PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Oleh:

WIDHI ANUGRAH SUKMA GEMILANG 0902023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Oleh :

Widhi Anugrah Sukma Gemilang

0902023

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelas Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Widhi Anugrah Sukma Gemilang 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

WIDHI ANUGRAH SUKMA GEMILANG

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. Heri Sutarno, M.T. NIP. 195607141984031002

Pembimbing II

Harsa Wara Prabawa, S.Si., M.Pd. NIP. 198008102009121003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

Dr. Enjang Ali Nurdin, M.Kom. NIP. 196711211991011001


(4)

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

(CTL) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 0902023 widhi_anugrah25@yahoo.co.id

ABSTRAK

Sebagian besar kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih didominasi oleh guru sebagai sumber pengetahuan (teacher center), sehingga pendekatan konvensional berupa ceramah menjadi pilihan dalam menentukan strategi belajar. Hal ini menjadikan pembelajaran yang dilaksanakan cenderung berjalan satu arah. Siswa tidak dapat mengembangkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa pun tidak berkembang. Oleh karenanya, dilakukanlah penelitian dengan memilih pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantu multimedia interaktif yang bertujuan 1) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok (atas, tengah, bawah) baik dari siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL berbantu multimedia interaktif maupun siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional, 2) untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran (CTL dan konvensional) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa, 3) untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pembagian kelompok (atas, tengah, bawah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Exsperimental Design dengan desain penelitiannya menggunakan Nonequivalent Control Group Design. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling dimana terdapat dua kelas yang dijadikan sampel. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa 1) terdapat perbedaan peningkatan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok (atas, tengah, bawah) baik dari siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL berbantu multimedia interaktif maupun siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional, 2) terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran (CTL dan konvensional) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa, 3) terdapat pengaruh pembagian kelompok (atas, tengah, bawah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Kata kunci: Contextual Teaching and Learning (CTL), multimedia interaktif, kemampuan berpikir kreatif.


(5)

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

Widhi Anugrah Sukma Gemilang, 0902023 widhi_anugrah25@yahoo.co.id

ABSTRACT

Most of the learning activities are conducted is still dominated by the teacher as a source of knowledge (teacher center), so conventional approaches form the lectures be choice in determining learning strategies. It makes learning implemented tend to work one direction. Students can’t develop its initial knowledge, so the ability of creative thinking of students was not evolve. Therefore, conducted this research with choose Contextual Teaching and Learning (CTL) approach assisted interactive multimedia which purpose 1) to knew whether there are differences in average annual increase creative thinking abilities between groups (top, middle, bottom) both of the students in learning using CTL approach assisted interactive multimedia and students learning using a conventional approach, 2) to knew whether there is influence learning approaches (CTL and conventional) to increase students' ability to think creatively, 3) to knew whether there is any effect of the division of the group (top, middle, bottom) to increase students' ability to think creatively. The method used is Quasi Exsperimental Design with research design using Nonequivalent Control Group Design. The samples in this research using Purposive Sampling technique which there are two classes that were sampled for this research. Results of this research showed that 1) there are differences in average annual increase creative thinking abilities between groups (top, middle, bottom) both of the students in learning using CTL approach assisted interactive multimedia and students in learning using a conventional approach, 2) there are significant learning approaches (CTL and conventional) to increase students 'ability to think creatively, 3) there are effect of the division of the group (top, middle, bottom) to increase students' ability to think creatively.

Keywords: Contextual Teaching and Learning (CTL), interactive multimedia,


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK... v

ABSTRACT... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR DIAGRAM... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan dan Batasan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 4

1.4. Manfaat Penelitian... 5

1.5. Hipotesis... 6

1.6. Definisi Operasional... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7

2.1. Pendekatan Pembelajaran... 7

2.2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)... 7

2.3. Multimedia Pembelajaran... 13

2.4. Multimedia Interaktif... 15

2.5. Kemampuan Berpikir Kreatif... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 20

3.1. Metode dan desain Penelitian... 20

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian... 21


(7)

3.5. Teknik Pengumpulan Data... 31

3.6. Teknik Analisis Data... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 40

4.1. Tahap Persiapan Penelitian... 40

4.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 45

4.3. Tahap Analisis Data Hasil Penelitian... 49

4.4. Uji Hipotesis Menggunakan Anova Dua Jalur... 54

4.5. Uji Gain Ternormalisasi... 58

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 65

5.1. Kesimpulan... 65

5.2. Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA... 66

LAMPIRAN... 68


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Berdasarkan PP No.32/2013 Pasal 19, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan berlandaskan pada PP tersebut, idealnya kegiatan pembelajaran dilaksanakan bukan hanya berpusat pada guru sebagai sumber pengetahuan (teacher center), tetapi melibatkan peran siswa secara aktif dalam proses pembelajarannya. Sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Tentunya agar materi ajar dapat dipahami dan pembelajaran terasa menarik, seorang guru harus tepat dalam memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, agar tujuan yang diharapkan di akhir pembelajaran dapat tercapai.

