PEMBERDAYAAN PEMUDA PENGANGGURAN DALAM MENUMBUHKAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN DESA DI DESA BANJAR KEC. GALIS KAB. BANGKALAN.

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh

Gelar sarjana ilmu sosial islam (S.Sos.I)

Oleh : Halimatus Sa’diyah

B02212015

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Halimatus Sa’diyah, B02212015, 2016, PEMBERDAYAAN PEMUDA

PENGANGGURAN DALAM MENUMBUHKAN PARTISIPASI

PEMBANGUNAN DESA DI DESA BANJAR KECAMATAN GALIS KABUPATEN BANGKALAN.

Pemberdayaan ini menekankan pada permasalahan pemuda pengangguran yang ada di desa Banjar, yaitu hilangnya peran pemuda dalam pembangunan desa Banjar. Permasalahan ini disebabkan oleh adanya tiga faktor 1) Kurang kesiapan pemuda dalam menghadapi perubahan 2) sifat apatis masyarakat terhadap pemuda da 3) tidak adanya organisasi/wadah yang menampung kegiatan pemuda.

Dengan menggunakan teori Strukturasi (Agen Struktural) penentu Antony

Giddens dengan melalui pendekatan participatory action research (PAR)

yang didukung dengan teknik participatory rural appraisal (PRA).

dimana masyarakat adalah bagian dari pemberdayaan itu sendiri ataulocal

leader.Masyarakat berperan dalam memetakan permasalahan sampai pada aksi nyata secara sadar.Dalam proses pemberdayaan ini, terciptalah organisasi/wadah kepemudaan yang diberi nama IKBAR (Ikatan Kawula Muda Banjar) sebagai bentuk pemuda untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan desa Banjar.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PENGUJI... iv

LEMBAR MOTTO... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR BAGAN ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Situasi Problematik ... 1

B. Fokus Pendampingan... 13

C. Tujuan Pendampingan ... 13

D. Strategi Mencapai Tujuan ... 14

E. Manfaat Pendampingan ... 16


(8)

G. Definisi Konsep ... 18

H. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II : KERANGKA TEORITIK A. Dakwah Bil HalSebagai Upaya Menembuhkan Kesadaran dan Mengembangkan Kemampuan Masyarakat... 27

B. Pemberdayaan Sosial Masyarakat Sebuah Proses Perubahan... 32

C. Pendidikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Pemuda... 34

D. Integrasi Agen-Struktur (Strukturasi) ... 35

E. MembangunPartisipasi Masyarakat... 40

BAB III : METODE PENDAMPINGAN A. Pendekatan dan Jenis Pendampingan ... 41

B. Ruang Lingkup ... 41

C. Jenis dan Sumber data ... 42

D. Tahap-Tahap Pendampingan ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ...46

F. Teknik Validasi Data ... 47

G. Teknik Analisis Data... 47


(9)

BAB IV : POTRET SOSIAL MASYARAKAT DESA BANJAR

A. Asal-Usul Desa Banjar ... 50

B. Kondisi Geografi Desa Banajar ... 50

C. Kondisi Demografi ... 58

D. Sosial-Budaya ... 59

E. Keagamaan dan Kepemimpinan ... 64

F. Kondisi Ekonomi ... 70

G. Kondisi Pendidikan ... 72

H. Organisasi Kepemudaaan ... 73

BAB V : HILANGNYA PERAN PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN DESA A. Potret Pemuda Pengangguran Banjar ... 76

B. Kesenjangan Dua Golongan Pemuda ... 82

C. Dinamika Organisasi Pemuda ... 84

BAB VI : MEMBANGUN KEKUATAN BERSAMA PEMUDA A. Pengorganisiran Pemuda Banjar Untuk Mengembalikan Peran Yang Hilang ... 92

B. Dinamika Proses Perencanaan ... 97

C. MembangunPartisipasi dalam Perencanaan Pemecahan Masalah ... 101


(10)

BAB VII :REFLEKSI

A. Refleksi Teoritis ... 112

B. Refleksi Empiris : Pemberdayaan Adalah Proses Membangun Kesadaran ... 117

C. Catatan Penulis Dibalik Pemberdayaan ... 119

BAB VIII : KESIMPULAN... 122


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta Wilayah Desa Banjar... 51

Gambar 2 : Sumur (mangkrak) yang sudah tidak digunakan lagi ... 53

Gambar 3 : Masyarakat Desa Banjar Saat Sholat Gerhana Matahari ... 58

Gambar 4 : Ralilur (Kyai spiritual) masyarakat Banjar ... 68

Gambar 5 : Suasana Madin Darul Ulum–Dsn. Banjar Barat ... 70

Gambar 6 : Potret Pemuda Banjar ... 78

Gambar 7 : FGD 1–Pemetaan Wilayah Desa Banjar Bersama ... 94

Gambar 8 : FGD 2–Semangat Pemuda Bangkit Kembali... 95

Gambar 9 : FGD 3–Merumuskan Masalah ... 96

Gambar 10 : FGD 4 - Bersama Tokoh Pemuda... 104

Gambar 11 : Logo IKBAR ... 106

Gambar 12 : FGD 5–Perencanaan Program Kerja IKBAR ...109


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel.1 : Pembagian Luas Wilayah... 51

Tabel.2 : Transek Desa Banjar... 56

Tabel.3 : Administratif Desa Banjar ... 58

Tabel.4 : Jadwal Kegiatan Keagamaan Desa Banjar ... 70

Tabel.5 : Sarana Pendidikan Desa Banjar ... 72

Tabel.6 : Organisasi Kepemudaan Desa Banjar ... 74

Tabel.7 : Kalender Harian ( Tokoh Pemuda dan Pemuda Pengangguran) ... 83

Tabel.8 : Program MEKAR... 85

Tabel.9 : Program IKBAR... 86

Tabel.10 : Nama Anggota IKBAR... 108

DAFTAR BAGAN Bagan.1 : Diagram Venn hubungan pemuda dengan para tokoh desa Banjar... 84

Bagan.2 : Analisis Pohon Masalah ... 88

Bagan.3 : Analisis Pohon Harapan ... 99


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Situasi Problematik

Partisipasi merupakan peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.

Dalam membangun sebuah daerah pada prinsipnya sangat

diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunan, sehingga pembangunan dapat tercapai dalam segala sektor. Generasi Muda sangat berperan penting dalam pembangunan daerah karena generasi muda adalah pemegang estafet kepimpinan daerah nantinya. Sebagai pemegang estafet di masa yang akan datang, generasi muda harus menjadi pilar, penggerak dan pengawal jalannya pembangunan daerah.

Pemuda atau generasi muda adalah konsep-konsep yang sering diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena keduanya bukanlah semata-mata istilah ilmiah tetapi lebih sering merupakan pengertian ideologis atau kulturil. Pemuda harapan bangsa, pemuda

pemilik masa depan atau pemuda harus dibina dan sebagainya.1

1


(14)

Ahmad Sarji Abdul Hamid2 adalah cendekiawan Islam yang menyatakan bahwa anugerah Allah SWT. yang terbaik bagi manusia ialah zaman belianya. Zaman pemuda adalah zaman produktif danzaman yang paling gemilang bagi setiap orang untukmembangun dan membina. Zaman pemuda sebenarnya adalah zaman kekuatan di antara dua kelemahan, yaitu kelemahan di zaman kanak-kanak dan di zaman tua. Allah SWT, perihal

ini telah dijelaskan dalam al-Qura’an :









“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah,

kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha

Kuasa.”3

Ayat ini membawa kita untuk mengambil pelajaran agar

memanfaatkan usia keemasan ini karena masa akan terus berlalu. Proses kitaran dan kronologi ini merupakan fitrah kehidupan. Jika peluang ini tidak dibangun sejak dini, maka umat akan menerima kerugian dan dampak yang besar.

2

Mahdi Hadawi Tehrani, Pemuda Dambaan Surga : Nasihat Bagi Generasi Muda, (Jakarta :Griya Aksara Hikmah, 2014),hlm. 23

3


(15)

Menurut Abdullah Naseh Ulwan4 golongan pemuda adalah golongan yang memikul beban amanah untuk melanjutkan proses pengembangan dakwah dan generasi penerus bagi pembangunan umat. Peranan pemuda sangat penting karena golongan ini adalah pewaris masa depan sesebuah negara dan kepimpinan umat. Berbagai hadis Nabi yang berkaitan dengan peranan golongan pemuda telah diutarakan untuk menyadarkan para pemuda tentang hak dan tanggungjawab yang perlu dipikul oleh mereka dalam sebuah institusi masyarakat menurut kaidah yang telah ditetapkan oleh Islam. Dalam mahfudzat dikatakan :

5

Dari perkataan tersebut menjelaskan bahwa pemuda adalah harapan bangsa, masa depan negara berada di tangan para pemuda. Oleh karena itu, partisipasi pemuda dalam setiap pembangunan sangat dibutuhkan demi pembangunan negara. Memberdayakan potensi pemuda adalah tanggungjawab bersama. Pemuda harus dibangun, ditingkatkan

keintelektualan, dimotivasikan rangsangan dan digerakkannya agar

mereka mempunyai kekuatan untuk mengangkat martabat dan harga diri negaranya.

Desa Banjar adalah desa yang terletak di bagian timur jembatan suramadu, yang terletak di kecamatan Galis, kabupaten Bangkalan. Desa

4

Mahdi Hadawi Tehrani, Pemuda Dambaan Surga : Nasihat Bagi Generasi Muda, hlm. 30

5


(16)

Banjar terdiri dari delapan dusun dengan jumlah penduduk 10.199. Desa tersebut dikenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah seperti durian, rambutan, salak dan mangga, sehingga tidak heran jika memasuki area desa Banjar, maka akan terlihat pekarang pemukiman dipenuhi dengan pohon-pohon tersebut. selain sumber daya yang melimpah desa Banjar juga memiliki bonus demografi yaitu generasi muda, terdapat kurang lebih 1000 pemuda yang ada tersebar di delapan dusun di desa Banjar.6

Sejarah mengajarkan bahwa pemuda selalu berperan dalam menentukan arah masa depan bangsa di saat mengalami kritis. Dewasa ini sekalipun pemuda berada dalam kungkungan masalah yang kompleks, namun masih berpotensi memecahkan masalahnya sendiri. Termasuk memiliki kapasitas dalam membantu perbaikan kesejahteraan warga, khususnya di pedesaan yang mengalami tantangan globalisasi dan perubahan lingkungan. Tingginya prosentase penganggur terdidik dan rendahnya sumberdaya manusia dari para aktor pembangunan pedesaan serta masih belum optimalnya pengelolaan sumberdaya, baik alam maupun pemerintah desa, membutuhkan pemuda terdidik untuk mengentas situasi ini.

