Lamp II SK No.148 Thn 2015

(1)

Lampiran II :

Keputusan Bupati Barito Kuala Nomor  188.45/ 148 /KUM/2015 Tanggal 10 April 2015

TENTANG IZIN LINGKUNGAN KEGIATAN PERKEBUNAN   KELAPA   SAWIT   DAN PABRIK   CPO

PT.   ANUGERAH   SAWIT INTI   HARAPAN   (ASIH)   DI   KECAMATAN TABUNGANEN   DAN   TAMBAN,  KAB. BARITO KUALA,

      

TELAAHAN   SEBAGAI   DASAR   ARAHAN   PENGELOLAAN   DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN.

Salah   satu   factor   dalam   menilai   keberhasilan   pembangunan   adalah kelestarian sumber daya alam dan lingkungan sehingga pembangunan tersebut dapat berkelanjutan (sustainable).  Hal tersebut dapat terlihat pada perubahan berbagai parameter  komponen  lingkungan di dalam dan sekitar suatu kegiatan baik langsung maupun tidak langsung yang bersifat   mendasar.   Adanya   benturan   berbagai   kepentingan   seperti factor ekonomi dan teknis dengan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan menurut pola kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang konprehensif.

Terbitnya   Peraturan   Pemerintah   Nomor   27   Tahun   2012   tentang   Izin Lingkungan merupakan tindak  lanjut  dari  kebijaksanaan pengelolaan lingkungan   hidup   yang   dijabarkan   ke   dalam   kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang komprehensif. 

Menyadari   hal   tersebut   maka  Perkebunan   Kelapa   Sawit   dan   Pabrik CPO  wajib   melakukan   upaya   pengelolaan   lingkungan   agar   dampak negatif   yang   ditimbulkan   seperti   pencemaran   lingkungan   dapat diminimalkan   secara   keseluruhan.  Mengingat   dampak   yang ditimbulkan   tersebut,   berdasarkan   Peraturan   Menteri   Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan   yang   Wajib   Melengkapi   Analisis   Mengenai   Dampak Lingkungan,   maka   kegiatan   ini   wajib   dilengkapi   dokumen   UKL   dan UPL. Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan   (ASIH)  berpotensi   untuk   menimbulkan   dampak   terhadap lingkungan   sekitar,   baik   berupa   dampak   positif   maupun   dampak negatif, untuk meminimalkan dampak yang terjadi dari suatu kegiatan


(2)

tersebut   maka   perlu   dilakukan   perencanaan   pengelolaan   lingkungan usaha kegiatan. 

Perencanaan   pengelolaan   tersebut   tertuang   dalam   dokumen   sebagai pedoman   dalam   pengelolaan   dan   pemantauan   lingkungan. Berdasarkan   kepada   hasil   prakiraan   dan   evaluasi   terhadap   dampak yang muncul akibat kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH)  di Jalan  Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten  Barito   Kuala  diperkirakan   akan   menimbulkan   dampak terhadap   lingkungan,   baik   yang   bersifat   positif   maupun   negatif. Komponen   lingkungan   yang   terkena   dampak  tersebut  meliputi komponen lingkungan fisik–kimia, biologi, sosial ekonomi dan budaya, serta kesehatan masyarakat  dimana besaran dan sifat dampak akan bervariasi terhadap komponen lingkungan yang satu dengan komponen yang lainnya  baik pada tahap pra konstruksi, tahap konsruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi. 

Untuk  mengetahui  bagaimana   suatu   komponen   lingkungan   akan berubah   akibat   adanya   suatu   aktivitas/kegiatan   manusia,   maka dilakukan   perkiraan   dampak   lingkungan.   Metode   perkiraan   dampak yang  digunakan  adalah pendekatan yang bersifat formal maupun non formal   dengan   menggunakan   kriteria   atau   standar   baku   mutu lingkungan yang ada sehingga perlu dilakukan arahan pengelolaan dan pemantauan.   Pengelolaan   terhadap   dampak   ini   bertujuan   untuk meminimalkan   dampak   negatif   dan   mengoptimalkan   dampak positifnya. Dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang dilaksanaan ini berdasarkan   rona   lingkungan   dan   dampak   yang   ditimbulkan   maka pengelolaan   yang   dilakukan   berdasarkan   sumber   dampak   dan   jenis dampak   baik   pada   tahap   pra   konstruksi,   tahap   kontruksi,   tahap operasi   dan   tahap   pasca   operasi,   maka   program   kegiatan   yang dilakukan adalah :

A. SUMBER DAN JENIS DAMPAK PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI, KONSTRUKSI, OPERASI DAN PASCA OPERASI

I. TAHAP PRA KONSTRUKSI  1. Kegiatan Sosialisasi


(3)

Kegiatan sosialisasi yang dilakukan dapat memberikan gambaran yang jelas   tentang   rencana   kegiatan   yang   akan   dilaksanakan   oleh perusahaan,   sehingga   akan   berkembang   pemahaman   dan   persepsi positif masyarakat terhadap perusahaan. Melalui kegiatan sosialisasi ini   masyarakat   yang   diperkirakan   terkena   dampak   oleh   kegiatan perkebunan kelapa sawit akan dapat memberikan masukan­masukan kepada   perusahaan   sehubungan   dengan   keterlibatan   mereka   dalam kegiatan proyek ini. 

Sebagian   besar   masyarakat   sudah   tahu   tentang   rencana   berdirinya perusahaan   kelapa   sawit   yang   disambut   secara   positif   oleh   tokoh masyarakat walaupun juga ada yang bersikap ragu­ragu akan tetapi mereka   tetap   mengharapkan   kembali   ada   sosialisasi   secara menyeluruh dengan melibatkan banyak masyarakat.  

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Melaksanakan kegiatan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga ke   lapisan   masyarakat   yang   paling   bawah   (level   desa),   terutama mereka yang akan ikut serta dalam program kemitraan.

Pengelolaan   Dampak   Terhadap   Keamanan   dan   Ketertiban Masyarakat

Sifat   dampak   terhadap   keamanan   dan   ketertiban   kumulatif   dan berbalik.  Dengan adanya sosialisasi tidak akan muncul isu­isu negatif yang   sebenarnya   tidak   dipahami   oleh   berbagai   pihak   terutama masyarakat mengenai rencana berdirinya perekebunan kelapa sawit. Sehingga akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban masyarakat. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Melaksanakan kegiatan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga ke   lapisan   masyarakat   yang   paling   bawah   (level   desa),   terutama mereka yang akan ikut serta dalam program kemitraan.

2. Pengadaan Lahan 

Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi

Dalam   kegiatan   perkebunan   kelapa   sawit   PT.   ASIH   ini,   selain dilakukan kegiatan pembebasan lahan dan pemberian ganti rugi bagi


(4)

lahan   masyarakat   yang   terkena   lokasi   perkebunan   juga   akan dilakukan     pelaksanaan   program   pola   kemitraan   (inti­plasma)   agar dapat   melibatkan   masyarakat   setempat.   Pengadaan   lahan diprakirakan   berdampak   terhadap   komponen   sosial   ekonomi   bagi mereka yang memiliki tanah atau lahan di lokasi rencana proyek dan setuju   dengan   pola   kemitraan   ini,   maka   mereka   akan   memperoleh lahan usaha tanaman kelapa sawit tersebut. 

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Melaksanakan   sosialisasi   kepada   masyarakat   tentang   program kemitraan   dan   rencana   kegiatan   perkebunan   kelapa   sawit   secara keseluruhan.

• Memberikan bantuan pembinaan pengembangan pertanian pangan, terutama   mereka   yang   lahannya   dibebaskan   atau   diikutsertakan dalam   kemitraan   perkebunan   kelapa   sawit   yang   diintegrasikan dengan   kegiatan   CSR/CD,   dengan   titik   berat   pada   program   yang dibutuhkan   oleh   masyarakat   sesuai   dengan   kondisi   dan   potensi yang ada.

Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Pengadaan   lahan   diperkirakan   berdampak   terhadap   persepsi masyarakat   terutama   yang   lahan   usahanya   terkena   tapak   proyek perkebunan kelapa sawit PT. ASIH.   Dampak yang mungkin timbul berupa   kekhawatiran   tidak   jelasnya   proses   perjanjian   kepemilikan lahan. Kemungkinan besar akan muncul dua kelompok  masyarakat yaitu   masyarakat   yang   pro   dan   kontra   terhadap   keberadaan perkebunan   kelapa   sawit   PT.   ASIH.   Intensitas   dampak   yang ditimbulkannya   dapat   menimbulkan   kontroversi   di   masyarakat, pemerintah   daerah,   atau   pelaksana   proyek,   terutama   berkaitan dengan belum dipahaminya masalah prosedur pengadaan lahan dan kepemilikan lahan yang syah mengingat sebagian   lahan­lahan yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit merupakan lahan yang dalam   kondisi   bera   dan   kepemilikannyapun   sebagian   dimiliki   oleh orang luar wilayah desa studi.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :


(5)

• Pengelolaan  yang dilakukan  adalah  pengelolaan  terhadap  dampak primernya,   yaitu   dengan   cara   memberikan   bantuan   pembinaan pengembangan pertanian pangan, terutama mereka yang lahannya dibebaskan   atau   diikutsertakan   dalam   kemitraan   perkebunan kelapa sawit yang diintegrasikan dengan kegiatan CSR/CD dengan titik berat sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan  potensi desa.

Pengelolaan   Dampak   Terhadap   Keamanan   dan   Ketertiban Masyarakat

Pengadaan   lahan   diperkirakan   berdampak   terhadap   gangguan keamanan, jika dalam pelaksanaannya ada pihak­pihak yang merasa dirugikan dan mereka menuntut haknya.   Selain itu juga berpotensi menimbulkan   keresahan   akibat     adanya   masyarakat   yang   merasa kehilangan  akses   usaha yang selama  ini menjadi  mata pencaharian mereka seperti menggalam dan mencari ikan.   Potensi konflik ini juga akan muncul jika terjadi sengketa kepemilikan hak atas lahan tersebut karena tidak adanya batas atau tanda yang jelas.  

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Pengelolaan  yang dilakukan  adalah  pengelolaan  terhadap  dampak primernya   yaitu     mencegah   terjadinya   konflik   kepemilikan   lahan dilakukan   dengan   melibatkan   masyarakat   yang   lahannya   terkena lokasi kebun kelapa sawit serta Ketua RT, Kepala Desa dan Tokoh Masyarakat   setempat   dalam   pelaksanaan   pengukuran   dan penentuan batas­batas tanah.

II.TAHAP KONSTRUKSI 

Penerimaan dan Pengerahan Sumberdaya Manusia Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi

Kegiatan   rekruitmen   dan   pengerahan   sumberdaya   manusia   dapat menimbulkan   dampak   terhadap   kesempatan   kerja   maupun kesempatan berusaha bagi penduduk di sekitar lokasi proyek.  

Dampak   yang   terjadi   akan   berlangsung   relatif   lama   selama   masa perkebunan   kelapa   sawit   berlangsung.   Intensitas   dampak   yang


(6)

ditimbulkannya   cukup   banyak   berpengaruh   terhadap   kesempatan kerja   dan   berusaha,   peningkatan   pendapatan   dan   perekonomian masyarakat.   Komponen   lingkungan   lainnya   yang   terkena   dampak antara   lain   sosial   budaya,   dan   persepsi   masyarakat.   Sifat   dampak kumulatif dan berbalik.   

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desa­desa dalam wilayah studi

• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit.

• Melakukan   pengembangan   SDM   dengan   jalan   memberikan pendidikan/pelatihan   terhadap   tenaga   kerja   dibidang   perkebunan kelapa sawit sebelum mereka dipekerjakan sehingga tersedia SDM lokal yang siap pakai.   Sedangkan skill yang belum terpenuhi bisa diambil dari luar daerah.

• Membayarkan upah kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Pengerahan   sumberdaya   manusia   dan   tenaga   kerja   untuk   kegiatan perkebunan   kelapa   sawit   akan   mempengaruhi   sikap   penduduk terhadap   perusahaan   jika   tidak   memberikan   manfaat   kepada penduduk   setempat.     Berdasarkan   persepsi     masyarakat     ternyata harapan   dan   saran   yang   dominan   diungkapkan   masyarakat   terkait dengan   terbukanya   peluang   pekerjaan   di   perkebunan   kelapa   sawit dengan pola rekruetmen tenaga kerja yang mengutamakan masyarakat lokal.   Selama   ini   pekerjaan   utama   yang   penduduk   desa   di   wilayah studi     tekuni   adalah   sebagai   petani   terutama   tanaman   padi.   Akan tetapi walaupun demikian sebagian besar pemuda produktif di desa­ desa wilayah studi banyak juga yang merantau pergi ke daerah lain untuk mencari pekerjaan. Penduduk yang berada di tempatpun selain menekuni   pekerjaan   yang   sudah   ada   tetap   mengharapkan   bisa dilibatkan pada perusahaan kelapa sawit yang akan berdiri. Artinya, maka   kesempatan   kerja   dan   berusaha   tetap   diharapkan   oleh penduduk di wilayah studi dengan proporsi berdasarkan pendidikan dan kemampuan yang mereka miliki.


(7)

Tenaga   kerja   terampil   bukan   hanya   memiliki   pendidikan   yang   lebih baik akan tetapi juga ditunjang oleh pengalaman dalam bekerja sesuai mata   pencahariannya.   Dalam   kaitannya   dengan   perusahaan   kelapa sawit   sumber­sumber   tenaga   kerja   produktif   dan   potensial   yang memang   sudah   berkecimpung   di   bidang   pertanian   sebagai   petani dapat   ditempa   untuk   menjadi   tenaga   kerja   trampil   sehingga   terjadi pemerataan distribusi tenaga kerja yang terserap oleh perusahaan. Maka   jika   harapan   mereka   terpenuhi   akan   berkembang   sikap   dan persepsi positif terhadap perusahaan, sebaliknya jika harapan ini tidak terwujud maka akan berkembang sikap dan persepsi negatif terhadap perusahaan.  

Dampak   yang   terjadi   akan  berlangsung   selama  kegiatan   rekruitmen dan   pengerahan   sumberdaya   manusia   hingga   kegiatan   operasional perkebunan berlangsung. Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak   adalah   keamanan   dan   ketertiban.     Sifat   dampak   kumulatif dan berbalik.   

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desa­desa dalam wilayah studi

• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit.

• Melakukan   pengembangan   SDM   dengan   jalan   memberikan pendidikan/pelatihan   terhadap   tenaga   kerja   dibidang   perkebunan kelapa sawit.

Pengelolaan Dampak Terhadap Kesehatan  Masyarakat

Kegiatan   penerimaan   dan   pengerahan   sumberdaya   manusia berdampak terjadinya mobilisasi tenaga kerja ke tempat hunian baru yang berdekatan dengan kegiatan proyek. Sebagian tenaga kerja akan menetap   pada   camp­camp   hunian   yang   disediakan   oleh   pihak perusahaan. Dampak yang mungkin terjadi adalah penularan penyakit akibat mobilitas dan kontak/berdekatannya tenaga kerja yang sehat dengan tenaga kerja yang menderita penyakit menular tertentu. Untuk menghindari hal tersebut maka pada tahap penerimaan tenaga kerja harus   dilakukan   seleksi   yang   ketat   terhadap   kesehatan   pelamar,


(8)

terutama   bagi   penderita­penderita   yang   bersifat   carrier   (pembawa). Penyakit   yang   dikhawatirkan   adalah   malaria   dan   filaria   mengingat daerah   studi   terdapat   nyamuk   Anopheles   dan   Mansonia   yang merupakan   host   intermediate.   Bila   dari   tenaga   kerja   yang   di datangkan dari luar di dalam tubuhnya terdapat bibit plasmodium dan cacing   micro   filaria,   kemungkinan   besar   daerah   tapak   proyek   dan sekitar tapak proyek akan terjadi penyakit malaria dan filaria, karena yang   awalnya   nyamuk   Anopheles   dan   Mansonia   di   dalam   tubuh nyamuk   tidak   ada   bibit   plasmodium   dan   micro   filaria,   akan mendapatkan   bibit   penyakit   ini  dari  tenaga  kerja   yang  didatangkan dari luar. Kondisi ini akan menjadi sumber penularan yang berbahaya bagi tenaga kerja yang sehat yang lainnya dan penduduk disekitarnya. Penyakit lain yang mungkin timbul adalah ISPA, penyakit kulit, diare, dan   penyakit   lain   pada   saluran   pernafasan   bagian   atas   yang ditularkan melalui perantaraan media air, udara dan serangga. Data 10 penyakit terbanyak menunjukkan bahwa penyakit infeksi menular seperti   tersebut   di   atas   masih   menduduki   peringkat   terbanyak   di masyarakat.   Keadaan   ini   sebenarnya   bisa   dihindarkan   dengan perbaikan sarana sanitasi lingkungan dan didukung perilaku higienis perorangan yang baik. 

