Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING
LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA KONSEP BIOTEKNOLOGI
(Kuasi Eksperimen di SMPN 1 Kota Cisauk)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh
EVI MASPIAH
NIM: 106016100575

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H / 2011 M


LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi Evi Maspiah (106016100575)yang berjudul "pengaruh pendekatan
Contextual Teaching Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa
pada konsep Bioteknologi"
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakartadan telah dinyatakan lulus dalam Ujian
Munaqasahpada tanggal 15 September2011 di hadapandewan penguji. oleh
karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana sl (s.pd.) pada jurusan
Pendidikan PengetahuanAlam (Biologi)
J akafia, 15 September 20ll

Panitia Uj ian Munaqasah
Tanggal

KetuaProdiJurusanPendidikanBiologi
Dr. Zulfiani"M.Pd
NIP. 19760309
2005012002
SekretarisJurusanPendidikanIPA
NengsihJuanengsih.

M.Pd
NIP. 19790s10
2006042 001

1 ' to 'ePll

3 - to-aotl

PengujiI
Eny SupriyatiRosyidatun.
S.Si.M.A
NIP. 197s0924
2006042 00r

3' 1o-?at
3a// 2atl

PengujiII
Meiry FadilahNoor.M .Si
NrP.1504ll 174


Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

.q
T9571

l

LEMBARAN PENGESAHANSKRIPSI
PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING
(CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
(KuasiEksperimendi SMPN 1 Cisauk)

DisusunUntuk MemenuhiSalahSatuSyaratMemperolehGelarSarjana
Pendidikan(S.Pd)PadaFakultasIlmu tarbiyahdanKeguruan(FITK)
UniversitasIslamNegeri(UIN) SyarifHidayatullahJakarta

Oleh
MASPIAH

EVI
NIM: 106016100575

Mengesahkan,

PembimbingII

Nengsih Juanengsih.M.Pd

: 1 9 6 5 0 1 1159 8 7 0I3

2006042001
NIP: 19790s10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H. | 20ll M.


KEMENTERIAN
AGAIT4A

,fffu_ utNJAKARTA
lffi$ffiI FtrK

FORM (FR)

JL f. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 tndonesia

No.Dokumen :
Tgl.Terbit
:
No.Revisi:
:

FITK-FR-AKD-098
1 Maret 20i0
01


SURAT PBRNYATAAN KARYA SENDIRI
Sayayangbertandatangandi bawahini:
Nama

EviMaspiah

Tempat/ Tgl Lahir

Tangerang/ 8 Januari1987

Jurusan

Pendidikan
Pengetahuan
Alam (Biologi)

JudulSkripsi

PengaruhPendekatanContextual Teaching


Learning

(CTL) TerhadapHasilBelajarBiologi SiswapadaKonsep
Bioteknolosi
DosenPembimbing

Drs.AhmadSofyan,M.Pd
NengsihJuanengsih,
M.Pd

Denganini menyatakan
bahwaskripsiyang sayabuatbenar-benar
hasil karyasendiridan
sayabertanggung
jawab secaraakademisatasapayangsayatulis.
Pernyataan
ini dibuatsebagaisalahsatusyaratmenempuhujian Munaqasah.

Jakarta,l5 Agustus2011


TETffiW
H/rrilsiltru&trs
&+[isN@!#*g

Y_
Yf\r
1DBF7MF8042T'114/
-/'

\l

M t,
drcr"ffifi

ABSTRACT

Evi Maspiah, 106016100575. The Influence of Contextual Teaching and
Learning (CTL) on the Students Learning Achievement (Quasi Experiment in
SMPN 1 Cisauk). Thesis, Biology Education Program, Science Education

Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
The aim of this study was to know the influence of Contextual Teaching
and Learning (CTL) on the Students’ Learning Achievement for Biotechnology
concept. This research was done at SMPN 1 Cisauk. This study used quasi
experiment method with Control Group Pre test – Post test Design. Sample was
taken by using technique of purposive sampling. The amount reaseach sample for
the experiment class 35 student and class control is 35 students. Instrument that
used was test and observation sheet. The use of data analysis was t-test, from the
result of data calculation the value of t count 2,38, while t-table at the level of
significant 5% with degree of freedom (dk) = 70 that is equal to 1,998. So it can
be said that by t-test > t-table. It shows that there was influence of Contextual
Teaching and Learning (CTL) on the Students’ Learning Achievement. The CTL
of experiment class was higher (65,4) than of control class (57,06). It shown that
there was influence of Contextual Teaching and Learning (CTL) on the Students’
Learning Achievement
Key word: Contextual Teaching and Learning (CTL). Learning Achievement.

i


ABSTRAK
Evi Maspiah, 106016100575. Pengaruh Strategi Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Siswa (Kuasi
Eksperimen di SMPN 1 Cisauk). Skripsi, Program Studi Biologi, Jurusan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah and Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Siswa pada
konsep Bioteknologi. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Cisauk. Metode
penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain Control Group
Pretes-Postes Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Sampel penelitian kelas eksperimen berjumlah 35
siswa dan kelas kontrol berjumlah 35 siswa. Instrumen yang digunakan berupa tes
dan lembar observasi. Analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan
diperoleh nilai thitung sebesar 2,38, sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan
derajat kebebasan (dk)= 70 yaitu sebesar 1,998, maka dapat dikatakan bahwa
thitung > ttabel. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Siswa. Rata-rata CTL
kelas eksperimen lebih tinggi (65,4) dibandingkan kelas kontrol (57,06). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Siswa
Kata Kunci: Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Hasil Belajar
Siswa .

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat dan rahmat kepada
makhluk-Nya. Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang tiada putus dan henti-hentinya. Shalawat serta salam semoga
selalu teriringkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan terbaik bagi
segenap manusia, juga kepada keluarga dan sahabat yang selalu istiqomah dalam
menjalankan sunnah-nya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis
untuk menyelesaikan studi S1 Program Studi Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, dengan judul “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching Learning
(CTL) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”.
Apresiasi dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, saran-saran, masukan serta pengarahannya yang bermanfaat
dalam penulisan skripsi ini dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd dosen
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran-saran dan
arahannya yang bermanfaat kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Ratna Suminar, S.Pd, Kepala SMPN 1 Cisauk Serta Ibu Sri Rubiyanti,
S.Pd, Guru mata pelajaran Biologi di SMPN 1 Cisauk, yang telah
memberikan izin penelitian, arahan dan bimbingan selama penelitian
berlangsung.
5. Ayahanda tercinta, H. Aspani yang selalu mencurahkan kasih sayangnya,
memanjatkan do’a yang tiada henti-hentinya, Semoga Allah selalu
menyayanginya sebagaimana ia menyayangi peneliti dan Ibunda
iii

iv

6. tersayang, Alm. Salbiyah yang kasih sayangnya selalu menemani ananda
di setiap hari, Semoga Allah selalu menyayanginya sebagaimana ia
menyayangi peneliti.
7. Kakak-kakak khususnya Abdul Rosyid, Abdul Rojak, Yayah Rosadah
yang sabar menuntun dan memotivasi peneliti dalam penyelesaian skripsi
ini, serta adik Saidil Hudri terima kasih atas do’a dan dukungannya selama
ini baik secara moril maupun materil.
8. Rekan-rekan pendidikan (biologi, kimia dan fisika) angkatan 2006, yang
memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat, Nina Hasanah, Lia Hermawati, Diah, La Rosi, yolanda
dan Eliawati terima kasih untuk do’a dan semangatnya selama ini.
Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 15 September 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................

v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

x

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................

1

B. Identifikasi Masalah .................................................................

6

C. Pembatasan Masalah .................................................................

6

D. Rumusan Masalah ....................................................................

6

E. Tujuan Penelitian ......................................................................

6

F. Manfaat Penelitian ....................................................................

6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ......................

7

A. Hakikat Pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) ........................................................................

9

a. Pengertian CTL .............................................................

