PENGARUH TERAPI ISLAM MELALUI HIPNOTANATOLOGI UNTUK MENANAMKAN KEJUJURAN PELAJAR DI SMP AMONG SISWA SURABAYA.

(1)

PENGARUH TERAPI ISLAM MELALUI HIPNOTANATOLOGI UNTUK MENANAMKAN KEJUJURAN PELAJAR DI SMP AMONG SISWA

SURABAYA

Skirpsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : Regina Zahara NIM. B33212053

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Regina Zahara (B33212053), Pengaruh Terapi Islam melalui Hipnotanatologi untuk Menanamkan Kejujuran Pelajar di SMP Among Siswa Surabaya

Penelitian ini terfokus kepada penanaman kejujuran yang dilakukan dengan menggunakan terapi Islam melalui Hipnotanatologi yang dilatarbelakangi oleh fenomena kejujuran pelajar yang kian meredup. Banyak terjadi kecurangan pelajar seperti mencontek, plagiasi, dan lain sebagainya. Jika hal-hal tersebut dibiarkan, maka akan membuat masyarakat menjadi tidak aman dan tenteram. Sebab pentingnya kejujuran bagi generasi penerus bangsa, maka penulis melakukan uji ekperimen untuk penanaman kejujuran pelajar. Penanaman kejujuran ini dilihat dari penyadaran pelajar setelah terapi ini dipraktekkan pada diri pelajar. Penanaman kejujuran dengan terapi ini mempunyai langkah-langkah yaitu dimulai dari pretalk, induction, deepning and trance level test, sugestion, dan termination.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa hasil angket dan uji eksperimen dengan perhitungan statistic correlation dengan rumus korelasi product moment yang dilakukan kepada 30 subjek di SMP Among Siswa Surabaya. Penerapan dari terapi ini dilaksanakan dengan training motivasi pelajar pada siswa-siswi kelas VII di SMP Among Siswa yang dipilih berdasarkan random sampling.

Hasil dari penelitian ini berupa paparan besarnya pengaruh Hipnotanatologi terhadap kejujuran pelajar di SMP Among Siswa yang didapatkan sebelum dan sesudah pelaksanaan terapi Hipnotanatologi. Berdasarkan uji korelasi dari 30 sampel yang ada, ditemukan angka korelasi yang signifikan terkait pengaruh terapi islam melalui hipnotanatologi terhadap kejujuran pelajar sebesar 0,623 dan ditemukan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan. Dan dengan melihat hasil uji t menunjukan bahwa korelasi 0,213> 0,000. Nilai korelasi lebih besar dari pada nilai sig, hal ini menunjukkan pengaruh Terapi Islam melalui Hipnotanatologi terhadap kejujuran pelajar di SMP Among Siswa Surabaya.

Kata Kunci: Terapi Islam, Hipnotanatologi, Kejujuran Pelajar


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I: PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 13

C.Tujuan Masalah ... 14

D.Manfaat Penelitian... 14

E. Metode Penelitian ... 15

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 15

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 16

3. Variabel dan Devinisi Operasional ... 19

4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

5. Teknik Analisis Data ... 24

F. Sistematika Bahasan ... 26

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritik ... 28

1. Terapi Islam Melalui Hipnotanatologi ... 28

a. Pengertian Terapi Islam ... 28

b. Pengertian Hipnotanatologi ... 31

c. Tujuan dan Dasar dari Terapi Hipnotanatologi ... 38

2. Kejujuran Pelajar ... 39

a. Pengertian Kejujuran Pelajar ... 39


(7)

b. Manfaat Adanya Kejujuran Pelajar ... 40

3. Langkah-langkah Terapi Islam melalui Hipnotanatologi... 43

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 45

C. Hipotesis Penelitian ... 50

BAB III : PENYAJIAN DATA A.Profil SMP Among Siswa Surabaya ... 52

1. Gambaran Umum SMP Among Siswa... 52

2. Struktur Organisasi SMP Among Siswa ... 54

3. Keadaaan Murid dan Guru SMP Among Siswa... 55

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

1. Terapi Islam melalui Hipnotanatologi di SMP Among Siswa 56 a. Latar Belakang Terapi di SMP Among Siswa ... 56

b. Langkah-langkah Terapi Islam melalui Hipnotanatologi.. 57

c. Penyajian Data Terapi Islam melalui Hipnotanatologi ... 62

C.Pengujian Hipotesis ... 75

BAB IV: ANALISA DATA A.Analisa Data Korelasi... 77

1. Tabel Kerja Nyata ... 77

2. Mencari Angka Korelasi ... 79

3. Intrepretasi Data Korelasi Product Moment... 83

4. Data Uji Correlation dan Intrepretasinya... 85

B.Analisa Implementasi Terapi Hipnotanatologi ... 87

BAB V: PENUTUP A.Kesimpulan... 89

B.Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 96

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 99

A. Izin Penelitian Skripsi B. Surat Balasan

C. Foto Praktik Terapi

D. Power Point Praktik Terapi E. Kuesioner


(8)

F. Hasil Correlasi Uji SPSS G. Tabel r Product Moment H. Lampiran Tabel

I. Data Angket Kejujuran

J. Data Tabel Hasil Rumus Korelasi Kedua K. Absensi Peserta Terapi

L. Kartu Bimbingan Skripsi M. Jadwal Training


(9)

DAFTAR TABEL

1.1. Tabel Pengambilan Sampel ... 18

3.1.Struktur Organisasi SMP Among Siswa ... 54

3.2. Implementasi Hipnotanatologi ... 61

3.3. Nama-nama Peserta Terapi ... 62

3.4. Distribusi Terapi Islam ... 64

3.5. Motivasi Berusaha dengan Kemampuan Sendiri ... 66

3.6.Tidak Mengaku Karya Orang Lain ... 66

3.7. Tidak Berbohong ... 67

3.8. Menyerahkan Barang Temuan ... 67

3.9. MengerjakanTugas Sekolah ... 68

3.10.Bertanya Pada Guru ... 69

3.11. Selalu Sportif ... 69

3.12.Meletakkan Sesuatu Pada Tempatnya ... 70

3.13.Tidak Terlambat ... 70

3.14.Merasa Tenang dan Semangat ... 71

3.15.Rekapitulasi Hasil Angket ... 71

3.16.Distribusi Kejujuran Pelajar ... 73

3.17.Menyontek ... 75

3.18.Mengaku Hasil Karya Orang Lain ... 75

3.19.Berbohong Kepada Orang Lain ... 76

3.20.Tidak Menyerahkan Barang Temuan ... 76

3.21.Tidak Mengerjakan Tugas ... 77

3.22.Tidak Bertanya pada Guru ... 77

3.23.Tidak Sportif Saat Berkompetisi ... 78

3.24.Tidak Meletakkan Barang pada Tempatnya ... 78

3.25.Datang Terlambat Saat ke Sekolah ... 79

3.26.Tidak Berusaha dan Semangat Semangat Menuntut Ilmu ... 79

3.27.RekapitulasiHasil Angket Kejujuran ... 80

4.1. Tabel Kerja ... 85

4.2. Pedoman Intrepretasi ... 89


(10)

DAFTAR GAMBAR

1.1. Pengaruh Implementasi Konseli Konselor ... 92 1. Hipnotanatologi Tahap Pretalk

2. Hipnotanatologi Tahap Deepning 3. Games Edukasi dan Mitovasi 4. Terapis dan Peserta Terapi 5. Terapis dan Peserta Putra 6. Terapis dan Peserta Putri 7. Pengisian Angket Pre-Terapi 8. Pengisian Angket Pra-Terapi


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk berakal yang sejak dilahirkan telah dikarunia fitrah yang tidak dapat melepaskan diri dari agama. Setiap agama selalu mengajarkan hal yang baik. Jika manusia benar-benar berilmu, maka seharusnya mereka semakin tawadlu dan lebih dapat menerima bahwa akal manusia itu terbatas dan tidak mampu mengetahui hakikat-hakikat yang banyak, besar, dan tinggi.1 Orang yang berilmu dan semakin tawadlu pada ajaran agamanya, mereka akan senantiasa condong untuk menyukai kebenaran dan berkata jujur. Fitrah manusia berbentuk kejujuran itu adalah salah-satu bentuk kedekatan manusia dengan Penciptanya. Salah satu sifat wajib bagi Rasul adalah shiddiq (jujur). Sebab, jujur merupakan sifat yang terpancar dari dalam hati yang mulia dan memantulkan berbagai sikap terpuji. Dalam QS. at-Taubah ayat 119 yang artinya hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur. Perilaku jujur memiliki keutamaan, sesuai dengan sabda Rasulullah, kamu harus berkata jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu menuntun ke surga, dan tidak henti-hentinya seorang berkata jujur dan berusaha untuk selalu jujur sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai ahli jujur. (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad dari Abdullah

1 Sayid Qutub, Tafsir Fi Zhilalil Quran Jilid 2, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hal. 37


(12)

2

bin Masud).2 Kejujuran juga merupakan tanda-tanda keimanan dan kesucian jiwa serta pertanda keselamatan. Kejujuran adalah keindahan sifat dan ketinggian moral seseorang. Kejujuran membentuk pelakunya menjadi cinta kepda Allah, Rasulullah, dan cinta kepada hamba-hamba yang mukmin.3 Dengan kejujuran, seseorang dapat meraih kesuksesannya di jalan yang baik dan akan terus dipercaya oleh orang lain. Pastilah perbuatan jujur akan menjadikan diri sendiri dan orang lain selalu berada dalam kebaikan dan tidak akan menimbulkan pertikaian akibat perbuatan yang tidak jujur atau dusta.

