ANALISIS KEPUASAN WAJIB PAJAK ATAS LAYANAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAWA TIMUR I | Adisasmito | Tax & Accounting Review 3082 5784 1 SM

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

ANALISIS KEPUASAN WAJIB PAJAK ATAS LAYANAN KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI LINGKUNGAN KANTOR
WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK JAWA TIMUR I
Stefan Purnomo Adisasmito dan Arja Sadjiarto
Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya kesenjangan (gap) antara
persepsi dan harapan Wajib Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan Pajak, khususnya Wajib
Pajak Orang Pribadi yang melakukan usaha. Evaluasi terhadap kualitas pelayanan dengan menggunakan
lima(5) dimensi service quality, yang terdiri dari tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan
empathy. Data diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh Wajib Pajak yang melakukan usaha. Sebanyak
390 kuesioner kembali dengan keadaan yang lengkap dan dapat diolah. Dengan menggunakan teknik uji
beda t (simple paired t-test), hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan (gap) antara
persepsi dan harapan Wajib Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan Pajak. Semua dimensi
yang digunakan mempengaruhi kepuasan Wajib Pajak dengan dimensi reliability merupakan dimensi
yang paling berpengaruh signifikan terhadap kepuasan Wajib Pajak.


Kata Kunci: Service Quality, Dimensi Kualitas Jasa, Kepuasan Wajib Pajak.

ABSTRACT

The purpose of this research was to find out there is whether or not the gap between the
perceptions and expectations of service quality Taxpayers at Tax Service Office, in particular Taxpayers
Personal People who make the effort. Evaluation of service quality using five(5) dimensions of service
quality, which consists of tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empathy. Data were
obtained from questionnaires completed by taxpayers who make the effort. A total of 390 questionnaires
returned by the complete and can be processed. By using experimental techniques t test (simple paired ttest), the results showed that there was a gap between the perceptions and expectations of service quality
Taxpayers at Tax Service Office. All dimensions are used to influence satisfaction Taxpayers reliability
dimension is a dimension with the most significant effect on satisfaction taxpayers.

Keyword : Service Quality, Dimensions of Service Quality, Tax Payer satisfaction.

1

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

yang menjadi acuan agar dapat memberikan layanan


PENDAHULUAN

terbaik

adalah:

integritas,

Kebutuhan dan harapan konsumen terhadap

profesionalisme

disiplin,

kompetensi,

yang

meliputi


transparansi,

akuntabilitas, kemandirian, pelayanan prima serta

kinerja layanan suatu organisasi bersifat dinamis,

pembelajaran dan pemberdayaan.

majemuk, dan variatif. Hal ini membuat organisasi
memenuhi dengan cara yang terbaik, kualitas tinggi,

Dalam kaitan dengan prosedur dan proses

dan biaya murah, atau yang bisa diartikan dengan

dalam rangka peningkatan kualitas layanan kepada

pengorbanan yang seminimal mungkin. Konsumen


masyarakat, pemerintah telah mencanangkan suatu

menuntut untuk memperoleh pelayanan yang paling

program yang diistilahkan dengan nama Pelayanan

memuaskan. Citra dan image suatu organisasi di mata

Prima

konsumen sangat berpengaruh terhadap visi dan misi

diharapkan aparat Pemerintah memberikan pelayanan

sebuah organisasi. Citra yang baik dan menyenangkan

yang terbaik kepada masyarakat melalui kemampuan,

akan menumbuhkan kepercayaan, dan pandangan


sikap, penampilan, perhatian, tindakan serta tanggung

yang

diberikan.

jawab yang baik dan terkoordinasi, memberikan

Kepercayaan konsumen menimbulkan kerelaan hati

solusi yang optimal dan terbaik bagi kebutuhan

untuk

masyarakat.

positif

atas


pelayanan

memberikan

yang

kontribusi

dalam

wujud

(SE-84/PJ/2011).

Melalui

program

ini,


melaksanakan aktivitas yang mendukung organisasi
Wajib pajak merupakan faktor utama yang

yang memberikan pelayanan. Jika organisasi yang
berorientasi bisnis memiliki citra buruk, maka akan

menentukan

ditinggalkan

kepada

pemungutan dan pengumpulan pajak, dengan kata lain

organisasi

eksistensinya harus mendapatkan tempat yang paling

pemasar


pelanggan

lain.

dan

Sedangkan

berpindah
apabila

sukses

atau

mendapatkan

tidaknya

pelayanan


kegiatan

merupakan pelayan masyarakat di bidang perpajakan

terhormat,

terbaik,

maka penurunan citra organisasi tercermin dalam

kemudahan, kenyamanan, dan kepastian hukum harus

bentuk: pernyataan kurang/tidak puas, banyaknya

dijamin. Namun pada kenyataannya, banyak wajib

keluhan, penurunan kepatuhan dalam pembayaran dan

pajak merasa menemui hambatan dalam proses


pelaporan pajak.