9

b. Komponen Pembelajaran CTL...................................... 13
c. Prinsip dan Strategi CTL .............................................. 19
B. Hakikat Belajar.......................................................................... 33
a. Pengertian Belajar ......................................................... 25
b. Pengertian Hasil Belajar ................................................ 32
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar .......... 37
vi

C. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 44
D. Kerangka Berpikir ..................................................................... 47
E. Hipotesis Penelitian................................................................... 50

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 51
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 51
B. Metode dan Desain Penelitian................................................... 51
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 52
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 52
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 53
F. Kalibrasi Instrumen .................................................................. 55
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 59

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 65
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 75

vii

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan CTL dengan pendekatan tradisional.......... 25
2. Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif ................................................................. 36
3. Tabel 3.1 Desain Pretes-Postes Kelompok Kontrol Tanpa Acak ................... 50
4. Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Pilihan Ganda ............................................................ 52
5. Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Esay ........................................................................... 53
6. Tabel 3.4 Lembar Observasi ........................................................................... 54
7. Tabel 3.5 Konservasi Skor ............................................................................. 59
8. Tabel 4.1 Data Pretest Kelas kontrol dan kelas eksperimen .......................... 64
9. Tabel 4.2 Data Posttest Kelas kontrol dan kelas eksperimen ....................... 64
10. Tabel 4.3 Perhitungan Persentase Normal Gain .......................................... 65
11. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen ...................................... 65
12. Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol ............................................. 65
13. Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas ................................................................. 66
14. Tabel 4.7 Uji-t Data Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ............. 67
15.Tabel 4.8. Uji-t Data Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ...................... 67
16. Tabel 4.9 Persentase Hasil Lembar Observasi .............................................. 69

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tahapan Pembelajaran Kontekstual ........................................... 12
Gambar 2.2 Proses Perubahan Tingkah Laku ............................................... 30
Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman Belajar ..................................................... 32
Gambar 2.4 Hasil Belajar Siswa ..................................................................... 35
Gambar 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ..... 41

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. RPP Kelas CTL ........................................................................... 77
Lampiran 2. RPP Kelas Kontrol....................................................................... 88
Lampiran 3. Lembar Kerja Kelompok ............................................................ 101
Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Pilihan Ganda............................. 105
Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Esay ........................................... 114
Lampiran 6. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Pilihan Ganda dan Esay .......... 118
Lampiran 7. Soal Uji Coba Instrumen ............................................................. 122
Lampiran 8. Instrumen Penelitian .................................................................... 128
Lampiran 9. Perhitungan Uji Normalitas ........................................................ 135
Lampiran 10. Perhitungan Uji Homogenitas .................................................. 154
Lampiran 11. Perhitungan Uji-t ....................................................................... 157
Lampiran 12. Perhitungan N-Gain .................................................................. 159
Lampiran 13. Nukilan Tabel Nilai Kai Kuadrat............................................... 160

x

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Prestasi pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan
dengan Negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang dan
Malaysia. Hal ini disebabkan lemahnya sumber daya manusia yang
dihasilkan dalam pendidikan Indonesia, untuk itulah sektor pendidikan
harus mendapatkan perhatian yang lebih, sehingga SDM yang dihasilkan
benar-benar berkualitas.1
Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar
akan kemanusiannya, dalam membimbing, melatih, mengajar dan
menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi
muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab
akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan hakikat dan ciri
kemanusiannya.2
Pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik,
untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan
pendidikan tertentu. Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter
wawasan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya untuk
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.3
Proses pendidikan adalah proses perkembangan yang bertujuan.
Tujuan perkembangan itu secara alami adalah kedewasaan, kematangan.
Sebab potensi manusia yang paling alamiah adalah bertumbuh menuju ke
tingkat kedewasaan dan kematangan. 4

1

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), cet ke-1, hal. 1-2
2
Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan Perspektif Islam dan
Umum, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003) hal. 5
3
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006, hal. 8
4
Ibid, hal. 55

