STUDI EKONOMI KEAGAMAAN GEREJA YESUS KRISTUS DARI ORANG-ORANG SUCI ZAMAN AKHIR DI SURABAYA TAHUN 2003-2015.

(1)

TAHUN 2003-2015

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

SILVY MAFISAHTIN AINUN SYAFRIDHA NIM: E82212043

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

GEREJA YESUS KRISTUS

DARI ORANG-ORANG SUCI ZAMAN AKHIR DI SURABAYA TAHUN 2003-2015

Skripsi

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Perbandingan Agama

Oleh:

SILVY MAFISAHTIN AINUN SYAFRIDHA NIM: E82212043

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

ii

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

SILVY MAFISAHTIN AINUN SYAFRIDHA. E82212043. Studi Ekonomi

Keagamaan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhirdi Surabaya Tahun 2003-2015.

Dalam teori ekonomi agama, institusi agama disebut sebagai perusahaan agama atau produsen yang menciptakan berbagai produk agama yang kemudian dipasarkan oleh distributor guna menarik konsumen agar bergabung menjadi jemaatnya. Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir adalah salah satu contoh perusahaan agama di Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa aktivitas ekonomi keagamaan yang dikembangkan di gereja tersebut dan bagaimana perkembangan data jemaatnya dalam kurun waktu antara tahun 2003-2015.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif (field research). Sumber data yang digunakan diantaranya wawancara dengan pengurus gereja, observasi program gereja, dan dokumentasi yang diperoleh dari data jemaat, artikel-artikel baik dari jurnal online maupun artikel informasi yang berasal dari gereja, foto, serta beberapa buku.

Hasil dari penelitian ini ialah bahwasanya aktivitas ekonomi keagamaan yang dikembangkan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir berbasis kekeluargaan yakni bertujuan untuk mempererat ikatan keluarga diantara para jemaatnya. Produsen gereja memproduksi berbagai produk agama yang terwujud dalam program-program kegiatan diantaranya: Pertemuan Sakramen (ibadah mingguan), Kursus Bahasa Inggris, Open House, dan lain sebagainya. Para misionaris gereja bertindak sebagai distributor yang memperkenalkan dan menyebarkan informasi-informasi tentang seluk-beluk Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir kepada konsumen melalui dakwah bersepeda, dakwah di media sosial, dan lain-lain dengan tujuan menarik konsumen agar menjadi jemaat gereja. Selain itu, dari data jemaat menunjukkan bahwa terdapat kenaikan setiap tahunnya, sehingga eksistensi Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir tetap terjaga di tengah isu yang mengatakan jika gereja ini sesat dan menyimpang.


(8)

x

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

SAMPUL DALAM... i

ABSTRAK... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN SKRIPSI... iv

PERNYATAAN KEASLIAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Metode Penelitian... 5

F. Sistematika Pembahasan... 9

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Telaah Pustaka... 11

B. Kerangka Teori... 15

1....Definisi Ekonomi Agama... 15

2....Logika Marketing Agama... 19

BAB III SEJARAH DAN AKTIVITAS EKONOMI KEAGAMAAN GEREJA YESUS KRISTUS DARI ORANG-ORANG SUCI ZAMAN AKHIR A. Sejarah Gereja... 22

1....Di Amerika... 22

2....Di Indonesia... 24


(9)

xi

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id 3....Distributor Agama... 41

BAB IV PERKEMBANGAN JEMAAT GEREJA YESUS KRISTUS DARI ORANG-ORANG SUCI ZAMAN AKHIR

A....Data Jemaat Gereja Tahun 2003-2015... 48 B....Regulasi Ekonomi Agama... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 62 B. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

1

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir di wilayah Surabaya Timur patut diapresiasi. Meskipun banyak desas-desus di masyarakat yang menganggap gereja ini menyimpang, tetapi keberadaan gereja tetap kokoh di tengah merebaknya isu tersebut. Selain itu gereja ini juga mampu berkompetisi dengan gereja-gereja lain yang ada di sekitarnya. Hal ini karena Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir berhasil mengembangkan pola aktivitas ekonomi keagamaan yang unik dan berdampak pada peningkatkan jumlah jemaat setiap tahunnya. Peningkatan tersebut tidak lepas dari peran kreatif dan inovatif produsen agama baik dalam menciptakan maupun memasarkan produk-produk keagamaan mereka.

Terkait dengan proses pemasaran tersebut, Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir memiliki manajemen pemasaran yang menarik perhatian konsumen. Contohnya para pelayan gereja menginformasikan agenda gereja kepada masyarakat dengan bersepeda. Selain itu adanya cuci kendaraan bermotor secara gratis juga menjadi cara yang unik dalam mendakwahkan ajaran agamanya. Metode pemasaran seperti inilah yang membedakan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dari gereja lainnya. Aktivitas ekonomi keagamaan yang berlangsung di gereja ini sesuai dengan kaidah teori


(11)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id ekonomi agama.

Secara sosiologis konsep ekonomi agama berbicara tentang peran agama bahwasanya sebuah agama harus peduli dengan individu (konsumen), produsen (perusahaan agama), dan produk agama dimana ketiga aspek tersebut diatur dan dikenakan pajak oleh negara.1 Laurence R. Iannaccone menyatakan ekonomi agama menafsirkan perilaku keagamaan dari perspektif ilmu ekonomi dan menerapkan teori ekonomi mikro dan teknik untuk menerangkan pola-pola perilaku keagamaan di kalangan individu, kelompok, dan budaya.2 Selain itu Finke dan Stark juga sepakat bahwa dinamika ekonomi agama merupakan model teoritis yang lebih lengkap yang dapat mengembangkan proposisi untuk menjelaskan perilaku keagamaan individu, kelompok agama yang lebih komperehensif.3

Kekreatifan para produsen gereja dalam menciptakan dan memasarkan produk agamanya kepada konsumen menjadi poin penting dalam meningkatkan jumlah jemaatnya serta mempertahankan posisinya di pasar keagamaan. Selain itu, keberlangsungan suatu agama juga tergantung dari pemimpin agama yang kreatif dalam mendakwahkan agamanya tersebut. Dalam perkembangannya ekonomi agama menjadi model teori yang dikembangkan untuk menjelaskan variasi dalam kegiatan keagamaan yang mana di dalam fokus kajiannya menerangkan bahwa

1Andrew M McKinnon, "A Critique of the "Religious Economy": Ideology and the Market Metaphor in Rational Choice Theories of Religion", Critical Sociology,Vol. 39 No. 4 (Juli, 2013), 12.

2Laurence R. Iannaccone, "Introduction to the Economics of Religion", Journal of Economic Literature, Vol 3 (September, 1998), 1466.

3Roger Finke dan Rodney Stark, "The Dynamics of Religious Economies", dalam Handbook of Sociology of Religion, ed. Michele Dillon (USA: Cambridge University Press, 2003), 96.


(12)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id ketika ekonomi agama tidak diatur dan berjalan secara kompetitif maka komitmen

dalam beragama akan meninggi4 yang lazim disebut logika marketing agama. Melihat pola aktivitas ekonomi keagamaan dan keberhasilan strategi pemasaran produk agama di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir yang mana membuat gereja tersebut tetap eksis dan sukses dalam meningkatkan jumlah jemaatnya, maka peniliti tertarik untuk mengolaborasi teori ekonomi agama untuk mengetahui aktivitas ekonomi keagamaan yang dikembangkan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir Surabaya dalam rentang waktu antara tahun 2003 sampai 2015 dan konsep logika marketing agama guna mengetahui strategi gereja dalam memasarkan produk agamanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan ulasan latar belakang di atas, maka penulis perlu merumuskan masalah dalam penelitian ini agar dalam pembahasan selanjutnya akan fokus dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun rumusan masalah tersebut adalah:

1. Apa aktivitas ekonomi keagamaan yang dikembangkan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir Surabaya?

2. Bagaimana perkembangan jemaat gereja dari tahun 2003-2015?

4Brian J Grim dan Roger Finke, "Religious Persecution in Cross-National Context: Clasing Civilization or Regulated Religious Economies?",American Sociological Review, Vol. 72 (Agustus, 2007), 636.


(13)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

C. Tujuan Penulisan

Tujuan menjadi hal utama dan penting adanya dalam setiap aktivitas apapun agar mencapai hasil yang optimal. Termasuk dalam penelitian ini, penulis juga mempunyai tujuan:

1. Mengetahui aktivitas ekonomi keagamaan yang dikembangkan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir Surabaya

2. Mengetahui perkembangan jemaat gereja dari tahun 2003-2015

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian yang mengangkat judul "Studi Ekonomi Keagamaan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir di Surabaya Tahun 2003-2015" diantaranya sebagai berikut:

1. Segi Teoritis hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi keagamaan yang dikembangkan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir.

2. Segi Praksis

a. Sebagai bahan evaluasi bagi pihak Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dalam mengukur sejauh mana keberhasilan dakwah yang mereka lakukan kepada masyarakat yang berdampak pada peningkatan jumlah partisipasi (kehadiran) jemaat dari tahun ke tahun. b. Memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat khususnya


(14)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id oleh pihak Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir

dalam merekrut para jemaat.

c. Penelitian ini dapat dijadikan penelitian yang relevan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menurut Bogdan dan Taylor ialah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati serta mengarahkan pendekatan secara holistik (menyeluruh).5

Dalam penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research)

yang dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif.6 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah fenomenologi yaitu meneliti fenomena atau kejadian langsung di ada lapangan secara objektif.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan disini adalah ialah informan, buku-buku terkait gereja, data statistik jemaat Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dua cabang di Surabaya tahun 2003-2015, dan beberapa artikel yang diunduh dari jurnal-jurnal online. Dalam proses pengumpulan data yang

5Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitan Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya 2007), 4.


(15)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id dibutuhkan untuk penelitian ini dapat dilakukan melalui 3 cara:

a. Wawancara

Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara terstruktur dengan pelayan gereja yang bernama Elder Zoolinger, Sukarno, dan Boenari untuk memperoleh data mengenai program dan kegiatan promosi dan pemasaran produk-produk gereja kepada para konsumen. Kemudian dengan Bapak Herry Siswoyo sebagai mantan Pemimpin Distrik Surabaya guna mendapatkan informasi sejarah gereja di Surabaya. Selanjutnya bersama Bapak Didit selaku Pemimpin Cabang Surabaya Timur dan Bapak Hadi Sutanto yang menjabat sebagai Kepala Bidang URMAS (Urusan Masyarakat) dan Pemimpin Distrik Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir se-Jawa Timur yang bertujuan untuk menggali informasi mengenai perkembangan dan data jemaat gereja.

b. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara cermat dan sistematik. Dalam penelitian ini menggunakan tipe observasi partisipan yang sistematis yaitu peneliti ikut langsung dalam kegiatan dan telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang agar memperoleh informasi yang valid. Peneliti mengikuti acara Open House di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir guna mengamati aktivitas ekonomi keagamaan yang berlangsung di lokasi tersebut.


(16)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pengumpulan sumber-sumber data dari dokumen yang tersedia dan dapat digunakan untuk memperluas data-data yang sudah ditemukan. Adapun sumber data dokumen diantaranya berupa buku, data statistik, foto, artikel-artikel dari jurnal online, dan dokumen lain yang berhubungan dengan fokus penelitian.

