FENOMENA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI DPRD KABUPATEN PEMEKASAN-MADURA PERIODE 2014.
Skripsi:
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperolah Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Filsafat Politik Islam
Oleh :
Chairunnisa E04211015
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2015
(2)
Skripsi Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Program Studi Filsafat Politik Islam
Oleh :
Chairunnisa E04211015
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2015
(3)
(4)
(5)
(6)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xiii
ABSTRAK
Chairunnisa, NIM. E04211015, 2015. Fenomena Katerwakilan Perempuan Di Kabupaten Pamekasan. Skripsi Program Studi Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Fenomena, Perempuan, dan DPRD
Ada dua hal yang hendak dikaji dalam skripsi ini, yaitu: (1) Bagaimana rekrutmen keterwakilan perempuan pada masing-masing partai pengusung caleg perempuan di Pamekasan, (2) Motif apa yang melatarbelakangi perempuan untuk menjadi anggota Legislatif Kabupaten Pamekasan. Adapun tujuan dalam penelitian ini yakni: (1) untuk mendeskripsikan perekrutan DPRD perempuan di Pamekasan mulai perekrutan menjadi kader partai hingga menjadi anggota legislatif, (2) untuk mengetahui dan mendeskripsikan seperti apa motif yang melatarbelakangi perempuan untuk menjadi anggota legislatif.
Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif .Sedangkan teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan metode wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan yang berupa pengumpulan catatan-catatan dari hasil penelitian, hingga catatan melalui sumber buku, kitab dan lain sebagainya. Sehingga dapat diperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah anggota DPRD perempuan di Kabupaten Pamekasan yakni, Nur Fatilah, Sri Rahayu Ningsih, dan Wardatus Sarifah. Peneliti juga mewawancarai ketua dari masing-masing partai pengusung DPRD perempuan yakni, Hermanto dari partai Demokrat, Suli Faris dari PBB, dan Abdullah dari Nasdem.
Dari penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa (1) cara perekrutan anggota partai dari partai pengusung legislatif perempuan di Kabupaten Pamekasan memiliki metode yang berbeda-beda sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh masing-masing partai. Perekrutan kader Demokrat cara perekrutan anggotanya adalah dengan pendaftaran di sertai dengan surat kesanggupan untuk menjadi pengurus partai. Dalam perekrutan nggota di partai PBB adalah dengan di dahului dengan cara mendaftar untuk menjadi calon dan akan di tetapkan sebagai kader di PBB setelah menjadi anggota selama 2 tahun. Metode perekrutan kader di partai Nasdem Pamekasan dengan cara mengajukan pendaftaran kepada calon kader dan setelah di seleksi dari pendaftar yang sudah terdaftar, calon angota akan di menerima sesi Interview dari pihak partai Nasdem. (2) motif DPRD perempuan di Kabupaten Pamekasan untuk mengikuti pemilihan umum tahun 2014 khususnya Nur Fatilah dan Wardatus Sarifah adalah karena mereka ingin mengetahui dunia politik lebih baik dari sebelumnya dan menginginkan ikut serta dalam pembuatan kebijakan yang di tetapkan oleh pemerintah daerah di
(7)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xiv
Kabupaten Pamekasan. Sedangkan motif Sri Rahayu Ningsih adalah ingin memenuhi kuota 30% yang belum sempat terpenuhi sebelumnya.
(8)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 18
C. Tujuan Penelitian ... 18
D. Manfaat Penelitian ... 18
E. Sistematika Pembahasan ... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Fenomenologi ... 21
B. Partsipasi dan Kebijakan Keterwakilan Perempuan Tentang Hak Politik ... 26
C. Penelitian Terdahulu ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 36
B. Lokasi Penelitian ... 37
(9)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
x
1. Data Primer ... 38
2. Data Sekunder ... 39
3. Informan Penelitian ... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ... 40
1. Wawancara ... 41
2. Dokumentasi ... 42
3. Catatan Lapangan ... 43
E. Validitas Data ... 43
F. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kabupaten Pamekasan ... 47
2. Sejarah Politik Kabupaten Pamekasan ... 48
3. Peta Politik Kabupaten Pamekasan ... 50
4. Pengembangan Potensi di Wilayah Kabupaten Pamekasan 52 5. Profil Partai Pengusung Anggota Legislatif Terpilih Perempuan Pada Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pamekasan ... 53
a. Partai Demokrat ... 53
b. Partai Bulan Bintang ... 55
c. Partai Nasdem ... 56
6. Profil Anggota Legislatif Terpilih Perempuan Pada Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pamekasan ... 59
a. Nur Fatilah ... 59
b. Sri Rahayu Ningsih ... 60
c. Wardatus Sarifah ... 61
7. Penerapan Kuota 30% pada Masing-masing Partai Pengusug DPRD Perempuan Kabupaten Pamekasan ... 62
(10)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xi
B. Kuota, Proses Rekrutmen, Hambatan dan Strategi DPRD Perempuan di Kabupaten Pamekasan-Madura
1. Rekrutmen DPRD Perempuan saat Memasuki
Partai Hingga Menjadi Anggota Legislatif ... 65 2. Motif DPRD Perempuan untuk Menjadi Anggota
Legislatif di Kabupaten Pamekasan ... 78
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 88 B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Jumlah Perempuan di DPRD Jawa Timur ... 5 Tabel 1.2 : Daftar Nama Anggota DPRD Kabupaten Pamekasan . 13 Tabel 3.1 : Analisa Data Model Interaktif ... 45 Tabel 4.1 :DPRD Kabupaten Pamekasan 2009-2014 ... 51 Tabel 4.2 : DPRD Kabupaten Pamekasan 2014-2019 ... 51
(12)
A. Latar Belakang
Sebagian besar jumlah penduduk Indonesia adalah perempuan. Posisi keterwakilan politik perempuan di Indonesia baru 17,8 persen, dalam konteks global jauh di bawah negara-negara lain di berbagai penjuru dan belahan dunia. Sepuluh Negara terbesar tingkat keterwakilan politik perempuan antara lain Rwanda (56.3 persen), Andorra (50persen), Kuba (45,2 persen), Swedia (44,7 persen), Republik Seychelles (43,8 persen), Finlandia (42,5 persen), Afrika Selatan (42,3 persen), Belanda (40,7 persen), Nikaragua (40,2 persen) dan Islandia (39,7 persen). Amerika Serikat negeri yang dianggap demokratis hanya menempati urutan ke-78, dengan tingkat legislator perempuan di parlemen hanya 16,8 persen di Lower Chamber dan 17% di senat.1
Perempuan yang biasanya terlihat tidak mempunyai kedudukan dan di nomer duakan dalam mengambil suara keputusan bersama harus segera berubah agar menjadi perempuan yang aktif dan tegas. Oleh karena itu perlu sekali diberi perhatian terhadap kepentingan politiknya. Perhatian terhadap kepentingan politik perempuan secara konkrit baru dimulai pada tahun 2003
1
Andi Suwarko, Jurnal: EXECUTIVE SUMMARY, Judul Penelitian: Quota Keterwakilan Politik Perempuan (Telaah Rekrutmen Pengurus Dan Caleg Di DPW PAN Jawa Timur Pada Pemilu 2014),hal : 2
(13)
yang ditandai dengan masuknya pengaturan dalam UU. Pemilu mengenai 30 % keterwakilan perempuan dalam parlemen.
Pada tahun 2008 Undang-undang Pemilu telah direvisi dan pengaturan mengenai keterwakilan perempuan ditetapkan dengan menggariskan bahwa Parpol peserta Pemilu harus mencalonkan 30% caleg perempuan dalam daftar calonnya. Ketentuan dalam UU/Pemilu ini diperkuat oleh pengaturan dalam UU. No. 2 tahun 2008 tentang Partai Politik yang menyatakan bahwa Partai politik harus menempatkan 30% perempuan dalam kepengurusan partai. Sekalipun telah ada pengaturan keterwakilan perempuan dalam parlemen melalui kedua undang-undang Pemilu di atas, tetapi ketentuan 30% keterwakilan perempuan di parlemen tidak tercapai. Hasil Pemilu 2004 anggota Parlemen perempuan hanya 12 % dan Pemilu 2009 18 %. Hal ini berarti bahwa perempuan baik dalam menentukan kebijakan politik (political ideas ) dan kehadirannya dalam politik ( political presence) belum terwakili secara signifikan.2
Pemerintah Indonesia, menjadikan demokrasi menjadi salah satu prioritas pembangunan bidang politik. Demi menunjukkan komitmen itu, Bappenas telah mengembangkan alat ukur untuk menilai kemajuan demokrasi yang disebut Indeks Demokrasi Indonesia (IDI). IDI menjadi salah satu target sektoral dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Walaupun Indonesia masih harus membuktikan dirinya sebagai
2 Sujito, Pere pua dala Pe ilu 2009: Refleksi Kritis dalam Jurnal Sosial Demokrasi, edisi 6,
(14)
negara demokratis karena capaian nilai IDI-nya masih rendah. Perlu diketahui, nilai IDI tahun 2010 adalah 63.17, turun dari capaian tahun 2009, yakni 67.3. Tiga aspek penting yang diukur dalam IDI adalah aspek kebebasan sipil, hak-hak politik dan lembaga demokrasi. Untuk menuju negara yang demokratis, pembangunan yang dilaksanakan harus bersifat inklusif. Karena itu salah satu variabel yang dinilai dalam aspek kebebasan sipil adalah kebebasan dari diskriminasi jender. Begitu pula hak politik untuk memilih dan dipilih, variabelnya adalah prosentase perempuan yang dipilih menjadi anggota DPRD. Adapun penilaian lembaga demokrasi secara khusus menyorot persentase perempuan dalam kepengurusan parpol di provinsi. Di antara tiga aspek itu, hak-hak politik menyumbang nilai terendah (54.6 pada tahun 2009, turun menjadi 47.87 pada tahun 2010). Karena itu, dunia internasional butuh pembuktian dari Indonesia bahwa perempuan menjadi agen penting bagi upaya demokratisasi melalui peningkatan jumlah mereka di Parlemen.3
Tujuan peningkatan jumlah kuota perempuan adalah dalam rangka memastikan implementasi pelaksanaan UU yang pro perempuan. Kalangan gender berpendapat, masih tingginya kekerasan terhadap perempuan disebabkan implementasi UU No. 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) belum efektif. Selain itu, perempuan dianggap akan mempermudah proyek legislasi penyusunan peraturan
3
Ardian,http://news.detik.com/read/2010/12/17/102310/1527041/723/kebijakan-peningkatan-keterwakilan-perempuan-pemilu-2004-dan-2009.di akses pada tanggal:18/04/2015
(15)
responsif gender. DPR masih dianggap punya pekerjaan rumah untuk melakukan revisi peraturan yang dianggap bias jender seperti UU Perkawinan No.1 tahun 1974, revisi KUHAP, Undang-Undang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, serta meloloskan aturan pro jender seperti RUU Keadilan Gender dan Kesetaraan Gender. Padahal beberapa produk peraturan itu, selain ditargetkan untuk kepentingan ekonomi, justru diciptakan dengan tujuan mempersoalkan hukum-hukum Islam.