Mengingat tingginya mobilitas dan kemungkinan kontak antar tenaga kerja,   maka   luas   persebaran   dan   intensitas   dampak   dinilai   cukup besar.   Lama   berlangsungnya   dampak   dan   sifat   akumulasi   dampak juga besar terlebih adanya efek sinergis antar penyakit pada seorang penderita. 

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Melakukan   seleksi   yang   ketat   terhadap   kesehatan   pelamar, terutama bagi penderita­penderita yang bersifat carrier dengan cara memberlakukan   syarat   kesehatan   yang   diperoleh   dari   dokter pemerintah dalam penerimaan karyawan (medical check up).

• Diagnosa   dini   dan   pengobatan   yang   tepat   terhadap   penderita penyakit dan carrier.

• Indoor Residu Spraying (IRS) yaitu penyemprotan rumah penduduk. Pembukaan Lahan


(9)

Pengelolaan Dampak Terhadap Hidrologi

Pembukaan/pembersihan lahan pada lokasi perkebunan kelapa sawit yang   dimaksud   dalam   kegiatan   ini   adalah   berupa   pemapasan sejumlah vegetasi  yang sebagian  besar berupa pepohonan dan semak belukar, dimana pada daerah bukaan lokasi perkebunan kelapa sawit sebagian   telah   ditebang   oleh   penduduk   lokal   terutama   untuk   kayu bakar. Kemajuan kegiatan pembersihan lahan diareal studi dilakukan sejalan dengan kemajuan operasi kegiatan perkebunan. Dampak dari kegiatan ini adalah hilangnya vegetasi, sehingga limpasan air larian akan   menjadi   lebih   tinggi,   terutama   pada   saat   hujan.   Kondisi   ini dapat   meyebabkan   terjadinya   penggerusan   dan   pengikisan   lapisan tanah.  Dampak dari  kegiatan  ini juga  akan  menyebabkan   besarnya volume   air   yang   memasuki   daerah   perkebunan,   bersamaan   dengan tingkat kekeruhan yang dibawahnya. 

Dampak lain yang diperkirakan timbul adalah meningkatnya sedimen transport pada wilayah aliran sungai. Tanpa adanya vegetasi penutup, indeks   erositivitas   akan   menjadi   besar,   yang   pada   akhirnya   tanah mempunyai potensi untuk tererosi oleh limpasan air. Debit sedimen akan   mudah   terbawa   ke   saluran/badan   sungai,   mengumpul   dan mengendap   sebagai   akibat   sedimentasi   di   dasar   saluran/sungai. Dampak   lebih   jauh   dengan   adanya   endapan   sedimen   di   dasar saluran/sungai   akan   terjadi   penyempitan   penampang   melintang saluran/sungai,   degradasi   dasar   saluran/sungai,   berkurangnya kapasitas debit saluran/sungai, berkurangnya kecepatan aliran dan akhirnya   terjadi   genangan/banjir.   Walaupun   lamanya   dampak berlangsung   hanya   pada   tahapan   kegiatan   kontruksi   (pembukaan lahan) namun intensitas dampaknya besar.  

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Pembuatan   parit/polder   di   sekeliling   areal   kebun,   dengan   sistem buka­tutup untuk keperluan pengaturan air.

• Melakukan   pembersihan   lahan   sesuai   dengan   keperluan   dan kemajuan kegiatan.

• Melakukan   pembukaan     lahan   secara   bertahap.   Bukaan   lahan hanya   dilakukan   dengan   luasan   yang   betul­betul   diperlukan   saja dengan menerapkan sistem blok tanam.


(10)

Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air

Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit yang diperkirakan akan   merubah   pola   penggunaannya   dari   daerah   bervegetasi   hutan tersier yang didominasi tumbuhan galam,semak belukar,daerah tepian rawa   yang   selanjutnya   akan   meningkatkan   debit   Run   Off   dan   laju erosi permukaan tanah.  Matrial yang tererosi akan terangkat melalui aliran permukaan   menuju ke badan air penerima dan terdistribusi kesekitar   wilayah   studi.   Parameter   kualitas     fisik   air   yang   akan terpengaruh langsung oleh laju erosi   dan pelarutan tanah   adalah kandungan   padatan   terlarut   (TDS),   total   padatan   tersuspensi   (TSS) dan   kekeruhan   air.   Sedangkan   parameter   kimia   air   yang   akan terpengaruh   kegiatan perkebunan kelapa sawit adalah peningkatan kadar   nutrien   (Nitrat,   Nitrit,   Amoniak   dan   Phosfat)   dan   serasah organik yang dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut (DO).     Dikaitkan   dengan   adanya   perkebunan   kelapa   sawit   dilahan bervegetasi   hutan   tersier,   semak   belukar   dan   daerah   rawa peningkatan nilai parameter fisik (TDS dan TSS) diperkirakan dapat mencapai   3   hingga   5   kali   kandungan   rona   awal,   namun   tidak berlangsung   lama   sepanjang   banyaknya   turun   hujan,   sementara peningkatan   kandungan   kimia   air   dapat   terjadi   seiring   dengan peningkatan   kandungan   padatan.   Dengan   adanya   pembuatan saluran­saluran pada aeral penanaman akan mereduksi sejumlah air yang   meresap   ke   dalam   tanah   dan   perairannya   bisa   dimanfaatkan oleh   organisme   dan   nekton   yang   ada   di   sekitarnya.   Kemungkinan dengan  adanya  saluran­saluran yang dibuat di sekitar proyek  akan dimanfaatkan oleh berbagai macam organisme air terutama ikan yang cocok dengan perairan di sekitarnya. 

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Dampak   kegiatan   pembersihan   lahan   untuk   perkebunan   kelapa sawit   terhadap   kualitas   air   pada   dasarnya   merupakan   dampak turunan   dari   dampak   kualitas   tanah.     Oleh   karena   itu   upaya pengelolaan   lingkungan   terhadap   kualitas   air   dilakukan   secara terintegrasi dengan upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas tanah.

• Mengendalikan dan membatasi atau meminimalkan lahan bukaan sesuai   dengan   keperluan.   Pembersihan   lahan   dan   penanaman hanya dilakukan pada area yang memang memerlukan pembersihan dengan menerapkan sistem blok­blok unit kegiatan secara efisien.


(11)

Pengelolaan Dampak Terhadap Biologi Terrestrial

Semakin   terbukanya   kawasan   berhutan   yang   berdampak   akan semakin   menurunnya  kesuburan     tanah   sehingga   vegetasi   penutup tanah akan semakin berkurang.  Selain itu dikhawatirkan akan terjadi semakin menurunnya keragaman jenis vegetasi, akibat dominasi dari kelapa sawit.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Tetap   mempertahankan   beberapa   kawasan   berhutan   di   sekeliling batas   arealselebar   50   m   sebagai   tempat   hidup   satwa   dan   untuk tujuan   konservasi   lahan,   serta   mencegah   semakin   menurunnya keragaman jenis.  Kawasan yang tetap dipertahankan terutama yang berdekatan dengan sungai atau sumber­sumber air lainnya. 

• Tidak melakukan penebangan pohon­pohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup satwa, khususnya aves.

• Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan. 

Pengelolaan Dampak Terhadap Satwa Liar

Selain  kemungkinan terjadinya hilangnya  plasma nuftah  tumbuhan, dampak lain yang muncul adalah terjadinya migrasi satwa yang hidup di   sana,   yang   mejadi   habitatnya.   Areal   yang   di   buka   cukup   luas, sehingga   dampaknya   terhadap   migrasi   satwa   atau   hilangnya   satwa juga besar.