pelayanan yang diberikan oleh aparatur perpajakan,
yaitu: petugas yang lamban dalam bekerja, tidak

Sebagai

yang

ramah, berbelit-belit, menunggu terlalu lama, kantor

mengumpulkan

dan layanan kurang nyaman, fasilitas tidak memadai,

penerimaan Negara dan sekaligus berkewajiban

dan lain sebagainya yang menimbulkan adanya


memberikan pelayanan kepada masyarakat, peran dan

keluhan, sehingga pada akhirnya akan berakibat

fungsi Direktorat Jenderal Pajak semakin menjadi

tumbuhnya sikap wajib pajak yang tidak patuh dalam

penting. DJP tidak dapat berbuat atau berperilaku

melaksanakan

hanya berdasarkan aturan, prosedur, ketentuan dan

apabila sikap dan pelayanan yang diberikan tersebut

kebiasaan saja, akan tetapi mau tidak mau harus dapat

tidak dibenahi maka tidak menutup kemungkinan

memenuhi apa yang dibutuhkan oleh masyarakat

akan terus terjadi penurunan penyampaian SPT

melaksanakan

organisasi
tugas

dalam

pemerintah

melalui pelayanan terbaik. Nilai-nilai yang dianut dan

2

kewajiban

perpajakan.

Sehingga

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

Tahunan,

berkurangnya

pajak,

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa

berkurangnya jumlah wajib pajak yang membayar

Timur I, di mana terdapat 13 KPP di dalamnya. KPP

pajak, akibatnya rencana penerimaan tidak akan

tersebut adalah KPP Madya Surabaya, KPP Pratama

tercapai dan akhirnya misi organisasi sulit untuk

Surabaya

diwujudkan. Situasi tersebut merupakan indikasi

Wonocolo, KPP Pratama Surabaya Karangpilang,

semakin tidak terpenuhinya kepuasan wajib pajak

KPP Pratama Surabaya Mulyorejo, KPP Pratama

atau semakin menurunnya kinerja layanan yang

Surabaya Pabean Cantikan, KPP Pratama Surabaya

diterima dan tidak sesuai dibanding layanan yang

Krembangan, KPP Pratama Surabaya Sawahan, KPP

diharapkan

kualitas

Pratama Surabaya Tegalsari, KPP Pratama Surabaya

pelayanan, oleh karena itu wajib pajak mulai

Simokerto, KPP Pratama Surabaya Gubeng, KPP

meninggalkan

cara

Pratama Surabaya Genteng, KPP Pratama Surabaya

melaksanakan hanya sebagian kewajiban dan atau

Sukomanunggal. Bagaimana kualitas layanan yang

tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya sama

seharusnya diberikan kepada wajib pajak agar wajib

sekali, sehingga pada akhirnya berpengaruh pada

pajak menjadi puas akan layanan yang diberikan dan

penurunan kepatuhan dalam penyampaian kewajiban

membuat wajib pajak melakukan sesuai dengan

perpajakan oleh wajib pajak.

kewajibannya dalam membayar dan melaporkan

akibat

pembayaran

dari

instansi

menurunnya

ini,

yaitu

dengan

Rungkut,

KPP

Pratama

Surabaya

perpajakannya. Kantor Pelayanan Pajak yang menjadi
Profesionalisme

layanan

penyedia

jasa

obyek penelitian ini diambil dari seluruh Kantor

dipahami akan menciptakan kepuasan para konsumen.

Pelayanan Pajak

Dengan kata lain, upaya peningkatan profesionalisme

Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I. Faktor-faktor

harus terus dilakukan demi tercapainya kepuasan

yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari

konsumen. Tinggi rendahnya profesionalisme layanan

faktor-faktor yang menunjukkan pengaruh signifikan

bisa dilihat dari penilaian konsumen terhadap kualitas

berdasarkan penelitian terdahulu. Faktor-faktornya

layanan yang diterima dibandingkan kualitas layanan

adalah

yang diharapkan atau perbandingan antara kinerja

Tujuan

penting oleh konsumen. Menurut Zeithaml, Berry dan

Responsiveness,

dari

penelitian

ini

adalah

Untuk

antara persepsi dan harapan Wajib Pajak mengenai

2004), terdapat 5 (lima) dimensi karakteristik jasa

layanan yang diberikan Kantor Pelayanan Pajak, dan

dalam mengevaluasi kualitas pelayanan yaitu: Bukti
kehandalan

Reliability,

mengetahui ada atau tidaknya kesenjangan (gap)

Parasuraman dalam (dalam Scheider dan White,

(tangibles),

Tangibles,

Assurance, dan Empathy.

kualitas layanan dengan kualitas layanan yang dinilai

fisik

di lingkungan Kantor Wilayah

Untuk mengetahui Kantor Pelayanan Pajak manakah

(reliability),

yang paling memuaskan di antara beberapa Kantor

ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance),

Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor Wilayah

empati (empathy) artinya dengan kelima dimensi di

Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur I.

atas menjadi indikator apa yang diharapkan oleh
pelanggan.