Namun pada kenyataanya, sampai saat ini sebagian besar kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih didominasi oleh guru sebagai sumber pengetahuan (teacher center), sehingga pendekatan konvensional berupa ceramah menjadi pilihan dalam menentukan strategi belajar. Oleh sebab itu, sering kali guru mengabaikan pengetahuan awal siswa. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab dari kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mengembangkan kreatifitas yang dimilikinya, kemampuan berpikir kreatif siswa tidak berkembang, karena kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan cenderung berjalan satu arah, sehingga siswa hanya menerima materi yang diberikan oleh guru tanpa ada peran aktif dari siswa itu sendiri untuk mengembangkan pengetahuan awal dan kreativitas yang dimilikinya tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2011) di SMP Negeri 26 Kota Bandung menunjukkan bahwa pada pembelajaran konvensional, siswa hanya


(9)

peran siswa dalam proses pembelajaran menjadi pasif. Siswa hanya menerima hasil pembelajaran tanpa membangun pengetahuan awal dari materi yang diajarkan. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar siswa dan tujuan pembelajaran yang diharapkan di akhir pembelajaran tidak tercapai secara maksimal.

Memperhatikan kemampuan yang siswa miliki merupakan salah satu cara dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Kemampuan siswa dalam menerima dan memahami materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, diantaranya kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2012:294) bahwa terdapat istilah kedudukan siswa dalam kelompok. Pengelompokkan ini dapat dibuat berdasarkan prestasi belajar siswa (termasuk rapor atau hasil ulangan akhir). Penelitian yang dilakukan oleh Darhim (dalam Rorendi, 2009:4) diperoleh data sekitar 75% siswa SD tergolong lemah dan sangat lemah dan sisanya tergolong pandai dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan fakta tersebut, sudah semestinya pada kegiatan pembelajaran guru memperhatikan kelompok kemampuan siswa agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat akan menjadikan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan terasa menyenangkan dan dapat mendorong siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajarannya, sehingga siswa tersebut dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.

Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pendekatan CTL merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2010:255).

Penelitian mengenai pendekatan CTL yang dilakukan oleh Ramdani (2012) diperoleh hasil bahwa rata-rata gain yang diperoleh siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL lebih tinggi dibandingkan


(10)

dengan rata-rata gain yang diperoleh siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

Pendekatan CTL dengan tujuh komponen yang dimilikinya yakni kontruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata membuat pendekatan ini dipandang sebagai sebuah pendekatan yang mampu membuat pembelajaran yang dilakukan menjadi bermakna. Sebagai penyesuaian terhadap pembelajaran TIK, dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya dapat dibantu dengan penggunaan multimedia interaktif. Multimedia interaktif ini digunakan dalam penyampaian materi, video tutorial, latihan maupun kuis sehingga pembelajaran TIK dengan menggunakan pendekatan CTL tersebut semakin kompleks. Adanya perpaduan antara pendekatan CTL dan multimedia interaktif tersebut dapat membuat pembelajaran TIK yang dilakukan menjadi lebih realistis, menarik, dan menyenangkan. Siswa pun akan menjadi lebih aktif, antusias, dan bebas mengeluarkan ide serta pendapatnya. Sehingga kreativitas siswa dapat semakin terasah sehingga dapat menjadikannya memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berkeinginan untuk melakukan

penelitian dengan judul PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTU MULTIMEDIA

INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

1.2.Rumusan dan Batasan Masalah 1.2.1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok siswa (atas, tengah, bawah) baik dari siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL berbantu multimedia


(11)

interaktif maupun siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional?

2. Apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran (CTL berbantu multimedia interaktif dan konvensional) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa?

3. Apakah terdapat pengaruh pembagian kelompok (atas, tengah, bawah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa?

1.2.2. Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pada kompetensi

dasar membuat grafis dengan berbagai variasi warna, bentuk dan ukuran dengan materi pokok kreasi grafis.

2. Multimedia pembelajaran dibuat dengan menggunakan Adobe Flash CS 4 dan media tersebut hanya bersifat sebagai pendukung atau alat bantu pembelajaran (berbantu multimedia).

3. Software tambahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Notepad++,CorelDRAW X3.

1.3.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan

sebelumnya, maka tujuan penelitian ini di antaranya sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok siswa (atas, tengah, bawah) baik dari siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL berbantu multimedia interaktif maupun siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran (CTL berbantu multimedia interaktif dan konvensional) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.


(12)

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pembagian kelompok (atas, tengah, bawah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. b. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

c. Mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. 2. Bagi Guru

a. Membantu guru dalam memilih alternatif pendekatan pembelajaran yang sesuai seingga dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan.

b. Memotivasi guru untuk mengadakan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.

c. Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat memperbaiki dan menemukan inovasi baru yang berguna dalam meningkatkan mutu pembelajaran TIK.

3. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan kualitas proses pembelajaran guna peningkatan kualitas pembelajaran Teknik Informasi dan Komunikasi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi dan kajian untuk melanjutkan pengembangan penelitian yang sama di masa mendatang.


(13)

Sebagai alternatif pilihan metode pembelajaran yang digunakan sehingga pembelajaran menjadi variatif dan menarik.