Upaya   pengelolaan   yang   harus  dilakukan   untuk   meminalisasi   dampak yang ditimbulkan adalah :

• Tetap mempertahankan beberapa kawasan berhutan sebagai tempat hidup satwa dan untuk tujuan  konservasi  lahan, serta mencegah semakin   menurunnya   keragaman   jenis.   Kawasan   yang   tetap dipertahankan   terutama   yang   berdekatan   dengan   sungai   atau sumber­sumber air lainnya. 

• Tidak melakukan penebangan pohon­pohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup beberapa jenis aves.

• Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan. 


(12)

Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi

Pembukaan   lahan   dilakukan   untuk   dua   keperluan   yaitu   (a) pembukaan lahan yang menjadi  tapak bangunan sarana / prasarana pendukung dan (b) pembukaan lahan yang akan menjadi areal kebun kelapa sawit.  Pembukaan areal baru (land clearing), terutama untuk areal kebun kelapa sawit,   dilakukan mengacu pada peraturan zero burning yaitu Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor 38/KB.110/SK/DJ.BUN/05.95   tentang   Pembukaan   Lahan   Tanpa Pembakaran untuk Pengembangan Perkebunan.  Kegiatan pembukaan lahan ini dilakukan dengan menggunakan tenaga manual (manusia), tenaga   mesin   dan   menggunakan   bahan   kimia.     Pembukaan   lahan yang   menggunakan   tenaga   manusia   terutama   dilakukan   untuk kegiatan mengimas atau menebas/memotong anak kayu dan tanaman semak   belukar   lainnya   lainnya   yang   berdiameter   di   bawah   10   cm, dengan menggunakan parang dan kampak serta dilanjutkan dengan kegiatan   penumbangan   pohon   sehingga   tidak   ada   pohon   yang setengah tumbang.   Kegiatan ini akan memerlukan tenaga kerja dari masyarakat sekitar yang memang sudah terampil untuk melakukan kegiatan tersebut. 

Intensitas dampak yang ditimbulkannya cukup banyak berpengaruh terhadap   kesempatan   kerja   dan   berusaha   dan   peningkatan pendapatan keluarga.     Komponen  lingkungan lainnya yang terkena dampak antara lain sosial budaya, dan persepsi masyarakat.  

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengumumkan   rencana   penerimaan   tenaga   kerja   untuk   kegiatan pembukaan lahan ke desa­desa dalam wilayah studi.

• Mengutamakan   tenaga   kerja   lokal   terutama   untuk   kegiatan pembukaan lahan.

• Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Kebisingan

Pembukaan   lahan   meliputi   kegiatan   penebangan,   pemotongan, pembersihan   dan   pembongkaran   pohon,   semak   maupun   tanah penutup   di   rencana   areal   perkebunan.   Operasional   akan   dilakukan oleh alat­alat berat seperti excavator, bulldozer dan traktor, aktifitas alat­alat berat ini diperkirakan meningkatkan kebisingan yang cukup


(13)

signifikan (sumber bising berkisar antara 80 – 90 dBA). Wilayah yang terkena   dampak   relatif   kecil   mengingat   pemukiman   yang  berpotensi menerima dampak langsung dari kegiatan berjarak ± 3000 meter dari lokasi areal perkebunan. 

Berdasarkan perhitungan empirik dengan asumsi sumber berupa titik, kebisingan yang sampai pada pemukiman berjarak 100 meter akibat alat­alat berat hanya sekitar 40 – 50 dBA. Artinya tingkat kebisingan yang sampai ke pemukiman yang lebih dari 100 m akan lebih rendah lagi dari range tersebut (tidak terdengar), mengingat jarak pemukiman dengan areal perkebunan letaknyan lebih jauh. Kebisingan pada rona awal (45,1 dBA), dimana tingkat kebisingan ini masih di bawah nilai baku mutu yang dipersyaratkan. Intensitas bising yang diterima oleh lingkungan dalam jarak dekat akan melebihi baku tingkat kebisingan, namun dampak yang terjadi tidak menimbulkan perubahan mendasar dan bersifat berbalik atau tidak terakumulasi. 

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Membatasi   kecepatan   kendaraan   pengangkut   peralatan   terutama pada jalur jalan yang melintasi pemukiman penduduk.

• Mengatur agar tidak terjad konvoi kendaraan pengangkut peralatan. Pengelolaan Dampak Terhadap Tanah

Salah   satu   kegiatan   dalam   konstruksi   bangunan,   sarana/prasarana dan mobilitas peralatan adalah pembuatan parit yang bertujuan untuk menurunkan muka air tanah.  Parit yang harus dibuat meliputi parit pembuangan, parit lingkar kebun, parit primer, parit sekunder, parit tersier dan parit kuartier yang mempunyai kedalaman dari 0,5 meter sampai 2,0 meter.   Kegiatan konstruksi bangunan, sarana/prasarana dan   mobilitas   peralatan   yang   berdampak   pada   tanah   diantaranya adalah terjadinya oksidasi firit pada tanah yang tadinya berada dalam kondisi   reduktif.     Berdasarkan   observasi   pada   rona   awal   terdapat tanah   lapisan   sulfidik   pada   kedalaman   >   100­120   cm   cm   dari permukaan   tanah.   Bahan   sulfidik   ini   bereaksi   dengan   oksigen (oksidasi)   melalui   dua   cara,   yaitu:   (1)     Bahan   sulfidik   terangkat   ke permukaan tanah pada saat pembuatan parit/kanal, dan (2) Muka air tanah   turun   akibat   pembuatan   saluran   drainase   (terutama   pada


(14)

musim kemarau), sehingga oksigen dapat masuk ke dalam tanah dan bereaksi dengan lapisan yang mengandung bahan sulfidik.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Membuat bodi  jalan dengan  mengambil  tanah  di sekitarnya  tidak melebihi   kedalaman   lapisan   pirit,   sehingga   lapisan   pirit   tidak terangkat ke permukaan tanah.

• Membuat saluran drainase/kanal dengan kedalaman tidak melebihi kedalaman lapisan pirit, sehingga lapisan pirit selalu berada dalam kondisi reduktif.

Pengelolaan Dampak Terhadap Hidrologi

Pembangunan sarana dan prasarana perkebunan  kelapa sawit  seperti kantor,   bengkel,   mess   karyawan,   jembatan,   gorong­gorong,   jalan angkut, jalan panen, jalan penghubung, jalan utama, jalan kolektor, fasilitas olahraga dan camp ditujukan untuk membantu memudahkan kegiatan operasional perkebunan. Dampak yang diperkirakan  adalah terjadinya   pergerakan   air   limpasan,   yaitu   mengecilnya   luas   daerah pengaliran atau genangan akibat pembendungan oleh kontruksi jalan yang ada sehingga akan bisa terjadi peninggian genangan air di lahan tertentu terutama pada saat hujan.   Pada saat tertentu air genangan akan   dapat   berubah   menjadi   air   permukaan   yang   siap   bergerak mengikuti   kemiringan   tanah   dasar   menuju   dan   akan   menempati saluran atau drainase tersebut. Dampak lainnya adalah menurunnya tinggi muka air tanah, yang diakibatkan pembuatan sumur­sumur air bersih.   Dengan adanya galian sumur maka  kondisi  muka air  tanah akan terhisab naik pada bagian tanah yang digali, sedangkan bagian tanah   yang   lain   akan   menurun   sesuai   dengan   prinsip   hukum hidrolika. 

Perubahan juga terjadi terhadap  nilai permeabilitas tanah, pada lokasi kegiatan  yang  dijadikan   sebagai   sarana  dan   prasarana  diperkirakan terkena dampak yaitu terjadi penurunan dalam menyerap air, karena daerah   tersebut   akan   menjadi   daerah   kedap   air,   kondisi   ini menyebabkan   air   larian   tidak   dapat   lagi   diserap   sehingga   langsung mengalir kebagian  yang lebih  rendah  sehingga  terjadi  sedimen   yang akan   terangkut   ke   saluran/sungai   yang   menyebabkan   terjadinya genangan air/banjir. 