Kejujuran merupakan perilaku yang sangat bermanfaat dalam kehidupan karena kejujuran tuntunan dari kebutuhan yang selalu di junjung di masyarakat. Karena itu tidak ada kehidupan yang bahagia, aman, tentram, dan selamat, tanpa kejujuran. Dengan demikian, pelajar yang merupakan generasi bangsa harus menjadikan jujur sebagai bagian dari kepribadian yang abadi. Siapapun yang ada dalam hidup ini harus berusaha untuk melatih dan berproses menjadi orang jujur. Adapun beberapa manfaat dari berperilaku jujur yang pertama adalah melaksanakan ajaran yang mulia dari agama dan budaya luhur yang dianut oleh bangsa manapun. Kedua, akan dihormati oleh sesama manusia, karena semua orang menghargai kejujuran yang sejati. Ketiga, perilaku tersebut menjadikan diri menjadi tampil percaya diri dalam semua kegiatan hidup, karena merasa aman, optimis, dan percaya diri. Apapun yang dikerjakan dalam hidup ini, pada hakekatnya selalu menuntuk rasa percaya diri, yang tangguh dan kokoh. Inilah modal dasar yang mesti dimiliki

2 M. Khalulurrahman Al-Mahfani, Berkah Shalat Dhuha, (Jakarta: Wahyu Media, 2008),

hal. 191

3 Ahmad Sangit, Dahsyatnya Sedekah, (Tanggerang: Qultum Media, 2008), hal. 149


(13)

3

dalam meneliti sebuah karir. Orang-orang bijak mengatakan bahwa keraguan adalah setengah dari langkah menuju kegagalan. Keraguan itu berasal dari ketidakjujuran. Ketidakjujuran juga dapat menghilangkan rasa percaya diri dan keoptimisan. Kemudian, yang keempat adalah dengan kejujuran, generasi bangsa akan berani melawan kemungkaran, karena merasa benar atau tidak bersalah dengan batinnya yang bening.4

Berlaku jujur dalam kehidupan adalah tuntunan kebutuhan yang perlu untuk di junjung di masyarakat karena tidak ada kehidupan yang bahagia, aman, tentram, dan selamat, tanpa kejujuran. Dengan demikian, sang generasi harus menjadikan jujur sebagai bagian dari kepribadian yang abadi. Siapapun dalam hidup ini harus selalu melatih dan berproses untuk menjadi orang jujur. Dan secara logika jujur itu bermanfaat bagi kehidupan manusia, bukan dalam hubungannya dengan sang pencipta saja, tetapi juga dalam hubungan dengan sesama manusia serta alam semesta. Jujur merupakan sikap terpuji yang dianjurkan oleh agama, ia selalu bersanding dengan kebenaran yang harus dikawal dan ditegakkan, bahkan Allah SWT menyebut diri-Nya dengan Al-Haq yang artinya Maha Benar. Begitu juga para nabi dan Rasul-Nya selalu mempunyai sifat Ash-Shidq yang berarti jujur. Jujur mempunyai banyak manfaat dan khasiat bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kali ini, setidaknya akan diuraikan enam manfaat bagi orang yang jujur dalam perkataan maupun perbuatannya.

4 Manfaat Jujur, http://mazembar.blogspot.co.id/2013/02/manfaat-jujur.html, diakses

pada tanggal 18 Desember 2015 pukul 03.36 PM


(14)

4

Pertama, perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat pelakunya menjadi tenang karena ia tidak takut akan diketahui

kebohongannya. Baginda Rasul SAW bersabda, ‘’Tinggalkanlah apa yang

meragukanmu menuju perkara yang tidak meragukanmu, sesungguhnya jujur

adalah ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan.’’ (HR Turmudzi dari

riwayat Hasan bin Ali). Kedua, mendapatkan keberkahan dalam usahanya.

Rasulullah SAW bersabda, ‘’Dua orang yang berjual beli mempunyai pilihan

(untuk melanjutkan transaksi ataupun membatalkannya) selama mereka belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan barangnya maka akan diberkahi jual beli mereka, dan jika mereka merahasiakan dan berdusta maka

dihilangkan keberkahan jual beli mereka.’’ (HR Bukhari). Ketiga, mendapat pahala seperti pahala orang syahid di jalan Allah SWT. Rasulullah SAW

bersabda, ‘’Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan

mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di

atas kasurnya.’’ (HR Muslim) . Keempat, selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi pada akhirnya ia akan selamat dari berbagai bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda,

‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu

mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu

Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir). Kelima, dijamin masuk

surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW, ‘’Berikanlah

kepadaku enam perkara niscaya aku akan jamin engkau masuk surga: jujurlah jika engkau bicara, tepatilah jika engkau berjanji, tunaikanlah jika engkau


(15)

5

diberi amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan jagalah

tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-Shamit). Keenam, dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Jika engkau ingin dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah jika engkau diberi amanah, jujurlah jika engkau bicara, dan berbuat baiklah terhadap orang

sekelilingmu.’’ (HR Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta. Di manapun berada, kejujuran harus di atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme kerja dan inti dari kebaikan hati nurani seseorang.5

Pelajar yang merupakan generasi bangsa harusnya membiasakan diri untuk selalu jujur di kesehariannya. Karena dengan membiasakan jujur tersebut dapat memupuk integritas pelajar tersebut sehingga dapat menjadi penerus yang mencintai kebenaran sehingga dapat memberantas ketidakadilan dan kecurangan di masyarakat. Pribadi jujur akan menciptakan pribadi yang menghargai hak karya orang lain dan juga menciptakan pribadi yang lebih terbuka dan tidak akan mengambil yang bukan haknya. Pribadi jujur merupakan pribadi yang lebih bangga dengan milik dan karya sendiri tanpa dan tidak bangga dengan karya plagiat. Dengan modal prinsip kejujuran menciptakan kepribadian jujur, maka akan mudah menciptakan pribadi yang kreatif dan inovatif. Karena tanpa kejujuran, maka kreativitas tidak akan bisa

5Dian Nahumarury, Belajar Menjadi Orang yang Jujur, diakses di http://orangjujurhebat.blogspot.co.id/2012/09/belajar-menjadi-orang-yang-jujur.html pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 8.23 AM


(16)

6

berkembang.6 Kreasi dan inovasi yang muncul dari generasi yang jujur tersebut juga dapat memberi kemajuan kepada Negara. Jika generasi-generasi tersebut memiliki integritas tinggi untuk menjunjung kejujuran, maka saat mereka memimpin Negara dan menjadi penerus di berbagai bidang pekerjaan ini pun akan menjadi damai dan tentram. Tidak akan ada kecurangan di manapun.

Melihat generasi yang berada di lembaga Negara banyak yang akut dalam hal korupsi. Banyaknya kasus-kasus suap dan korupsi menggambarkan bahwa Negara berada di dalam situasi yang sulit dipulihkan. Sekeras apapun hukum ditegakkan, selama mental korup hidup mekar, maka selama itu pula kasus korupsi akan terus menghiasi sejarah perjalanan Negara Indonesia. Maka generasilah harapannya yang kelak akan memutus rantai itu untuk merajut penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab di dunia dan di akhirat. Bentuk konkritnya, sebaiknya kejujuran itu dipupuk sejak masi berada di masa pelajar. Pelajar diberi arahan dan juga pengertian tentang perbuatan jujur yang akan menyelamatkan Negara.

Dalam membangun keharmonisan sosial, perlu adanya sikap mental yang dilandasi oleh nilai-nilai kejujuran bagi semua individu yang tergabung dalam relasi sosial. Sebenarnya budaya lokal, yaitu Jawa sendiri sangat menekankan pentingnya kejujuran dalam diri seseorang agar dapat menjalani kehidupan dengan meminimalisasi ego atau kepentingan pribadi atau pamrih. Sijap hidup jujur tidak hanya menaungi dimensi lahiriah atau duniawiah,

6Heri Ruslan, UN Ciptakan Pelajar yang Jujur dan Kreatif, diakses di

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/04/19/mlh8t3-un-ciptakan-pelajar-yang-jujur-dan-kreatif pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 10.09 AM


(17)

7

tetapi juga menembus batas pribadi hingga pada persoalan religious. Maksudnya, kejujuran yang diperankan oleh seseorang tidak hanya terbatas pada masalah duniawi, tetapi juga menyangkut keyakinan pada penilaian Tuhan. Oleh sebab itu, secara moral dan religious, jujur mampu membawa seseorang tidak hanya terbatas pada masalah duniawi, tetapi juga menyangkut keyakinan pada penilaian Tuhan. Oleh sebab itu, secara moral dan religious, jujur justru mampu membawa seseorang pada derajat yang tinggi sehingga terdapat ungkapan terdapat ungkapan jujur mujur atau jujur akan membawa kemujuran. Nilai kejujuran tidak dapat dilepaskan dengan pandangan bahwa segala perbuatan manusia akan mendapat penilaian dari Sang Khaliq yang sejalan dengan pandangan budaya Jawa yaitu sapa nandhur bakal ngunduh

yang artinya siapa yang menanam akan memetik.7

Kebalikan dari perbuatan jujur adalah ketidakjujuran atau dusta. Perbuatan tidak jujur atau dusta ialah perbuatan yang mengakibatkan reputasi buruk dan kehinaan. Ketidakjujuran akan mengakibatkan kondisi saling curiga, perasaaan ketakutan, waktu dan usaha yang terbuang sia-sia, dan efek spiritual yang merugikan.8 Dan tidak menjadi hal yang baru bahwa selama ini ketidakjujuran dapat dikatakan telah membudaya di masyarakat. Dari

kalangan pemerintah sampai pelajar terus menampilkan budaya

ketidakjujuran. Seperti praktik korupsi yang menjadi penyebab kehancuran bangsa. Berdasarkan data dari Political and Economy Risk Consultancy

7 Dhanu Priyo Prabowo, Pengaruh Islam dalam Karya-karya R. N.g Ranggawasirta,

(Yogyakarta: Narasi, 2003), hal. 81

8 Sayyid Mahdi as Sadr, Mengobati Penyakit Hati, Meningkatkan Kualitas diri, (Jakarta:

Ansarian, 2003), hal. 14


(18)

8

(PERC), pada tahun 2010, Indonesia terpuruk dalam peringkat korupsi antarnegara. Dari 16 negara yang disurvei, Indonesia dikategorikan sebagai negara paling korup. Sementara pada tahun 2011 ini, menurut survei Bribe Payer Index (BPI) Transparency International, dari 28 negara yang disurvei, hasilnya Indonesia menduduki negara ke empat terkorup. Data tersebut membuktikan bahwa bangsa ini sedang krisis karakter jujur. Jika diamati, umumnya para koruptor di Indonesia berasal dari kaum terpelajar. Tetapi, tragisnya ketidakjujuran juga membudaya di kalangan pelajar. Praktik pembelajaran di sekolah selama ini banyak yang lebih menekankan pada aspek-aspek yang bersifat kognitif. Padahal jika mengacu pada target capaian setiap jenjang tujuan, idealnya semua aktivitas pendidikan yang dirancang seharusnya mengintegrasikan dimensi-dimensi kognitif, afektif, psikomotorik, dan pembemberdayaan fungsi sosialnya. Sekolah seolah-olah hanya mengajarkan pengetahuan kognitif demi mengejar score dalam raport yang baik, agar mereka lulus ujian dan mengabaikan keseimbangan perkembangan dimensi-dimensi afektif dan psikomotorik, serta fungsi sosialnya. Terlebih lagi, sejak digulirkannya Ujian Nasional dan UASBN, semua stakeholder pendidikan, mulai kepala dinas, kepala sekolah hingga para guru berlomba mengejar target capaian akhir yang sifatnya kognitif semata meskipun dengan mengorbankan nilai-nilai kejujuran yang padahal merupakan nilai yang sangat sakral dalam proses pendidikan. Setiap sekolah berlomba-lomba meluluskan siswa-siswinya sebanyak-banyaknya meskipun harus mengorbankan


(19)

9

nilai kejujuran.9 Maka, perlu adanya sebuah cara untuk menanamkan karakter jujur mulai dari kalangan yang diharapkan dapat menjadi agent perubahan untuk bangsa, yaitu pelajar.