Pertumbuhan pembangunan di wilayah pedesaan sejauh ini nampak lambat dan bersifat alami. Investasi pembangunan yang dicerminkan melalui aktivitas proyek-proyek, baik pemerintahan maupun


(17)

swasta nyaris kurang memberikan dampak signifikan terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat.

Hal ini juga dikarenakan di pedesaan tingkat pendidikan

masyarakat desa masih rendah. Seperti yang ada di desa Banjar rata-rata pendidikan mereka hanya sampai SMP saja. Sangat sedikit pemuda Banjar melanjutkan pendidikan mereka sampai ke perguruan tinggi. Sehingga ilmu pengetahuan mereka sangat kurang, keterampilan merekapun menjadi kurang terasah. Kebanyakan pemuda desa Banjar menganggur dan tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dengan keterampilan seadanya mereka bekerja serabutan, terkadang menjadi buruh tukang di proyek dengan penghasilan yang terbatas.

Dari delapan dusun di desa Banjar, kondisi pemuda Banjar dapat dikatakan memiliki kualitas rendah dari pada desa-desa yang lain, problem yang paling krusial adalah masalah pengangguran. Tercatat desa Banjar memiliki jumlah pemuda kurang lebih 1000 jiwa dengan jumlah kurang lebih 400 pemuda pengangguran.

Faktor pengangguran yang terjadi dikarenakan oleh rendahya tingkat pendidikan pemuda serta kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh pemuda.pengangguran yang terjadi memiliki dampak bagi pemuda serta masyarakat Banjar yang lain, diantaranya kenakalan remaja yang mengakibatkan pada keamanan desa Banjar, serta tingkat ekonomi yang rendah yang mengakibatkan pada perantauan pemuda.


(18)

Dalam hubungan sosial desa Banjar terbagi menjadi dua golongan kelompok sosial, yaitu bagian timurdan barat. Kedua golongan tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda. Golongan barat lebih cenderung modern, sedangkan golongan timur lebih cenderung ketradisionalannya, terbukti dengan gaya model pemukiman warganya. Golongan timur masih

menggunakan sistemtaniyan lanjeng, sedangkan golongan barat tidak lagi

menggunakantaniyan lanjeng. Selain itu, pendidikan golongan barat lebih

tinggi dari pada golongan timur. Dari data yang diperoleh masyarakat golongan timur banyak memiliki aset kebun dan sawah. Sementara golongan barat sudah mulai mencari kerja seperti orang kota pada umumnya.

Seperti halnya dengan kehidupan pemuda Banjar, golongan barat mayoritas adalah pemuda dari kalangan keluarga masjid atau biasa disebut oreng masjid, sementara golongan timur tergolong dari pemuda kalangan keluarga santri. Dari segi sosial terdapat sekat antara kedua golongan pemuda tersebut. golongan barat lebih tinggi kedudukannya dari pada

golongan timur, sehingga seluruh kegiatan golongan timur manut pada

golongan barat. Hal tersebut terlihat ketika ada suatu acara, pemuda golongan barat lebih banyak berperan dari pada golongan timur, sementara pemuda timur biasanya hanya berperan menjadi penonton saja.

Desa Banjar memiliki berbagai organisasi kemasyarakatan, diantaranya PKK, muslimat, fatayat, dan beberapa organisasi kepemudaan diantaranya adalah IKBAR (Ikatan Kawula Muda Banjar). Namun


(19)

organisasi tersebut sudah lama fakum, kecuali jika ada acara-acara tertentu, hal tersebut dikarenakan karena IKBAR tidak lagi memiliki generasi penerus untuk melanjutkan organisasi tersebut.

Dari berbagai masalah yang ada, terdapat satu masalah yang penting. Yakni hilangnya peran generasi muda yang ada di desa Banjar, hal ini dikarenakan karena beberapa faktor, diantaranya kurang siapnya pemuda dalam menghadapi perubahan zaman yang ada, hal tersebut dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pemuda dengan kemajuan zaman yang semakin berkembang. rata-rata pendidikan terakhir pemuda Banjar adalah tingkat menengah (SMP), hal tersebut disebabkan karena faktor keluarga. Masyarakat Banjar yang masih kental dengan sifat religiusnya yang lebih memilih melanjutkan pada pendidikan pesantren dari pada pendidikan formal atau menikahkan anaknya di usia muda dari pada melanjutkan pendidikan anaknya di tingkat SMP maupun SMA.

Faktor yang kedua adalah tidak ada penggerak atau tokoh pemuda yang merangkul dan membawa pemuda pada perubahan yang lebih baik dalam hal ini adalah tidak adanya wadah/organisasi yang menampung ide-ide maupun bakat pemuda, hal tersebut mengakibatkan pada kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh pemuda Banjar, seperti narkoba, togel serta mabuk-mabukan. Menurut Tobibah (45 tahun) sebelum tahun 2000-an semenjak ada adiknya, Badrut Tamam (40 tahun) pemuda Banjar sempat mengalami masa-masa emas, dimana pada saat itu pemuda turut aktif


(20)

dalam setiap kegiatan desa. Ungkapan tersebut juga disetujui oleh sebagian besar masyarakat Banjar. Menurutnya sangat berbeda kondisi

pemuda dulu dengan sekarang.7

Hadirnya sosok penggerak yang bernama Badrut Tamam atau yang biasa dipanggil man Bad sangat membawa pengaruh besar terhadap kepemudaan desa Banjar, ia merangkul semua kalangan pemuda, baik dari

golongan timur maupun barat. Menurut Inni Halimiyah8(29 tahun) “sosok

man Bad sangat memberi inspirasi bagi pemuda pada zamannya, ia netral pada siapapun dan banyak banyak pemuda yang menyukainya.” Banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh man Bad dalam pergerakannya seperti

tartil al-Qur’an, kursus arab, olahragadan lain-lain.

Masa keemasan kepemudaan di desa Banjar dimulai pada tahun 80-an sampai 2000-an, pada masa-masa itu komunitas pemuda menjadi satu dari delapan dusun yang ada di desa Banjar, setiap dusun mempunyai kader IKBAR yang aktif dalam berbagai kegiatan desa, seperti halnya haflah akhirus sanah yang dilaksanakan satu athun sekali, para pemuda akan turut aktif menyumbangkan ide-idenya. Selain man Bad juga terdapat beberapa rekan-rekan man Bad dalam memajukan kepemudaan desa

Banjar pada masanya, mereka adalah : Pa’i, Bukari, Rabi’ih, Rosid, dan

Matsudi.9

Namun semenjak akhir tahun 1999 Badrut Tamam menikah dengan orang luar Banjar ia pun ikut dengan istrinya dan jarang kembali 7

Wawancara dengan Tobibah (36 th) pada tanggal 30 Desember 2015 8


(21)

pulang, sehingga pemuda Banjar merasa kehilangan sosok penggerak yang humanis, yang merangkul mereka dan selalu mendengarkan mereka. Dari ungkapan tersebut, dapat dilihat bahwa tidak adanya penggerak serta tidak adanya generasi penerus juga menjadi faktor tehambatnya partisipasi

pemuda dalam pembangunan desa, sehingga kegiatan-kegiatan

kepemudaan yang dulu aktif kini fakum dan tidak ada yang meneruskannya. Oleh karena itu, dibutuhkannya kembali sosok/penggerak yang dapat mengembalikan semangat pemuda Banjar.

Faktor yang ketiga adalah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemuda, dalam hal ini adalah dominannya peran tokoh pemuda, masyarakat kurang percaya dengan kemampuan generasi muda mereka

kecuali pemuda dari kalanganoreng masjid, seluruh bentuk kegiatan yang

ada dipusatkan pada kegiatan orang tua yang lebih cenderung hanya pada kegiatan keagamaan. Sehingga hal tersebut memunculkan persoalan-persoalan dan kecemasan pemuda karena keinginan-keinginan mereka tidak sejalan dengan kenyataan (keinginan generasi tua). Masyarakat terlanjur memandang negatif dengan perilaku pemuda, sehingga pemuda

merasa tidak berguna bagi masyarakatnya.10

Dalam hubungan ini kemungkinan timbul konflik dalam berbagai bentuk protes, baik yang terbuka maupun yang terselubung. Perihal tersebut juga dialami pemuda lulusan pesantren, mereka cenderung tidak mendapatkan peran di desanya sendiri dikarenakan peranan dominan oleh

10


(22)

pihak oreng masjid, sehingga lagi-lagi para pemuda tidak bisa berperan bagi kehidupan masyarakatnya.

Banyak kalangan pemuda baik itu alumni pesantren maupun bukan pesantren yang mengalami pengangguran dan menghabiskan waktunya untuk bermain, memburu tupai dan kegiatan lainnya yang kurang bermanfaat. Bahkan mengganggu keamanan desa, dilihat dari analisis perubahan dari tahun 2000 sampai saat ini kenakalan-kenakalan pemuda Banjar meningkat, seperti mabuk-mabukan, berjudi, pencurian dan

kenakalan-kenakalan lainnya sehingga menurut Firman11 (30 tahun) ia

lebih aman tinggal di rumahnya yang sekarang daripada di Banjar.

Oleh karenanya, harapan dalam pemberdayaan ini adalah penumbuhan partisipasi pemuda menjadi batang utama harapan. Dengan tujuan pemuda kembali aktif dalam pembangunan desa Banjar. Maka membutuhkan 3 faktor. Yaitu, pendidikan kritis bagi pemuda, penumbuhan kepercayaan masyarakat terhadap pemuda Banjar, serta terciptanya generasi penggerak pemuda, yang nantinya akan terbentuk organisasi pemuda yang selama ini fakum.

