Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

KLASIFIKASI PAJAK PENGHASILAN ATAS WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN

PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR O

L E H

NAMA : RADE MEILANI NIM : 102600110

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin Puji syukur tiada hentinya penulis ucapkan atas segala Nikmat dan Rahmat Allah yang tak terhingga hingga penulis mampu menyelesaikan Tugas akhir yang berjudul “Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur” dengan lancar tanpa hambatan dan tepat waktu. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi DIII Administrasi Perpajakan FISIP USU.

Especially dedicated for ibunda Hj. Rosdiana dan ayahanda H.Zainal Abidin sebagai salah satu bentuk balas jasa penulis atas dukungan moril dan materiil yang beliau berikan hingga Tugas Akhir ini diselesaikan. Kemudian rasa sayang yang dalam kepada saudara kandung Ema dan Suci serta Juang dan Azan atas rasa persaudaraan dan kehangatan kekeluargaan yang menambah semangat penulis dalam berfikir dan mencari ide-ide baru. tidak pernah lupa rasa terimakasih yang dalam Kepada Bapak Indra Efendi Rangkuti,S.sos selaku dosen pembimbing dan seluruh staf pengajar/dosen DIII Administrasi Perpajakan.

Terlebih bagi Teman-teman Administrasi Perpajakan Kelas C 2010 Fani, Irma, Umi, Devi, Nimas, Rina dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas pengalaman suka dan duka selama duduk di bangku perkuliahan yang


(3)

secara tidak langsung telah memberi pelajaran berharga tentang perselisihan, pertengkaran, rasa bahagia, dan rasa sedih yang di jalani bersama selama 3 tahun yang membuat penulis semakin dewasa. Selanjutnya kepada sahabat-sahabat yaitu Nisa, Diah, dan Kiki atas kesetiaannya menemani penulis mulai dari bangku SMA hingga kini. Wish this friendship never last. Selanjutnya teruntuk almarhum Ricky Arbian Syahputra yang menemani penulis dari lulus mengikuti ujian masuk Universitas Sumatera Utara hingga semester 1 perkuliahan . Penulis banyak belajar dari sifat almarhum yang ceria, semangat, tidak banyak mengeluh dan pantang menyerah. Proudly present this for him. Last but not least , hasil Tugas akhir ini saya peruntukkan kepada Muhammad Taufan Setiawan yang telah menemani dari awal hingga akhir dengan rasa sabar dalam kebersamaan menghadapi kegiatan perkuliahan yang cukup melelahkan. Semoga diberikan kelancaran dalam segala urusan dan semoga sukses dalam berkarya baik di lingkungan Marchingband USU maupun diluar daripada itu.

Hasil dari Tugas Akhir ini nantinya bukan merupakan hasil individual melainkan tidak lepas dari hasil semangat dan dukungan dari kerabat dan sanak saudara secara langsung maupun tidak langsung. Penulis berharap semoga isi dari Tugas Akhir ini berguna bagi semua pihak dan membantu dalam penyelesaian permasalahan perpajakan demi kemajuan Indonesia kelak.


(4)

Penulis menyadari Tugas Akhir ini tidak sempurna dan tidak lepas dari kesalahan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Demikian Kata pengantar ini ditulis. Atas kekurangan dalam penulisan maupun pemaparan mohon maaf dan dimaklumi. Terimakasih.

Medan, Juli 2013 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang Masalah PKLM ... 4

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 4

C. Uraian Teoritis ... 6

D. Ruang Lingkup PKLM ... 8

E. Metode PKLM ... 8

F. Metode Pengumpulan Data ... 10

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur ... 14

B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ... 18

C.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 19

D.Uraian Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ... 20

BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Pajak ... 23


(6)

v

D. Pajak Penghasilan ... 26

E. Pajak Penghasilan Orang Pribadi ……….. ... 36

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

A. Data Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan (WP OP

PPh) ... 49 B. Data Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi .... 50 C. Laporan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN ... 54 B.SARAN ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu cara kerja yang

langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja yang nyata guna memberikan kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan. PKLM merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri yang langsung ditujukan untuk memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Karena sifatnya untuk memberikan dan belajar keahlian secara praktis, maka bantuan yang diberikan cenderung terbatas pada apa yang menjadi tujuan PKLM.

Dengan pesatnya perkembangan sosial dan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional dan globalisasi serta reformasi di berbagai bidang, dan setelah mengevaluasi perkembangan pelaksanaan Undang - Undang Perpajakan selama beberapa tahun terakhir, khususnya Undang - Undang Pajak Penghasilan, maka dipandang perlu untuk dilakukan perubahan Undang - Undang tersebut guna meningkatkan fungsi dan peranannya dalam rangka mendukung kebijakan pembangunan nasional khususnya di bidang ekonomi.


(8)

2

Maka peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Pajak Penghasilan telah mengalami perubahan selama empat kali. Yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983. Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan diubah untuk ketiga kali dengan Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2000. Sebagaimana telah diubah terakhir untuk keempat kalinya dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Perubahan ini dimaksud tetap berpegang pada prinsip-prinsip perpajakan yang dianut secara universal yaitu keadilan, kemudahan/efisiensi administrasi dan produktivitas. Dengan mengarah pada penunjang kebijaksanaan pemerintah dalam rangka meningkatkan investasi langsung di Indonesia.baik penanaman modal asing maupun dalam negeri di bidang usaha tertentu dan daerah tertentu yang menjadi prioritas, penyesuaian tarif untuk meningkatkan daya saing, penambahan atau perluasan basis perpajakan untuk meningkatkan penerimaan negara serta memberikan dorongan bagi perkembangan usaha-usaha kecil.

Pajak Penghasilan berdasarkan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak. Undang - Undang ini menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Subjek Pajak dari dalam negeri maupun luar negeri. Subjek


(9)

Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang - Undang ini disebut Wajib Pajak.

Untuk lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak, maka di Indonesia

hingga kini masih menganut Self Assessment System, dimana wajib pajak diberi

kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan, memotong, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar dan dilaporkan sesuai keadaan sesungguhnya. Tentu saja dalam pelaksanaannya Wajib Pajak akan dibimbing dan dibina oleh fiskus. Hubungan kerjasama dan timbal balik yang baik antar wajib pajak dan fiskus ini otomatis mempermudah Wajib Pajak dalam mendapat kepastian hukum, konsistensi, transparansi dan keadilan.

Dalam rangka meningkatkan keadilan pengenaan pajak, maka pemerintah melalui Undang - Undang melakukan perluasan subjek dan objek pajak dalam hal-hal tertentu dan pembatasan pengecualian atau pembebasan pajak dalam hal lainnya. Struktur tarif pajak yang berlaku juga perlu diubah dan dibedakan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan untuk Wajib Pajak Badan, guna memberikan beban pajak yang lebih proporsional bagi masing-masing golongan wajib pajak.