(15)

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Meminimalkan   luas   lahan   untuk   areal   pembangunan   sarana   dan prasarana dengan bangunan permanen. 

• Penempatan   dan   penataan   bangunan     jangan   pada   daerah   yang produktif.

• Mengupayakan   bangunan   sarana   dan   prasarana   terutama bangunan kantor, mess dan rumah dengan konstruksi panggung. • Pembuatan drainase jalan raya.

• Pembuatan gorong­gorong atau jembatan pada daerah cekungan air yang dilewati trace jalan

• Pencegahan masuknya partikel tanah tererosi ke badan air dengan cara   membuat   parit­parit/saluran   perkebunan   dan   penjebak sedimen, untuk ditampung dan diolah di kolam pengendapan.

• Membuat   pintu­pintu   air   untuk   menjaga   keseimbangan   air   dan menjaga salinitas air  laut yang masuk pada saat pasang kedaerah pertanian penduduk.

Pengelolaan Dampak Terhadap Biota Terrestrial

Semakin   terbukanya   kawasan   berhutan   yang   berdampak   akan semakin   menurunnya   kesuburan     tanah   sehingga   vegetasi   penutup tanah akan semakin berkurang. Selain itu dikhawatirkan akan terjadi semakin menurunnya keragaman jenis vegetasi, akibat dominasi dari kelapa sawit.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Tetap mempertahankan beberapa kawasan berhutan sebagai tempat hidup satwa dan untuk tujuan  konservasi  lahan, serta mencegah semakin   menurunnya   keragaman   jenis.     Kawasan   yang   tetap dipertahankan   terutama   yang   berdekatan   dengan   sungai   atau sumber­sumber air lainnya. 

• Tidak melakukan penebangan pohon­pohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup satwa, khususnya aves.

• Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan. 


(16)

Selain  kemungkinan terjadinya hilangnya  plasma nuftah  tumbuhan, dampak lain yang muncul adalah terjadinya migrasi satwa yang hidup di   sana,   yang   mejadi   habitatnya.   Areal   yang   di   buka   cukup   luas, sehingga   dampaknya   terhadap   migrasi   satwa   atau   hilangnya   satwa juga besar.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Tetap mempertahankan beberapa kawasan berhutan sebagai tempat hidup satwa dan untuk tujuan  konservasi  lahan, serta mencegah semakin   menurunnya   keragaman   jenis.   Kawasan   yang   tetap dipertahankan   terutama   yang   berdekatan   dengan   sungai   atau sumber­sumber air lainnya. 

• Tidak melakukan penebangan pohon­pohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup beberapa jenis aves.

• Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan. 

Pembibitan Kelapa Sawit

Pengelolaan Terhadap Dampak Sosial Ekonomi

Kegiatan pembibitan kelapa sawit yang dilakukan akan memerlukan tenaga   kerja   dalam   jumlah   yang   relatif   banyak,   terutama   untuk kegiatan   pembibitan   awal,   pembibitan   utama   dan   pemupukan. Dengan kondisi ini maka akan terbuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat   sekitar   dan   secara   langsung   akan   meningkatkan pendapatan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini.  

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengutamakan   tenaga   kerja   lokal   terutama   untuk   kegiatan pembibitan kelapa sawit

• Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan pembibitan kelapa sawit yang dilakukan pada tahap pertama akan   menyerap   tenaga   kerja   sehingga   terbuka   peluang   masyarakat setempat   untuk   bekerja   sebagai   buruh   dalam   kegiatan   pembibitan. Hal   ini   tentu   akan   memberikan   pandangan   yang   positif   terhadap keberadaan   perusahaan.   Berdasarkan   hasil   wawancara   dengan


(17)

responden, diketahui bahwa salah satu alasan utama mereka setuju dengan pembukaan perkebunan kelapa sawit adalah  akan terbukanya kesempatan kerja di perusahaan ini bagi masyarakat lokal. Sehingga mereka berharap terjadi perbaikan ekonomi,pendidikan,kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Dan dengan membuka lowongan kerja yang sesuai keahlian dan pendidikan dengan mengutamakan tenaga kerja lokal akan  dapat mengatasi pengangguran.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Pengelolaan  yang dilakukan  adalah  pengelolaan  terhadap  dampak primernya, yaitu mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pembibitan di perkebunan kelapa sawit.

Penanaman Kelapa Sawit dan Cover Crop Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air

Penurunan kualitas air (peningkatan kandungan padatan tersuspensi (TSS)) dan kandungan padatan terlarut (TDS) serta kekeruhan perairan di sekitar wilayah studi.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Dampak   kegiatan   pembersihan   lahan   untuk   perkebunan   kelapa sawit   terhadap   kualitas   air   pada   dasarnya   merupakan   dampak turunan   dari   dampak   kualitas   tanah.   Oleh   karena   itu   upaya pengelolaan   lingkungan   terhadap   kualitas   air   dilakukan   secara terintegrasi dengan upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas tanah.

• Mengendalikan dan membatasi atau meminimalkan lahan bukaan sesuai   dengan   keperluan.   Pembersihan   lahan   dan   penanaman hanya dilakukan pada area yang memang memerlukan pembersihan dengan menerapkan sistem blok­blok unit kegiatan secara efisien. Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi

Kegiatan   penanaman     kelapa   sawit   dan   tanaman   penutup   yang dilakukan akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif banyak, baik tenaga kerja tetap maupun tenaga harian lepas.   Kondisi seperti ini akan membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat


(18)

sekitar dan secara langsung akan meningkatkan pendapatan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengutamakan   tenaga   kerja   lokal   terutama   untuk   kegiatan pembibitan kelapa sawit

• Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan penanaman kelapa sawit dan cover crop yang dilakukan akan menyerap   tenaga   kerja   dalam   jumlah   yang   cukup   banyak   sehingga peluang   masyarakat   setempat   untuk   bekerja   sebagai   buruh   dalam kegiatan   penanaman   akan   memberikan   pandangan   yang   positif terhadap keberadaan perusahaan.  Terbukanya kesempatan kerja dan adanya   pendapatan   yang   cukup   signifikan   sebagai   penambah pendapatan   keluarga   merupakan   faktor   yang   berperan   dalam pembentukan sikap dan persepsi masyarakat terhadap perusahaan.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Pengelolaan  yang dilakukan  adalah  pengelolaan  terhadap  dampak primernya, yaitu mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan penanaman di perkebunan kelapa sawit.

5. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)  Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air

Penurunan kualitas air (peningkatan kandungan padatan tersuspensi (TSS) dan kandungan padatan terlarut (TDS) serta kekeruhan perairan di sekitar wilayah studi.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Penggunaan   pestisida   sesuai   dengan   dosis   anjuran,   agar   tidak melebihi ambang batas.

• Upaya   pengelolaan   lingkungan   terhadap   kualitas   air   dilakukan secara terintegrasi dengan upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas tanah.


(19)

Pemeliharaan   tanaman   belum   menghasilkan   meliputi   kegiatan   : sensus tanaman dan penyisipan,   pengkuran pelepah, pemeliharaan piringan   serta   jalan   rintis   dan   gawangan,   perawatan   jalan   serta jembatan   dan   parit,   pemupukan,   dan   pengendalian   hama   serta penyakit.   Kegiatan   pemeliharaan   kelapa   sawit   yang   belum menghasilkan (TBM) yang dilakukan akan memerlukan tenaga kerja dalam   jumlah   yang   relatif   banyak,   baik   tenaga   kerja   tetap   maupun tenaga   harian   lepas.   Kondisi   seperti   ini   akan   membuka   peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan secara langsung akan meningkatkan pendapatan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desa­desa dalam wilayah studi

• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja di perkebunan   kelapa   sawit   terutama   untuk   kegiatan   pemeliharaan TBM.

• Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan   pemeliharaan   tanaman   belum   menghasilkan   (TBM)   yang dilakukan   akan   menyerap   tenaga   kerja   dalam   jumlah   yang   cukup banyak sehingga peluang masyarakat setempat untuk bekerja sebagai buruh dalam kegiatan pemeliharaan ini akan memberikan pandangan yang   positif   terhadap   keberadaan   perusahaan.     Berdasarkan   hasil wawancara   dengan   responden,   diketahui   bahwa   salah   satu   alasan utama   mereka   setuju   dengan   pembukaan   perkebunan   kelapa   sawit adalah     akan   terbukanya   kesempatan   kerja   di   perusahaan   ini   bagi masyarakat lokal.