Salah satu dari tiga faktor tersebut adalah menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap generasi muda. Dalam kehidupan masyarakat, seorang tokoh penggerak adalah figur yang akan memotivasi masyarakat dalam hal kegiatan yang positif. Untuk itu, perlu dikembangkan kaderisasi yang baik, kritis serta kreatif agar menjadi


(23)

penggerak masyarakat yang idealis dan membela kepentingan masyarakat. Faktor kedua adalah menciptakan generasi penggerak pemuda, pentingnya generasi ini diharapkan agar kegiatan pemuda tidak kembali fakum, dan pemuda dapat menciptakan inovasi-inovasi bagi desa Banjar.

Faktor ketiga adalah terbentuknya organisasi. Faktor ini juga sangat dibutuhkan dan melibatkan banyak pihak. karena dengan adanya wadah/organisasi, pemuda akan dengan luas mengeluarkan ide-ide untuk kepentingan desa dan juga sebagai tempat untuk penyaluran bakat pemuda.

Dari ketiga faktor itu akan mendukung dalam menumbuhkan partisipasi pemuda dalam pembangunan desa. Dengan tumbuhnya partisipasi dalam diri pemuda maka segala bentuk masalah, seperti pengangguran, kenakalan remaja dan fakumnya kegiatan remaja akan terselesaikan.

Untuk dapat membangun desa yang sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka kunci utamanya adalah desa harus memiliki SDM yang berkualitas dan aktif dalam membangun desa. Agar dapat memiliki SDM yang berkualitas maka masyarakat harus melakukan upaya dan strategi dalam mengelola dan melakukan perubahan bersama.

Jika dikaji dalam perspektif ilmu dakwah pengembangan masyarakat atau pemberdayaan masyarakat dapat diposisikan sebagai bagian dari dakwah Islam, yang secara konseptual dapat dibedakan dakwah bil lisan dan dakwah bil hal, yang secara prinsipil tidak ada


(24)

perbedaan. Bentuk yang pertama lebih menekankan kepada pendekatan lisan, dan yang kedua lebih menekankan kepada pendekatan perbuatan. Dakwah bil hal yang telah diterima oleh masyarakat pada dasarnya merupakan keseluruhan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan sosial ekonomi dankebudayaan menurut ajaran Islam. Dalam pandangan islam, setiap individu wajib menyampaikan dakwah sebagaimana halnya, menyampaikan yang baik dan melarang kemungkaran. Individu tersebut dinamakan agen/da’i. Secara istilah da’i

adalah orang islam yang secara syariat mendapat beban dakwah mengajak kepada agama Allah. Tidak diragukan lagi bahwa definisi ini mencakup seluruh lapisan dari rasul, ulama, penguasa setiap muslim, baik laki-laki

maupun perempuan.12

Dalam proses pemberdayaan pemuda pengangguran seperti yang telah dijelaskan di atas, maka seluruh aspek masyarakat desa Banjar

adalah agen/da’i dalam kehidupannya, baik itu pemuda, tokoh agama,

tokoh masyarakat dan masyarakat keseluruhan adalah da’i/agen dalam

perubahan sosialnya.

Perihal tersebut juga disinggung oleh Anthony Giddens dalam teori strukturasinya yang memusatkan pada praktik sosial yang berulang itu yang pada dasarnya adalah sebuah teori yang menghubungkan antara agen dan struktur keduanya.Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan sosial masyarakat pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari dua faktor tersebut.

12


(25)

dalam perkembangan teori-teori sosial terdapat upaya-upaya mengintegrasikan agen dan struktur, dan salah satu upaya paling terkenal adalah Anthony Giddens melalui teori strukturasinya.

Oleh karena itu, masalah kepemudaan di desa Banjar hendaknya jangan dianggap suatu masalah wajar dan harus ada. Pemuda haruslah menjadi bagian kehidupan yang mempunyai peranan dan kewajiban sendiri. Maka dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengambil lokasi pendampingan pemuda pengangguran yang ada di desa Banjar kecamatan Galis kabupaten Bangkalan.

B. Fokus Pendampingan

Dalam mengkaji kehidupan pemuda di Desa Banjar, permasalahan serta strategi yang akan dicapai. Maka fokus dalam pemberdayaan ini

adalah menumbuhkan partisipasi pemuda pengangguran dalam

pembangunan desa di desa Banjar kecamatan Galis kabupaten Bangkalan. C. Tujuan Pendampingan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pemberdayaan ini adalah :

1. Menyiapkan generasi muda dalam perubahan

2. Menciptakan kepercayaan masyarakat terhadap peran generasi muda

3. Mengaktifkan kembali organisasi pemuda “IKBAR” sebagai bentuk partisipasi pembangunan desa.


(26)

D. Strategi Mencapai Tujuan

Dari beberapa alternatif strategi / program yang sesuai dalam mewujudkan pohon harapan, maka program yang direncanakan dalam pemberdayaan adalah sebagai berikut :

1. Menyiapkan Generasi Muda dalam Menghadapi Perubahan Melalui Pendidikan Kritis

Seperti yang diketahui dari permasalahan yang ada, bahwa salah satu faktor lemahnya generasi muda adalah kurangnya kesadaran serta tidak adanya penggerak pemuda. Oleh karena itu, pendamping bersama pemuda desa Banjar bersama-sama melakukan pendidikan kritis. Langkah awal yang dilakukan adalah pengorgansiran pemuda pengangguran dan melakukan diskusi bersama generasi tua yang sempat mengalami masa keemasan pemuda pada masanya serta golongan terpelajar yang ada di desa Banjar. Dalam diskusi tersebut (FGD) akan pemuda dan orang tua akan membangun kepercayaan bersama untuk menjadikan pemuda aktif kembali dalam partisipasi pembangunan desa Banjar.

2. Mengaktifkan Kembali Wadah/Organisasi (IKBAR) Pemuda

Sebagai Bentuk Partisipasi

Setelah tim pendamping menemukan hasil dari FGD yang dilakukan. Tim pendamping bersama pemuda Banjar mengaktifkan kembali organisasi (IKBAR) yang selama ini fakum dalam rangka sebagai tempat belajar, menyalurkan bakat serta terjalinnya hubungan


(27)

dekat antar pemuda sehingga menimbulkan kekuatan lokal bagi pemuda.

Organisasi IKBAR ini nantinya diharapkan menjadi sumber kekuatan yang ada di desa Barat, sehingga terjadi keseimbangan peran sesepuh agama dan pemuda. Para sesepuh akan percaya terhadap potensi yang dimiliki pemuda mereka. dan juga nantinya akan menciptkan generasi-generasi yang baru. Sehingga fakumnya kegiatan IKBAR tidak lagi terjadi.

3. Membangun Kepercayaan Masyarakat dan Orang Tua Terhadap Generasi Muda

Dari proses pendidikan kritis hingga mengaktifkan kembali IKBAR hakikatnya adalah sebuah proses membangun kepercayaan aparat desa dan orang tua terhadap generasi pemudanya. Oleh karena itu, berjalannya IKBAR diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik bagi desa Banjar, sehingga pemuda pengangguran tidak lagi dianggap sebelah mata sebagai penyakit dan pengganggu keamanan desa Banjar.


(28)

E. Manfaat Pendampingan

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil pemberdayaan ini antara lain adalah :

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan sumbangan pada khasanah keilmuan

pemberdayaan masyarakat tentang pemberdayaan pemuda

pengangguran dalam menumbuhkan partisipasi pembangunan desa. Selain itu, pemberdayaan ini juga dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi jurusan pengembangan masyarakat islam (PMI) atau praktisi pemberdayaan masyarakat sebagai referensi ataupun acuan aksi.

2. Manfaat Praktis

Memberikan suatu kemanfaat bagi masyarakat di desa Banjar kec. Galis kab. Bangkalan dalam membaca masalah sosial yang realistis. Juga dapat memberikan manfaat dalam perubahan sosial yang

berkelanjutan bagi masyarakat dan dapat menciptakan agent of change

dalam lingkungannya sendiri. F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu sebagai acuan dari pendampingan ini penulis peroleh dari Andi Awaluddin, skripsi yang berjudul “Peningkatan

Partisipasi Pemuda di Desa Sawotratap – Sidoarjo”. Pendampingan

tersebut menggunakan metode ABCD, yakni pendampingan yang dilatar belakangi dengan melihat aset pemuda. Dalam pendampingan tersebut,


(29)

penulis melakukan aksi pengorganisiran pemuda IPPNU yang fakum untuk diaktifkan kembali dan membuat agenda kegiatan lingkungan yang

bersumber dari pemuda itu sendiri.13

Acuan ke dua yakni skrpisi yang ditulis oleh Moh. Izzat yang berjudul “ Melangkah Menuju Pemuda Terampil” (Upaya Pendampingan Terhadap Pemuda Pengangguran Di Kampung Demak Jaya Kelurahan Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan Surabaya). pendampingan tersebut menggunakan metode PAR. Sedangkan aksi yang dilakukan oleh peneliti

adalah melakukan usaha bengkel oleh pemuda pengangguran.14

Selanjutnya acuan dari jurnal Merry Andriany (PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 2 Nomor 1, April 2013) yang berjudul “Pemberdayaan Pemuda Melalui Program Kewirausahaan Pemuda” dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa Pelatihan Kewirausahaan Pemuda merupakan kegiatan pelatihan bagi pemudayang akan mendirikan usaha sesuai kondisi dan potensi daerahnya. Seksi Aktivitas, Kepeloporan dan Kewirausahaan Pemuda harus terus memberikan dukungan bahwa sebagai pemuda juga dapat mengatasi masalah.

Selanjutnya acuan dari jurnal Wahyu Ishardino Satries (Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009) yang berjudul “Peran Serta Pemuda Dalam

13

Andi Awaludin, 2015,Pendampingan Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemuda,

Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Sunan Ampel Surabaya (UINSA)

14

Moh Izzat, 2015,Melangkah MenujuPemuda Terampil” (Upaya Pendampingan Terhadap Pemuda Pengangguran Di Kampung Demak Jaya Kelurahan Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan Surabaya), Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Sunan Ampel Surabaya (UINSA)


(30)

PembangunanMasyarakat” dalam jurnal tersebut dijelaskanbahwa keberadaan pemuda yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatn merupakan salah satu solusi dari upaya pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Sebab pemuda dengan segala potensinya diharapkan mampu mengangkat derajat masyarakat sekitar melalui berbagai kegiatan dan organisasi yang didirikannya. Namun, pengembangan potensi pemuda ini masih minim dukungan dari pihak pemerintah baik pusat maupun daerah. Hal tersebut terbukti dari minimnya anggaran kepemudaan di daerah dan anggaran tersebut diberikan hanya pada satu organisasi pemuda yang dianggap representasi dari organisasi kepemudaan lainnya. Untuk itu diperlukan upaya kreatif dari pemuda untuk dapat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat seperti menggandeng pihak swasta sebagai donatur.