Berangkat dari hal ini penulis merasa tertarik untuk mengetahui klasifikasi (penggolongan) yang menjadi penerimaan pajak penghasilan di suatu instansi pemerintahan, dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(10)

4

Sehingga tercipta dan terangkum judul “Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Yang menjadi tujuan dari pelaksanaan PKLM kali ini adalah :

1.1 Untuk mengetahui data klasifikasi penerimaan Pajak Penghasilan

Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

1.2 Mengetahui laporan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tahun 2011 dan 2012.

1.3 Menganalisa laporan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan

mengetahui potensi penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Manfaat PKLM bagi Mahasiswa yaitu :

a. Mengetahui secara langsung praktik kerja yang sesungguhnya dan penanganan akan masalah yang dihadapi

b. Menambah skill kerja dan belajar bagaimana bekerja dalam teamwork c. Mempersiapkan mahasiswa untuk pekerjaan di waktu yang mendatang


(11)

d. Belajar sikap kerja baru (work attitude)

e. Mengetahui klasifikasi Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

2.2 Manfaat PKLM bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yaitu :

a. Membina kerjasama antara lembaga pendidikan dengan instansi pemerintah

b. Menambah sumber - sumber ide baru

c. Menstimulasi loyalitas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur kepada masyarakat

d. Mempromosikan citra Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur kepada masyarakat khususnya civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU)

2.3 Manfaat PKLM bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yaitu:

a. Mempererat hubungan kerjasama antar pihak Program Studi dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur


(12)

6

c. Menambah aplikasi nyata bagi kurikulum

d. Mendorong kemajuan alumni di masa mendatang

C. Uraian Teoritis

Pengertian Pajak mengacu pada Pasal 1 Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

Subjek Pajak Penghasilan berdasarkan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan secara umum meliputi orang pribadi, badan, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak, serta Bentuk Usaha Tetap (BUT). Subjek Pajak terbagi atas dua, yaitu Subjek pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri dengan perlakuan tarif pajak yang berbeda. Yang tidak termasuk Subjek Pajak adalah kantor perwakilan Asing, pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing dengan syarat tertentu, Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan menteri Keuangan dengan syarat


(13)

tertentu, pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan dengan syarat tertentu.

Adapun Objek Pajak Penghasilan berdasarkan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yan diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan bentuk apapun. Pengecualian dari Objek Pajak berupa bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima Badan Amil Zakat yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah, harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus, warisan, pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa, dan lain sebagainya yang diatur dalam Undang - Undang Pajak Penghasilan.

Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Orang Pribadi yang menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri pada Pasal 2 Ayat (3) huruf a Undang – Undang Pajak Penghasilan adalah yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari (seratus delapan puluh tiga hari) dalam jangka waktu dua belas (12) bulan, atau yang dalam satu tahun pajak berada di


(14)

8

Berdasarkan pembahasan Pasal 2A Ayat (1) Undang – Undang Pajak Penghasilan, Kewajiban Pajak subjektif Orang Pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (3) huruf a dimulai pada saat orang pribadi tersebut lahir, berada atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi tempat diadakannya PKLM adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Dengan perincian ruang lingkup :

1. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi terdaftar di KPP Pratama Medan Timur Tahun 2012 sampai dengan 2013

2. Data klasifikasi (penggolongan) Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2012 dan 2013

3. Laporan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi tahun 2011 dan 2012

4. Analisa atas laporan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri Yang menjadi metode PKLM ada 5 yaitu :


(15)

1. Tahap Persiapan

Yaitu kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan PKLM ke objek lokasi PKLM yang meliputi: pengajuan judul, penentuan judul oleh Ketua Program Studi, penyusunan proposal PKLM, kegiatan seminar proposal PKLM, revisi proposal, penyetujuan proposal, pembagian dosen pembimbing, penyetujuan kembali proposal dan bimbingan serta konsultasi oleh dosen pembimbing hingga pada tahap pemberian izin riset PKLM.

2. Studi Literatur (Kepustakaan)

Yaitu kegiatan studi mencari data informasi dengan membaca landasan teori. Buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan, majalah, surat kabar, catan-catatan maupun bahasa tertulis yang berkaitan dengan laporan PKLM.

3. Studi Observasi Lapangan

Yaitu kegiatan studi dengan cara terjun langsung ke lokasi dilakukannya PKLM guna mencari data dan informasi serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.


(16)

10

4. Pengumpulan Data

Kegiatan mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyusun laporan tugas akhir. Terdiri dari :

a. Data Primer: Data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak yang berkompeten terkait dengan judul laporan PKLM.

b. Data Sekunder: Data yang yang diperoleh dengan studi literatur. Yaitu mempelajari Undang – Undang Perpajakan, buku referensi, majalah dan sumber lainnya yang berkaitan dengan objek PKLM.

5. Analisis dan Evaluasi

Yaitu kegiatan studi yang dilakukan dengan cara menganalisis permasalahan dan kendala yang dihadapi dan mencari tahu atau menanyakan solusi/jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan Pengumpulan data digunakan tiga metode yaitu :

1. Metode Wawancara

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan


(17)

berkompeten agar menambah objektifitas tugas akhir berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi laporan PKLM.

2. Metode Observasi (Pengamatan)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan mematuhi petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko yang tinggi.

3. Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi.

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM

Adapun yang menjadi maksud penulis membuat sistematika penulisan laporan PKLM adalah untuk mempermudah pemahaman dan penulisan laporan PKLM.

Sistematika penulisan laporan PKLM dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan diberi penjelasan yang terperinci.


(18)

12

A. BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

B. BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM Dalam bab ini terdapat tinjauan umum lokasi PKLM termasuk sejarah singkat berdirinya, struktur organisasi, uraian tugas dan fungsi pegawai, gambaran pegawai/karyawan/anggota personil pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

C. BAB III : GAMBARAN DATA

Bab ini menjelaskan tentang teori teori perpajakan secara umum dan khusus termasuk ketentuan, fungsi, subjek, objek, tarif, cara penghitungan, pendaftaran dan penilaian pajak yang berlaku berdasarkan undang undang.


(19)

D. BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini berisi uraian data, laporan data, pembahasan masalah dan penganalisaan masalah yang menjadi tujuan utama PKLM.

E. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan pelaksanaan PKLM berdasarkan data-data yang diperoleh serta saran penulis guna memperbaiki masalah masalah yang timbul.