Pelajar merupakan kekayaan yang berharga bagi sebuah bangsa. Mereka adalah para pembaharu, penerus pemerintahan, pencetus, dan lainnya. Jika para pelajar tidak memiliki karakter yang baik, maka sebuah bangsa akan rusak.10 Namun, praktek kecurangan masal, seperti kebocoran soal Ujian Nasional yang konon masih tersegel juga sudah diterapkan oleh sekolah-sekolah demi tercapainya target kelulusan walau menyampingkan nilai-nilai kejujuran.11 Kecurangan yang membudaya ini akan sangat disayangkan apabila mulai menjajah pelajar-pelajar unggul. Sekalipun pelajar yang dapat dikatakan telah memiliki akhlakul karimah dan selalu berbuat jujur, bisa saja akan terpengaruh oleh ketidakjujuran yang telah membudaya itu.

Pada dasarnya, manusia dilahirkan dengan memiliki fitrah yang mencintai kebenaran, keadilan, dan kebaikan serta membenci kejahatan, kedloliman dan kebatilan.12 Semakin seseorang dapat berbuat baik, adil, dan mencintai kebenaran, maka seseorang tersebut semakin merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta serta merasakan kebahagiaan yang hakiki.13 Maka dari itu, sebenarnya manusia sebagai makhluk beragama, mereka memiliki fitrah

9Mahasiswi Pendidikan Islam Pascasarjana IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, Krisis

Kejujuran, http://aceh.tribunnews.com/2011/12/09/krisis-kejujuran, diakses tanngal 07 September 2015 pukul 11.10 PM

10 M. Shodiq & Firda Firdaus, Be Student Idol, (Jakarta: Qultum Media,2006), hal.v 11Edwardi, Kebocoran Soal UN Cederai Pelajar yang Jujur,

http://bangka.tribunnews.com/2015/04/18/kebocoran-soal-un-cederai-pelajar-yang-jujur, diakses tanggal 07 September 2015 pukul 04.14 AM

12 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 118 13 Haidar Bagir, Risalah Cinta dan Kebahagiaan, ( Jakarta: Mizan, 2013), hal.113


(20)

10

mencintai kebenaran. Oleh karena itu, pada hakikatnya, manusia juga lebih menyukai kejujuran karena kejujuran merupakan salah-satu perbuatan yang merujuk kepada seseorang yang mencintai kebenaran.

Tetapi meskipun manusia memiliki fitrah yang sedemikian, masih banyak orang yang melakukan kecurangan atau ketidakjujuran. Banyak individu yang masih memasung diri dalam kebohongan dan kepura-puraan, bukan hanya itu, ketidakjujuran kolektif pun tercipta. Ini terkaca amat jelas di wajah masyarakat. Sebab kejujuran telah menjadi barang langka dan budaya curang (the cheating culture) sudah meluas. Jika kejujuran dan ketulusan dalam ucap maupun perilaku tidak diteguhkan, maka akan menambah gejolak maksiat yang semakin dahsyat. Mungkin sebab itulah Allah Swt menitah manusia untuk senantiasa berbuat jujur, sepenting menghindari tak jujur. firmanNya, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, QS. Al-Ahzab ayat 70 dan Jauhilah perkataan-perkataan dusta. QS. Al-Hajj ayat 30.

Seseorang yang sebenarnya ingin selalu berbuat dan berkata jujur, terkadang juga dapat terpengaruh oleh ligkungannya. Adalah suatu ironi bahwa ketidakjujuran kerap dipicu justru oleh hal-hal sepele. Pertama, rasa takut, karena takut dipandang rendah hingga berbohong tentang identitasnya. Karena takut dianggap bodoh, maka seseorang berani mencontek saat ujian. Karena takut dianggap pengangguran, seseorang memalsukan ijazah untuk melamar kerja. Karena takut dipandang miskin, seseorang mencuri dan korupsi. Karena takut diasingkan, seseorang ikut-ikutan berbuat tidak benar.


(21)

11

Itulah sebabnya, ketidakjujuran sering kali menjadi jalan pintas (shortcut) untuk membebaskan diri dari rasa takut. Kemudian anggapan yang keliru tentang banyak orang yang menyangka bahwa kebohongan membantu terhindar dari kesulitan. Namun, biasanya awal melangkah dengan kebohongan demi mencapai kesuksesan dapat membuat seseorang sedikit merasa puas akan tetapi jika di akhir sudah terbongkar kebohongannya, itu malah justru lebih berlipat kesulitannya. Ketiga, banyak orang yang menganggap kebohongan itu sah-sah saja asalkan alasannya kuat.14 Dan masih banyak alasan lain bagi seseorang yang memilih untuk menyalahi fitrahnya sebagai manusia yang mencintai kebenaran.

Ada beberapa upaya yang telah dilakukan untuk memberantas ketidakjujuran khususnya dimulai dari kalangan pelajar. Diantaranya adalah menghapus UN atau mengganti ujian paper test dengan CBT (Computer based test).15 Cara tersebut menyentuh pelajar dengan cara menjauhkan situasi meraka untuk berbuat curang dengan menghapus UN atau mengganti paper test dengan computer test. Selanjutnya, telah dilakukan upaya dengan merekomendasikan pelajar mengikuti workshop sukses UN, memperbanyak jam pelajaran, ikut les atau bimbingan belajar, berburu kisi-kis soal, dan kegiatan doa bersama.16 Namun seharusnya, keseriusan dalam berikhtiar

14 Alie Mulyadi, Never Give Up! Mensyukuri Hari dengan Tegarkan Hati, (Bandung:

Grafindo Media Pratama, 2008), hal.84

15 Muhammad Fasebani, Inilah Cara Kemendikbud Tekan Kecurangan Ujian Nasional,

diakses di http://www.gresnews.com/berita/sma/170252-ini-cara-kemendikbud-tekan-kecurangan-ujian-nasional/0/ pada tanggal 12 Desember 2015 pukul 06.34 PM

16Sinar Harapan, UN Tanpa Kecurangan, Mungkinkah?, diakses di

http://www.sinarharapan.co/news/read/140414024/UN-Tanpa-Kecurangan-Mungkinkah-span-span- pada tanggal 13 Desember 2015 pukul 06.46 PM


(22)

12

tersebut ditanamkan sejak dini sehingga tertanam kejujuran dan kepercaya dirian sejak awal bukan hanya berikhtiar dengan sungguh-sungguh hanya karena waktu UN semakin dekat saja. Kemudian, cara yang lain yang diupayakan adalah nasihat dari para guru pengajar para pelajar tersebut.17 Namun nasihat saja belum cukup tanpa adanya model yang patut dicontoh serta pemupukan kesadaran akan pentingnya kejujuran bagi diri sendiri di dalam diri pelajar.

Penyadaran akan pentingnya kejujuran ini adalah hal yang penting bagi pelajar dalam kaitannya memberantas ketidakjujuran tersebut. Penyadaran baiknya dilakukan sejak dini sehingga pelajar tersebut tidak sadar di waktu yang salah. Pelajar menyadari akan pentingnya kejujuran dan ikhtiar yang baik sejak dini sehingga saat menghadapi ujian pun tidak akan menjadikan pelajar ingin mencari banyak cara untuk memperoleh hasil yang baik dengan cara apapun. Kesiapan pelajar saat sudah ikhtiar sejak dini, akan membuat pelajar lebih mudah menghadapi ujian sekolah dengan lebih siap lagi. Maka disini, penyadaran terkait pentingnya dan manfaat akan perbuatan jujur perlu untuk ditanamkan kepada pelajar sejak dini.

Terapi merupakan upaya dalam melakukan sesuatu secara teratur, terprogram dengan baik dan berulang-ulang untuk tujuan memperbaiki diri agar menjadi lebih sehat dan memperoleh kehidupan yang lebih baik.18 Penyadaran akan sesuatu dapat ditangani dengan sebuah terapi dengan proses

17Agus, Budaya Mencontek di Kalangan Pelajar, diakses di

http://agusper.blogspot.co.id/2014/04/makalah-budaya-mencontek-di-kalangan.html pada tanggal 13 Desember 2015, pukul 06.50 PM

18 Lukman Hakim, Terapi Qurani: Untuk Kesembuhan dan Rizki Tak Terduga, (Jakarta:

Link Konsulting, 2012), hal. 13


(23)

13

penataan ulang aspek yang dihendaki (konatif), afeksi, sikap mental, dan wilayah pathos.19 Maka, penyadaran akan sesuatu yang baik dapat dilakukan dengan terapi. Dengan demikian untuk menanamkan dan membudayakan kembali kejujuran di kalangan pelajar, peneliti tertarik untuk menyajikan sebuah terapi baru yang diharapkan dapat membantu pelajar untuk menanamkan karakter jujur. Oleh karena itu diharapkan terapi Islam melalui hipnotanatologi ini dapat dijadikan sebagai sebuah cara dalam menanamkan kejujuran pada pelajar yang diujicobakan di SMP Among Siswa Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan permasalahan, sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh terapi Islam melalui hipnotanatologi terhadap tingkat kejujuran siswa dan siswi di SMP Among Siswa Surabaya?

