CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA | Winarti | JURNAL PENDIDIKAN FISIKA DAN KEILMUAN (JPFK) 4 5 1 SM

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

Winarti
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
wina_tarazka@yahoo.co.id

Abstrak
Menanamkan kemampuan berpikir kreatif adalah bagian yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) efektifitas pembelajaran dengan
Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa, (2)
perbedaan keterampilan berpikir kreatif pada siswa yang mengikuti pembelajaran denan
Contextual Teaching and Learning (CTL).Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan
pretest-posttest control group design. Variabel yang digunakan meliputi variabel bebas berupa
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) variabel terikat berupa keterampilan
berpikir kreatif. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X SMA Negeri 2 Banguntapan.
Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling sehingga kelas yang terpilih
sebagai kelas eksperimen adalah kelas X-2 dan X-3 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang
digunakan berupa soal pretest-posttest yang bermuatan indikator kemampuan berpikir kreatif.
Data rating scale dianalisis bnbnm statistik deskriptif dan data soal pretest-posttest dianalisis

menggunakan statistik inferensial (analisis uji-t dengan taraf signifikansi 5%). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih
efektif dibandingkan dengan kelas kontrol, (2) dari 5 indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu
berpikir lancar, fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi dan evaluasi ternyata mempunyai nilai yang
lebih tinggi dibandingkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas kontrol.
Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning (CTL), keterampilan berpikir kreatif.

PENDAHULUAN
Kreativitas
merupakan
aspek
penting dalam membangun manusia.
Kecenderungan abad saat ini sumber daya
alam bukan lagi menjadi hal yang utama
dalam menyokong suatu bangsa. Sumber
daya manusia menjadi ujung tombak maju
atau tidaknya suatu bangsa. Akan sangat
dibutuhkan manusia produktif dan inovatif
dalam segala bidang kehidupan. Kreatifitas
diperlukan dalam perkembangan awal dari

pikiran seseorang. Lembaga pendidikan
adalah tempat yang paling penting untuk
menanamkan dan memelihara bakat kreatif
siswa.
Menurut Munandar (2002),
Kreativitas dapat dipandang sebagai produk
dari hasil pemikiran atau prilaku manusia

dan sebagai proses pemikiran berbagai
gagasan dalam menghadapi suatu persoalan
atau masalah. Kreativitas juga dapat
dipandang sebagai proses bermain dengan
gagasan gagasan atau unsur-unsur dalam
pikiran, sehingga merupakan suatu kegiatan
yang penuh tantangan bagi siswa yang
kreatif. Menurut Costa (2001) Kreativitas
dan berfikir kreatif keduanya secara konsep
terkait
tetapi tidak identik. Kreativitas
merupakan payung gagasan yang di

dalamnya ada berpikir kreatif. Menurut De
Potter (dalam Supriadi, 1994) terdapat 4
langkah penting dalam berpikir kreatif yaitu
: (1) tidak selalu mudah puas dan tidak
selalu mau menerima apa adanya. (2) tidak
terpaku pada satu cara (3) selalu ingin

JPFK, Vol. 1 No. 1, Maret 2015 : 1-8
diantaranya adalah kemampuan analitis,
mempertajam rasa ingin tahu (4) selalu
kemampuan kreatif dan praktis (Sternberg
melakukan pelatihan otak.
dan Grigorenko, 2010:87). Kemampuan
Kreativitas juga dapat didefinisikan
kreatif secara umum dipahami sebagai
sebagai kemampuan untuk menghasilkan
kreativitas. Adapun kreativitas penuh
solusi untuk masalah yang rumit dan
membutuhkan suatu keseimbangan antara
kompleks (Saskia,et al, 2012). Proses

kemampuan analitis, kritis dan praktis.
berpikir
kreatif
merupakan
berpikir
Sedangkan dalam Munandar (1985:88)
konvergen untuk menangkap situasi,
dijelaskan bahwa terdapat lima karakteristik
membuat evaluasi dan mempertimbangkan
kemampuan berpikir kreatif (aptitude) yakni
konsekuensi dari solusi yang dipilih
meliputi keterampilan berpikir lancar,
(Adzliana Mohd Daud, 2012) Kreatifitas
keterampilan berpikir luwes (fleksibell),
terintegrasi dalam pengetahuan dan proses
keterampilan berpikir orisinal, keterampilan
sains (Sema Aydin, 2014). Menurut
memperinci
(mengelaborasi),
dan