G. Definisi Konsep

Pada dasarnya konsep merupakan unsur pokok bagi suatu penelitian dan sebenarnya adalah definisi singkat dan sejumlah fakta atau gejala-gejala yang diamati. Oleh karena itu, konsep-konsep yang dipilih dalam penelitian ini perlu ditentukan ruang lingkup dan batasan persoalannya. Sehingga persoalan-persoalan tersebut tidak kabur, di samping itu konseptualisasi agar terhindar dari saling salah pengertian mengenai konsep-konsep yang digunakan, sehingg akan menjadi mudah memahami masalah yang dibahas.


(31)

Istilah “keberdayaan” dalam pustaka teori sosial disebut “power” atau “kuasa”. Masyarakat yang berdaya masyarakat memiliki power atau kuasa atas segala hak yang melekat pada dirinya sebagai manusia. Tuhan telah memberikan setiap manusia kekuasaan atas dirinya yang dibekali dengan akal dan nuraninya. Oleh karena itu, jika terdapat manusia yang tidak memiliki kuasa atas haknya sebagai manusia, maka dia telah mengalami ketidakberdayaan.

Upaya pemberdayaan masyarakat perlu didasari pemahaman bahwa munculnya ketidakberdayaan masyarakat akibat masyarakat tidak

memiliki kekuatan (powerless). Faktor yang lain dikarenakan adanya

ketimpangan. Ketimpangan yang sering kali terjadi di masyarakat meliputi15:

a. Ketimpangan struktural yang terjadi di antara kelompok

primer, seperti perbedaan kelas antara orang kaya (the have)

dengan orang miskin (the have not) dan antara buruh dengan

majikan; ketidaksetaraan gender; perbedaan ras maupun perbedaan etnis yang tercermin pada perbedaan antara masyarakat lokal; dengan pendatang dan antara kaum minoritas dengan mayorits.

b. Ketimpangan kelompok akibat perbedaan usia, kalangan tua dengan muda, keterbatasan fisik, mental dan intelektual,

15

Agus Afandi,Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam, (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hlm.27-28


(32)

masalah gay-lesbi, isolasi geografis dan sosial (ketertinggalan dan keterbelakangan).

c. Ketimpangan personal akibat faktor kematian, kehilangan orang-orang yang dicintai, persoalan pribadi, dan keluarga. Dari beberapa pengetian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah proses menempatkan manusia sebagai subjek dari dunianya sendiri, dengan tujuan menghilangkan ketimpangan struktur sosial yang tidak adil dan masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

2. Pemuda

Pemuda adalah golongan manusia-manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pengembangan yang kini telah berlangsung. Secara hukum pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yaitu berusia dari 16 (enambelas) sampai 30 (tiga puluh) tahun, secara biologis yaitu manusia yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan seperti adanya perubahan fisik, dan secara agama adalah manusia yang sudah memasuki fase aqil baligh yang ditandai dengan mimpi basah dan keluarnya darah haid bagi wanita.

Pemuda atau generasi muda adalah konsep-konsep yang sering diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena keduanya bukanlah semata-mata istilah ilmiah tetapi lebih sering merupakan


(33)

pengertian ideologis atau kulturil. Pemuda harapan bangsa, pemuda

pemilik masa depan atau pemuda harus dibina dan sebagainya.16

Pendekatan-pendekatan dari segi pedagogis dan psikologis ditandai dengan satu sifat : pemuda identik dengan pemberontak, berani tetapi pendek akal, dinamik tetapi sering hantam kromo. Pendek kata, pemuda da kepemudaan sama dengan romantik. Masa yang menarik tetapi perlu dikasihani, setidaknya di kaca mata orang dewasa.

3. Pengangguran

Pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya.

Berdasarkan pengertiannya, pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga17,

antara lain :

1. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)adalah tenaga

kerja yang betul-betul tidak mempunyai pekerjaan.

Pengangguran ini terjadi ada yang karena belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal dan ada juga yang karena malas mencari pekerjaan atau malas bekerja. 2. Pengangguran Terselubung (Disguessed Unemployment)

Pengangguran terselubung yaitu pengangguran yang terjadi karena terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan padahal dengan mengurangi tenaga kerja tersebut sampai jumlah tertentu tetap tidak mengurangi jumlah produksi. 16

Taufik Abdullah,Pemuda dan Perubahan Sosial, hlm.1 17

Vika Novi Yanti, (http://eprints.ums.ac.id/31671/25/NASKAH_PUBLIKASI.pdf), Diakses pada tanggal 15 Maret 2016


(34)

Pengangguran terselubung bisa juga terjadi karena seseorang yang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya, akhirnya bekerja tidak optimal.

3. Setengah Menganggur (Under Unemployment) Setengah menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada pekerjaan untuk sementara waktu. Salah satunya adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu atau kurang dari 7 jam sehari. Misalnya seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek, untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.

4. Partisipasi

Konsep partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana

diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up)

dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan.


(35)

H.A.R.Tilaar, mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari

bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses

perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.

Menurut Sundariningrum dalam Sugiyah mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu : a. Partisipasi Langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi Tidak Langsung

Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya. Cohen dan Uphoff yang dikutip oleh Siti Irene Astuti D membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan. Dan Keempat,

partisipasi dalam evaluasi.18

18

(http://suniscome.50webs.com/32%20Konsep%20Pemberdayaan%20Partisipasi%20Kel embagaan.pdf). Diakses pada tanggal 8 April 2016


(36)

5. Pembangunan

Konsep pembangunan menurut Sumodiningrat adalah proses mewujudkan masyarakat sejahtera secara adil dan merata. Masyarakat sejahtera ditandai adanya kemakmuran berupa meningkatnya konsumsi masyarakat karena meningkatnya pendapatan. Peningkatan pendapatan sendiri merupakan hasil produksi yang meningkat. Proses demikian dapat berlangsung baik bila asumsi-asumsi pembangunan, yakni adanya

kesempatan kerja secara penuh (full employment), tiap orang memiliki

kemampuan yang sama (equal productivity), dan semua pelaku ekonomi

bertindak rasional (efficient), terpenuhi.19

Model pembangunan alternatif menekankan pentingnya

pembangunan berbasis masyarakat (comunity based development),

berparadigma buttom up dan lokalitas. Muculnya model ppembangunan

alternatif didasari oleh sebuah motivasi untuk mengembangkan dan mendorong struktur masyarakat agar menjadi lebih berdaya dan menentang struktur penindasan melalui pembuatan regulasi yang berpijak pada prinsip keadilan. Pendekatan yang dipakai dalam model pembangunan alternatif adalam pembangunan tingkat lokal, menyatu dengan budaya lokal, bukan memaksakan suatu model pembangunan dari

luar serta sangat menyertakan partisipasi orang-orang lokal.20

Pada dasarnya pembangunan desa merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat

19


(37)

menjadi sasaran sekaligus pelaku pembangunan. Keterlibatan masyarakat pada setiap tahapan pembangunan di desa, merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan. Kegagalan berbagai program pembangunan perdesaan di masa lalu adalah disebabkan antara lain karena penyusunan,

pelaksanaan dan evaluasi program-program pembangunan tidak

melibatkan masyarakat. H. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan bab yang mengawali tentang judul proposal skripsi yang diangkat oleh penulis: Analisa situasi problematik, tujuan, manfaat.

BAB II : KAJIAN TEORI

Dalam bab ini penulis menyajikan beberapa hal kajian kepustakaan konseptual yang menyangkut tentang permasalahan yang diangkat.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

PAR. Didalamnya pendamping akan menyajikan konsepPAR

(Partisipatory Action Research), Prinsip-prinsip dalam PAR, langkah-langkah riset aksi dalam PAR, dan analisis steakholder yang terkait dalam prosoe pemberdayaan.

BAB IV : POTRET SOSIAL MASYARAKAT BANJAR

Dalam bab ini peneliti menyusun profil Desa Banjar kec.Galis kab. Bangkalan, sejarah desa Banjar, letak desa secara geografis, kondisi


(38)

demografis, kondisi sosial budaya kemasyarakatan, kondisi ekonomi, pendidikan, keagamaan dan lain-lain.

BAB V : ANALISIS PROBLEMATIK

Bab ini menguraikan analisis problem-problem temuan riset dan FGD bersama masyarakat, dalam bab ini pula akan Nampak beberapa analisis problem dalam bentuk diagram, bagan sebagai pendukung uraian analisis problem yang terjadi.

BAB VI :PERENCANAAN DAN AKSI

Bab ini merupakan narasi deskripsi hasil catatan-catatan kegiatan, perencanaan, pemecahan masalah, analisis potensi sumberdaya masyarakat serta cerminan gambaran proses kegiatan yang menunjukkan program pemecahan masalah.

BAB VII : REFLEKSI

Bab ini merupakan refleksi bagaimana perubahan itu terjadi. Serta analisis penulis dalam menggabungkan realitas yang ada dengan teori yang digunakannya, serta catatan-catatan penulis tentang pelajaran yang diambil dari proses pemberdayaan yang dilakukan.

BAB VIII : KESIMPULAN

Yakni ringkasan problem masyarakat dan hasil proses PAR yang terjadi serta rekomendasi untuk kelanjutan program.


(39)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Dakwah Bil Hal Sebagai Upaya Menembuhkan Kesadaran dan Mengembangkan Kemampuan Masyarakat

Dakwah merupakan kewajiban umat Islam, lebih-lebih mereka yangtelah memiliki pengetahuan agama Islam, menurut batas kemampuan masing-masing. Dakwah adalah upaya menyampaikan ajaran agama Islam oleh seseorang/kelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka meyakini/memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar. Jadi dalam dakwah yang menjadi tujuan adalah perubahan keyakinan, pengetahuan dan perilaku sasaran dakwah yang sesuai dengan ajaran Islam.