Selain itu tantangan pada tata nilai, lembaga dan tradisi serta kewajiban-kewajiban sepihak membuat gerak perempuan dalam politik menjadi terbatas. Tata nilai dalam keluarga dan masyarakat, tradisi dan lembaga yang menempatkan laki-laki sebagai aktor wilayah publik akan membuat perempuan tidak memperoleh dukungan simbolik dari perannya. Kewajiban-kewajiban domestic dan cultural yang memberatkan perempuan akan mengurangi kesempatan dan dukungan substansif bagi keterlibatan perempuan itu sendiri. Tantangan lain yang juga muncul adalah minimnya kesempatan untuk perempuan untuk menambah kapasitasnya dalam politik. Berbagai kapasitas tersebut meliputi kemampuan mengorganisasi massa, berkomunikasi, mengorganisir lembaga, merancang program, mengelola keuangan, merancang strategi kampanye, merancang kebijakan, merancang sistem evaluasi kebijakan dan lain-lain.
Maka dari itu, tidak mengherankan apabila pada pemilu 2014 jumlah anggota perempuan di parlemen hanya berjumlah 14%, mengalami penurunan 4% dari pemilu 2009 lalu yang mencapai presentase 18%. Kurangnya
(16)
keterwakilan politik perempuan di parlemen, rupanya tidak hanya terjadi di tingkat nasional, namun juga di tingkat lokal sebagaimana terilustrasi pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1
Jumlah Perempuan di DPRD Jawa Timur
Sumber: Sekretariat DPRD Jawa Timur dan Komisi Pemilihan Umum Jawa Timur.
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat jelas, bahwa tingkat keterwakilan perempuan di DPRD Provinsi Jawa Timur yang sempat mengalami kenaikan dalam dua kali pemilu, kini turut mengalami penurunan. Hal itu terlihat pada presentase keterwakilan politik perempuan dari 11% pada pemilu 1999, naik menjadi 16% pada pemilu 2004, naik kembali menjadi 17% pada pemilu 2009, dan lalu kini turun menjadi 15% pada pemilu 2014. Pemilu 2014 juga perlu usaha keras dan strategi yang tepat untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam Parlemen. Kelompok perempuan harus membangun kekuatan politik dengan menyusun strategi baik melalui pengaturan dalam undang-undang Pemilu maupun pendekatan kepada partai-partai politik sebagai peserta Pemilu dan juga kepada masyarakat umum.
Pemilu Jumlah Anggota
DPRD Jawa Timut
Jumlah Anggota DPRD Jawa Timur (Perempuan)
Presenta se
1999 100 11 11%
2004 100 16 16%
2009 100 17 17%
(17)
Secara kuantitas, jumlah perempuan di parlemen pada masa reformasi dapat dikatakan lebih progres dari ada pemilu-pemilu sebelumnya di zaman Orde Baru. Hal ini dapat dibuktikan dengan data meningkatnya presentase sejumlah perempuan dari waktu ke waktu sesudah reformasi, yakni tahun 1999 yang hanya terdapt 9% repesentasi perempuan, tahun 2004 naik menjadi 11,3% dan terakhir tahun 2009 lalu yang besarnya 17,9% dari total keseluruhan kursi parlemen, khususnya DPR RI.peningkatan yang demikian, memang dikatakan sebagai suatu kabarbaik bagi perjuangan perempuan dalam mencapai kesetaraan, walau memang presentase jumlah yang ada masih jauh di bawah standar komposisi kuota yakni 30%. Namun ada juga pernyataan, masih kurangnya perwakilan perempuan dari standar komposisi tersebut juga dapat mengindikasikan lambannya kemajuan yang di perjuangkan oleh perempuan untuk di perjuangkan berperan secara seimbang dengan laki-laki.4 Memang pada dasarnya perhatian pada kouta perempuan dalam perlemen ini juga menjadi suatu kritik oleh beberapa pihak karena terlihat sederhana dan kurang signifikan dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan perempuan. Ide The Politic of Presence yang di cetuskan oleh Anne Philip yakni perlunya peningkatan jumlah perwakilan perempuan di parlemen untuk di perjuangkan hak-hak mereka, saat ini rasanya kuang tepat dan relevan.5
4
Wahidan Zein Siregar, ”Representasi Perempuan di DPRD, PDP, MPR, dan DPRD 2009-2014: Komposisi, Peran dan Tantangan Perempuan Parlemen” Jurnal Perempuan vol.18 no.4 (2013):29 5Ibid,
(18)
Penelitian ini berfokus pada kabupaten Pemekasan, yakni sebuah kabupaten di pulau madura, propinsi jawa timur, indonesia. Ibukotanya adalah pemekasan. Kabupaten ini berbatasan di laut jawa utara selat madura di selatan, kabupaten sampang di barat, dan kabupaten sumeneb di timur, kabupaten pemekasan terdiri atas 13 kecamatan yang dibagi lagi atas 178 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahannya ada di kota pemekasan.
Madura sendiri merupakan salah satu daerah yang memiliki rata-rata sifat masyarakat yang keras. Contoh sifat keras disini di buktikan dengan tradisi carok yang tak pernah hilang sampai sekarang. Walaupun madura adalah salah satu kampung yang masyarakatnya sangat fanatik dengan agama namun tradisi carok tak dapat dilepaskan. Rasa kultural yang menimbulkan rasa malu dapat menimbulkan tindakan kekerasan atau carok di dalam pengalaman orang Madura berkaitan dengan kasus-kasus berikut ini:6
1. Gangguan atas istri. Orang Madura akan mudah terpancing dan melakukan pembelaan dalam bentuk carok kalau istrinya diganggu. Begitu juga dengan adanya sikap cemburu, kalau kemudian terjadi perselingkuhan sang istri dengan orang lain. Lelaki yang berselingkuh dengan istri orang itulah yang akan menjadi sasaran dari sang suami.
2. Balas dendam. Upaya melakukan pembalasan bila terdapat diantara salah satu anggota keluaraga yang terbunuh.
3. Mempertahankan martabat
6
(19)
4. Mempertahankan harta warisan.
Dapat dilihat dalam rangkaian di atas bahwa motif peristiwa carok dan juga sasarannya sangat jelas, yakni individu yang sedang saling berselisih paham yang sulit didamaikan karena sudah menyangkut harga diri yang terluka. Banyak kasus yang tersorot di dalam masyarakat, yakni seseorang yang sebelumnya dipandang bukan sebagai golongan blater, disebut sebagai
blater oleh warga lainnya karena berani melakukan carok. Jadi penyebutan masyarakat atas sosok blater dalam hal ini sangat erat kaitanya dengan keberanian melakukan carok dalam menghadapi konflik dan permasalahan di dalam lingkungan masyarakat. Di sini carok dijadikan sebagai arena legitimasi untuk mengukuhkan status sosial seseorang sebagai seorang blater. Jadi ciri khas pada seorang blater adalah sifat pemberani, angkuh dan punya nyali menempuh jalur kekerasan dalam penyelesaian konflik harga diri. Meskipun carok bukanlah satu-satunya arena untuk melegitimasi status seseorang menjadi Blater. Masih banyak arena sosial lainnya yang membentuk dan memproses seseorang menjadi blater. Misalnya, kedekatan seseorang dengan tradisi kerapan sapi, sabung ayam, jaringan kriminalitas dan remoh blater. Begitulah antara lain reproduksi kultural blater di masa kini. Dari berbagai macam peristiwa yang telah terjadi karena blater tersebut menciptakan kultur dan komunitas tersendiri di dalam masyarakat Madura. Tak heran bila seseorang sudah memiliki identitas dan status sosial sebagai seorang blater eksistensinya memiliki posisi sosial tertentu di dalam masyarakat Madura. Sosok blater selalu disegani dan dihormati secara sosial.
(20)
Sangat jarang sekali ditemukan seseorang yang sudah dikategorikan sebagai blater dipandang rendah secara sosial.7
Dinamika politik di tingkat desa juga ditingkat kabupaten, sesungguhnya berada ditangan dua komunis, yakni blater dan kiai. Kalupun kedua komunis ini memiliki pengeruh terhadap perbaikan kualitas layanan publik masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan lainnya dalam tata kuasa pemerintahan maka pelaksanaan otonomi dan desentralisasi politik di Madura akan mendulang masa depan yang mengembirakan. Namun, bila kedua komunitas ini tidak memiliki fungsi atas perubahan dan perbaikan maka masyarakat Madura akan menghadapi masa-masa suram, justru di tengah era desentralisasi yang menjadi dambaan banyak pihak yang begitu lelah dengan sentralisasi di era Orde Baru. Memang ada komunitas lain di luar kedua maisntreams itu, yakni kalangan akademisi. Namun perannya masih belum signifikan dalam mempengaruhi politik kuasa di Madura.
Peran perempuan di Madura pun lebih besar dari pada laki-laki. Dalam sehari perempuan menghabiskan waktu dalam sekitar 12,42 jam (51,75%) sedangkan laki-laki hanya 8,73 jam/hari (36,39%). Perbedaan waktu 3,69 jam/hari antara peran laki-laki dan peran perempuan menunjukan beban yang lebih diterima perempuan. Hal ini di sebabkan perempuan terlibat aktif dalam kegiatan produktif (bekerja). Kondisi ini di sebabkan karena perekonomian keluarga yang belum bisa membawa keluarga pada taraf kesejahteraan.