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara

3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua Yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.


(21)

267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah Menjadi empat wilayah kerja, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara


(22)

16

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak” yang mana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi enam wilayah kerja, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah:

1) Kecamatan Medan Timur

2) Kecamatan Medan Area

3) Kecamatan Medan Tembung

4) Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Barat 2) Kecamatan Medan Sunggal

3) Kecamatan Medan Petisah

4) Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :


(23)

2) Kecamatan Medan Denai 3) Kecamatan Medan Johor

4) Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Polonia

2) Kecamatan Medan Maimun

3) Kecamatan Medan Baru

4) Kecamatan Medan Tuntungan

5) Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Belawan

2) Kecamatan Medan Marelan

3) Kecamatan Medan Labuhan


(24)

18

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

1) Kota Binjai

2) Kabupaten Langkat

B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Timur beralamat di Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan. KPP Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasakan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 Agustus 1993.

Kantor Pelayanan Pajak modern yang menangani Wajib Pajak terbanyak

adalah KPP Pratama dan Small Tax Office (STO). KPP Pratama baru dibentuk pada

tahun 2006 s.d 2008 . Di tahun 2008, Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur diganti nama dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Pada tanggal 14 Januari 2013 KPP Pratama Medan Timur resmi mengganti lokasi kantor disebabkan musibah kebakaran yang terjadi pada tanggal 6 Januari 2013 yang menimpa gedung lama KPP Pratama Medan Timur. Mulai tanggal 14 Januari 2013 KPP Pratama Medan Timur berlokasi kerja di Jalan Suka Mulia No.17A tepatnya di Gedung Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak SUMUT I Lantai IV Medan. Dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah : 1) Kecamatan Medan Timur 2) Kecamatan Medan Perjuangan 3) Kecamatan Medan Tembung


(25)

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai pembagian tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing pegawai dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan struktur organisasi tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkam secara maksimal. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, antara lain:

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON I)

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (WASKON II)

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (WASKON III)

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (WASKON IV)

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan


(26)

20

10. Seksi Pelayanan

11. Kelompok Jabatan Fungsional

D. Uraian Tugas dan Fungsi Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1. Sub Bagian Umum ( Subbag Umum )

Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha, Kepegawaian, Keuangan dan Rumah Tangga. Sub Bagian Umum membawahi 3 (tiga) Koordinator Pelaksana yaitu : 1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dan Kepegawaian 2. Koordinator Pelaksana Keuangan 3. Koordinator Rumah Tangga.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( Seksi PDI )

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan urusan pengolahan data dan informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi Wajib Pajak. Seksi Pengolahan Data dan Informasi membawahi 3 (tiga) Koordinator pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana PDI I, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data keluaran dan masukan

2. Koordinator Pelaksana PDI II, bertugas untuk melaksanakan pengolahan data dan menyajikan informasi perpajakan


(27)

3. Koordinator Pelaksana PDI III, bertugas untuk melaksanakan penggalian potensi perpajakan, ekstensifikasi wajib pajak dan membuat monografi perpajakan.

3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I,II,III dan IV (WASKON)

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I hingga Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak dan melakukan evaluasi hasil banding.

4.Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi. Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur : “ Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan antara lain melaksanakan penerbitan dan penatausahaan Surat Himbauan NPWP dan atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), menyusun Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan,


(28)

22

dan membimbing pelaksanaan dan penatausahaan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan.

5. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Seksi Penagihan membawahi 2 (dua) Koordinator Pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak

2. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif.

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur : “Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Pemeriksaan antara lain menyusun Daftar Nominatif dan atau Lembar Pemeriksaan Wajib Pajak yang akan Diperiksa, membuat usulan pembatalan Daftar Nominatif dan atau Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) Wajib Pajak yang akan diperiksa, dan menerbitkan dan menyalurkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak


(29)

(SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemanggilan Pemeriksaan Pajak ”.

7. Seksi Pelayanan

Seksi pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penertiban produkhukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan dan pelaksanaan regristasi Wajib Pajak. Membawahi 3 (tiga) koordinator pelaksana yaitu:

1. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu

2. Koordinator Pelaksanaan Surat Pemberitahuan

3. Koordinator Penyuluhan Perpajakan

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan.Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan.Adapun jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan


(30)

24

KANTOR PELAYANAN PAJAK

Bagan I.Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2013 SUB BAGIAN UMUM SEKSI Pengolahan Data dan Informasi (PDI) SEKSI pelaya nan SEKSI pemeriksa an dan kepatuhan internal SEKSI penagi han SEKSI Ekstensifikasi perpajakan SEKSI WASKON I,II,III dan IV Kelompok Jabatan fungsional


(31)

Tabel 2.1

Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

NO. SEKSI JUMLAH

1. Kepala kantor 1 orang

2. Sub Bagian Umum 6 orang

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9 orang

4. Seksi Pelayanan 16 orang

5. Seksi Penagihan 4 orang

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4 orang

7. Seksi Ektensifikasi Perpajakan 4 orang

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON I) 8 orang

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (WASKON II) 6 orang

10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (WASKON III) 7 orang

11. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (WASKON IV) 7 orang

12. Kelompok Jabatan Fungsional 11 orang

JUMLAH 83 Orang


(32)

BAB III

GAMBARAN DATA

A. Pengertian Pajak

Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, S.H. dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak (1991: 2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.

Menurut Prof. Edwin R. A. Seligman dalam buku essay in Taxation yang

diterbitkan di Amerika menyatakan : Tax is compulsory contribution from the person, to the government to depray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred. Dari definisi di atas terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditujukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditujukan secara khusus pada seseorang. Memang demikian halnya bahwa bagaimanapun juga pajak itu ditujukan manfaatnya kepada masyarakat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, SH. dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990: 5) menyatakan Pajak adalah iuran kepada


(33)

kas negara berdasarkan Undang - Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut:

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang - Undang serta aturan pelaksanaannya

yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukan adanya kontraprestasi (timbal-balik) individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari

pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public

investment.

B. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: pajak merupakan


(34)

25

penyumbang terbesar dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) .

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras sehingga menekan konsumsi minuman keras. Demikian pula terhadap barang mewah.

C. Jenis Pajak

Pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1. Menurut Golongannya

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: pajak penghasilan

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari secara syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan


(35)

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

3. Menurut Pemungut dan Pengelolanya adalah sebagai berikut :

a. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak Reklame, Pajak hiburan, Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan.