Dakwah bil-halsebenarnya bukanlah merupakan istilah baru dalam dunia dakwah, karena sumber peristilahan tersebut bermula dari al-Qur'an

maupun hadits dan juga sirah Nabi. Dari sumber-sumber tersebut

kemudian muncul penterjemahan baik dalam dataran normatif maupun empirik.

Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil-hal. Secara harfiah

dakwahbil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah nyata

dan bukan tandingan dakwah bil-lisan tetapi saling melengkapi antara

keduanya. Dalam pengertian lebih luas dakwah bil-hal, dimaksudkan


(40)

berkelompok untuk mengembangkan diri dan masyarakat dalam rangka mewujudkan tatanan sosial ekonomi dan kebutuhan yang lebih baik menurut tuntunan Islam, yang berarti banyak menekankan pada masalah kemasyarakatan. seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dengan

wujud amal nyata terhadap sasaran dakwah.21

Sementara itu ada juga yang menyebut dakwah bil-hal dengan

istilah dakwah bil-Qudwah yang berarti dakwah praktis dengan cara

menampilkan akhlaq karimah.22 Sejalan dengan ini seperti apa yang

dikatakan oleh Buya Hamka bahwa akhlaq sebagai alat dakwah, yakni budi pekerti yang dapatdilihat orang, bukan pada ucapan lisan yang manis

serta tulisan yang memikattetapi dengan budi pekerti yang luhur.23 Seperti

yang telah dijelaskan dalam Qs. as-Shaff : 2-3.























































Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan

sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu

kerjakan.24”

Berpijak dari ayat di atas dapat dikatakan bahwa dakwah bil-hal

mempunyai peran dan kedudukan penting dalam dakwah bil-lisan.

Dakwah bil-hal bukan bermaksud mengganti maupun menjadi

21

Harun Al-Rasyid dkk,Pedcman Dakwah Bil-Hal,(Jakarta: Depag RI, 1989), hlm. 10 22

Anwar Masy'ari,Butir-butir Problematika Dakwah Islamiyah,(Surabaya:Bina llmu, 1993),hlm.205

23

Hamka,Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1981),hlm. 159.


(41)

perpanjangan dari dakwah bil-lisan, keduanya mempunyai peran penting dalam proses penyampaikan ajaran Islam, hanya saja tetap dijaga isi dakwah yang disampaikan secara lisan itu harus seimbang dengan perbuatan nyata da'i.

Kaitannya dengan pembangunan dan perubahan masyarakat maka

dalam halam ini da'i menjadi agen perubahan (agent of change). karena

action (perbuatan nyata/perilaku) atau akhlaq da'i akan ditiru oleh umat

(jamaah). Sehingga dakwah bil-hal merupakan upaya yang bersifat

menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran dan kemampuan jamaah dalam mengatasi masalah mereka dan lebih dari itu setiap kegiatan

dakwahyang dilakukan harus ada tindak lanjutnya secara

berkesinambungan.

Oleh karenanya, dakwah bil-hal adalah merupakan usaha

menyampaikan ajaran Islam kepada umat baik perorangan maupun kelompok dengan cara membantu mengatasi masalah yang dihadapi umat. Masalah tersebut merupakan masalah hidup dan kehidupan umat, usaha pemecahan masalah ini berangkat dari akar masalah, yang pada akhirnya umat itu sendiri yang mengatasi masalah mereka dengan dasar kesadaran, sumber-sumberdaya yang mereka miliki digali, dimobilisir, diorganisasi oleh mereka untuk memenuhi kebutuhan. Ini artinya bahwa dakwah merupakan usaha membangun manusia seutuhnya (rohani dan jasmani).

Rohani menumbuhkan kesadaran membangun dan jasmaninya


(42)

Dalam hal ini lebih merupakan fasilitator (agen) dalam pelaksanaan pembangunan tersebut, artinya sebagai pembuka pintu pembangunan yang akan memunculkan perubahan-perubahan yang

dilakukan oleh jamaah (umat), karena dakwah memiliki sifat taghyir

(perubahan) yang muncul dari, oleh, dan untuk masyarakat. Sebagaimana

yang tertulis dalam Qs. Ar-Ra’d ayat 11 :



































































Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan

sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”25

Dalam ayat tersebut dapat diartikan bahwa bahwa pemecahan masalah seseorang atau suatukelompok orang akan sangat arif dan bermanfaat bagi mereka jika mereka sendiri yang mencari pemecahannya, orang lain (da'i) hanya membantu bukan pelaku utama. Ini artinya bahwa pemecahan masalah seseorang atau suatu kelompok orang akan sangat arif dan bermanfaat bagi mereka jika mereka sendiri yang mencari


(43)

pemecahannya, orang lain hanya membantu bukan pelaku utama, karena sejatinya da’i atau agen adalah masyarakat itu sendiri.

Dalam kaitannya dengan dakwah bil hal, pemberdayaan adalah

suatu proses merubah masyarakat untuk menjadi lebih baik. Proses perubahan diperlukan beberapa tahap, yaitu : pergerakan, focus dan manajemen. Dalam hal ini telah disinggung oleh hadits Rosulullah SAW yang berbunyi :

)

ر

(

26

Rosulullah SAW bersabda : “ Ajarilah anak-anakmu berenang,

memanah dan ajari kaum perempuan kalian memintal” (HR. al -Baihaqi)

Hadits ini adalah perintah Rasulullah yang dianjurkan kepada orang tua untuk mengajari generasi mudanya. tiga jenis olahraga diatas. Berfikir lebih jauh maksud dari tiga perintah ini sangat dalam makna dan isinya. Apa yang dianjurkan Nabi SAW adalah sesuatu yang sangat berhubungan hingga saat ini.

Perintah itu terbagi atas tiga bagian, dimana setiap bagian salingberhubungan satu sama lain. Perintah pertama, Rasulullah menganjurkan kita untuk belajar berenang, dalam ilmu kesehatan olahraga renang sangat baik untuk kesehatan tubuh manusia. Karenaberenang

dilakukandengan cara menggerakkan tubuh secara terkoodinasi sehingga

kita dapat dapat melayang dan bergerak di air.

26

Imam Abdurrouf al- Munawi,Faidul Qadir Jild 4, (Jakarta, Dar al- Kutub al-Islmiyah : 2004 ), hlm. 327


(44)

semua organ tubuh melakukan gerak di dalam air. Itu artinya manusia diciptakan oleh Allah SWT tidak hanya untuk berfikir. Tetapi manusia diciptakan untuk bergerak, sebagai wujud tanda syukur organ tubuh yang dianugerahi oleh Allah SWT. bergerak itu artinya tidak berdiam diri dan menunggu takdir dari Allah, tetapi bagaimana manusia diciptakan akal untuk berfikir dan melakukan tindakan dari hasil pikirannya.

Perintah yang kedua Rosulullah memerintahkan untuk Memanah. Secara eksplisit perintah ini menganjurkan kepada kita untukmempunyai target dalam hidup. Ada tujuan yang harus dicapai ibarat anakpanah yang meninggalkan tempatnya untuk sampai ke sasarannya. Arti dari memanah adalah fokus. Dalam hadits lain Rosulullah menganjurkan umatnya untuk belajar berkuda. Perintah ini bermakna bahwa tujuan hidup atau cita-cita yang kitaimpikan harus kita kejar secepat dan sekuat kuda berlari. Gunakanlah segala kekuatan yang kita miliki untuk terus berusaha mencapai target hidup, serta bagaimana cara memanajemen hidup agar tujuan yang telah ditarget dapat diraihnya.

B. Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Proses Perubahan Sosial

Konsep pemberdayaan masyarakat jika ditelaah sebenarnya berangkat dari pandangan yang menempatkan manusia sebagai subjek dari dunianya sendiri. Pola dasar gerakan pemberdayaan ini mengamanatkan

kepada perlunya power dan menekankan keberpihakan kepada kelompok


(45)

gerakan perlawanan pembangunan alternatif terhadap hegemoni

modernisasi.27

Secara terminologis, istilah pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan).

Karena menurut Suharto (2005), ide utama pemberdayaan bersentuhan

dengan konsep mengenai kekuasaan.28

Menurut Chambers, pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep

ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people centered”,participatory, learning, and sustanable. Konsep pemberdayaan lebih luas dari sekedar upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar atau

sekedar mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety

net).

Peneliti atau pendamping menggunakan konsep pemberdayaan masyarakat people centered development menurut David C. Korten yang isinya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya menawarkan suatu proses perencanaan pembangunan dengan memusatkan pada partisipasi, kemampuan dan masyarakat lokal. Dalam konteks ini, maka masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap pelaksanaan pembangunan dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program yang mereka lakukan. Hal ini memiliki arti, menempatkan masyarakat sebagai aktor (subyek) pembangunan dan tidak sekedar

27

Ibid, 72-73 28


(46)

menjadikan mereka sebagai penerima pasif pelayanan saja. Pembangunan masyarakat yang berkesinambungan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang disengaja dan terarah, mengutamakan pendayagunaan potensi dan sumber daya setempat/lokal dan

mengutamakan kreatifitas, inisiatif serta partisipasi masyarakat.29

C. Pendidikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Pemuda Melihat kondisi yang seperti itu peneliti mengacu pada tiga kesadaran yang dimiliki manusia. Freire menjelaskan proses tersebut dengan analisis kesadaran atau pandangan hidup masyarakat terhadap diri

mereka sendiri yang digolongkan menjadi 3 tipologi kesadaran30, yaitu :

Pertama, kesadaran magis (magical consciousness). Adalah sebuah keadaandimana seorang manusia tidak mampu memahami realitas disekitarnya sekaligus dirinya sendiri.Bahkan dalam menghadapi kehidupan sehari-harinya ia lebih percaya pada kekuatan takdir yang telah

menentukan dan melihat kebenaran sebagai dogma(fatalis). Semua adalah

kehendak Tuhan. Dalam kesadaran magis, orang lebih mengarahkan penyebab masalah dan ketidakberdayaan dengan faktor-faktor diluar manusia, baik natural maupun supranatural. Mereka sadar mereka melakukan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mengubahnya. Akibatnya, bukannya melawan atau mengubah realitas di mana mereka hidup, mereka justru menyesuaikan diri dengan

29

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama,2005), hlm 66-67

30


(47)

realitas yang ada. Individu meyakini bahwa kebodohan adalah sesuatu yang sudah melekat pada dirinya.