Dalam   kegiatan   pemeliharaan   TBM   ini   juga   digunakan   pupuk anorganik dan pestisida dalam pengendalian PHT.  Penggunaan pupuk dan   pestisida   yang   tidak   tepat   dapat   berakibat   residu   atau   ceceran pupuk dan pestisida tersebut tercuci dan masuk ke sungai.   Jika ini terjadi maka, masyarakat yang menggunakan sungai akan dirugikan, apalagi   sampai   menimbulkan   masalah   kesehatan   penduduk   yang menggunakan sungai tersebut.


(20)

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengutamakan   tenaga   kerja   lokal   dalam   kegiatan   pemeliharaan TBM di perkebunan kelapa sawit.

• Membuat   kolam­kolam   pengendap   sebagai   perangkap   untuk menampung   air   larian   jika   terjadi   hujan   (run   off),   sebelum memasuki sungai atau anak sungai.

III. TAHAP OPERASI

1. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air

Penurunan kualitas air (peningkatan kandungan padatan tersuspensi (TSS) dan kandungan padatan terlarut (TDS) serta kekeruhan perairan di sekitar wilayah studi.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Upaya   pengelolaan   lingkungan   terhadap   kualitas   air   dilakukan secara terintegrasi dengan upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas tanah.

• Penggunaan   pestisida   sesuai   dengan   dosis   anjuran,   untuk menghindari   ledakan   hama   dan   pencemaran   air   yang   akan mengakibatkan menurunnya kualitas air.

Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi

Pemeliharaan   tanaman   menghasilkan   meliputi   kegiatan   :   kastrasi, sanitasi,   titi   panen,   pembuatan   TPH,   pemeliharaan   gawangan   dan pasar pikul, pemberantasan ilalang, penunasan, penyusunan pelepah, pemupukan,   dan   pengendalian   hama   serta   penyakit.     Kegiatan pemeliharaan   kelapa   sawit  menghasilkan   (TM)   yang   dilakukan   akan memerlukan   tenaga   kerja   dalam   jumlah   yang   relatif   banyak,   baik tenaga kerja tetap maupun tenaga harian lepas.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desa­desa dalam wilayah studi


(21)

perkebunan kelapa sawit terutama untuk kegiatan pemeliharaan TM • Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pengelolaan Dampak TerhadapSikap dan Persepsi Masyarakat

Kegiatan   pemeliharaan   tanaman   menghasilkan   (TM)   yang   dilakukan akan   menyerap   tenaga   kerja   dalam   jumlah   yang   cukup   banyak sehingga peluang masyarakat setempat untuk bekerja sebagai buruh dalam kegiatan pemeliharaan ini akan memberikan pandangan yang positif   terhadap   keberadaan   perusahaan.     sawit   ini   akan   mebuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.

Dalam kegiatan pemeliharaan TM ini juga digunakan pupuk anorganik dan   pestisida   dalam   pengendalian   PHT.   Penggunaan   pupuk   dan pestisida yang tidak tepat dapat berakibat residu atau ceceran pupuk dan pestisida tersebut tercuci dan masuk ke sungai.   Jika ini terjadi maka masyarakat yang menggunakan sungai akan dirugikan, apalagi sampai   menimbulkan   masalah   kesehatan   penduduk   yang menggunakan sungai tersebut.   Dengan demikian akan berkembang sikap  dan persepsi  negatif karena kekhawatiran tercemarnya sungai dan   anak   sungai   oleh   residu   pupuk   anorganik   dan   pestisida   yang digunakan di perkebunan kelapa sawit.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pemeliharaan TM di perkebunan kelapa sawit.

• Membuat   kolam­kolam   pengendap   sebagai   perangkap   untuk menampung   air   larian   jika   terjadi   hujan   (run   off),   sebelum memasuki sungai atau anak sungai

2. Pemanenan Kelapa Sawit

Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi

Kegiatan   pemanenan   kelapa   sawit   akan   memerlukan   tenaga   kerja sebagai buruh panen baik tenaga kerja tetap maupun tenaga harian lepas. Jumlah tenaga kerja harian yang diperlukan cukup banyak dan secara   bertahap.   Dengan   kondisi   ini   maka   akan   terbuka   peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan secara langsung akan meningkatkan pendapatan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini.  


(22)

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desa­desa dalam wilayah studi.

• Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit terutama untuk pemanenan.

Pengelolaan Dampak TerhadapSikap dan Persepsi Masyarakat

Kegiatan   pemanenan   akan   memerlukan   tenaga   kerja   dalam   jumlah yang besar, tenaga kerja­tenaga kerja ini sebagian besar  direkrut dari masyarakat sekitar. Terbukanya kesempatan kerja ini bagi masyarakat akan memberikan pandangan positif terhadap keberadaan perkebunan kelapa   sawit.   Berdasarkan   hasil   wawancara   dengan   responden, diketahui bahwa responden menyatakan bahwa kegiatan perkebunan kelapa sawit akan meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar   dan   menyatakan   akan   terjadi   peningkatan   pendapatan masyarakat.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Pengelolaan  yang dilakukan  adalah  pengelolaan  terhadap  dampak primernya, yaitu mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pemanenan di perkebunan kelapa sawit.

3. Pengangkutan Kelapa Sawit

Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Udara

Penurunan  kualitas  udara  berupa  peningkatan   kadar  debu   dan  gas kimia udara melebihi nilai baku mutu lingkungan yang terdispersi di sekitar lokasi jalan angkut.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Pembuatan barrier hidup melalui penanaman tanaman penghijauan di sekitar jalan akses atau mempertahankan vegetasi si sisi jalan akses setebal minimal 20 meter. 

• Melakukan penyiraman pada areal jalan yang kering tiap interval 30 menit. 

• Mengatur   periode   waktu   keberangkatan   antar   angkutan   untuk menghindari iring­iringan armada (konvoi) di jalan.


(23)

• Membatasi   kecepatan  angkutan   untuk  menghindari   dispersi   debu secara berlebihan. (maksimal 40 km/jam).

Pengelolaan Dampak Terhadap Kebisingan

Peningkatan   intensitas   kebisingan   akibat   konvoi   kendaraan pengangkut   yang   dimungkinkan   berdampak   lanjutan   terhadap persepsi masyarakat.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Membatasi  kecepatan  kendaraan  pengangkut  terutama  pada  jalur jalan yang melintasi pemukiman penduduk.

• Mengatur agar tidak terjadi konvoi kendaraan pengangkut peralatan dan kelapa sawit.

Pengelolaan Dampak Terhadap Kesehatan  Masyarakat

Kegiatan   pengangkutan   berdampak   terhadap   munculnya   gangguan pernafasan dan gangguan pendengaran akibat debu dan suara bising kendaraan pengangkut kelapa sawit.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Penyiraman jalan angkut yang kering setiap 30 menit sekali • Mengurangi kecepatan kendaraan angkut ± 40 km/jam. 4. Pengolahan Hasil

Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Udara

Kegiatan Pabrik CPO berdampak terhadap munculnya Kualitas Udara akibat Partikel­pertikel yang dikeluarkan oleh cerobong asap.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Memasang   cerobong   asap   yang   dilengkapi   dengan   hole   dan   filter untuk   meminimalisir   bahan­bahan   polutan   yang   dikeluarkan bersama emisi asap pabrik.

• Menanam   tanaman   penghijauan   di   sekeliling   areal   pabrik,   kantor dan mess karyawan untuk mereduksi debu dan gas hasil produksi. • Melaksanakan   pekerjaan   sesuai   dengan   SOP   dan   panduan   safety


(24)

• Menggunakan alat pelindung diri dan pernafasan bagi tenaga kerja yang   bekerja   di   dalam   pabrik   dan   berdekatan   dengan   sumber­ sumber pencemaran.