D. Pajak Penghasilan

Dasar Hukum Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 1984 adalah Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1983. Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1994 dan diubah untuk ketiga kali dengan Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2000. Sebagaimana telah diubah terakhir untuk keempat kalinya dengan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Undang - Undang Pajak Penghasilan berlaku mulai tahun 1984 dan merupakan pengganti Undang - Undang Pajak Perseroan 1925, Undang-undang Pajak


(36)

27

Menurut Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 Ayat (1) yang menjadi Subjek Pajak adalah :

(1) a. 1. Orang pribadi;

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;

b. Badan; dan

c. Bentuk Usaha Tetap

(1a) Bentuk Usaha Tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan

(2) Subjek Pajak dibedakan menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri.

(3) Subjek Pajak Dalam Negeri adalah :

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, Orang Pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga hari) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan; atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai nniat untuk bertempat tinggal di Indonesia.


(37)

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia , kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :

1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Sedang yang dijelaskan dalam Pasal 3 Ayat (1) Undang – Undang Pajak Penghasilan yang tidak termasuk Subjek Pajak yaitu:

a. Kantor perwakilan negara asing;

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal-balik; c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan

2. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada


(38)

29

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada huruf c, dengan syarat bukan warga Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Adapun Objek Pajak Penghasilan tercantum pada Pasal 4 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan dengan penguraian sebagai berikut:

(1) Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untukkonsumsi atau untuk menambah kekayaan Waiib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan ataujasa yang diterima atau diperoleh, termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang – Undang ini;

b. Hadiah dari Undian, pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan; c. Laba usaha;


(39)

1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,

atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan, pengambilalihan usaha atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun;

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupahibah, bantuan atau

sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan,badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan di antara pihak yang bersangkutan; dan

5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak

penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan penambangan.


(40)

31

f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, ermasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. Sewa dan penghasilan lain yang sehubungan dengan penggunaan harta; j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing; m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. Premi Asuransi

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;


(41)

r. Imbalan bunga sebagaimana yang dimaksud dalam Undang – Undang yang mengatur mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;

s. Surplus Bank Indonesia.

Yang dikecualikan dari Objek Pajak dalam Pasal 4 ayat (3) yaitu:

a. 1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;


(42)

33

b. Warisan;

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

d. Penggantian ataua imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura/dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh Bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam pasal 15;

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada Orang Pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa;

f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:


(43)

2. Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari modal yang disetor

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam

bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

j. dihapus;

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:


(44)

35

3. merupakan usaha mikro, kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan;dan

4. sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek di Indonesia

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, yaitu: 1. diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak

pemberi beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan foral,/non formal, yang terstruktur baik didalam negeri maupun luar negeri;

2. tidak mempunyai hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi atau pengurus dari Wajib Pajak pemberi beasiswa;

3. komponen beasiswa terdiri dari biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah, biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi yang diambil, biaya untuk pembelian buku dan/atau biaya hidup yang wajar sesuai dengan daerah lokasi tempat belajar;

m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan di bidang pendidikan


(45)

dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut;

n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

E. Pajak Penghasilan Orang Pribadi 1. Subjek Pajak Orang Pribadi

Berdasarkan Pembahasan Pasal 2A Ayat (1) Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Kewajiban pajak subjektif Orang Pribadi dimulai pada saat Orang Pribadi tersebut lahir, berada atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. Subjek Pajak Orang Pribadi terbagi atas:

1.1 Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (SPOPDN)

Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (SPOPDN) atau Wajib Pajak Orang Pribadi adalah Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, Orang Pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga hari) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Atau Orang Pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Contoh : Mr. Jones mulai bekerja di Indonesia bulan Oktober 2010 tapi berniat untuk


(46)

37

menetap di Indonesia, maka untuk tahun pajak 2010 dianggap SPOPDN. Begitu pula halnya dengan Mr. Smith, warga negara Belanda yang selama setahun berada di Indonesia lebih dari 183 hari walaupun sering pulang pergi ke negaranya.

1.2 Subyek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri (SPOPLN)

Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, tapi memperoleh penghasilan dari Indonesia.Contoh: Mr. Jeung Sik tinggal di Korea membeli saham PT. XYZ di Kalimantan. Bila PT. XYZ membagi deviden kepadanya, deviden tersebut akan tetap dipotong pajak (PPh Pasal 26).

2. Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Obyek PPh Orang Pribadi adalah Penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Orang Pribadi, baik yang berasal dari Indonesia atau dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama & dalam bentuk apapun.

3. Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Tarif Pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:


(47)

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah)

5 % (lima persen) Diatas Rp. 50.000.000,00 s/d Rp. 250.000.000,00

(lima puluh juta rupiah sampai dengan dua ratus lima puluh juta rupiah)

15 % (lima belas persen)

Diatas Rp. 250.000.000,00 s/d Rp. 500.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah sampai dengan lima ratus juta rupiah)

25 %

(dua puluh lima persen)

Di atas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 30 % (tiga puluh persen)

Sumber : Pasal 17 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

4. Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Untuk menghitung PPh (Pajak Penghasilan) Orang Pribadi ada 3 (tiga) macam : 1. Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan.

2. Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan. 3. Wajib Pajak berstatus sebagai karyawan.


(48)

39

1. Wajib Pajak Menyelenggarakan Pembukuan

Untuk menghitung penghasilan neto-nya, atas penghasilan bruto yang diterima WP yang menyelenggarakan pembukuan, dapat dikurangkan dari biaya yang dapat dikurangkan sesuai dengan UU PPh Pasal 6 ayat A. Biaya yang bersifat bukan pengurang (UU PPh pasal 9 ayat (1) ), biaya-biaya yang terkait dengan penghasilan bukan obyek pajak (UU PPh pasal 4 ayat (3) ) dan biaya yang terkait dengan obyek pajak yang dikenakan PPh final, tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Dengan rincian:

- Omzet setahun lebih besar atau sama dengan Rp. 4,8 Milliar.

- Penghasilan Bruto – (Biaya-biaya deductible) = Penghasilan netto.

- Biaya deductible = iuran dana pensiun ; kerugian karena penjualan / pengalihan

harta ; kerugian selisih kurs ; biaya litbang ; beasiswa, magang, pelatihan ; piutang tak tertagih ; kompensasi kerugian selama 5 (lima) tahun ; Pendapatan Tidak Kena Pajak khusus Orang Pribadi.

2. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menyelenggarakan pembukuan

Mempunyai kewajiban menyelenggarakan pencatatan. Untuk menghitung penghasilan nettonya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) sesuai dengan pasal 14 Undang - Undang Pajak Penghasilan. Dengan rincian sebagai berikut:


(49)

- Omzet setahun dan besarnya persentase NPPN ditetapkan dengan KMK (Keputusan Menteri Keuangan). Penetapannya ditetapkan lebih lanjut dengan

keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-536/PJ./2000.

