Lamp II SK No.148 Thn 2015
Lampiran II :
Keputusan Bupati Barito Kuala Nomor 188.45/ 148 /KUM/2015 Tanggal 10 April 2015
TENTANG IZIN LINGKUNGAN KEGIATAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN PABRIK CPO
PT. ANUGERAH SAWIT INTI HARAPAN (ASIH) DI KECAMATAN TABUNGANEN DAN TAMBAN, KAB. BARITO KUALA,
TELAAHAN SEBAGAI DASAR ARAHAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN.
Salah satu factor dalam menilai keberhasilan pembangunan adalah kelestarian sumber daya alam dan lingkungan sehingga pembangunan tersebut dapat berkelanjutan (sustainable). Hal tersebut dapat terlihat pada perubahan berbagai parameter komponen lingkungan di dalam dan sekitar suatu kegiatan baik langsung maupun tidak langsung yang bersifat mendasar. Adanya benturan berbagai kepentingan seperti factor ekonomi dan teknis dengan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan menurut pola kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang konprehensif.
Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan merupakan tindak lanjut dari kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang dijabarkan ke dalam kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang komprehensif.
Menyadari hal tersebut maka Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan agar dampak negatif yang ditimbulkan seperti pencemaran lingkungan dapat diminimalkan secara keseluruhan. Mengingat dampak yang ditimbulkan tersebut, berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib Melengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, maka kegiatan ini wajib dilengkapi dokumen UKL dan UPL. Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) berpotensi untuk menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar, baik berupa dampak positif maupun dampak negatif, untuk meminimalkan dampak yang terjadi dari suatu kegiatan
(2)
tersebut maka perlu dilakukan perencanaan pengelolaan lingkungan usaha kegiatan.
Perencanaan pengelolaan tersebut tertuang dalam dokumen sebagai pedoman dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Berdasarkan kepada hasil prakiraan dan evaluasi terhadap dampak yang muncul akibat kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten Barito Kuala diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik yang bersifat positif maupun negatif. Komponen lingkungan yang terkena dampak tersebut meliputi komponen lingkungan fisik–kimia, biologi, sosial ekonomi dan budaya, serta kesehatan masyarakat dimana besaran dan sifat dampak akan bervariasi terhadap komponen lingkungan yang satu dengan komponen yang lainnya baik pada tahap pra konstruksi, tahap konsruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi.
Untuk mengetahui bagaimana suatu komponen lingkungan akan berubah akibat adanya suatu aktivitas/kegiatan manusia, maka dilakukan perkiraan dampak lingkungan. Metode perkiraan dampak yang digunakan adalah pendekatan yang bersifat formal maupun non formal dengan menggunakan kriteria atau standar baku mutu lingkungan yang ada sehingga perlu dilakukan arahan pengelolaan dan pemantauan. Pengelolaan terhadap dampak ini bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positifnya. Dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilaksanaan ini berdasarkan rona lingkungan dan dampak yang ditimbulkan maka pengelolaan yang dilakukan berdasarkan sumber dampak dan jenis dampak baik pada tahap pra konstruksi, tahap kontruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi, maka program kegiatan yang dilakukan adalah :
A. SUMBER DAN JENIS DAMPAK PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI, KONSTRUKSI, OPERASI DAN PASCA OPERASI
I. TAHAP PRA KONSTRUKSI 1. Kegiatan Sosialisasi
(3)
Kegiatan sosialisasi yang dilakukan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, sehingga akan berkembang pemahaman dan persepsi positif masyarakat terhadap perusahaan. Melalui kegiatan sosialisasi ini masyarakat yang diperkirakan terkena dampak oleh kegiatan perkebunan kelapa sawit akan dapat memberikan masukanmasukan kepada perusahaan sehubungan dengan keterlibatan mereka dalam kegiatan proyek ini.
Sebagian besar masyarakat sudah tahu tentang rencana berdirinya perusahaan kelapa sawit yang disambut secara positif oleh tokoh masyarakat walaupun juga ada yang bersikap raguragu akan tetapi mereka tetap mengharapkan kembali ada sosialisasi secara menyeluruh dengan melibatkan banyak masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Melaksanakan kegiatan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga ke lapisan masyarakat yang paling bawah (level desa), terutama mereka yang akan ikut serta dalam program kemitraan.
Pengelolaan Dampak Terhadap Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Sifat dampak terhadap keamanan dan ketertiban kumulatif dan berbalik. Dengan adanya sosialisasi tidak akan muncul isuisu negatif yang sebenarnya tidak dipahami oleh berbagai pihak terutama masyarakat mengenai rencana berdirinya perekebunan kelapa sawit. Sehingga akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban masyarakat. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Melaksanakan kegiatan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga ke lapisan masyarakat yang paling bawah (level desa), terutama mereka yang akan ikut serta dalam program kemitraan.
2. Pengadaan Lahan
Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit PT. ASIH ini, selain dilakukan kegiatan pembebasan lahan dan pemberian ganti rugi bagi
(4)
lahan masyarakat yang terkena lokasi perkebunan juga akan dilakukan pelaksanaan program pola kemitraan (intiplasma) agar dapat melibatkan masyarakat setempat. Pengadaan lahan diprakirakan berdampak terhadap komponen sosial ekonomi bagi mereka yang memiliki tanah atau lahan di lokasi rencana proyek dan setuju dengan pola kemitraan ini, maka mereka akan memperoleh lahan usaha tanaman kelapa sawit tersebut.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang program kemitraan dan rencana kegiatan perkebunan kelapa sawit secara keseluruhan.
• Memberikan bantuan pembinaan pengembangan pertanian pangan, terutama mereka yang lahannya dibebaskan atau diikutsertakan dalam kemitraan perkebunan kelapa sawit yang diintegrasikan dengan kegiatan CSR/CD, dengan titik berat pada program yang dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada.
Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Pengadaan lahan diperkirakan berdampak terhadap persepsi masyarakat terutama yang lahan usahanya terkena tapak proyek perkebunan kelapa sawit PT. ASIH. Dampak yang mungkin timbul berupa kekhawatiran tidak jelasnya proses perjanjian kepemilikan lahan. Kemungkinan besar akan muncul dua kelompok masyarakat yaitu masyarakat yang pro dan kontra terhadap keberadaan perkebunan kelapa sawit PT. ASIH. Intensitas dampak yang ditimbulkannya dapat menimbulkan kontroversi di masyarakat, pemerintah daerah, atau pelaksana proyek, terutama berkaitan dengan belum dipahaminya masalah prosedur pengadaan lahan dan kepemilikan lahan yang syah mengingat sebagian lahanlahan yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit merupakan lahan yang dalam kondisi bera dan kepemilikannyapun sebagian dimiliki oleh orang luar wilayah desa studi.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
(5)
• Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan terhadap dampak primernya, yaitu dengan cara memberikan bantuan pembinaan pengembangan pertanian pangan, terutama mereka yang lahannya dibebaskan atau diikutsertakan dalam kemitraan perkebunan kelapa sawit yang diintegrasikan dengan kegiatan CSR/CD dengan titik berat sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan potensi desa.