1.5.Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Terdapat perbedaan peningkatan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara

kelompok siswa (atas, tengah, bawah) baik dari siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL berbantu multimedia interaktif maupun siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

2. Terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran (CTL berbantu multimedia interaktif dan konvensional) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

3. Terdapat pengaruh pembagian kelompok (atas, tengah, bawah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

1.6.Definisi Operasional

Agar istilah-istilah umum yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipahami dengan jelas, maka definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi kehidupan nyata siswa sehingga menjadikan pembelajaran lebih bermakna karena materi yang dipelajari merupakan kegiatan yang sering ditemui siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Tahapan-tahapan pendekatan CTL diantaranya konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masayarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata.


(14)

2. Multimedia Interaktif merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi/sub kompetensi yang diharapkan.

3. Indikator kemampuan berpikir kreatif antara lain keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (flexibility), keterampilan berpikir orisinil (originality), keterampilan merinci (elaboration).


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Metode dan Desain Penelitian 3.1.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experimental Design. Menurut Sugiyono (2011:114) desain eksperimen ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Jenis eksperimen ini dianggap sudah baik karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.

Penelitian ini memuat dua buah variabel yang menjadi perhatian utama, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Kedua variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. Pembelajaran TIK dengan menggunakan pendekatan CTL berbantu multimedia interaktif merupakan variabel bebas, sementara kemampuan berpikir kreatif siswa merupakan variabel terikat.

3.1.2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini, kelompok eksperimen dan kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono 2011:116). Adapun pola dari desain ini adalah sebagai berikut.

Pola:

O1 X O2

O1 O2

Keterangan:

X = perlakuan (pendekatan CTL berbantu multimedia interaktif) O1 = pretes

O2 = postes


(16)

3.2.Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 117). Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Negeri 1 Ciranjang.

3.2.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 118). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2011:124) purposive sampling adalah teknik sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak dua kelas dimana kelas XII IPA-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XII IPA-2 sebagai kelas kontrol. Pertimbangan peneliti menggunakan teknik sampling ini karena materi ajar yang dipilih untuk penelitian diberikan di kelas XII dan sesuai rekomendasi dari guru TIK di sekolah bahwa kedua kelas yang digunakan sebagai sampel memiliki penyebaran data yang merata.

3.3.Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut di antaranya sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan Penelitian

1) Menentukan tempat dan populasi penelitian.

2) Mempelajari kurikulum yang digunakan di sekolah tempat penelitian dilaksanakan.

3) Melengkapi administrasi dan perizinan penelitian.

4) Menyusun kelengkapan instrumen pembelajaran (silabus, RPP) dan instrumen penelitian (soal, multimedia).


(17)

6) Melakukan Revisi terhadap instrumen penelitian yang telah di judgement. 7) Melaksanakan uji coba instrumen tes terhadap kelas yang telah

memperlajari materi ajar yang akan dibahas dalam penelitian. 8) Menganalisis hasil uji instrumen yang telah di uji cobakan.

9) Menentukan sampel penelitian (kelas eksperimen dan kelas kontrol). b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

1) Melaksanakan pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2) Memberi perlakuan terhadap kelas kontrol dengan penggunaan pendekatan konvensional.

3) Memberi perlakuan terhadap kelas eksperimen dengan penggunaan pendekatan CTL berbantu multimedia interaktif.

4) Melaksanakan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. c. Tahap Analisis Data

1) Menganalisis data hasil pretes dan postes yang telah didapat dengan teknik analisis data yang ditentukan.

2) Menguji hipotesis yang telah dibuat, apakah diterima atau ditolak berdasarkan hasil analisis data.

3) Mengambil kesimpulan atas penelitian yang telah dilaksanakan sesuai dengan hipotesis yang diterima dan menjawab rumusan masalah.

Adapun alur dari prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini antara lain dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut.


(18)

Menentukan Tempat dan Populasi Penelitian

Mempelajari Kurikulum

Melengkapi Administrasi dan Perizinan

Judgement Revisi

Analisis Hasil Uji Instrumen

Penentuan Sampel

Pre-Test

Pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional

Pembelajaran menggunakan pendekatan CTL berbantu multimedia interaktif

Post-Test

Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Penarikan kesimpulan Pembuatan Instrumen Pembelajaran

(silabus, RPP)

Revisi

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Multimedia Soal

Pembuatan Instrumen Penelitian

Uji Coba Instrumen

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tahap perencanaan

Tahap pelaksanaan


(19)

3.4.Instrumen Penelitian

3.4.1. Penyusunan Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat pengumpul data yang dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Keberhasilan suatu penelitian sangat tergantung kepada instrumen yang dibuatnya. Karena instrumen yang baik akan menghasilkan data yang baik dan dapat dipercaya. Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu membuat perangkat instrumen yang dibutuhkan, diantaranya sebagai berikut.

3.4.1.1. Instrumen Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:153). Instrumen yang disusun dalam penelitian ini berupa soal tes subjektif (uraian) yang diberikan pada saat pretes dan postes.

Di dalam penelitian ini terdapat 5 buah soal tes yang berkenaan dengan materi Kreasi Grafis. Setiap soal mengandung indikator yang mengarah kepada kemampuan berpikir kreatif yaitu Keterampilan Berpikir Lancar (Fluency), Keterampilan Berpikir Luwes (Flexibility), Keterampilan Merinci (Elaboration).