Pengertian Persepsi
Namun

pada

kesempatan

ini

penelitian

Moskowitz dan Orgel (dalam Walgito, 1994:53)

dilakukan untuk mengidentifikasi dimensi kualitas

menjelaskan bahwa persepsi merupakan suatu proses

layanan pada Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan

yang integrated dari individu terhadap stimulus yang

3

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

diterimanya. Persepsi adalah proses yang digunakan

Wajib Pajak. Dalam mencapai tujuan tersebut,

oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi,

instansi pemerintah lebih memusatkan perhatiannya

dan menginterpretasi masukan-masukan informasi

kepada pelayanan dengan sebaik-baiknya. Pelayanan

guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki

sebagai hal-hal yang jika diterapkan terhadap sesuatu

arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan

produk, akan meningkatkan daya atau nilai terhadap

fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan

pelanggan. Pelayanan yang baik membutuhkan

dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang

instruktur

bersangkutan. (Davidoff, dalam Walgito, 1994:54).

“Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada
orang

pelayanan

lain

yang

dengan

sangat

cara-cara

baik

tertentu

pula.

yang

memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal
agar

Pengertian Harapan
Harapan

akan

terciptanya

kepuasan

dan

keberhasilan”.

(Boediono 1999:60).
timbul

saat

konsumen

Pengertian Kepuasan Wajib Pajak

memerlukan suatu barang atau jasa. Di saat

Memberikan

konsumen belum memerlukan barang atau jasa, maka

kepuasan

pada

pelanggan

adalah cara yang paling baik dalam menghadapi

konsumen tidak akan mengharapkan sesuatu dari

persaingan bisnis. Hal ini terjadi pada setiap Kantor

barang atau jasa. Adapun definisi harapan menurut

Pelayanan Pajak yang berlomba-lomba memberikan

Hill (1992:45) yang dikutip oleh Stephanie Prasetyo

pelayanan terbaik yang mereka berikan kepada wajib

(2007) adalah, apa yang konsumen pikirkan harus

pajak. Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang

disediakan oleh penyedia jasa. Akan tetapi, harapan

setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

bukan merupakan prediksi dari apa yang akan

dirasakan dengan yang diharapkan. Apabila kinerja di

disediakan oleh penyedia jasa. Allen(1998) yang

bawah harapan, maka pelanggan akan merasa

dikutip oleh Stephanie Prasetyo (2007) menyebutkan

kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, maka

teori harapan yang dikembangkan oleh Vroom yang

pelanggan merasa puas. Sedangkan bila kinerja

dikenal dengan Vroom’s Expectancy Model yaitu

melebihi harapan, maka pelanggan akan merasa

bahwa pada umumnya manusia memilih salah satu di

sangat puas. Harapan konsumen dapat dibentuk oleh

antara beberapa alternatif perilaku karena manusia

pengalaman masa lampau, komentar dari para kerabat

tersebut melakukan antisipasi yang secara khusus

serta janji dan informasi pemasaran dan saingannya.

akan membawa seseorang kepada hasil sesuatu yang
diinginkan dan perilaku yang akan membawanya

Hipotesa Penelitian

kepada sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam hal ini

H0: Tidak terdapat kesenjangan(gap) antara persepsi

harapan (expectancy) dipercaya sebagai sesuatu yang

dan harapan wajib pajak mengenai service quality di

diinginkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Kantor Pelayanan Pajak.

Pengertian Pelayanan

H1: Terdapat kesenjangan(gap) antara persepsi dan

Pada instansi pemerintahan seperti Kantor

harapan wajib pajak mengenai service quality di

Pelayanan Pajak orientasi bukanlah pada keuntungan,

Kantor Pelayanan Pajak.

melainkan pada kepuasan pelanggan, dalam hal ini
kepuasan masyarakat pengguna jasa khususnya

4

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

METODE PENELITIAN
Adapun model analisis dari penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:

Jenis penelitian yang digunakan dalam

HASIL PENELITIAN DAN

penelitian ini adalah penelitian communication
approach.

Termasuk

dalam

Communication

PEMBAHASAN

approach adalah survei atau wawancara. Variabel
dependen/terikat

dalam

penelitian

ini

adalah

Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang

Kepuasan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak di

diperoleh adalah sebanyak 390 kuesioner yang diisi

lingkungan KANWIL DJP JATIM I. Dan variabel

oleh wajib pajak yang melakukan usaha.

Independen adalah lima(5) dimensi service quality

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas dalam

(tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan

Kuesioner yang Mengindikatori Harapan terhadap

empathy).

