Pengertian Pemecahan saham (stock split)

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 5:59:45 2017 / +0000 GMT

Pengertian Pemecahan saham (stock split)
LINK DOWNLOAD [33.27 KB]
Definisi / Penegertian Stock Split menurut Agus Sartono (1996; 391-392), stock split adalah pemecahan nilai nominal saham
kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan
penurunan nilai nominal saham.
Dengan adanya pemecahan saham maka nilai pari atau nilai yang ditetapkan menjadi berubah tetap dilain pihak jumlah lembar
saham yang beredar bertambah pula. Oleh karena itu jumlah nilai pari atau nilai yang ditetapkan secara keseluruhan tidak
mengalami perubahan.
Haryono Yusuf (2001;346) mengemukakan bahwa salah satu alasan perseroan melakukan Pemecahan saham adalah untuk
menurunkan harga pasar saham--sahamnya. Hal ini terjadi apabila perseroan tidak menghendaki harga pasar yang terlalu tinggi,
sebab hal ini dapat mengurangi minat para investor terhadap saham yang dikeluarkan perseroan yang bersangkutan.
Stock splityang dilakukan oleh perusahaan emiten dapat berupa stock split atas dasar satu jadi dua (two for one stock) dimana setiap
pemegang saham akan menerima dua lembar saham untuk setiap lembar saham yang dipegang sebelumnya, nilai nominal saham
baru adalah setengah dari nilai nominal saham sebelumnya. Begitu juga jika dilakukan Pemecahan saham atas dasar satu jadi tiga
(three for one stock), pemegang saham akan menerima tiga lembar saham untuk setiap satu lembar saham yang dimiliki sebelumnya,
nilai nominal saham baru adalah sepertiga dari nilai nominal saham sebelumnya.
Pada dasarnya ada dua jenis Pemecahan saham yang dapat dilakukan (Ewijaya, Nur Indrianto, 1999), yaitu :
1. Split up (pemecahan saham naik)

Adalah penurunan naik nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar yang beredar. Misalnya
pemecahan saham dengan faktor pemecahan 3:1. Pada awalnya nilai nominal per lembar saham sebelum melakukan stock split
sebesar seribu lima ratus rupiah, maka setelah dilakukan split up dengan perbandingan 3:1, nilai nominal per lembar saham yang
banx adalah lima ratus rupiah, sehingga awalnya satu lembar menjadi tiga lembar.
2. Split down (pemecahan saham turun)
Adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan berkurangnya jumlah lembar saham yang beredar.
Misalnya split down dengan faktor pemecahan 1:3 yang merupakan kebalikan dari split up. Awalnya nilai nominal per lembar
saham seribu rupiah, kemudian dilakukan split down dengan perbandingan 1:3, maka nilai nominal per lembar saham baru adalah
tiga ribu rupiah dan jumlah lembar saham yang pada awalnya tiga lembar saham menjadi satu lembar saham.
Reaksi pasar terhadap stock split dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang. Ada sebagai peneliti yang mengukur reaksi pasar
stock split berdasarkan Likuiditas saham, beta saham dan harga saham (Wildhan, 2003). Sedangkan dalam tulisan ini mengambil
empat reaksi pasar, yaitu :
1. Pengaruh stok split pada Likuiditas
Salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu perusahaan adalah tingkat Likuiditas saham tersebut. Dalam manajemen
keuangan, Likuiditas suatu aset menunjukkan seberapa cepat aset tersebut dapat dikonversi menjadi uang tunai (kas). Semakin cepat
aset tersebut berubah menjadi kas, maka semakin tinggi likuiditasnya.
Begitu pula halnya saham yang juga merupakan aset bagi para pemegangnya. Saham yang sudah diperdagangkan dalam waktu yang
relatif singkat akan dimintai oleh banyak investor. Agar mudah diperjualbelikan. Saham-saham tersebut harus mempunyai daya tarik
tersendiri. Misalnya harga saham yang murah dan biaya komisi untuk transaksi jual beli yang relatif kecil.
2. Pengaruh pemecahan saham pada harga saham

Harga saham yang dimaksud adalah harga pasarnya. Harga pasar saham lebih sering dipakai dalam berbagai penelitian pasar modal,
karena harga pasar saham yang paling dipentingkan oleh investor. Harga pasar saham mencerminkan nilai suatu perusahaan tersebut
dan sebaliknya. Oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham sangat memperhatikan harga pasar sahamnya. Harga
saham yang terlalu rendah sering diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik. Namun bila harga saham terlalu tinggi juga
menimbulkan dampak yang kurang baik. Harga saham yang terlalu tinggi akan mengurangi kemampuan investor untuk membelinya,
sehingga menyebabkan harga saham tersebut sulit untuk meningkatkan lagi. L7ntuk mengantisipasi hal tersebut, banyak perusahaan
melakukan stock split. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya beli investor dan meningkatkan harga saham tersebut. Berbagai
penelitian empiris telah dilakukan untuk menguji kebenaran bahwa stock split memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga
saham. Para peneliti tersebut memperoleh kesimpulan yang sama bahwa sebenarnya stock split tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham. Perubahan saham yang terjadi di sekitar periode stock split semata-mata hanya dipengaruhi oleh ekspektasi
para investor terhadap deviden yang telah dibagikan.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/3 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 5:59:45 2017 / +0000 GMT

Para emiten mempunyai pendapat bahwa stock split memiliki berbagai macam manfaat, diantaranya :