3.4.1.2. Multimedia Interaktif

Multimedia interaktif yang digunakan dalam penelitian ini mencakup modul materi yang dibahas, video tutorial, latihan, dan kuis. Multimedia interaktif ini hanya berfungsi sebagai media pembantu dalam pembelajaran TIK yang dilakukan dengan menggunakan pendenkatan CTL. Penyusunan flowchart dan storyboard dibuat pada saat tahap persiapan atau sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan. Tujuan dari disusunnya flowchart dan storyboard ini adalah untuk memudahkan dalam pembuatan multimedia interaktif. Adapun tahapan dalam proses pengembangan sistem multimedia dalam pendidikan menurut Munir (2010:196) diantaranya:


(20)

(21)

1) Fase analisis

Fase ini menetapkan keperluan pengembangan software dengan melibatkan tujuan pembelajaran, pendidik, dan lingkungan. Kerjasama guru dan pembuat software meneliti kurikulum berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.

2) Fase desain

Fase ini meliputi unsur-unsur yang perlu dimuat didalam software yang akan dikembangkan berdasarkan model pembelajaran yang digunakan. 3) Fase pengembangan

Fase ini berasaskan model yang disediakan dengan tujuan merealisasikan sebuah prototip software pembelajaran.

4) Fase Implementasi

Fase ini membuat pengujian unit-unit yang telah dikembangkan dalam proses pembelajaran dan juga prototip yang telah siap.

5) Fase penilaian

Fase ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan software yang dikembangkan.

3.4.2. Pengujian Instrumen Penelitian

Sebelum soal diberikan pada saat pretes dan postes baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen. Soal-soal tersebut diujicobakan kepada kelas yang telah mempelajari pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini. Kelas yang digunakan untuk uji coba instrumen ini adalah kelas XII IPA-1 dengan tujuan untuk mengetahui validitas, reabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda dari instrumen tes yang telah dibuat. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembeda adalah sebagai berikut.


(22)

3.4.2.1. Validitas

Arikunto (2010:211) mengungkapkan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Rumus validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus korelasi product moment. Adapun rumus korelasi product moment adalah sebagai berikut.

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

= skor siswa pada tiap butir soal = skor total tiap siswa

= jumlah siswa

(Arikunto, 2010:213)

Penafsiran harga/nilai hasil perhitungan validitas didasarkan pada kriteria-kriteria pada tabel 3.1 sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kriteria-kriteria Koefisien Korelasi Nilai rxy Interpretasi

Validitassangat tinggi (sangat baik)

Validitas tinggi (baik)

Validitas sedang (cukup)

Validitas rendah (kurang)

Validitas sangat rendah

Tidak valid

(Guilford dalam Suherman dan Kusumah, 199:147)

Hasil Uji Validitas

Uji validitas instrumen yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus product moment menunjukkan bahwa semua nilai valid atau semua soal dapat


(23)

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas No

Soal

Validitas

Keterangan Nilai Kriteria

1 0,91 Sangat tinggi Valid/ soal dapat digunakan

2 0,73 Tinggi Valid/ soal dapat digunakan

3 0,70 Tinggi Valid/ soal dapat digunakan

4 0,91 Sangat tinggi Valid/ soal dapat digunakan

5 0,93 Sangat tinggi Valid/soal dapat digunakan

3.4.2.2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010:178). Dikarenakan instrumen tes dalam penelitian ini berupa soal tes subjektif, maka rumus yang digunakan adalah rumus Alpha dengan rumus sebagai berikut:

( )

dengan keterangan:

: reliabilitas instrumen

: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ : jumlah varians butir soal

: varians total

(Arikunto, 2010:239)

Sebelum melakukan perhitungan reliabilitas tersebut, terlebih dahulu harus membuat analisis terhadap butir soal dengan cara menghitung nilai varians tiap butir soal agar jumlah varians butir soal dapat diketahui. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung varians yaitu:

∑ ∑ Keterangan:


(24)

X = Skor tiap butir soal

N = Jumlah Siswa

(Arikunto, 2010:227)

Nilai reliabilitas yang diperoleh selanjutnya diinterpretasi dengan menggunakan kriteria-kriteria pada tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.3

Klasifikasi Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas ( ) Interpretasi

Reliabilitas sangat tinggi

Reliabilitas tinggi

Reliabilitas sedang

Reliabilitas rendah

Reliabilitas sangat rendah

(Guilford dalam Suherman dan Kusumah, 1990:147)

Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha menunjukkan bahwa nilai 0,88 yang jika diinterpretasikan menurut tabel klasifikasi reliabilitas maka kriteria reliabilitasnya termasuk sangat tinggi.

3.4.2.3. Tingkat Kesukaran

Menurut Sukardi (2009:136) tingkat kesukaran merupakan angka yang menunjukkan proporsi siswa yang menjawab betul dalam satu soal. Tingkat kesukaran yang diperoleh dalam penelitian ini disesuaikan ketetapan pendistribusi soal yang ada. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran soal subjektif (uraian) antara lain:

dengan keterangan:

TK : tingkat kesukaran soal uraian;

: rata-rata skor siswa;

Skor Maksimum : skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran.