7 Ibid,
(21)
Keterpaksaan perempuan memilih beban ganda karena dalam usaha mencari tambahan penghasilan untuk membantu memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup keluarga.8
Perempuan di Madura di bebankan dengan beban pekerjaan yang lebih banyak dari laki-laki. Dilain pihak perempuan juga aktif dalam usaha membantu menambah kebutuhan ekonomi keluarga dengan jalan menjadi pedagang ikan hasil tangkapan suaminya serta menambah nilai jual hasil tangkapan dengan melakukan pengelolahan ikan jika tidak laku terjual. Selain itu juga ada perempuan memilih profesi sebagai buruh perikanan. Pembagian peran berdasarkan jenis kelamin di anggap sebagai hal yang wajar bagi para masyarakat madura. Seluruh perempuan merasa pekerjaan rumah tangga yang di identikan dengan jenis kelamin mereka adalah hal yang wajar tidak merasa terbebani, apalagi tertindas dengan kewajibannya. Walaupun mereka merasa kelelahan dengan pekerjaan rumah. Perempuan sangat menghargai jika para suami ikut membentu pekejaan rumah tangga, apalagi bagi perempuan yang memiliki peran ganda.9
Bupati Pamekasan Achmad Syafi’i mengharapkan agar perempuan tidak
lagi berpangku tangan diranah domestik, melainkan juga bisa berkiprah di ranah publik dengan mobilisasi organisasi bupati pamekasan mengharapkan agar organisasi-organisasi yang berbau politik menggajak mengontrol politik
8Ahmad Subyani,”Kesetaraan Gender Pada Masyarakat
Pesisir”, http://www.scribd.com/doc/24366449/Kesetaraan-Gender-Pada-Masyarakat-Pesisir#scribd,diakses pada tanggal 15/04/2015
(22)
dan bermitra dengan pemerintah. Dengan bentuk mitra berkaitan pembangunan dan pencerdasan bangsa. Bahkan PC PMII Pamekasan
mengdakan seminar yang bertema “Politik dan Perempuan” dalam rangka
menyiapkan calon pemimpin perempuan handal di masa depan, baik ditingkat lokal, regional, maupun Nasional. Hal ini dilakukan karena peran perempuan khususnya di ranah politik masih sangat rendah dan kurang di apresiasi oleh kebanyakan orang. Padahal, eksistensi perempuan dalam bidang politik sejatinya merupakan bagian penting dari tegaknya demokrasi di negara ini.10
Tidak hanya dalam bidang pekerjaan domestik saja, dalam pekerjaan publik Pemekasan-Madura adalah salah satu contoh daerah yang peran dan keterwakilan perempuan dalam proses pembuatan kebijakan publik selama ini masih dirasa kurang. Untuk itu dilakukan berbagai upaya untuk mendorong peran dan keterwakilan perempuan melalui penerapan kuota minimal 30% bagi perempuan di parlemen. Dari berita yang didapat melalui media online bahwa partai politik di Kabupaten Pamekasan, Madura, mengaku kesulitan merekrut calon legislatif (caleg) perempuan untuk Pemilu Legislatif 2014. Partai Amanat Nasional pasca pemilu 2014 juga mengalami kekurangan calon legislatif perempuan dan masih kurang satu dapil yang kosong untuk mencakupi kuota 30% perempuan. Ketentuan 30 persen keterwakilan kaum perempuan sebagai bakal calon legislatif pada Pemilu 2014 kali ini merupakan keharusan dan apabila tidak, maka akan ditolak oleh KPU. Maka
10
Abdul Hady, Menunggu Kiprah Perempuan di Ranah Publik,
http//m.santrinews.com/akbar/Daerah/363/menuunggu-kiprah-perempuan-di-ranah-publik/2013/06/14//(Senin,8 Juni 2015)
(23)
dari itu perekrutan keterwakilan kaum perempuan harus diusahakan semaksimal mungkin untuk mencukupi kuota yang tersisa.11 Partai PPP Pamekasan juga mengalami kesulitan dalam pemilihan calon legislatif perempuan yang justru sangat sedikit peminatnya. PPP terus mengajak kepada aktivis perempuan di Pamekasan untuk ikut berkiprah di dunia politik, termasuk kalangan muslimat.
Di Kabupaten Pamekasan partai politik yang memiliki keterwakilan perempuan di DPRD berdasarkan hasil Pemilu Legislatif periode 2009 lalu hanya dua partai yaitu dua orang perempuan dari 41 anggota legislatif yang lolos, yakni Partai Golkar yang di wakili oleh Hj. Soetrisni dan Partai Demokrat yang di wakili oleh Nur Fatilah. Sedangkan partai-partai lain, seperti PPP, PAN, PBB, PKNU, serta Partai Gerindra, termasuk PKS tidak ada anggota legislatif dari unsur perempuan yang terpilih di DPRD Pamekasan.
Menyadari keterwakilan perempuan dalam parlemen masih rendah, maka perempuan harus meningkatkan usaha dan melakukan gerakan untuk memajukan perempuan dalam politik. Untuk hal ini perlu dukungan dari seluruh perempuan di Indonesia, Para perempuan baik yang berada di pemerintahan, di legislative, yang bekerja sebagai karyawan swasta, buruh pabrik, ataupun professional harus turut serta mendukung usaha meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen. Bila keterwakilan
11Ratna Putri,”Parpol Di Pamekasan Kekurangan
Caleg”, http://www.lensaindonesia.com/2013/03/05/parpol-di-pamekasan-kekurangan-caleg-perempuan.html.diakses pada tanggal:rabu,18/04/2015
(24)
perempuan dalam parlemen cukup signifikan maka perempuan dalam parlemen akan dapat mendorong berbagai kebijakan yang berpihak kepada perempuan dan meningkatkan pengawasan terhadap program dan anggaran, baik pada level perencanaan maupun pencapaian pembangunan.
Dalam penetapan pemilihan dan jumlah anggota DPRD Kabupaten Pamekasan dalam pemilihan umum peiode 2014 mendapatkan 45 jumlah kursi dari 731.072 penduduk dan keterwakilan perempuan dalam 45 kursi tersebut masih sangat kurang, dalam artian perempuan di DPRD kabupaten Pamekasan tidak sampai 30% yang telah di tetapkan oleh Undang-undang. Perempuan yang menempati posisi tersebut hanya kurang lebih 4% dari 45 kursi yang ada. Saat ini nama-nama ke-45 calon legislatif terpilih dan sudah dilantik pada 21 Agustus 2014alah12 :
Tabel 1.2
Daftar Nama Anggota DPRD Kabupaten Pamekasan
Dapil 1 : Kota dan Tlanakan
Nama Partai Suara
Ismail Demokrat 6.360
Taufiqurrahman Gerindra 5.041
Abdul Haq PAN 3.288
Haeri PDIP 3.627
Wardatus Sarifah Nasdem 2.837
Suryono PKS 3.316
Sri Rahayu Ningsih PBB 2.776
Maskur Rasyid PPP 2.759
12
Samsul Arifin,
http//www.m.beritajatim.com/politik_pemerinthan/215699/inilah_45_anggota_dprd_pamekasan_p eriode_2014-2019.html, Diakses pada tanggal 22 agustus 2014
(25)
Dapil 2 : Kecamatan Proppo dan Kecamatan Palengaan
Nama Partai Suara
Muhammad Sahur
PPP 13.140 Anwar Syamsidi PPP 8.184
Fathorrahman PPP 5.211 Imam Hosairi PKB 4.564 Ach. Tatang Golkar 6.469
Bahrullah PBB 5.039
Apik Nasdem 4.998
Muhammad Rusi
PAN 4.755
Nur Fatilah Demokrat 2.808
Dapil 3 : Kecamatan Waru, Pasean, dan Kecamatan Batumarmar
Nama Partai Suara
Andi Suprto PPP 8.373
Muksin PPP 5.655
Munaji PKB 5.671
Faruk ali PKB 5.013
Suli Faris PBB 5.735
Iskandar Zulkarnain
PBB 5.227
Moh. Tharmom PAN 6.191
Moh. Ali Demokrat 3.150
Al Anwari PKS 4.273
Hasyim Nasdem 4.581
Fadli Golkar 3.720
Dapil 5 : kecamatan Pademawu, Galis, dan Kecamatan Larangan
Nama Partai Suara
Muhammad Karimulla
Gerindra 6.149
Iskandar PPP 6.264
Hermanto Demokrat 5.360 Rize Ikhwan
muttaqin
Golkar 4.848
Samsuri PKB 5.111
Muhammad Hadari
Nasdem 2.775 Agus Sukarmadi PDIP 4.850
Moh. Hosnan PAN 5.481
Harun Suyitno PKS 2.268 Dapil 4 : Kecamatan Kadur, Pakong, dan
Kecamatan Pangetanan
Nama Partai Suara
Halili PPP 9.004
Ahmadi PPP 4.568
Moh. Zaiful PKB 6.563
Rida’i Gerindra 6.498
Zainal Abidin PAN 3.313 Robbi Fernandi Demokrat 4.702
Imam Syafi’i
Yahya Golkar
4.516
(26)
Dari data yang di atas hanya tiga orang perempuan yang dapat mewakili partainya untuk mencalonkan diri sebagai calon legislatif kabupaten Pamekasan 2014 yakni Sri Wahyu Ningsih (PBB) dan Wardatus Safira (Nasdem) yang ditempatkan di Kecamatan Tlanakan, dan Nur Fatilah (Demokrat) yang di tempatkan di kecamatan Proppo dan Palengaan. Namun jika dilihat dari hasil suara yang tertera di atas kuantitas perempuan masih sangat kecil. Dilihat dari banyaknya suara yang di dapat oleh caleg laki-laki. Jika di jumlah dengan keseluruhan suara yakni 229.369. Dari caleg perempuan untuk keseluruhannya ada 8.421 suara dan 220.948 suara untuk keseluruhan caleg laki-laki. Alokasi jumlah kursi DPRD Pamkasan 45 kursi yang di perebutkan caleg sebanyak 663 orang pemilu yang ada di wilyah tersebut.13 Dari 45 anggota DPRD Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Periode 2009-2014, yang lolos kembali hanya 14 orang atau hanya 31 persen. Hal itu diketahui setelah rekap manual hasil pemilu 2014 selesai digelar oleh KPU Kabupaten Pamekasan.