Pengelolaan Dampak Terhadap Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
Pengadaan lahan diperkirakan berdampak terhadap gangguan keamanan, jika dalam pelaksanaannya ada pihakpihak yang merasa dirugikan dan mereka menuntut haknya. Selain itu juga berpotensi menimbulkan keresahan akibat adanya masyarakat yang merasa kehilangan akses usaha yang selama ini menjadi mata pencaharian mereka seperti menggalam dan mencari ikan. Potensi konflik ini juga akan muncul jika terjadi sengketa kepemilikan hak atas lahan tersebut karena tidak adanya batas atau tanda yang jelas.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan terhadap dampak primernya yaitu mencegah terjadinya konflik kepemilikan lahan dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang lahannya terkena lokasi kebun kelapa sawit serta Ketua RT, Kepala Desa dan Tokoh Masyarakat setempat dalam pelaksanaan pengukuran dan penentuan batasbatas tanah.
II.TAHAP KONSTRUKSI
Penerimaan dan Pengerahan Sumberdaya Manusia Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Kegiatan rekruitmen dan pengerahan sumberdaya manusia dapat menimbulkan dampak terhadap kesempatan kerja maupun kesempatan berusaha bagi penduduk di sekitar lokasi proyek.
Dampak yang terjadi akan berlangsung relatif lama selama masa perkebunan kelapa sawit berlangsung. Intensitas dampak yang
(6)
ditimbulkannya cukup banyak berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan pendapatan dan perekonomian masyarakat. Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak antara lain sosial budaya, dan persepsi masyarakat. Sifat dampak kumulatif dan berbalik.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desadesa dalam wilayah studi
• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit.
• Melakukan pengembangan SDM dengan jalan memberikan pendidikan/pelatihan terhadap tenaga kerja dibidang perkebunan kelapa sawit sebelum mereka dipekerjakan sehingga tersedia SDM lokal yang siap pakai. Sedangkan skill yang belum terpenuhi bisa diambil dari luar daerah.
• Membayarkan upah kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Pengerahan sumberdaya manusia dan tenaga kerja untuk kegiatan perkebunan kelapa sawit akan mempengaruhi sikap penduduk terhadap perusahaan jika tidak memberikan manfaat kepada penduduk setempat. Berdasarkan persepsi masyarakat ternyata harapan dan saran yang dominan diungkapkan masyarakat terkait dengan terbukanya peluang pekerjaan di perkebunan kelapa sawit dengan pola rekruetmen tenaga kerja yang mengutamakan masyarakat lokal. Selama ini pekerjaan utama yang penduduk desa di wilayah studi tekuni adalah sebagai petani terutama tanaman padi. Akan tetapi walaupun demikian sebagian besar pemuda produktif di desa desa wilayah studi banyak juga yang merantau pergi ke daerah lain untuk mencari pekerjaan. Penduduk yang berada di tempatpun selain menekuni pekerjaan yang sudah ada tetap mengharapkan bisa dilibatkan pada perusahaan kelapa sawit yang akan berdiri. Artinya, maka kesempatan kerja dan berusaha tetap diharapkan oleh penduduk di wilayah studi dengan proporsi berdasarkan pendidikan dan kemampuan yang mereka miliki.
(7)
Tenaga kerja terampil bukan hanya memiliki pendidikan yang lebih baik akan tetapi juga ditunjang oleh pengalaman dalam bekerja sesuai mata pencahariannya. Dalam kaitannya dengan perusahaan kelapa sawit sumbersumber tenaga kerja produktif dan potensial yang memang sudah berkecimpung di bidang pertanian sebagai petani dapat ditempa untuk menjadi tenaga kerja trampil sehingga terjadi pemerataan distribusi tenaga kerja yang terserap oleh perusahaan. Maka jika harapan mereka terpenuhi akan berkembang sikap dan persepsi positif terhadap perusahaan, sebaliknya jika harapan ini tidak terwujud maka akan berkembang sikap dan persepsi negatif terhadap perusahaan.
Dampak yang terjadi akan berlangsung selama kegiatan rekruitmen dan pengerahan sumberdaya manusia hingga kegiatan operasional perkebunan berlangsung. Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak adalah keamanan dan ketertiban. Sifat dampak kumulatif dan berbalik.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desadesa dalam wilayah studi
• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit.
• Melakukan pengembangan SDM dengan jalan memberikan pendidikan/pelatihan terhadap tenaga kerja dibidang perkebunan kelapa sawit.
Pengelolaan Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat
Kegiatan penerimaan dan pengerahan sumberdaya manusia berdampak terjadinya mobilisasi tenaga kerja ke tempat hunian baru yang berdekatan dengan kegiatan proyek. Sebagian tenaga kerja akan menetap pada campcamp hunian yang disediakan oleh pihak perusahaan. Dampak yang mungkin terjadi adalah penularan penyakit akibat mobilitas dan kontak/berdekatannya tenaga kerja yang sehat dengan tenaga kerja yang menderita penyakit menular tertentu. Untuk menghindari hal tersebut maka pada tahap penerimaan tenaga kerja harus dilakukan seleksi yang ketat terhadap kesehatan pelamar,
(8)
terutama bagi penderitapenderita yang bersifat carrier (pembawa). Penyakit yang dikhawatirkan adalah malaria dan filaria mengingat daerah studi terdapat nyamuk Anopheles dan Mansonia yang merupakan host intermediate. Bila dari tenaga kerja yang di datangkan dari luar di dalam tubuhnya terdapat bibit plasmodium dan cacing micro filaria, kemungkinan besar daerah tapak proyek dan sekitar tapak proyek akan terjadi penyakit malaria dan filaria, karena yang awalnya nyamuk Anopheles dan Mansonia di dalam tubuh nyamuk tidak ada bibit plasmodium dan micro filaria, akan mendapatkan bibit penyakit ini dari tenaga kerja yang didatangkan dari luar. Kondisi ini akan menjadi sumber penularan yang berbahaya bagi tenaga kerja yang sehat yang lainnya dan penduduk disekitarnya. Penyakit lain yang mungkin timbul adalah ISPA, penyakit kulit, diare, dan penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas yang ditularkan melalui perantaraan media air, udara dan serangga. Data 10 penyakit terbanyak menunjukkan bahwa penyakit infeksi menular seperti tersebut di atas masih menduduki peringkat terbanyak di masyarakat. Keadaan ini sebenarnya bisa dihindarkan dengan perbaikan sarana sanitasi lingkungan dan didukung perilaku higienis perorangan yang baik.