(25)

Indeks kesukaran yang telah diperoleh selanjutnya diinterpretasi dengan menggunakan kriteria pada tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4

Kriteria-kriteria Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran(IK) Klasifikasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

(Suherman dan Kusumah, 1990:213)

Hasil Uji Tingkat Kesukaran

Uji tingkat kesukaran instrumen yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus tingkat kesukaran soal subjektif (uraian) menunjukkan bahwa kriteria tingkat kesukaran soal sesuai dengan yang diharapkan peneliti sebelum uji instrumen dilakukan yaitu 2 soal tergolong kriteria mudah, 2 soal tergolong kriteria sedang, dan 1 soal tergolong kriteria sukar. Hasil perhitungan tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Hasil Uji Tingkat Kesukaran No

Soal

Tingkat Kesukaran

Keterangan Nilai Kriteria

1 0,74 Mudah Soal digunakan

2 0,79 Mudah Soal digunakan

3 0,69 Sedang Soal digunakan

4 0,56 Sedang Soal digunakan


(26)

3.4.2.4. Daya Pembeda

Menurut Suherman dan Kusumah (1990:199) daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa yang menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Keterangan :

JBa = Jumlah jawaban benar untuk kelompok atas

JBb = Jumlah jawaban benar untuk kelompok bawah

JSa = Jumlah siswa kelompok atas

(Suherman dan Kusumah, 1990:201)

Data yang diperoleh dari hasil perhitungan dapat diinterpretasikan untuk menemukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel 3.6

Tabel 3.6

Kriteria Daya Pembeda

DayaPembeda (DP) Klasifikasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

(Suherman dan Kusumah, 1990:202)

Hasil Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda instrumen yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus bagi dua sama besar menunjukkan bahwa 4 soal termasuk kriteria cukup dan 1 soal termasuk kriteria baik atau semua soal dapat digunakan untuk penelitian seperti yang ditampilkan pada tabel 3.7 berikut.


(27)

Tabel 3.7

Hasil Uji Daya Pembeda No

Soal

Daya Pembeda

Keterangan Nilai Kriteria

1 0,36 Cukup Soal digunakan

2 0,28 Cukup Soal digunakan

3 0,30 Cukup Soal digunakan

4 0,43 Baik Soal digunakan

5 0,39 Cukup Soal digunakan

Hasil perhitungan uji instrumen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C1 halaman 98. Kesimpulan hasis analisis perhitungan uji instrumen yang dilakukan adalah semua soal digunakan untuk penelitian.

3.4.3. Instrumen Pembelajaran 3.4.3.1.Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus yang disusun dalam penelitian ini disesuaikan dengan materi ajar Kreasi Grafis dengan menggunakan aplikasi Corel Draw dengan standar kompetensi menggunakan perangkat lunak pembuat grafik. Kompetensi dasar yang digunakan adalah membuat grafis dengan berbagai variasi warna, bentuk, dan ukuran. Bagian-bagian silabus lainnya seperti indikator, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar dapat dilihat pada Lampiran B1 halaman 77.

3.4.3.2.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diartikan sebagai satuan program pembelajaran yang dikemas untuk satu atau beberapa kompetensi dasar untuk satu kali atau beberapa kali pertemuan (Hamdani, 2011:203). RPP yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah dua buah RPP yang diperuntukan bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setiap RPP dialokasikan untuk satu kali pertemuan


(28)

pada masing-masing kelas. Secara lengkap RPP yang disusun dalam penelitian ini dapa dilihat pada Lampiran B2 halaman 78 dan Lampiran B3 halamn 81.

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari penelitian ini diperoleh melalui instrumen-instrumen yang telah dibuat. Penjelasan lebih lanjut mengenai teknik pengumpulan data ini adalah sebagai berikut.

a. Instrumen Tes

Pengumpulan data melalui instrumen ini diambil pada saat kegiatan pretes dan postes di kelas eksperimen dan kelas kontrol dilaksanakan.

b. Instrumen Pembelajaran

Data dari instrumen pembelajaran ini yang meliputi silabus dan RPP yang dikumpulkan pada saat tahap persiapan penelitian yaitu sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan.

3.6.Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan

pengelompokkan siswa berdasarkan nilai murni mata pelajaran TIK pada semester sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2012:294) bahwa terdapat istilah kedudukan siswa dalam kelompok. Tiap kelompok memiliki perbedaan dalam proses penyerapan materi yang diberikan oleh guru. Adapun pembagian kelompok tersebut yaitu kelompok siswa dengan kemampuan tinggi (atas), kelompok siswa dengan kemampuan sedang (tengah), dan kelompok siswa dengan kemampuan rendah (bawah). Pengelompokkan tersebut sesuai dengan kriteria sebagai berikut:


(29)

- Kelompok 2 adalah kelompok siswa yang memiliki nilai murni diantara ̅ dan ̅

- Kelompok 3 adalah kelompok siswa yang memiliki nilai murni lebih kecil dari ̅

Keterangan : ̅ = Rata-rata

s = Simpangan baku

Dalam penelitian ini, terdapat dua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) yang digunakan sebagai sampel, dan tiap kelas dibagi menjadi 3 kelompok (atas, tengah, dan bawah) sesuai dengan kriteria diatas.