Munandar (2002) kreativitas seseorang tidak
keterampilan
menilai
(mengevaluasi).
muncul begitu saja, tapi perlu ada pemicu.
Sedangkan
karakteristik
afektif
Kratifitas adalah hasil dari proses interaksi
(nonaptitude) yakni meliputi rasa ingin tahu,
antara individu dengan lingkungannya, yang
bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh
berarti bahwa lingkungan dapat menunjang
kemajemukan, sifat berani mengambil
atau menghambat kreativitas seseorang.
resiko, dan sifat menghargai.
Selanjutnya Munandar menjelaskan ciri-ciri
Belajar kreatif tidaklah secara
ketrampilan berfikir kreatif adalah sebagai
kebetulan akan tetapi membutuhkan proses

berikut :
yang mendukung tercapainya kemampuan
(1) ketrampilan berfikir lancar (fluency)
tersebut. Untuk merangsang belajar kreatif,
(2) ketrampilan berfikir luwes (flexibility)
diperlukan persiapan antara lain dengan
(3) ketrampilan berfikir orsinil (originality)
menyiapkan suatu lingkungan kelas yang
(4) ketrampilan berfikir rinci (elaboration)
merangsang anak-anak untuk belajar kreatif.
Elemen kreativitas dalam pendidikan
Menurut
Feldhusen
dan
Triffinger
ditekankan pemerintah melalui Undangmenyatakan bahwa lingkungan kreatif dapat
Undang Republik Indonesia Nomor 20
tercipta dengan memberikan pemanasan
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
(menuntut perilaku kreatif siswa sesuai

Nasional (Sisdiknas, 2003:9) yakni:
dengan rencana pelajaran), pengaturan fisik
“Pendidikan
Nasional
berfungsi
(memperhatikan pengaturan fisik di dalam
mengembangkan kemampuan membentuk
kelas), kesibukan di dalam kelas (diskusi)
watak serta peradaban bangsa yang
dan guru sebagai fasilitator (terbuka dalam
bermartabat dalam rangka mencerdaskan
menerima gagasan dari siswa) (Munandar,
kehidupan berbangsa, bertujuan untuk
1985:79).
mengembangkan potensi perkembangan
Menurut Trianto (2012:107) konteks
peserta didik agar menjadi manusia yang
memberikan arti, relevansi dan manfaat
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
penuh terhadap belajar. Pembelajaran

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
kontekstual merupakan suatu pendekatan
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
pembelajaran
yang
mengakui
dan
Negara yang demokratis serta bertanggung
menunjukkan
kondisi
alamiah
dari
jawab”.
pengetahuan. Melalui hubungan di dalam
Dengan demikian, secara tersirat hal
dan di luar kelas suatu pendekatan
tersebut mengindikasikan bahwa dalam
pembelajaran konstekstual menjadikan
pendidikan perlu ditekankan kreativitas
pengalaman lebih relevan dan berarti bagi

dalam rangka pengembangan potensi peserta
siswa dalam membangun pengetahuan yang
didik. Pengembangan tersebut perlu
akan mereka terapkan dalam pembelajaran
dilatihkan kepada peserta didik melalui
seumur hidup. Konsep yang disajikan
berbagai kegiatan pembelajaran yang
mengkaitkan materi pembelajaran yang
memacu kemampuan berpikir kreatif. Kerja
dipelajari siswa dengan konteks di mana
kreatif membutuhkan penerapan dan
materi tersebut digunakan dan berhubungan
penyeimbangan tiga kemampuan berpikir,
2|
Winarti, Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan ...