Jika dilihat dari visi dan misi yang di lontarkan dari beberapa calon legislatif perempuan di Pamekasan, dapat dilihat bahwa banyak calon angkatan 2014 yang ingin merubah kehidupan masyarakat Madura Pamekasan menjadi lebih baik dan berpendidikan. Juga beberapa dari mereka
yang mencalonkan legislatif bertujuan untuk memperbaiki dan
13
Anggota Dewan PKS Se Jawa Timur 2009,Hasil Pemilu 2009,PKS Kab Pamekasan,Diposkan oleh penggerak.bangsa di 07.28,di akses pada tanggal 13/04/2014
(27)
mensejahterakan perempuan Madura Pamekasan menjadi lebih baik dalam sosial dan pekerjaan untuk menjadi perempuan yang lebih aktif dan kreatif.
Partai-partai politik memainkan peran penting dalam mempengaruhi jumlah perempuan yang terpilih masuk ke parlemen. Bahkan saat ini, partai-partai politik belum menunjukkan komitmen yang kuat dan rumusan-rumusan kebijakan mengenai kesempatan yang setara bagi anggota perempuan agar terpilih sebagai fungsionaris partai dan anggota parlemen. Cara partai-partai politik menyusun daftar calon mereka untuk jabatan pilihan, berapa banyak perempuan dimasukkan dalam datar-daftar itu, dan apakah perempuan ditempatkan pada posisi-posisi yang dapat dipilih sejauh ini mengindikasikan kurangnya perhatian dan komitmen bagi representasi perempuan. Dalam beberapa hal, tindakan-tindakan diskriminatif dilakukan oleh fungsionaris partai politik terhadap anggota perempuan mereka sendiri dalam menyeleksi para calon mereka untuk parlemen daerah dan nasional.14
Tidak ada strategi terpadu untuk menarik lebih banyak perempuan kedalam partai politik. Perempuan tidak terdorong dan ada kekosongan program untuk mensosialisasikan dan melatih anggota partai wanita untuk menjadi kader partai yang memenuhi syarat dan berkemampuan tinggi. Pengaturan kegiatan organisasi oleh partai-partai politik menunjukkan tiadanya usaha mempelajari kebutuhan dan kepentingan perempuan. Sering
14
Ana Fitriana,Jurnal:Strategi Kampanye Calon Legislatif Pemilu DPR RI Dari Partai Persatuan Pembangunan(studi kasus: Stratehi Kampanye Caleg Perempuan DPR RI dari Partai PPP Dapil JABAR dalam Memenangkan Pemilu 2014) hal:4
(28)
ditemukan adanya pertentangan jadwal antara event-event dan rapat-rapat partai politik dengan para anggota perempuan mereka sendiri yang harus bertanggung jawab untuk urusan rumah tangga mereka sendiri. Ada kekurangan dari rumusan kebijakan dan program-program resmi oleh partai-partai politik yang menyoroti dan menekankan pentingnya kebutuhan, kepentingan dan isu-isu perempuan dalam partai-partai itu sendiri, di parlemen dan dalam kehidupan publik.
Selain itu juga perbedaan dari pola rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik dapat juga dilihat dari metode rekrutmen politik yang dilakukan, baik menggunakan metode ilmiah ataupun dengan mengunakan metode non ilmiah. Dalam proses tersebut, metode rekrutmen politik tersebut bersangkutan dengan ada tidaknya pedoman yang dijadikan acuan serta digunakan dalam menentukan calon legislatif yang usung. Berkaitan dengan mekanisme sistem pemilu yang menentukan pada sistem proposional terbuka seidaknya juga mengharuskan partai politik yang lebih selektif dalam melakukan kecenderungan untuk melakukan rekrutmen politik. Tujuannya agar kualitas serta integritas calon legislatif sesuai dengan yang dicita-citakan oleh masyarakat serta agar masyarakat tidak salah pilih nantinya.
Dari latar belakang yang telah terurai, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai fenomena keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Pamekasan. Dengan melihat uraian yang telah di dapat sebelumnya, peneliti ingin lebih menganalisa keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Pamekasan dengan meneliti langsung ke kantor DPRD Pamekasan.
(29)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana rekrutmen DPRD perempuan saat memasuki partai hingga menjadi calon legislatif?
2. Motif apa yang melatarbelakangi perempuan untuk menjadi anggota Legislatif Kabupaten Pamekasan?
C. Tujuan
Melihat dari latar belakang dan rumusan masalah dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan perekrutan DPRD perempuan di Pamekasan mulai perekrutan menjadi kader partai hingga calon legislatif
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan seperti apa motif yang melatarbelakangi perempuan untuk menjadi anggota legislatif.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terutama: 1. Secara teoritis:
Penelitian ini akan menambah khazanah dalam disiplin ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu politik. Di sisi lain, bermanfaat untuk mengetahui dan memahami teori, konsep, maupun isu yang sedang berkembang. Serta dapat menjadi bahan kajian awal yang dapat ditindak lanjuti dengan penelitian lebih luas dan mendalam tentang fenomena keterwakila perempuan di DPRD Pamekasan-Madura pada periode 2014
(30)
2. Secara praktis:
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan secara realitas seperti apa Fenomena keterwakilan perempuan pada periode 2014 di Kabupaten Pamekasan. Di sisi lain, bisa menjadi referensi bagi masyarakat dalam kehidupan sosial dan politik. Serta penelitian ini diharapkan akan menjadi pemicu bagi perempuan dalam berpartisipasi di partai politik dan Legislatif.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah penelitian dan pembahasannya, diperlukan adanya sistematika pembahasan. Berikut peneliti akan menjelaskan sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini mengawali seluruh rangkaian pembahasan penelitian. Dalam bab pendahuluan ini telah terangkum konteks penelitian atau latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan judul dan sistematika pembahasan.
Bab II : Kerangka Konseptual dan Teori
Bab ini akan menjelaskan mengenai kajian pustakaan yang berkenaan dengan isi penelitian. Dalam hal ini perspektif teoritis tentang Fenomenologi untuk memperkuat pembahasan judul terkait fenomena keterwakilan perempuan di kabupaten Pamekasan. Di perkuat dengan kajian teoritis tentang Undang-undang kebijakan 30% keterwakilan perempuan di ranah pubik.
(31)
Bab III : Metode Penelitian
Bab metode penelitian ini membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian yang digunakan. Selain itu dipapakan pula lokasi penelitian, subyek penelitian, jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validasi data dan yang terakhir adalah tentang analisis data.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pemmbahasan
Bab ini disajikan data-data temuan dilapangan yang sesuai dengan fokus penelitian. Data temuan tersebut kemudian dianalisis menggunakan teori yang telah di paparkan dalam bab II. Data tersebut meliputi Fenomena Keterwakilan Perempuan di DPRD Kabupaten Pamekasan-Madura.
Bab V : Penutup
Bab penutup ini mengakhiri dari pembahasan penelitian. Pada bab ini disajikan dalam dua bentuk yaitu kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dan saran atau rekomendasi dari peneliti.
(32)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teoritis
1. Pengertian Fenomenologi
Sketsa fenomenologis adalah sebuah metodelogi berfikir yang
mengutamakan aktivitas pemikiran akal budi yang bersifat memberikan
refleksi, gambaran, terhadap berbagai aktifitas keseharian yang
berkesinambungan.1Aliran fenomenologi lahir sebagai reaksi metodelogi positivistik yang di perkenalkan Comte. Husserl berpendapat bahwa ilmu positif memerlukan pendamping dari pendekatan filsafat fenomenologis. Pemahaman Husserl di awali dengan ajakan kembali pada sumber atau kembali pada realitas yang sesungguhnya.2
Bapak dari fenomenologi adalah Edmund Huserl, karyanya yang terpenting diterbitkan pada akhir dekade abad 19 adan awal abad ini.3Secara etimologi, fenomenologi adalah ratusan dari fenomenon dan logos. Kata logos
(yang disini menjadi logi) lazimnya menunjukan pada pengertian uraian, percakapan, atau ilmu, seperti yang dilekatkan pada disiplin psikologi, sosiologi, antropologi, atau etnologi. Fenomenologi adalah istilah yang digunakan secara luas dalam berbagai pengertian dalam filsafat modern, yang
1Ester sonya Ulfaritha Lapalu, Jurnal:”Societas Indonesia Masa kini: Diskursus Fenomenologi
Tentang Agama, Politik, Hukum, Budaya Dan Postmodernitas”,vol.7, No.4, Okt-Des 2013, hal:461
2 Wirawan,
Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: KENCANA,2012) hal: 134
3
Ian Craib, Teori Teori Sosial Modern ( Jakarta: CV Rajawali,1986) hal:126 21
(33)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
memiliki pokok persoalan “fenomena”.4
Fenomenologi adalah bukan semata memeriksa, melainkan merefleksikan berbagai pengalaman yang unik dari
setiap individu yang membentuk kesadaran sehingga membentuk
pengetahuannya tentang suatu (entah politik, hukum, kehidupan sosial budaya termasuk dalam memaknai arti dirinya bagi orang lain).