Service Quality

Populasi dalam penelitian ini adalah para
wajib pajak orang pribadi yang melakukan usaha
(WP OP) yang ada di kota Surabaya. Sampel dalam
penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang
melakukan usaha yang ada pada Kantor Pelayanan
Pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jawa Timur I, dan pengambilan
sampel adalah purposive sampling.

Untuk

menganalisa

data

(Sumber: Olahan Penulis)

dipergunakan

software SPSS edisi 19 dengan melakukan pengujian
validitas,

dan

pengujian

reliabilitas,

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas dalam

kemudian

Kuesioner yang Mengindikatori Persepsi terhadap

dilakukan pengujian.

Service Quality

5

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

artinya, persepsi Wajib Pajak atas service quality di
KPP belum sesuai dengan harapan Wajib Pajak
(Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung -6,803 <
ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima yaitu
terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan Wajib
Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surabaya Rungkut. Hal seperti ini
berlaku pada seluruh dimensi yang diukur dalam
(Sumber: Olahan Penulis)

service

quality,

yaitu

tangibles,

reliability,

responsiveness, assurance, dan empathy.
Tabel 4.4. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan WP
mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surabaya Wonocolo

PENGUJIAN HIPOTESIS
Tabel 4.3. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan
(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

WP mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surabaya Rungkut

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar
daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih
mean antara persepsi dan harapan terhadap Service
Quality yaitu -1,867. Hasil thitung adalah -6,575 dengan
nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa
perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib
Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan
(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

Pajak Pratama Surabaya Wonocolo adalah signifikan,
artinya, persepsi Wajib Pajak atas service quality di

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar

KPP belum sesuai dengan harapan Wajib Pajak

daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih

(Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung -6,575 <

mean antara persepsi dan harapan terhadap Service

ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima yaitu

Quality yaitu -2,367. Hasil thitung adalah -6,803 dengan

terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan Wajib

nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan

perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib

Pajak Pratama Surabaya Wonocolo. Hal seperti ini

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan

berlaku pada seluruh dimensi yang diukur dalam

Pajak Pratama Surabaya Rungkut adalah signifikan,

6

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

service

quality,

yaitu

tangibles,

reliability,

responsiveness, assurance, dan empathy.
Tabel 4.5. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan WP
(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surabaya Karangpilang

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar
daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih
mean antara persepsi dan harapan terhadap Service
Quality yaitu -2,567. Hasil thitung adalah -7,147 dengan
nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa
perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib
(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo adalah signifikan,

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar

artinya, persepsi Wajib Pajak atas service quality di

daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih

KPP belum sesuai dengan harapan Wajib Pajak

mean antara persepsi dan harapan terhadap Service

(Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung -7,147 <

Quality yaitu -2,600. Hasil thitung adalah -7,715 dengan

ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima yaitu

nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan Wajib

perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Surabaya Mulyorejo. Hal seperti ini

Pajak

berlaku pada seluruh dimensi yang diukur dalam

Pratama

Surabaya

Karangpilang

adalah

signifikan, artinya, persepsi Wajib Pajak atas service

service

quality di KPP belum sesuai dengan harapan Wajib

responsiveness, assurance, dan empathy.

quality,

yaitu

tangibles,

reliability,

Pajak (Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung 7,715 < ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima

Tabel 4.7. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan WP

yaitu terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan

mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan Pajak

Wajib Pajak mengenai service quality di Kantor

Pratama Surabaya Pabean Cantikan

Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang. Hal
seperti ini berlaku pada seluruh dimensi yang diukur
dalam service quality, yaitu tangibles, reliability,
responsiveness, assurance, dan empathy.
Tabel 4.6. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan WP
(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surabaya Mulyorejo

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar
daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih
mean antara persepsi dan harapan terhadap Service
Quality yaitu -2,267. Hasil thitung adalah -7,973 dengan
nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa

7

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib

Wajib Pajak mengenai service quality di Kantor

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan

Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Krembangan. Hal

Pajak Pratama Surabaya Pabean Cantikan adalah

seperti ini berlaku pada seluruh dimensi yang diukur

signifikan, artinya, persepsi Wajib Pajak atas service

dalam service quality, yaitu tangibles, reliability,

quality di KPP belum sesuai dengan harapan Wajib

responsiveness, assurance, dan empathy.