- Penghasilan bruto x Presentase NPPN = Penghasilan netto

3. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai karyawan

Berhak atas penghasilannya yaitu gaji berupa biaya jabatan atau biaya pensiun yang diberikan kepada pegawai tetap atau pensiunan, untuk dijadikan sebagai pengurang dari penghasilan bruto berupa gaji, tunjangan, uang lembur, premi asuransi JPK, JKK, JKM, bonus dan lain-lain, yang diterima pegawai tetap. Jika karyawan membayar premi Jaminan Hari Tua (JHT) juga dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto untuk penghitungan Pajak Penghasilannya.

Kepada Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri diberikan pengurangan berupa PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak) yang besarnya PTKP ditentukan keadaan pada awal tahun takwim. Untuk penghasilan istri digabung, tambahan seorang istri (hanya seorang istri) dilakukan dalam hal istri:

- Bukan karyawati tetapi memiliki penghasilan dari pekerjaan bebas yang tidak berkaitan dengan usaha atau pekerjaan bebas suami


(50)

41

- Bagi masing-masing suami istri yang telah hidup berpisah untuk diri masing-masing maka PTKP diperlakukan seperti PTKP WP Tidak Kawin. Sedangkan tanggungan sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

- PTKP untuk Wajib Pajak yang melakukan pisah harta adalah sebesar PTKP masing-masing. Namun status kawin dan tanggungan disertakan pada suami.

Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Keterangan

Jumlah PTKP Per 1 Januari 2009

s.d. 31 Desember 2012

Jumlah PTKP Mulai 1 Januari 2013

Untuk diri WP Orang Pribadi Rp.15.840.000,00 Rp. 24.300.000,00

Tambahan untuk WP kawin Rp. 1.320.000,00 Rp. 2.025.000,00

Tambahan untuk isteri yang penghasilannya di gabung


(51)

Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maks. 3 orang)

Masing masing Rp.1.320.000,00

Masing-masing Rp. 2.025.000,00

CONTOH PERHITUNGAN

1. Bambang adalah seorang pegawai tetap pada PT. indobuana, telah menikah namun belum mempunyai anak. Memperoleh gaji sebulan sebesar Rp.2.000.000,00. PT. Indobuana mengikuti program Jamsostek. Jaminan Kematian (JK) dan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,30% dan 0,50% dari gaji. Sedangkan Bambang membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan.

Bambang membayar iuran pensiun pada PT. Indobuana yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan setiap bulan sebesar Rp.50.000,00.

Pertanyaan : Berapakah PPh terutang Bambang yang harus dibayar setiap bulannya pada Tahun 2010?


(52)

43

Penghitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap

Gaji sebulan Rp.2.000.000,-

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp. 10.000,-

Premi Jaminan Kematian Rp. 6.000,-

Penghasilan Bruto Rp. 2.016.000,-

1. Biaya jabatan 5% x Rp.2.016.000 = Rp. 100.800,-

Pengurangan

2. iuran Pensiun Rp. 50.000,-

3. iuran Jaminan Hari Tua Rp. 40.000,-

Rp. 190.800,-

Penghasilan neto sebulan Rp.

1.825.200,-Penghasilan neto setahun Rp.1.825.200; x 12 (bulan) = Rp.21.092.400,- PTKP

- Untuk WP Orang Pribadi Rp.15.480.000,- - tambahan untuk WP Kawin Rp. 1.320.000,-

Rp. 17. 160.000,-

Penghasilan Kena Pajak Setahun (PKP) Rp. 4.742.400,-

Pembulatan Rp. 4.740.000,-

PPh Pasal 21 Terutang

5% x Rp. 4.740.000,- = Rp. 237.100,- (dibagi 12)


(53)

2. Neill McLearry adalah seorang karyawan memperoleh gaji pada bulan Januari 2013 dalam mata uang asing sebesar US$ 2.000 sebulan. Kurs yang berlaku untuk bulan Januari 2013 berdasarkan Keputusan Menteri keuangan adalah Rp. 11.250,00 per US$ 1.00 . Neill Mclearry berstatus menikah dengan 1 anak. Berapa PPh Pasal 21 terutang atas penghasilannya di Tahun 2013?

PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang sebagian atau seluruhnya diperoleh dalam mata uang asing.

Gaji sebulan (US$ 2000 x Rp.11.250,-) = Rp.22.500.000,-

Pengurangan:

Biaya Jabatan: 5% x Rp.22.500.000,- = Rp.1.125.000,-

Maksimum diperkenankan Rp . 500.000,

Penghasilan Neto sebulan Rp. 22.000.000,-

Penghasilan Neto setahun 12 x Rp. 22.000.000,- Rp.264.000.000,-

PTKP ( berdasarkan

- untuk WP Pribadi Rp. 24.300.000,-

- untuk WP Kawin Rp. 2.025.000,-

- untuk 1 anak Rp. 2.025.000,-

Rp. 28.350.000,-


(54)

45

PPh Pasal 21 Terutang

5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,- 15% x Rp.185.650.000,- = Rp. 27.847.500,- Rp. 30.347.500,- PPh Pasal 21 Terutang sebulan

Rp. 30.347.500,- dibagi 12 = Rp. 2.528.958,-

5. Pendaftaran dan Penilaian

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak. Kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

NPWP merupakan suatu sarana administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak. Juga digunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak serta membantu dalam pengawasan administrasi perpajakan.

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah mempunyai NPWP maka wajib baginya melaksanakan kewajiban perpajakannya berupa menghitung, memperhitungkan, melapor dan menyetorkan sendiri Pajak Penghasilan nya ke Kantor Pelayanan Pajak dimana WP terdaftar.


(55)

Wajib Pajak diwajibkan melaporkan sendiri PPh terutang dengan mengisi secara benar laporan penghasilan dan lain-lainnya pada Surat Pemberitahuan (SPT) Masa untuk setiap bulan atau Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pada akhir tahun pajak. Berikut penjelasan singkat tentang SPT Tahunan WP Orang Pribadi:

Apa itu SPT Tahunan?

SPT Tahunan PPh adalah formulir yang diisi Wajib Pajak untuk melaporkan identitas diri, harta, kewajiban/utang, penghasilan dan penghitungan pajaknya setiap tahun SPT Tahunan yang harus diisi oleh WP Orang Pribadi?