2. Seberapa besar pengaruh terapi Islam melalui hipnotanatologi terhadap kejujuran yang tertanam pada siswa dan siswi di SMP Among Siswa Surabaya?

3. Bagaimana implementasi terapi Islam melalui hipnotanatologi untuk menanamkan kejujuran pada siswa dan siswi di SMP Among Siswa Surabaya?

19 Andrias Harefa, Terapi Pola Pikir tentang Makna Learn, Unlearn, dan Relearn,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 85


(24)

14

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terapi Islam melalui hipnotanatologi terhadap tingkat kejujuran siswa dan siswi di SMP Among Siswa Surabaya.

2. Untuk mengetahui tingkat pengaruh terapi Islam melalui hipnotanatologi terhadap kejujuran pada siswa dan siswi di SMP Among Siswa Surabaya. 3. Untuk mengetahui implementasi dari terapi Islam melalui hipnotanatologi

untuk menanamkan kejujuran pada siswa dan siswi di SMP Among Siswa Surabaya

D. Manfaat Penelitian

Sebagaimana mestinya suatu penelitian tentu mempunyai kegunaan. Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberi kontribusi berupa sebuah penemuan terapi Islam baru yang mampu memberi gambaran lebih luas tentang terkait dengan solusi penanaman kejujuran bagi pelajar. Dan diharapkan pula, terapi Islam melalui hipnotanatologi ini dapat bermanfaat di dalam bidang keilmuan dan kajian psikologi Islam maupun bimbingan dan konseling Islam.


(25)

15

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian yang berupa terapi Islam untuk menanamkan kejujuran ini diharapkan dapat diterapkan di berbagai kalangan. Mulai dari kalangan pelajar sampai kepada wilayah kepemerintahan. Artinya, diharapkan terapi Islam melalui Hipnotanatologi ini dapat memberikan perubahan kebiasaan tidak jujur yang ada pada masyarakat.

E. Metode Penelitian

1) Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan metode-metode yang didasarkan pada informasi numerik atau kuantitas-kuantitas, dan biasanya diasosiasikan dengan analisis-analisis statistik.20 Analisis yang ada di penelitian kuantitatif menggunakan metode pengumpulan data atau pengukuran variabel.21 Lebih jelasnya, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui, angka-angkat terkumpul sebagai hasil penelitian yang menggambarkan situasi dan kejadian.22

MC. Milan dan Scumacher membedakan ada dua metode dalam penelitian kuantitatif yaitu eksperimental dan non eksperimental. Non

20 Jane Stokes, How To Do Media And Cultural Studies: Panduan untuk Melaksanakan

Penelitian, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2003), hal.4

21 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data

Sekunder, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 11

22 Margono, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta, 1997), hal. 103


(26)

16

eksperimental dapat berbentuk deskriptif, komparatif, kerelasional, dan survei.23 Selain dengan survei, data kuantitatif dapat diambil melalui testing, eksperimen atau kuesioner.24

Peneliti menggunakan survei dalam mengumpulkan data. Survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terstruktur (kuesioner) dan sistematis yang sama kepada banyak orang.25 Kemudian seluruh jawaban diperoleh peneliti, dicatat, diolah, dan dianalisis. Penelitian survei diadaptasi untuk mempelajari khalayak, kendati mengandalkan pada laporan-laporan subjek mengenai perilaku, sikap, dan pendapat-pendapat. Pengkajian khalayak juga dapat dilakukan dengan wawancara.26 Kemudian, penelitian survei menurut Sugiono, adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar atau kecil, tetapi data yang dipelajari merupakan data dari sampel yang diambil dari populasi.27

2) Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

a. Populasi

Populasi menurut Sugiono adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

23Asep Saepul Hamdi, E. Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan,(Yogyakarta: Deepublisher, 2014), hal. 4

24 Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal.67 25Richard West & Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi (Intruducing

Communication Theory), (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), hal.79

26 Jones Stokes, How to Do Media and Cultural Studies: Panduan untuk Melaksanakan

Penelitian, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2007), hal. 25

27 Jonathan Sarwono, Pintar Menulis Karangan Ilmiah-Kunci Sukses dalam Menulis

Ilmiah, (Yogyakarta: Andi, 2010), hal. 33


(27)

17

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedang Suharsimi Arikunto mengartikan populasi adalah kesuluruhan objek penelitian.28 Dari pengertian

tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa populasi merupakan

sekelompok orang atau objek yang berhubungan dengan kriteria penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti. Populasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu finite (terbatas) dan infinite (tidak terbatas). Populasi terbatas artinya diketahui jumlahnya sedang tidak terbatas tidak diketahui jumlahnya.29 Populasi yang sudah ditentukan disebut dengan populasi sasaran (target population). Dalam populasi sasaran, peneliti menjelaskan secara spesifik batasan dari populasi yang dipakai.30 Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan populasi terbatas yang diambil dari siswa dan siswi kelas VII di SMP Among Siswa Surabaya. Target populasinya adalah pelajar yang sedang duduk di kelas pertama VII SMP Among Siswa Surabaya pada bulan Januari tahun 2016.

b. Sampel dan teknik sampling

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan, generalisasi hasil penelitian oleh

28Asep Saepul Hamdi & E. Bahrudin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2012), hal.38

29 Wasis, Pedoman Riset Praktis, (Jakarta: EGC, 2006), hal. 44

30 Eriyanto, Teknik Sampling Analisis Opini Publik, (Yogyakarta: LKiS, 2007), hal. 63


(28)

18

sampel berlaku juga bagi populasi penelitian tersebut.31 Karena sampel digunakan untuk mewakili populasi yang diteliti, sampel cenderung digunakan untuk penelitian yang berusaha menyimpulkan generalisasi dari hasil temuannya.32 Dari pengertian tersebut, penulis menarik pemahaman bahwa sampel yang diambil dari populasi inilah yang mewakili keseluruhan dari populasinya.

Populasi di dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas VII di SMP Among Siswa yang berjumlah 82 siswa dan siswi yang berasal dari 3 kelas. Dari situlah, Peneliti menetapkan metode penarikan sample atau teknik sampling yang ada di dalam penelitian ini yaitu menggunakan pengambilan sampel secara random proporsional berlapis (stratified proportionate random sampling). Besarnya populasi di dalam penarikan sample ini disebut N, dan besarnya sampel yang ditarik dari populasi tersebut adalah n, dan proporsinya adalah n/N. Dari setiap strata ditarik sebanyak n/N dari jumlah anggota sebagai anggota sampel.33 Jumlah kelas yang ada adalah 3 kelas. Kemudian 3 kelas tersebut menjadi strata dalam penarikan sampelnya. Ada 3 strata dari N, masing-masing N1, N2, dan N3, sebagai berikut:

31 Asep Saepul Hamdi & E. Bahrudin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2012), hal.38

32 Istijanto, Aplikasi Praktis Riset, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), hal. 114 33 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 90


(29)

19

Tabel 1.1. Pegambilan Sampel

Strata Jumlah Anggota Banyak Sampel

I N1 = 30 n/NXN1 = 11

II N2 = 32 n/NXN2 = 12

III N3 = 20 n/NXN3 = 7

n/N (N1+N2+N3) = n/NXN 30/82 (30+32+20) = 30 Di dalam penelitian ini, peneliti mengambil 30 siswa dan siswi kelas VII di SMP Among Siswa Surabaya.

3) Variabel dan Devinisi Operasional Variabel

a. Variabel

Variabel merupakan konsep yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap penelitian.34 Variabel dalam penelitian kuantitatif diangkat dari teori yang sudah ditentukan oleh peneliti. Hasil dari penelitiannya berupa jawaban atas masalah yang sudah diasumsikan atau ditentukan di awal penelitian.35 Variabel ada dua macam yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Adapun yang dimaksud dengan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain. Variabel bebas dapat pula disebut sebagai variabel penyebab dan variabel terikat dapat dikatakan sebagai variabel akibat.36

34 Bagja Waluya, Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosoal di Masyarakat, (Bandung:

Setia Purna Inves, 2007), hal. 77

35 Raco, Metode Penelitian Kulitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 72

36 Eeng Ahman & Epi Indriani, Ekonomi dan Akuntansi: Membina Kompetensi Ekonomi,

(Jakarta: Grafindo Media Pratama, 2009), hal. 155


(30)

20

Selanjutnya, dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan dua variabel tersebut, diantaranya adalah:

1. Terapi Islam melalui Hipnotanatologi sebagai variabel bebas atau independent variable (variabel X).

2. Menanamkan Kejujuran Pelajar sebagai variabel terikat atau dependent variabel (variabel Y).

b. Definisi Operasional

1) Terapi Islam melalui Hipnotanatologi

Yang dimaksud dengan Terapi Islam adalah melakukan sesuatu secara teratur, terprogram dengan baik dan berulang-ulang untuk tujuan memperbaiki diri agar menjadi lebih sehat dan memperoleh kehidupan yang lebih baik yang sudah dibuktikan validitasnya melalui pengalaman dengan mengambil metode Islami dalam pengaplikasiannya.37 Kemudian Hipnotanatologi adalah teknik terapi yang menggabungkan antara hipnosis dan ilmu kematian yang diuraikan melalui kacamata Islam yang mengedepankan akan datangnya ajal bagi setiap manusia dan menggunakan tahap struktur dasar hipnoterapi, yaitu pretalk, induction, deepning and trance level test, sugestion, dan termination dalam implementasinya.38 Indikator :

37 Muhammad Izzudin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, (Bandung:

Gema Insani, 2006), hal. 378

38 Regina Zahara, Penanaman Self Counscious Integrity (SCI) melalui Hipnotanatologi

sebagai Strategi Pemberantasan Korupsi di Lembaga Negara, Karya Tulis Ilmiah SCEPTA 2015, hal. 13


(31)

21

1) Mengikuti proses pelaksanaan hipnotanatologi dari tahap

induction sampai termination.