3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini berlandaskan pada penelitian kualitatif-deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya.7 Peneliti menggunakan analisa data model alur Miles dan Huberman yang sesuai dengan kaidah penelitian kualitatif-deskriptif, dimana yang memiliki tiga alur:8

a. Tahap Reduksi

Pada tahap reduksi peneliti memilah data-data, menggolongkannya sesuai dengan kelompoknya, merangkumnya, dan membuang data yang tidak diperlukan dalam penelitian.

7“Penelitian Deskripif Kualitatif”,

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/penelitian-deskriptif-kualitatif.html(Sabtu, 2 April 2016, 20.47)

8Malik Muqtadir, “Teori Analisis Data Miles dan Huberman Lengkap dengan Pengertian dan Tahapan”,http://www.tipepedia.com/2015/11/teori-analisis-data-miles-dan-hubermen.html


(17)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

b. Tahap Penyajian

Penyajian data dilakukan untuk memudahkan memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya. Pada penyajian data, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk teks narasi dan tabel. Melalui penyajian data tersebut, data dapat tersusun dalam pola hubungan sehingga semakin mudah dipahami.

c. Tahap penarikan kesimpulan

Pada tahap ini merupakan peneliti akan melakukan penarikan kesimpulan dari hasil penyajian data.

4. Metode Verifikasi Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini berjenis Triangulasi sumber sebagaimana disarankan oleh Patton yang berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu data yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Untuk itu keabsahan data dengan cara sebagai berikut:9

a. Membandingkan hasil wawancara dan pengamatan dengan data hasil wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang secara umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi

c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

9Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitan Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), 331.


(18)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

F. Sistematika Pembahasan

Guna memperoleh hasil penelitian yang baik, maka diperlukan sebuah sistematika penulisan yang baik pula. Sehingga isi dari hasil penelitian sesuai apa yang sudah dirancang dan ditetapkan dalam rumusan masalah. Oleh karena itu, perlu adanya sistematika penulisan yang baik dan terarah dengan perincian sebagai berikut:

Bab Pertama merupakan Pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua berisi Telaah Pustaka dan Kerangka Teori terkait Ekonomi Agama dan Logika Marketing Agama yang menjelaskan tentang aktivitas ekonomi keagamaan.

Bab Ketiga merupakan penjelasan mengenai alur dari aktivitas ekonomi keagamaan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir yang dielaborasi dengan teori ekonomi agama. Produk-produk agama ciptaan produsen gereja dan strategi promosi serta pemasarannya dijelaskan dalam bab ini. Beberapa informasi tentang sejarah berdirinya Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir di Surabaya juga ditambahkan pada subbab awal dalam bab tiga ini.

Bab Keempat berisi data tabel perkembangan jumlah jemaat Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dalam kurun waktu antara tahun 2003-2015 lengkap dengan analisa penulis tentang eksistensi gereja di Surabaya


(19)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id menurut logika marketing agama. Kemudian analisa tentang regulasi agama juga

termuat dalam bab ini.

Bab Kelima merupakan Penutup, dalam bab terakhir berisi kesimpulan dan saran. Bab ini menyimpulkan seluruh pembahasan dari Bab I sampai pada Bab IV. Saran yang membangun guna perbaikan skripsi juga akan disertakan.


(20)

11

TELAAH PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI

A. Telaah Pustaka

Kajian seputar aktivitas ekonomi keagamaan telah memunculkan beberapa perspektif baru. Perspektif pertama yaitu kompetisi yang terjadi antar perusahaan agama (gereja) ketika memasarkan produk agamanya kepada para konsumen. Yang menjadi keberhasilan gereja dalam hal ini adalah kekreatifan para produsen dalam menciptakan produk keagamaan yang dapat menarik minat konsumen (jemaat).

Penelitian terkait pernah dilakukan oleh Kent D. Miller1 yang mengulas bagaimana strategi kompetisi yang disusun oleh berbagai organisasi keagamaan untuk mendapatkan anggotanya. Peter A. Zaleski dan Charles dan E. Zech dari Universitas Villanova juga menulis artikel2 yang memberikan penjelasan tentang penggunaan sumbangan sukarela dari para anggota untuk gereja sebagai ukuran religiusitas. Dengan menggunakan data dari 177 jemaat, mempekerjakan kedua Herfindahl Index, dan pangsa pasar sebagai langkah persaingan pasar agama serta dua-tahap teknik estimasi kuadrat terkecil menunjukkan bahwa Protestan memberikan lebih banyak ketika jemaat mereka dihadapkan dengan persaingan yang cukup besar, sementara umat Katolik cenderung memberikan kontribusi lebih ketika mereka mewakili sebuah

1Kent D. Miller, "Competitive Strategies of Religious Organization",Strategic Management Journal, Vol 23 No. 5 (Mei, 2002), 435.

2Peter A. Zaleski dan E. Zech, "The Effect of Religious Market Competition on Church Giving",Review of Social Economy, Vol 53 No 3 (Fall, 1995), 350.


(21)

gereja minoritas di pasar sangat terkonsentrasi. Hasil ini dijelaskan dengan menyatakan bahwa gereja-gereja dengan persaingan yang lebih bereaksi dengan menyediakan produk yang lebih memuaskan dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dari relung mengisi pasar agama.

Roger Finke, Rodney Stark, dan Avery M. Guest3 menemukan fakta bahwa kota-kota dengan pluralisme agama besar memiliki tingkat kehadiran di gereja yang lebih tinggi, seperti teori sisi-memprediksi. Fakta ini berdasarkan hasil penelitian di 942 kota di New York. Kompetisi gereja dapat berlangsung secara bebas apabila negara tidak mengatur proses kompetisi tersebut. Dengan kata lain, deregulasi agama dapat menyuburkan proses kompetisi antar institusi keagamaan di Amerika karena partisipasi masyarakat meningkat dan secara otomatis pluralisme akan tumbuh. Eva M. Hamberg and Thorleif Pettersson menulis artikel4 yang meneliti persaingan antar gereja di Swedia dalam rangka mendorong gereja untuk beradaptasi dengan tuntutan konsumen dan bahwa adaptasi ini akan meningkatkan tingkat konsumsi agama.

Perspektif kedua yaitu terkait tingkat kehadiran (partisipasi) jemaat pada ibadah mingguan dan komitmennya menjadi jemaat tetap gereja. Peningkatan tersebut berhubungan dengan keberhasilan para produsen gereja dalam memasarkan produk agamanya sehingga membuat para konsumen tertarik dan menggunakannya.

3Roger Finke, Rodney Stark, dan Avery M. Guest, "Mobilizing Local Religious Markets: Religious Pluralism In The Empire State, 1855 to 1865",American Sociological Association, Vol. 61 No. 2 (April, 1996), 203.

4Eva M. HambergdanThorleifPettersson, "The Religious Market: Denominational Competition and Religious Participation in Contemporary Sweden",Journal for the Scientific Study of Religion,Vol. 33 No. 3 (September, 1994), 205.


(22)

Mark Chaves and Laura Stephens5 mengukur kehadiran jemaat gereja di Amerika Serikat pada saat ibadah mingguan. Mereka juga meninjau bukti tentang tingkat kehadiran di pelayanan keagamaan dan tren dalam partisipasi pada kegiatan tersebut. Kesimpulan dari artikel mereka adalah semakin kreatif para anggota gereja dalam mengajak jemaatnya, maka semakin banyak juga jemaat yang ikut peribadatan di gereja mereka. Olav Aarts, Manfred Te Grotenhuis, Ariana Need dan Nan Dirk De Graaf6menguji hipotesis deregulasi teori pasar keagamaan di dua puluh enam negara Eropa dan Amerika Utara. Analisis bertingkat di Survei Eropa dan Nilai Dunia ditumpuk 1981, 1990, 2000, dan 2006 menunjukkan bahwa deregulasi mendorong kehadiran di gereja, tapi durasi deregulasi tidak meningkatkan kehadiran di gereja. Mereka menemukan bahwa fakta bahwa modernisasi dapat mengacaukan kehadiran jemaat gereja sampai batas yang lebih besar dari deregulasi yang dapat merangsang kehadiran di gereja.

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Roger Finke dan Rodney Stark diantaranya Religious Economies and Sacred Canopies: Religious Mobilization in American Cities, 19067; Demographic of Religious Participation: An Ecological

5Mark Chaves dan Laura Stephens, "Church Attendance in the United States", dalam Handbookof The Sociology of Religion ed. Michele Dillon (USA: Cambridge University Press, 2003), 85.

6Olav Aarts, Manfred Te Grotenhuis, Ariana Need, dan Nan Dirk De Graaf, "Does Duration of Deregulated Religious Markets Affect Church Attendance? Evidence from 26 Religious Markets in Europe and North America Between 1981 and 2006",Journal for the Scientific Study of Religion, Vol 49 No. 4 (Desember 2010), 657.

7Roger Finke dan Rodney Stark, "Religious Economies and Sacred Canopies: Religious Mobilization in American Cities",American Sociological Review,Vol. 53 No. 1, (Februari, 1988), 41.


(23)

Approach, 1850-19808; dan Turning Pews Into People: Estimating 19th Century

Chuch Membership9berisi data-data tentang tingkat kehadiran jemaat gereja ditinjau dari tempat duduk di gereja yang bersangkutan. Tingginya mobilisasi agama dapat terjadi jika partisipasi dan kompetisi agama di suatu wilayah meningkat. Di dalamnya juga diketahui bahwa faktor-faktor yang menyebabkan naik-turunnya partisipasi keagamaan masyarakat diantaranya: migrasi (perpindahan) penduduk, kenaikan partisipan secara alami berasal dari keturunan yaitu mengikuti keyakinan yang sama seperti nenek moyangnya, rasio jenis kelamin, dan konteks sosial.

Selanjutnya, penelitian ini memadukan dua perspektif dari teori ekonomi agama yang fokus pada logika marketing agama. Aktivitas ekonomi keagamaan yang dikembangkan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dan strategi produsen gereja dalam memasarkan produk-produk agamanya kepada konsumen menjadi fokus utama dalam penelitian. Kemudian, penelitian ini berangkat dari asumsi bahwa pihak gereja kreatif dalam memasarkan produk agama yang telah dihasilkannya untuk menarik minat konsumen khususnya di sekitar Surabaya Timur sehinga dapat meningkatkan jumlah jemaat di gereja tersebut. Dengan menggunakan teori ekonomi agama dan logika marketing agama, peneliti mengamati bagaimana geliat aktivitas ekonomi keagamaan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dalam kurun waktu antara tahun 2003-2015.

8Roger Finke, "Demographic of Religious Participation: An Ecological Approach, 1850-1980",Journal for the Scientific Study of Religion,Vol. 28 No. 1, (Maret, 1989), 45.

9Roger Finke dan Rodney Stark, "Turning Pews Into People: Estimating 19th Century Chuch Membership",Journal for the Scientific Study of Religion,Vol. 25 No. 2 (Juni, 1986), 180.