Mengingat tingginya mobilitas dan kemungkinan kontak antar tenaga kerja, maka luas persebaran dan intensitas dampak dinilai cukup besar. Lama berlangsungnya dampak dan sifat akumulasi dampak juga besar terlebih adanya efek sinergis antar penyakit pada seorang penderita.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan seleksi yang ketat terhadap kesehatan pelamar, terutama bagi penderitapenderita yang bersifat carrier dengan cara memberlakukan syarat kesehatan yang diperoleh dari dokter pemerintah dalam penerimaan karyawan (medical check up).
• Diagnosa dini dan pengobatan yang tepat terhadap penderita penyakit dan carrier.
• Indoor Residu Spraying (IRS) yaitu penyemprotan rumah penduduk. Pembukaan Lahan
(9)
Pengelolaan Dampak Terhadap Hidrologi
Pembukaan/pembersihan lahan pada lokasi perkebunan kelapa sawit yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah berupa pemapasan sejumlah vegetasi yang sebagian besar berupa pepohonan dan semak belukar, dimana pada daerah bukaan lokasi perkebunan kelapa sawit sebagian telah ditebang oleh penduduk lokal terutama untuk kayu bakar. Kemajuan kegiatan pembersihan lahan diareal studi dilakukan sejalan dengan kemajuan operasi kegiatan perkebunan. Dampak dari kegiatan ini adalah hilangnya vegetasi, sehingga limpasan air larian akan menjadi lebih tinggi, terutama pada saat hujan. Kondisi ini dapat meyebabkan terjadinya penggerusan dan pengikisan lapisan tanah. Dampak dari kegiatan ini juga akan menyebabkan besarnya volume air yang memasuki daerah perkebunan, bersamaan dengan tingkat kekeruhan yang dibawahnya.
Dampak lain yang diperkirakan timbul adalah meningkatnya sedimen transport pada wilayah aliran sungai. Tanpa adanya vegetasi penutup, indeks erositivitas akan menjadi besar, yang pada akhirnya tanah mempunyai potensi untuk tererosi oleh limpasan air. Debit sedimen akan mudah terbawa ke saluran/badan sungai, mengumpul dan mengendap sebagai akibat sedimentasi di dasar saluran/sungai. Dampak lebih jauh dengan adanya endapan sedimen di dasar saluran/sungai akan terjadi penyempitan penampang melintang saluran/sungai, degradasi dasar saluran/sungai, berkurangnya kapasitas debit saluran/sungai, berkurangnya kecepatan aliran dan akhirnya terjadi genangan/banjir. Walaupun lamanya dampak berlangsung hanya pada tahapan kegiatan kontruksi (pembukaan lahan) namun intensitas dampaknya besar.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pembuatan parit/polder di sekeliling areal kebun, dengan sistem bukatutup untuk keperluan pengaturan air.
• Melakukan pembersihan lahan sesuai dengan keperluan dan kemajuan kegiatan.
• Melakukan pembukaan lahan secara bertahap. Bukaan lahan hanya dilakukan dengan luasan yang betulbetul diperlukan saja dengan menerapkan sistem blok tanam.
(10)
Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air
Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit yang diperkirakan akan merubah pola penggunaannya dari daerah bervegetasi hutan tersier yang didominasi tumbuhan galam,semak belukar,daerah tepian rawa yang selanjutnya akan meningkatkan debit Run Off dan laju erosi permukaan tanah. Matrial yang tererosi akan terangkat melalui aliran permukaan menuju ke badan air penerima dan terdistribusi kesekitar wilayah studi. Parameter kualitas fisik air yang akan terpengaruh langsung oleh laju erosi dan pelarutan tanah adalah kandungan padatan terlarut (TDS), total padatan tersuspensi (TSS) dan kekeruhan air. Sedangkan parameter kimia air yang akan terpengaruh kegiatan perkebunan kelapa sawit adalah peningkatan kadar nutrien (Nitrat, Nitrit, Amoniak dan Phosfat) dan serasah organik yang dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut (DO). Dikaitkan dengan adanya perkebunan kelapa sawit dilahan bervegetasi hutan tersier, semak belukar dan daerah rawa peningkatan nilai parameter fisik (TDS dan TSS) diperkirakan dapat mencapai 3 hingga 5 kali kandungan rona awal, namun tidak berlangsung lama sepanjang banyaknya turun hujan, sementara peningkatan kandungan kimia air dapat terjadi seiring dengan peningkatan kandungan padatan. Dengan adanya pembuatan saluransaluran pada aeral penanaman akan mereduksi sejumlah air yang meresap ke dalam tanah dan perairannya bisa dimanfaatkan oleh organisme dan nekton yang ada di sekitarnya. Kemungkinan dengan adanya saluransaluran yang dibuat di sekitar proyek akan dimanfaatkan oleh berbagai macam organisme air terutama ikan yang cocok dengan perairan di sekitarnya.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Dampak kegiatan pembersihan lahan untuk perkebunan kelapa sawit terhadap kualitas air pada dasarnya merupakan dampak turunan dari dampak kualitas tanah. Oleh karena itu upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas air dilakukan secara terintegrasi dengan upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas tanah.
• Mengendalikan dan membatasi atau meminimalkan lahan bukaan sesuai dengan keperluan. Pembersihan lahan dan penanaman hanya dilakukan pada area yang memang memerlukan pembersihan dengan menerapkan sistem blokblok unit kegiatan secara efisien.
(11)
Pengelolaan Dampak Terhadap Biologi Terrestrial
Semakin terbukanya kawasan berhutan yang berdampak akan semakin menurunnya kesuburan tanah sehingga vegetasi penutup tanah akan semakin berkurang. Selain itu dikhawatirkan akan terjadi semakin menurunnya keragaman jenis vegetasi, akibat dominasi dari kelapa sawit.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Tetap mempertahankan beberapa kawasan berhutan di sekeliling batas arealselebar 50 m sebagai tempat hidup satwa dan untuk tujuan konservasi lahan, serta mencegah semakin menurunnya keragaman jenis. Kawasan yang tetap dipertahankan terutama yang berdekatan dengan sungai atau sumbersumber air lainnya.
• Tidak melakukan penebangan pohonpohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup satwa, khususnya aves.
• Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan.