3.6.1. Pengujian Prasyarat 3.6.1.1.Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang akan di hitung berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas ini menggunakan Uji Liliefors. Uji Liliefors digunakan untuk uji normalitas data dengan data yang kecil dan tidak perlu dikelompokkan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan koefisien T, dimana Thitung hasil perhitungan akan dikonfirmasikan dengan Ttabel pada T(N)(1-α). Data dinyatakan berdistribusi

normal apabila Thitung < Ttabel pada taraf α tertentu (Purwanto, 2011:161). Hipotesis yang diajukan dalam pengujian normalitas ini antara lain: H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji kenormalan ini seperti yang diungkapkan Purwanto (2011:161) adalah sebagai berikut.


(30)

2. Menghitung standar deviasi : s 3. Menghitung Zi dengan rumus:

Zi = ̅

4. Menghitung F*(X) dengan melihat harga tabel Zi dengan ketentuan: Jika Zi positif, F*(X)

Jika Zi negatif, F*(X) 5. Menghitung s(X) dengan rumus:

s(X) 6. Menghitung T dengan rumus:

| |

7. Konfirmasi tabel dengan α = 0,05 T tabel = T(N)(1-α)

8. Penarikan kesimpulan

Jika Thitung < Ttabel maka dapat dinyatakan data berdistribusi normal.

3.6.1.2.Uji Homogenitas

Tujuan dilakukannya uji homogenitas ini adalah untuk mengetahui apakah sampel yang diambil memiliki variansi yang sama (homogen) atau tidak. Pengujian homogenitas ini menggunakan Uji Bartlett. Uji Bartlett digunakan apabila kelompok-kelompok yang dibandingkan mempunyai jumlah sampel yang tidak sama besar. Homogenitas varians diuji dengan menggunakan rumus:

Data yang dibandingkan dinyatakan mempunyai varians yang homogen apabila pada taraf kesalahan tertentu (Purwanto, 2011:180).

Hipotesis yang diajukan dalam uji homogenitas ini adalah sebagai berikut. H0 : nilai varians populasi antara dua sampel adalah sama.

H1 : nilai varians populasi antara dua sampel adalah berbeda.


(31)

1. Menghitung standar deviasi dan varians 2. Menghitung varians gabungan dengan rumus:

3. Menghitung harga B dengan rumus:

4. Menghitung dengan rumus:

5. Menentukan nilai tabel

6. Penarikan kesimpulan

Jika maka dapat dinyatakan data mempunyai varians yang homogen.

3.6.2. Pengujian Hipotesis 3.6.2.1. Uji Anova Dua Jalur

Tujuan dari dilakukannya pengujian anova dua jalur ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara kelompok siswa (atas, tengah, bawah) yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantu multimedia interaktif dan kemampuan berpikir kreatif antara kelompok siswa (atas, tengah, bawah) yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional. Adapun rancangan anova dua jalur untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8

Rancangan Anova Dua Jalur Kemampuan Berpikir Kreatif

Kelompok

Pendekatan Pembelajaran


(32)

Atas KA CA

Tengah KT CT

Bawah KB CB

Rumusan hipotesis dari pengujian ini antara lain:

1. Antar Kelompok

μ1.. = μ2..

H0 : tidak terdapat perbedaan peningkatan rata-rata kemampuan berpikir

kreatif antara kelompok (atas, tengah, bawah) baik dari siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL berbantu multimedia interaktif maupun siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

μ1.. ≠ μ2..

Ha : terdapat perbedaan peningkatan rata-rata kemampuan berpikir kreatif

antara kelompok (atas, tengah, bawah) baik dari siswa yang dalam

pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL berbantu

multimedia interaktif maupun siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

2. Antar Kolom

μ.1 = μ.2

H0 : tidak terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran (CTL dan

konvensional) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

μ.1 ≠ μ.2

Ha : terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran (CTL dan konvensional)

terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. 3. Antar Baris

μ1. = μ2. = μ3.


(33)

Minimal satu μ1 ≠ μ2 ≠ μ3

Ha : terdapat pengaruh pembagian kelompok (atas, tengah, bawah)

terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Untuk perhitungan manual, rumus yang digunakan dalam ANOVA Dua Jalur (Purwanto, 2011:215) antara lain sebagai berikut.

1. Menghitung jumlah kuadrat (JK) a. Total

b. Antar kelompok

∑ ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ c. Dalam kelompok

JK(DK) = JK(T) - JK(AK) d. Antar kolom

e. Antar baris

f. Interaksi

JK(int) = JK(AK) - {JK(ak) + JK(ab)}

2. Menentukan derajat kebebasan (dk) a. Total

dk(T) = N - 1 b. Antar kelompok

dk(AK) = K - 1 c. Dalam kelompok

dk(DK) = N - K d. Antar kolom

dk(ak) = k - 1 e. Antar baris

dk(ab) = b - 1 f. Interaksi


(34)

dk(int) = (k - 1)(b - 1) keterangan:

K = jumlah kelompok k = jumlah kolom b = jumlah baris

N = jumlah sampel keseluruhan

3. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat (RJK) a. Antar kelompok

b. Dalam kelompok

c. Antar kolom

d. Antar baris

e. Interaksi

4. Menghitung F

a. Antar kelompok b. Antar kolom

c. Antar baris

d. Interaksi

5. F tabel


(35)

F(α)(K - 1)(N - K)

b. Antar kolom F(α)(k - 1)(N - K)

c. Antar baris F(α)(b - 1)(N - K)

d. Interaksi

F(α)(b - 1)(k - 1)(N - K)

6. Tabel Ringkasan Anova Dua Jalur

Tabel 3.9

Ringkasan Anova Dua Jalur

Sumber Varians JK dk RJK F hitung F tabel

Antar Kelompok Dalam Kelompok Antar Kolom Antar Baris Interaksi Total

dengan keterangan : JK = jumlah kuadrat. dk = derajat kebebasan. RJK = rata-rata jumlah kuadrat.