Harga yang lebih rendah setelah stock split akan meningkatkan daya tarik investor untuk membeli sejumlah saham yang lebih
besar.
- Meningkatkan daya tarik investor kecil untuk melakukan investasi
- Meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi likuid
- Sinyal yang positif bagi pasar bahwa kinerja manajemen perusahaan bagus dan memiliki prospek yang bagus.
3. Pengaruh Return Saham Terhadap Keputusan Pemecahan Saham
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (1996 : 300), return saham disebut juga sebagai pendapatan saham dan merupakan
perubahan nilai harga saham periode t dengan t-1. Dan berarti bahwa semakin tinggi perubahan harga saham maka semakin tinggi
return saham yang dihasilkan.
Fatma et. al (1969) dalam Ewijaya dan Nur Indriantoro (1999 : 54) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa harga saham
meningkat pada periode menjelang pemecahan saham dilakukan. Ini berarti terjadi perolehan atau return saham yang besar pada
periode sebelum pemecahan saham dilakukan. Hal tersebut akan memberikan ketertarikan bagi investor untuk melakukan investasi.
Pemecahan saham biasanya dilakukan setelah harga saham mengalami kenaikan atau perubahan harga saham yang tinggi (Ewijaya
dan Nur Indriantoro, 1999). Hal tersebut dapat dikatakan pula perusahaan yang melakukan pemecahan saham mengalami perolehan
return saham yang besar sebelum pemecahan saham dilakukan. Dengan melihat kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
return yang tinggi maka investor akan berminat untuk menanamkan modal atau membeli saham perusahaan tersebut dan akan
mendorong dan mempengaruhi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham.
Signaling theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return
masa depan yang substantial (Marwata, 2001 ; 753). Dengan memandang bahwa perusahaan akan memberikan return (tingkat

pengembalian) yang tinggi, akan memberikan daya tarik investor untuk berinvestasi dan akan mendorong perusahaan untuk
melakukan pemecahan saham.
Dari uraian diatas berarti bahwa return saham merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong investor untuk berinvestasi dan
menjadi faktor yang memotivasi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Jadi dapat disimpulkan bahwa return saham dapat
mempengaruhi keputusan pemecahan saham yaitu semakin tinggi return saham yang diperoleh perusahaan maka semakin tinggi pula
keputusan perusahaan untuk melakukan pemecahan saham.
4. Pengaruh Kinerja Keuangan 'I'erhadap Keputusan Pemecahan Saham
Bar - Yosep dan Brown (1977) dan Asquith at. A1 (1989) dalam Marwata (2001 : 753) Menemukan adanya reaksi positif atas
pengumuman pemecahan saham. Ewijaya dan Indriantoro (1999) menyatakan bahwa reaksi pasar tersebut sebenarnya bukan karena
respon terhadap tindakan pemecahan saham itu sendiri, namun terhadap prospek perusahaan yang disinyalkan oleh pemecahan
saham tersebut. Sinyal yang ditunjukkan dalam pemecahan saham tersebut adalah bahwa perusahaan yang melakukan pemecahan
saham merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan yang baik.
Copeland (1979 : 116) dalam Marwata (2001) menyatakan bahwa salah satu gambaran yang menunjukkan prospek bagus adalah
kinerja keuangan yang bagus. Perusahaan yang melakukan pemecahan saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan
yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu melakukannya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan mempunyai pengaruh terhadap keputusan pemecahan
saham yaitu investor akan lebih cenderung tertarik pada perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus untuk berinvestasi,
dan hal tersebut akan mempengaruhi perusahaan untuk melakukan pemecahan saham.
Teori Pemecahan Saham


Signaling Theory
Menurut teori ini kegiatan pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek return masa depan yang
substansial. Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh pihak manajemen kepada publik bahwa
perusahaan memiliki prospek bagus di masa depan.
Beberapa pendapat yang berkaitan dengan signaling theory telah dikemukakan oleh peneliti-peneliti sebagai berikut :

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/3 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 5:59:45 2017 / +0000 GMT

Marwata (2001) menyatakan bahwa return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan memberikan sinyal tentang laba jangka
pendek dan jangka panjang, dan analis yang menangkap sinyal tersebut dan menggunakannya untuk memprediksi peningkatan
earning jangka panjang.
Marwata (2001) menyatakan bahwa salah satu gambaran yang menunjukkan prospek bagus adalah kinerja keuangan yang bagus,
perusahaan melakukan stock split memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang
mampu melakukan stock split.
Menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan stock split mengalami peningkatan laba yang signifikan untuk empat tahun

sebelum stock split dilakukan, peningkatan terbesar terjadi pada tahun pertama sebelum stock split dilakukan (Marwata, 2001)
Stock split merupakan upaya untuk menarik perhatian investor, dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki kondisi yang
bagus. Pasar akan merespon sinyal secara positif jika pemberian sinyal kredibel. Oleh karena itu perusahaan harus menunjukkan
kredibilitasnya. Salah satu caranya adalah dengan menunjukkan kinerja keuangan yang bagus.

Trading Range Theory
Menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa
melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena batas harga optimal untuk
saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang ingin memperjualbelikan yang pada akhirnya
akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
Beberapa pendapat yang mendukung teori ini telah dikemukakan oleh peneliti, sebagai berikut :
Merupakan hasil dari survei yang telah dilakukan yaitu manajer cenderung menyebut alasan likuiditas sebagai motivasi dari stock
split (Marwata, 2001). Marwata (2001) menyatakan bahwa stock split merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga
saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin banyak partisipasi pasar akan terlibat dalam perdagangan.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa menurut teori ini, perusahaan melakukan stock split karena memandang harga sahamnya terlalu
tinggi. Dengan kata lain, harga saham yang terlalu tinggi merupakan pendorong bagi perusahaan untuk melakukan stock split.
Maaf Daftar Pusta Tidak tersedia

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com


| Page 3/3 |