Pengelolaan Dampak Terhadap Satwa Liar
Selain kemungkinan terjadinya hilangnya plasma nuftah tumbuhan, dampak lain yang muncul adalah terjadinya migrasi satwa yang hidup di sana, yang mejadi habitatnya. Areal yang di buka cukup luas, sehingga dampaknya terhadap migrasi satwa atau hilangnya satwa juga besar.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Tetap mempertahankan beberapa kawasan berhutan sebagai tempat hidup satwa dan untuk tujuan konservasi lahan, serta mencegah semakin menurunnya keragaman jenis. Kawasan yang tetap dipertahankan terutama yang berdekatan dengan sungai atau sumbersumber air lainnya.
• Tidak melakukan penebangan pohonpohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup beberapa jenis aves.
• Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan.
(12)
Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Pembukaan lahan dilakukan untuk dua keperluan yaitu (a) pembukaan lahan yang menjadi tapak bangunan sarana / prasarana pendukung dan (b) pembukaan lahan yang akan menjadi areal kebun kelapa sawit. Pembukaan areal baru (land clearing), terutama untuk areal kebun kelapa sawit, dilakukan mengacu pada peraturan zero burning yaitu Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor 38/KB.110/SK/DJ.BUN/05.95 tentang Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran untuk Pengembangan Perkebunan. Kegiatan pembukaan lahan ini dilakukan dengan menggunakan tenaga manual (manusia), tenaga mesin dan menggunakan bahan kimia. Pembukaan lahan yang menggunakan tenaga manusia terutama dilakukan untuk kegiatan mengimas atau menebas/memotong anak kayu dan tanaman semak belukar lainnya lainnya yang berdiameter di bawah 10 cm, dengan menggunakan parang dan kampak serta dilanjutkan dengan kegiatan penumbangan pohon sehingga tidak ada pohon yang setengah tumbang. Kegiatan ini akan memerlukan tenaga kerja dari masyarakat sekitar yang memang sudah terampil untuk melakukan kegiatan tersebut.
Intensitas dampak yang ditimbulkannya cukup banyak berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan berusaha dan peningkatan pendapatan keluarga. Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak antara lain sosial budaya, dan persepsi masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan pembukaan lahan ke desadesa dalam wilayah studi.
• Mengutamakan tenaga kerja lokal terutama untuk kegiatan pembukaan lahan.
• Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Kebisingan
Pembukaan lahan meliputi kegiatan penebangan, pemotongan, pembersihan dan pembongkaran pohon, semak maupun tanah penutup di rencana areal perkebunan. Operasional akan dilakukan oleh alatalat berat seperti excavator, bulldozer dan traktor, aktifitas alatalat berat ini diperkirakan meningkatkan kebisingan yang cukup
(13)
signifikan (sumber bising berkisar antara 80 – 90 dBA). Wilayah yang terkena dampak relatif kecil mengingat pemukiman yang berpotensi menerima dampak langsung dari kegiatan berjarak ± 3000 meter dari lokasi areal perkebunan.
Berdasarkan perhitungan empirik dengan asumsi sumber berupa titik, kebisingan yang sampai pada pemukiman berjarak 100 meter akibat alatalat berat hanya sekitar 40 – 50 dBA. Artinya tingkat kebisingan yang sampai ke pemukiman yang lebih dari 100 m akan lebih rendah lagi dari range tersebut (tidak terdengar), mengingat jarak pemukiman dengan areal perkebunan letaknyan lebih jauh. Kebisingan pada rona awal (45,1 dBA), dimana tingkat kebisingan ini masih di bawah nilai baku mutu yang dipersyaratkan. Intensitas bising yang diterima oleh lingkungan dalam jarak dekat akan melebihi baku tingkat kebisingan, namun dampak yang terjadi tidak menimbulkan perubahan mendasar dan bersifat berbalik atau tidak terakumulasi.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Membatasi kecepatan kendaraan pengangkut peralatan terutama pada jalur jalan yang melintasi pemukiman penduduk.
• Mengatur agar tidak terjad konvoi kendaraan pengangkut peralatan. Pengelolaan Dampak Terhadap Tanah
Salah satu kegiatan dalam konstruksi bangunan, sarana/prasarana dan mobilitas peralatan adalah pembuatan parit yang bertujuan untuk menurunkan muka air tanah. Parit yang harus dibuat meliputi parit pembuangan, parit lingkar kebun, parit primer, parit sekunder, parit tersier dan parit kuartier yang mempunyai kedalaman dari 0,5 meter sampai 2,0 meter. Kegiatan konstruksi bangunan, sarana/prasarana dan mobilitas peralatan yang berdampak pada tanah diantaranya adalah terjadinya oksidasi firit pada tanah yang tadinya berada dalam kondisi reduktif. Berdasarkan observasi pada rona awal terdapat tanah lapisan sulfidik pada kedalaman > 100120 cm cm dari permukaan tanah. Bahan sulfidik ini bereaksi dengan oksigen (oksidasi) melalui dua cara, yaitu: (1) Bahan sulfidik terangkat ke permukaan tanah pada saat pembuatan parit/kanal, dan (2) Muka air tanah turun akibat pembuatan saluran drainase (terutama pada
(14)
musim kemarau), sehingga oksigen dapat masuk ke dalam tanah dan bereaksi dengan lapisan yang mengandung bahan sulfidik.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Membuat bodi jalan dengan mengambil tanah di sekitarnya tidak melebihi kedalaman lapisan pirit, sehingga lapisan pirit tidak terangkat ke permukaan tanah.
• Membuat saluran drainase/kanal dengan kedalaman tidak melebihi kedalaman lapisan pirit, sehingga lapisan pirit selalu berada dalam kondisi reduktif.
Pengelolaan Dampak Terhadap Hidrologi
Pembangunan sarana dan prasarana perkebunan kelapa sawit seperti kantor, bengkel, mess karyawan, jembatan, goronggorong, jalan angkut, jalan panen, jalan penghubung, jalan utama, jalan kolektor, fasilitas olahraga dan camp ditujukan untuk membantu memudahkan kegiatan operasional perkebunan. Dampak yang diperkirakan adalah terjadinya pergerakan air limpasan, yaitu mengecilnya luas daerah pengaliran atau genangan akibat pembendungan oleh kontruksi jalan yang ada sehingga akan bisa terjadi peninggian genangan air di lahan tertentu terutama pada saat hujan. Pada saat tertentu air genangan akan dapat berubah menjadi air permukaan yang siap bergerak mengikuti kemiringan tanah dasar menuju dan akan menempati saluran atau drainase tersebut. Dampak lainnya adalah menurunnya tinggi muka air tanah, yang diakibatkan pembuatan sumursumur air bersih. Dengan adanya galian sumur maka kondisi muka air tanah akan terhisab naik pada bagian tanah yang digali, sedangkan bagian tanah yang lain akan menurun sesuai dengan prinsip hukum hidrolika.