Kedua, kesadaran naif (naivalconsciousness). Keadaaan yang dikategorikan dalam kesadaran ini adalah lebih melihat aspek manusiamsebagai akar permaslahan masyarakat. Adalah keadaan dimana seseorang mulai mengerti akan adanya permasalahan namun kurang bisa menganalisa persoalan-persoalan sosial tersebut secara sistematis. Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka pendidikan dalam konteks ini tidak pernah mempertanyakan keabsahan sebuah sistem dan struktur yang salah. Ketiga, kesadaran kritis (critical consciouness). Adalah sebuah keadaan dimana seseorang mampu berpikir dan mengidentifikasi bahwa masalah yang dihadapi harus ditelaah secara lebih dalam, bukan berfokus kepada individu-individu penindas yang menyimpang, tetapi kepada

sistem yang menindas. Paradigma kritis dalam perubahan sosial

memberikan ruang bagi masyarakat untuk mampu mengidentifikasi ketidak adilan dalam sistem dan struktur yang ada kemudian mampu melakukan analisis bagaiman sistem dan struktur itu bekerja serta

bagaimana mentransformasikannya.31

D. Integrasi Agen-Struktur (Strukturasi)

Secara historis gerakan sosial adalah fenomena universal. Rakyat di seluruh masyarakat manusia tentu mempunyai alasan untuk bergabung

31


(48)

dan berjuang untuk mencapai tujuan kolektif mereka dan menentang orang yang menghalangi mereka mencapai tujuan itu.

Masalah antara agen dan struktur dapat dilihat sebagai salah satu masalah yang fundamental dalam teori sosial, khususnya dalam teori sosiologi modern. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan sosial masyarakat pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari dua faktor tersebut.

dalam perkembangan teori-teori sosial terdapat upaya-upaya

mengintegrasikan agen dan struktur, dan salah satu upaya paling terkenal adalah Anthony Giddens melalui teori strukturasinya.

Teori Strukturasi Giddens dilihat sebagai terobosan baru dalam wilayah teori sosial karena menawarkan suatu kolaborasi yang diramu secara menarik, dan muncul sebagai solusi untuk menutupi kekurangan dari teori-teori yang ada. Sebelumnya, Giddens melihat bahwa ilmu-ilmu sosial dijajah oleh gagasan dualisme agen versus struktur, dimana agen dan struktur dipahami dalam keadaan terpisah dan dianggap mempresentasikan sifat-sifat dan kekuatan-kekuatan yang berbeda.

Konsep dari strukturasi Giddens adalah berdasarkan pemikiran bahwakonstitusi agen dan struktur bukan merupakan kumpulan dua fenomena biasayang berdiri sendiri (dualisme), tetapi mencerminkan dualitas. Strukturasi menurut Giddens meliputi hubungan dialektikaantara agen dan struktur. Struktur dan keagenan adalah dualitas, struktur tidakakan ada tanpa keagenan demikian pula sebaliknya.


(49)

Teori strukturasi memusatkan pada praktik sosial yang berulang itu yang pada dasarnya adalah sebuah teori yang menghubungkan antara agen dan struktur keduanya. Antara agen dan struktur tidak dapat dipisahkan, menurut Giddens antara agen dan struktur seperti dua mata uang logam.

Keduanya memiki hubungan dwi rangkap.32

Titik tolak analisisnya adalah tindakan manusia. aktivitas

“bukanlah dihasilkan sekali jadi oleh aktor sosial, tetapi secara terus menerus mereka ciptakan-ulang melalui suatu cara. Dan dengan cara itu juga mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor di dalam dan melalui aktivitas mereka. agen menciptakan kondisi yang memungkinkan aktivitas ini berlangsung”. Aktivitas tidak dihasilkan melalui kesadaran, melalui konstruksi tentang realitas, atau tidak diciptakan oleh struktur sosial. Dalam menyatakan diri mereka sendiri sebagai aktor, orang terlibat dalam praktik sosial dan melalui praktik sosial itulah baik kesadaran maupun struktur diciptakan. Gidden memusatkan pada kesadaran atau

refleksivitas. Dalam merenung (reflexive) manusia tak hanya merenungi

diri sendiri, tetapi juga terlibat dalam memonitor aliran terus-menerus dari aktivitas dan kondisi struktural. Secara umum Giddens memusatkan perhatian pada proses dialektika dimana praktik sosial, struktur, dan kesadaran diciptakan. Jadi, Giddens menjelaskan masalah agen-struktur

secara historis,processual, dan dinamis.

32


(50)

a. Konsep Agen

Awalnya agen perubahan semata-mata ditempatkan di dalam diri “manusia besar” seperti : nabi, pahlawan, pemimpin, komandan, penemu, pencipta, manusia genius dan sebagainya. Merekala penggerak masyarakat, namun kapasitas karismatik mereka bukan berasal dari masyarkat, kapasitas tersebut diyakini mereka bahwa sejak lahir, diwarisi

secara genetis dan dikembangkan secara individual.33

Setelah mengalami beberapa pergeseran makna, agen bukan hanya dimiliki bagi segelintir orang yang mempunyai keistimewaan, namun agen mulai dimasyarakatkan. Sehingga menurut Alain Touraine ilmuan Perancis mengatakan bahwa masyarakat dan sejarah diciptakan melalui tindakan kolektif dan agen utamanya adalah gerakan sosial. Wujud agen ini dipahami sebagai kultural masyarakat. Gerakan sosial adalah aktor, karea realitas sejarah dibangun melalui konflik dan negosiasi gerakan

sosial yang memberikan bentuk sosial khusus terhadap orientasi kultural.34

Giddens memberikan penekanan terhadap agen. Menurutnya agen

mempunyai kemampuan untuk menciptakan pertentangan dalam

kehidupan sosial dan agen tidak berarti apa-apa tanpa kekuasaan yang artinya aktor berhenti menjadi agen bila ia kehilangan kemampuan untuk menciptakan pertentangan. Dalam actor Giddens mengakui adanya paksaan atau pembatas terhadap aktor, tetapi tidak berarti bahwa aktor

33


(51)

tidak mempunyai pilihan dan tidak mempunyai peluang untuk membuat pertentangan.

b. Konsep Struktur

Dinyatakan struktur sebagai ‘aturan’ dan sumberdaya, dengan kata

lain struktur sebagai perangkat aturan dan sumberdaya menghasilkan resiko tertentu yang jelas, yakni kesalahan interpretasi yang disebabkan

adanya dominasi penggunaan istilah ‘aturan’ tertentu dalam literature

filsafat35:

1. Aturan kerap dianggap berhubungan dengan permainan, sebagai preskipsi yang diformalkan.

2. Aturan kerap dilihat dalam bentuknya yang tunggal, seakan dapat dikaitkan dengan kekhususan perilaku tertentu.

3. Aturan tidak dapat dikonseptualisasikan terlepas dari adanya sumberdaya.

4. Aturan menyiratkan prosedur-prosedur metodis onteraksi sosial, sebagaimana yang utamanya dijelaskan oleh Garfinkel. 5. Aturan memiliki dua aspek yang perlu dibedakan secara

konseptual, sedangkan sejumlah penulis filsafat (seperti Winch) cenderung menggabungkan dua aspek tersebut.

35


(52)

E. Membangun Partisipasi Masyarakat

Banyak pemandu, fasilitator pendidikan yang kurang memberikan perhatian pada kemampuan belajar masing–masing peserta. Mengapa perlu perhatian yang cukup? Sebab satu peserta dan lainnya tidak sama latar belakang dan kemampuannya untuk menyesuaikan diri secara sejajar. Oleh karena itu pemandu, fasilitator pendidikan dianjurkan untuk mengetahui kemampuan belajar setiap peserta dan selalu membesarkan hati dan mendorongnya untuk terus belajar. David Kolb berpendapat ada 4 bentuk kebutuhan yang harus dimiliki oleh seorang peserta/partisipan jika ia ingin belajar secara efektif. Yaitu mereka harus dapat :

a. Terlibat penuh, terbuka dan tidak berprasangka dengan pengalaman

barunya; Dia menyebut dengan istilah tahap melakukan pengalaman

nyata.

b. Merefleksikan dan menyimak pengalaman dengan menggunakan

banyak perspektif:mencermati dan merefleksikannya.

c. Membentuk konsep yang menyatukan pencermatannya kedalam teori

yang logis:konseptualisasi abstrak.

d. Menggunakan teori tersebut untuk membuat keputusan dan

menyelesaikan masalah ;bereksperimen secara aktif.36

36


(53)

2010),hlm.90-BAB III

METODELOGI PENDAMPINGAN

A. Pendekatan dan Jenis Pendampingan

Sesuai latar belakang rumusan masalah yang telah diuraikan oleh penulis, maka dapat dilihat bahwa pendekatan pemberdayaan ini

menggunakan pendekatan participatory action research (PAR), yaitu

penelitian yang mendorong peneliti dan subyek (masyarakat) mengambil manfaat dalam penelitian untuk untuk memahami masalah bersama secara kritis dan menemukan tindakan / pemecahan bersama.

PAR juga bisa diartikan sebagai sebuah gerakan pembebasan masyarakat dari belenggu ideologi dan relasi kekuasaan yang menghambat

manusia mencapai perkembangan harkkat dan martabat

kemanusiaannya.37 Dalam pemberdayaan ini peneliti menggunakan teknik

participatory rural apparisal (PRA) teknik ini digunakan dalam proses riset, sekaligus sebagai alat untuk membelajarkan masyarakat dalam upaya membangun kesadaran kritis dan pemecahan masalah teknis.

B. Ruang Lingkup

Lokasi pendampingan ini dilaksanakan di desa Banjar kecamatan Galis kabupaten Bangkalan. Peneliti menelaahnya dari semua sisi kehidupan masyarakat Banjar, seperti relasi antara pemuda Banjar timur dan pemuda Banjar barat. Faktor yang melatarbelakangi fakumnya

37

Agus Afandi, dkk,Modul Particapotory Action Research, (Surabaya : LPPM UIN Sunan Ampel, 2016), hlm.95


(54)

kegiatan pemuda serta upaya pemberdayaan pemuda dalam menumbuhkan partisipasi pembangunan desa Banjar.