(24)

B. Kerangka Teori

1. Definisi Ekonomi Agama

Menurut Rodney Stark dan Roger Finke sebelum menginjak pada definisi teori ekonomi agama maka harus memahami tiga konsep yakni agama, organisasi atau perusahaan agama, dan ekonomi agama.10 Agama adalah seperangkat sistem kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan makna yang mengasumsikan pada kekuatan supranatural. Organisasi atau perusahaan agama merupakan perusahaan sosial yang tujuan utamanya adalah menciptakan, memelihara, dan menyediakan agama untuk beberapa set individu. Sedangkan ekonomi agama terdiri dari semua kegiatan keagamaan yang terjadi di masyarakat mana pun. Ekonomi agama seperti ekonomi komersial, dimana mereka terdiri dari pasar dan potensi pelanggan, sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin melayani pasar tersebut, serta agama ditawarkan oleh berbagai organisasi.

Selanjutnya dalam perkembangannya ekonomi agama menjadi model teori yang dikembangkan untuk menjelaskan variasi dalam kegiatan keagamaan yang mana di dalam fokus kajiannya menerangkan bahwa ketika ekonomi agama tidak diatur dan berjalan secara kompetitif maka komitmen dalam beragama akan

10Rodney Stark dan Roger Finke, "Beyond Chruch and Sect", dalamSacred Markets, Sacred Canopies: Essays on Religious Markets and Religious Pluralism, ed. Ted G. Jelen (USA: Rowman & Littlefield Pubslishers, Inc, 2002), 32.


(25)

meninggi.11Menurut Andrew M. McKinnon secara sosiologis konsep ekonomi agama berbicara tentang peran agama bahwasanya sebuah agama harus peduli dengan individu (konsumen), produsen (perusahaan agama), dan produk agama dimana ketiga aspek tersebut diatur dan dikenakan pajak oleh negara.12Laurence R. Iannaccone menyatakan ekonomi agama menafsirkan perilaku keagamaan dari perspektif ilmu ekonomi dan menerapkan teori ekonomi mikro dan teknik untuk menerangkan pola-pola perilaku keagamaan di kalangan individu, kelompok, dan budaya.13

Finke dan Stark sepakat bahwa dinamika ekonomi agama merupakan model teoritis yang lebih lengkap yang dapat mengembangkan proposisi untuk menjelaskan perilaku keagamaan individu, kelompok agama yang lebih komperehensif.14Jadi dapat disimpulkan bahwa teori ekonomi agama merupakan teori yang menganalogikan aktivitas ekonomi ke dalam agama. Dimana pemuka agama di dalam sebuah perusahaan agama bertindak sebagai produsen, kemudian program keagamaan yang diciptakan oleh masing-masing perusahaan agama menjadi hasil produksinya yang nanti produk tersebut berfungsi sebagai alat untuk merekrut para konsumennya (jemaat).

11Brian J Grim dan Roger Finke, "Religious Persecution in Cross-National Context: Clasing Civilization or Regulated Religious Economies?", American Sociological Review, Vol. 72 (Agustus, 2007), 636.

12Andrew M McKinnon, "A Critique of the "Religious Economy": Ideology and the Market Metaphor in Rational Choice Theories of Religion", Critical Sociology,Vol. 39 No. 4 (Juli, 2013), 12.

13Laurence R. Iannaccone, "Introduction to the Economics of Religion",Journal of Economic Literature, Vol 3 (September, 1998), 1466.

14Roger Finke dan Rodney Stark, "The Dynamics of Religious Economies", dalamHandbook of Sociology of Religion, ed. Michele Dillon (USA: Cambridge University Press, 2003), 96.


(26)

Dalam memahami teori ekonomi agama Eva M. Hamberg dan Thorleif Pattersson membuat perbedaan antara beberapa jenis pluralisme dan keberagaman.15Jenis pertama yang biasanya telah difokuskan pada dalam studi tentang struktur pasar agama yang menyangkut tingkat organisasi, yaitu, pluralisme di kalangan gereja, denominasi, dan organisasi keagamaan lainnya. Jenis pertama ini disebut pluralisme agama atau pluralisme di level organisasi. Pluralisme ini sering dikombinasikan oleh dua dimensi yakni (a) jumlah gereja dan denominasi dalam pasar agama (b) distribusi pangsa pasar diantaranya yakni ketersediaan berbagai pilihan seperti layanan keagamaan dan sistem kepercayaan. Hal ini dapat disebut sebagai keragaman penawaran agama. Jenis kedua

pluralisme agama yang fokus pada level individu dan mendeskripsikan nilai pluralisme dalam heterogenitas pandangan dan preferensi (selera) keagamaan seseorang. Jenis ini dapat disebut sebagai keragaman dalam permintaan agama.

Roger Finke dan Avery M. Guest mengatakan dalam artikelnya16 bahwa peraturan negara adalah faktor utama yang menentukan sejauh mana pluralisme agama dan persaingan dalam masyarakat. Saat negara memonopoli satu agama tertentu untuk dijadikan agama resmi negara dan memaksa rakyatnya untuk menganut agama tersebut sehingga membatasi pluralisme dan kompetisi para perusahaan agama, maka yang terjadi ialah tingkat keseluruhan partisipasi

15Eva M. Hamberg dan Thorleif Pettersson, "Religious Markets: Supply, Demand, and Rational Choice", dalam Sacred Markets, Sacred Canopies: Essays on Religious Markets and Religious Pluralism, ed. Ted G. Jelen (USA: Rowman & Littlefield Publishers, Inc, 2002), 95-96.

16Roger Finke Avery M. Guest, dan Rodney Stark, "Mobilizing Local Religious Markets: Religious Pluralism in the Empire State, 1855 to 1865,American Sociological Review, Vol LXI, No. 2 (1996), 203.


(27)

keagamaan di masyarakat akan rendah. Dalam keseluruhan deregulasi ekonomi agama, pasar bersifat bebas dan terbuka serta perusahaan agama tertarik dalam merekrut dan menjaga anggotanya.17Dengan demikian ekonomi agama tidak pernah dapat sepenuhnya dimonopoli bahkan ketika didukung olek kekuatan koersif penuh negara. Ketika ini terjadi maka perusahaan agama bersaing di bawah tanah.18

Permintaan agama di pasar agama sangatlah heterogen karena terdiri dari beberapa segmen atau ceruk dengan masing-masing preferensi agama tertentu (kebutuhan, selera, dan harapan) baik dari segi konsumen maupun perusahaan agama. Oleh sebab itu, menurut Finke dalam kondisi normal tidak ada satu perusahaan agama pun yang dapat memenuhi dan melayani seluruh permintaan konsumen karena beragamnya preferensi tersebut dan mereka juga tidak bisa memonopoli pasar, jika terjadi maka perusahaan agama yang bersangkutan melakukan pemaksaan kepada para konsumen.

Sama seperti ekonomi pasar pada umumnya, perhatian utama dalam ekonomi pasar ialah regulasi. Ketika agama-agama yang ada di sebuah negara tidak diatur dengan aturan-aturan yang dapat membatasi ruang gerak mereka maka kondisi yang demikian dapat mendorong perusahaan-perusahaan (organisasi/kelompok) agama bersaing dalam melayani atau merekrut anggotanya di segmen pasar.

Olav Aarts, Manfred Te Grotenhuis, Ariana Need, dan Nan Dirk De Graaf, "Does Duration of Deregulated Religious Markets Affect Church Attendance? Evidence from 26 Religious Markets in Europe and North America Between 1981 and 2006",Journal for the Scientific Study of Religion, Vol XLIX, No. 4 (2010), 659.

Roger Finke dan Rodney Stark, "The Dynamics of Religious Economies", inHandbook of Sociology of Religion, (USA: Cambridge University Press, 2003), 101.


(28)

Dengan begitu setiap individu dapat memilih organisasi agama yang ada sesuai dengan prinsip hidupnya masing-masing dan secara bersamaan pluralisme mulai timbul serta secara otomatis partisipasi dan komitmen masyarakat dalam beragama akan meningkat. Faktor-faktor yang menyebabkan naik-turunnya partisipasi keagamaan masyarakat diantaranya: migrasi (perpindahan) penduduk yang terkenal dengan pernyataan bahwa "migrasi meningkat, partisipasi keagamaan akan menurun". Kenaikan partisipan secara alami yang biasanya berasal dari orangtua yang ingin keturunanya (anaknya) mengikuti keyakinan yang sama seperti nenek moyangnya, rasio jenis kelamin, dan konteks sosial.20Iannaccone menambahkan tingkat pendidikan dan usia juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam partisipasi keagamaan.

2. Logika Marketing Agama

Keberlangsungan suatu agama tergantung pada kreativitas pemimpin agamanya dalam menciptakan produk agama yang unik yang tetap berdasarkan pokok ajaran agama tersebut. Oleh karena itu setelah mencipta berbagai produk, maka tugas produsen agama yakni bersaing dengan produsen-produsen agama lain untuk memasarkan produknya agar dapat menarik minat para konsumen. Terkait dengan persaingan di pangsa pasar, berbagai strategi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan agama bertujuan untuk menarik minat para konsumen supaya bergabung menjadi bagian dari perusahaan tersebut.

20Roger Finke, "Demographics of Religious Participation: An Ecological Approach, 1850-1980",Journal for the Scientific Study of Religion, Vol. 28 No. 1 (1989), 45.


(29)

Memang benar fakta bahwa tingkat keberhasilan pasar yang kompetitif ditentukan oleh perusahaan agama saling berkompetisi dalam memasarkan hasil produknya kepada masyarakat, tetapi ada realita lain yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat kesuksesan kompetisi di pasar yakni berkaitan dengan sejauh mana satu perusahaan tertentu (atau kombinasi dari perusahaan) dapat menguasai pasar.21

Selain itu jika produsen pasar yang kurang kreatif dan efisien baik dalam segi penciptaan atau pemasaran produk keagamaan maka ia bisa dipastikan akan kehilangan posisinya dari pangsa pasar atau bisa saja dipaksa keluar dari pasar. Sebaliknya produsen yang kreatif, inovatif, dan efisien akan menjadi yang paling dominan dan dapat menguasai pangsa pasar. Oleh karena itu, struktur pasar akan menciptakan insentif yang kuat bagi perusahaan untuk menghasilkan jenis barang yang efisien dan sesuai dengan permintaan konsumen.

Finke22 mengatakan bahwa dalam memasarkan produk perusahaan agama harus memahami daerah jangkauannya. Di wilayah dengan migrasi yang tinggi, perusahaan agama akan berada dalam situasi perekrutan yang konstan dan tidak bisa mengandalkan jaringan sosial yang stabil untuk mempertahankan keanggotaan yang ada. Keadaan tersebut berlangsung sementara hanya untuk mengintegrasikan penduduk baru bagi organisasi keagamaan atau organisasi

21Eva M. Hamberg dan Thorleif Pettersson, "Religious Markets: Supply, Demand, and Rational Choice", dalam Sacred Markets, Sacred Canopies: Essays on Religious Markets and Religious Pluralism, ed. Ted G. Jelen (USA: Rowman & Littlefield Publishers, Inc, 2002), 97.

Roger Finke, "Demographics of Religious Participation: An Ecological Approach, 1850-1980",Journal for the Scientific Study of Religion, Vol. 28 No. 1 (1989), 47.