Fenomenologi Husserl merupakan usaha spekulatif untuk menentukan hakikat yang seluruhnya didasarkan atas pengujian dan penganalisisan terhadap yang tampak. Ia juga berpendapat bahwa fenomenologi memberi pengetahuan yang perlu dan esensial mengenai apa yang ada. Dalam berbagai tahap penelitiannya, ia menemukan objek-objek yang membentuk dunia yang kita
alami. Dengan demikian, fenomenologi bisa dijelaskan seagai metode „kembali ke benda itu sendiri’, dan ini disebabkan karena benda itu sendiri merupakan
objek kesadaran langsung dalam bentuk yang murni. Aspek fenomenologi Husserl yang berusaha menggali perangkat hukum kesadaran manusiawi yang esensial serta kait-mengait disebut Fenomenologi Transendental.5 Fenomenologi Husserl yang bertolak dari suatu pengandaian bahwa pengalaman tidak hanya diberikan kepada individu melainkan bersifat
intensional. Dalam arti bahwa pengalaman itu melibatkan orang yang mengarahkan perhatiannya kepada objek-objek pengalamannnya. Singktatnya bahwa fenomenologi Husserl menyatakan tentang semua kesadaran adalah kesadaran akan sebuah objek dan karenanya sebagian merupakan konstruksi
4Ibid,
hal:15 5Ibid,
(34)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
individu yang mengarahkan perhatiaanya kepada objek-objek kesadarannya.6 Dengan kata lain fenomena menurut dokrin fenomenologi, dipilah menjadi dua, yakni7 :
1. Fenomeno menjuk kepada subjek-pelaku, dalam hal ini tindak subjek melakukan aktifitas. Husserl mengkonsepsikannya dengan The Subjective Appearance.
2. Fenomena menunjukan pada objek yang tamak atau Appearing Object.
Pada karya Alfred Schuzt The Phenomenology of the Social Worid (1967) pada dasarnya berputar tiga tema utama, yakni dunia sehari-hari, sosialitas, serta makna dan pembentukan makna.8 Dalam teori Schutz, juga menyebutkan konsep motif. Schutz membedakan teori ini menjadi dua pemaknaan dalam konsep motif. Pertama, motif in order to, kedua, motif because. Motif ini order to adalah motif yang dijadikan pijakan oleh seseorang untuk melakukan sesuatu yang bertujuan mencapai hasil, sedangkan motif because merupakan motif yang melihat kebelakang. Secara sederhana bisa dikatakan mengidentifikasikan masa lalu sekaligus menganalisisnya, sampai seberapa memberikan kontribusi dalam tindakan selanjutnya.9 Shurtz beranggapan bahwa dunia sosial keseharian senantiasa merupakan suatu yang intersubjektif dan pengalaman penuh dengan makna. Dengan demikian fenomena yang di
6Ester sonya Ulfaritha Lapalu, Jurnal:”Societas Indonesia Masa kini: Diskursus Fenomenologi
Tentang Agama, Politik, Hukum, Budaya Dan Postmodernitas”,vol.7, No.4, Okt-Des 2013, hal:461
7
Abdullah Khozim Afandi,Fenomenologi: Pemahaman Terhadap Pikiran-Pikiran Edmund Husserl (Penerbit: eLKAF, Surabaya 2007) hal: 138
8
Alex Sobur, Filsafat Komunikasi, penerbit: PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2013, hal:64 9
Tom Campbell, Tujuh teori Sosial Sketsa, Penilaian, dan Perbandinan (Yogyakarta: Kanisius, 1994) hal: 270
(35)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
tampakan oleh individu merupakan refleksi dari pengalaman transendetal dan pemahaman tentang makna.10
Fenomenologi menekankan bahwa keunikan spirit manusia membutuhkan beberapa metode yang khusus sehingga seseorang mampu memahaminya secara autentik. Menurut Max Weber, dalam memahami sosial budaya maka di perlukan beberapa metode khusus dalam rangka memahami makna tindakan orang lain. Metode ini mengarah pada suatu tindakan bermotif pada tujuan, yang hendak di capai atau di sebut in order to motive. Menurut Max Weber untuk memahami motif dan makna tindakan manusia itu pasti terkait dengan tujuan. Dengan begitu tindakan individu adalah suatu tindakan subjektif yang merujuk pada suatu motif tujuan yang sebelumnya mengalami proses intersubjektif berupa hubungan tatap muka antar person yang bersifat unik.11
Dari sini dapat diartikan, fenomenologi tertarik dengan pengidentifikasian masalah ini dari dunia pengalaman inderawi yang bermakna kepada dunia yang penuh dengan objek-objek yang bermakna, suatu hal yang terjadi dalam kesadaran individual kita secara terpisah dan kemudian secara kolektif, di dalam interaksi antara kesadaran-kesadaran. Bagian ini adalah suatu bagaian dimana kesadaran bertindak (acts) atas data inderawi yang masih mentah, untuk menciptakan makna, didalam cara yang sama sehingga kita bisa melihat sesuatu yang bersifat mendua dari jarak itu, tanpa masuk lebih dekat. Mengidentifikasikannya melalui suatu proses dengan menghubungkannya
10 Wirawan,
Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: KENCANA,2012)hal:136
11
(36)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dengan latar belakangnya.12 Fenomenologi mempunyai tugas meneliti produksi (sintesa) dari kesadaran itu, yaitu konstitusi suatu benda dalam pelbagai segi yang menampakan dirinya. Pendek kata harus diselidiki ialah soal bagaimana terjadi saya melihat, meraba, dan mendengar hanya satu benda meskipun pintu masuk berbeda-beda.13
Pada kesan pertama fenomenologi terkesan pada level individual. Artinya fenomenologi hanya cocok untuk memahami kesadaran perorangan dan bukan kelompok. Namun dalam teori fenomenologi ini juga menunjukan bahwa bisa
digunakan untuk memahami “yang politis” (the political) itu sendiri.
Fenomenologi juga dapat menjadi landasan teori untuk memahami sejarah terjadinya komunitas politis, mulai dari komunitas kultural tradisional, sampai menjadi komunitas politis legal modern, seperti yang kita kenal sekarang ini. Dengan demikian sebagai sebuah pendekatan, fenomenologi cukup lentur di gunakan, bahkan untuk memahami politik itu sendiri.14
Dari uraian diatas, penelitian ini juga termasuk dalam fenomenologi yang memakai motif Schutz (motif in order to dan motif because). Dengan melihat pada motif in order to dan motif because yang memiliki kemampuan untuk
melakukan sesuatu dengan bertujuan mencapai hasil dengan
mengidentifikasikan masa lalu sekaligus menganalisanya. Maka penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mendeskripsikan perekrutan DPRD perempuan
12
Ibid, hal: 129 13
M.A.W. Brourwer, Alam Manusia dalam Fenomenologi (Jakarta: PT Gramedia, 1988) hal: 31-32
14
(37)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
saat memasuki partai hingga menjadi calon legislatif di Pamekasan dan untuk mengetahui juga mendeskripsikan motif yang melatarbelakangi perempuan untuk menjadi anggota legislatif. Karena dengan teori fenomenologi ini peneliti dapat merefleksikan pengelaman dari setiap subjek yang di dapat dalam proses penelitian yang berlangsung.
2. Kebijakan Keterwakilan Perempuan dalam Hak Politik
Partasipasi politik merupakan kata kunci untuk melihat sejauhmana perempuan terlibat dan dilibatkan dalam upaya membangun pemerintahan yang bersih, transparan, dan demokratis. Perwujudan kepemerintahan yang baik (good Governance) antara lain ditandai dengan adanya mekanisme dalam proses pengambilan keputusan dalam menyalurkan aspirasi warga bangsa, mendiskusikan gagasan secara terbuka, dan keterlibatkan warga bangsa dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Politik adalah keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan, baik bagi perempuan maupun masayarakat lain atau individu sebagai bagian dari negara. Ketika perempuan duduk di lembaga-lembaga negar, punya porsi kapasitas, otoritas dan kewenangan mengambil keputusan. Perempuan seolah alergi politik. Padahal dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dari sebuah keputusan. Apapun yang berkaitan dengan pribadi, sebenarnya berpolitik. Tetapi itu tidak disadari. Jika berbicara politik perempuan di tarik dengan dikotomi.
Secara historis perempuan dalam politik di Indonesia telah menjadi kenyataan. Pada masa awal kemerdekaan tokoh-tokoh perempuan yang
(38)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menduduki posisi penting dalamkementrian negara ataupun anggota legislatif antara lain Tri murti, Supeni, Rasuna Said dan sebagainya. Pada masa Orba lebih banyak eli-elit perempuan yang duduk di kementrian, angota DPR?MPR, Bupati dn sebagainya. Era reformasi mengangkat Megawati sebagai Presiden RI, sedang perempuan yang duduk di legislatif dan eksekutif lebih banyak lagi. Meskipun peran perempuan di bidang politik bukan sesuatu yang baru, namun harus diakui kualitasnya masih perlu ditingkatkan terutama dalam pengambilan keputusan politik penting.