2) Penyadaran terkait dengan beberapa aspek, yaitu: a. Aspek tindakan

b. Aspek ungkapan

c. Aspek Tanggung Jawab

d. Aspek Konsistensi 2) Menanamkan Kejujuran Pelajar

Yang dimaksud Menanamkan Kejujuran Pelajar dalam

penelitian ini adalah penanaman kejujuran yang merupakan salah satu ciri dari orang yang berkepribadian kuat dan menarik serta merupakan tanda bahwa seseorang tersebut mempunyai ketinggian harga diri, jiwa yang kuat, cita-cita yang tinggi, selalu berusaha keras, dan istiqamah yang dalam penelitian ini ada pada diri pelajar.39

Indikator:

1) Aspek tindakan

 Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan

 Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber)

2) Aspek ungkapan

 Tidak berbohong kepada oranglain

39 Yusuf al-Uqshari, Menjadi Pribadi yang Berpengaruh, (Jakarta: Gema Insani, 2005),

hal. 117


(32)

22

 Bertanya kepada guru saat terdapat penjelasan guru yang belum jelas

3) Aspek Tanggung Jawab

 Menyerahkan kepada yang berwenang barang yang

ditemukan

 Meletakkan sesuatu pada tempat yang seharusnya 4) Aspek Konsistensi

 Membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa adanya

 Sportif saat berkompetisi

4) Teknik Pengumpulan Data

a. Angket

Angket adalah serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan peneliti kepada para responden untuk mendapatkan jawaban secara tertulis. Sehubungan dengan itu, Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa angket atau kuestioner (questioner) ialah penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak) dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu formulir daftar pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada sejumlah obyek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan (respon) tertulis seperlunya.40

40 Asep Saepul Hamdi & Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hal. 49


(33)

23

Pada tahap ini, penulis membuat suatu daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden (orang yang diteliti). Selanjutnya, dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket tipe pilihan dalam artian penulis telah menyiapkan alternative jawaban yang sudah penulis sediakan dan responden tinggal memilih satu/lebih diantara beberapa jawaban yang tersedia. Pada tahap ini, penulis gunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses terapi hipnotanatologi sebelum dan sesudahnya dan juga terkait dengan kejujuran siswa dan siswi kelas VII di SMP Among Siswa Surabaya.

b. Eksperimen

Kajian eksperimen merupakan kajian empiris dan menggunnakan analissi dengan bantuan statistic dalam menganalisa datanya.41 Eksperimen adalah suatu rancangan penelitian yang mengindentifikasi hubungan kausal. Tujuan dari penelitian eksperimen adalah mengukur pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengontrol variabel lain untuk melakukan inferensi kausal secara lebih jelas. Menurut Zikmund, eksperimen merupakan suatu penelitian yang kondisi-kondisi tertentu dikendalikan sehingga satu atau beberapa variabel dapat dikontrol.42 Pada tahap ini, penulis akan mengulas dengan menggunakan perhitungan statistic dalam kaitannya tentang

41 Darmono & Ani M. Hasan, Menyelesaikan Skripsi dalam Satu Semester, (Jakarta:

Grasindo, 2005), hal. 45

42 Asep Hermawan, Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif, (Jakarta: Grasindo, 2009),

hal. 20


(34)

24

pengaruh atau hubungan antara Terapi Islam melalui Hipnotanatologi terhadap tingkat kejujuran para siswa dan siswi kelas VII di SMP Among Siswa Surabaya ini.

5) Teknik Analisis Data

Di dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah pengumpulan data empirik. Secara garis besar, kegiatan menganalisis datanya adalah dimulai dari mengelompokan data, menyajikan data setiap variabel, melakukan perhitungan dan menjawab perumusan masalah, dan melakukan perhitungan dengan menggunakan statistik.43 Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa data kuantitif. Analisa data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna sehingga dapat dipahami.44

Pada tahap ini, peneliti memaparkan analisis data dengan analisis data deskriptif, yaitu dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum/ generalisasi. Ciri-ciri analisis data deskriptif, yaitu penyajian data lebih ditekankan dalam bentuk tabel, grafik, dan ukuran-ukuran statistik, seperti presentase, rata-rata, variansi, korelasi, dan angka indeks. Selain itu, analisis ini tidak menggunakan uji signifikansi dan

43 Asep Saepul Hamdi & Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam

Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), hal 48

44 Syafizal Helmi Situmorang, Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis, (Medan:

USU Press, 2009), hal. 9


(35)

25

taraf kesalahan karena tidak ada kesalahan generalisasi.45 Adapun rumus yang digunakan dalam analisa data secara statistic ini menggunakan rumus statistic product moment, yang merupakan analisis yang koefisien korelasi peringkat diturunkan dengan menggunakan data kelompok pada rumus hasilkali-momen (product-moment).46

Adapun rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment, sebagai berikut:

Keterangan:

rxy : Koefisien Validitas (Angka indeks korelasi r product moment)

x : Nilai pembandung

y : Nilai dari instrument yang akan dicari validitasnya

∑X : Jumlah seluruh skor X

∑Y : Jumlah seluruh skor Y

N : Banyaknya Subjek

Melalui analisa data inilah peneliti dapat mengambil kesimpulan dari data yang didapat dari penelitian.

45 Agus Purwoto, Panduan Lab Statistik Inferensial, (Jakarta: Grasindo, 2007), hal.1 46 Murray R. Spiegel & Larry J. Stephes, So Statistik Ed. 3, (Jakarta: Penerbit Erlangga:

2004), hal. 351


(36)

26

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab pokok bahasan yang meliputi:

BAB I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II membahas kajian teoritik meliputi bahasan tentang terapi Islam melalui hipnotanatologi yang berisi: pengertian terapi Islam, landasaran terapi Islam, pengertian hipnosis dan tanatologi. Selanjutnya juga membahas tentang pengertian kejujuran, ciri-ciri sikap jujur, dan faedah kejujuran.

BAB III ini membahas tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV menjelaskan tentang laporan penelitian. Di dalam laporan penelitian, penulis memaparkan tentang penyajian dan analisis data yang meliputi penyajian data, analisis, dan pembahasan. Penyajian dan analisis data berisi tentang hasil dari studi.

BAB V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari gambaran secara keseluruhan penelitian serta menyajikan saran-saran untuk penelitian ini.


(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Terapi Islam melalui Hipnotanatologi

Muhammad Izzudin Taufik dalam bukunya memaparkan bahwa

semua ilmu pengetahuan yang disyariatkan pengkajiannya dalam Islam adalah ilmu pengetahuan yang ilmiah dan yang sesuai dengan syariat. Semua terapi Islam dapat mendayagunakan ilmu pengetahuan tersebut hingga bisa diakui keabsahannya sebagai terapi Islam. Sumber utamanya mengacu kepada Al-Quran dan hadits serta penelitian ilmiah dan pengalaman.52 Maka dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan sebuah terapi yang tetap berpedoman pada al-Quran dan Hadits serta penelitian ilmiah dan pengalaman-pengalaman lapangan.

a. Pengertian Terapi Islam

Yang dimaksud dengan terapi adalah melakukan sesuatu secara teratur, terprogram dengan baik dan berulang-ulang untuk tujuan memperbaiki diri agar menjadi lebih sehat dan memperoleh kehidupan yang lebih baik.53 Sedang menurut kamus besar bahasa Indonesia, terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang

52 Muhammad Izzudin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, (Jakarta:

Gema Insani, 2006), hal.378

53 Lukman Hakim, Terapi Qurani: untuk Kesembuhan dan Rizi Tak Terduga, (Jakarta:

Link Consulting, 2012), hal. 13


(38)

29

sakit atau dalam perawatan penyakit.54 Dalam pengertian yang lain, terapi merupakan usaha untuk mengaktifkan organ tubuh yang semula kurang berfungsi diaktifkan dengan cara dirangsang sehingga pembuluh darah menjadi terbuka dan otot-otot menjadi rileks. Jika otot-otot menjadi rileks dan pembuluh darah longgar, organ tubuh dapat berfungsi secara normal kembali. Terapi juga dapat mencangkup kondisi psikis dan fisik yang awalnya terdapat hambatan diharapkan dapat bekerja dengan baik.55

Adapun pengertian dari Islam merupakan agama kasih sayang, agama keselarasan, bukan agama yang fanatik dan ekslusif, serta agama yang menghargai agama lain sepanjang nonmuslim tidak memerangi kaum muslim, serta mendakwahkan kebaikan sebagai usaha mencapai keselamatan.56 Islam juga mengarahkan manusia untuk menyeru kepada perbuatan baik, melarang perbuatan buruk, menghindari kerusakan dan juga menjadikannya suatu perbuatan yang diikhlaskan demi mengharapkan keridhaan-Nya.57

Maka, dari kedua penjelasan tentang pengertian terapi dan juga Islam di atas, maka penulis menyimpulkan tentang yang dimaksud dengan terapi Islam, yaitu usaha untuk mengaktifkan organ tubuh baik menyangkup psikis ataupun fisik yang semula kurang berfungsi

54 A.A. Waskito, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Wahyu Media, 2009), hal.

612

55 Paulus Sudarno, Manajemen Terapi Motivasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2009), hal. 01

56 Habib Al-Jufri, Terapi Ruhani untuk Semua, (Jakarta: Zaman, 2012), hal. 279 57 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 28


(39)

30

diaktifkan kembali dengan beberapa teknik tertentu dilakukan secara teratur, terprogram dengan baik dan berulang-ulang untuk tujuan memperbaiki diri agar menjadi lebih sehat dan memperoleh kehidupan yang lebih baik, serta dalam usaha tersebut berpacu dengan pedoman-pedoman agama Islam.

Adapun ayat al-Quran yang berkaitan dengan terapi Islam ialah QS. Al-Fushshilat ayat 31-35 yang memiliki arti Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?" Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. Semua permasalahan yang berhubungan dengan penyembuhan (konseling terapi) ini bisa didapatkan dari al-Quran dan sunnah.58

58 Ibid, 28


(40)

31

Dalam hal ini, aspek-aspek yang digunakan dalam terapi, dapat menggunakan aspek-aspek konseling yang ada dalam agama Islam. Konseling islami mempunyai tiga aspek, sebagai berikut:

1. Aspek preventif, dimana orientasinya mengarah kepada penjagaan individu dari semua guncangan jiwa dan membentengi mereka dari segala penyimpangan. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak cara yang sekiranya dapat menyeimbangkan perilaku yang ada.