JPFK, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015 : 1 - 8
dengan gaya ataupun cara belajar siswa.
sekedar menghafal, akan tetapi perlu
Adapun komponen utama pembelajaran

mengkonstruksikan pengetahuan dibenak
kontekstual menurut Ditjen Dikdasmen
diri. Hal tersebut dimaksudkan bahwa
(2002:10)
yakni
meliputi:
(1)
pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi
konstruktivisme
(constructivism),
(2)
fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, akan
menemukan
(inquiry),
(3)
bertanya
tetapi mencerminkan keterampilan yang
(questioning), (4) masyarakat belajar
dapat diterapkan. Dengan demikian, maka
(learning community), (5) pemodelan

pada pembelajaran kontekstual lebih
(modelling), (6) refleksi (reflection) dan (7)
menekankan pada skenario pembelajaran
penilaian yang sebenarnya (authentic
yakni berupa kegiatan tahap demi tahap
assesment).
yang dilakukan guru dan siswa dalam
Pembelajaran kontekstual merupakan
mencapai tujuan pembelajaran yang
sebuah konsep belajar yang mampu
diharapkan dengan acuan penerapan ketujuh
mengaitkan antara materi yang diajarkan
komponen CTL secara holistik.
Berdasarkan
uraian
kajian
dengan situasi nyata siswa dan mendorong
permasalahan tersebut, maka penulis
untuk menghubungkan pengetahuan yang
berupaya mendesain alternatif solusi berupa
dimiliki dengan penerapannya dalam
pengintegrasian pembelajaran fisika pada
kehidupan sehari-hari. Adanya penerapan
materi suhu dan kalor dengan model
ketujuh komponen tersebut, maka dalam
Contextual Teaching and Learning (CTL)
pelaksanaan pembelajaran kontekstual akan
terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta
menghantarkan pada kegiatan student center
didik tingkat SMA/MA. Keterpaduan
serta pemberdayaan terhadap siswa.
pembelajaran fisika melalui model tersebut
Fisika merupakan bagian dari sains.
diharapkan berdampak terhadap kemampuan
Ganijanti Aby Sarojo (2002:2) menyatakan
berpikir kreatif peserta didik
bahwa fisika adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari benda-benda di alam, gejalagejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
dari benda di alam tersebut. Dengan
quasi experimental design tipe pretestdemikian maka terdapat interaksi yang erat
posttest control group design. Deskripsi
antara fisika dengan lingkungan hidup.
skematis penelitian disajikan sebagai
Mempelajari fisika tidak dapat melepaskan
berikut:
diri dari aspek observasi atau eksperimen
Tabel 1. Desain Penelitian
dan berpikir taat asas. Observasi atau
Group
Pretest
Treatment Posttest
eksperimen merupakan kegiatan yang
Eksperimen O1
X
O2
berkaitan dengan pengamatan gejala fisika.
Kontrol
O3
Y
O4
CTL bukan berarti memaksakan suatu
Populasi yang digunakan pada
konsep pembelajaran terintegrasi dengan
penelitian ini adalah kelas X SMA Negeri 2
lingkungan, melainkan diupayakan melalui
Banguntapan terdiri atas 209 peserta didik
penyesuaian dengan berbagai konsep serta
yang terbagi dalam tujuh kelas. Sementara
konteks yang sedang dipelajari. Mengingat
teknik sampling yakni menggunakan simple
fisika merupakan salah satu pembelajaran
random sampling, di mana pengambilan
terkait dengan alam sekitar, maka
sampel dilakukan secara acak tanpa
diharapkan adanya korelasi antara fisika
memperhatikan strata yang ada dalam
dengan wawasan lingkungan. Oleh karena
populasi. Pengujian dilakukan dengan
itu konsep materi terkontekstualisasikan
menggunakan bantuan software SPSS 17.0.
dalam kehidupan sehari-hari, dengan
hasil pengujian disajikan sebagai berikut:
demikian kemampuan berpikir siswa kian
Tabel 2. Uji Normalitas Populasi
kreatif dalam memecahkan permasalahan
Kolmogorov- Shapiroyang terkait dengan kondisi yang berada di
Smirnova
Wilk
Kelas
lingkungan sekitar. Landasan filosofi
Sig.
Sig.
Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar
X-1
0,095
0,102
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya
Winarti, Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan ...
3|