(30)

masyarakat. Apalagi, bila suatu daerah memiliki tingkat mobilitas tinggi, maka organisasi keagamaan menjadi kurang efisien karena omset populasi yang konstan.

Dengan demikian, ketika perusahaan agama melakukan pemasaran di daerah dengan tingkat mobilitas tinggi perusahaan tersebut akan kurang efektif karena omset populasi menurun. Namun mereka menghadapi tuntutan yang lebih besar untuk perekrutan dan integrasi anggota baru. Jadi harus diakui bahwa tingginya tingkat migrasi bila dicermati dapat memecah tradisi budaya yang ada dan menjadi hambatan dalam pembentukan tradisi baru. Maka hasil akhirnya adalah rendahnya partisipasi keagamaan.


(31)

22

YESUS KRISTUS DARI ORANG-ORANG SUCI ZAMAN AKHIR

A. Sejarah Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir

1. Perkembangan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir di Amerika

Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir secara resmi diselenggarakan di rumah Peter Whitmer Sr. di New York pada tanggal 6 April 1830.1 Seperti gereja pada umumnya, gereja ini juga memiliki seorang penyebar misi atau misionaris yang biasa disebut “Elder”. Mereka berdakwah dan mengabarkan Injil serta ajaran dasar dari Kitab Mormon. Peningkatan jemaat terdiri dari dua jalan, pertama konversi agama melalui pembaptisan dan kedua pertumbuhan alami melalui kelahiran anak.

Dakwah yang dilakukan oleh para misionaris dapat dikatakan berhasil karena pertumbuhan jumlah jemaat terus meningkat dan berkelanjutan hampir di seluruh dunia. Hal ini dapat terlihat di banyak tempat di dunia dimana Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir beroperasi.2 Jemaat yang

1“Church Growth”, http://www.mormonnewsroom.org/topic/church-growth (Senin, 13 Juni 2016, 19.12)


(32)

dikelompokkan ke dalam wilayah geografis yang dikenal sebagai bangsal yakni rumah besar untuk melakukan berbagai kegiatan (pertemuan, bersenam, pertunjukan, dan sebagainya).3 Secara periodik mereka dibagi-bagi karena jumlahnya yang terlalu banyak dan menyulitkan proses pengelolaan administrasi serta gedung pertemuan ibadah tidak cukup untuk memuat semua jemaat sekaligus, maka bangunan baru terus diselesaikan hampir setiap hari sepanjang tahun untuk tempat beribadah jemaat.4

Peningkatan jumlah jemaat Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir juga tidak lepas dari peran Nabi Joseph Smith selaku penerjemah firman Allah dari sebuah catatan kuno yang ditulis di lempeng-lempeng emas sebagai satu kesaksian lagi tentang Yesus Kristus dalam berdakwah ke seluruh umat di seluruh dunia.

Joseph bekerja dalam pelayanan Allah, menegakkan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir membangun Kerajaan Allah di bumi. Para anggota resmi gereja yang menjadi pengikut setia Joseph kemudian bersaksi bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat dan Penebus dunia. Yesus memimpin Gereja-Nya dewasa ini melalui wahyu kepada seorang nabi di bumi bernama Joseph Smith.

3Trisno Yuwono dan Pius Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, (Surabaya: Arkola, 1994), 50.

4“Church Growth”, www.mormonnewsroom.org/topic/church-growth (Kamis, 28 Juli 2016, 07.27)


(33)

2. Masuknya Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir di Indonesia

Di sebuah bukit bernama Mega Mendung (dataran tinggi dekat kota Bogor, Jawa Barat, Indonesia) Elder Ezra Taft Benson, Presiden. G. Carlos Smith dari

Mission Singapore, Presiden dan Sister Brent Hardy, dan beberapa orang lainnya, datang ke Indonesia untuk memberkati tanah Indonesia. Dengan dipimpin oleh Presiden Bruce R. McConkie dibukalah sebuah pertemuan kecil diadakan di atas bukit ini pada tanggal 26 Oktober 1969.5 Di Indonesia sendiri Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir pertama kali dikenal sebagai sebuah yayasan.6

Elder Ezra Taft Benson mendedikasikan Indonesia untuk membuka berkat-berkat Tuhan kepada anak-Nya yang berada di Indonesia. Kemudian diadakan sakramen pertama di bulan Februari dan dibaptis serta melakukan pertobatan untuk pertama kalinya pada bulan Maret.7 Setelah upacara pendedikasian ini, gereja diakui oleh pemerintah Indonesia dan dua cabang resmi telah dibuka di kota Jakarta dan Bandung pada tahun 1970. Disusul oleh yang lainnya, cabang Solo dan cabang Yogyakarta yang didirikan pada tahun 1972. Beberapa jemaat yang sebagian besar di Jawa mendirikan kantor pusat misionaris di ibu kota Jakarta pada tahun 1975. Kemudian pada tahun 1977,The Book of Mormon: Satu

5Herry Siswoyo,Wawancara, Surabaya, 12 Juni 2016.

6“Sejarah Gereja di Indonesia”,http://www.lds.or.id/tentang-kami/sejarah-gereja-di-indonesia (Sabtu,16 Juli 2016, 09.05)

7“Facts and Statistics”,


(34)

Kesaksian Yesus Kristus yakni pendamping kitab suci Alkitab diterbitkan di Indonesia. Selanjutnya cabang-cabang baru dibuka di beberapa kota di pulau Jawa, seperti cabang Semarang, Malang, cabang Bogor, dan Surabaya.

3. Awal Mula Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir di Surabaya

Di Jawa Timur sendiri terdapat tiga cabang gereja. Dua cabang berada di Kota Surabaya dan satu cabang berada di Kota Malang. Berikut adalah sejarah Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir di Surabaya berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Herry Siswoyo selaku mantan Presiden Distrik Gereja.8

Pada pertengahan tahun 1973 dua orang misionaris berkebangsaan Amerika, bernama Elder Meldon K. Larson dan Elder Robert Warren M. Harper datang ke Surabaya yang bertujuan untuk membuka cabang baru dengan membawa selembar kertas dari Departemen Agama RI yang dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 18 April 1970 dengan No. Dd/P/VIII/25/294/70 mereka mencari kontrakan rumah untuk dipakai suatu kegiatan sosial sekaligus tempat ibadah. Mulanya mereka berdua tinggal di hotel, kemudian indekost pada keluarga Lie Sing Hien di Jl. Widodaren, Surabaya. Tak lama kemudian mereka mendapatkan sebuah rumah kontrakan di Jl. Mawar 26, Surabaya. Di rumah inilah dan setelah mereka mendapatkan ijin dari pemerintah kota untuk mengadakan suatu kegiatan sosial seperti kursus Bahasa Inggris gratis, kegiatan perkumpulan kemajuan


(35)

bersama yang disebut M.I.A (Mutual Improvement Association) dan tempat ibadat.

Setelah mendapatkan kontrakan rumah itu maka para misionaris lain mulai mendatangi Surabaya yaitu Elder Robert W. Smith, Mark C. Peterson, Larry N. Bradshaw, Randall Cole, Cyril W. Hill, dan ada seorang anggota dari gereja itu, dari Solo bernama Sukimin. Keberadaan para misionaris asing inilah yang pada saat itu memikat masyarakat untuk bergabung dalam kegiatan M.I.A dan belajar Bahasa Inggris gratis. Dan tak kalah pentingnya sesuai tujuan utama mereka atau misi utama mereka yaitu pengajaran Injil, memperkenalkan suatu Injil yang dipulihkan melalui seorang nabi yang bernama Joseph Smith dan Kitab Mormon.

Pada tanggal 26 Agustus 1973 upacara pembaptisan pertama untuk Bapak Hendrik Bouman sebagai anggota resmi diselenggarakan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir cabang Surabaya. Meskipun baru satu orang anggota pertama untuk kota Surabaya dari Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir itu, tetapi seiring berjalannya waktu kehadiran dalam kebaktian mereka rata-rata tiap Minggunya berkisar antara 60-70 orang yang dipimpin oleh para Elder dan dibantu oleh Sukimin.

Selanjutnya gereja terus berkembang dan mulai banyak anggota-anggota baru yang dibaptiskan. Pada tanggal 2 Juni 1975 pertama kali diadakan Konferensi Cabang di rumah kontrakan yang baru, yaitu di Jl. Irian Barat 27, Surabaya yang dihadiri oleh para anggota dari cabang Malang. Dipimpin oleh Presiden Brown dari Distrik Jawa Barat yang saat itu mengesahkan kelompok


(36)

kecil Surabaya, menjadi cabang Surabaya dengan Robert H. Voss sebagai Presiden Cabang, Rudy Yuliarto sebagai penasehat pertama, dan Hendrik Bouman sebagai penasehat kedua.

Perkembangan anggota baru terus berlanjut sehingga kebutuhan untuk memenuhi jabatan-jabatan dalam organisasi pelengkap terpenuhi. Awal tahun 1978, Saudara Herry Siswoyo terpanggil untuk melayani dalam tugas misi pertama mewakili cabang Surabaya. Selanjutnya tanggal 12-13 November 1983 Konferensi Distrik diadakan di Surabaya tepatnya di Jl. Sulawesi 18. Dalam konferensi itu cabang Surabaya dipecah menjadi dua cabang, yaitu cabang Surabaya Barat dan cabang Surabaya Timur. Tujuannya adalah agar setiap cabang menjadi lebih berkembang dan dapat menambah jumlah keanggotaannya.

Berikut adalah urutan para pemimpin cabang Surabaya, yang disebut sebagai Presiden Cabang, dari tahun 1975 hingga dipecahnya cabang menjadi dua: Robert H. Voss, Wayne Reeves, Rudy Yuliarto, Cornelius Soewardi, Herry Siswoyo, Haris Abraham, dan Korneus Yus Unas. Cabang Surabaya Barat tetap dipimpin oleh Presiden Korneus Yus Unas dengan penasehat pertamanya Bapak Bambang Anindito dan penasehat keduanya Bapak Mardilan Son Djamarsono. Cabang Surabaya Timur dipimpin oleh Presiden Rudy Yuliarto dengan penasehat pertamanya Suwignyo dan penasehat keduanya Bapak Berthus Lans. Kedua cabang ini masih menempati satu gedung pertemuan yang sama, yaitu di Jl. Sulawesi 18 dengan jadwal kebaktian pagi untuk cabang Surabaya Barat dan sore bagi cabang Surabaya Timur.


(37)

Awal tahun 1989 setelah mengontrak di beberapa tempat yang mulanya di Jl. Mawar 26, lalu pindah ke Jl. Irian Barat 27, kemudian pindah ke Jl. Sulawesi 18, selanjutnya pindah ke jalan Taman Ade Irma Suryani Nasution menempati gedung Gereja Kristen Science, dan pindah lagi ke Jl. Flores 20 maka kali ini gereja membangun sebuah gedung gereja milik sendiri di kawasan Putat Indah, di atas lahan yang cukup luas kira-kira 2.500 m2. Pada tanggal 20 November 1989 bangunan gedung tersebut telah rampung secara keseluruhan dalam pembangunannya dan diresmikan pada hari itu oleh Presiden Misi, Piet Hien Tandiman yang dihadiri oleh banyak anggota gereja, tokoh masyarakat sekitar Putat Indah, para kontraktor, dan pejabat wali kota madya Surabaya.