Dengan taraf α = 0,05, hipotesis nol diterima jika Fhitung < Ftabel dan hipotesis nol ditolak jika Fhitung > Ftabel.

3.6.2.2. Uji Gain Ternormalisasi

Uji gain ternormalisasi (N-gain) ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelompok atas, tengah, bawah, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dikatakan indeks gain ternormalisasi karena sebelumnya indeks gain yang diperoleh diuji terlebih dahulu normalitas dan homogenitasnya. Rumus yang digunakan untuk uji gain ternormalisasi ini adalah sebagai berikut.


(36)

(Meltzer 2002)

Indeks gain yang telah diperoleh selanjutnya diinterpretasi dengan menggunakan kriteria-kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

Interpretasi Indeks Gain Ternormalisasi Indeks Interpretasi

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

g ≤ 0,30 Rendah


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan pengujian-pengujian yang ditentukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan peningkatan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok (atas, tengah, bawah) baik dari siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL berbantu multimedia interaktif maupun siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

2. Terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran (CTL dan konvensional) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

3. Terdapat pengaruh pembagian kelompok (atas, tengah, bawah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

5.2.Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang dikemukakan, saran yang disampaikan oleh penulis sebagai pertimbangan bagi pihak terkait diantaranya :

1. Bagi guru yang akan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantu multimedia interaktif pada kegiatan pembelajaran, hendaknya menggunakan strategi pembelajaran yang lain seperti team teaching pada saat komponen masyarakat belajar diterapkan, agar pembagian kelompok siswa merata sesuai kemampuannya dan materi yang diberikan dapat dipahami oleh semua anggota kelompok siswa tersebut.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji tentang penggunaan pendekatan CTL berbantu multimedia intraktif untuk meningkatkan berpikir kreatif siswa, disarankan agar pada saat pengambilan data penelitian tidak hanya menggunakan instrumen tes soal bentuk uraian saja, tetapi menambahkan juga soal bentuk cerita dengan banyak kemungkinan jawaban, agar penilaian terhadap indikator kemampuan berpikir kreatif siswa lebih bervariatif.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anisa (2009). Kelebihan Pembelajaran CTL. [Online]. Tersedia:

http://www.sekolahdasar.net/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran.html [03 November 2012]

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dzaki (2009) Kelemahan Pembelajaran CTL. [Online]. Tersedia:

http://www.sekolahdasar.net/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran.html [03 November 2012]

Efendi, Agus. (2005). Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Hermana, Dody. (2010). Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Garut: Rahayasa.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Johnson, B. Elaine. (2011). CTL Contextual Teaching & Learning. Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa. Meltzer. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gain in Physics : A Possible “Hidden Variable in Diagnostic Pretest Score”. [Online]. Tersedia: http://physicseducation.net/ docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf [03 Maret 2013]

Munandar. Utami. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Munir. (2010). Multimedia, Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Purwanto. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar. Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung:


(39)

Ramdani, Rizky (2012). Studi Tentang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Antara Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbasis Diskusi dengan Pembelajaran Konvensional Pada Mata Diklat Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin (DKKTM). Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI. Tidak Dipublikasikan.

Rianawaty, Ida. (2011). Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Level Thinking). Tersedia: http://idarianawaty.blogspot.com/2011/08/berpikir-tingkat-tinggi-higher-order.html [03 Maret 2013]

Rohendi, Dedi. (2009). Kemampuan Pemahaman, Koneksi, dan Pemecahan Masalah Matematik: Eksperimen Terhadap Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Elektronik (E-Learning). Disertasi Doktor pada Fakultas FPMIPA UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman, S & Kusuma, Ys. (1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusuma.

Sukardi. (2009). Evaluasi Pendidikan. Prinsip & Operasionalnya. Jakarta Timur: Bumi Aksara.

Susilana dan Riyana. (2009). Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. BNSP. (2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013

Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id/bsnp/wp-content/uploads/2013/05/PP.pdf [03 Mei 2013] Wijayanti, Rafika. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In

Science (Clis) Dengan Menggunakan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Pada Pembelajaran TIK. Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI. Tidak Dipublikasikan.

Zulaiha, Rahmah. (2008). Analisis Soal Secara Manual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


(1)

39 dk(int) = (k - 1)(b - 1)

keterangan:

K = jumlah kelompok k = jumlah kolom b = jumlah baris

N = jumlah sampel keseluruhan

3. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat (RJK) a. Antar kelompok

b. Dalam kelompok

c. Antar kolom

d. Antar baris

e. Interaksi

4. Menghitung F a. Antar kelompok

b. Antar kolom

c. Antar baris

d. Interaksi

5. F tabel


(2)

40 F(α)(K - 1)(N - K)

b. Antar kolom F(α)(k - 1)(N - K) c. Antar baris

F(α)(b - 1)(N - K) d. Interaksi

F(α)(b - 1)(k - 1)(N - K)

6. Tabel Ringkasan Anova Dua Jalur

Tabel 3.9

Ringkasan Anova Dua Jalur

Sumber Varians JK dk RJK F hitung F tabel

Antar Kelompok Dalam Kelompok Antar Kolom Antar Baris Interaksi Total

dengan keterangan : JK = jumlah kuadrat. dk = derajat kebebasan. RJK = rata-rata jumlah kuadrat.