Perubahan juga terjadi terhadap nilai permeabilitas tanah, pada lokasi kegiatan yang dijadikan sebagai sarana dan prasarana diperkirakan terkena dampak yaitu terjadi penurunan dalam menyerap air, karena daerah tersebut akan menjadi daerah kedap air, kondisi ini menyebabkan air larian tidak dapat lagi diserap sehingga langsung mengalir kebagian yang lebih rendah sehingga terjadi sedimen yang akan terangkut ke saluran/sungai yang menyebabkan terjadinya genangan air/banjir.
(15)
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Meminimalkan luas lahan untuk areal pembangunan sarana dan prasarana dengan bangunan permanen.
• Penempatan dan penataan bangunan jangan pada daerah yang produktif.
• Mengupayakan bangunan sarana dan prasarana terutama bangunan kantor, mess dan rumah dengan konstruksi panggung. • Pembuatan drainase jalan raya.
• Pembuatan goronggorong atau jembatan pada daerah cekungan air yang dilewati trace jalan
• Pencegahan masuknya partikel tanah tererosi ke badan air dengan cara membuat paritparit/saluran perkebunan dan penjebak sedimen, untuk ditampung dan diolah di kolam pengendapan.
• Membuat pintupintu air untuk menjaga keseimbangan air dan menjaga salinitas air laut yang masuk pada saat pasang kedaerah pertanian penduduk.
Pengelolaan Dampak Terhadap Biota Terrestrial
Semakin terbukanya kawasan berhutan yang berdampak akan semakin menurunnya kesuburan tanah sehingga vegetasi penutup tanah akan semakin berkurang. Selain itu dikhawatirkan akan terjadi semakin menurunnya keragaman jenis vegetasi, akibat dominasi dari kelapa sawit.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Tetap mempertahankan beberapa kawasan berhutan sebagai tempat hidup satwa dan untuk tujuan konservasi lahan, serta mencegah semakin menurunnya keragaman jenis. Kawasan yang tetap dipertahankan terutama yang berdekatan dengan sungai atau sumbersumber air lainnya.
• Tidak melakukan penebangan pohonpohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup satwa, khususnya aves.
• Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan.
(16)
Selain kemungkinan terjadinya hilangnya plasma nuftah tumbuhan, dampak lain yang muncul adalah terjadinya migrasi satwa yang hidup di sana, yang mejadi habitatnya. Areal yang di buka cukup luas, sehingga dampaknya terhadap migrasi satwa atau hilangnya satwa juga besar.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Tetap mempertahankan beberapa kawasan berhutan sebagai tempat hidup satwa dan untuk tujuan konservasi lahan, serta mencegah semakin menurunnya keragaman jenis. Kawasan yang tetap dipertahankan terutama yang berdekatan dengan sungai atau sumbersumber air lainnya.
• Tidak melakukan penebangan pohonpohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup beberapa jenis aves.
• Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan.
Pembibitan Kelapa Sawit
Pengelolaan Terhadap Dampak Sosial Ekonomi
Kegiatan pembibitan kelapa sawit yang dilakukan akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif banyak, terutama untuk kegiatan pembibitan awal, pembibitan utama dan pemupukan. Dengan kondisi ini maka akan terbuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan secara langsung akan meningkatkan pendapatan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengutamakan tenaga kerja lokal terutama untuk kegiatan pembibitan kelapa sawit
• Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan pembibitan kelapa sawit yang dilakukan pada tahap pertama akan menyerap tenaga kerja sehingga terbuka peluang masyarakat setempat untuk bekerja sebagai buruh dalam kegiatan pembibitan. Hal ini tentu akan memberikan pandangan yang positif terhadap keberadaan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
(17)
responden, diketahui bahwa salah satu alasan utama mereka setuju dengan pembukaan perkebunan kelapa sawit adalah akan terbukanya kesempatan kerja di perusahaan ini bagi masyarakat lokal. Sehingga mereka berharap terjadi perbaikan ekonomi,pendidikan,kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Dan dengan membuka lowongan kerja yang sesuai keahlian dan pendidikan dengan mengutamakan tenaga kerja lokal akan dapat mengatasi pengangguran.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan terhadap dampak primernya, yaitu mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pembibitan di perkebunan kelapa sawit.
Penanaman Kelapa Sawit dan Cover Crop Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air
Penurunan kualitas air (peningkatan kandungan padatan tersuspensi (TSS)) dan kandungan padatan terlarut (TDS) serta kekeruhan perairan di sekitar wilayah studi.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Dampak kegiatan pembersihan lahan untuk perkebunan kelapa sawit terhadap kualitas air pada dasarnya merupakan dampak turunan dari dampak kualitas tanah. Oleh karena itu upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas air dilakukan secara terintegrasi dengan upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas tanah.
• Mengendalikan dan membatasi atau meminimalkan lahan bukaan sesuai dengan keperluan. Pembersihan lahan dan penanaman hanya dilakukan pada area yang memang memerlukan pembersihan dengan menerapkan sistem blokblok unit kegiatan secara efisien. Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Kegiatan penanaman kelapa sawit dan tanaman penutup yang dilakukan akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif banyak, baik tenaga kerja tetap maupun tenaga harian lepas. Kondisi seperti ini akan membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat
(18)
sekitar dan secara langsung akan meningkatkan pendapatan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengutamakan tenaga kerja lokal terutama untuk kegiatan pembibitan kelapa sawit
• Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan penanaman kelapa sawit dan cover crop yang dilakukan akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak sehingga peluang masyarakat setempat untuk bekerja sebagai buruh dalam kegiatan penanaman akan memberikan pandangan yang positif terhadap keberadaan perusahaan. Terbukanya kesempatan kerja dan adanya pendapatan yang cukup signifikan sebagai penambah pendapatan keluarga merupakan faktor yang berperan dalam pembentukan sikap dan persepsi masyarakat terhadap perusahaan.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan terhadap dampak primernya, yaitu mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan penanaman di perkebunan kelapa sawit.
5. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air
Penurunan kualitas air (peningkatan kandungan padatan tersuspensi (TSS) dan kandungan padatan terlarut (TDS) serta kekeruhan perairan di sekitar wilayah studi.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Penggunaan pestisida sesuai dengan dosis anjuran, agar tidak melebihi ambang batas.
• Upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas air dilakukan secara terintegrasi dengan upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas tanah.