1

2

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah
masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk
menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi tersebut.5
Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik
terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannnya mereka
tidak memahaminya. Mereka merasa memahami apa yang sudah dipelajari,
tetapi dua mingggu kemudian ketika ulangan mereka tidak ingat apa yang
sudah dipelajari. Banyak guru, ketika pengajaran konsep hanya berpusat
pada kemampuan berpikir tingkat rendah, mengingat dan menghafal, bukan
melengkapi dengan pengembangan tingkat tinggi. 6
Kegiatan belajar merupakan langkah-langkah yang sistematik agar
terlaksana sesuai tujuan pembelajaran. Langkah yang sistematik inilah yang
merupakan hal terpenting dalam melakukan strategi mengajar. Strategi
mengajar merupakan suatu strategi dalam kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru dan siswa agar tujuan pendekatan dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Salah satu usaha guru dalam strategi mengajar adalah
menggunakan pendekatan-pendekatan yang tepat sesuai materinya sehingga
menunjang terciptanya kegiatan pembelajaran yang kondusif dan menarik
bagi peserta didik.

Peserta didik sebaiknya ikut serta dalam proses

pembelajaran secara aktif untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan
yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga guru
mengetahui kesulitan yang dialami peserta didik dan selanjutnya mencari
alternatif pemecahannya.
Pada masa lalu, masyarakat lebih memperhatikan sifat moral guru
daripada kemampuannya mengajar dengan efektif. Akan tetapi, sekarang ini
guru dipandang sebagai professional dan bertanggung jawab terhadap

5

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008) hal. 1
6
Ibid, hal. 3

3

penggunaan metode mengajar yang baik, yang didasarkan kepada
pengetahuan ilmiah.
Mengajar dapat dipandang sebagai menciptakan situasi dimana
diharapkan anak-anak akan belajar dengan efektif. Situasi belajar terdiri dari
berbagai faktor seperti anak, fasilitas, prosedur belajar, cara penilaian.
Dalam situasi belajar guru mengatakan apa yang harus dilakukan oleh anakanak, ia membimbing atau membantu anak-anak dalam menyelesaikan
rencana atau tugas masing-masing, ia juga memberi intruksi-intruksi yang
tegas.7
Guru sekarang bukan hanya seorang ahli mengajar, tapi mereka
sebaiknya menjadi pengajar yang disenangi anak didiknya. Mereka harus
menjadi pemimpin, pendengar, pelatih, kepercayaan dan pengingat, guru
harus bisa menjadi apapun untuk anak didiknya.8 Guru harus mengatur dan
memahami dan mengubah anak didik untuk menciptakan kondisi mengajar.
Perubahan menunjukan harapan, latihan dan kepercayaan pondasi
pedagogi.9
Guru berperan untuk mengorganisir lingkungan yang berhubungan
dengan anak didik dan bahan dalam rangka pencapaian tujuan belajar.
Dalam proses mengajar ini guru dapat menciptakan suasana belajar yang
nyaman, harmonis, interaktif dan melibatkan siswa untuk aktif mengikuti
pelajaran sehingga daya pikirnya berkembang.
Pendidik

seringkali

menemukan

siswa-siswa

yang

kurang

memahami konsep-konsep biologi secara mendalam pada pendekatan
biologi. Padahal pemahaman konsep-konsep biologi sangat diperlukan
dalam pengintegrasian alam dan teknologi di dalam kehidupan nyata di
masyarakat. Hal ini dikarenakan kurangnya motivasi dalam diri siswa,

7

J. Mursell dan S. Nasution, Mengajar Dengan Sukses (Succesful Learning), (Jakarta:
Bumi Aksara, 1995), hal. 8-9
8
John E. Colman, The Master Teachers and The Art of Teaching, (New York Toronto,
London: Pitman Publishing Corparation, 1967), hal. 5
9
John Loughran dan Jeff Northfield, Opening The Classroom Door, Teacher Researcher
Learner, ( I Gunpowder Square, London, 1996), Falmer Press, hal. 126