Dengan taraf α = 0,05, hipotesis nol diterima jika Fhitung < Ftabel dan hipotesis nol ditolak jika Fhitung > Ftabel.

3.6.2.2. Uji Gain Ternormalisasi

Uji gain ternormalisasi (N-gain) ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa antara kelompok atas, tengah, bawah, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Dikatakan indeks gain ternormalisasi karena sebelumnya indeks gain yang diperoleh diuji terlebih dahulu normalitas dan homogenitasnya. Rumus yang digunakan untuk uji gain ternormalisasi ini adalah sebagai berikut.


(3)

41

(Meltzer 2002)

Indeks gain yang telah diperoleh selanjutnya diinterpretasi dengan menggunakan kriteria-kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

Interpretasi Indeks Gain Ternormalisasi

Indeks Interpretasi

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

g ≤ 0,30 Rendah


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang dilakukan dengan menggunakan pengujian-pengujian yang ditentukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan peningkatan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok (atas, tengah, bawah) baik dari siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan CTL berbantu multimedia interaktif maupun siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

2. Terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran (CTL dan konvensional) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

3. Terdapat pengaruh pembagian kelompok (atas, tengah, bawah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

5.2.Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang dikemukakan, saran yang disampaikan oleh penulis sebagai pertimbangan bagi pihak terkait diantaranya :

1. Bagi guru yang akan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantu multimedia interaktif pada kegiatan pembelajaran, hendaknya menggunakan strategi pembelajaran yang lain seperti team teaching pada saat komponen masyarakat belajar diterapkan, agar pembagian kelompok siswa merata sesuai kemampuannya dan materi yang diberikan dapat dipahami oleh semua anggota kelompok siswa tersebut.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji tentang penggunaan pendekatan CTL berbantu multimedia intraktif untuk meningkatkan berpikir kreatif siswa, disarankan agar pada saat pengambilan data penelitian tidak hanya menggunakan instrumen tes soal bentuk uraian saja, tetapi menambahkan juga soal bentuk cerita dengan banyak kemungkinan jawaban, agar penilaian terhadap indikator kemampuan berpikir kreatif siswa lebih bervariatif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anisa (2009). Kelebihan Pembelajaran CTL. [Online]. Tersedia:

http://www.sekolahdasar.net/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran.html [03 November 2012]

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dzaki (2009) Kelemahan Pembelajaran CTL. [Online]. Tersedia:

http://www.sekolahdasar.net/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran.html [03 November 2012]

Efendi, Agus. (2005). Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Hermana, Dody. (2010). Menyusun Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Garut: Rahayasa.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Johnson, B. Elaine. (2011). CTL Contextual Teaching & Learning. Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa. Meltzer. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gain in Physics : A Possible “Hidden Variable in Diagnostic Pretest Score”. [Online]. Tersedia: http://physicseducation.net/ docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf [03 Maret 2013]

Munandar. Utami. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Munir. (2010). Multimedia, Konsep & Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Purwanto. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar. Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung:


(6)

67

Ramdani, Rizky (2012). Studi Tentang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Antara Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbasis Diskusi dengan Pembelajaran Konvensional Pada Mata Diklat Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin (DKKTM). Skripsi Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI. Tidak Dipublikasikan.

Rianawaty, Ida. (2011). Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Level Thinking). Tersedia: http://idarianawaty.blogspot.com/2011/08/berpikir-tingkat-tinggi-higher-order.html [03 Maret 2013]

Rohendi, Dedi. (2009). Kemampuan Pemahaman, Koneksi, dan Pemecahan Masalah Matematik: Eksperimen Terhadap Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Elektronik (E-Learning). Disertasi Doktor pada Fakultas FPMIPA UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suherman, S & Kusuma, Ys. (1990). Petunjuk Praktis Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusuma.

Sukardi. (2009). Evaluasi Pendidikan. Prinsip & Operasionalnya. Jakarta Timur: Bumi Aksara.

Susilana dan Riyana. (2009). Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima. BNSP. (2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013

Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id/bsnp/wp-content/uploads/2013/05/PP.pdf [03 Mei 2013] Wijayanti, Rafika. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In

Science (Clis) Dengan Menggunakan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Pemahaman Pada Pembelajaran TIK. Skripsi Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI. Tidak Dipublikasikan.

Zulaiha, Rahmah. (2008). Analisis Soal Secara Manual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Pengaruh penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pada mata pelajaran pendidikan agama islam terhadap kreativitas siswa

2 5 136

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

Penggunaan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Energi dan Usaha

0 5 223

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MENGAPLIKASIKAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI SISWA

0 5 207

Penerapan pendekatan pembelajaran contextual teaching and learnig/CTL untuk meningkatkan hasil belajar PKN pada siswa kelas IV MI Miftahussa’adah Kota Tangerang

0 10 158

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

1 5 58

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK.

0 0 54