Tanete Pollotondok Tembamba Botto Pasang Buburan Bassang Toroan Wala Borong Buntumoro Babana Maraung Pao Aararukan Tanete Moso Marambe Rantelemo Buale Rangkaian Paken Tengan Naniong Pangulu Binduk Patandukan Katolongan

Kalambesi Malimongan Kombong Aloan Tete Sinuang Boyo Karerang Tondok Parrara Kapa Landopio Ria Pabakka Sampean Tokapa Kombong Rera Bala Kanaan Marrang Ata Kendenan Randanan Tinoring Kanan Sapii Lebane Karurung Palangka Kadinge Sassa Karang Lesen Botang Manggau Kampismamulu Ariang Sikolong Kalembang Burake Tondon

M A K A L E

Sepon Buisun Lapandan Gurun Buntu Palu Tondok Mendetek Bungin Luek Lengkong Pamumbun Rumpunan Ka ladung Solo Maruang Sarre Pagasingan Gentengan Borong Lemo Parampo Karaksik Suka Barabara Tombang Bontongan

Ada Se kke Limbu Gorang Buntang Patongloan Tamuanbai Rura

PETA ANOMALI DAERAH RESAPAN DAERAH PANAS BUMI MAKALE KECAMATAN SANGALA KABUPATEN TANA TORAJA

PROPINSI SULAWESI SELATAN

Daerah resapan Jalan Raya Anak sungai Sungai A 2250 Titik Pengamatan Sesar diperkirakan Air Panas Keterangan

0 1000 2000 3000 4000

Baratlaut Tenggara

(b)

(c)

PENAM PANG LINTASAN A

-400 -200 0 200 400 600 800 A

1 A1 A2 A2 A3 A3 A4 A4 A5 A5

AN

000 500 050 500 000 500 000 500 000 500

A 6 000 A 6 500 A 6 900

JARAK TITIK AM AT (m )

O M AL I S IS A M A G .T O T (n T)

PENAM PANG LINTASAN B

-400 -300 -200 -100 0 100 200 B 1 000 B 1 500 B 2 000 B 2 500 B 3 000 B 3 500 B 4 000 B 4 500 B 5 000 B 5 500 B 6 000 B 6 500 B 7 000 B 7 500

JARAK TITIK AM AT (m )

ANO MAL I S IS A MAG .T O T (n T )


(14)

PENAM PANG LINTASAN C

-800 -600 -400 -200 0 200 400 600 80

T

O

T

0

C1

0

0

0

C1

5

0

0

C2

0

0

0

C2

5

0

0

C3

0

0

0

C3

5

0

0

C4

0

0

0

C4

5

0

0

C5

0

0

0

C5

5

0

0

C6

0

0

0

C6

5

0

0

C7

0

0

0

JARAK TITIK AM AT (m )

A

N

O

M

A

L

I SI

SA

M

A

G

.

(nT

)

Gambar 4.1: Penampang lintasan A , B dan C

Baratlaut Tenggara

Gambar 4.2: Penampang Lintasan D dan E

PENAMPANG LINTASAN D

-600 -400 -200 0 200 400 600 800

D

1000 D1500 D2000 D2500 D3000 D3500 4000D D4500 D5000 D5500 D6000 D6500 D6950

JARAK TITIK AMAT (m )

AN

O

M

ALI

S

IS

A

M

A

G

.TO

T

(n

T

)

PENAM PANG LINTASAN E

-600 -400 -200 0 200 400 600 800 1000

E1

0

0

0

E1

5

0

0

E2

0

0

0

E2

5

0

0

E3

0

0

0

E3

5

0

0

E4

0

0

0

E4

5

0

0

E5

0

0

0

E5

5

0

0

E6

0

0

0

E6

5

0

0

E7

0

0

0

JARAK TITIK AM AT (m )

AN

O

M

AL

I S

IS

A

M

AG

.T

O

T

(n


(15)

baratlaut tenggara

PENAM PANG LINTASAN F

-800 -600 -400 -200 0 200 400

F

150

0

F

200

0

F

250

0

F

300

0

F

350

0

F

400

0

F

450

0

F

500

0

F

550

0

F

600

0

F

650

0

F

700

0

F

750

0

JARAK TITIK AM AT (m )