4

didalam pembelajaran ditemukan kurangnya keterlibatan siswa dan
penekanan guru terhadap keterkaitan antara sikap biologi dengan
lingkungan nyata. Selain itu, guru menyampaikan konsep kurang menarik.10
Selama ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
selalu menjadi pilihan utama strategi belajar yang hanya mengutamakan
penjelasan materi dari guru saja. Hal ini menjadikan siswa menjadi pasif dan
tujuan pembelajaran selalu tidak mencapai maksimal. Telah banyak caracara yang dikembangkan oleh para peneliti pendidikan agar siswa dapat
mencapai belajar bermakna dan mengembangkan keterampilan diri. Cara
dan strategi yang dikembangkan mulai dari cara mengajar guru, cara belajar
siswa, pengelolaan kelas maupun perubahan kurikulum.11
Metode ceramah yang dominan banyak di sekolah, cenderung
membuat banyak siswa belajar konsep-konsep secara abstrak, belajar
konsep-konsep tanpa melalui proses penggunaan konsep-konsep tersebut
atau belajar konsep-konsep tanpa mengalami atau mengamati acuan konkrit
konsep-konsep. Belajar yang demikian cenderung bersifat menerima
pengetahuan bukan membangun sendiri pengetahuan.12
Belajar akan lebih bermakna jika proses pendekatan berlangsung
dalam bentuk kegiatan praktek siswa serta mengaitkan semua konsep
kehidupan sehari-hari dan bukan sekedar memberi ilmu pengetahuan.
Pendekatan yang hanya berorientasi pada target penguasaan konsep terbukti
berhasil dalam kompetensi untuk waktu jangka pendek, tetapi gagal dalam

10

Cheiriyah Idha, Meningkatkan Pemahaman Konsep Mata Pelajaran Biologi Melalui
Performance Assesment, (jurnal pendidikan inovatif, maret, 2008), Vol.3 No. 2, hal. 69
11
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007) hal.
208
12
Dharma Kesuma dkk, Contextual Teaching and Learning Sebuah Panduan Awal
dalam Pengembangan PBM, (Yogyakarta: Rahayasa Reseach and Training, 2010) hal. 4

5

membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan untuk waktu
jangka panjang.
Hal ini didasari dari hasil observasi di SMPN 1 Cisauk. Diketahui
bahwa selama proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif. Hal ini
dikarenakan guru selalu menggunakan metode ceramah. Siswa hanya
bertindak pasif selama di kelas karena hanya berperan sebagai audience.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka perbaikan dalam
proses pendekatan sudah menjadi suatu keharusan bagi guru biologi. Sudah
saatnya guru mencoba menerapkan metode pendekatan yang menghasilkan
siswa mencapai belajar bermakna, salah satunya dengan menggunakan
pendekatan “Contextual Teaching Learning (CTL)”. Proses pendekatan
dengan pendekatan CTL berlangsung dalam bentuk kegiatan siswa aktif
bekerja bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Sebuah penelitian tentang implementasi CTL menyebutkan bahwa
pendekatan ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam rangkaian
kegiatan belajar mengajar. Siswa selau berusaha untuk menemukan dan
memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran dengan proses
bertanya, diskusi, praktikum dan refleksi.
Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Selain itu pembelajaran biologi yang bersifat
„guru menjelaskan, murid mendengarkan’ akan diganti paradigma baru
„siswa aktif mengkontruksi, guru sebagai fasilitator (membantu)’, sehingga
siswa akan mendapatkan konsep biologi secara jelas dan benar.
Pembelajaran dengan pendekatan CTL guru bertugas mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru tersebut yaitu pengetahuan dan
keterampilan datang dari „menemukan sendiri’ bukan dari „apa kata
guru’.Sehingga belajar akan menjadi lebih bermakna bagi siswa. Proses

6

pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
bukan transfer dari guru ke siswa.
Suatu hal yang merupakan pencerahan, karena pada saat ini
berkembang pemikiran di kalangan para ahli pendidikan bahwa anak akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, tidak hanya
mengetahui saja. Menurut Nurhadi dalam Yulia Krisnawati pembelajaran
CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.13
CTL adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah biologi yang
berkaitan erat dengan mencari tahu dan memahami tentang alam. Hal ini
sesuai dengan pendekatan yang menggunakan pendekatan CTL termasuk
pada konsep bioteknologi.