Masalah selanjutnya muncul ketika banyak para anggota gereja yang mengeluh karena jauhnya letak gedung gereja yang baru ini dari kediaman para anggota pada umumnya. Kemudian para anggota gereja dari cabang timur mengontrak lagi sebuah rumah untuk ibadah mereka di kawasan Kalidami, Pucang, dan Baratajaya.

Menjelang pertengahan tahun 2002, dibangun satu lagi gedung Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir untuk cabang Surabaya Timur yang sama besar dan megahnya di pojok Jl. Upajiwa. Diresmikan pada tanggal 19 Desember 2002 pada siang hari yang dihadiri oleh pejabat walikota madya Surabaya, tokoh masyarakat setempat, para pejabat dan anggota gereja, pejabat kontraktor, beberapa pejabat dari gereja lain, dan para wartawan media cetak.


(38)

B. Aktivitas Ekonomi Keagamaan di Gereja

Roger Finke dan Rodney Stark mengatakan bahwa ekonomi agama terdiri dari semua kegiatan keagamaan yang terjadi di masyarakat mana pun. Ekonomi agama seperti ekonomi komersial, dimana mereka terdiri dari pasar dan potensi pelanggan, sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin melayani pasar tersebut, serta agama ditawarkan oleh berbagai organisasi.9 Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir merupakan perusahaan agama dan jemaat gereja merupakan konsumen dalam alur ekonomi agama. Dalam aktivitas ekonomi agama harus terdapatagama, yang berarti seperangkat sistem kepercayaan dan praktek yang berhubungan dengan makna yang mengasumsikan pada kekuatan supranatural. Dalam hal ini pokok-pokok ajaran Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir berasal dari Alkitab, Kitab Mormon, Ajaran dan Perjanjian, serta Mutiara yang Sangat Berharga menjadi agama atau keyakinan yang ditawarkan oleh produsen gereja dalam pasar keagamaan kepada pelanggan.

Pemimpin gereja yang bertindak sebagai produsen menyusun program-program keagamaan yang berfungsi sebagai produk dalam model ekonomi keagamaan. Kemudian terdapat juga elder (sebutan untuk missionaris) sebagai distributor yang bertugas dalam menyebarkan ajaran Kitab Mormon kepada masyarakat yang dalam hal ini masyarakat bertindak sebagai konsumen. Berikut penjelasan dari produsen, produk, dan distributor dalam Gereja Yesus Kristus dari

9Rodney Stark dan Roger Finke, "Beyond Chruch and Sect", dalamSacred Markets, Sacred Canopies: Essays on Religious Markets and Religious Pluralism, ed. Ted G. Jelen (USA: Rowman & Littlefield Pubslishers, Inc, 2002), 32.


(39)

Orang-orang Suci Zaman Akhir menurut teori ekonomi agama:

1. Produsen Agama

Organisasi atau perusahaan agama merupakan perusahaan sosial yang tujuan utamanya adalah menciptakan, memelihara, dan menyediakan agama untuk beberapa set individu. Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dapat disebut sebagai perusahaan agama yang berperan dalam penciptaan produk agama berupa program-program atau kegiatan keagamaan.

Di dalam sebuah perusahaan agama tentunya memiliki seorang pemimpin. Presiden Distrik dan Presiden Cabang di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir adalah pemimpin sekaligus produsen dalam perusahaan agama. Tugas seorang produsen ialah menciptakan produk-produk yang bermanfaat bagi para konsumen agar mereka tertarik dan menggunakan produk tersebut. Begitu juga gereja ini mempunyai produk agama yang diwujudkan dalam program-program atau kegiatan keagamaan.

2. Produk Agama

Program keagamaan yang diciptakan oleh produsen Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir merupakan perwujudan dari produk agama yang diciptakan oleh produsen gereja. Tujuan dibentuknya program ini adalah untuk menarik minat para konsumen (jemaat) agar tertarik dan berkenan menjadi anggota resmi gereja. Diantara program atau produk-produk keagamaan tersebut adalah sebagai berikut:


(40)

a. Pertemuan sakramen10

Adalah sebuah layanan peribadatan utama. Pertemuan ini biasanya berlangsung pada hari Minggu pukul 09.00 sampai dengan pukul 12.00 WIB yang secara khusus terdiri dari hal-hal berikut:

i) Nyanyian Rohani yang dinyanyikan oleh jemaat. ii) Doa yang diucapkan oleh seluruh anggota gereja.

iii) Sakramen yaitu roti dan air yang telah diberkati yang kemudian dibagikan kepada semua jemaat sebagai peringatan akan Kurban Tebusan Yesus Kristus.

iv) Para Penceramah di Gereja Yesus Kristus tidak harus seorang uskup atau pemimpin gereja. Tetapi setiap jemaat berkesempatan menjadi penceramah dalam proses ibadah ini. Satu sampai dua orang anggota jemaat yang dapat berbicara mengenai topik Injil yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Selain pertemuan sakramen tersebut, Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir juga memfasilitasi adanya pertemuan tambahan yang sesuai dengan minat dan kelompok usia jemaat. Pertemuan diadakan seusai prosesi ibadah sakramen. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan persaudaraan diantara para jemaat. Pertemuan tambahan tersebut antara lain sebagai berikut:

10Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir,Pemulihan Injil Yesus Kristus, (USA: Intellectual Reserve, Inc, 2005), 22-23.


(41)

i) Sekolah Minggu, tersedia beberapa kelas khusus untuk mempelajari dan mendalami tulisan suci dan ajaran Injil. Kelas ini merupakan kelas bimbingan dan persiapan bagi jemaat yang bersiap menjadi penceramah pada ibadah atau pertemuan sakramen minggu depan.

ii) Pertemuan Imamat, adalah kelas pertemuan untuk para pria dan anak-anak lelaki usia 12 tahun atau lebih yang dipimpin oleh misionaris pria mengkaji Alkitab dan Kitab Mormon. Selain itu, dalam kelas ini juga diulas bagaimana menteladani sikap Nabi Joseph Smith.

iii) Lembaga Pertolongan, kelas-kelas untuk para wanita usia 18 tahun atau lebih yang dipimpin oleh misionaris wanita membahas kajian seputar kewanitaan yakni diantaranya peran wanita dalam dakwah gereja, mempelajari Injil, dan mempersiapkan Konferensi Wanita.

iv) Remaja Putri, kelas-kelas untuk anak-anak perempuan usia 12 sampai 18 tahun yang diawali dengan mempelajari Kitab Mormon. Kemudian dilanjutkan dengan kajian keputrian dan keterampilan.

v) Pratama, layanan kelompok dan kelas-kelas untuk anak-anak usia 3 sampai 11 tahun yang berisi pembelajaran ringan seperti pengenalan Nabi Joseph Smith yang bertujuan untuk penanaman dan penguatan iman.

b. M.I.A (Mutual Improvement Association)

M.I.A yang berarti kegiatan perkumpulan kemajuan bersama ini merupakan aktivitas pertama yang dilakukan oleh para misionaris di samping kursus Bahasa Inggris di Jl. Mawar 26 Surabaya. M.I.A yang dipimpin oleh


(42)

para misionaris bertujuan utama untuk mengenalkan Injil yang dipulihkan oleh Joseph Smith kepada para warga sekitar melalui diskusi dan kegiatan-kegiatan sosial. Para misionaris juga membantu warga dalam menyelesaikan permasalahan baik masalah pribadi maupun kelompok dan memberikan solusi terbaik. Dari pemberian solusi itulah mereka secara perlahan mengenalkan Kristus dan ajaran Joseph Smith kepada warga.

Kemudian selanjutnya mereka mulai membentuk beberapa kelompok kecil untuk lebih memperdalam pokok kitab Injil yang dipulihkan tersebut. Meskipun program tersebut tidak lagi dilakukan oleh Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir saat ini karena hanya dilaksanakan pada waktu gereja pertama kali hadir di Surabaya, tetapi dari adanya asosiasi ini gereja berhasil merekrut anggota jemaat. Perlu diketahui bahwasanya program M.I.A ini sudah tidak dilaksanakan dan diganti dengan program keagamaan yang lain seperti cuci motor gratis dan Open House.

c. Kursus Bahasa Inggris

Sejak Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir masih mengontrak tempat tinggal di Jl. Mawar 26 Surabaya, para misionaris membuka kegiatan belajar bahasa Inggris gratis di samping tujuan utama mereka atau misi utama mereka yaitu pengajaran Injil, memperkenalkan suatu Injil yang dipulihkan melalui seorang nabi yang bernama Joseph Smith dan Kitab Mormon. Aktivitas ini terus berlanjut hingga gereja menempati bangunan resmi di Jl. Upajiwa, Surabaya.


(43)

Dalam program ini para elder khususnya yang berasal dari luar Indonesia mengajarkan Bahasa Inggris secara gratis baik kepada anak-anak maupun masyarakat yang ingin belajar bahasa asing tersebut. Selama kursus berlangsung, pihak Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir menyelipkan beberapa ajaran agamanya. Seperti memberi contoh kalimat berbahasa Inggris dengan subyek yang bernama “Joseph Smith” dan kemudian mereka menceritakan sedikit tentang siapa Joseph Smith sebenarnya. Hal ini merupakan contoh penyelipan ajaran agama dalam proses belajar mengajar.

d. Menyelenggarakan Open House

Open House yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat umum tentang seluk-beluk Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir. Dalam acara Open House tersebut, para pemimpin gereja satu persatu memberikan sambutan dihadapan para jemaat di ruang kebaktian yang terletak di lantai dua. Kemudian para jemaat dibagi menjadi tiga kelompok besar untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai gereja dan ajaran-ajaran agama dari Kitab Mormon. Setiap kelompok jemaat digiring menuju tiga kelas yang berlainan. Berikut penjelasan tiga kelas tersebut:

i) Kelas pertama

Kelas ini diisi oleh Elder yang menjelaskan tentang Malam Keluarga. Malam Keluarga dilaksanakan hari Senin malam dimana pada malam itu


(44)

seluruh anggota keluarga berkumpul untuk saling mengakrabkan diri, mengajarkan beberapa pelajaran hidup, bersantap, dan berdoa bersama. Bagian-bagian dalam malam keluarga yakni berisi sambutan yang di dalamnya berisi ucapan selamat datang untuk menyambut masing-masing anggota keluarga dan membaca doa pembuka yang bertujuan membantu keluarga bersatu dalam tujuan. Lalu menyanyikan lagu yang diketahui dan disukai oleh anggota keluarga dengan diiringi alat-alat musik seperti gitar, biola, dan sebagainya. Kegiatan ini dapat mendatangkan antusiasme yang mudah menyebar ke seluruh anggota.