Pengelolaan Dampak Terhadap Kebisingan

Kegiatan Pabrik CPO berdampak terhadap munculnya gangguan suara bising Mesin Pabrik.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Menanam vegetasi dan pagar pelindung di sekeliling areal pabrik. • Menempatkan   sumber   bising   berjauhan   dengan   kantor   dan   mess

karyawan.

• Mengisolasi generator dalam kamar khusus untuk mereduksi bising yang keluar.

• Pemeliharaan mesin secara teratur.

• Penggunaan   APD   bagi   tenaga   kerja   yang   beroperasi di   tempat­ tempat yang bising.

Pengelolaan Dampak Terhadap Hidrologi

Kegiatan   Pabrik   berdampak   terhadap   hidrologi   berupa   pengurangan jumlah debit air.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengupayakan   pembangunan   tempat­tempat   penampungan   air hujan.

• Mengupayakan pembangunan sistem pemipaan dan pompa untuk pengambilan   air   dari   sungai   yang   memiliki   debit   yang besar/memenuhi dan jumlah/debit air sungai yang diambil tersebut tidak melebihi dari yang ditetapkan.

• Menjaga normalisasi aliran sungai.

Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air

Kegiatan  Pabrikberdampak  terhadap munculnya sendimen  sendimen air.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :


(25)

• Tidak Melakukan pelepasan Limbah apabila masih dibawah standar yang ditetapkan.

• Membuat kolam­kolam pengolahan limbah cair sebelum dialirkan ke sungai atau digunakan sebagai pupuk cair.

Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan pengolahan hasil kelapa sawit menjadi CPO dan PKO yang dilakukan   oleh   pabrik   kelapa   sawit   akan   memerlukan   tenaga   kerja dalam   jumlah   yang   cukup   banyak.   Kesempatan   kerja   di   pabrik pengolahan   kelapa   sawit   ini   akan   memberikan   pandangan   positif masyarakat   tentang   keberadaan   perusahaan   secara   keseluruhan. Tetapi   di   sisi   lain,   keberadaan   limbah   yang   dihasilkan   oleh   pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut akan menimbulkan bau yang sangat mengganggu   aktivitas   masyarakat   sekitar,   serta   limbah   cair   yang berpotensi   menimbulkan   pencemaran   sungai.   Maka   dengan keberadaan   kolam   anaerob   terdiri   dari   8   kolam,   sebagai     sistem pengolahan   limbah   yang   multiple   feeding   yaitu   sistem   perombakan secara   an­aerobik   (proses   perombakan   bahan   organik   yang   tidak membutuhkan   oksigen)   namun   memerlukan   bakteri   an­aerob diharapkan tidak akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar   karena   jumlah   mereka   yang   terkena   dampak   cukup   banyak meliputi   hampir   semua   warga   masyarakat   dalam   lokasi   proyek, terutama   yang   berdekatan   dengan   lokasi   pabrik.   Intensitas   dampak yang ditimbulkannya dapat memberikan  pandangan positif terhadap perusahaan serta juga dapat menimbulkan kontroversi di masyarakat, pemerintah daerah, atau pelaksana proyek.   

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengutamakan   tenaga   kerja   lokal   dalam   kegiatan   pabrik pengolahan hasil kelapa sawit

• Membuat tempat pembuangan atau penumpukan limbah padat jauh dari pemukiman (minimal 1,5 km) dari pemukiman terdekat

• Membuat kolam­kolam pengolahan limbah cair sebelum dialirkan ke sungai atau digunakan sebagai pupuk cair.


(26)

Pada uraian sebelumnya telah dipaparkan dampak negatif pengolahan hasil terhadap kualitas udara dan kebisingan. Dampak ini tentunya akan   berlanjut   terhadap   gangguan   kesehatan   baik   pada   pekerja maupun   masyarakat   di   sekitar   pabrik.   Operasional   pabrik   yang melibatkan   reaksi   kimia,   panas   tinggi   dan   mesin­mesin   pabrik berpotensi mencemari udara dalam dan luar pabrik. Hasil pembakaran berupa   partikulat   dan   gas   kimia   udara   yang   diemisikan   melalui cerobong   dan   tungku   pembakaran   dapat   menyebabkan   gangguan saluran pernafasan bagi tenaga kerja. Jika pergerakan angin mengarah ke   Desa   Sidorejo   yang   berbatasan   dengan   lahan   sawit   maka kemungkinan   polutan   udara   tersebut   sampai   ke   permukiman   dan dapat   memicu   kejadian   ISPA   di   masyarakat.   Potensi   bising   yang dihasilkan oleh mesin­mesin pabrik juga sangat tinggi karena proses pengolahan   sawit   menggunakan   mesin­mesin   berkapasitas   besar. Namun   dampak   bising   hanya   dirasakan   oleh   pekerja   pabrik   dan diprediksi tidak sampai ke permukiman yang berjarak ± 500 meter dari lokasi kebun.

Proses pengolahan sawit akan berlangsung secara periodik dan terus menerus sehingga emisi yang dihasilkan dari operasional pabrik juga berlangsung   lama.   Dampak   yang   terjadi   dalam   jangka   waktu   lama kemungkinan berdampak terhadap gangguan kesehatan dan persepsi negatif di masyarakat.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Melakukan   upaya   pengelolaan   kualitas   udara   (terpadu   dengan pengelolaan pada komponen lingkungan kualitas udara.

• Mengadakan Pengobatan gratis pada masyarakat.

B. REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN

Dari   hasil   analisis   prakiraan   dampak   penting   dan   evaluasi   dampak penting, maka kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah   Sawit   Inti   Harapan   (ASIH)   di   Jalan   Desa   Tanggul   Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten   Barito   Kuala  dapat   dinilai   layak   dengan   beberapa pertimbangan sebagai berikut :


(27)

1. Dari   aspek   ketataruangan,   keberadaan  kegiatan  Perkebunan Kelapa   Sawit   dan   Pabrik   CPO   PT.   Anugerah   Sawit   Inti   Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten Barito Kuala tidak menyalahi   aturan   pada   Peraturan   Daerah   Provinsi   Kalimantan Selatan  nomor  9   tahun   2000   tentang   RTRW   Kalimantan   Selatan Tahun  2000­2015  dan  Peraturan  Daerah Kabupaten Barito Kuala nomor 6 tahun 2012.

2. Aspek teknis  kegiatan  Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin   Kencana,   Sekata   Baru   Kecamatan   Tabunganen   dan Tamban,  Kabupaten   Barito   Kuala  telah   didesain   sedemikian   rupa sehingga terjamin keamanannya dan akan dibangun sesuai dengan prosedur perijinan  yang akan diperoleh.

3. Penanganan dampak terhadap lingkungan dapat ditangani dengan segera dan tidak memerlukan teknologi yang sangat canggih namun lebih   bersifat   penanganan   yang   dilakukan   secara   umum   bila memang dampak tersebut terjadi. Dari dampak yang timbul telah diberikan  rancangan dan rumusan tindakan yang bersifat  mudah dilakukan   baik   melalui   pendekatan   teknis,   pendekatan   sosial­ ekonomi­budaya maupun pendekatan institusi.

4. Dari   aspek   kemitraan   dengan   pihak   masyarakat   terutama masyarakat di wilayah Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru   Kecamatan   Tabunganen   dan   Tamban,  menjadi   wilayah administrasi proyek yang mendapat dampak langsung telah dapat dilakukan   komunikasi   dan   pendekatan   atau   sosialisasi     bersama yang   menguntungkan   kedua   belah   pihak   sehingga   proses pengelolaan   dampak   pada   aspek   adanya   gesekan   atau ketidaksepahaman   dengan   masyarakat   sekitar   dapat   segera diminimalisir.

Dari   beberapa   pertimbangan   tersebut,   maka  kegiatan  Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di   Jalan   Desa   Tanggul   Rejo,   Beringin   Kencana,   Sekata   Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban,  Kabupaten Barito Kuala  layak bagi lingkungan.


(28)

BUPATI BARITO KUALA,


(29)

(1)

• Menggunakan alat pelindung diri dan pernafasan bagi tenaga kerja yang   bekerja   di   dalam   pabrik   dan   berdekatan   dengan   sumber­ sumber pencemaran.