Dalam politik ada budaya patriarkhi yang mengkondisikan perempuan tidak pernah dilibatkan dalam proses-proses politik. Peran politik dan non politik dibedakan secara gender. Kondisi sosial budaya dan struktur yang dominan patriarkhi menjadikan perempuan hanya berkiprah diwilayan non politik. Dalam aplikasi praktis politik justru banyak intrik. Ada pengkondisian akademis dalam isu formal. Dilembaga-lembaga formal, politik selalu diartikan sempit. Politik hanya terjadi jika berbicara politik. Bicara partisipasi perempuan dalam politik dianggap sama dengan penguasa perempuan dalam partai.15
Domokrasi harus di wujudkan dengan mengikutsertakan mayoritas penduduk perempuan 57%. Tanpa keterwakilan perempuan di eksekutif dan legislaif, belum ada demokrasi. Jika tidak imbang akibatnya kebutuhan perempuan sering di abaikan dan di diskriminasi UU. Dalam konteks
15
Hesti Armiwulan dan Dian Noeswantari,Menggugat Hak Politik Perempuan (Jakarta: Konsorsium Swara Perempuan (KSP) dan The Ford Foundation, 2005) hal:83
(39)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
konstalasi politik sekarang ada keterwakilan antara perempuan dan pemilu. tiga hal harus dibicarakan, yaitu : sistem, parai, dan kultur politik. Kultur politik masyarakat termasuk politkus, belum bisa menerima keterwakilan perempuan dalam strategi diskriminasi positif melalui kuota. Kultur politik tidak kondusif bagi perempuan. Berkaitan dengan pemilu, ada paket regulasi yang selalu baru tiap lima tahun. Di Indonesia pemilu normal berlangsung tiap lima tahun. Untuk pemilu 2004 paket undang-undang poliitiknya adalah undang-undang parpol, undan-undang pemilu, dan undang-undang susunan dan kedudukan. Tidak ada undang-undang politik an sich. Ada beberapa sistem pemilu yakni sistem proposional, mayoritas atau pluralitas, dan semi proposional. Ada sistem pemilu yang mungkin perempuan berpeluang besar. Misalnya sistem proposional yang punya varian banyak, representasi proposional atau mix member proposional. Partai politik juga sangat berperan besar karena peran perempuan sangat tergantung dari partai politik. Semakin terbuka struktur organisasi partai, makin demokratis, makin besar peluang perempuan.16
Kesadaran akan pentingnya HAM dalam wacana global muncul bersamaan dengan kesadaran akan pentingnya menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan (human centred development). Konsep HAM berakar pada penghargaan terhadap manusia sebagai makhluk berharga dan bermartabat. Konsep HAM menempatkan manusia sebagai subyek, bukan obyek dan tidak melakukan diskriminasi terhadap manusia atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin, jenis gender, suku bangsa, bahasa, maupun agama. HAM
16Ibid, hal:88
(40)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
mengajarkan prinsip persamaan dan kebebasan manusia sehingga tidak boleh ada diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan terhadap manusia dalam bentuk apa pun. Hak politik selain tercantum dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), ditemukan juga di dalam berbagai dokumen historis tentang HAM, seperti dokumen Rights of Man France (1789), Bill of Rights of USA (1791) dan International Bill of Rights (1966). DUHAM menyebut istilah basic human rights yaitu hak asasi manusia paling mendasar dan dikategorikan sebagai hak paling penting untuk diprioritaskan dalam berbagai hukum dan kebijakan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Walaupun, secara eksplisit tidak dijumpai penjelasan rinci tentang hak-hak apa saja yang termasuk di dalam basic human rights, namun, secara umum mencakup hak hidup, hak atas pangan, pelayanan medis, kebebasan dari penyiksaan, dan kebebasan beragama. Kelima hak paling fundamental tersebut, dan juga hak-hak lain didasarkan pada satu asas fundamental, yaitu penghargaan dan penghormatan terhadap martabat manusia. Secara khusus, hak politik
perempuan dalam DUHAM tertuang dalam pasal 2: “setiap orang berhak atas
semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini tanpa perkecualian apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat yang berlainan, asal mula kebangsaan atau
kemasyarakatan, hak milik, kelahiran, ataupun kedudukan lain.”17
17
Bambang Rudi Harnoko,Jurnal: Pendidikan Politik Perempuan Dalam Konteks Negara Demokrasi,Vol 4,No 2,Desember 2012, hal:140
(41)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Selanjutnya, dinyatakan secara lebih rinci dalam Kovensi Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik pasal 25 dan 26. Kovensi ini telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui UU No. 12 Tahun 2005. Sedangkan, Deklarasi New Delhi tahun 1997 menegaskan, hak politik perempuan harus dipandang sebagai bahagian integral dari hak asasi manusia (HAM). Jika kita mengakui hak asasi manusia berarti kita pun harus mengakui hak politik perempuan. Hak politik perempuan tidak boleh dipisahkan dari HAM. Sebagai manusia, perempuan berhak berkiprah dalam politik seperti laki-laki. Politik harus melibatkan perempuan dan laki-laki sebagai subyek. Sejatinya, setiap perempuan, baik sebagai warga negara maupun sebagai manusia menyadari akan hak politik mereka, demikian pula potensi-potensi yang terkandung di balik hak-hak tersebut.18
Pemenuhan hak politik perempuan di Indonesia, di samping mengacu kepada instrumen internasional mengenai HAM, juga mengacu kepada sumber hukum nasional Indonesia. Pertama, Pancasila sebagai ideologi negara. Kedua, konstitusi, khususnya UUD 1945 hasil amandemen kedua, pada pasal-pasal 28 A sampai J tentang HAM, dan ketiga dalam bentuk sejumlah undang-undang nasional yang berkaitan dengan penegakan HAM. Di antaranya, UU No. 68 Tahun 1958 tentang Ratifikasi Konvensi Internasional tentang Hak Politik Perempuan, UU No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Internasional mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan
18Ibid,
(42)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
(khususnya pasal-pasal 7-8), UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (khususnya pasal 43, 45-51), UU No. 29 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Diskriminasi Rasial.19
Dengan diaturnya hak politik perempuan sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia dalam berbagai peraturan perundangan baik nasional maupun internasional, seharusnya membuat yakin bagi kaum perempuan (Indonesia), untuk mengembangkan dirinya dan potensinya dalam setiap kegiatan politik untuk menyuarakan keinginan kaum perempuan. Keyakinan tersebut dibangun dengan pondasi bahwa hak berpolitik adalah Hak Asasi Manusia, berarti hak berpolitik merupakan hak yang melekat pada setiap diri manusia dan
merupakan kodrat yang diberikan oleh sang pencipta kepada semua mahluk baik laki-laki maupun perempuan tanpa perbedaan, sehingga kondisi ini seharusnya bisa menjadikan kaum perempuan merasa percaya diri bahwa tidak ada perbedaan apapun secara sosial politik dengan kaum laki-laki. Sehingga perempuan mempunyai peran, akses dan kontrol yang sama untuk berperan dan menduduki posisi tertinggi dalam kancah perpolitikan demi memperjuangkan kepentingan kaum perempuan.
Penjelasan diatas akan sesuai dengan judul penelitian yang akan diteliti yakni fenomena keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Pamekasan, dengan melihat undang-undang yang mendukung keterwakilan perempuan untuk ikut andil dalam politik. Setelah memahami beberapa undang-undang yang mendukung keterwakilan perempuan, peneliti akan melihat dan
19Ibid, hal:141
(43)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menganalisa hasil yang akan diteliti dengan tujuan untuk menerapkan kuota 30% yang sudah di tetapkan pada undang-undang.
B. Penelitian Terdahulu
Selain di dukung data-data informan melalui wawancara, peneliti juga melakukan tinjauan pustaka atau penelitian terdahulu :
1. Abd. Rohim : “Problematika Keterwakilan Perempuan di DPRD Kota
Yogyakarta Periode 2004-2009”, (Skripsi).
Selama dua periode tahun 2004-2009 problem keterwakilan
perempuan di lembaga DPRD Kota Yogyakarta belum sejalan dengan
demokrasi, undang-undang yang selama ini dibuat untuk
memberdayakan perempuan demi mendapatkan hak-haknya belum menghasilkan perubahan. Faktor yang berpengaruh terhadap kepemimpinan perempuan adalah kurangnya peran aktif perempuan dalam kebijakan publik sebagai anggota DPRD untuk memperoleh haknya sesuai amanat Undang-Undang 1945.
2. Fanina Fanindita, “Rekrutmen Politik Tehadap Perempuan Dalam
Partai Politik dan Parlemen. Suatu Studi DPRD Tingkat 1 Periode 2004-2009 di Sumatra Utara”, (Skripsi)
Penelitian ini membahas tentang upaya memenuhi kuota 30% perempuan untuk calon anggota legislatif, yang secara empirik dan faktual terdapat kendala yang menyebabkab keterwakilan perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat sangat rendah yakni masih adanya
(44)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
anggapan bahwa dunia politik adalah dunianya laki-laki, dimana sistem dan struktur sosial patriakhi telah menempatkan perempuan pada posisi yang tidak sejajar dengan laki-laki, masih sedikitnya perempuan yang terjun kedunia politik dan rendahnya pengetahuan perempuan tentang politik, serta dukungan partai politik yang belum besungguh-sungguh terhadap perempuan.
3. Rosita Novi A, “Kebijakan Partai Politik Dalam marespon Pemberlakuan Kuota 30% Keterwakilan Perempuan Dalam Pencalonan Anggota Legislatif Pada Pemilu 2009. Studi Kasus: pada
partai PDI Perjuangan dan PKS Surakarta”
Penelitian ini membahas tentang kebijakan dan hambatan-hambatan PDI Perjuangan dan PKS dalam merespon pemberlakuan kuota 30% keterwakilan perempuan dalam pencalonan anggota legislatif di kota Surakarta.
4. Jurnal Sosial Demokrasi, 2009, Nur Iman Subono, ”Menuju
Representasi Politik Perempuan yang lebih Bermakna”.
Meskipun memang sangat strategis, kita pun tahu bahwa perjuangan kuota 30% hanyalah salah satu elemen utama dalam upaya mempromosikan representasi politik perempuan. Sudah saatnya, setelah melalui 3 pemilu pasca Orde Baru, kalangan perempuan
memperluas makna representasi politik perempuan tersebut.
Keterlibatan perempuan dalam sistem politik untuk tujuan representasi memang diperlukan, tapi sudah pasti tidak memadai karenanya ini
(45)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
harus diimbangi dengan tindakan-tindakan politik dalam kelompok-kelompok dan juga gerakan perempuan.
Artinya, go politics dari kalangan perempuan tidak hanya sebagai kegiatan untuk memasuki proses, mekanisme, lembaga dan sistem politik. Tapi ada dua dimensi utama di sini yakni yang menyangkut upaya untuk mempengaruhi proses-proses pengambilan keputusan publik dan usaha untuk membangun basis sosial representasi politik perempuan baik melalui lembaga-lembaga representasi politik, baik formal maupun informal dan partisipasi langsung. Ada rekoneksi antara gerakan perempuan yang menjadi bagian dari gerakan sosial, dengan aksi politik, yang merupakan bagian dari demokrasi representasi.
5. Imas Rosidawati Wr,SH.,MH, “Keterwakilan Perempuan Di Dewan Perwakilan Rakyat, Kesiapan partai Politik Dan Perempuan Indonesia Di Arena Politik Praktis”, (Jurnal).
Jurnal ini menakankan bahwa Didalam upaya memenuhi kuota 30% perempuan untuk calon anggota legislatif, secara empirik dan faktual terdapat kendala yang menyebabkab keterwakilan perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat sangat rendah yakni masih adanya anggapan bahwa dunia politik adalah dunianya laki-laki, dimana sistem dan struktur sosial patriakhi telah menempatkan perempuan pada posisi yang tidak sejajar dengan laki-laki, masih sedikitnya perempuan yang terjun kedunia politik dan rendahnya pengetahuan
(46)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
perempuan tentang politik, serta dukungan partai politik yang belum besungguh-sungguh terhadap perempuan.