Setelah selesai menyanyi, menginjak acara ketiga yakni pembahasan mengenai hal-hal untuk urusan keluarga. Aktivitas urusan keluarga ini meliputi mengulas pengalaman masing-masing anggota keluarga selama seminggu yang lalu. Selanjutnya membahas acara atau kebutuhan-kebutuhan keluarga untuk waktu mendatang. Pembahasan mengenai perayaan atau kegiatan keluarga di luar rumah baru-baru ini kemudian mengoordinasikan jadwal kegiatan para anggota keluarga secara lebih awal juga dibicarakan dalam malam keluarga. Selanjutnya, masih dalam rangkaian acara tersebut, pelajaran tentang sepuluh nilai keluarga diajarkan dan dibahas secara bertahap diantaranya kebersamaan keluarga yang bertujuan untuk mengenali pentingnya unit keluarga, meningkatkan rasa memiliki setiap anggota keluarga dalam unit keluarga, mengajarkan pentingnya mengadakan malam keluarga mingguan dan bagaimana


(45)

berperan serta dalam diskusi urusan keluarga serta memberi anggota keluarga kesempatan untuk turut hadir dalam sebuah kegiatan keluarga.11

Pelajaran kedua yakni bakat-bakat individu yang dapat memperkuat keluarga. Pelajaran ini bertujuan untuk saling mengenali setiap anggota keluarga, mengetahui kekuatan dan bakat setiap anggota keluarga serta membantunya mengeksplorasi bakat setiap individu dalam keluarga yang nantinya bakat tersebut akan menolong dan memperkuat seluruh keluarga. Pada pelajaran ketiga tentang bermain bersama sebagai keluarga ini bertujuan memahami nilai kebersamaan dalam sebuah keluarga dan membantu setiap anggota memilih kegiatan keluarga dan berkomitmen untuk mentaatinya. Kemudian pelajaran keempat perihal komunikasi keluarga yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang perlunya komunikasi secara efektif pada setiap anggota keluarga.

Menginjak pada pelajaran kelima yakni mengatasi masalah dan membuat keputusan yang bertujuan untuk mengajarkan teknik-teknik bagaimana menyelesaikan setiap permasalahan yang ada dalam sebuah keluarga beserta trik bernegosiasi kepada seluruh anggota keluarga. Memasuki pelajaran enam yang bertujuan untuk memahami pentingnya penghargaan dan kasih sayang kepada satu sama lain dalam keluarga. Pada pelajaran ketujuh mengenai pengendalian amarah bertujuan

11Wendy W. Sheffield, LCSW, Shirley E. Cox, Program Pemerkayaan Keluarga, (t.k.: Fakultas Pekerjaan Sosial Universitas Brigham Young, 2004), 4.


(46)

membantu anggota keluarga dalam mengendalikan dan menenangkan diri ketika dikuasai rasa amarah.12 Pelajaran delapan mengajarkan perlunya sikap sadar dan tanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga. Selanjutnya pelajaran sembilan bertujuan meninjau kembali bakat-bakat dan arti pentingnya setiap anggota keluarga untuk kemudian membantu anggota keluarga memahami manfaat yang datang dari melayani orang lain.13 Dan pada pelajaran sepuluh merupakan pengenalan tradisi keluarga yang bertujuan mengetahui, memahami, dan memiliki tekad untuk berperan serta dalam tradisi keluarga di tahun-tahun yang akan datang.14

Setelah pelajaran selesai, maka acara selanjutnya adalah kegiatan. Yaitu memberikan kesempatan kepada anggota keluarga untuk bersenang-senang dan bermain bersama. Seusai melakukan berbagai kegiatan, semua anggota keluarga makan bersama sebagai pengalaman tak terlupakan karena pada momen tersebut keakraban setiap anggota dapat terlihat. Sebagai penutup acara, maka gagasan dan pelajaran yang telah diajarkan kembali ditinjau. Setelahnya ditutup dengan doa dan nyanyian rohani.

ii) Kelas kedua

Dalam kelas ini para Elder menjelaskan materi kedua yakni mengenai Bait Suci. Secara harfiah Bait Suci adalah rumah Tuhan. Tempat dimana

12Ibid.,19 13Ibid.,23 14Ibid.,25


(47)

Allah memberikan petunjuk kepada anak-anak-Nya dan mempersiapkan mereka untuk kembali ke hadirat-Nya. Selain itu Bait Suci juga menjadi tempat penyatuan sebuah keluarga dan diajarkan dengan cara Tuhan. Menurut James E. Faust dahulu semasa Yesus Kristus, Bait Suci merupakan tempat pembelajaran bagi Juru Selamat ketika Dia hidup di bumi; itu benar-benar bagian yang penting dalam kehidupan-Nya. berkat dari Bait Suci tersedia sekali lagi dalam zaman modern ini. Berkat-berkat dalam Bait Suci diantaranya para jemaat dapat merasa lebih dekat dengan Tuhan. Bait Suci mengangkat, memuliakan, membawa kedamaian jiwa, dan memeteraikan keluarga setiap jemaat.

Bait Suci Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir adalah bangunan sakral dimana pertanyaan-pertanyaan kekal dijawab secara ilahiah. Rumah Tuhan ini dipercaya menjadi tempat berkumpulnya seluruh keluarga jemaat. Setiap anggota keluarga yang berhasil memasuki Bait Suci setelah memenuhi beberapa persyaratan yang cukup berat, berhak mencatatkan diri dan keluarganya baik yang masih hidup maupun sudah meninggal di Bait Suci. Pekerjaan tersebut ialah tindakan perwujudan kasih dari mereka yang hidup terhadap mereka yang telah meninggal. Mereka semua yakin bahwa suatu hari nanti Tuhan akan mempertemukan mereka kembali karena telah dimateraikan di Bait Suci. Jumlah Bait Suci yang beroperasi di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir sebanyak 150 bangunan.


(48)

iii) Kelas ketiga

Di kelas ini berisi pembahasan tentang sejarah keluarga. Para jemaat diajak untuk membuat silsilah keluarganya masing-masing. Mengingat dan mengenali informasi tiap-tiap anggota keluarga termasuk leluhurnya secara rinci kemudian menuliskannya dalam sebuah buklet khusus sejarah keluarga yang kemudian memasukkannya ke situs 'FamilySearch.org'. Hal ini berguna untuk merasakan Roh dan memperkenankan keluarga menerima berkat-berkat dan dimateraikan di Bait Suci sehingga bisa kekal di surga.

Acara Open House ini diakhiri dengan pembacaan doa dan ramah tamah yang ditandai dengan makan bersama.

e. Konferensi Distrik se-Jawa Timur

Konferensi ini diadakan setiap enam bulan sekali secara bergilir di tiap cabang Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir di Jawa Timur. Dalam konferensi ini mengevaluasi program-program gereja selama setengah tahun berjalan. Selain itu, setiap pemimpin cabang mempresentasikan hasil evaluasi terhadap gereja yang dipimpinnya di hadapan pemimpin distrik. Sebagai hasil akhir dari konferensi ini, beberapa program keagamaan dan strategi dakwah baru akan diutarakan agar gereja dapat terus diterima dengan baik oleh masyarakat. Konferensi ini juga memiliki tema-tema keagamaan yang disesuaikan dengan ajaran Mormon.


(49)

Jika dalam Konferensi Distrik berlaku se-Jawa Timur, lain dengan Konferensi Cabang. Konferensi ini lebih sempit ruang lingkupnya, yakni hanya dilaksanakan di setiap cabang Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir masing-masing. Bila di Surabaya Timur diadakan di gereja Jl. Upajiwa. Pemimpin Cabang memimpin konferensi ini dan beberapa anggota gereja mempresentasikan hasil evaluasi mengenai program-program yang dipimpinnya di hadapan pemimpin cabang. Selain itu, dalam konferensi ini juga membahas hambatan-hambatan apa saja yang dialami gereja dan strategi dakwah lain untuk menambah jumlah anggota gereja.

g. Konferensi Wanita Tahunan Distrik Surabaya

Konferensi ini diadakan khusus untuk semua wanita anggota Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir. Para wanita berkumpul di gereja jalan Upajiwa untuk membahas seputar dakwah mereka dan saling berbagi cerita dengan anggota lainnya. Tujuan dari konferensi ini adalah agar setiap wanita di gereja tersebut saling mengenal, membantu, dan berkenan dalam berdakwah kepada wanita lain yang belum mengetahui gereja ini.

h. Konferensi Remaja Distrik Surabaya

Konferensi untuk remaja ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mencetak generasi-generasi baru penerus dakwah para elder atau misionaris baik perempuan maupun laki-laki. Berisi beberapa kegiatan diantaranya, forum diskusi dan materi, outbond, pentas seni, dan lain-lain. Melalui konferensi ini para remaja dilatih untuk bagaimana menjadi pelayan Tuhan


(50)

yang teguh secara iman dan baik perilakunya. Dari acara ini remaja bisa saling mengenal antara satu dengan lainnya dan menjalin persahabatan yang erat.

i. Konferensi Pemuda antar Agama untuk Perdamaian

Konferensi ini merupakan pertemuan pemuda-pemuda yang berasal dari berbagai agama yang diadakan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Zaman Akhir. Konferensi tersebut bertujuan untuk membahas isu-isu keagamaan yang sedang hangat atau menemukan solusi dari konflik agama yang tengah berkembang sehingga hubungan antar agama dapat kembali membaik dan perdamaian tercipta. Pihak Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Zaman Akhir menyediakan tempat untuk memfasilitasi konferensi ini. Dari penyelenggaraan konferensi ini gereja turut peduli dengan hubungan baik antar agama dan perdamaian.

3. Distributor Agama

Distributor dalam ekonomi agama dikenal sebagai orang yang bertugas menyebarkan ajaran dan produk agama kepada jemaat. Para misionaris atau yang biasa disebut Elder mempromosikan dan memasarkan program-program agamanya kepada para konsumen agar konsumen tertarik dan menjadi jemaat resmi di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir. Berikut ini strategi misionaris dalam pemasaran produk:


(51)

Lebih dari 70.000 anggota pada waktu tertentu melayani penuh waktu 18 bulan atau 24 bulan komitmen untuk pelayanan kemanusiaan, kebaktian gereja, atau pelayanan misionaris di seluruh dunia. Syarat menjadi pelayan gereja bagi perempuan dan laki-laki berusia 18-21 tahun dan telah lulus dari pendidikan menengah atas. Semua calon misionaris menyerahkan aplikasi ke kantor pusat Gereja dan mereka menerima panggilan ke suatu misi tertentu di seluruh dunia.

Mereka menghabiskan beberapa minggu di sebuah pusat pelatihan, beberapa dari antara mereka belajar bahasa baru dan mereka semua belajar dengan sungguh-sungguh dan berlatih mengajarkan Injil. Mereka kemudian berangkat ke lokasi yang telah ditentukan bagi mereka dan memulai pelayanan mereka. Kehidupan para misionaris sepenuhnya didedikasikan untuk membagikan Injil Yesus Kristus.15 Mereka harus rela meninggalkan pendidikan, dunia hiburan, dan sanggup tidak menikah sampai batas waktu menjadi pelayan gereja.

Dalam usaha memperkenalkan ajaran Mormon kepada masyarakat luas, misonaris-misionaris Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir melakukan dakwah dengan cara berkeliling di sekitar Surabaya dengan bersepeda. Dengan berpakaian kemeja putih denganname tag di bagian dada, berdasi, dan celana panjang hitam sambil membawa tas yang berisi Kitab Mormon dan beberapa dokumen penting terkait Mormon, mereka berdua


(52)

berkeliling sekitar gereja untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Zaman Akhir. Aktivitas dakwah seperti ini dilakukan juga oleh misionaris Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Zaman Akhir di Amerika.