2. Aspek perkembangan, dimana orientasinya mengarah kepada pembentukan kepribadian muslim agar mampu menjadi individu

yang optimis, penuh dengan produkvitas serta mampu

mengoptimalkan segala potensi dan kemampuannya.

3. Aspek terapi, dimana orientasinya mengarah kepada pembebasan

dan pelepasan individu dari segala kekhawatiran dan

kegelisahannya serta membantunya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Terapi juga dapat dilakukan dengan metode penyadaran, yang banyak menggunakan ungkapan-ungkapan nasihat dan juga at-Targhib wat-Tarhib (janji dan ancaman).59

b. Pengertian Hipnotanatologi

Hipnotanatologi berasal dari dua gabungan kata, yaitu hypnosis dan tanatologi yang artinya, sebagai berikut:

59 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 25


(41)

32

1) Pengertian Hipnosis

Hipnosis adalah sebuah kondisi atau keadaan saat manusia cenderung lebih ‘sugestif’, yaitu ketika seseorang sedang dalam keadaan yang dapat menerima informasi atau saran-saran dari orang lain.60 Pemanfaatan hypnosis untuk tujuan terapi biasa disebut dengan hipnoterapi. Terapi yang tercangkup dalam hypnosis meliputi terapi fisik dan mental. Dan orang yang memiliki keahlian hipnoterapi pada standar dan kualifikasi tertentu disebut dengan hipnoterapis.61 Hipnoterapi sendiri merupakan sebuah pola terapan ketika manusia ingin mengubah cara pandang atau pola pikir menjadi lebih baik, lebih sehat, dan lebih termotivasi melalui tahapan-tahapan yang telah baku. Hipnoterapi disebut sebagai metode terapi ketika manusia dihadapkan oleh permasalahannya guna mengembalikan cara pandang hidup menjadi lebih baik dan sehat dengan mengeksplorasi pikiran bawah sadar (subconscious).62 Hipnoterapi juga merupakan terapi yang memfasilitasi perubahan dengan menerapkan sugesti yang telah disetujui sebelumnya ditanamkan kedalam alam bawah sadar dengan keadaan rileks terhipnosis dan selama hypnosis berlangsung seseorang tidak dapat dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki.

60 Willy Wong & Andri Hakim, Dahsyatnya Hipnosis, (Jakarta: Visimedia, 2009), hal.

10

61 Saiful Anam, 4 Jam Pintar Hypnosis, (Jakarta: Visimedia, 2010), hal. 69 62 Hisyam A. Fachri, Tarot Psikologi, (Jakarta: Gagasmedia, 2010), hal. 16


(42)

33

Siapapun dapat dihipnosis asal mereka menginginkannya. Namun, ada beberapa orang yang tidak boleh dihipnosis, yaitu mereka yang berada di bawah pengaruh alcohol atau obat-obatan terlarang, mereka yang memiliki depresi klinis, dan mereka yang menderita epilepsi. Seseorang akan mengingat semua hal yang dikatakan kepada mereka selama dirinya dihipnosis. Keadaan hypnosis sebenarnya tidak berbeda dengan keadaan ketika sedang mengantuk atau melamun. Walaupun merasa rileks, seseorang tetap saja dalam keadaan sadar sepenuhnya terhadap keadaan sekelilingnya. Seseorang itu tidak benar-benar tertidur maupun terjaga. Seseorang juga tetap mendengar segala yang terjadi di sekitarnya. Begitu pula jika terjadi sesuatu yang butuh perhatian di sekelilingnya, seseorang itu pun dapat dengan segera membuka mata dan siap mengatasi situasi tersebut.63

Saat dalam keadaan dihipnosis, seseorang sangat merasa rileks dan tubuhnya memungkinkan menjadi terasa ringan atau terasa berat disamping juga merasakan kehangatan yang menyelimuti tangan atau kaki. Apapun yang dialami, semua itu sangat alami dan normal adanya. Seseorang dalam keadaan dihipnosis mungkin merasa seolah-olah tak bisa bergerak meskipun seseorang itu dapat melakukannya. Sementara itu seseorang tersebut merasa bahwa waktu seakan-akan berjalan

63 Romi Rafael, Hipnoterapi Quit Smoking, (Jakarta: Gagasmedia, 2007), hal. 3


(43)

34

begitu cepat dan juga dalam beberapa saat seseorang mungkin juga akan mengalami rapid eye movement atau gerakan kelopak mata yang sangat cepat ketika memasuki tahapan hipnosis. Kelopak mata itu terasa bergetar walaupun orang umumnya tidak sadar terhadap sensasi ini.

2) Pengertian Tanatologi

Selanjutnya, tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang memengaruhi perubahan tersebut.64 Menurut pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa tanatologi mempelajari kematian dari mulai awal hilangnya nyawa seseorang sampai segala perubahan yang terjadi setelah beberapa saat seseorang mengalami kematian. Dalam ilmu kedokteran, tanatologi membahas tentang kematian yang termasuk dalam ilmu forensic.Sedang di dalam kamus saku kedokteran Dorland edisi 28 terdapat kata thanat(o) yang di ambil dari unsur kata bahasa Yunani yang mempunyai arti death atau mati.65

Di dalam Islam juga terdapat banyak ayat al-Qur’an, hadist, dan keterangan-keterangan yang menjelaskan tentang kematian. Dimulai dari tanda-tanda seseorang yang akan menemui ajalnya,

64 Pengertian Tanatologi, http://id.wikipedia.org/wiki/Tanatologi pada tanggal 21 April

2015 pukul 02.00

65 Soemarmo Markam. dkk, Kamus Kedokteran , (Jakarta: Lembaga Penerbit UI, 2011),

hal. 1088


(44)

35

ketika ajal, sampai gambaran-gambaran tentang alam setelah seseorang itu menghadapi kematian, yaitu alam kubur. Lebih luas Islam menjabarkan alam setelah kehidupan ini. Walaupun sulit terjangkau oleh fikiran manusia, namun petunjuk melalui kitab suci

al-Qur’an cukup untuk memperingatkan manusia akan adanya

siksa dan balasan atas apa yang telah dilakukan oleh manusia selama hidupnya.

Salah-satu ayat di dalam al-Qur’an yang membahas tentang kematian yaitu QS. Ali Imron ayat 185 :

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

Tanatologi atau ilmu tentang kematian ini dibahas oleh Komaruddin Hidayat dalam bukunya yang berjudul Psikologi Kematian. Di dalamnya terdapat penjelasan terkait tentang kematian yang dibahas dengan kacamata psikologi, yaitu

penolakan manusia terhadap kematian. Kematian dapat


(45)

36

menimbulkan sebuah pemberontakan yang menyimpan kepedihan dalam setiap jiwa manusia. Yaitu, kesadaran dan keyakinan bahwa mati pasti akan tiba dan punahlah semua yang dicintai serta yang dinikmati dalam hidup ini. Kesadaran ini lalu memunculkan sebuah protes berupa penolakan bahwa masing-masing dari manusia tidak mau mati. Setiap orang berusaha menghindari semua jalan yang mendekatkan ke pintu kematian. Dan jiwa manusia

cenderung mendambakan keabadian. Pemberontakan dan

penolakan akan kematian ini secara psikologis telah melahirkan dua mazhab. Pertama adalah mazhab religious, yaitu mereka yang menjadikan agama sebagai rujukan bahwa keabadian setelah mati itu ada dan untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi maka seseorang yang religious menjadikan kehidupan akhirat sebagai objek dan target paling tinggi. Kehidupan dunia selayaknya dinikmati, tetapi bukan sebagai tujuan akhir dari kehidupan. Apapun yang dilakukan di dunia dimaksudkan sebagai investasi kejayaan di akhirat. Kedua, madzab sekuler yang tidak peduli dan tidak yakin akan adanya kehidupan setelah mati. Orang-orang sekuler menjadikan kenikmatan duniawi sebagai target yang paling puncak.66

Mempelajari kematian akan membuat seseorang mengingat bahwa kelak seseorang itu juga akan menempuh ajalnya. Adapun

66Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian, (Yogyakarta: Hikmah, 2008), hal. 20


(46)

37

dampak-dampak mengingat mati seperti yang disebutkan dalam ucapan Amirul Mukminin, yaitu67:

1. Barang siapa mengingat kematian, ia rela mendapatkan bagian sedikit di dunia.

2. Barang siapa mengingat kematian, ia lupa akan angan-angan. 3. Nasihat terbaik adalah melihat tempat tersungkurnya

orang-orang meninggal dan mengambil pelajaran dari kematian para leluhur.

Amirul Mukminin juga menganjurkan sesering mungkin untuk mengingat kematian supaya kelak dapat menikmati kebahagiaan setelah kematian.68

3) Hipnotanatologi

Hipnotanatologi adalah teknik terapi yang menggabungkan antara hipnosis dan ilmu kematian dalam Islam. Tahapan terapi hipnotanatologi akan sedikit berbeda dengan hipnoterapi pada umumnya. Hipnotanatologi mengedepankan penyadaran tentang akan datangnya ajal bagi setiap manusia. Walau berbeda dengan hipnoterapi pada umumnya, hipnotanatologi masih menggunakan tahapan yang ada di struktur dasar hipnoterapi, yaitu pre talk,

induction, deepning and trance level test, sugestion, dan

termination.