JPFK, Vol. 1 No. 1, Maret 2015 : 1-8
X-2

0,069

0,511

X-3

0,096

0,092

X-4

0,200

0,375

X-5

0,000

0,006

X-6

0,200

0,640

X-7

0,200

0,605

Berdasarkan tabel 2 tampak bahwa
enam kelas berdistribusi normal sedangkan
kelas X-5 berdistribusi tidak normal. Hal ini
disebabkan karena nilai signifikansi kelas
menunjukkan lebih dari 0,05 (α ≥ 0,05).
Enam kelas lainnya berdistribusi normal.
Sementara
pengujian
homogenitas
menunjukkan bahwa ketujuh kelas homogen
atau mempunyai varian yang sama karena
nilai signifikasni pada levene’s test sebesar
0,118. Besarnya nilai lebih besar dari 0,05 (α
≥ 0,05), artinya ketujuh kelas memiliki
variansi sama. Selanjutnya dilakukan
pengundian kelas, kelas yang dijadikan
sebagai kelas eksperimen yakni kelas X-2,
sementara X-3 sebagai kelas kontrol
Variabel pada penelitian ini meliputi
variabel bebas (independent variable) yakni
pembelajaran fisika model Contextual
Teaching and Learning (CTL) sementara
variabel terikat (dependent variable) adalah
kemampuan berpikir kreatif peserta didik
pada ranah kognitif).
Pada penelitian ini digunakan teknik
analisis deskriptif dan inferensial. Untuk
mengetahui tingkat kemampuan berpikir
kreatif yakni menggunakan analissi uji-t
dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Untuk
mengetahui tingkat kemampuan berpikir
kreatif yakni dengan menggunakan selisih
nilai posttest dan pretest.
Perbedaan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif
siswa yang mengikuti pembelajaran model
Contextual Teaching and Learning (CTL)
lingkungan dengan siswa pada kelas kontrol
(metode demonstrasi) dapat dilihat dari nilai
rata-rata N-Gain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Implementasi Pemebelajaran Fisika
Model Contextual Teaching and
Learning
(CTL)
terhadap
Keterampilan Berpikir Kreatif
Treatment diberikan pada kelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran
4|

Contextual Teaching and Learning (CTL)
sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan metode
demonstrasi. Setelah diberikan treatment
pada kedua kelas tersebut kemudian
dilakukan posttest. Berikut disajikan data
hasil pretest dan posttest kelas eksperimen
dan kontrol
Tabel 8. Deskripsi Nilai Pretest Kelas
Eksperimen dan Kontrol
Ukuran
Kelas
Kelas
Penyebaran Data
Eksperimen
Kontrol
Mean
35,26
37,50
Minimum
14,00
16,00
Maximum
67,00
74,00
Range
53,00
58,00
Variance
151,03
160,19
Std. Deviation
12,29
12,66

Berdasarkan tabel 8. diketahui bahwa ratarata dan varian kelas eksperimen dan kontrol
bernilai setara. Tabel tersebut menunjukkan
bahwa kedua kelas bersifat homogen.
Setelah dilakukannnya pengujian normalitas
dan homogenitas kemudian dilanjutkan
dengan uji t. Deskripsi hasil posttest yang
disajikan sebagai berikut:
Tabel 9. Deskripsi Nilai Posttest Kelas
Eksperiman dan Kontrol
Ukuran
Kelas
Kelas
Penyebaran
Eksperimen
Kontrol
Data
Mean
76,36
70,71
Maximum
92,5
87,5
Minimum
60,00
55,00
Range
32,50
32,50
Variance
71,02
62,89
Std.Deviation
8,43
7,93