Kegiatan rutin bagi seorang misionaris dapat terdiri dari bangun pada pukul 06.30, menelaah tulisan suci, dan bertemu orang-orang baru untuk berbagi Injil. Sore hari dapat termasuk membahas pelajaran Injil dengan orang-orang yang mereka temui dan melayani dalam masyarakat secara sukarela. Malam yang baik bagi mereka berarti mengajarkan Injil kepada individu yang tertarik dan membantu mereka belajar dan mematuhi perintah-perintah Allah atau menghadiri layanan pembaptisan bagi seseorang yang telah memutuskan untuk bergabung dengan Gereja, Mereka pulang ke rumah sekitar pukul 21.30, dan tidur.16

Sembari bersepeda mereka menghampiri orang-orang dan mengenalkan gereja dan berbagai kegiatan yang ada di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Zaman Akhir. Terkadang para elder juga memenuhi panggilan masyarakat yang penasaran dengan aktivitas bersepeda mereka. Dengan sikap yang ramah dan penuh keakraban, mereka melayani setiap pertanyaan yang terlontar dari masyarakat. Konsumen yang telah tertarik kemudian ingin belajar lebih dalam mengenai Injil yang telah dipulihkan oleh Joseph Smith. Para misionaris mendatangi rumah mereka untuk mengajarkan ajaran dari


(53)

Kitab Mormon secara mendalam. Selanjutnya mereka terus dibimbing guna persiapan dibaptis untuk menjadi anggota resmi dari Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir.

Selain itu, para elder juga bertugas mengunjungi anggota-anggota gereja khususnya mereka yang sudah tidak aktif dalam kegiatan keagamaan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Zaman Akhir. Para elder percaya bahwasanya pertobatan itu pasti ada dalam diri setiap manusia yang telah dibaptis meskipun dia memutuskan untuk berpindah agama setelah proses pembaptisan. Kunjungan elder tersebut bertujuan memberikan pencerahan agar mereka dapat kembali ke ajaran yang sesuai dengan Kitab Mormon. Hal ini merupakan bagian dari strategi gereja untuk menarik minat konsumen agar mau menjadi anggota gereja.

b. Media sosial

Produsen Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir juga

mempromosikan gereja melalui beberapa laman website yakni

www.mormon.org, www.mormonnewsroom.com, www.lds.or.iddan media

sosial, seperti: Facebook, Twitter, Google+, Instagram, dan channel Youtube resmi dengan user id “mormon.org”. Di Facebook misalnya, terdapat beberapa akun misionaris. Untuk wilayah Surabaya sendiri diantaranya bernama: Mormon Jawa Timur, Misionaris Surabaya Timur, dan Distrik Surabaya. Para elder berkdakwah dan menyebarkan semua informasi dan


(54)

kegiatan gereja di laman tersebut. Strategi semacam ini bertujuan untuk lebih membidik konsumen muda. Dari media ini, semua orang mengetahui gereja dan ajaran Mormon karena mereka dapat mengaksesnya dengan mudah.

c. URMAS (Urusan Masyarakat)

Adanya bidang urusan masyarakat di struktur organisasi gereja termasuk bagian dari strategi dalam mengenalkan gereja secara lebih luas kepada masyarakat umum. Urusan masyarakat ini bertugas mendekati banyak orang, membina hubungan baik dengan mereka, dan memperjelas isu-isu negatif yang merebak supaya Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dapat dengan mudah berkembang serta diterima oleh khalayak ramai.

Menurut Bapak Hadi Sutanto17 selaku pemimpin Distrik Gereja mengatakan bahwasanya hubungan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dengan organisasi Nadhlatul Ulama (NU) terjalin cukup baik sejak Presiden Abdurahman Wahid mengundang Presiden Gereja, Gordon B. Hinckley berkunjung ke Indonesia pada bulan Januari tahun 2000.18 Ketika pihak gereja mengetahui bahwa Presiden Abdurahman Wahid wafat, Hal Jensen pemimpin Gereja Mormon di Salt Lake City, Utah menyatakan rasa turut berduka cita yang amat mendalam mewakili seluruh anggota gereja. Beliau menilai sosok Abdurahman Wahid sebagai orang yang

17Hadi Sutanto,Wawancara, Surabaya, 26 Juni 2016.

18“Sejarah Gereja di Indonesia”,


(55)

mampu menjembatani dialog antar iman.19

Jensen menceritakan hubungan Presiden Abdurahman Wahid dengan Mormon berkembang hingga ke para pimpinan gereja terutama Presiden Boyd K Packer dari Kuorum 12. Persahabatan itu juga menjadi jembatan hingga kaum Mormon memiliki beberapa cabang gereja di Indonesia. Baik Jensen maupun Abdurahman Wahid memiliki panggilan akrab dengan sebutan ‘brother’.

d. Cuci Motor Gratis

Program yang dilaksanakan setiap hari Rabu sore mulai pukul 14:30 selama musim kemarau ini merupakan hasil inisiatif para misionaris Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Zaman Akhir. Masyarakat yang kebetulan melintas di depan gereja dapat mampir untuk menyucikan kendaraan bermotornya di gereja tersebut secara cuma-cuma. Para Elder baik yang berwajah lokal maupun bule (asing) menyambut mereka dan kemudian mencuci sepeda motor dengan senang hati. Elder Zoolinger20 mengakui bahwasanya ada kurang lebih 20 kendaraan bermotor setiap minggunya. Selama proses pencucian, elder lain mengajak pemilik motor berbincang-bincang ringan, sesekali mereka mengenalkan gereja dan ajaran Joseph Smith dengan menunjukkan kitab Mormon serta selebaran-selebaran yang berisi

19“Beda Ulama dan Paus: GusDur Orang Murtad atau Guru Perdamaian?”,

http://www.voa- islam.com/read/indonesiana/2010/01/11/2551/beda-ulama-dan-paus-gus-dur-orang-murtad-atau-guru-perdamaian/#sthash.Yu6ONMKH.m7KnGAQn.dpbs(Senin, 1 Agustus 2016, 07.19).


(56)

informasi tentang Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir.

e. Menunjukkan sikap yang ramah

Pihak gereja memperkenalkan gereja dengan berdakwah berkeliling naik sepeda Mereka juga tidak takut bersaing dengan gereja-gereja lain. Mereka lebih menonjolkan ajaran Mormon kepada masyarakat. Mormon ini memiliki kelas sakramen dan lain-lain untuk memberi kesempatan setiap jemaat untuk berbicara di mimbar. Selain itu, dengan menunjukkan sikap keagamaan sebagai perwujudan ajaran Mormonisme kepada masyarakat dengan menjunjung tinggi moralitas dapat membuat masyarakat sekitar sadar tergugah bahwa orang Mormon baik dan tidak menyimpang seperti yang banyak didengungkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.


(57)

48

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

ORANG-ORANG SUCI ZAMAN AKHIR

A. Data Jumlah Jemaat Gereja Tahun 2003-2015

Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir di Jawa Timur memiliki tiga cabang. Dua diantaranya berlokasi di Surabaya. Cabang Surabaya 1 terletak di Jl. Putat Indah dan cabang Surabaya 2 berada di Jl. Upajiwa serta terdapat satu cabang lagi di Malang. Dalam pembahasan ini, pendataan jemaat dari dua cabang Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir di Surabaya sama-sama dimulai pada tahun 2003 sehingga memudahkan penelitian karena cabang Surabaya 2 baru diresmikan pada akhir tahun 2002. Kemudian peneliti memberi batasan tahun 2015 dikarenakan dari rentang tahun 2003-2015 gereja sudah menunjukkan perkembangan yang cukup bagus terutama pertumbuhan jemaatnya. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perkembangan jumlah jemaat berdasarkan data dan keterangan dari Bapak Hadi Sutanto selaku Presiden Distrik Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir di dua cabang Surabaya yakni, di Putat Indah dan Upajiwa:


(58)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

Tahun Jumlah Jemaat

2003 300

2004 314

2005 329

2006 347

2007 364

2008 379

2009 403

2010 419

2011 440

2012 463

2013 490

2014 519

2015 551

Tabel.1. Jumlah Jemaat Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir Cabang Surabaya


(59)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id Dari tabel dan grafik tersebut dapat diketahui bahwa jemaat Gereja Yesus

Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir di cabang Surabaya 1 dan 2 terus mengalami kenaikan setiap tahunnya, ada ±15-30 orang resmi menjadi anggota gereja. Setiap kebaktian (ibadah mingguan) jemaat yang hadir di cabang Surabaya kurang lebih sekitar 100-150 orang termasuk dewasa dan anak-anak di dua cabang gereja. Masing-masing cabang memuat 150 orang jemaat. Kesemua jemaat tersebut adalah jemaat yang aktif mengikuti ibadah mingguan.

Apabila ditinjau menurut logika marketing agama, keberlangsungan suatu agama tergantung pada kreatifitas pemimpin agamanya dalam menciptakan produk agama yang unik yang tetap berdasarkan pokok ajaran agama tersebut. Kekreatifan para produsen gereja dalam menciptakan dan memasarkan produk agamanya kepada konsumen menjadi poin penting dalam meningkatkan jumlah jemaatnya serta mempertahankan posisinya di pasar keagamaan. Untuk menarik minat para konsumen supaya bergabung menjadi bagian dari sebuah perusahaan agama, maka perusahaan tersebut saling berlomba dalam memasarkan produknya semenarik mungkin.

Dalam memasarkan produk agamanya, produsen Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir memanfaatkan para misionaris berusia muda dan berwajah tampan. Selain mereka mengabarkan Injil dengan bersepeda berkeliling di sekitar Surabaya Timur, mereka juga memberikan informasi kepada setiap orang tentang kegiatan-kegiatan gereja. Masyarakat Indonesia selalu tertarik dengan warga negara asing, dipilihnya misionaris dengan kriteria usia yang masih relatif muda, penuh semangat, sikap yang ramah, dan memiliki wajah bulememang menjadi daya


(60)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id tarik tersendiri bagi warga Surabaya khususnya. Hasrat keingintahuan mereka muncul

terhadap aktivitas yang dilakukan oleh dua lelaki muda berseragam putih hitam dengan name tag di dada bersepeda di daerah mereka. Para warga yang penasaran, kemudian memanggil mereka dan menanyakan apa yang mereka sedang lakukan. Ketika dua misionaris menghampiri, maka mereka memperkenalkan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dengan bahasa yang mudah dipahami oleh warga.

Selain itu, para misionaris atau yang biasa dipanggil "elder" mempunyai inisiatif untuk membuka cuci motor gratis di halaman gereja setiap hari Rabu pada musim kemarau. Beberapa pengendara yang kebetulan melintas di depan gereja tertarik untuk mampir dan mencucikan kendaraan bermotornya disana. Sebagian elder mencuci sepeda motor dan sebagian lainnya menemani pengendara yang menunggu kendaraan mereka dicuci sambil memperkenalkan Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dan pokok-pokok ajaran dari Kitab Mormon. Di samping itu, kursus Bahasa Inggris gratis yang diadakan setiap hari Sabtu sore bagi anak-anak juga mendapatkan respon yang cukup baik dari orangtua masing-masing karena kegiatan ini dapat menambah pengetahuan bahasa asing putra-putri mereka.