67Rod Lahij, Dalam Buaian Nabi: Merajut Kebahagiaan Si Kecil: Cara Rasulullah SAW Mendidik dan Menyukseskan Anak, (Jakarta: Zahra, 2005), hal. 210

68 Ibid, hal. 211


(47)

38

c. Tujuan dan Dasar dari Terapi Islam melalui Hipnotanatologi

Tujuan dari adanya terapi Islam melalui Hipnotanatologi masih sejalan dengan tujuan dari dari konseling Islam, yaitu membantu individu dalam membantu manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah dan eksistensinya sebagai makhluk sosial di muka bumi, hingga manusia dapat hidup dengan pehun rasa tenang dan aman, di dunia dan juga di akhirat.69 Terapi Islam melalui hipnotanatologi ini juga bertujuan untuk mengubah perilaku seseorang agar menjadi lebih baik dan senantiasa menjunjung kebenaran sesuai dengan salah-satu tujuan dari dakwah, yaitu amar makruf nahi mungkat yang maksudnya adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan. Amar makruf nahi mungkar dilakukan dengan hikmah dan dengan kasih sayang sehingga dapat menjadi

rahmatan lil alamin.70

H. Roosdi A.S merumuskan tujuan-tujuan umum dari dakwah yang lebih operasional dan dapat dievaluasi keberhasilan yang telah dicapai yaitu tingkat keistiqamahan di dalam mengerjakan shalat, tingkat keamanahan dan kejujuran, berkurangnya angka kemaksiatan, dan sebagainya.71 Terapi Islam melalui hipnotanatologi juga memiliki tujuan yang mengarah kepada penyadaran akan pentingnya kejujuran,

69 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 31 70 A. Mustofa Bisri, Membuka Pintu Langit: Momentum Mengevaluasi Perilaku, (Jakarta:

Kompas, 2011), hal. 45

71 K.H. Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani, 1998), hal. 78


(48)

39

nasihat tentang ketidakkekalan manusia hidup di dunia, serta motivasi untuk ikhtiar dan semangat meraih kebaikan di dunia dan di akhirat.

Selanjutnya, tujuan lain dari terapi ini juga untuk memunculkan mental positif dari pelajar agar menjadi jujur dan berkualitas sehingga pelajar dapat dengan professional (menggunakan kualitas diri dan sikap positif). Pelajar diarahkan untuk jujur dalam berproses mengembangkan dirinya.72 Kejujuran tersebut akan memacu pelajar untuk lebih berusaha belajar mengejar kekurangannya kemudian pelajar tersebut diarahkan untuk berfikir positif sehingga dapat mencapai kesuksesannya.

2. Kejujuran Pelajar

a. Pengertian Kejujuran Pelajar

Kejujuran diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan seseorang sesuai dengan hati nurani dan norma peraturan yang ada. Jujur berarti menepati janji atau kesanggupan, baik yang berbentuk kata-kata maupun yang ada dalam hati. Menghindari sikap bohong, mengakui kelebihan orang lain, mengakui kekurangan, kesalahan atau keterbatasan diri sendiri, memilih cara-cara terpuji dalam menempuh ujian, tugas atau kegiatan. Kejujuran merupakan nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh setiap orang maka perlu ditanamkan terus-menerus dalam kehidupan manusia, baik itu menyangkut sikap dan perilaku yang berhubungan dengan Tuhan, hubungan dengan diri sendiri, hubungan

72 Agus Sutoyo, Kiat Sukses Prof. Hembing, (Jakarta: Prestasi Insan Indonesia, 2000),

hal. 14


(49)

40

dengan keluarga, hubungan dengan masyarakat dan bangsa, maupun perilaku dan sikap terhadap alam sekitarnya.73 Kejujuran merupakan kunci dari kesuksesan. Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang muda yang memiliki sifat jujur dan diberi gelar Al-Amin. Sidatnya yang jujur itula yang menjadi salah-satu kunci keberhasilan Nabi Muhammad SAW.74 Seseorang yang memiliki sifat jujur akan lebih mudah mencapai kesuksesan karena orang yang jujur akan merasa dirinya dekat dengan Penciptanya, dan karena itu dirinya akan jauh dari kekhawatiran dan rasa takut sehingga orang jujur akan tampil lebih tenang, percaya diri, dan mudah mencapai kesuksesannya.75

Yang dimaksud dengan kejujuran pelajar adalah segala perilaku yang dilakukan oleh pelajar yang apa adanya dan tidak curang saat melaksanakan proses pembelajaran. Pelajar yang berproses dengan jujur akan mempermudah pelajar untuk mencapai kesuksesannya.

b. Manfaat Adanya Kejujuran Pelajar

Sebenarnya kejujuran tidak hanya bermanfaat bagi kesuksesan para pelajar, akan tetapi menyangkup semua orang yang memiliki sifat jujur

akan mendapatkan manfaat-manfaat yang membawa kepada

kebahagiaan. Adapun manfaat kejujuran secara umum, sebagai berikut:

- Membawa kedamaian dan kebahagiaan

73 Paul Suparno, Pendidikan Budi Pekerti, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hal. 54

74 Masbhukin Pradhana, Cara Brilian Menjadi Karyawan Beromzeet Miliaran, (Jakarta:

Gramedia, 2008), hal. 196

75 Anton Irianto, Born to Win: Sukses Yang Tak Pernah Gagal, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2005), hal.52


(50)

41

Kebahagiaan atau kedukaan suatu masyarakat tergantung pada kejujuran liasan atau kebohongannya. Jika lisan jujur dalam menginterpretasikan emosi-emosi (perasaan-perasaan), maka lisan dapat memenuhi misi komunikasi. Jika sebaliknya, maka lisan menjadi penuntun bagi kejahatan dan sarana kehancuran sosial. Karenanya, kejujuran yang efek-ekek dan refleksi-refleksinya memainkan peranan terbesar dalam kehidupan individu-individu merupakan kebutuhan sosial. Jika semua orang berlaku jujur, maka mereka akan memperoleh manfaat-manfaat dan keuntungan-keuntungannya yang sangat banyak. Jika ketidakjujuran menjadi fenomena umum dalam masyarakat, maka prinsip-prinsip akhlak akan melemah, kondisi saling pengertian akan menghilang dan masyarakat akan menajadi tidak teratur.76

- Jujur mengarah kepada keselamatan

Firman Allah dalam QS. At-Taubah ayat 119 yang artinya

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berhaklah kamu bersama orang-orang yang benar. Allah telah meminta hamba-hambaNya yang beriman agar mereka berbuat jujur dan berpegang teguh kepada kebenaran agar mereka menjadi golongan yang menetap di jalan kebenaran. Kemudian Allah juga berfirman dalam QS. Muhammad ayat 21 yang artinya Seandainya mereka selalu jujur terhadap Allah, niscaya yang demikian itu

76 Sayyid Mahdi as Sadr, Mengobati Penyakit Hati Meningkatkan Kualitas Diri, (Jakarta:

Pustaka Zahra, 2005), hal. 12


(51)

42

lebih baik bagi mereka. Allah memberitahukan tentang nilai kejujuran. Bahwa kejujuran merupakan kebaikan sekaligus penyelamat. Sifat itulah yang memberikan nilai kepada amal perbuatan, sebab kejujuran merupakan ruhnya. Jika seseorang benar-benar tulus ikhlas dalam beriman serta benar-benar berbuat taat, niscaya kejujuran merupakan yang terbaik bagi mereka. Kejujuran juga membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa ke Surga.77

- Jujur membawa kepada jalan kesuksesan

Jujur adalah salah satu kunci sukses karena kejujuran adalah sebuah kekayaan yang sangat berharga baik bagi diri maupun dalam pergaulan. Sehingga orang yang memiliki kejujuran pasti akan mudah meraih kesuksesan dan teman.78 Kepercayaan yang akan muncul dari orang lain karena adanya kejujuran, akan membuat hubungan sosial jadi lebih baik. ketidakjujuran yang biasa digunakan untuk menutupi sesuatu agar hubungan tetap baik justru akan memperburuk keadaan pada saat semua kebohongan terbongkar. Maka dari itu, kejujuran tetap dianjurkan walau dalam keadaan apapun.

77 Syaikh Salim Bin Ied Al-Hilali, Syarah Riyadush Shalihin, (Jakarta: Pustaka Imam

Asy-Syafii, 2005), hal.193

78 Tasirun Sulaiman, Sufistik: Kejujuran Membawa Sengsara, (Jakarta: Erlangga, 2005),

hal. 17


(52)

43

3. Langkah-langkah Terapi Islam melalui Hipnotanatologi

Langkah-langkah terapi Islam melalui hipnotanatologi ini masih menggunakan langkah yang tidak jauh berbeda dengan hipnoterapi pada umumnya, yaitu tahapan yang ada di struktur dasar hipnoterapi, yaitu pre-talk, induction, deepning and trance level test, sugestion, dan termination.

Tahap pertama adalah tahap pre-talk adalah proses pengakraban antara penerapis dengan para peserta terapi. Setiap proses hipnotis dan hipnoterapi selalu dimulai dengan percakapan antara hipnoterapis dengan peserta atau subjek. Pada umumnya, pre-talk bertujuan agar terjalin keakraban, memahami masalah, menentukan tujuan terapi, dan menjelaskan kepada peserta tentang prosedur terapi. Namun pada hipnotanatologi, pada tahap ini, peserta akan difahamkan terkait tentang pentingnya kejujuran, penyadaran masalah, pelurusan niat, dan pengenalan tentang kematian. Pada saat melakukan pre-talk ini juga menggunakan

rapport (pacing-leading). Pacing yaitu menyamakan pola dalam aspek fisiologis, linguistik, dan belief. Dan leading yaitu sugesti yang diberikan setelah berhasil mem-pacing. Tekniknya akan diurutkan sebagai berikut:

1. Pacing ... “yes” 2. Pacing ... “yes” 3. Pacing... “yes” 4. Pacing... “yes”

5. Leading...

Selanjutnya adalah induction, yaitu cara yang digunakan oleh penerapis untuk membimbing peserta menuju kondisi terhipnosis. Induksi harus dilakukan dengan percaya diri, namun tetap rileks. Ada banyak


(53)

44

teknik induksi, yaitu tangan terangkat, menuruni anak tangga, hembusan nafas, dan lain sebagainya.79 Selanjutnya adalah tahap deepning and trance level test yang merupakan kelanjutan dari induksi. Proses ini digunakan untuk memperdalam level hipnosis peserta terapi. Secara sederhana, level hipnosis dibagi menjadi beberapa level, yaitu light trance level, medium trance level, deep trance atau somnambulism level. Level

somnambulism adalah level yang ideal untuk terapi. Oleh karena itu apabila pada saat induksi belum mencapai level somnambulism, maka penerapis perlu menggunakan deepening.80

Setelah itu masuk kepada tahap sugestion, yaitu hal yang terpenting dalam proses hipnosis. Saat melakukan sugesti harus menggunakan aturan, yaitu positive, repetition, present tense, pribadi, sentuhan emosional dan imajinasi.81 Sugesti akan ditanamkan kepada peserta sesuai dengan tujuan awal yang telah ditentukan. Tahapan terakhir ialah termination atau membangunkan subjek dalam keadaan tidur hipnotis. Terminasi yang begitu singkat atau mengagetkan akan membuat subjek terbangun dengan keadaan pusing. Sebaliknya, jika terminasi dengan cara yang lama dan halus, maka subjek akan terbangun dengan segar sekali.