B.

Identifikasi Masalah
Banyak masalah yang ditemukan dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah, untuk mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik. Namun dari
sekian masalah yang dipaparkan dapat diidentifikasi masalah-masalah
tersebut sebagai berikut:

13

Yulia Krisnawati, Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan
Metode CTL di SLTP Negeri 25 Surabaya, (Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 2004), Vol.
3, No. 1, hal. 43-46

7

1. Proses kegiatan belajar mengajar masih menggunakan pengajaran
konvensional (ceramah)
2. Pemilihan pendekatan dalam pembelajaran kurang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
3. Metode pembelajaran guru bersifat monoton (Teacher Centered).
4. Faktor keterlibatan siswa yang belum optimal (pasif) karena siswa
berperan hanya sebagai audience.
5. Siswa kesulitan ketika mengingat pelajaran, karena siswa hanya dituntut
menghafal konsep bukan memahami konsep.
6. Hasil belajar siswa yang belum sesuai yang diharapkan.

C.

Pembatasan masalah
Berdasarkan

identifikasi masalah tersebut, penelitian dibatasi

pada:
1. Penggunaan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) yang
dikembangkan oleh Elaine B. Johson.
2. Hasil belajar siswa yang dibatasi pada aspek kognitif tingkat pertama.
3. Konsep yang dibahas adalah konsep Bioteknologi.

D.

Perumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,
maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimanakah pengaruh pendekatan Contekstual Teaching Learning
(CTL) terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep Bioteknologi?

E.

Tujuan dan Manfaat penelitian
Berdasarkan penjelasan pada perumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contekstual
Teaching Learning (CTL) terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep
Bioteknologi.

8

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia
pendidikan pengetahuan alam dan berguna untuk evaluasi bagi guru
sehingga dapat meningkatkan pengajaran dalam penyampaian konsep,
penelitian ini dapat dijadikan titik tolak ke depannya agar bermanfaat bagi
profesi kependidikan dan keguruan.

BAB II
KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Hakikat Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)
a. Pengertian CTL
CTL adalah sebuah sistem menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian
yang saling terhubung. Jika bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan
dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan secara terpisah.1
Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
kelompok dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan
lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa.
Pembelajaran CTL adalah pengajaran yang memungkinkan siswa mampu
menguatkan, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam sekolah dan luar
sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah dunia nyata.
Pendekatan CTL menjadi alternatif karena sudah cukup lama disadari
bahwa kelas-kelas menjadi tidak produktif bila pembelajaran hanya diisi
dengan ceramah. Sementara siswa dipaksa untuk menerima atau menghapal.
Pembelajaran CTL menyadari hakikat bahwa pembelajaran ialah suatu proses
berbagai bentuk yang kompleks dengan memperhatikan kaidah-kaidah
berbagai jenis latihan, rangsangan dan tindakan.
CTL membantu siswa mengaplikasikan isi dengan pengetahuan di
lingkungan keluarga, masyarakat dan di tempat kerja. Keefektifan CTL terdiri
1

Elaine B. Johson, Contextual Teaching Learning: menjadikan kegiatan belajar mengajar dan
bermakna (Terjemahan) Ibnu Setiawan (Bandung: Mizan Learning Center, 2007) hal. 65

9

10

dari pelajaran menitikberatkan pada pemecahan masalah (problem-solving),
melibatkan bermacam-macam konteks, siswa dan guru bekerjasama dalam
mengatur kegiatan belajar mengajar, guru memberikan semangat terhadap
kelompok belajar dan menggunakan penilaian autentik.2
Pembelajaran CTL menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang
menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang
dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa
dan peranan guru. Berkaitan dengan itu, maka pendekatan CTL harus
menekankan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, Belajar Berbasis Masalah (Problem Based Learning), yaitu suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah serta berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari
materi pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk
pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari
berbagai isi konsep pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan
informasi

yang

berkaitan

dengan

pertanyaan,

mensintesis

dan

mempersentasikan penemuannya kepada orang lain.
Kedua, Pengajaran Autentik (Authentic Instruction), yaitu pendekatan
pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks
bermakna,

sesuai

dengan

kehidupan

nyata.