Pajak (Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung 7,973 < ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima

Tabel 4.9. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan WP

yaitu terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan

mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan Pajak

Wajib Pajak mengenai service quality di Kantor

Pratama Surabaya Sawahan

Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Pabean Cantikan.
Hal seperti ini berlaku pada seluruh dimensi yang
diukur

dalam service

quality,

yaitu tangibles,

reliability, responsiveness, assurance, dan empathy.
Tabel 4.8. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan WP
(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surabaya Krembangan

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar
daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih
mean antara persepsi dan harapan terhadap Service
Quality yaitu -2,900. Hasil thitung adalah -6,034 dengan
nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa
perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib
Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan
(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

Pajak Pratama Surabaya Sawahan adalah signifikan,
artinya, persepsi Wajib Pajak atas service quality di

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar

KPP belum sesuai dengan harapan Wajib Pajak

daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih

(Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung -6,034 <

mean antara persepsi dan harapan terhadap Service

ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima yaitu

Quality yaitu -2,733. Hasil thitung adalah -7,117 dengan

terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan Wajib

nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan

perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib

Pajak Pratama Surabaya Sawahan. Hal seperti ini

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan

berlaku pada seluruh dimensi yang diukur dalam

Pajak

service

Pratama

Surabaya

Krembangan

adalah

signifikan, artinya, persepsi Wajib Pajak atas service

quality,

yaitu

tangibles,

reliability,

responsiveness, assurance, dan empathy.

quality di KPP belum sesuai dengan harapan Wajib
Pajak (Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung -

Tabel 4.10. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan

7,117 < ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima

WP mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan

yaitu terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan

Pajak Pratama Surabaya Tegalsari

8

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar
daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih
mean antara persepsi dan harapan terhadap Service
Quality yaitu -3,867. Hasil thitung adalah -8,064 dengan
nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa
perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib
Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan

(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

Pajak Pratama Surabaya Simokerto adalah signifikan,
artinya, persepsi Wajib Pajak atas service quality di

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar

KPP belum sesuai dengan harapan Wajib Pajak

daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih

(Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung -8,064 <

mean antara persepsi dan harapan terhadap Service

ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima yaitu

Quality yaitu -2,833. Hasil thitung adalah -5,312 dengan

terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan Wajib

nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan

perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib

Pajak Pratama Surabaya Simokerto. Hal seperti ini

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan

berlaku pada seluruh dimensi yang diukur dalam

Pajak Pratama Surabaya Tegalsari adalah signifikan,

service

artinya, persepsi Wajib Pajak atas service quality di

quality,

yaitu

tangibles,

reliability,

responsiveness, assurance, dan empathy.

KPP belum sesuai dengan harapan Wajib Pajak
(Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung -5,312 <

Tabel 4.12. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan

ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima yaitu

WP mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan

terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan Wajib

Pajak Pratama Surabaya Gubeng

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surabaya Tegalsari. Hal seperti ini
berlaku pada seluruh dimensi yang diukur dalam
service

quality,

yaitu

tangibles,

reliability,

responsiveness, assurance, dan empathy.
Tabel 4.11. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan
WP mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan
(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

Pajak Pratama Surabaya Simokerto

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar
daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih
mean antara persepsi dan harapan terhadap Service
Quality yaitu -3,100. Hasil thitung adalah -7,617 dengan
nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa
(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib
Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surabaya Gubeng adalah signifikan,

9

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

artinya, persepsi Wajib Pajak atas service quality di

service

quality,

KPP belum sesuai dengan harapan Wajib Pajak

responsiveness, assurance, dan empathy.

yaitu

tangibles,

reliability,

(Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung -7,617 <
Tabel 4.14. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan

ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima yaitu

WP mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan

terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan Wajib

Pajak Pratama Surabaya Sukomanunggal

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surabaya Gubeng. Hal seperti ini
berlaku pada seluruh dimensi yang diukur dalam
service

quality,

yaitu

tangibles,

reliability,

responsiveness, assurance, dan empathy.
Tabel 4.13. Uji beda t untuk Persepsi dan Harapan
WP mengenai Service Quality di Kantor Pelayanan
(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

Pajak Pratama Surabaya Genteng

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar
daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih
mean antara persepsi dan harapan terhadap Service
Quality yaitu -3,067. Hasil thitung adalah -7,609 dengan
nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa
perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib
(Sumber: Data Primer, diolah peneliti)

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surabaya Sukomanunggal adalah

Dapat diketahui bahwa harapan lebih besar

signifikan, artinya, persepsi Wajib Pajak atas service

daripada persepsi. Hal itu dibuktikan dengan selisih

quality di KPP belum sesuai dengan harapan Wajib

mean antara persepsi dan harapan terhadap Service

Pajak (Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung -

Quality yaitu -3,300. Hasil thitung adalah -8,018 dengan

7,609 < ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima

nilai sig 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa

yaitu terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan

perbedaan mean antara harapan dan persepsi Wajib

Wajib Pajak mengenai service quality di Kantor

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan

Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Sukomaunggal.