A

N

O

M

A

L

I SI

SA

MA

G

.T

O

T

(nT)

Gambar 4.3: Penampang Lintasan F dan G

PENAM PANG LINTASAN G

-700 -600 -500 -400 -300 -200 -100 0 100 200

G

1000 G1500 G2000 G2500 G3000 G3500 4000G G4500 G5000 G5500 G6000 G6500 G7000

JARAK TITIK AM AT (m )

A

N

O

M

A

LI

S

IS

A

M

A

G.

TOT

(


(1)

119 º 12 0º 12 1º 12 2º

- 4º -3º - 2º - 1º

Mamuju M AJE NE

PO LE WAL I MAM ASA

P IN R AN G EN RE KA NG PA LU

Kal osi PALO PO

P OS O M AL IL I Watu MAS AMB A

Lelewawo Kosali Sangkol ol o Tanoa Ondol eanTopo

K END AR I Waw ot obi DO NG G ALA

L oka si pe ny elidik an Pe ta Ind ek s

SULAWESI

M AK ALE

0

1000

2000

3000

4000

U

P ETA A NOMALI S IS A

DAERAH PAN AS B UMI M AKULA. DESA TOKE SA N

KE CAM ATAN S ANGALA, K ABUPATEN TA NAH TORAJ A

PROVIN SI S ULAW ES I SELATAN

densi ty 2.60

KETERANGAN

818000

820000

822000

824000

826000

828000

830000

9650000

9652000

9654000

9656000

9658000

9660000

9662000

T otumbang

Bone

Pagasingan

Kambisa

Sibunuan

Rantelabi

Leatung

Bulean

Kapa

Bulean

Lebani

Mil

Patua

Tandung

Bebo

Kombong

K E C A M A T A N S A N G A L A

Borong

Kabo

Tonglo

Salutangnga

Pakampan

Salulosso

Simparun

Buntulepong

Rar u

Garuang

Sullukan

Balombong

Rada

Rantebua

Topotang

Batu

Padang

Perang

Katorroan

Benne

Balula

Taba

Aw a

Lempangan

Songgo

Batualu

Bamba

Pasang

Boge

Dulang

Tongkanan

Burau

Bungin

Kandeapi

Buntubatan

Tempe

Tamporan

Barua

Rangi

Saluallo

Tumerang

Bebo

Durian

Mengape

Bubunbatu

Maruang

Tambolang

Tombuangin

Balesu

Kote

Ropo

Kote

Pasang

Tongko

Kambira

Sarapung

Petarian

Kandoran

Aa

Tiangka

Bolang

Eranbatu

Lea

Alla

Suaya

Buku

Bau

Kalintua

Kaero

Rantepantan

Tanete

Pollotondok

Tembamba

Botto

Pasang

Buburan

Bassang

Toroan

Wala

Borong

Buntumoro

Babana

Maraung

Pao

Aararukan

Tanete

Moso

Marambe

Rantelemo

Buale

Rangkaian

Paken

Tengan

Naniong

Pangulu

Binduk

Patandukan

Katolongan

Kalambesi Malimongan

Kombong

Aloan

Tete

Sinuang

Boyo

Karerang

Tondok

Parrara

Kapa

Landopio

Ria

Pabakka

Sampean

Tokapa

Kombong

Rera

Bala

Kanaan

Marrang

Ata

Kendenan

Randanan

Tinoring

Kanan

Sapii

Lebane

Karurung

Palangka

Kadinge

Sassa

Karang

Lesen

Botang

Manggau

KampismamuluAriang

Sikolong

Kalembang

Burake

Tondon

M A K A L E

Sepon

Buisun

Lapandan

Gurun

Buntu

Palu

Tondok

Mendetek

Bungin

Luek

Lengkong

Pamumbun

Kaladung

Solo

Maruang

Sarre

Pagasingan

Gentengan

mgal

Jalan Raya

Sungai

Kontur topogarfi

Kontur Anomali

Manifestasi air panas

A 5500

Titik Pengamatan

-14-13-12-11-10-9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A

B

Garis Penampang Model A - B

Struktur yang diperkirakan

Gambar 2.3 : Peta anomali Sisa daerah Makula, Tana Toraja, Sulawesi Selatan


(2)

Tabel 1: Hasil pengukuran kerentanan (suseptibilitas) magnetik batuan

di daerah Makula-Toraja, Sulawesi Selatan.