79 Doni Swadarma, Hipnoparenting, (Jakarta: Padi, 2014), hal. 100

80 Coach Rey, Modul Ahli Neuro Linguistic Programming Practioner, tt, hal. 20 81 Yan Yurindra, ModulSertifikasi Advanced Hypnotherapy, tt, hal. 22


(54)

45

B. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Pengaruh Metode Hypnoteaching terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Bina Bangsa Surabaya

Metode Hypnolearning memiliki pengaruh yang efektif dalam menstimulasi prestasi belajar para siswa lewat berbagai langkah dan mekanisme kerjanya. Hasil dari metode ini sebagaimana peneliti dapatkan dari lapangan bahwa terjadi perubahan pola belajar siswa yang sebelumnya malas menjadi rajin, yang sebelumnya tidak menyenangi mata pelajaran menjadi mencintai pelajaran.

Di dalam penelitian ini dijelaskan bahwa dijelaskan tentang hasil

interview dengan salah satu guru Pendidikan Agama Islam kelas VII pada

hari rabu, tanggal 2 Mei 2012 yaitu Drs. Ikhsan Hasan yang ditanya tentang

manfaat diterapkannya metode hypnoteaching pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMP Bina Bangsa beliau menjawab bahwa

diantara manfaat diterapkannya metode hypnoteaching pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam adalah :

a. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar dikelas

Artinya dengan sebagian siswa disuruh untuk mempelajari sendiri mata

pelajaran yang akan dibahas nanti siswa menjadi banyak membaca buku pelajarannya, kemudian bertanya pada temannya jika menemukan

kesulitan dalam belajar, kemudian mereka merangkum dari apa yang telah

dibacanya tadi, kemudian mereka adu wawasan dengan sesame temannya,

kemudian mereka menerangkan didepan kelas tentang apa yang telah


(1)

90


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku:

Ahman, Eeng & Indriani, Epi. 2009. Ekonomi dan Akuntansi: Membina Kompetensi Ekonomi. (Jakarta: Grafindo Media Pratama).

Al-Jufri, Habib .2012. Terapi Ruhani untuk Semua.(Jakarta: Zaman).

Al-Mahfani, M. Khalulurrahman . 2008. Berkah Shalat Dhuha. (Jakarta: Wahyu Media).

Al-Uqshari, Yusuf.2005. Menjadi Pribadi yang Berpengaruh.(Jakarta: Gema Insani).

Anam, Saiful. 2010.4 Jam Pintar Hypnosis.(Jakarta: Visimedia).

Az-Zahrani, Musfir bin Said . 2005. Konseling Terapi. (Jakarta: Gema Insani). Bagir, Haidar .2013. Risalah Cinta dan Kebahagiaan.( Jakarta: Mizan).

Bisri, A. Mustofa 2011. Membuka Pintu Langit: Momentum Mengevaluasi Perilaku. (Jakarta: Kompas).

Darmono & Hasan,Ani M. 2005.Menyelesaikan Skripsi dalam Satu Semester. (Jakarta: Grasindo).

Eriyanto.2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. (Yogyakarta: LKiS). Fachri, Hisyam A. 2010.Tarot Psikologi. (Jakarta: Gagasmedia).

Hafidhuddin, Didin. 1998. Dakwah Aktual. (Jakarta: Gema Insani).

Hakim, Lukman .2012. Terapi Qurani: untuk Kesembuhan dan Rizi Tak Terduga. (Jakarta: Link Consulting).

Hamdi, Asep Saepul. E. Bahruddin. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan.(Yogyakarta: Deepublisher).

Harefa, Andrias. 2010. Terapi Pola Pikir tentang Makna Learn, Unlearn, dan Relearn. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama).

Hermawan, Asep. 2009. Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif. (Jakarta: Grasindo).


(3)

88

Ied Al-Hilali, Syaikh Salim. 2005. Syarah Riyadush Shalihin.(Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafii).

Irianto, Anton . 2005. Born to Win: Sukses Yang Tak Pernah Gagal. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama).

Istijanto. 2007. Aplikasi Praktis Riset. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama). Izzudin Taufiq, Muhammad. 2006. Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam.

(Jakarta: Gema Insani).

Lahij, Rod. 2005. Dalam Buaian Nabi: Merajut Kebahagiaan Si Kecil: Cara Rasulullah SAW Mendidik dan Menyukseskan Anak. (Jakarta: Zahra). M. Shodiq & Firdaus, Firda. 2006. Be Student Idol.(Jakarta: Qultum Media). Mahdi as Sadr, ayyid . 2003. Mengobati Penyakit Hati, Meningkatkan Kualitas diri.

(Jakarta: Ansarian).

Mahdi as Sadr, Sayyid . 2005. Mengobati Penyakit Hati Meningkatkan Kualitas Diri. (Jakarta: Pustaka Zahra).

Margono. 1997. Metodologi Penelitian. (Jakarta:Rineka Cipta).

Markam, Soemarmo. 2011. Kamus Kedokteran. (Jakarta: Lembaga Penerbit UI) Martono, Nanang . 2014. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis

Data Sekunder. (Jakarta: Raja Grafindo Persada).

Mulyadi, Alie. 2008. Never Give Up! Mensyukuri Hari dengan Tegarkan Hati.(Bandung: Grafindo Media Pratama).

Prabowo, Dhanu Priyo. 2003. Pengaruh Islam dalam Karya-karya R. N.g Ranggawasirta.(Yogyakarta: Narasi).

Pradhana, Masbhukin. 2008. Cara Brilian Menjadi Karyawan Beromzeet Miliaran. (Jakarta: Gramedia).

Prasetyo,Bambang. 2002.Metode Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Rajawali Press). Purwoto, Agus. 2007. Panduan Lab Statistik Inferensial, (Jakarta: Grasindo). Qutub, Sayid. 2006. Tafsir Fi Zhilalil Quran Jilid 2. (Jakarta: Gema Insani). Raco. 2012. Metode Penelitian Kulitatif. (Jakarta: Grasindo).

Rafael, Romi . 2007. Hipnoterapi Quit Smoking. (Jakarta: Gagasmedia). Sangit, Ahmad. 2008. Dahsyatnya Sedekah, (Tanggerang: Qultum Media).


(4)

89

Sarwono, Jonathan. 2010. Pintar Menulis Karangan Ilmiah-Kunci Sukses dalam Menulis Ilmiah. (Yogyakarta: Andi).

Semiawan, Conny R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Grasindo). Situmorang, Syafizal Helmi .2009. Analisis Data untuk Riset Manajemen dan

Bisnis. (Medan: USU Press).

Spiegel, Murray R.& Larry. 2004. So Statistik Ed. 3. (Jakarta: Penerbit Erlangga). Stokes, Jane. 2003. How To Do Media And Cultural Studies: Panduan untuk

Melaksanakan Penelitian. (Yogyakarta: Bentang Pustaka).

Sudarno, Paulus. 2009. Manajemen Terapi Motivasi. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama).

Sulaiman, Tasirun . 2005. Sufistik: Kejujuran Membawa Sengsara. (Jakarta: Erlangga).

Suparno, Paul. 2003. Pendidikan Budi Pekerti. (Yogyakarta: Kanisius).

Sutoyo, Agus .2000. Kiat Sukses Prof. Hembing. (Jakarta: Prestasi Insan Indonesia).

Swadarma, Doni . 2014. Hipnoparenting.(Jakarta: Padi).

Syafrizal Situmorang,dkk,. 2010. Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis. (Medan: USU Press).

Taufiq, Muhammad Izzudin .2006. Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam. (Bandung: Gema Insani).

Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosoal di Masyarakat. (Bandung: Setia Purna Inves).

Wasis. 2006. Pedoman Riset Praktis. (Jakarta: EGC).

Waskito.2009. Kamus Praktis Bahasa Indonesia.(Jakarta: Wahyu Media).

West, Richard & Turner. Lynn H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi (Intruducing Communication Theory). (Jakarta: Salemba Humanika).


(5)

90

Referensi Lainnya:

Agus, Budaya Mencontek di Kalangan Pelajar, diakses di (http://agusper.blogspot.co.id/2014/04/makalah-budaya-mencontek-di-kalangan.html).

Edwardi, Kebocoran Soal UN Cederai Pelajar yang Jujur, (http://bangka.tribunnews.com/2015/04/18/kebocoran-soal-un-cederai-pelajar-yang-jujur).

Fasebani, Muhammad. Inilah Cara Kemendikbud Tekan Kecurangan Ujian Nasional, diakses di (http://www.gresnews.com/berita/sma/170252-ini-cara-kemendikbud-tekan-kecurangan-ujian-nasional/0/).

Mahasiswi Pendidikan Islam Pascasarjana IAIN Ar-Raniry Banda Aceh, Krisis Kejujuran, http://aceh.tribunnews.com/2011/12/09/krisis-kejujuran, diakses tanngal 07 September 2015 pukul 11.10 PM

Nahumarury, Dian.Belajar Menjadi Orang yang Jujur, diakses di (http://orangjujurhebat.blogspot.co.id/2012/09/belajar-menjadi-orang-yang-jujur.html).

Ruslan, Heri . UN Ciptakan Pelajar yang Jujur dan Kreatif, diakses di

(http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia- islam/hikmah/13/04/19/mlh8t3-un-ciptakan-pelajar-yang-jujur-dan-kreatif).

Sinar Harapan. UN Tanpa Kecurangan, Mungkinkah?, diakses di

(http://www.sinarharapan.co/news/read/140414024/UN-Tanpa-Kecurangan-Mungkinkah-span-span-).

Zahara, Regina.2005 .Penanaman Self Counscious Integrity (SCI) melalui Hipnotanatologi sebagai Strategi Pemberantasan Korupsi di Lembaga Negara, Karya Tulis Ilmiah SCEPTA


(6)