Formulir SPT Tahunan untuk Orang Pribadi terbagi atas 3 yaitu:

1. Orang Pribadi yang memiliki sumber penghasilan antara lain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas, wajib mengisi formulir SPT Tahunan 1770;

2. Orang Pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari satu pemberi kerja (sebagai karyawan) atau lebih dan/atau penghasilan Iainnya yang bukan dari usaha atau pekerjaan bebas, wajib mengisi formulir SPT Tahunan 1770 S dan ;

3. Orang Pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari hanya satu pemberi kerja yang jumlah bruto penghasilan setahun tidak melebihi Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan tidak mempunyai penghasilan lainnya kecuali dari bunga bank dan bunga koperasi, wajib mengisi formulir SPT Tahunan 1770SS

SPT Tahunan PPh WP OP dapat diperoleh di tempat tempat yang telah ditentukan, yaitu:


(56)

47

a. Kantor Pelayanan Pajak terdekat;

b. Pojok Pajak atau Mobil Pajak keliling yang dapat anda temui di tempat-tempat keramaian;

c. diunduh melalui situs www.pajak.go.id

Apakah dengan mengisi SPT Tahunan WP akan selalu membayar PPh?

Orang Pribadi yang mengisi SPT Tahunan tidak selalu harus membayar PPh. Yang diwajibkan membayar kembali PPh-nya, apabila yang bersangkutan dalam perhitungan pada formulir induknya dinyatakan “PPh kurang bayar”. Bahkan Orang Pribadi akan mendapatkan pengembalian PPh dari KPP apabila dinyatakan dalam formulir induknya “lebih bayar” .

Setelah diisi dengan benar, kemanakah WP menyampaikan SPT Tahunan PPh WP OP?

a. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) di KPP; b. Drop Box;

c. Pos/Jasa Ekspedisi yang disertai Bukti Pengiriman Surat ke KPP tempat WP terdaftar;

d. e-Filing (Formulir 1770S & 1770SS).

Bagaimana cara menyetor PPh yang terutang?

Pajak yang telah dihitung, disetorkan ke Kas Negara melalui Bank tempat

pembayaran pajak atau Kantor Pos. Batas waktu pembayaran PPh WP OP adalah tiga (3) bulan setelah akhir tahun Pajak yaitu tanggal 31 Maret.


(57)

Apabila pajak terutang atau SPT Tahunan PPh OP tidak/terlambat disampaikan dikenai sanksi berupa bunga sebesar 2% perbulan mulai dari berakhirnya penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran. Atau dennda Rp.100.000,- untuk SPT Tahunan terlambat/tidak disampaikan.


(58)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

1. Data Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan (WP OP PPh)

Sebelum masuk pada pembahasan yang lebih inti, penulis akan memaparkan terlebih dahulu data jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2012 sampai dengan data terakhir Mei 2013.

Tabel 4.1

Jumlah WP OP PPh Terdaftar Pada KPP Pratama Medan Timur

TAHUN JUMLAH WP OP PPh

2012 5.891 WP

s/d Mei 2013 1.977 WP

JUMLAH 7.868 WP

Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Timur, 2013.

Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan yang terdaftar sampai Mei 2013 bertambah sekitar 33,55 % dari data tahun 2012. Kenaikan ini tentu akan menambah penerimaan pejak penghasilan Orang Pribadi pada Tahun 2013.


(59)

2. Data Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi

Kegiatan ekonomi masyarakat dari berbagai sektor dalam ruang lingkup KPP Pratama Medan Timur tentu sangat beragam. Maka dibutuhkan suatu pengelompokkan dalam struktur administrasi perpajakan agar lebih tertib guna mencapai transparansi pendapatan negara. Dengan itu pemerintah memberi setiap kode bagi jenis-jenis kegiatan ekonomi Wajib Pajak. Semua perincian kegiatan Ekonomi masyarakat dirangkum dalam satu peraturan mengenai Klasifikasi Lapangan Usaha (Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-321/PJ/2012).

Pajak Penghasilan diklasifikasikan dalam beberapa kategori berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha nya. Rincian data Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak berjumlah sangat banyak dan tidak memungkinkan untuk dijelaskan satu persatu. Maka penulis hanya mendapatkan data klasifikasi berdasarkan Kategori. Kategori dalam Klasifikasi Lapangan Usaha menunjukkan garis pokok penggolongan kegiatan ekonomi. Data ini disertai jumlah Wajib Pajak pada masing-masing kategori. Berikut rinciannya:


(60)

51

Tabel 4.2

Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2012 dan 2013 Pada KPP Pratama Medan Timur

NO. KATEGORI JUMLAH WP OP

1 INDUSTRI PENGOLAHAN 5

2 JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 4

3 JASA PROFESIONAL ILMIAH DAN TEKNIS 1

4 KEGIATAN JASA LAINNYA 929

5 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN

MINUM

1

6 PERDAGANGAN 20

DATA LAINNYA YANG TIDAK DIKETAHUI 6.908

Total 7.868

Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Timur, 2013

Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan Timur secara garis besar yang diketahui pada tahun terakhir terbagi atas 6 (enam) kategori dengan jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi sebanyak 960 WP. Yang terdiri dari industri pengolahan, jasa kesehatan, jasa profesional ilmiah dan teknis, kegiatan jasa lainnya, penyediaan akomodasi dan makan minum dan perdagangan.di tambah data lainnya yang tidak diketahui sebanyak 6.908 WP. Untuk Kegiatan jasa lainnya termasuk di dalamnya Pegawai Swasta, Pegawai Negeri Sipil, Pegawai BUMN, anggota militer dan polisi. Sedangkan kategori Perdagangan terdiri dari perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor.


(61)

Persentase penerimaan pajak penghasilan pada Wajib Pajak Orang Pribadi terbesar berdasarkan data gabungan Tahun 2012 dan 2013 ada pada data lainnya yang tidak diketahui yaitu sebanyak 6.908 WP atau 87,79% dari keseluruhan WP OP PPh terdaftar. Pada kategori Kegiatan Jasa Lainnya (termasuk di dalamnya Pegawai Swasta, PNS, Pegawai BUMN, anggota militer dan polisi) sebanyak 929 WP atau 11,80%. Kemudian kategori Industri Perdagangan sebanyak 20 WP atau 0,25%, Industri Pengolahan sebanyak 5 WP atau 0,06%, kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebanyak 4 WP atau 0,05%. Sedangkan yang paling sedikit berada pada kategori Jasa Profesional Ilmiah dan Tekhnik serta penyediaan akomodasi dan makan minum yaitu masing-masing 1 (satu) orang WP atau menyumbang hanya sekitar 0,012% dari total WP OP PPh terdaftar di KPP Pratama Medan Timur.