Pajak Pratama Surabaya Genteng adalah signifikan,

Hal seperti ini berlaku pada seluruh dimensi yang

artinya, persepsi Wajib Pajak atas service quality di

diukur

KPP belum sesuai dengan harapan Wajib Pajak

reliability, responsiveness, assurance, dan empathy.

dalam service

quality,

yaitu tangibles,

(Wajib Pajak tidak puas). Dengan hasil thitung -8,018 <

Analisa Persepsi dan Harapan

ttabel -2,045 menunjukkan bahwa H1 diterima yaitu
terdapat perbedaan antara persepsi dan harapan Wajib

DIMENSI TANGIBLE

Pajak mengenai service quality di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surabaya Genteng. Hal seperti ini

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat

berlaku pada seluruh dimensi yang diukur dalam

pengaruh secara parsial antara variabel tangible

10

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

(wujud fisik) terhadap kepuasan wajib pajak. Hasil

Setijo Nugroho (2005) mengungkapkan bahwa

nilai t hitung = -4,378 < t tabel = -1,966081, hasil

dimensi reliability pada Kantor Pelayanan Pajak di

tersebut menunjukkan bahwa Kantor Pelayanan Pajak

Yogyakarta belum memenuhi ekspektasi Wajib

telah mampu memberikan service quality dimensi

Pajak, dikarenakan petugas yang ada di lapangan

tangible dengan baik meskipun masih terdapat gap

tidak mampu memberikan penjelasan dengan baik

antara persepsi dan harapan. Gap yang paling kecil

keluhan Wajib Pajak, alur pelayanan memakan waktu

adalah pada kondisi bangunan untuk operasional

yang lama, dan loket pembayaran SPT hanya

bersih, nyaman, dan teratur, sedangkan untuk gap

beberapa saja yang dibuka. Analisa tersebut sesuai

yang paling besar adalah pada teknologi/peralatan

dengan penelitian yang diambil, walaupun berbeda

yang digunakan modern, cepat, dan akurat. Penelitian

lokasi namun memiliki kesamaan tujuan yang akan

sebelumnya yang dilakukan oleh M. Andi Setijo

dicapai, maka berdasarkan analisa tersebut dapat

Nugroho

dikatakan bahwa dimensi reliability berpengaruh

(2005)

mengatakan

bahwa

dimensi

tangibles tidak berpengaruh signifikan terhadap

positif terhadap kepuasan Wajib Pajak.

kepuasan Wajib Pajak, namun pada analisa tersebut
diatas

menunjukkan

bahwa

dimensi

DIMENSI RESPONSVENESS

tangibles

berpengaruh positif terhadap kepuasan Wajib Pajak,

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat

hal tersebut disebabkan oleh karena perbedaan subjek

pengaruh

pajak yang tidak merata, selain itu juga disebabkan

responsiveness terhadap kepuasan wajib pajak. Hasil

oleh perbedaan lokasi penelitian.

nilai t hitung = -6,184 < t tabel = -1,966081, hasil

secara

parsial

antara

variabel

tersebut menunjukkan bahwa Kantor Pelayanan Pajak

DIMENSI RELIABILITY

telah mampu memberikan service quality dimensi
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat

responsiveness dengan baik meskipun masih terdapat

pengaruh secara parsial antara variabel reliability

gap antara persepsi dan harapan. Gap yang paling

terhadap kepuasan wajib pajak. Hasil nilai t hitung =

besar adalah pada petugas selalu sigap dalam

-8,230 < t tabel = -1,966081, hasil tersebut

menyelesaikan masalah yang dihadapi wajib pajak,

menunjukkan bahwa Kantor Pelayanan Pajak telah

sedangkan untuk gap yang paling kecil adalah pada

mampu

memberikan

service

quality

dimensi

target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam

reliability dengan baik meskipun masih terdapat gap

waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara

antara persepsi dan harapan. Gap yang paling besar

pelayanan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa

adalah pada kemudahan tahapan pelayanan yang

masih ada gap antara persepsi dan harapan Wajib

diberikan

sisi

Pajak terhadap dimensi responsveness. Menurut

kesederhanaan alur pelayanan, sedangkan untuk gap

Kiswanto dan Wahyuddin (2007) Kantor Pelayanan

yang paling kecil adalah pada kejelasan petugas yang

Pajak sudah memberikan tanggapan yang baik

memberikan

serta

terhadap Wajib Pajak, dengan melihat tingkat

kewenangan, dan tanggung jawab). Dengan demikian

kepuasan yang cukup tinggi, namun ekspektasi Wajib

dapat dijelaskan bahwa masih ada gap antara persepsi

Pajak

dan harapan Wajib Pajak terhadap dimensi reliability.