Perusahaan agama ini berusaha tampil semenarik dan seunik mungkin dalam berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan agama lain di Surabaya. Jika dilihat dari segi produk agamanya, sebetulnya tidak jauh berbeda dari produk gereja lain. Tetapi gereja ini unggul dalam proses pemasarannya. Yang dijadikan sebagai alat ukur keunggulannya adalah mereka menggunakan cara pemasaran dan produk agama yang


(61)

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id unik seperti menempatkan para misionaris asing, dakwah melalui media sosial, dan

lain sebagainya, pihak produsen Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir terbukti kreatif, inovatif, dan efisien dalam segi pemasaran produknya.

Jika biasanya gereja lain memberikan bantuan secara finansial atau kebutuhan pangan kepada masyarakat terutama yang tingkat ekonominya rendah dalam merekrut jemaat, tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir. Para misionaris terlebih dahulu berusaha mendekati dan membaur dengan masyarakat demi memperkenalkan serta menyebarkan ajaran Mormon. Perbedaan sikap dan strategi pemasaran inilah yang berhasil memicu daya tarik konsumen terhadap gereja yang kemudian berdampak pada peningkatan jumlah jemaat secara bertahap setiap tahunnya.

Meskipun kenaikan jemaat tidak banyak, tetapi produsen gereja tidak merisaukan hal tersebut. Karena pihak gereja tidak memprioritaskan kuantitas jumlah jemaat tetapi mereka lebih mengutamakan kualitas jemaatnya. Pak Hadi Sutanto1 menyatakan bahwa kualitas jemaat bukan karena jumlahnya, melainkan imannya. Seberapa jauh mereka dapat bersatu dengan Tuhan dan secara konsisten mentaati perintah serta menjauhi segala laranganNya. Mereka lebih fokus pada jemaat yang ada dan memaksimalkannya dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada para jemaat. Meskipun tidak menjadi prioritas utama, tetapi baik dalam Konferensi Cabang maupun Distrik tetap membahas bagaimana strategi untuk menambah jemaat dan menetapkan target setiap tahunnya.


(1)

63

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

Maka produsen gereja terbukti kreatif, inovatif, dan efisien baik dalam segi penciptaan, promosi, dan pemasaran produk-produk gereja. Sehingga eksistensi Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir tetap bertahan dan gereja ini mampu berkompetisi dengan gereja-gereja lain di Surabaya. Meskipun gereja belum sepenuhnya dapat memenuhi dan melayani seluruh permintaan konsumen sesuai dengan logika marketing agama, tetapi Gereja Yesus Kristus tidak melakukan pemaksaan kepada para konsumen. Sebaliknya seluruh pengurus gereja menunjukkan sikap moral yang Tuhan inginkan agar masyarakat mengetahui bahwa ajaran gereja tidaklah sesat ataupun menyimpang dan gereja bertanggung jawab kepada Pemerintah Kota Surabaya dalam memelihara kerukunan umat beragama dengan mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

B. SARAN

Setelah mengamati aktivitas ekonomi agama yang dikembangkan di Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, penulis memiliki beberapa saran:

1. Untuk segenap pengurus Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir sebaiknya lebih kreatif lagi dalam menciptakan beberapa program keagamaan yang dikhususkan untuk masyarakat umun atau non jemaat. Kemudian masyarakat juga hendaknya dilibatkan dan digabungkan bersama dengan anggota gereja baik pemimpin maupun jemaat dalam kegiatan


(2)

64

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

tersebut supaya mereka semua lebih akrab, dapat membuat image gereja di kalangan masyarakat terutama di Surabaya Timur baik, dan dekat dengan masyarakat. Melalui program ini, masyarakat bisa dengan mudah mengetahui seluk-beluk gereja yang nantinya berdampak pada minat mereka yang berangsur-angsur tinggi terhadap gereja dan peningkatan jumlah jemaat akan terjadi. Selain itu kegiatan tersebut dapat meluaskan jaringan dan menjalin hubungan baik dengan banyak orang juga dapat membantu gereja untuk lebih berkembang.

2. Kepada seluruh lapisan masyarakat hendaknya tidak menjustifikasi Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir ini menyimpang hanya karena termakan oleh desas-desus dan tidak memprovokasi orang lain untuk turut menyesatkannya. Ada baiknya untuk datang sendiri dan melihat secara langsung bagaimana aktivitas keagamaan di gereja tersebut. Setelah itu baru berpendapat berdasarkan hasil penelitiannya. Karena sebagian besar dari isu-isu yang beredar tidak menyertakan fakta dan bukti yang valid.

3. Teruntuk masyarakat muslim, khususnya para takmir atau pengurus masjid dan musholla ada baiknya belajar dari keunikan strategi Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dalam menarik minat jamaahnya yang bertujuan agar para jamaah setia dan memiliki ikatan kekeluargaan dan emosional yang kuat baik antara jamaah dengan jamaah maupun jamaah dengan ustadz atau kyainya. Misalnya, seusai mengadakan ceramah agama sebaiknya jamaah tidak dibiarkan meninggalkan ruangan dahulu. Kemudian


(3)

65

digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id digili .uins y.a .id

mereka diajak untuk makan bersama. Sembari makan, ustadz atau takmir yang bertanggung jawab dalam acara tersebut mengakrabkan diri dan melakukan pendataan jamaah. Hal semacam ini bermanfaat bagi keberlangsungan dakwah para ustadz sendiri dan meningkatkan rasa saling membutuhkan antara ustadz dengan jamaahnya. Apabila ikatan persaudaraan telah terjalin dengan baik, maka jamaah dengan sendirinya selalu hadir dimanapun sang ustadz atau kyai tersebut berdakwah.

4. Penulis sadar bahwasanya karya tulis ini penuh kekurangan. Maka penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi menutupi kekurangan tersebut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afdillah, Muhammad. (2012). “Contextualizing Kymlicka’s Multicultural Citizenship in Surabaya”,Religió: Jurnal Studi Agama-agama, Vol.2, No.1, pp.59-68. M McKinnon, Andrew. (2013). "A Critique of the "Religious Economy": Ideology

and the Market Metaphor in Rational Choice Theories of Religion", Critical Sociology, Vol.39, No.4, pp.1-32.

Brian J Grim dan Roger Finke. (2007). "Religious Persecution in Cross-National Context: Clasing Civilization or Regulated Religious Economies?",American Sociological Review, Vol.72, pp.633-658.

Eva M. Hamberg dan Thorleif Pettersson. 1994. "The Religious Market: Denominational Competition and Religious Participation in Contemporary Sweden", Journal for the Scientific Study of Religion, Vol.33, No.3, pp.205-216.

Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, Kesaksian Nabi Joseph Smith, terj. The Testimony of the Prophet Joseph Smith. Jakarta: Intellectual Reserve, Inc, 1998.

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/penelitian-deskriptif-kualitatif.html“PenelitianDeskripifKualitatif” (Sabtu, 2 April 2016)

http://www.lds.or.id/tentang-kami/sejarah-gereja-di-indonesia “Sejarah Gereja di Indonesia” (Sabtu,16 Juli 2016).

https://www.mormon.org/ind/pekerjaan-misi“Pekerjaan Misi” (Sabtu, 16 Juli 2016). http://www.mormonnewsroom.org/topic/church-growth “Church Growth” (Senin, 13

Juni2016).

http://www.mormonnewsroom.org/facts-and-statistics/country/indonesia “Facts and Statistics” (Kamis, 28 Juli 2016).

http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2010/01/11/2551/beda-ulama-dan-paus-

gus-dur-orang-murtad-atau-guru-perdamaian/#sthash.Yu6ONMKH.dpbs“Beda Ulama dan Paus: Gus Dur Orang Murtad atau Guru Perdamaian?” (Senin, 1 Agustus 2016).


(5)

http://whatmormonsbelieve.org/joseph_smiths_life.html ”Joseph Smith’s Life” (Kamis, 28 Juli 2016).

Iannaccone, Laurence R. (1998). "Introduction to the Economics of Religion",

Journal of Economic Literature, Vol.3, pp.1465-1496.

KeputusanBersamaMenteri Agama dan MenteriDalamNegeriNomor 1 Tahun 1979. Malik

Muqtadir,http://www.tipepedia.com/2015/11/teori-analisis-data-miles-dan-hubermen.html “TeoriAnalisis Data Miles dan Huberman

LengkapdenganPengertiandanTahapan”(Kamis, 17 Maret 2016)

Mark Chaves dan Laura Stephens, "Church Attendance in the United States", dalam

Handbook of The Sociology of Religioned. Michele Dillon. USA: Cambridge University Press, 2003.

M McKinnon, Andrew. (2013). "A Critique of the "Religious Economy": Ideology and the Market Metaphor in Rational Choice Theories of Religion", Critical Sociology, Vol.39, No.4, pp.1-32.

Miller, Kent. D. (2002). “Competitive Strategies of Religious Organization”.

Strategic Management Journal. Vol.23, No.5, pp.435-456.

Moleong, Lexy.J. 2007. Metodologi Penelitan Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Olav Aarts, Manfred Te Grotenhuis, Ariana Need, dan Nan Dirk De Graaf. (2010). "Does Duration of Deregulated Religious Markets Affect Church Attendance? Evidence from 26 Religious Markets in Europe and North America Between 1981 and 2006”. Journal for the Scientific Study of Religion, Vol.49, No.4, pp.657-672.

Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 9 Tahun 2006 Nomor: 8 Tahun 2006.

Peter A. Zaleski dan E. Zech.(1995). "The Effect of Religious Market Competition on Church Giving".Review of Social Economy. Vol.53, No.3, pp.350-367.

Roger Finke, Rodney Stark, dan Avery M. Guest.(1996). "Mobilizing Local Religious Markets: Religious Pluralism In The Empire State, 1855 to 1865".

American Sociological Association, Vol.61, No.2, pp.203-218.

Roger Finke dan Rodney Stark. (1998). "Religious Economies and Sacred Canopies: Religious Mobilization in American Cities", American Sociological Review, Vol.53, No.1, pp.41-49.


(6)

Roger Finke. (1989). "Demographic of Religious Participation: An Ecological Approach, 1850-1980". Journal for the Scientific Study of Religion, Vol.28, No.1, pp.45-58.

Roger Finke dan Rodney Stark. (1986). "Turning Pews Into People: Estimating 19th Century Chuch Membership".Journal for the Scientific Study of Religion, Vol.25, No.2, pp.180-192.

Rodney Stark dan Roger Finke. "Beyond Chruch and Sect", dalam Sacred Markets, Sacred Canopies: Essays on Religious Markets and Religious Pluralism, ed. Ted G. Jelen. USA: Rowman &Littlefield Pubslishers, Inc, 2002.

Roger Finke dan Rodney Stark, "The Dynamics of Religious Economies", dalam

Handbook of Sociology of Religion, ed. Michele Dillon. USA: Cambridge University Press, 2003.

Trisno Yuwono dan Pius Abdullah. 1994.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, Surabaya: Arkola.

Wendy W. Sheffield, LCSW, Shirley E. Cox. 2004.Program Pemerkayaan Keluarga, t.k.: Fakultas Pekerjaan Sosial Universitas Brigham Young.