Pengadaan Lahan Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi

Kegiatan sosialisasi yang dilakukan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, sehingga akan berkembang pemahaman dan persepsi positif masyarakat terhadap perusahaan. Melalui kegiatan sosialisasi ini masyarakat yang diperkirakan terkena dampak oleh kegiatan perkebunan kelapa sawit akan dapat memberikan masukan­masukan kepada perusahaan sehubungan dengan keterlibatan mereka dalam kegiatan proyek ini. Sebagian besar masyarakat sudah tahu tentang rencana berdirinya perusahaan kelapa sawit yang disambut secara positif oleh tokoh masyarakat walaupun juga ada yang bersikap ragu­ragu akan tetapi mereka tetap mengharapkan kembali ada sosialisasi secara menyeluruh dengan melibatkan banyak masyarakat. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Melaksanakan kegiatan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga ke lapisan masyarakat yang paling bawah level desa, terutama mereka yang akan ikut serta dalam program kemitraan. Pengelolaan Dampak Terhadap Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Sifat dampak terhadap keamanan dan ketertiban kumulatif dan berbalik. Dengan adanya sosialisasi tidak akan muncul isu­isu negatif yang sebenarnya tidak dipahami oleh berbagai pihak terutama masyarakat mengenai rencana berdirinya perekebunan kelapa sawit. Sehingga akan dapat tercipta keamanan dan ketertiban masyarakat. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Melaksanakan kegiatan sosialisasi secara terbuka dan jujur hingga ke lapisan masyarakat yang paling bawah level desa, terutama mereka yang akan ikut serta dalam program kemitraan.

2. Pengadaan Lahan Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi

Dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit PT. ASIH ini, selain dilakukan kegiatan pembebasan lahan dan pemberian ganti rugi bagi lahan masyarakat yang terkena lokasi perkebunan juga akan dilakukan pelaksanaan program pola kemitraan inti­plasma agar dapat melibatkan masyarakat setempat. Pengadaan lahan diprakirakan berdampak terhadap komponen sosial ekonomi bagi mereka yang memiliki tanah atau lahan di lokasi rencana proyek dan setuju dengan pola kemitraan ini, maka mereka akan memperoleh lahan usaha tanaman kelapa sawit tersebut. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang program kemitraan dan rencana kegiatan perkebunan kelapa sawit secara keseluruhan. • Memberikan bantuan pembinaan pengembangan pertanian pangan, terutama mereka yang lahannya dibebaskan atau diikutsertakan dalam kemitraan perkebunan kelapa sawit yang diintegrasikan dengan kegiatan CSRCD, dengan titik berat pada program yang dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Pengadaan lahan diperkirakan berdampak terhadap persepsi masyarakat terutama yang lahan usahanya terkena tapak proyek perkebunan kelapa sawit PT. ASIH. Dampak yang mungkin timbul berupa kekhawatiran tidak jelasnya proses perjanjian kepemilikan lahan. Kemungkinan besar akan muncul dua kelompok masyarakat yaitu masyarakat yang pro dan kontra terhadap keberadaan perkebunan kelapa sawit PT. ASIH. Intensitas dampak yang ditimbulkannya dapat menimbulkan kontroversi di masyarakat, pemerintah daerah, atau pelaksana proyek, terutama berkaitan dengan belum dipahaminya masalah prosedur pengadaan lahan dan kepemilikan lahan yang syah mengingat sebagian lahan­lahan yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit merupakan lahan yang dalam kondisi bera dan kepemilikannyapun sebagian dimiliki oleh orang luar wilayah desa studi. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan terhadap dampak primernya, yaitu dengan cara memberikan bantuan pembinaan pengembangan pertanian pangan, terutama mereka yang lahannya dibebaskan atau diikutsertakan dalam kemitraan perkebunan kelapa sawit yang diintegrasikan dengan kegiatan CSRCD dengan titik berat sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan potensi desa . Pengelolaan Dampak Terhadap Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Pengadaan lahan diperkirakan berdampak terhadap gangguan keamanan, jika dalam pelaksanaannya ada pihak­pihak yang merasa dirugikan dan mereka menuntut haknya. Selain itu juga berpotensi menimbulkan keresahan akibat adanya masyarakat yang merasa kehilangan akses usaha yang selama ini menjadi mata pencaharian mereka seperti menggalam dan mencari ikan. Potensi konflik ini juga akan muncul jika terjadi sengketa kepemilikan hak atas lahan tersebut karena tidak adanya batas atau tanda yang jelas. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan terhadap dampak primernya yaitu mencegah terjadinya konflik kepemilikan lahan dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang lahannya terkena lokasi kebun kelapa sawit serta Ketua RT, Kepala Desa dan Tokoh Masyarakat setempat dalam pelaksanaan pengukuran dan penentuan batas­batas tanah. II.TAHAP KONSTRUKSI Penerimaan dan Pengerahan Sumberdaya Manusia Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Kegiatan rekruitmen dan pengerahan sumberdaya manusia dapat menimbulkan dampak terhadap kesempatan kerja maupun kesempatan berusaha bagi penduduk di sekitar lokasi proyek. Dampak yang terjadi akan berlangsung relatif lama selama masa perkebunan kelapa sawit berlangsung. Intensitas dampak yang ditimbulkannya cukup banyak berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan pendapatan dan perekonomian masyarakat. Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak antara lain sosial budaya, dan persepsi masyarakat. Sifat dampak kumulatif dan berbalik. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desa­desa dalam wilayah studi • Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit. • Melakukan pengembangan SDM dengan jalan memberikan pendidikanpelatihan terhadap tenaga kerja dibidang perkebunan kelapa sawit sebelum mereka dipekerjakan sehingga tersedia SDM lokal yang siap pakai. Sedangkan skill yang belum terpenuhi bisa diambil dari luar daerah. • Membayarkan upah kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Pengerahan sumberdaya manusia dan tenaga kerja untuk kegiatan perkebunan kelapa sawit akan mempengaruhi sikap penduduk terhadap perusahaan jika tidak memberikan manfaat kepada penduduk setempat. Berdasarkan persepsi masyarakat ternyata harapan dan saran yang dominan diungkapkan masyarakat terkait dengan terbukanya peluang pekerjaan di perkebunan kelapa sawit dengan pola rekruetmen tenaga kerja yang mengutamakan masyarakat lokal. Selama ini pekerjaan utama yang penduduk desa di wilayah studi tekuni adalah sebagai petani terutama tanaman padi. Akan tetapi walaupun demikian sebagian besar pemuda produktif di desa­ desa wilayah studi banyak juga yang merantau pergi ke daerah lain untuk mencari pekerjaan. Penduduk yang berada di tempatpun selain menekuni pekerjaan yang sudah ada tetap mengharapkan bisa dilibatkan pada perusahaan kelapa sawit yang akan berdiri. Artinya, maka kesempatan kerja dan berusaha tetap diharapkan oleh penduduk di wilayah studi dengan proporsi berdasarkan pendidikan dan kemampuan yang mereka miliki. Tenaga kerja terampil bukan hanya memiliki pendidikan yang lebih baik akan tetapi juga ditunjang oleh pengalaman dalam bekerja sesuai mata pencahariannya. Dalam kaitannya dengan perusahaan kelapa sawit sumber­sumber tenaga kerja produktif dan potensial yang memang sudah berkecimpung di bidang pertanian sebagai petani dapat ditempa untuk menjadi tenaga kerja trampil sehingga terjadi pemerataan distribusi tenaga kerja yang terserap oleh perusahaan. Maka jika harapan mereka terpenuhi akan berkembang sikap dan persepsi positif terhadap perusahaan, sebaliknya jika harapan ini tidak terwujud maka akan berkembang sikap dan persepsi negatif terhadap perusahaan. Dampak yang terjadi akan berlangsung selama kegiatan rekruitmen dan pengerahan sumberdaya manusia hingga kegiatan operasional perkebunan berlangsung. Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak adalah keamanan dan ketertiban. Sifat dampak kumulatif dan berbalik. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan di perkebunan secara terbuka ke desa­desa dalam wilayah studi • Mengutamakan tenaga kerja lokal dalam penerimaan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit. • Melakukan pengembangan SDM dengan jalan memberikan pendidikanpelatihan terhadap tenaga kerja dibidang perkebunan kelapa sawit. Pengelolaan Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat Kegiatan penerimaan dan pengerahan sumberdaya manusia berdampak terjadinya mobilisasi tenaga kerja ke tempat hunian baru yang berdekatan dengan kegiatan proyek. Sebagian tenaga kerja akan menetap pada camp­camp hunian yang disediakan oleh pihak perusahaan. Dampak yang mungkin terjadi adalah penularan penyakit akibat mobilitas dan kontakberdekatannya tenaga kerja yang sehat dengan tenaga kerja yang menderita penyakit menular tertentu. Untuk menghindari hal tersebut maka pada tahap penerimaan tenaga kerja harus dilakukan seleksi yang ketat terhadap kesehatan pelamar, terutama bagi penderita­penderita yang bersifat carrier pembawa. Penyakit yang dikhawatirkan adalah malaria dan filaria mengingat daerah studi terdapat nyamuk Anopheles dan Mansonia yang merupakan host intermediate. Bila dari tenaga kerja yang di datangkan dari luar di dalam tubuhnya terdapat bibit plasmodium dan cacing micro filaria, kemungkinan besar daerah tapak proyek dan sekitar tapak proyek akan terjadi penyakit malaria dan filaria, karena yang awalnya nyamuk Anopheles dan Mansonia di dalam tubuh nyamuk tidak ada bibit plasmodium dan micro filaria, akan mendapatkan bibit penyakit ini dari tenaga kerja yang didatangkan dari luar. Kondisi ini akan menjadi sumber penularan yang berbahaya bagi tenaga kerja yang sehat yang lainnya dan penduduk disekitarnya. Penyakit lain yang mungkin timbul adalah ISPA, penyakit kulit, diare, dan penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas yang ditularkan melalui perantaraan media air, udara dan serangga. Data 10 penyakit terbanyak menunjukkan bahwa penyakit infeksi menular seperti tersebut di atas masih menduduki peringkat terbanyak di masyarakat. Keadaan ini sebenarnya bisa dihindarkan dengan perbaikan sarana sanitasi lingkungan dan didukung perilaku higienis perorangan yang baik. Mengingat tingginya mobilitas dan kemungkinan kontak antar tenaga kerja, maka luas persebaran dan intensitas dampak dinilai cukup besar. Lama berlangsungnya dampak dan sifat akumulasi dampak juga besar terlebih adanya efek sinergis antar penyakit pada seorang penderita. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Melakukan seleksi yang ketat terhadap kesehatan pelamar, terutama bagi penderita­penderita yang bersifat carrier dengan cara memberlakukan syarat kesehatan yang diperoleh dari dokter pemerintah dalam penerimaan karyawan medical check up. • Diagnosa dini dan pengobatan yang tepat terhadap penderita penyakit dan carrier. • Indoor Residu Spraying IRS yaitu penyemprotan rumah penduduk. Pembukaan Lahan Pengelolaan Dampak Terhadap Hidrologi Pembukaanpembersihan lahan pada lokasi perkebunan kelapa sawit yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah berupa pemapasan sejumlah vegetasi yang sebagian besar berupa pepohonan dan semak belukar, dimana pada daerah bukaan lokasi perkebunan kelapa sawit sebagian telah ditebang oleh penduduk lokal terutama untuk kayu bakar. Kemajuan kegiatan pembersihan lahan diareal studi dilakukan sejalan dengan kemajuan operasi kegiatan perkebunan. Dampak dari kegiatan ini adalah hilangnya vegetasi, sehingga limpasan air larian akan menjadi lebih tinggi, terutama pada saat hujan. Kondisi ini dapat meyebabkan terjadinya penggerusan dan pengikisan lapisan tanah. Dampak dari kegiatan ini juga akan menyebabkan besarnya volume air yang memasuki daerah perkebunan, bersamaan dengan tingkat kekeruhan yang dibawahnya. Dampak lain yang diperkirakan timbul adalah meningkatnya sedimen transport pada wilayah aliran sungai. Tanpa adanya vegetasi penutup, indeks erositivitas akan menjadi besar, yang pada akhirnya tanah mempunyai potensi untuk tererosi oleh limpasan air. Debit sedimen akan mudah terbawa ke saluranbadan sungai, mengumpul dan mengendap sebagai akibat sedimentasi di dasar saluransungai. Dampak lebih jauh dengan adanya endapan sedimen di dasar saluransungai akan terjadi penyempitan penampang melintang saluransungai, degradasi dasar saluransungai, berkurangnya kapasitas debit saluransungai, berkurangnya kecepatan aliran dan akhirnya terjadi genanganbanjir. Walaupun lamanya dampak berlangsung hanya pada tahapan kegiatan kontruksi pembukaan lahan namun intensitas dampaknya besar. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Pembuatan paritpolder di sekeliling areal kebun, dengan sistem buka­tutup untuk keperluan pengaturan air. • Melakukan pembersihan lahan sesuai dengan keperluan dan kemajuan kegiatan. • Melakukan pembukaan lahan secara bertahap. Bukaan lahan hanya dilakukan dengan luasan yang betul­betul diperlukan saja dengan menerapkan sistem blok tanam. Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit yang diperkirakan akan merubah pola penggunaannya dari daerah bervegetasi hutan tersier yang didominasi tumbuhan galam,semak belukar,daerah tepian rawa yang selanjutnya akan meningkatkan debit Run Off dan laju erosi permukaan tanah. Matrial yang tererosi akan terangkat melalui aliran permukaan menuju ke badan air penerima dan terdistribusi kesekitar wilayah studi. Parameter kualitas fisik air yang akan terpengaruh langsung oleh laju erosi dan pelarutan tanah adalah kandungan padatan terlarut TDS, total padatan tersuspensi TSS dan kekeruhan air. Sedangkan parameter kimia air yang akan terpengaruh kegiatan perkebunan kelapa sawit adalah peningkatan kadar nutrien Nitrat, Nitrit, Amoniak dan Phosfat dan serasah organik yang dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut DO. Dikaitkan dengan adanya perkebunan kelapa sawit dilahan bervegetasi hutan tersier, semak belukar dan daerah rawa peningkatan nilai parameter fisik TDS dan TSS diperkirakan dapat mencapai 3 hingga 5 kali kandungan rona awal, namun tidak berlangsung lama sepanjang banyaknya turun hujan, sementara peningkatan kandungan kimia air dapat terjadi seiring dengan peningkatan kandungan padatan. Dengan adanya pembuatan saluran­saluran pada aeral penanaman akan mereduksi sejumlah air yang meresap ke dalam tanah dan perairannya bisa dimanfaatkan oleh organisme dan nekton yang ada di sekitarnya. Kemungkinan dengan adanya saluran­saluran yang dibuat di sekitar proyek akan dimanfaatkan oleh berbagai macam organisme air terutama ikan yang cocok dengan perairan di sekitarnya. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Dampak kegiatan pembersihan lahan untuk perkebunan kelapa sawit terhadap kualitas air pada dasarnya merupakan dampak turunan dari dampak kualitas tanah. Oleh karena itu upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas air dilakukan secara terintegrasi dengan upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas tanah. • Mengendalikan dan membatasi atau meminimalkan lahan bukaan sesuai dengan keperluan. Pembersihan lahan dan penanaman hanya dilakukan pada area yang memang memerlukan pembersihan dengan menerapkan sistem blok­blok unit kegiatan secara efisien. Pengelolaan Dampak Terhadap Biologi Terrestrial Semakin terbukanya kawasan berhutan yang berdampak akan semakin menurunnya kesuburan tanah sehingga vegetasi penutup tanah akan semakin berkurang. Selain itu dikhawatirkan akan terjadi semakin menurunnya keragaman jenis vegetasi, akibat dominasi dari kelapa sawit. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Tetap mempertahankan beberapa kawasan berhutan di sekeliling batas arealselebar 50 m sebagai tempat hidup satwa dan untuk tujuan konservasi lahan, serta mencegah semakin menurunnya keragaman jenis. Kawasan yang tetap dipertahankan terutama yang berdekatan dengan sungai atau sumber­sumber air lainnya. • Tidak melakukan penebangan pohon­pohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup satwa, khususnya aves. • Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan. Pengelolaan Dampak Terhadap Satwa Liar Selain kemungkinan terjadinya hilangnya plasma nuftah tumbuhan, dampak lain yang muncul adalah terjadinya migrasi satwa yang hidup di sana, yang mejadi habitatnya. Areal yang di buka cukup luas, sehingga dampaknya terhadap migrasi satwa atau hilangnya satwa juga besar. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Tetap mempertahankan beberapa kawasan berhutan sebagai tempat hidup satwa dan untuk tujuan konservasi lahan, serta mencegah semakin menurunnya keragaman jenis. Kawasan yang tetap dipertahankan terutama yang berdekatan dengan sungai atau sumber­sumber air lainnya. • Tidak melakukan penebangan pohon­pohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup beberapa jenis aves. • Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan. Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Pembukaan lahan dilakukan untuk dua keperluan yaitu a pembukaan lahan yang menjadi tapak bangunan sarana prasarana pendukung dan b pembukaan lahan yang akan menjadi areal kebun kelapa sawit. Pembukaan areal baru land clearing, terutama untuk areal kebun kelapa sawit, dilakukan mengacu pada peraturan zero burning yaitu Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor 38KB.110SKDJ.BUN05.95 tentang Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran untuk Pengembangan Perkebunan. Kegiatan pembukaan lahan ini dilakukan dengan menggunakan tenaga manual manusia, tenaga mesin dan menggunakan bahan kimia. Pembukaan lahan yang menggunakan tenaga manusia terutama dilakukan untuk kegiatan mengimas atau menebasmemotong anak kayu dan tanaman semak belukar lainnya lainnya yang berdiameter di bawah 10 cm, dengan menggunakan parang dan kampak serta dilanjutkan dengan kegiatan penumbangan pohon sehingga tidak ada pohon yang setengah tumbang. Kegiatan ini akan memerlukan tenaga kerja dari masyarakat sekitar yang memang sudah terampil untuk melakukan kegiatan tersebut. Intensitas dampak yang ditimbulkannya cukup banyak berpengaruh terhadap kesempatan kerja dan berusaha dan peningkatan pendapatan keluarga. Komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak antara lain sosial budaya, dan persepsi masyarakat. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Mengumumkan rencana penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan pembukaan lahan ke desa­desa dalam wilayah studi. • Mengutamakan tenaga kerja lokal terutama untuk kegiatan pembukaan lahan. • Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Kebisingan Pembukaan lahan meliputi kegiatan penebangan, pemotongan, pembersihan dan pembongkaran pohon, semak maupun tanah penutup di rencana areal perkebunan. Operasional akan dilakukan oleh alat­alat berat seperti excavator, bulldozer dan traktor, aktifitas alat­alat berat ini diperkirakan meningkatkan kebisingan yang cukup signifikan sumber bising berkisar antara 80 – 90 dBA. Wilayah yang terkena dampak relatif kecil mengingat pemukiman yang berpotensi menerima dampak langsung dari kegiatan berjarak ± 3000 meter dari lokasi areal perkebunan. Berdasarkan perhitungan empirik dengan asumsi sumber berupa titik, kebisingan yang sampai pada pemukiman berjarak 100 meter akibat alat­alat berat hanya sekitar 40 – 50 dBA. Artinya tingkat kebisingan yang sampai ke pemukiman yang lebih dari 100 m akan lebih rendah lagi dari range tersebut tidak terdengar, mengingat jarak pemukiman dengan areal perkebunan letaknyan lebih jauh. Kebisingan pada rona awal 45,1 dBA, dimana tingkat kebisingan ini masih di bawah nilai baku mutu yang dipersyaratkan. Intensitas bising yang diterima oleh lingkungan dalam jarak dekat akan melebihi baku tingkat kebisingan, namun dampak yang terjadi tidak menimbulkan perubahan mendasar dan bersifat berbalik atau tidak terakumulasi. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Membatasi kecepatan kendaraan pengangkut peralatan terutama pada jalur jalan yang melintasi pemukiman penduduk. • Mengatur agar tidak terjad konvoi kendaraan pengangkut peralatan. Pengelolaan Dampak Terhadap Tanah Salah satu kegiatan dalam konstruksi bangunan, saranaprasarana dan mobilitas peralatan adalah pembuatan parit yang bertujuan untuk menurunkan muka air tanah. Parit yang harus dibuat meliputi parit pembuangan, parit lingkar kebun, parit primer, parit sekunder, parit tersier dan parit kuartier yang mempunyai kedalaman dari 0,5 meter sampai 2,0 meter. Kegiatan konstruksi bangunan, saranaprasarana dan mobilitas peralatan yang berdampak pada tanah diantaranya adalah terjadinya oksidasi firit pada tanah yang tadinya berada dalam kondisi reduktif. Berdasarkan observasi pada rona awal terdapat tanah lapisan sulfidik pada kedalaman 100­120 cm cm dari permukaan tanah. Bahan sulfidik ini bereaksi dengan oksigen oksidasi melalui dua cara, yaitu: 1 Bahan sulfidik terangkat ke permukaan tanah pada saat pembuatan paritkanal, dan 2 Muka air tanah turun akibat pembuatan saluran drainase terutama pada musim kemarau, sehingga oksigen dapat masuk ke dalam tanah dan bereaksi dengan lapisan yang mengandung bahan sulfidik. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Membuat bodi jalan dengan mengambil tanah di sekitarnya tidak melebihi kedalaman lapisan pirit, sehingga lapisan pirit tidak terangkat ke permukaan tanah. • Membuat saluran drainasekanal dengan kedalaman tidak melebihi kedalaman lapisan pirit, sehingga lapisan pirit selalu berada dalam kondisi reduktif. Pengelolaan Dampak Terhadap Hidrologi Pembangunan sarana dan prasarana perkebunan kelapa sawit seperti kantor, bengkel, mess karyawan, jembatan, gorong­gorong, jalan angkut, jalan panen, jalan penghubung, jalan utama, jalan kolektor, fasilitas olahraga dan camp ditujukan untuk membantu memudahkan kegiatan operasional perkebunan. Dampak yang diperkirakan adalah terjadinya pergerakan air limpasan, yaitu mengecilnya luas daerah pengaliran atau genangan akibat pembendungan oleh kontruksi jalan yang ada sehingga akan bisa terjadi peninggian genangan air di lahan tertentu terutama pada saat hujan. Pada saat tertentu air genangan akan dapat berubah menjadi air permukaan yang siap bergerak mengikuti kemiringan tanah dasar menuju dan akan menempati saluran atau drainase tersebut. Dampak lainnya adalah menurunnya tinggi muka air tanah, yang diakibatkan pembuatan sumur­sumur air bersih. Dengan adanya galian sumur maka kondisi muka air tanah akan terhisab naik pada bagian tanah yang digali, sedangkan bagian tanah yang lain akan menurun sesuai dengan prinsip hukum hidrolika. Perubahan juga terjadi terhadap nilai permeabilitas tanah, pada lokasi kegiatan yang dijadikan sebagai sarana dan prasarana diperkirakan terkena dampak yaitu terjadi penurunan dalam menyerap air, karena daerah tersebut akan menjadi daerah kedap air, kondisi ini menyebabkan air larian tidak dapat lagi diserap sehingga langsung mengalir kebagian yang lebih rendah sehingga terjadi sedimen yang akan terangkut ke saluransungai yang menyebabkan terjadinya genangan airbanjir. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Meminimalkan luas lahan untuk areal pembangunan sarana dan prasarana dengan bangunan permanen. • Penempatan dan penataan bangunan jangan pada daerah yang produktif. • Mengupayakan bangunan sarana dan prasarana terutama bangunan kantor, mess dan rumah dengan konstruksi panggung. • Pembuatan drainase jalan raya. • Pembuatan gorong­gorong atau jembatan pada daerah cekungan air yang dilewati trace jalan • Pencegahan masuknya partikel tanah tererosi ke badan air dengan cara membuat parit­paritsaluran perkebunan dan penjebak sedimen, untuk ditampung dan diolah di kolam pengendapan. • Membuat pintu­pintu air untuk menjaga keseimbangan air dan menjaga salinitas air laut yang masuk pada saat pasang kedaerah pertanian penduduk. Pengelolaan Dampak Terhadap Biota Terrestrial Semakin terbukanya kawasan berhutan yang berdampak akan semakin menurunnya kesuburan tanah sehingga vegetasi penutup tanah akan semakin berkurang. Selain itu dikhawatirkan akan terjadi semakin menurunnya keragaman jenis vegetasi, akibat dominasi dari kelapa sawit. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Tetap mempertahankan beberapa kawasan berhutan sebagai tempat hidup satwa dan untuk tujuan konservasi lahan, serta mencegah semakin menurunnya keragaman jenis. Kawasan yang tetap dipertahankan terutama yang berdekatan dengan sungai atau sumber­sumber air lainnya. • Tidak melakukan penebangan pohon­pohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup satwa, khususnya aves. • Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan. Pengelolaan Dampak Terhadap Satwa Liar Selain kemungkinan terjadinya hilangnya plasma nuftah tumbuhan, dampak lain yang muncul adalah terjadinya migrasi satwa yang hidup di sana, yang mejadi habitatnya. Areal yang di buka cukup luas, sehingga dampaknya terhadap migrasi satwa atau hilangnya satwa juga besar. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Tetap mempertahankan beberapa kawasan berhutan sebagai tempat hidup satwa dan untuk tujuan konservasi lahan, serta mencegah semakin menurunnya keragaman jenis. Kawasan yang tetap dipertahankan terutama yang berdekatan dengan sungai atau sumber­sumber air lainnya. • Tidak melakukan penebangan pohon­pohon yang diketahui berguna sebagai tempat hidup beberapa jenis aves. • Membangun kawasan ruang terbuka hijau di sekitar perkebunan, bangunan, bantaran kanal dan turus jalan angkutan. Pembibitan Kelapa Sawit Pengelolaan Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Kegiatan pembibitan kelapa sawit yang dilakukan akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif banyak, terutama untuk kegiatan pembibitan awal, pembibitan utama dan pemupukan. Dengan kondisi ini maka akan terbuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan secara langsung akan meningkatkan pendapatan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Mengutamakan tenaga kerja lokal terutama untuk kegiatan pembibitan kelapa sawit • Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan pembibitan kelapa sawit yang dilakukan pada tahap pertama akan menyerap tenaga kerja sehingga terbuka peluang masyarakat setempat untuk bekerja sebagai buruh dalam kegiatan pembibitan. Hal ini tentu akan memberikan pandangan yang positif terhadap keberadaan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa salah satu alasan utama mereka setuju dengan pembukaan perkebunan kelapa sawit adalah akan terbukanya kesempatan kerja di perusahaan ini bagi masyarakat lokal. Sehingga mereka berharap terjadi perbaikan ekonomi,pendidikan,kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Dan dengan membuka lowongan kerja yang sesuai keahlian dan pendidikan dengan mengutamakan tenaga kerja lokal akan dapat mengatasi pengangguran. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan terhadap dampak primernya, yaitu mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan pembibitan di perkebunan kelapa sawit. Penanaman Kelapa Sawit dan Cover Crop Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air Penurunan kualitas air peningkatan kandungan padatan tersuspensi TSS dan kandungan padatan terlarut TDS serta kekeruhan perairan di sekitar wilayah studi. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Dampak kegiatan pembersihan lahan untuk perkebunan kelapa sawit terhadap kualitas air pada dasarnya merupakan dampak turunan dari dampak kualitas tanah. Oleh karena itu upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas air dilakukan secara terintegrasi dengan upaya pengelolaan lingkungan terhadap kualitas tanah. • Mengendalikan dan membatasi atau meminimalkan lahan bukaan sesuai dengan keperluan. Pembersihan lahan dan penanaman hanya dilakukan pada area yang memang memerlukan pembersihan dengan menerapkan sistem blok­blok unit kegiatan secara efisien. Pengelolaan Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Kegiatan penanaman kelapa sawit dan tanaman penutup yang dilakukan akan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif banyak, baik tenaga kerja tetap maupun tenaga harian lepas. Kondisi seperti ini akan membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan secara langsung akan meningkatkan pendapatan mereka yang terlibat dalam kegiatan ini. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Mengutamakan tenaga kerja lokal terutama untuk kegiatan pembibitan kelapa sawit • Membayarkan upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengelolaan Dampak Terhadap Sikap dan Persepsi Masyarakat Kegiatan penanaman kelapa sawit dan cover crop yang dilakukan akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak sehingga peluang masyarakat setempat untuk bekerja sebagai buruh dalam kegiatan penanaman akan memberikan pandangan yang positif terhadap keberadaan perusahaan. Terbukanya kesempatan kerja dan adanya pendapatan yang cukup signifikan sebagai penambah pendapatan keluarga merupakan faktor yang berperan dalam pembentukan sikap dan persepsi masyarakat terhadap perusahaan. Upaya pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminalisasi dampak yang ditimbulkan adalah : • Pengelolaan yang dilakukan adalah pengelolaan terhadap dampak primernya, yaitu mengutamakan tenaga kerja lokal dalam kegiatan penanaman di perkebunan kelapa sawit.

5. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan TBM Pengelolaan Dampak Terhadap Kualitas Air