Pelayanan

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh M. Andi

memberikan tanggapan membuat nilai gap antara

kepada

masyarakat

layanan

(nama,

dilihat

dari

jabatan

11

yang

menuntut

Pajak

untuk

menginginkan
lebih

cepat

Kantor
dalam

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

ekspektasi dengan kenyataan di lapangan menjadi

mampu memberikan service quality dimensi empathy

sedikit lebih menjauh.

dengan baik meskipun masih terdapat gap antara
persepsi dan harapan. Gap yang paling kecil adalah

DIMENSI ASSURANCE

pada petugas memberikan perhatian yang tulus/ikhlas

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat

kepada wajib pajak, sedangkan untuk gap yang

pengaruh secara parsial antara variabel assurance

paling besar adalah pada kejelasan wewenang dan

terhadap kepuasan wajib pajak. Hasil nilai t hitung =

tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan

-5,097 < t tabel = -1,966081, hasil tersebut

penyelesaian pelayanan. Dengan demikian dapat

menunjukkan bahwa Kantor Pelayanan Pajak telah

dijelaskan bahwa masih ada gap antara persepsi dan

mampu

memberikan

service

quality

harapan Wajib Pajak terhadap dimensi empathy.

dimensi

assurance dengan baik meskipun masih terdapat gap

Menurut

antara persepsi dan harapan. Gap yang paling besar

Pelayanan Pajak sudah memberikan perhatiannya

adalah pada sikap dan perilaku petugas dalam

dengan baik kepada Wajib Pajak, dibuktikan dari

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara

tingkat kepuasan yang cukup tinggi, namun belum

sopan dan ramah serta saling menghargai dan

sepenuhnya harapan Wajib Pajak terpenuhi, tetapi

menghormati, sedangkan untuk gap yang paling kecil

petugas telah berusaha dengan baik memberikan

adalah pada tingkat keahlian dan ketrampilan yang

perhatiannya kepada Wajib Pajak.

dimiliki

petugas

dalam

penyelenggaraan

Stephanie

Parsetyo

(2006)

Kantor

dan

penyelesaian pelayanan. Dengan demikian dapat

KESIMPULAN DAN SARAN

dijelaskan bahwa masih ada gap antara persepsi dan
harapan Wajib Pajak terhadap dimensi assurance.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah

Menurut Djasuli dan Deasy (2011) Kantor Pelayanan
Pajak

sudah

memberikan

keahlian

dijelaskan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

dan

terdapat gap antara persepsi dan harapan wajib pajak

ketrampilannya dengan baik terhadap Wajib Pajak

orang pribadi yang melakukan usaha terhadap service

mengenai penyelesaian masalah yang dihadapi oleh

quality yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak

Wajib Pajak, dibuktikan dari tingkat kepuasan yang

di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

cukup tinggi, namun ekspektasi Wajib Pajak yang

Pajak Jawa Timur I. Berdasarkan ke-13 Kantor

menuntut menginginkan Kantor Pelayanan Pajak

Pelayanan Pajak yang diuji, rata-rata yang memiliki

untuk lebih cepat dalam memberikan tanggapan

gap paling kecil adalah dimensi tangibles yaitu

membuat nilai GAP antara ekspektasi dengan

sebesar -4,378 dengan t hitung sebesar -1,966081,

kenyataan di lapangan menjadi sedikit lebih menjauh.

sedangkan yang memiliki gap paling besar adalah
DIMENSI EMPATHY

dimensi reliability yaitu sebesar -8,230.

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat

Saran yang diberikan adalah sebagai berikut :

pengaruh secara parsial antara variabel empathy
1.

terhadap kepuasan wajib pajak. Hasil nilai t hitung =

Untuk variabel reliability sebaiknya untuk

lebih ditekankan dalam setiap job desk yang

-6,991 < t tabel = -1,966081, hasil tersebut

dilakukan masing-masing pegawai KPP, sebagai

menunjukkan bahwa Kantor Pelayanan Pajak telah

contoh alur pelayanan yang diberikan tidak memakan

12

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

waktu yang lama maka loket untuk pembayaran SPT

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

lebih banyak yang dibuka, selain itu kemudahan

No.

memperoleh penjelasan tentang peraturan perpajakan

Pelayanan Publik.

63/KEP/M.PAN/7/2003

Tentang

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

terbaru melalui petugas pajak.

No. 25/KEP/M.PAN/2/2004 Tentang 14
2.

Untuk variabel dimensi kualitas jasa lainnya

Unsur

perlu ditingkatkan satu-persatu mulai dari kondisi

Indeks

Kepuasan

Pelanggan.

bangunan, target waktu pelayanan, sikap dan perilaku

Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor : KEP -

serta perhatian kepada wajib pajak.
3.