Berdasarkan data diatas (lihat Tabel 4.2), kita dapat mengetahui kategori penerimaan pajak penghasilan dalam ruang lingkup KPP Pratama Medan Timur. Namun disayangkan data jumlah WP terbanyak saat ini tidak diketahui masuk dalam kategori mana. Data klasifikasi ini tidak dapat dibaca oleh sistem komputer pegawai karena adanya beberapa perubahan pada kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) berdasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 233/PJ/2012 yang diubah dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-321/PJ/2012 tentang Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak (lihat Lampiran) yang berlaku sejak 1 Januari 2013.


(62)

53

Dari analisa ini, tampaknya perlu adanya upaya yang lebih dari fiskus untuk menjaring lebih banyak lagi Wajib Pajak guna mendukung pembangunan negara dari Pajak Penghasilan. Karena dari sekian banyak kegiatan ekonomi yang ada dalam ruang lingkup KPP Pratama Medan Timur, hanya sedikit yang mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak. Contohnya dari data Tahun 2012 sampai dengan Mei 2013 ini, Wajib Pajak Orang Pribadi yang masuk dalam kategori Perdagangan hanya berjumlah 20 orang sedang kita tahu bahwa dari 3 kecamatan yakni Kecamatan Medan Timur, Perjuangan dan Kecamatan Medan Tembung terdapat cukup banyak kegiatan perdagangan. Baik yang besar maupun eceran. Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi fiskus dan masyarakat. Perlu diadakannya sosialisasi, pemberitahuan yang rutin melalui media dan pendekatan yang baik dari fiskus ke masyarakat agar masyarakat merasa sadar akan pentingnya pajak. Namun tidak hanya berhenti pada kesadaran masyarakat saja, profesionalitas fiskus dalam tugasnya membantu dan membina masyarakat harus diwujudkan secara nyata. Profesionalitas itu harus bisa direalisasikan tanpa mengharap imbalan seperti halnya melakukan korupsi melalui suap yang bukan hanya mencoreng nama instansi tempat ia bekerja namun juga mengkhianati kepercayaan masyarakat dalam waktu yang lama. Dan tentu saja butuh waktu yang tidak cepat untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat.

3. Laporan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi

Setelah membahas Klasifikasi Pajak Penghasilan bagi Orang Pribadi berdasarkan kategori, penulis akan menambahkan data tambahan mengenai


(63)

penerimaan pajak penghasilan selama dua tahun terakhir yaitu tahun 2011 dan 2012. Hal ini dimaksudkan agar pembaca mendapatkan gambaran jumlah penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Namun penulis terbatas hanya pada data jumlah pembayaran pada Pajak Penghasilan Kurang Bayar (PPh Pasal 29) Berikut datanya:

Tabel 4.3

Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan Timur

Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Timur, 2013

Kenaikan jumlah penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pasal 25/29 sebanyak Rp. 3.915.149.612,- Tahun 2011 ke tahun 2012 menunjukkan bahwa penerimaan pajak khususnya pajak penghasilan orang pribadi mencapai angka yang lumayan besar sehingga seharusnya dapat digali lebih luas lagi. Namun penulis belum mendapatkan data penerimaan Pajak Penghasilan untuk Tahun 2013 guna perbandingan disebabkan jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi hanya

Tahun Pajak Jumlah (dalam Rupiah) 2011 Rp. 13.051.952.137,-2012 Rp. 16.967.101.749,-


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Setelah melakukan berbagai kegiatan mulai dari pencarian judul, melakukan riset, mengumpulkan data dan menganalisa, penulis pada akhirnya akan membuat suatu rangkuman kesimpulan. Kesimpulan dari tugas akhir ini adalah:

1. Pajak Penghasilan berdasarkan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak.

2. Subjek Pajak Penghasilan terdiri dari : Orang pribadi, Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, Badan dan Bentuk Usaha Tetap. 3. Kewajiban pajak subjektif Orang Pribadi dimulai pada saat Orang Pribadi tersebut

lahir, berada atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. Subjek Pajak Orang Pribadi terbagi atas: Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (SPOPDN) dan Subjek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri (SPOPLN).

4. Obyek Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah Penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Orang Pribadi, baik yang


(65)

berasal dari Indonesia atau dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama & dalam bentuk apapun.

5. Berdasarkan penghitungan pada Tahun 2012 sebanyak 5.891 Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah mendaftarkan diri. Hingga data terakhir yang didapat saat melakukan riset, yaitu bulan Mei 2013, Bertambah 1.977 WP atau sekitar 33,55% dari WP OP terdaftar Tahun 2012. Maka jumlah data gabungan Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur berjumlah 7.868 WP.

6. Klasifikasi Penerimaan Pajak Penghasilan dilihat berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2012 dan 2013 terbagi atas 6 kategori. Yaitu : industri pengolahan 5 WP, jasa kesehatan 4 WP, jasa profesional ilmiah dan teknis 1 WP, kegiatan jasa lainnya 929 WP, penyediaan akomodasi dan

makan minum 1 WP serta perdagangan 20 WP. Selebihnya Data yang tidak

diketahui karena adanya perubahan KLU sebanyak 6.908 WP.

7. Kategori Jasa Lainnya (termasuk di dalamnya Pegawai Swasta, PNS, Pegawai BUMN, anggota militer dan polisi) diluar data lainnya yang tidak diketahui adalah kategori terbanyak jumlah Wajib Pajaknya yaitu 929 WP.


(66)

57

2. SARAN

Setelah melakukan berbagai analisa dan pengamatan secara umum, penulis memberi beberapa saran untuk perbaikan dan transparansi penerimaan perpajakan khususnya pajak penghasilan. Sebaiknya penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi yang tentunya lebih besar jumlahnya dari Badan lebih ditingkatkan dengan melakukan sosialisasi lebih rutin, pendekatan langsung oleh fiskus maupun pembinaan secara tidak langsung melalui media massa manapun.

Dari penilaian atas data klasifikasi penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi Tahun 2012 dan 2013 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur sangat disayangkan pada kategori Jasa Profesional Ilmiah dan Tekhnik serta penyediaan akomodasi dan makan minum hanya 2 (dua) orang WP yang terdaftar serta kategori perdagangan hanya 20 WP. Bisa kita simpulkan dari kegiatan ekonomi Wajib pajak yang dominan saat ini ada pada kegiatan perdagangan. Jumlah ini secara tidak langsung menunjukkan pajak bukan merupakan prioritas masyarakat. Dan kemungkinan besar masyarakat banyak yang tidak tahu tentang pajak dan tidak tahu apakah dia merupakan Wajib Pajak atau tidak.