No No.Conto

Lokasi

X Y

Nama batuan

Kerentanan magnit

Batuan (10

-6

cgs)

1 A-2400 822372.7 9655393.0

Lava andesit abu-abu

1-1.6

2 A-2450 822407.0 9655364.05

Bt.pasir, abu-abu tua

1.3-1.5

3 B-4300

824338.2 9654879.3

Gamping, putih abu-abu

0

4

B-5150

824981.7 9654298.5

Serpih, abu-abu

0.1

5 B-7400

826702.9 9652803.04

Andesit? merah coklatan

0.1

6 C-1250

822460.9 9657384.65

Gamping, putih abu-abu

0

7 D-2750 824191.2 9657307.14

andesit abu-abu

0.2-0.3

8 E-5500

826735.3 9655945.7

andesit 0-0.1

9 G-4600 826780.8 9657878.26

Serpih, abu tua

0 -0.1

10 G-6000

827853.8 9656953.4

Bt.pasir, coklat muda

0-0.1

11 R-2

826932 9651963

Breksi, abu tua

0

12 R-30-31

827994.6 9658927.34

Serpih 0

13 R-15

823270 9652394

Gamping 0

119º 120º 121º 122º

-4º -3º -2º -1º

Mamuju MAJENE POLEWALI MAMASA PINRANG ENREKANG PALU

Kalosi PALOPO

POSO MALILI Watu MASAMBA

Lelewawo Kosali Sangkololo Tanoa Ondolean

Topo

KENDARI Wawotobi DONGGALA

Lokasi penyelidikan Peta Indeks

SULAWESI

MAKALE

818000

820000

822000

824000

826000

828000

830000

9650000

9652000

9654000

9656000

9658000

9660000

9662000

9664000

Totumbang Bone Pagasingan

Kambisa Sibunuan Rantelabi Leatung

Bulean Tiropang Balabatu

Kapa Bulean

Lebani Ledo Buntudengan

Batan Surakan

Bali

Mil Patua Tandung

Bebo Kombong

K E C A M A T A N S A N G A L A Borong

Kata Buntao Kabo Buka

Tonglo

Rantea Kalambe

Tembamba Salutangnga Pakampan Salulosso

Simparun

Buntulepong Raru

Garuang Sullukan

Balombong

Rada Rantebua Topotang Batu

Padang Perang Katorroan

Benne Balula

Taba Awa

Lempangan Songgo

Batualu Bamba Pasang Boge

Dulang Tongkanan

Burau Bungin

Kandeapi Buntubatan Tempe

Tamporan Barua Tenggara Malenong Tambunan Mengepe

Tondoktanga Lengko Bokko Sarira

Rangi Saluallo Rorre

Pakambang

Tumerang Bebo

Durian Mengape Bubunbatu Maruang Tambolang Tombuangin Balesu Kote

Ropo Kote

Pasang Tongko Kambira Sarapung

Petarian Kandoran Aa

Tiangka Bolang

Eranbatu Lea

Alla

Suaya Buku Bau

Kalintua Kaero Rantepantan

Tanete Pollotondok Tembamba Botto

Pasang Buburan

Bassang Toroan Wala Borong

Buntumoro Babana Maraung

Pao Aararukan Tanete

Moso Marambe Rantelemo Buale Rangkaian

Paken Tengan Naniong

Pangulu Binduk Patandukan Katolongan

Kalambesi Malimongan Kombong

Aloan Tete

Sinuang Boyo Karerang Tondok

Parrara Kapa

Landopio Ria Pabakka Sampean

Tokapa Kombong Rera Bala Kanaan Marrang Ata Kendenan

Randanan Tinoring

Kanan Sapii Lebane Karurung Palangka

Kadinge Sassa

Karang Lesen Botang

Manggau Kampismamulu Ariang

Sikolong Kalembang Burake Tondon M A K A L E

Sepon Buisun Lapandan Gurun Buntu

Palu Tondok

Mendetek Bungin Luek Lengkong Pamumbun Rumpunan

Kaladung Solo

Maruang Sarre Pagasingan

Gentengan Borong Lemo Parampo Karaksik Suka

Barabara Tombang Bontongan

Ada Sekke Limbu Gorang

Buntang Patongloan

Tamuanbai Rura

PETA ANOMALI SISA MAGNET TOTAL

DAERAH PANAS BUMI MAKALE