(19)
Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan meliputi kegiatan : sensus tanaman dan penyisipan, pengkuran pelepah, pemeliharaan piringan serta jalan rintis dan gawangan, perawatan jalan serta jembatan dan parit, pemupukan, dan pengendalian hama serta penyakit. Kegiatan pemeliharaan kelapa sawit yang belum menghasilkan (TBM) yang dilakukan akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif banyak, baik tenaga kerja tetap maupun tenaga harian lepas. Kondisi seperti ini akan membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan secara langsung akan meningkatkan pendapatan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desadesa dalam wilayah studi
• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit terutama untuk kegiatan pemeliharaan TBM.
• Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) yang dilakukan akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak sehingga peluang masyarakat setempat untuk bekerja sebagai buruh dalam kegiatan pemeliharaan ini akan memberikan pandangan yang positif terhadap keberadaan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa salah satu alasan utama mereka setuju dengan pembukaan perkebunan kelapa sawit adalah akan terbukanya kesempatan kerja di perusahaan ini bagi masyarakat lokal.
Dalam kegiatan pemeliharaan TBM ini juga digunakan pupuk anorganik dan pestisida dalam pengendalian PHT. Penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak tepat dapat berakibat residu atau ceceran pupuk dan pestisida tersebut tercuci dan masuk ke sungai. Jika ini terjadi maka, masyarakat yang menggunakan sungai akan dirugikan, apalagi sampai menimbulkan masalah kesehatan penduduk yang menggunakan sungai tersebut.
(20)
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pemeliharaan TBM di perkebunan kelapa sawit.
• Membuat kolamkolam pengendap sebagai perangkap untuk menampung air larian jika terjadi hujan (run off), sebelum memasuki sungai atau anak sungai.
III. TAHAP OPERASI
1. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air
Penurunan kualitas air (peningkatan kandungan padatan tersuspensi (TSS) dan kandungan padatan terlarut (TDS) serta kekeruhan perairan di sekitar wilayah studi.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas air dilakukan secara terintegrasi dengan upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas tanah.
• Penggunaan pestisida sesuai dengan dosis anjuran, untuk menghindari ledakan hama dan pencemaran air yang akan mengakibatkan menurunnya kualitas air.
Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Pemeliharaan tanaman menghasilkan meliputi kegiatan : kastrasi, sanitasi, titi panen, pembuatan TPH, pemeliharaan gawangan dan pasar pikul, pemberantasan ilalang, penunasan, penyusunan pelepah, pemupukan, dan pengendalian hama serta penyakit. Kegiatan pemeliharaan kelapa sawit menghasilkan (TM) yang dilakukan akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif banyak, baik tenaga kerja tetap maupun tenaga harian lepas.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desadesa dalam wilayah studi
(21)
perkebunan kelapa sawit terutama untuk kegiatan pemeliharaan TM • Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengelolaan Dampak TerhadapSikap dan Persepsi Masyarakat
Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) yang dilakukan akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak sehingga peluang masyarakat setempat untuk bekerja sebagai buruh dalam kegiatan pemeliharaan ini akan memberikan pandangan yang positif terhadap keberadaan perusahaan. sawit ini akan mebuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.
Dalam kegiatan pemeliharaan TM ini juga digunakan pupuk anorganik dan pestisida dalam pengendalian PHT. Penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak tepat dapat berakibat residu atau ceceran pupuk dan pestisida tersebut tercuci dan masuk ke sungai. Jika ini terjadi maka masyarakat yang menggunakan sungai akan dirugikan, apalagi sampai menimbulkan masalah kesehatan penduduk yang menggunakan sungai tersebut. Dengan demikian akan berkembang sikap dan persepsi negatif karena kekhawatiran tercemarnya sungai dan anak sungai oleh residu pupuk anorganik dan pestisida yang digunakan di perkebunan kelapa sawit.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pemeliharaan TM di perkebunan kelapa sawit.
• Membuat kolamkolam pengendap sebagai perangkap untuk menampung air larian jika terjadi hujan (run off), sebelum memasuki sungai atau anak sungai
2. Pemanenan Kelapa Sawit
Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi
Kegiatan pemanenan kelapa sawit akan memerlukan tenaga kerja sebagai buruh panen baik tenaga kerja tetap maupun tenaga harian lepas. Jumlah tenaga kerja harian yang diperlukan cukup banyak dan secara bertahap. Dengan kondisi ini maka akan terbuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan secara langsung akan meningkatkan pendapatan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini.
(22)
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desadesa dalam wilayah studi.
• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit terutama untuk pemanenan.
Pengelolaan Dampak TerhadapSikap dan Persepsi Masyarakat
Kegiatan pemanenan akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang besar, tenaga kerjatenaga kerja ini sebagian besar direkrut dari masyarakat sekitar. Terbukanya kesempatan kerja ini bagi masyarakat akan memberikan pandangan positif terhadap keberadaan perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa responden menyatakan bahwa kegiatan perkebunan kelapa sawit akan meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan menyatakan akan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan terhadap dampak primernya, yaitu mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pemanenan di perkebunan kelapa sawit.
3. Pengangkutan Kelapa Sawit
Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Udara
Penurunan kualitas udara berupa peningkatan kadar debu dan gas kimia udara melebihi nilai baku mutu lingkungan yang terdispersi di sekitar lokasi jalan angkut.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Pembuatan barrier hidup melalui penanaman tanaman penghijauan di sekitar jalan akses atau mempertahankan vegetasi si sisi jalan akses setebal minimal 20 meter.
• Melakukan penyiraman pada areal jalan yang kering tiap interval 30 menit.
• Mengatur periode waktu keberangkatan antar angkutan untuk menghindari iringiringan armada (konvoi) di jalan.
(23)
• Membatasi kecepatan angkutan untuk menghindari dispersi debu secara berlebihan. (maksimal 40 km/jam).
Pengelolaan Dampak Terhadap Kebisingan
Peningkatan intensitas kebisingan akibat konvoi kendaraan pengangkut yang dimungkinkan berdampak lanjutan terhadap persepsi masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Membatasi kecepatan kendaraan pengangkut terutama pada jalur jalan yang melintasi pemukiman penduduk.
• Mengatur agar tidak terjadi konvoi kendaraan pengangkut peralatan dan kelapa sawit.
Pengelolaan Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat
Kegiatan pengangkutan berdampak terhadap munculnya gangguan pernafasan dan gangguan pendengaran akibat debu dan suara bising kendaraan pengangkut kelapa sawit.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Penyiraman jalan angkut yang kering setiap 30 menit sekali • Mengurangi kecepatan kendaraan angkut ± 40 km/jam. 4. Pengolahan Hasil
Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Udara
Kegiatan Pabrik CPO berdampak terhadap munculnya Kualitas Udara akibat Partikelpertikel yang dikeluarkan oleh cerobong asap.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Memasang cerobong asap yang dilengkapi dengan hole dan filter untuk meminimalisir bahanbahan polutan yang dikeluarkan bersama emisi asap pabrik.