Selain itu, usaha pemerintah seperti menaikkan tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebenarnya sudah sangat bagus, namun transparansi penerimaan pajak akan lebih baik di beri tahu kepada masyarakat dan diwujudkan secara nyata dengan peningkatan infrastruktur yang baik serta peningkatan pembangunan yang baik pula bagi masyarakat banyak. Sehingga masyarakat merasa puas dan tidak ragu lagi


(67)

membayar kontribusi wajib mereka itu. Faktor lain yang tidak dapat dielakkan lagi adalah korupsi yang banyak terjadi malah dilakukan oleh orang yang ada dalam instansi perpajakan itu sendiri sehingga pajak identik dengan korupsi dimata masyarakat. Pemulihan citra Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tentu membutuhkan waktu yang lama, namun usaha yang baik secara sukarela dengan niat yang tulus membina masyarakat lambat laun akan membantu kemajuan perpajakan dan kemajuan Indonesia kelak.


(68)

59 DAFTAR PUSTAKA

Anonimous.2013.Perpajakan Indonesia

Anonimous.2013.PerpajakanIndonesia. http://tryani.files.wordpress.com/2012/11/pmk-162_2012ptkp.pdf.com

Fidel, Pajak Penghasilan. Carofin Publishing, Jakarta. 2008.

Peraturan Perundang-undangan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata


(1)

54

penerimaan pajak penghasilan selama dua tahun terakhir yaitu tahun 2011 dan 2012. Hal ini dimaksudkan agar pembaca mendapatkan gambaran jumlah penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Namun penulis terbatas hanya pada data jumlah pembayaran pada Pajak Penghasilan Kurang Bayar (PPh Pasal 29) Berikut datanya:

Tabel 4.3

Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25/29 Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan Timur

Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama Medan Timur, 2013

Kenaikan jumlah penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pasal 25/29 sebanyak Rp. 3.915.149.612,- Tahun 2011 ke tahun 2012 menunjukkan bahwa penerimaan pajak khususnya pajak penghasilan orang pribadi mencapai angka yang lumayan besar sehingga seharusnya dapat digali lebih luas lagi. Namun penulis belum mendapatkan data penerimaan Pajak Penghasilan untuk Tahun 2013 guna perbandingan disebabkan jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi hanya bisa di akumulasikan pada akhir Tahun Pajak yaitu 31 Maret 2014.

Tahun Pajak Jumlah (dalam Rupiah) 2011 Rp. 13.051.952.137,-2012 Rp. 16.967.101.749,-


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Setelah melakukan berbagai kegiatan mulai dari pencarian judul, melakukan riset, mengumpulkan data dan menganalisa, penulis pada akhirnya akan membuat suatu rangkuman kesimpulan. Kesimpulan dari tugas akhir ini adalah:

1. Pajak Penghasilan berdasarkan Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak.

2. Subjek Pajak Penghasilan terdiri dari : Orang pribadi, Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, Badan dan Bentuk Usaha Tetap.

3. Kewajiban pajak subjektif Orang Pribadi dimulai pada saat Orang Pribadi tersebut lahir, berada atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. Subjek Pajak Orang Pribadi terbagi atas: Subjek Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (SPOPDN) dan Subjek Pajak Orang Pribadi Luar Negeri (SPOPLN).


(3)

56

berasal dari Indonesia atau dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama & dalam bentuk apapun.

5. Berdasarkan penghitungan pada Tahun 2012 sebanyak 5.891 Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah mendaftarkan diri. Hingga data terakhir yang didapat saat melakukan riset, yaitu bulan Mei 2013, Bertambah 1.977 WP atau sekitar 33,55% dari WP OP terdaftar Tahun 2012. Maka jumlah data gabungan Wajib Pajak Orang Pribadi Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur berjumlah 7.868 WP.

6. Klasifikasi Penerimaan Pajak Penghasilan dilihat berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2012 dan 2013 terbagi atas 6 kategori. Yaitu : industri pengolahan 5 WP, jasa kesehatan 4 WP, jasa profesional ilmiah dan teknis 1 WP, kegiatan jasa lainnya 929 WP, penyediaan akomodasi dan makan minum 1 WP serta perdagangan 20 WP. Selebihnya Data yang tidak diketahui karena adanya perubahan KLU sebanyak 6.908 WP.

7. Kategori Jasa Lainnya (termasuk di dalamnya Pegawai Swasta, PNS, Pegawai BUMN, anggota militer dan polisi) diluar data lainnya yang tidak diketahui adalah kategori terbanyak jumlah Wajib Pajaknya yaitu 929 WP.


(4)

2. SARAN

Setelah melakukan berbagai analisa dan pengamatan secara umum, penulis memberi beberapa saran untuk perbaikan dan transparansi penerimaan perpajakan khususnya pajak penghasilan. Sebaiknya penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi yang tentunya lebih besar jumlahnya dari Badan lebih ditingkatkan dengan melakukan sosialisasi lebih rutin, pendekatan langsung oleh fiskus maupun pembinaan secara tidak langsung melalui media massa manapun.

Dari penilaian atas data klasifikasi penerimaan pajak penghasilan Orang Pribadi Tahun 2012 dan 2013 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur sangat disayangkan pada kategori Jasa Profesional Ilmiah dan Tekhnik serta penyediaan akomodasi dan makan minum hanya 2 (dua) orang WP yang terdaftar serta kategori perdagangan hanya 20 WP. Bisa kita simpulkan dari kegiatan ekonomi Wajib pajak yang dominan saat ini ada pada kegiatan perdagangan. Jumlah ini secara tidak langsung menunjukkan pajak bukan merupakan prioritas masyarakat. Dan kemungkinan besar masyarakat banyak yang tidak tahu tentang pajak dan tidak tahu apakah dia merupakan Wajib Pajak atau tidak.

Selain itu, usaha pemerintah seperti menaikkan tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebenarnya sudah sangat bagus, namun transparansi penerimaan pajak


(5)

58

membayar kontribusi wajib mereka itu. Faktor lain yang tidak dapat dielakkan lagi adalah korupsi yang banyak terjadi malah dilakukan oleh orang yang ada dalam instansi perpajakan itu sendiri sehingga pajak identik dengan korupsi dimata masyarakat. Pemulihan citra Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tentu membutuhkan waktu yang lama, namun usaha yang baik secara sukarela dengan niat yang tulus membina masyarakat lambat laun akan membantu kemajuan perpajakan dan kemajuan Indonesia kelak.


(6)

Anonimous.2013.Perpajakan Indonesia

Anonimous.2013.PerpajakanIndonesia. http://tryani.files.wordpress.com/2012/11/pmk-162_2012ptkp.pdf.com

Fidel, Pajak Penghasilan. Carofin Publishing, Jakarta. 2008.

Peraturan Perundang-undangan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.