C. Jenis dan Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah : a. Data Primer

Data yang diambil langsung dari masyarakat Banjar

melaluiobservasi partisipatif, wawancara secara langsung maupun

wawancara kelompok /focus group discussion(FGD).

b. Data Sekunder

Data di sini adalah data-data yang diperoleh dari beberapa buku yang berkaitan dengan pemberdayaan, partisipasi serta beberapa hasil penelitian-penelitian yang membahas tentang pemberdayaan pemuda dalam membangun partisipasi pembangunan desa.

D. Tahap-tahap Pemberdayaan

Daur gerakan sosial merupakanproses yang dilakukan sebagai pendekatan proses riset, pembelajaran, dan pemecahan teknis dari problem sosial komunitas yang dilakukan secara terencana, terprogram, dan terlaksana bersama masyarakat. Berikut daur gerakan sosial sebagai berikut38:

38


(55)

1. Mengetahui Kondisi Riil Masyarakat (to know)

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah proses-proses inkulturasi yaitu membaur dengan masyarakat untuk membangun kepercayaan.

a. Pemetaan awal (preleminary maping)

Mapping adalah suatu teknik dalam PRA untuk menggali informasi yang meliputi sarana fisik dan kondisi sosial dengan menggambarkan kondisi wilayah secara umum dan menyeluruh menjadi sebuah peta. Hal ini merupakan pemetaan wilayah dengan menggambar kondisi wilayah bersama masyarakat. b. Membangun hubungan kemanusiaan

Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun

kepercayaan (trust building) dengan masyarakat, sehingga

terjalin hubungan yang setara dan saling mendukung. c. Penentuan agenda riset untuk perubahan sosial

Bersama komunitas, peneliti mengagendakan program riset melalui teknik PRA untuk memahami persoalan masyarakat yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial. Sambil merintis membangun kelompok-kelompok komunitas, sesuai dengan potensi dan keragaman yang ada.

d. Pemetaan partisipatif

Bersama komunitas melakukan pemetaan wilayah, maupun persoalan yang dialami masyarakat.


(56)

2. Memahami problem komunitas (to understand)

Tahap ini bertujuan untuk memahami persoalan utama komunitas. Maka langkah yang ditempuh melakukan analisis bersama masyarakat melalui FGD. Tahap ini juga disebut dengan tahap dekodifikasi, yaitu tahap mensistematiskan problem-problem sosial yang terjadi.

3. Merencanakan Pemecahan Masalah Komunitas (to plann)

Dasar perencanaan program harus dari rumusan masalah dalam bentuk pohon masalah yang sudah disepakati melalui FGD.

4. Melakukan Program Aksi dan Penyadaran (to action and

reflection)

a. Pengorganisasian masyarakat

Komunitas didampingi peneliti membangun pranata-pranata sosial. Baik dalam bentuk kelompok-kelompok kerja, maupun lembaga-lembaga masyarakat yang secara nyata bergerak memecahkan problem sosialnya secara simultan. b. Melancarkan aksi perubahan

Aksi memecahkan problem dilakukan secara simultan dan partisipatif, program pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses pembelajaran masyarakat.


(57)

c. Membangun pusat-pusat belajar masyarakat

Pusat-pusat belajar dibangun atas dasar kebutuhan

kelompok-kelompok komunitas yang sudah bergerak

melakukan aksi perubahan. Pusat belajar merupakan media

komunikasi, riset, diskusi, dan segala aspek untuk

merencanakan, mengorganisir dan memecahkan problem sosial.

d. Refleksi (Teoritisasi Perubahan Sosial)

Peneliti bersama masyarakat merumuskan teoritisasi

perubahan sosial. Berdasarkan hasil riset, proses pembelajaran masyarakat, dan program-program aksi yang sudah terlaksana, peneliti dan komnitas merefleksikan semua proses dan hasil yang diperolehnya (dari awal sampai akhir).

e. Meluaskan skala gerakan dan dukungan

Keberhasilan pendampingan ini tidak hanya diukur dari hasil kegiatan selama proses, tetapi juga diukur dari tingkat

keberlanjutan program (sustainibility) yang sudah berjalan dan

munculnya pengorganisir-pengorganisir serta pemimpin lokal yang melanjutkan program untuk melakukan aksi perubahan. Dengan demikian masyarakat akan bisa belajar sendiri, melakukan riset, dan memecahkan problem sosialnya secara mandiri.


(58)

E. Tehnik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah

sebagai berikut : a) Teknik Observasi Partisipatif, yaitu mengadakan

pengamatan dan pecatatan bersama masyarakat. b)Wawancara individu /

kelompok, yaitu interaksi dan wawancara terhadap seluruh elemen masyarakat, seperti para tokoh masyarakat, pemuda, serta masyarakat yang

lain. c) wawancara semi terstruktur : alat penggalian informasi berupa

tanya jawab yang sistemitis tentang pokok-pokok tertentu yang bersifat

terbuka. d)Focus Group Discussion (FGD)yaitu penggalian data dengan

dokodifikasi.39

Iforman adalah pihak yang dapat memberikan informasi-informasi tentang gejala-gejala yang terlihat dalam kehidupan masyarakat. Pada dasarnya informan dapat dibagi dua, yaitu informan kunci dan informan biasa. Infoman kunci adalah seorang yang mempunyai status sebagai orang yang memiliki pengetahuan luas tentang daerahnya, kebiasaan-kebiasaan penduduk daerah tersebut, dan juga dianggap sebagai tokoh oleh

penduduk di daerah tersebut.40

Dalam hal ini peneliti melalui beberapa pertimbangan di antaranya : (1) orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi terkait dengan masalah kepemudaan (2) informan dianggap telah dewasa (3) sehat jasamani dan rohani (4) aktif di berbagai kegiatan desa (5) informan juga masuk dalam struktur kepemerintahan desa dan lembaga sosial yang ada di 39

Agus Afandi, dkk,Modul Particapotory Action Research, hlm. 128 40


(59)

desa (6) memiliki pemikiran yang kritis dan pengetahuan yang luas

mengenai permasalahan yang diteliti.41

F. Tehnik Validasi Data

Dalamprinsip metodologi PRA untuk mengcros check data yang

diperoleh dapat melaluitriangulasi. Triangulasi adalah suatu system cros

check dalam pelaksanaan teknik PRA agar diperoleh informasi yang akurat. Triangulasi tim dalam PRA ini terdiri dari berbagai multi disiplin, laki-laki dan perempuan serta masyarakat dan tim dari luar.

Multidisiplin maksudnya mencakup berbagai orang dengan keahlian yang berbeda-beda. Seperti petani, pedagang dll. Proses triangluasi ini bias melewati FGD ataupun wawancara kelompok.

G. Tehnik Analisis Data

Dalam teknik PRA, untuk mempermudah analisis data dapat

menggunakan beberapa teknik berikut ini42:

1) Diagram Venn : teknik ini digunakan untuk menganalisis relasi kuasa pada komunitas. Mengetahui besaran pengaruh tokoh atau lembaga sosial pada komunitas, termasuk peran dan fungsinya pada masyarakat.

2) Analisis tata guna, tata kuasa, dan tata kelola : analisis ini digunakan untuk menganalisis tentang kuasa asset komunitas, apa yang terjadi pada asset tersebut.

41

Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada : 2004),hlm.63

42


(60)

3) Teknik analisis pohon masalah dan pohon harapan : teknik ini merupakan teknik utama untuk merumuskan problem social yang dilanjutkan dengan teknik pohon harapan sebagai tujuan pemecahan masalah.

4) Daily Routin (Kalender Harian) : teknik ini digunakan dalam rangka memahami kunci persoalan dalam tugas harian, juga jika ada masalah-masalah baru yang muncul. H. Stakeholders (Pihak-Pihak yang Terlibat)

Demi kelancaran proses pemberdayaan ini, maka peneliti membutuhkan pihak-pihak terkait untuk ikut serta berpartisipasi bersama-sama, diantaranya ialah :

1. Pemerintah Desa Banjar dan Para Tokoh

Program pemberdayaan ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya partisipasi dari aparat desa dan para tokoh masyarakat, peran kuasa mereka juga berpengaruhdalam pengumpulan ataupun dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan mengenai pemberdayaan ini, maka peran pemerintah desa serta para tokoh sangat dibutuhkan.

2. Masyarakat

Parisipasi serta dukungan masyarakat Banjar juga tidak kalah pentingnya dalam proses pemberdayaan ini, karena masyarakatlah yang akan melakukan program serta merasakannya.


(61)

3. Pemuda

Dalam pemberdayaan ini sudah pasti bahwa subjek dari pemberdayaan ini adalah pemuda yang ada di desa Banjar, sehingga peran mereka nantinya yang akan menetukan perubahan sosial dan pembangunan yang ada di desa Banjar.

4. Dinas/Instansi Terkait

Peran dari dinas / instansi terkait adalah sebagai kordinasi dan konsultasi dalam melaksanakan pendampingan. Peran dinas / instansi terkait juga berfungsi untuk solusi dalam melaksanakan sebuah kegiatan yang diperlukan peran dari dinas / instansi terakait.


(62)

BAB IV

POTRET SOSIAL MASYARAKAT BANJAR

A. Asal-Usul Desa Banjar

Kata “Banjar/Benjer” memiliki beberapa versi cerita dari para sesepuh, namun cerita termasyhur yang menyebar di masyarakat adalah

dari sesepuh pembabat desa Banjar pertama kali ialah Ju’ Etem, yaitu

sebutan dari Nyai Dewi Haliyah cicit dari sunan Cendana-Kwanyar, ia bersama suaminya yang bernama Raden Abdullah Toha adalah rakyat pelarian pada masa penjajahan Belanda, hingga ia menemukan desa

Banjar. Sebutan kataBenjerdiberikan olehju’ Etem dengan harapan anak

cucunya kelak “bejeng ajer”atau giat belajar.43 B. Kondisi Geografi Desa Banjar

Banjar adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Galis, kabupaten Bangkalan, terletak di bagian timur jembatan suramadu yang berjarak kurang lebih 20 km dari jembatan suramadu dan kurang lebih 25 km arah barat Ibu Kota Kabupaten Bangkalan dan 5 km dari Kecamatan Galis. Daerah dataran yang merupakan hasil perkebunan dan pertanian.