Pengelolaan Dampak Terhadap Kebisingan

Kegiatan Pabrik CPO berdampak terhadap munculnya gangguan suara bising Mesin Pabrik.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Menanam vegetasi dan pagar pelindung di sekeliling areal pabrik. • Menempatkan   sumber   bising   berjauhan   dengan   kantor   dan   mess

karyawan.

• Mengisolasi generator dalam kamar khusus untuk mereduksi bising yang keluar.

• Pemeliharaan mesin secara teratur.

• Penggunaan   APD   bagi   tenaga   kerja   yang   beroperasi di   tempat­ tempat yang bising.

Pengelolaan Dampak Terhadap Hidrologi

Kegiatan   Pabrik   berdampak   terhadap   hidrologi   berupa   pengurangan jumlah debit air.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengupayakan   pembangunan   tempat­tempat   penampungan   air hujan.

• Mengupayakan pembangunan sistem pemipaan dan pompa untuk pengambilan   air   dari   sungai   yang   memiliki   debit   yang besar/memenuhi dan jumlah/debit air sungai yang diambil tersebut tidak melebihi dari yang ditetapkan.

• Menjaga normalisasi aliran sungai.

Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air

Kegiatan  Pabrikberdampak  terhadap munculnya sendimen  sendimen air.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :


(2)

• Tidak Melakukan pelepasan Limbah apabila masih dibawah standar yang ditetapkan.

• Membuat kolam­kolam pengolahan limbah cair sebelum dialirkan ke sungai atau digunakan sebagai pupuk cair.

Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan pengolahan hasil kelapa sawit menjadi CPO dan PKO yang dilakukan   oleh   pabrik   kelapa   sawit   akan   memerlukan   tenaga   kerja dalam   jumlah   yang   cukup   banyak.   Kesempatan   kerja   di   pabrik pengolahan   kelapa   sawit   ini   akan   memberikan   pandangan   positif masyarakat   tentang   keberadaan   perusahaan   secara   keseluruhan. Tetapi   di   sisi   lain,   keberadaan   limbah   yang   dihasilkan   oleh   pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut akan menimbulkan bau yang sangat mengganggu   aktivitas   masyarakat   sekitar,   serta   limbah   cair   yang berpotensi   menimbulkan   pencemaran   sungai.   Maka   dengan keberadaan   kolam   anaerob   terdiri   dari   8   kolam,   sebagai     sistem pengolahan   limbah   yang   multiple   feeding   yaitu   sistem   perombakan secara   an­aerobik   (proses   perombakan   bahan   organik   yang   tidak membutuhkan   oksigen)   namun   memerlukan   bakteri   an­aerob diharapkan tidak akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat sekitar   karena   jumlah   mereka   yang   terkena   dampak   cukup   banyak meliputi   hampir   semua   warga   masyarakat   dalam   lokasi   proyek, terutama   yang   berdekatan   dengan   lokasi   pabrik.   Intensitas   dampak yang ditimbulkannya dapat memberikan  pandangan positif terhadap perusahaan serta juga dapat menimbulkan kontroversi di masyarakat, pemerintah daerah, atau pelaksana proyek.   

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Mengutamakan   tenaga   kerja   lokal   dalam   kegiatan   pabrik pengolahan hasil kelapa sawit

• Membuat tempat pembuangan atau penumpukan limbah padat jauh dari pemukiman (minimal 1,5 km) dari pemukiman terdekat

• Membuat kolam­kolam pengolahan limbah cair sebelum dialirkan ke sungai atau digunakan sebagai pupuk cair.


(3)

Pada uraian sebelumnya telah dipaparkan dampak negatif pengolahan hasil terhadap kualitas udara dan kebisingan. Dampak ini tentunya akan   berlanjut   terhadap   gangguan   kesehatan   baik   pada   pekerja maupun   masyarakat   di   sekitar   pabrik.   Operasional   pabrik   yang melibatkan   reaksi   kimia,   panas   tinggi   dan   mesin­mesin   pabrik berpotensi mencemari udara dalam dan luar pabrik. Hasil pembakaran berupa   partikulat   dan   gas   kimia   udara   yang   diemisikan   melalui cerobong   dan   tungku   pembakaran   dapat   menyebabkan   gangguan saluran pernafasan bagi tenaga kerja. Jika pergerakan angin mengarah ke   Desa   Sidorejo   yang   berbatasan   dengan   lahan   sawit   maka kemungkinan   polutan   udara   tersebut   sampai   ke   permukiman   dan dapat   memicu   kejadian   ISPA   di   masyarakat.   Potensi   bising   yang dihasilkan oleh mesin­mesin pabrik juga sangat tinggi karena proses pengolahan   sawit   menggunakan   mesin­mesin   berkapasitas   besar. Namun   dampak   bising   hanya   dirasakan   oleh   pekerja   pabrik   dan diprediksi tidak sampai ke permukiman yang berjarak ± 500 meter dari lokasi kebun.

Proses pengolahan sawit akan berlangsung secara periodik dan terus menerus sehingga emisi yang dihasilkan dari operasional pabrik juga berlangsung   lama.   Dampak   yang   terjadi   dalam   jangka   waktu   lama kemungkinan berdampak terhadap gangguan kesehatan dan persepsi negatif di masyarakat.

Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah :

• Melakukan   upaya   pengelolaan   kualitas   udara   (terpadu   dengan pengelolaan pada komponen lingkungan kualitas udara.

• Mengadakan Pengobatan gratis pada masyarakat.

B. REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN

Dari   hasil   analisis   prakiraan   dampak   penting   dan   evaluasi   dampak penting, maka kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah   Sawit   Inti   Harapan   (ASIH)   di   Jalan   Desa   Tanggul   Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten   Barito   Kuala  dapat   dinilai   layak   dengan   beberapa pertimbangan sebagai berikut :


(4)

1. Dari   aspek   ketataruangan,   keberadaan  kegiatan  Perkebunan Kelapa   Sawit   dan   Pabrik   CPO   PT.   Anugerah   Sawit   Inti   Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban, Kabupaten Barito Kuala tidak menyalahi   aturan   pada   Peraturan   Daerah   Provinsi   Kalimantan Selatan  nomor  9   tahun   2000   tentang   RTRW   Kalimantan   Selatan Tahun  2000­2015  dan  Peraturan  Daerah Kabupaten Barito Kuala nomor 6 tahun 2012.

2. Aspek teknis  kegiatan  Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di Jalan Desa Tanggul Rejo, Beringin   Kencana,   Sekata   Baru   Kecamatan   Tabunganen   dan Tamban,  Kabupaten   Barito   Kuala  telah   didesain   sedemikian   rupa sehingga terjamin keamanannya dan akan dibangun sesuai dengan prosedur perijinan  yang akan diperoleh.

3. Penanganan dampak terhadap lingkungan dapat ditangani dengan segera dan tidak memerlukan teknologi yang sangat canggih namun lebih   bersifat   penanganan   yang   dilakukan   secara   umum   bila memang dampak tersebut terjadi. Dari dampak yang timbul telah diberikan  rancangan dan rumusan tindakan yang bersifat  mudah dilakukan   baik   melalui   pendekatan   teknis,   pendekatan   sosial­ ekonomi­budaya maupun pendekatan institusi.

4. Dari   aspek   kemitraan   dengan   pihak   masyarakat   terutama masyarakat di wilayah Desa Tanggul Rejo, Beringin Kencana, Sekata Baru   Kecamatan   Tabunganen   dan   Tamban,  menjadi   wilayah administrasi proyek yang mendapat dampak langsung telah dapat dilakukan   komunikasi   dan   pendekatan   atau   sosialisasi     bersama yang   menguntungkan   kedua   belah   pihak   sehingga   proses pengelolaan   dampak   pada   aspek   adanya   gesekan   atau ketidaksepahaman   dengan   masyarakat   sekitar   dapat   segera diminimalisir.

Dari   beberapa   pertimbangan   tersebut,   maka  kegiatan  Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik CPO PT. Anugerah Sawit Inti Harapan (ASIH) di   Jalan   Desa   Tanggul   Rejo,   Beringin   Kencana,   Sekata   Baru Kecamatan Tabunganen dan Tamban,  Kabupaten Barito Kuala  layak bagi lingkungan.


(5)

BUPATI BARITO KUALA,


(6)