KECAMATAN SANGALA KABUPATEN TANA TORAJA

PROPINSI SULAWESI SELATAN

Anomali magnit rendah ( < - 200 nT)

Anomali magnit sedang (200 s/d - 200 nT)

Anomali magnit tinggi ( > 200 nT)

Kontur interval magnit 50 nT

Jalan Raya

Anak sungai

Sungai

A 2250

Titik Pengamatan

Sesar diperkirakan

Air Panas

Keterangan

0

1000

2000

3000

4000


(3)

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

0

500

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

-200

0

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

-500

0

500

LINTASAN A

LINTASAN B

LINTASAN C

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

-500

0

500

LINTASAN D

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

0

500

LINTASAN E

BARATLAUT

TENGGARA

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

7500

-500

0

LINTASAN E

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

-400

-200

0

LINTASAN E


(4)

Gambar 3.3: Peta daerah resapan dan struktur sesar

119º 120º 121º 122º

-4º -3º -2º -1º Mamuju MAJENE POLEWALI MAMASA PINRANG ENREKANG PALU Kalosi PALOPO POSO MALILI Watu MASAMBA Lelewawo Kosali Sangkololo Tanoa OndoleanTopo KENDARI Wawotobi DONGGALA Lokasi penyelidikan Peta Indeks SULAWESI MAKALE

818000

820000

822000

824000

826000

828000

830000

9650000

9652000

9654000

9656000

9658000

9660000

9662000

9664000

Totumbang Bone Pagasingan Kambisa Sibunuan Rantelabi Leatung Bulean Tiropang Balabatu Kapa Bulean Lebani Ledo Buntudengan Batan Surakan Bali Mil Patua Tandung Bebo Kombong K E C A M A T A N S A N G A L A

Borong Kata Buntao Kabo Buka Tonglo Rantea Kalambe Tembamba Salutangnga Pakampan Salulosso Simparun Buntulepong Raru Garuang Sullukan Balombong Rada Rantebua Topotang Batu Padang Perang Katorroan Benne Balula Taba Awa Lempangan Songgo Batualu Bamba Pasang Boge Dulang Tongkanan Burau Bungin Kandeapi Buntubatan Tempe Tamporan Barua Tenggara Malenong Tambunan Mengepe Tondoktanga Lengko Bokko Sarira Rangi Saluallo Rorre Pakambang Tumerang Bebo Durian Mengape Bubunbatu Maruang Tambolang Tombuangin Balesu Kote Ropo Kote Pasang Tongko Kambira Sarapung Petarian Kandoran Aa Tiangka Bolang Eranbatu Lea Alla Suaya Buku Bau Kalintua Kaero Rantepantan Tanete Pollotondok Tembamba Botto Pasang Buburan Bassang Toroan Wala Borong Buntumoro Babana Maraung Pao Aararukan Tanete Moso Marambe Rantelemo Buale Rangkaian Paken Tengan Naniong Pangulu Binduk Patandukan Katolongan

Kalambesi Malimongan Kombong Aloan Tete Sinuang Boyo Karerang Tondok Parrara Kapa Landopio Ria Pabakka Sampean Tokapa Kombong Rera Bala Kanaan Marrang Ata Kendenan Randanan Tinoring Kanan Sapii Lebane Karurung Palangka Kadinge Sassa Karang Lesen Botang Manggau Kampismamulu Ariang Sikolong Kalembang Burake Tondon M A K A L E Sepon Buisun Lapandan Gurun Buntu Palu Tondok Mendetek Bungin Luek Lengkong Pamumbun Rumpunan Ka ladung Solo Maruang Sarre Pagasingan Gentengan Borong Lemo Parampo Karaksik Suka Barabara Tombang Bontongan