Pengukur

378/PJ/2013 Tentang Penetapan Standar
Pelayanan Pada Kantor Pelayanan Pajak

Hendaknya pihak Kantor Pelayanan Pajak

memperhatikan unsur manusia yang merupakan salah

Kotler, P., & Armstrong, J. (2004). Principles of

satu komponen dalam sebuah sistem pelayanan yang

Marketing. (10th ed). New Jersey: Prentice

harus dipenuhi agar sistem pelayanan yang dihasilkan

Hall.

memadai untuk memberikan pelayanan yang baik,

Kotler, P., Bowen, J., & Makens, J. (1999). Marketing

baik internal maupun eksternal. Hal ini karena

for Hospitality and Tourism. (2nd ed). New

pegawai

Jersey: Prentice Hall.

merupakan

komponen

yang

langsung

Kuncoro, M. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan

berhadapan dengan Wajib Pajak sehingga segala

Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

sesuatu yang berkaitan dengan sikap, sifat dan
perilaku

pegawai

akan

berpengaruh

Lovelock, C., Patterson, P., & Walker, R. (2001).

kepada

Services

pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak.

Marketing:

An

Asia-Pacific

Perspective. (2nd ed). Sydney: Pearson
Education.

DAFTAR PUSTAKA
Boediono.

(1999).

Pelayanan

Malhotra, N. K. (1999). Marketing research: An

Prima.

Jakarta:

applied orientation. New Jersey: Prentice

Yayasan Kawalu Indonesia.

Hall.
Parasuraman.

Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis multivariate

Customer

Pasla, P.R.Y. dan Dinata, D.I.S. (2004). Persepsi

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Masyarakat Surabaya terhadap SPA sebagai

Gitosudarmo, Indrio dan Sudita I Nyoman. (1997).
Keorganisasian.

Measuring

Satisfaction. Penerbit Gramedia. Jakarta.

dengan Program SPSS (4th ed.). Semarang:

Penilaian

(2002).

sarana perawatan kesehatan, kebugaran dan

Yogyakarta:

kecantikan.

BPFE Edisi Pertama.

Jurnal

Manajemen

&

Kewirausahaan Vol. 6 (No. 1) Maret 2004,

Hill, A.V. (1992). Field Service Management.

82-92.

Illinois: Richard D. Irwin, Inc.

Pemilu

Holbert, Neil B. & Mark W. Speece. (1993). Practical

Purnomo,
Mengukur

marketing research: An integrated global

Bambang
Kualitas

Setiaji.
Pelayanan

(2005).
untuk

Meningkatkan Kinerja di Kantor Pelayanan

perspective. Singapore: Prentice Hall.

Pajak (KPP) klaten. Jurnal Daya Saing,

Horovitz, J. (2000). Seven Secret of Service Strategy.

Magister Manajemen UMS.

Great Britain: Prentice Hall.

13

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

Peraturan Pemerintah nomor 96 tahun 2012 tentang
Pelayanan Publik
Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Rangkuti,

Freddy.

(2003).

Satisfaction.

Mesuring

Teknik

Customer

Mengukur

Strategi

Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan
Analisis

Kasus

PLN-JP.

Penerbit:

PT

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Santoso,

S.

dan

Pemasaran.

Tjiptono,

F.

(2001).

Jakarta:

PT.

Elex

Riset
Media

Komputindo.
Silalahi, G.A. (2003). Metode Penelitian dan Studi
Kasus. Sidoarjo: Citra Media.
SE-84/PJ/2011 tentang Pelayanan Prima
Sugiyono.

(2006).

Metode

Penelitian

Bisnis.

Bandung: CV Alfabeta.
Sumadi. M. Andi Setijo Nugroho. (2005). Pengaruh
Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Wajib Pajak Studi pada Obyek Pajak
Penghasilan di KPP Yogyakarta Satu. Jurnal
Kajian Bisnis dan Manajemen, Edisi Khusus
Marketing Hal. 59-72.
Sunyoto, Danang. (2012). Analisis Validitas &
Asumsi Klasik. Yogyakarta: Gava Media.
Tjiptono, Fandy. (2000). Manajemen Jasa. Penerbit
Andi Offset. Yogyakarta.
Umar, H. (2002). Riset Pemasaran dan Perilaku
Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Walgito,

B.

(1994).

Psikologi

Sosial:

Suatu

Pengantar. (edisi revisi). Yogayakarta: Andi
Offset.
Widodo, Joko. (2001). Good Governance. Surabaya:
Insan Cendekia.
Yamit, Zulian. (2002). Manajemen Kualitas Produk
dan Jasa. Penerbit Ekonisia. Yogyakarta

14

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

15

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia

8 154 65

Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

7 87 68

Pelaksanaan Penagihan Utang Wajib Pajak Melalui Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

2 39 80

Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kualitas Pelayanan Publik (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur)

5 104 160

Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Pada Pelayanan Publik Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP PRATAMA) Pematang Siantar

3 74 116

Tingkat Kepatuhan Dan Kesadaran Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

2 56 65

Pelaksanaan Penagihan Tunggakan Pajak Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

2 46 63

Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Membayar Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2013

0 32 64

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Kualitas Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I

0 2 1

Pengaruh Jumlah Wajib Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (Survei pada Kantor Pelayanan Pajak yang Terdaftar di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I 2010-2015)

0 6 41