Desa Banjar merupakan dataran tinggi yang mencapai ketinggian

74 m dari permukaan laut dengan luas wilayah sebesar 1.003.742 ha44.

Desa tersebut dikenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah seperti durian, rambutan, salak dan mangga, sehingga tidak heran jika

43


(63)

memasuki area desa Banjar, maka akan terlihat pekarang pemukiman dipenuhi dengan pohon-pohon tersebut.

Tabel.1 Pembagian Luas Wilayah No. Pembagian Wilayah Luas Wilayah

1 Sawah 38,00 Ha

3 Pekarangan 92,00 Ha

4 Hutan Negara 8,27 Ha

Sumber : RPJM-Des tahun 2014

Kondisi topografi Desa Banjar adalah lembab dan berwarna merah dimana batas wilayah Desa Banjar adalah sebagai berikut :

 Sebelah utara : Desa Geger Kecamatan Galis

 Sebelah selatan : Desa Petrah Kecamatan Galis

 Sebelah barat : Desa Petrah, Desa Sadah Kecamatan Galis

 Sebelah timur : Desa Lantek Kecamatan Galis

Gambar 1 : Peta Lokasi Desa Banjar


(64)

Pembangunan infrastruktur di desa Banjar bisa dikatakan cukup baik dari infrastruktur publik maupun infrastruktur jalan yang dimiliki oleh desa Banjar. Desa Banjar memiliki jalan yang sebagian merupakan jalan aspal sepanjang 16 Km dan jalan diperkeras sepanjang 10 Km dan jalan tanah 2 Km. Jika dibandingkan dengan desa-desa lain, kondisi Banjar

masih lebih baik. Banjar juga mempunyai satu sarana

kesehatan/puskesmas yang terdapat di dusun Labisan dan 3 bidan di beberapa dusun yang lain.

1. Air

Air adalah harta yang paling berharga bagi masyarakat desa Banjar, berbagai aktivitas pasti membutuhkan air. Oleh karena itu, masyarakat desa Banjar sampai saat ini masih dipermasalahkan dengan yang namanya air. Menurut salah satu warga desa Banjar bahwasannya dulu sebelum tahun 70-an masyarakat Banjar kritis akan air, sehingga untuk mendapatkan air warga desa harus mencari air di desa-desa lain. Dan untuk hanya sekedar mandipun masyarakat menggunakan satu kendi air untuk mandi dan wudlu. Oleh karenanya, pada saat itu masyarakat

Banjar membangun kamar mandi (jeddhing) dengan ukuran lebar dan

dalam kira-kira cukup ukuran 3 tangki air, tandon atau jeddhing tersebut dibangun dengan tujuan untuk menampung air hujan sebagai persiapan dikala musim kemarau. Sehingga jika musim kemarau tiba, air di tandon cukup digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.


(1)

113

pemberdayaan ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat Banjar dalam menganalisis permasalahan-permasalahn selanjutnya.


(2)

✒✒✓

BAB VIII PENUTUP

A. Kesimpulan

Permasalahan yang dihadapi oleh pemuda Desa Banjar ialah hilangnya peran atau partisipasi pemuda dalam pembangunan desa, hal ini disebabkan karena dominasi peran tokoh pemuda dalam segala kegiatan desa dan sikap masyarakat kurang percaya masyarakat terhadap potensi yang dimiliki oleh genarasi muda mereka. selain itu, dikarenakan tidak ada organisasi/wadah bagi kegiatan pemuda, sehingga pemuda tidak memiliki kegiatan dan mengalihkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat negatif.

Dari gambaran tersebut, fasilitator sertalocal leadermengorganisir masayarakat khususnya pemuda untuk melakukan riset partisipatif dengan menitik beratkan pada kondisi yang dihadapi oleh pemuda. pengorganisiran tersebut dikemas dalam diskusi-diskusi yang berulang-ulang. Diskusi-diskusi tersebut mengarah pada pemetaan, perumusan masalah, perencanaan, dan pelaksanaan program yang digagas bersama.

Adapun hasil dari pengorganisiran tersebut meliputi, adanya perencanaan dan realisasi pembentukan organisasi yang bersifat independen dengan nama “IKBAR” (Ikatan Kawula Muda Banjar).


(3)

✔✔✕

IKBAR diciptakan untuk mengalihkan kegiatan-kegiatan negatif pemuda pengangguran pada kegiatan posotif yang bersifat partisipatif dalam pembangunan desa. Sehingga, pemuda tidak lagi dianggap masalah tetapi pemuda penyelesai masalah.

B. Rekomendasi

Proses pemberdayaan selalu memberikan sisi kemanfaatan bagi banyak pihak. Bagi pemerintah, kegaiatan pemberdayaan ini dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberdayaan masyarakat dalam bidang pemberdayaan pemuda pengangguran dan kenakalan remaja yang masih jauh dari kesan mumpuni. Mengingat pemuda adalah tonggak bagi pembangunan desa dan harapan bangsa.

Bagi masyarakat luas, pendampingan ini dapat membangun kesadaran kritis pemuda yang selama ini masih memiliki kesadaran naif, juga kesadaran bagi masyarakat maupun pemerintah desa agar memotifasi pemuda untuk turut serta berperan dalam partisipasi pembangunan desa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama,Al-Qur’anulKarim. Bandung. Mikraj Khazanah Ilmu. 2014 Abdullah, Taufik.Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta : LP3S. 1994.

Afandi, Agus dkk.Catatan Kecil di Pinggir Tiang Pancang Suramadu. Surabaya : Ar-Ruzz. 2005.

Afandi, Agus dkk. Dasar-Dasar Pengembangan Masyarakat Islam. Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press. 2013.

Afandi, Agus dkk.Modul Particapotory Action Research. Surabaya : LPPM UIN Sunan Ampel. 2016.

Afandi, Agus. Panduan Penyelenggaraan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

Transformatif. Surabaya : LPPM UIN Sunan Ampel. 2014.

Al- Munawi, Imam Abdurrouf. Faidul Qadir Jild 4. Jakarta. Dar Kutub al-Islmiyah : 2004.

Al-Rasyid, Harun, dkk.Pedcman Dakwah Bil-Hal.Jakarta: Depag RI. 1989. Bungin, Burhan.Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta. PT Raja Grafindo

Persada : 2004.

Fakih, Mansour,dkk. PendidikanPopular. Yogyakarta : INSIST Press. 2010. Fakih, Mansour. Sesat Pikir Teori pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta:

Insist Press. 2001.

Giddens, Anthony.The Constitution of Society. Pasuruan : Pedati. 2003. Hamka.Prinsip dan Kebijakan Dakwah Islam.Jakarta: Pustaka Panjimas. 1981. Hermansah, Tantan dan Muhtadi.Manajemen Pengembangan Masyarakat (PMI),

Jakarta : UIN Jakarta Press, 2013.


(5)

Rudito, Bambang dan Melia Famiola.Social Mapping. Bandung. Rekayasa Sains : 2013.

Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama. 2005.

Sztompka, Piotr.Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada. 2007.

Tehrani,Mahdi Hadawi.Pemuda Dambaan Surga : Nasihat Bagi Generasi Muda. Jakarta :Griya Aksara Hikmah. 2014.

Usman,Sunyoto. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1998.

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana & Praktik. Jakarta : Kencana. 2014.

Andriany, Merry. Pemberdayaan Pemuda Melalui Program Kewirausahaan Pemuda. PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 2 Nomor 1, April 2013.

Awaludin, Andi.2015.Pendampingan Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemuda,

Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Sunan Ampel Surabaya (UINSA).

Izzat, Moh. 2015. Melangkah Menuju Pemuda Terampil” (Upaya Pendampingan Terhadap Pemuda Pengangguran Di Kampung Demak Jaya Kelurahan Tembok Dukuh Kecamatan Bubutan Surabaya). Skripsi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Sunan Ampel Surabaya (UINSA).

Satries, WahyuIshardino.Peran Serta Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat. Jurnal Madani Edisi I/Mei 2009.

Yanti,VikaNovi.http://eprints.ums.ac.id/31671/25/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses pada tanggal 15 Maret 2016.

http://suniscome.50webs.com/32%20Konsep%20Pemberdayaan%20Partisipasi %20Kelembagaan.pdf. Diakses pada tanggal 8 April 2016


(6)

Badan Pusat Statistik. Kecamatan Galis Dalam Angka. Bangkalan : BPS. 2014. FGD 1 pada tanggal 1 April 2016

FGD 2 pada tanggal 3 April FGD 3 pada tanggal 1 Mei 2016 FGD 4 pada tanggal 30 Mei 2016 FGD 5 pada tanggal 15 Juni 2016

Hasil Transek bersama masyarakat pada tanggal 4 April 2016

Wawancara dengan Firman Maulana (30 tahun) pada tanggal 30 Desember 2015 Wawancara dengan Tobibah (36 tahun) pada tanggal 30 Desember 2015

Wawancara dengan Arifin (Kepala Desa Banjar) pada tanggal 21 Maret 2016 Wawancara dengan Addol (26 tahun) pada tanggal 21 Maret 2016

Wawancara dengan Inni Halimiyah ( 29 tahun) pada tanggal 21 Maret 2016 Wawancara dengan Suli (70 tahun) pada tanggal 5 April 2016

Wawancara dengan Muzammil (63 tahun) pada tanggal 30 April 2016 Wawancara dengan Rifa’i (37 tahun) pada tanggal 30 April 2016 Wawancara dengan Ahmad Faisal (34 tahun) pada tanggal 9 Mei 2016 Wawancara dengan Saiful Huda (48 tahun) pada tanggal 9 Mei 2016 Wawancara dengan Zainal Abidin (26 tahun) pada tanggal 19 Mei 2016 Wawancara dengan masyarakat 1(42 tahun) pada tanggal 17 Juni 2016 Wawancara dengan pemuda 1 (28 tahun) pada tanggal 18 Juni 2016