Ada Se kke Limbu Gorang Buntang Patongloan Tamuanbai Rura

PETA ANOMALI DAERAH RESAPAN

DAERAH PANAS BUMI MAKALE

KECAMATAN SANGALA KABUPATEN TANA TORAJA

PROPINSI SULAWESI SELATAN

Daerah resapan

Jalan Raya

Anak sungai

Sungai

A 2250

Titik Pengamatan

Sesar diperkirakan

Air Panas

Keterangan

0

1000

2000

3000

4000

Baratlaut

Tenggara

(b)

(c)

PENAM PANG LINTASAN A

-400

-200

0

200

400

600

800

A

1

A

1

A

2

A

2

A

3

A

3

A

4

A

4

A

5

A

5

AN

000

500

050

500

000

500

000

500

000

500

A

6

000

A

6

500

A

6

900

JARAK TITIK AM AT (m )

O

M

AL

I S

IS

A

M

A

G

.T

O

T

(n

T)

PENAM PANG LINTASAN B

-400

-300

-200

-100

0

100

200

B

1

000

B

1

500

B

2

000

B

2

500

B

3

000

B

3

500

B

4

000

B

4

500

B

5

000

B

5

500

B

6

000

B

6

500

B

7

000

B

7

500

JARAK TITIK AM AT (m )

ANO

MAL

I S

IS

A

MAG

.T

O

T

(n

T

)


(5)

PENAM PANG LINTASAN C

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

80

T

O

T

0

C1

0

0

0

C1

5

0

0

C2

0

0

0

C2

5

0

0

C3

0

0

0

C3

5

0

0

C4

0

0

0

C4

5

0

0

C5

0

0

0

C5

5

0

0

C6

0

0

0

C6

5

0

0

C7

0

0

0

JARAK TITIK AM AT (m )

A

N

O

M

A

L

I SI

SA

M

A

G

.

(nT

)

Gambar 4.1: Penampang lintasan A , B dan C

Baratlaut

Tenggara

Gambar 4.2: Penampang Lintasan D dan E

PENAMPANG LINTASAN D

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

D

1000

D

1500

D

2000

D

2500

D

3000

D

3500

4000

D

D

4500

D

5000

D

5500

D

6000

D

6500

D

6950

JARAK TITIK AMAT (m )

AN

O

M

ALI

S

IS

A

M

A

G

.TO

T

(n

T

)

PENAM PANG LINTASAN E

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

1000

E1

0

0

0

E1

5

0

0

E2

0

0

0

E2

5

0

0

E3

0

0

0

E3

5

0

0

E4

0

0

0

E4

5

0

0

E5

0

0

0

E5

5

0

0

E6

0

0

0

E6

5

0

0

E7

0

0

0

JARAK TITIK AM AT (m )

AN

O

M

AL

I S

IS

A

M

AG

.T

O

T

(n


(6)

baratlaut tenggara

PENAM PANG LINTASAN F

-800

-600

-400

-200

0

200

400

F

150

0

F

200

0

F

250

0

F

300

0

F

350

0

F

400

0

F

450

0

F

500

0

F

550

0

F

600

0

F

650

0

F

700

0

F

750

0

JARAK TITIK AM AT (m )

A

N

O

M

A

L

I SI

SA

MA

G

.T

O

T

(nT)

Gambar 4.3: Penampang Lintasan F dan G

PENAM PANG LINTASAN G

-700

-600

-500

-400

-300

-200

-100

0

100

200

G

1000

G

1500

G

2000

G

2500

G

3000

G

3500

4000

G

G

4500

G

5000

G

5500

G

6000

G

6500

G

7000

JARAK TITIK AM AT (m )

A

N

O

M

A

LI

S

IS

A

M

A

G.

TOT

(