Berdasarkan tabel 9. diketahui
bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih
tinggi dari kelas kontrol. Besarnya varian
dan simpangan baku kelas eksperimen
berbeda dan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan kelas kontrol.
Pembelajaran yang diberikan pada
siswa yaitu dengan memberi permasalahan
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
dan sangat dekat hubungannya dengan
materi yang tengah dipelajari. Permasalahan
yang diberikan merupakan permasalahan
kontekstual yang memicu siswa untuk
berargumen atau berpendapat sesuai dengan
pola pikirnya. Hal ini dimaknai bahwa
masalah yang disajikan harus mendorong

Winarti, Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan ...

JPFK, Volume 1, Nomor 1, M
Maret 2015 : 1 - 8
siswa untuk mencari dann menggunakan
beberapa
sudut
panda
ndang
untuk
menyelesaikannya, mengekspl
ksplorasi berbagai
strategi yang dilakukan, serta
erta memperbaiki
cara yang telah dilakukan.
n. Pembelajaran
kontekstual yang dilakukann pa
pada penelitian
ini mengaitkan antara materi
ri ssuhu, kalor dan
perubahannya dengan situas
uasi dunia nyata
dan mendorong siswa membua
mbuat hubungan
antara pengetahuan yang dimi
milikinya dengan
penerapannya dalam kehidupa
upan sehari-hari.
Selama
proses
es
kegiatan
pembelajaran model Contex
textual Teaching
and
Learning
(CTL)
pelaksanaaan
disesuaikan dengan langkah
kah-langkah pada
pembelajaran kontekstual. M
Melalui strategi
tersebut, penanaman kemam
ampuan berpikir
kreatif yang mengacu padaa lima indikator
yang meliputi berpikir lanc
lancar, fleksibel,
berpikir orisinal, elaborasi dan keterampilan
menilai (evaluasi). Kelima indi
indikator tersebut
menekankan peran guru te
terhadap siswa
untuk berperilaku kreatif
tif diantaranya
melalui latihan yang tidak ha
hanya memiliki
satu jawaban (memiliki berba
erbagai alternatif
jawaban),
mentolerir
jaw
jawaban
yang
menyimpang, menekankann pada proses
bukan hasil, membuat siswaa m
menjadi berani
untuk
mencoba,
sertaa
memberikan
keseimbangan antara yang tterstruktur dan
spontan dalam merespons pem
embelajaran.

bahwa pembelajaran mode
model Contextual
Teaching and Learning
ning (CTL) dapat
meningkatkan kemampuan
puan berpikir kreatif
siswa lebih baik daripada
da ppembelajaran pada
kelas kontrol. Pembelaja
lajaran kontekstual
diterapkan pada kelas eks
ksperimen, dimana
siswa
diarahkan
un
untuk
menggali
pengetahuan yang dim
dimilikinya untuk
menemukan konsep baruu da
dari permasalahan
yang diberikan siswa ddidorong
untuk
menggali informasi dari sua
suatu permasalahan,
yang selanjutnya guru me
membimbing siswa
untuk
melakukan
peny
penyelidikan
dan
berdiskusi untuk menem
nemukan prosedur
penyelesaian
dengann
memanfaatkan
informasi
dan
peng
ngetahuan
yang
dimilikinya. Dengan disk
diskusi siswa dapat
saling tukar menukarr ide, pendapat,
pemikiran, informasi/peng
pengalaman dengan
siswa yang lainnya. Dala
alam pembelajaran
dengan diskusi ini member
beri peluang kepada
siswa untuk terlibat sec
ecara aktif dalam
pembelajaran.
Hasil
penelitian
an
menunjukkan
adanya perbedaan antaraa kkelas eksperimen
dan kontrol mengenai kem
emampuan berpikir
kreatif melalui tes yang di
dilakukan terhadap
kedua kelas tersebut. Ada
Adapun perbedaan
tersebut ditunjukkan denga
ngan nilai rata-rata
siswa melalui pretest dan posttest kedua
kelas yang disajikan sebaga
gai berikut:

Hasil penelitian ini
ni menunjukkan

Gambar 1. Skor R
Rata-Rata Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kon
ontrol

Pada gambar 1. menunj
nunjukkan bahwa
kontrol 37,5. Melaluii treatment yang
antara kedua kelas pada ssaat dilakukan
berbeda antara kelas eksper
perimen dan kontrol
pretest memiliki kemampua
puan awal yang
mengakibatkan perbedaan
an pula pada hasil
cenderung setara. Hal ini ditunjukkan
akhir pada posttest. Ke
Kelas eksperimen
dengan besarnya nilai rat
rata rata kelas
diperoleh nilai posttest
test lebih tinggi
eksperimen sebesar 35,3 seda
sedangkan kelas
dibandingkan kelas kontrol
ontrol, dimana pada
Winarti, Contextual Teachin
hing and Learning untuk Meningkatkan ...
5|

JPFK, Vol. 1 No. 1, Marett 2015 : 1-8
kelas eksperimen diperolehh nilai rata-rata
sebesar 76,4 sedangkan kelas kontrol
sebesar 70,7
2. Efektifitas Model Contex
textual Teaching
and
Learning
(CTL
TL)
terhadap
Keterampilan Berpikir K
Kreatif
Penyusunan pembelajar
jaran khususnya
pada penyusunan butir soal
al pr
pretest-posttest
di samping mengacu pa
pada indikator
pencapaian kompetensi jugaa akan mengacu
pada indikator kemampuann be
berpikir kreatif.
Kegiatan pembelajaran diupay
payakan mampu
merangsang kemampuan be
berpikir kreatif
siswa. Oleh karenanya dipe
iperlukan proses
pembelajaran yang menjal
jalin hubungan
dialog akademik.
Berdasarkan penelitian
an yang telah
dilakukan, diperoleh nilai bes
besarnya rata-rata
skor posttest kelas eksperim
rimen 76,4 dan
kelas kontrol sebesar 70,7
0,7 hal tersebut
mendeskripsikan bahwa sskor rata-rata
posttest kelas eksperimenn lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas
as kontrol. Oleh
karenannya maka H ditolak
ak sedangkan H
diterima yang artinya bahwa
wa rata-rata skor
posttest
eksperimen
llebih
besar
dibandingkan dengan kelas kont
kontrol.

Tingkat efektivitas da
dari kedua sampel
kelas tersebut dapat di
diketahui dengan
menggunakan nilai gai
gain yang telah
dinormalkan (n-gain). Pr
Prosentase n-gain
kelas eksperimen sebesar
ar 63% sedangkan
kelas kolas kontrol sebesar 53%.
Berdasarkan pengkategoria
orian tersebut, maka
kelas eksperimen dikatak
takan lebih efektif
dibandingkan kelas kontrol.
rol.
Pembelajaran dengann m
model Contextual
Teaching and Learningg (C
(CTL) lebih efektif
dibandingkan
pembela
belajaran
dengan
pembelajaran dengan met
etode demonstrasi
terhadap kemampuan berpi
rpikir kreatif siswa.
Hal ini disebabkan karena selama
berlangsungmya proses pe
pembelajaran kelas
eksperimen merangsang sis
siswa untuk kreatif
berpikir serta merespons
ons atas pertanyaan
yang disampaikan guru.
u. Oleh karenannya
siswa terdorong untuk
uk menyelesaiakan
berbagai permasalahan de
dengan alternatif
penyelesaian. Kemampuan
puan berpikir kreatif
disajikan pula skor rataann yyang berbeda pada
tiap indikator kemampuan
puan berpikir kreatif
antara kelas eksperimen
en dan kontrol.
Adapun skor rata-rata kem
emampuan berpikir
kreatif tiap indikator sebaga
agai berikut:

Gambar2
ar2. Nilai Rata-Rata yang Diperoleh pada Kelas
Eksperim
rimen dan Kontrol terhadap Indikator
Kemamp
mpuan Berpikir Kreatif

sedangkan skor rata-rata
ta terendah yakni
Pada gambar 2. menunj
nunjukkan bahwa
ngevaluasi dengan
pada keterampilan meng
rata-rata skor yang diperoleh
leh tiap indikator
skor 11,9. Secara umum,, kkelas eksperimen
memiliki
keberbedaan.
Pada
kelas
lebih unggul dari pada ke
kelas kontrol pada
eksperimen skor rata-rata ttertinggi yakni
setiap
indikator
kema
mampuan berpikir
pada keterampilan berpikir
ir lancar dengan
kreatif. Oleh karenanya ttreatment berupa
skor 18,8, sedangkan skor rat
rata-rata terendah
model Contextual Teaching
hing and Learning
yakni pada ketermpilann mengevaluasi
(CTL) secara umum mam
ampu menjadikan
dengan skor 12,4. Sedangka
gkan pada kelas
pembelajaran
lebih
ef
efektif
terhadap
kontrol skor rata-rata tertingg
inggi yakni pada
kemampuan berpikir krea
reatif dibandingkan
ketermpilan mengelaborasi de
dengan skor 15,5
6|
Winart
arti, Contextual Teaching and Learning untuk
kM
Meningkatkan ...

JPFK, Volume 1, Nomor 1, Maret 2015 : 1 - 8
berpikir kreatif memungkinkan seorang
dengan kelas kontrol.
individu memandang suatu masalah dari
Kegiatan yang memberikan masalahberbagai
perspektif
sehingga
masalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang
memungkinkannya untuk menemukan solusi
disesuaikan
dengan lingkungan sekitar
kreatif dari masalah yang akan diselesaikan.
ternyata mampu membuat siswa berpikir
kreatif karena mereka memberi banyak
alasan jawaban di luar dugaan. Konsep suhu
KESIMPULAN
dan kalor sangat dekat hubungan nya dengan
Kesimpulan penelitian ini adalah.
kejadian
sehari-hari
sehingga
siswa
mempunyai pengetahuan awal yang mereka
1. Pembelajaran dengan Contextual
bawa dalam pembelajaran di kelas. Hal ini
Teaching and Learning (CTL)
berbeda dengan pembelajaran biasa yang
efektif
digunakan
untuk
tidak menggunakan pertanyaan-pertanyaan
meningkatkan kemampuan berpikir
untuk mengungkap konsep dari siswa.
kreatif siswa dibandingkan dengan
Ketika diberi pertanyaan siswa akan
kelas kontrol
berusaha menjawab dengan mengingat
2. Pembelajaran dengan Contextual
kembali gejala-gejala yang mereka pernah
Teaching and Learning (CTL)
temui dan berusaha untuk menganalis
mampu meningkatkan kemampuan
dugaan mereka sampai mereka memberi
berpikir kreatif dibuktikan dari 5
jawaban di luar jawaban biasa. Ada kaitan
indikator
kemampuan
berpikir
antara memberi pertanyaan tersebut terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini
kreatif yaitu berpikir lancar,
senada dengan yang diungkapkan oleh
fleksibilitas,
orisinalitas,
dan
Hwang et al (2007) mendefinisikan
evaluasi ternyata mempunyai nilai
kemampuan berpikir kreatif sebagai
yang lebih tinggi dibandingkan
keterampilan kognitif untuk memberikan
kemampuan berpikir kreatif siswa
solusi terhadap suatu masalah atau membuat
kelas kontrol. Pada indikator
sesuatu yang bermanfaat atau sesuatu yang
elaborasi ternyata tidak meningkat
baru dari hal yang biasa (Hwang et al,
dengan nilai yang lebih rendah
2004).
dibandingkan dengan kelas kontrol.
Berdasarkan
penelitiannya
yang
berjudul Multiple Representation Skills
Daftar Rujukan
andCreativity Effects on Mathematical
Adzliana Mohd Daud, Jizah Omar, Punia
Problem Solving Using a Multimedia
Turiman & Kamisah Osman.
Whiteboard, mereka menyimpulkan bahwa
Creativity in Science Education .
kemampuan elaborasi, yang merupakan
Social and Behavioral Sciences
salah satu komponen berpikir kreatif,
Journal Vol 59. 2012. Page 467 –
merupakan faktor kunci yang menstimulasi
474.
siswa untuk mengkreasi pengetahuan
mereka dalam aktivitas pemecahan masalah.
Alexander, K. L. 2007. Effects Instruction
Kemampuan berpikir kreatif mendukung
in Creative Problem Solving on
kinerja individu dalam aktivitas pemecahan
Cognition,
Creativity,
and
masalah.
Satisfaction
among
Ninth
Grade
Penelitian lain oleh dikemukakan
Students in an Introduction to World
Treffinger dalam Alexander (2007) yang
Agricultural
Science
and
menyatakan bahwa kemampuan berpikir
Technology
Course.
Disertasi
pada
kreatif diperlukan untuk memecahankan
Texas Tech University. [Online].
masalah, khususnya masalah kompleks.
Tersedia:http://etd.
Tanpa kemampuan berpikir kreatif, individu
lib.ttu.edu/theses/
available/etdsulit
mengembangkan
kemampuan
01292007
imajinatifnya sehingga kurang mampu
144648/unrestricted/Alexander_Kim
melihat berbagai alternatif solusi masalah.
_Dissertation.pdf.
Hal ini menggambarkan bahwa keterampilan
Winarti, Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan ...
7|