• Menanam tanaman penghijauan di sekeliling areal pabrik, kantor dan mess karyawan untuk mereduksi debu dan gas hasil produksi. • Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan SOP dan panduan safety
(24)
• Menggunakan alat pelindung diri dan pernafasan bagi tenaga kerja yang bekerja di dalam pabrik dan berdekatan dengan sumber sumber pencemaran.
Pengelolaan Dampak Terhadap Kebisingan
Kegiatan Pabrik CPO berdampak terhadap munculnya gangguan suara bising Mesin Pabrik.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Menanam vegetasi dan pagar pelindung di sekeliling areal pabrik. • Menempatkan sumber bising berjauhan dengan kantor dan mess
karyawan.
• Mengisolasi generator dalam kamar khusus untuk mereduksi bising yang keluar.
• Pemeliharaan mesin secara teratur.
• Penggunaan APD bagi tenaga kerja yang beroperasi di tempat tempat yang bising.
Pengelolaan Dampak Terhadap Hidrologi
Kegiatan Pabrik berdampak terhadap hidrologi berupa pengurangan jumlah debit air.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengupayakan pembangunan tempattempat penampungan air hujan.
• Mengupayakan pembangunan sistem pemipaan dan pompa untuk pengambilan air dari sungai yang memiliki debit yang besar/memenuhi dan jumlah/debit air sungai yang diambil tersebut tidak melebihi dari yang ditetapkan.
• Menjaga normalisasi aliran sungai.
Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air
Kegiatan Pabrikberdampak terhadap munculnya sendimen sendimen air.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
(25)
• Tidak Melakukan pelepasan Limbah apabila masih dibawah standar yang ditetapkan.
• Membuat kolamkolam pengolahan limbah cair sebelum dialirkan ke sungai atau digunakan sebagai pupuk cair.
Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan pengolahan hasil kelapa sawit menjadi CPO dan PKO yang dilakukan oleh pabrik kelapa sawit akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak. Kesempatan kerja di pabrik pengolahan kelapa sawit ini akan memberikan pandangan positif masyarakat tentang keberadaan perusahaan secara keseluruhan. Tetapi di sisi lain, keberadaan limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut akan menimbulkan bau yang sangat mengganggu aktivitas masyarakat sekitar, serta limbah cair yang berpotensi menimbulkan pencemaran sungai. Maka dengan keberadaan kolam anaerob terdiri dari 8 kolam, sebagai sistem pengolahan limbah yang multiple feeding yaitu sistem perombakan secara anaerobik (proses perombakan bahan organik yang tidak membutuhkan oksigen) namun memerlukan bakteri anaerob diharapkan tidak akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar karena jumlah mereka yang terkena dampak cukup banyak meliputi hampir semua warga masyarakat dalam lokasi proyek, terutama yang berdekatan dengan lokasi pabrik. Intensitas dampak yang ditimbulkannya dapat memberikan pandangan positif terhadap perusahaan serta juga dapat menimbulkan kontroversi di masyarakat, pemerintah daerah, atau pelaksana proyek.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pabrik pengolahan hasil kelapa sawit
• Membuat tempat pembuangan atau penumpukan limbah padat jauh dari pemukiman (minimal 1,5 km) dari pemukiman terdekat
• Membuat kolamkolam pengolahan limbah cair sebelum dialirkan ke sungai atau digunakan sebagai pupuk cair.
(26)
Pada uraian sebelumnya telah dipaparkan dampak negatif pengolahan hasil terhadap kualitas udara dan kebisingan. Dampak ini tentunya akan berlanjut terhadap gangguan kesehatan baik pada pekerja maupun masyarakat di sekitar pabrik. Operasional pabrik yang melibatkan reaksi kimia, panas tinggi dan mesinmesin pabrik berpotensi mencemari udara dalam dan luar pabrik. Hasil pembakaran berupa partikulat dan gas kimia udara yang diemisikan melalui cerobong dan tungku pembakaran dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan bagi tenaga kerja. Jika pergerakan angin mengarah ke Desa Sidorejo yang berbatasan dengan lahan sawit maka kemungkinan polutan udara tersebut sampai ke permukiman dan dapat memicu kejadian ISPA di masyarakat. Potensi bising yang dihasilkan oleh mesinmesin pabrik juga sangat tinggi karena proses pengolahan sawit menggunakan mesinmesin berkapasitas besar. Namun dampak bising hanya dirasakan oleh pekerja pabrik dan diprediksi tidak sampai ke permukiman yang berjarak ± 500 meter dari lokasi kebun.
Proses pengolahan sawit akan berlangsung secara periodik dan terus menerus sehingga emisi yang dihasilkan dari operasional pabrik juga berlangsung lama. Dampak yang terjadi dalam jangka waktu lama kemungkinan berdampak terhadap gangguan kesehatan dan persepsi negatif di masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan upaya pengelolaan kualitas udara (terpadu dengan pengelolaan pada komponen lingkungan kualitas udara.
• Mengadakan Pengobatan gratis pada masyarakat.
B. REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN
Dari hasil analisis prakiraan dampak penting dan evaluasi dampak penting, maka kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten Barito Kuala dapat dinilai layak dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
(27)
1. Dari aspek ketataruangan, keberadaan kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten Barito Kuala tidak menyalahi aturan pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan nomor 9 tahun 2000 tentang RTRW Kalimantan Selatan Tahun 20002015 dan Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala nomor 6 tahun 2012.
2. Aspek teknis kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten Barito Kuala telah didesain sedemikian rupa sehingga terjamin keamanannya dan akan dibangun sesuai dengan prosedur perijinan yang akan diperoleh.
3. Penanganan dampak terhadap lingkungan dapat ditangani dengan segera dan tidak memerlukan teknologi yang sangat canggih namun lebih bersifat penanganan yang dilakukan secara umum bila memang dampak tersebut terjadi. Dari dampak yang timbul telah diberikan rancangan dan rumusan tindakan yang bersifat mudah dilakukan baik melalui pendekatan teknis, pendekatan sosial ekonomibudaya maupun pendekatan institusi.
4. Dari aspek kemitraan dengan pihak masyarakat terutama masyarakat di wilayah Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, menjadi wilayah administrasi proyek yang mendapat dampak langsung telah dapat dilakukan komunikasi dan pendekatan atau sosialisasi bersama yang menguntungkan kedua belah pihak sehingga proses pengelolaan dampak pada aspek adanya gesekan atau ketidaksepahaman dengan masyarakat sekitar dapat segera diminimalisir.