(47)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB III Metode Penelitian
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah, dengan maksud menefsirkan fenomena yang terjadi dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.1 Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti berusaha menungkapkan realita yang ada dengan cara mendeskripsikan keadaan tersebut. Dalam hal ini peneliti akan mendeskripsikan mengenai fenomena keterwakilan perempuan di Kabupaten Pamekasan. Dengan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian, maka peneliti akan menghasilkan data deskriptif berupa informasi-informasi tertulis atau lisan dari orang-orang terkait.2
Adapun dalam pelaksanaan penelitian kualitatif ini, metode pendekatan yang digunakan adalah jenis penelitian fenomenologi. Yaitu melakukan pendekatan pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui.3 Sehingga untuk mendapatkan data, peneliti harus terjun kelapangan dengan melakukan pendekatan langsung pada subjek penelitian.
1
Lexy j.Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdarkarya,2006) hal: 5
2
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1994),hal: 14 3
Lexy. Moleong, Metodelogi Penelitian, hal: 15
(48)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
B. Lokasi Penelitian
Dalam tradisi penelitian kualitatif, penelitian tidak ditujukan untuk membuat generalisasi atas suatu fenomena atau realitas sosial, melainkan lebih pada upaya pemberian pemahaman atas suatu gejala tersebut. Karena itu penelitian kualitatif membutuhkan lokasi sosial tertentu sebagai latar alamiah permasalahan guna pijakan dalam memberikan suatu pemahaman atau penggambaran secara menyeluruh. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di kantor DPRD Kabupaten Pamekasan di Jl.Kabupaten Pamekasan no.107 Madura, Jawa Timur.
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada fokus penelitian yaitu tentang fenomena keterwakilan perempuan di DPRD kabupaten Pamekasan. Alasan untuk mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Pamekasan adalah karena keterwakilan di DPRD Kabupaten Pamekasan dikatakan masih kurang dan menjadi sebuah ketertarikan peneliti untuk mengungkap fenomena keterwakilan perempuan di DPRD Pamekasan. Selain itu karakteristik penduduknya yang beragam, terutama di sektor pertanian, perdagangan dan jasa akan memperkaya perspektif warga Kabupaten Pamekasan terhadap konstelasi perpolitikan di Kabupaten Pamekasan. Kabupaten Pamekasan juga memiliki keunikan tersendiri terutama mengenai trend keterwakilan politik perempuan di parlemen yang mengalami pasang surut (fluktuatif). Selain itu posisi mereka yang berada di tengah budaya masyarakat yang cenderung patriarki, dengan kekuatan dan kekuasaan, baik secara kultural maupun struktural terpusat pada laki-laki, membutuhkan strategi pemenangan serta
(49)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
program kerja yang strategis dari masing-masing anggota legislatif terpilih perempuan di Kabupaten Pamekasan.
C. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu: 1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data utama dan kebutuhan mendasar dari penelitian ini. Sumber data diperoleh dari informan saat peneliti terjun langsung ke lapangan tempat penelitian. Beberapa informan akan dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian, yang berkaitan dengan tema penelitian.
Informan adalah orang yang bisa memberikan informasi tentang situasi dan juga kondisi latar penelitian.4 Informan bukan hanya sebagai sumber data, melainkan juga aktor pelaku yang menentukan berhasil atau tidak penelitian berdasar hasil informasi yang diberikan. Informan yang akan diwawancarai adalah anggota legislatif terpilih perempuan pada Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Pamekasan dan partai pengusung dari masing-masing anggota legislatif perempuan, yakni:
1) Nur Fatilah (anggota legislatif komisi IV)
2) Sri Rahayu Ningsih (anggota legislatif komisi II) 3) Wardatus Sarifah (anggota legislatif komisi I) 4) Hermanto (ketua partai Demokrat Pamekasan) 5) Suli Faris (ketua PBB Pamekasan)
4
(50)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6) Abdullah (ketua partai Nasdem Pamekasan) 2. Data Sekunder
Data skunder diperoleh dari sumber skunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Data skunder merupakan data pendukung dan pelengkap dari data primer. Dalam penelitian ini, data skunder diperoleh dengan cara dokumentasi dalam pengumpulan data. Data Sekunder adalah data penunjang sumber utama untuk melengkapi sumber data primer. Sumber data sekunder diperoleh dari hal-hal yang berkaitan dengan penelitian, antara lain buku, jurnal, artikel, koran, browsing data internet, dan juga berbagai dokumentasi pribadi maupun resmi.
3. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang bisa memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.5 Adapun teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan
sample didasarkan atas tujuan tertentu (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai sampel).6 Informan ini di butuhkan untuk mengetahui kondisi yang sesunguhnya dari narasumber yang bertujuan untuk mengetahui fenoma keterwakilan perempuan di DPRD kabupaten Pamekasan Madura. Adapun key informan yang akan dimintai data informasi sesuai judul Fenomena Keterwakilan Perempuan , yaitu:
5Ibid.,
6
(51)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Wawancara dengan Wardatus Sarifah selaku anggota DPRD Kabupaten Pamekasan perwakilan dari Nadem dapil 1 (kecamatan Tlanakan).
2. Wawancara dengan Sri Rahayu Ningsih selaku anggota DPRD Kabupaten Pamekasan dari Partai PBB dapil 1 (kecamatan Tlanakan).
3. Wawancara dengan Nur Fatilah selaku anggota DPRD Kabupaten Pamekasan dari Partai Demokrat dapil 1 (Kecamatan Proppo dan Palengaan).
4. Wawancara dengan masing-masing partai pengusung perempuan di DPRD Kabupaten Pamekasan. Yakni:
a. Muhammad Suli Faris dari Partai Bulan Bintang b. Hermanto dari Partai Demokrat
c. Abdullah dari partai Nasdem
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitiannya adalah mendapatkan data.7 Penelitian sosial merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan juga pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala sosial, yang bertujuan untuk mempelajari gejala sosial tersebut, dengan jalan menganalisisnya. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
7Ibid.
(52)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik penggalian data yang sering kali disebutkan dengan bahasa tanya jawab antara antara dua orang atau lebih. Dalam proses wawancara terjadi pecakapan dan tanya jawab antara peneliti dan subjek penelitian yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakuka untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subyektif yang dipahami individu mengenai topik yang diteliti dan untuk melakukan eksplorasi terhadap hal tersebut. Untuk hal itu tidak dapat dilakukan untuk menggunakan teknik lain selain wawancara.8
Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan adalah dengan wawancara terbuka. Pada wawancara terbuka jawaban atau keterangan yang dikehendaki dari subyek penelitian tidak terbatas.9 Sehingga subyek dapat menceritakan apa yan diketahui dengan leluasa. Data apapun itu ditampung oleh peneliti untuk dicatat dalam bentuk catatan. Kemudian data tersebut akan dirapikan dalam tahap penyusunan data.
Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan semi struktur. Sehingga sebelum melakukan wawancara, peneliti membuat pedoman wawancara yang berupa daftar pertanyaan. Hal ini tidak dimakksudkan untuk membatasi proses tanya jawab, tetapi untuk membimbing peneliti
8
E. Kristi Purwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Perilaku Manusi (Jakarta: LPSP3, 2005) hal: 127
9
Burhan Bungin (Ed), Metodelogi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001) hal: 100
(53)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dalam pendalama wawancara yang dilakukan. Adapun di dalamnya, wawancara ini bisa mengalir sesuai topik yang dirancang. Sehingga mengalirnya pembicaraan tersebut terarah sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian ini, wawancara akan di arahkan pada fokus terkait rekrutmen DPRD perempuan saat masuk partai hingga menjadi calon legislatif dan motiv apa yang melatarbelakangi perempuan untuk menjadi anggota legislatif Kabupaten Pamekasan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada anggota legislatif terpilih perempuan pada pemilu legislatif 2014 di Kabupaten Pamekasan dan masing-masing partai pengusung perempuan yang telah menjadi anggota DPRD di Kabupaten Pamekasan-Madura.
2. Dokumentasi
Teknik ini dilaksanakan dengan melakukan pencatatan terhadap berbagai dokumen-dokumen resmi, laporan-laporan, peraturan-peraturan, maupun arsip-arisp yang tersedia dengan tujuan mendapatkan bahan yang menunjang secara teoritis terhadap topik penelitian. Pada intinya metode ini digunakan untuk menelusuri data history dan sosial. Sebagian besar fakta data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi, seperti buku-buku, literatur, arsip atau dokumen pemerintah.10
10
(54)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3. Catatan Lapangan
Data hasil wawancara dan observasi perlu disimpan dalam bentuk tulisan. Hal ini akan mempermudah dalam pembacaan data dan pencarian data yag kurang. Catatan hasil wawancara kemudian dituang dalam bentuk catatan lapangan. Catatan lapangan ini bisa berupa narasi data atau coding field note. Dalam pencatatan ini, data yang di peroleh di lapangan ditulis dengan membuat deskripsi dan kemudian refleksi dari data mentah. Dari sanalah kemudian dituliskan pula daftar pertanyaan lanjutan untuk menambah dan memperdalam data.
E. Validitas Data
Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh sesuai dengan apa yang sesungguhnya. Untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh, peneliti menggunakan metode triangulasi. Triangulasi merujuk konsistensi suatu penelitian. Menurut Patton dalam menyatakan ada empat macam model triangulasi11, yaitu:
1. Triangulasi Data, yaitu peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia, artinya data yang sama dan juga sejenis akan lebih mantap kebenarannya jika digali dari sumber data yang berbeda.
2. Triangulasi peneliti yaitu hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
11
H. B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian, (Surakarta: UNS Press, 2002), 77-83.
(55)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3. Triangulasi Metodologis, yaitu peneliti mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
4. Triangulasi Teoritis, yaitu teknik ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif teori dalam membahas permasalahan yang diuji.