JPFK, Vol. 1 No. 1, Maret 2015 : 1-8
Costa, A.L. 2001. Developing Mind A
Resource book for Teaching
Thinking. Virginia USA :ASCD.
Eko

Putro Widoyoko. 2012. Teknik
Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hwang, Wu-Yuin, Chen, Nian-Shing, Dung,
Jian-Jie, dan Yang, Yi-Lun. (2007).
Multiple Representation Skills and
Creativity Effects on Mathematical
Problem Solving using a Multimedia
Whiteboard System. International
Forum of Educational Technology
& Society Journals. ISSN 14364522.[Online].:http://www.ifets.info
/abstrack.php.

across
developmental
levels:
Convergence and divergence in
problem
creation. Intelligence
Journal Vol 40 . 2012. Page 172–
188
Sema Aydın Ceran , Seda Çavuş Güngören,
Nilda Boyacıoğlu. Determination of
scientific creativity levels of middle
school students and perceptions
through their teachers. European
Journal of Research on Education,
2014, Special Issue: Contemporary
Studies in Education, page 47-53
Supriadi, D. 1994. Kreativitas Kebudayaan
dan
Perkembangan
IPTEK.
Bandung :Alfabeta.

Munandar, S.C.U. 2002. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :
PT Rineka Cipta.
Saskia Jaarsveld, Thomas Lachmann, Cees
van Leeuwen. Creative reasoning

8|

Winarti, Contextual Teaching and Learning untuk Meningkatkan ...

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Energi dan Usaha

0 5 223

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA YANG MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA SISWA SMP.

1 3 29

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

0 0 39

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK MELALUI METODE LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA PADA MATAKULIAH ASTROFISIKA | Sasono | JURNAL PENDIDIKAN FISIKA DAN KEILMUAN (JPFK) 11 21 1 SM

0 1 21

PROFIL KEMAMPUAN REPRESENTASI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO | Fatmaryanti | JURNAL PENDIDIKAN FISIKA DAN KEILMUAN (JPFK) 8 15 1 SM

0 0 3

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis SETS Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa | Yusro | JURNAL PENDIDIKAN FISIKA DAN KEILMUAN (JPFK) 13 25 1 SM

0 0 6

Analisis Kausalitas Pemahaman Konsep Dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Pemecahan Masalah Fisika | Trianggono | JURNAL PENDIDIKAN FISIKA DAN KEILMUAN (JPFK) 874 2281 1 PB

0 0 12