Dari beberapa pertimbangan tersebut, maka kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten Barito Kuala layak bagi lingkungan.
(28)
BUPATI BARITO KUALA,
(29)
(1)
• Menggunakan alat pelindung diri dan pernafasan bagi tenaga kerja yang bekerja di dalam pabrik dan berdekatan dengan sumber sumber pencemaran.
Pengelolaan Dampak Terhadap Kebisingan
Kegiatan Pabrik CPO berdampak terhadap munculnya gangguan suara bising Mesin Pabrik.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Menanam vegetasi dan pagar pelindung di sekeliling areal pabrik. • Menempatkan sumber bising berjauhan dengan kantor dan mess
karyawan.
• Mengisolasi generator dalam kamar khusus untuk mereduksi bising yang keluar.
• Pemeliharaan mesin secara teratur.
• Penggunaan APD bagi tenaga kerja yang beroperasi di tempat tempat yang bising.
Pengelolaan Dampak Terhadap Hidrologi
Kegiatan Pabrik berdampak terhadap hidrologi berupa pengurangan jumlah debit air.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengupayakan pembangunan tempattempat penampungan air hujan.
• Mengupayakan pembangunan sistem pemipaan dan pompa untuk pengambilan air dari sungai yang memiliki debit yang besar/memenuhi dan jumlah/debit air sungai yang diambil tersebut tidak melebihi dari yang ditetapkan.
• Menjaga normalisasi aliran sungai.
Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air
Kegiatan Pabrikberdampak terhadap munculnya sendimen sendimen air.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
(2)
• Tidak Melakukan pelepasan Limbah apabila masih dibawah standar yang ditetapkan.
• Membuat kolamkolam pengolahan limbah cair sebelum dialirkan ke sungai atau digunakan sebagai pupuk cair.
Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan pengolahan hasil kelapa sawit menjadi CPO dan PKO yang dilakukan oleh pabrik kelapa sawit akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak. Kesempatan kerja di pabrik pengolahan kelapa sawit ini akan memberikan pandangan positif masyarakat tentang keberadaan perusahaan secara keseluruhan. Tetapi di sisi lain, keberadaan limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut akan menimbulkan bau yang sangat mengganggu aktivitas masyarakat sekitar, serta limbah cair yang berpotensi menimbulkan pencemaran sungai. Maka dengan keberadaan kolam anaerob terdiri dari 8 kolam, sebagai sistem pengolahan limbah yang multiple feeding yaitu sistem perombakan secara anaerobik (proses perombakan bahan organik yang tidak membutuhkan oksigen) namun memerlukan bakteri anaerob diharapkan tidak akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar karena jumlah mereka yang terkena dampak cukup banyak meliputi hampir semua warga masyarakat dalam lokasi proyek, terutama yang berdekatan dengan lokasi pabrik. Intensitas dampak yang ditimbulkannya dapat memberikan pandangan positif terhadap perusahaan serta juga dapat menimbulkan kontroversi di masyarakat, pemerintah daerah, atau pelaksana proyek.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pabrik pengolahan hasil kelapa sawit
• Membuat tempat pembuangan atau penumpukan limbah padat jauh dari pemukiman (minimal 1,5 km) dari pemukiman terdekat
• Membuat kolamkolam pengolahan limbah cair sebelum dialirkan ke sungai atau digunakan sebagai pupuk cair.
(3)
Pada uraian sebelumnya telah dipaparkan dampak negatif pengolahan hasil terhadap kualitas udara dan kebisingan. Dampak ini tentunya akan berlanjut terhadap gangguan kesehatan baik pada pekerja maupun masyarakat di sekitar pabrik. Operasional pabrik yang melibatkan reaksi kimia, panas tinggi dan mesinmesin pabrik berpotensi mencemari udara dalam dan luar pabrik. Hasil pembakaran berupa partikulat dan gas kimia udara yang diemisikan melalui cerobong dan tungku pembakaran dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan bagi tenaga kerja. Jika pergerakan angin mengarah ke Desa Sidorejo yang berbatasan dengan lahan sawit maka kemungkinan polutan udara tersebut sampai ke permukiman dan dapat memicu kejadian ISPA di masyarakat. Potensi bising yang dihasilkan oleh mesinmesin pabrik juga sangat tinggi karena proses pengolahan sawit menggunakan mesinmesin berkapasitas besar. Namun dampak bising hanya dirasakan oleh pekerja pabrik dan diprediksi tidak sampai ke permukiman yang berjarak ± 500 meter dari lokasi kebun.
Proses pengolahan sawit akan berlangsung secara periodik dan terus menerus sehingga emisi yang dihasilkan dari operasional pabrik juga berlangsung lama. Dampak yang terjadi dalam jangka waktu lama kemungkinan berdampak terhadap gangguan kesehatan dan persepsi negatif di masyarakat.
Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :
• Melakukan upaya pengelolaan kualitas udara (terpadu dengan pengelolaan pada komponen lingkungan kualitas udara.
• Mengadakan Pengobatan gratis pada masyarakat.
B. REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN
Dari hasil analisis prakiraan dampak penting dan evaluasi dampak penting, maka kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten Barito Kuala dapat dinilai layak dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
(4)
1. Dari aspek ketataruangan, keberadaan kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten Barito Kuala tidak menyalahi aturan pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan nomor 9 tahun 2000 tentang RTRW Kalimantan Selatan Tahun 20002015 dan Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala nomor 6 tahun 2012.
2. Aspek teknis kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten Barito Kuala telah didesain sedemikian rupa sehingga terjamin keamanannya dan akan dibangun sesuai dengan prosedur perijinan yang akan diperoleh.
3. Penanganan dampak terhadap lingkungan dapat ditangani dengan segera dan tidak memerlukan teknologi yang sangat canggih namun lebih bersifat penanganan yang dilakukan secara umum bila memang dampak tersebut terjadi. Dari dampak yang timbul telah diberikan rancangan dan rumusan tindakan yang bersifat mudah dilakukan baik melalui pendekatan teknis, pendekatan sosial ekonomibudaya maupun pendekatan institusi.
4. Dari aspek kemitraan dengan pihak masyarakat terutama masyarakat di wilayah Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, menjadi wilayah administrasi proyek yang mendapat dampak langsung telah dapat dilakukan komunikasi dan pendekatan atau sosialisasi bersama yang menguntungkan kedua belah pihak sehingga proses pengelolaan dampak pada aspek adanya gesekan atau ketidaksepahaman dengan masyarakat sekitar dapat segera diminimalisir.
Dari beberapa pertimbangan tersebut, maka kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten Barito Kuala layak bagi lingkungan.
(5)
BUPATI BARITO KUALA,
(6)