Pengujian data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara triangulasi data. Data akan dicek kebenarannya dengan sumber yang berbeda. Data tidak hanya berasal dari anggota legislatif terpilih perempuan pada pemilu legislatif 2014 di Kabupaten Pamekasan, namun juga data dari masing-masing partai pengusung anggota legislatif terpilih perempuan. Dengan demikian, apa yang diperlukan dari sumber satu bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis maupun sumber yang berbeda jenisnya. Karena terdapat kemungkinan data yang diperoleh dari sumber yang satu dengan yang lainnya berbeda.
F. Teknik Analisa Data
Analisa data sangat berguna dan juga penting dalam suatu penelitian karena dalam analisa data dilakukan pengorganisasian terhadap data yang sudah terkumpul di lapangan. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua teknis analisa data yaitu teknis analisa data kualitatif yang bersifat deskriptif dengan tujuan memberi gambaran mengenai
(56)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
situasi atau kejadian yang terjadi dan teknik analisa data model interaktif analisis yaitu model analisis yang terdiri dari tiga komponen analisa utama yang membentuk suatu tahapan yang dapat digambarkan sebagai berikut12, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi Data adalah memilih, memfokuskan, menterjemahkan dengan membuat catatan dengan mengubah data yang mentah yang dikumpulkan dalam penelitian ke dalam disortir atau diperiksa. Pemilih akan menyederhanakan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh. 2. Penyajian Data
Penyajian data adalah menyusun informasi dengan cara tertentu
sehingga memungkinkan dilakukan penarikan kesimpulan atau
pengambilan tindakan dengan mendeskripsikan informasi yang tersusun dan pengalaman yang di dapat saat dilapangan. Display data atau penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah merupakan langkah ketiga meliputi langkah yang telah disederhanakan, disajikan dalam pengujian data dengan cara mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan secara logis dan metodologis, konfigurasi yang memungkinkan diprediksi hubungan sebab akibat melalui hukum-hukum empiris.
12Ibid
(57)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Miles dan Hubberman memperkenalkan dua model analisa data yaitu model alir dan model interaktif. Menggunakan analisa data dengan model interaktif yang mana reduksi dan penyajian data memperhatikan hasil data yang sudah dikumpulkan, kemudian pada proses penarikan kesimpulan dan juga verifikasi. Lengkapnya perhatikan gambar berikut ini:13
Tabel 3.1
Analisa Data Model Interaktif
Telah dipaparkan di awal bahwa pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif, yang bertujuan mendeskripsikan dan menganalisa Kualitas Keterwakilan Perempuan di DPRD Kabupaten Pamekasan.
13
Ibid, 98
Pengumpulan data
Penyajian data Reduksi data
(1)
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan juga penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Motode perekrutan anggota yang di gunakan oleh partai pengusung
dari masing-masing anggota legislatif perempuan di Kabupaten
Pamekasan memiliki perbedaan, yakni sesuai dengan kebijakan yang
telah di buat oleh masing-masing partai. Perekrutan partai Demokrat
di mulai dengan pendaftaran yang di sertai dengan surat kesanggupan
untuk menjadi pengurus partai. Dalan perekrutan anggota di partai
PBB adalah di walai dengan mendaftarkan diri dan akan di tetapkan
menjadi anggota tetap di partai PBB setelah menjadi anggota selama
dua tahun. Sedangkan untuk partai Nasdem mengajukan pendaftaran
kepada calon kader dan setelah di seleksi dari pendafrtar yang sudah
terdaftar, calon anggota akan menerima sesi Interview dari pihak
partai Nasdem. Sedangkan untuk memasuki kursi legislatif ketiga
partai dari partai pengusung perempuan di Kabupaten Pamekasan
lebih mengutamakan pengurus partai yang sudah menjadi anggota
tetap selama 2 tahun.
2. Motif legislatif DPRD perempuan di Kabupaten Pamekasan untuk
mengikuti pemilu 2014 adalah ingin lebih mengetahui perpolitikan yang
(2)
89
Kabupaten Pamekasan. Berbeda dengan Sri Rahayu anggota legislatif dari
partai pengusung PBB, motifnya untuk memasuki legislatif adalah untuk
memenuhi kuota 30% yang belum terpenuhi sebelumnya.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa saran yang
peneliti ajukan agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan juga
masukan guna mendukung kompetensi strategi pemenangan anggota legislatif
terpilih perempuan pada pemilu legislatif di Kabupaten Pamekasan, yaitu:
1. Untuk partai pengusung dari setiap anggota legislatif perempaun di
Kabupaten Pamekasan harus lebih selektif dalam memilih anggota
partai perempuan karena dengan kuota yang terbatas partai juga harus
bisa menunjukan kualitas dan kuantitas angota perempuannya dengan
baik, sehingga dapat benar-benar memahami dan memberi solusi untuk
perkembangan politik dan budaya masyarakat Kabupaten Pamekasan.
2. Anggota legislatif perempuan di DPRD Kabupaten Pamekasan kiranya
harus lebih aktif dalam merespon permasalahan yang terjadi di
masyarakat dan bekerja sesuai dengan visi misi yang telah di buat sejak
awal. Karena dengan kurangnya keterwakilan perempuan di DPRD
Kabupaten Pamekasan mereka harus menunjukan kualitas diri yang
lebih baik untuk memotivasi kaum perempuan di Pamekasan agar mau
ikut serta untuk berorganisasi dan ikut andil dalam merespon
(3)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Alex, Sobur. Filsafat Komunikasi.,Penerbit: PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2013.
B.Sutopo. Metode Penelitian Kulalitatif, Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian.Surakarta: UNS Press, 2002.
Brouwer.M.A.W. Psikologi Fenomenologi. Jakarta: PT. Gramedia, 1984
Burhan, Bungin. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2009.
Craib, Ian. Teori Teori Sosial Modern. Jakarta: CV Rajawali,1986
John, Harris. Politisasi Demokrasi Politik Lokal Baru. Jakarta: Demos, 2004.
Khozim, Afandi Abdullah. Fenomenologi: Pemahaman Terhadap
Pikiran-pikiran Edmund Husserl. Penerbit: eLKAF, Surabaya, 2007.
Lexy J, Moeleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009.
Noeng, Muhadjir. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake
Sarasin, 1994.
Soetomo. Prilaku Politik Legislatif. Jakarta: Prenada, Cetakan 1, 2014
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta, 2011.
(4)
89
Wirawan. Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: KENCANA
Prenadadia Group, 2012
JURNAL
Ana, Fitriana. Strategi Kampanye Calon Legislatif Pemilu DPR RI Dari
Partai Persatuan Pembangunan (studi kasus: Stratehi Kampanye Caleg Perempuan DPR RI dari Partai PPP Dapil JABAR dalam Memenangkan Pemilu 2014).
Andi, Suwarko. EXECUTIVE SUMMARY. Judul Penelitian: Quota
Keterwakilan Politik Perempuan (Telaah Rekrutmen Pengurus Dan Caleg Di DPW PAN Jawa Timur Pada Pemilu 2014).
Bambang, Zein Siregar Pendidikan Politik Perempuan Dalam Konteks
Negara Demokrasi. Vol 4. No 2. Desember 2012.
Ester sonya Ulfaritha Lapalu, Jurnal:”Societas Indonesia Masa kini: Diskursus Fenomenologi Tentang Agama, Politik, Hukum, Budaya Dan Postmodernitas”,vol.7, No.4, Okt-Des 2013
Hesti Armiwulan dan Dian Noeswantari. Menggugat Hak Politik Perempuan.
Penerbit: Konsorsium Swara Perempuan (KSP) dan The Ford
Foundation Jakarta, 2005.
Sonya, Ulfaritha Lapalu Ester. Jurnal:”Societas Indonesia Masa kini: Diskursus Fenomenologi Tentang Agama, Politik, Hukum, Budaya Dan Postmodernitas”.vol.7. No.4. Okt-Des 2013.
(5)
90
Wahidan, Zein Siregar. 2013. ”Representasi Perempuan di DPRD, PDP,
MPR, dan DPRD 2009-2014: Komposisi, Peran dan Tantangan Perempuan Parlemen” Jurnal Perempuan vol.18 no.4.
SITUS
Abdul Hady.”Menunggu Kiprah Perempuan di Ranah Publik”.
http//m.santrinews.com/akbar/Daerah/363/menuunggu-kiprah-perempuan-di-ranah-publik/2013/06/14//(Senin,8 Juni 2015) Ahmad Subyani.”Kesetaraan Gender Pada Masyarakat Pesisir”.
http://www.scribd.com/doc/24366449/Kesetaraan-Gender-Pada-Masyarakat-Pesisir#scribd,diakses pada tanggal 15/04/2015
Anggota Dewan PKS Se Jawa Timur 2009, Hasil Pemilu 2009, PKS Kab
Pamekasan, Diposkan oleh penggerak.bangsa di 07.28,di akses pada
tanggal 13/04/2014.
Ardian.http://news.detik.com/read/2010/12/17/102310/1527041/723/kebijaka
n-peningkatan-keterwakilan-perempuan-pemilu-2004-dan-2009,di
akses pada tanggal:18/04/2015
http//wikipedia.org
Ratna Putri.”Parpol Di Pamekasan Kekurangan Caleg”.
http://www.lensaindonesia.com/2013/03/05/parpol-di-pamekasan-kekurangan-caleg-perempuan.html.diakses pada
(6)
91
NARA SUMBER
Wawancara dengan Abdullah selaku ketua partai Nasional Demokrat
(Nasdem) pada tanggal 16 Juni 2015, pukul 14.00 WIB
Wawancara dengan Hermanto selaku ketua partai Demokrat pada tanggal 12
Juni 2015, pukul 09.00 WIB
Wawancara dengan Suli Faris selaku ketua Partai Bulan Bintang (PBB) pada
tanggal 12 Juni 2015, pukul 10.20 WIB
Wawanvara dengan Nur Fatilah Selaku anggota DPRD Komisi IV, pada
tanggal 12 Juni 2014, pukul 11.00 WIB
Wawanvara dengan Sri Rahayu Ningsih Selaku anggota DPRD Komisi II,
pada tanggal 12 Juni 2014, pukul 12.30 WIB
Wawanvara dengan Wardatus Sarifah Selaku anggota DPRD Komisi I, pada