Yang

mengembangkan

keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting di dalam konteks
kehidupan nyata.
Ketiga, Belajar Berbasis Inkuiri (Inquiry Based Learning) yang
membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan
menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna. Belajar bukanlah
kegiatan

2

mengkonsumsi

melainkan

kegiatan

memproduksi

dengan

Matthew Clifford and Marica Wilson, Contextual Teaching Prefesional Learning and
Student Experiences: Lesson Learned From Implemention (Education Brief, Desember 2000) No.2

11

mengetahui apa yang menjadi kebutuhan keingintahuan dan mencari sendiri
jawabannya.
Keempat Belajar berbasis proyek atau tugas (Project Based Learning)
yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran yang komprehensif dimana
lingkungan belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan
penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari
suatu topik mata pelajaran dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.
Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk belajar secara mandiri dalam
mengkonstruk (membentuk) pelajarannya, dan mengulminasikan dalam
produk nyata. Proyek membantu untuk melibatkan keseluruhan mental dan
fisik, saraf, indera, termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal
sekaligus.
Kelima, Belajar Berbasis Kerja (Work Based Learning) yang memerlukan
suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa yang menggunakan
konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah
dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali ditempat kerja. Jadi
dalam hal ini, tempat kerja atau sejenisnya berbagai aktivitas dipadukan
dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa. Untuk membuat belajar
lebih efektif belajar harus didasarkan pada pengalaman dan bukan kata-kata
semata. Jika kita mencari informasi, kita perlu membaca. Jika kita perlu
melakukan pengalaman, kita perlu melakukannya. Belajar adalah bekerja, dan
ketika orang bekerja ia belajar banyak hal.
Keenam, Belajar Berbasis Layanan (Service Learning) yang memerlukan
penggunaan metodologi yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat
dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa layanan
tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa layanan dan
pembelajaran akademis.
Ketujuh, Belajar Kooperatif (Cooperating Learning) yang memerlukan
pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan
belajar. Biasanya orang akan belajar lebih banyak melalui interaksi dengan

12

teman-teman. Suatu kelas besar yang belajar bersama akan menghasilkan
prestasi lebih baik daripada setiap individu belajar sendiri-sendiri, karena
persaingan yang terus menerus antar pribadi justru akan melelahkan dan
mereduksi hasil belajar.
Tahapan pembelajaran CTL meliputi empat tahapan yaitu: invitasi,
eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindakan. Tahapan
pembelajaran tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:3

INVITASI

EKSPLORASI

PENJELASAN DAN SOLUSI

PENGAMBILAN TINDAKAN

Gambar 2.1. Tahapan Pembelajaran Kontekstual

Tahap intivasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya
tentang konsep yang dibahas. Bila perlu guru memancing dengan
memberikan pertanyaan yang problematik tentang fenomena kehidupan
sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang dibahas tadi dengan pendapat
yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan,
mengikutsertakan pemahaman tentang konsep tersebut.
Tahap eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
menemukan

konsep

melalui

pengumpulan,

pengorganisasian,

penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru.
Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang

3

Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008) hal.173

13

masalah yang ia bahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa
keingitahuan siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.
Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan-penjelasan
solusi yang didasarkan pada hasil observasi ditambahnya dengan penguatan
guru. Dengan demikian siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat
model, membuat rangkuman dan ringkasan.
Tahap pengambilan tindakan, siswa dapat mengambil keputusan,
menggunakan pengetahuan dan keterampilannya, berbagai informasi dan
gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara
individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.4
Berbagai penjelasan mengenai pembelajaran CTL dapat disimpulkan
terdapat tiga hal yang harus dipahami:
Pertama, pembelajaran CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa
untuk menemukan materi artinya proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung.
Kedua, pembelajaran CTL mendorong agar siswa dapat menemukan
hubungan antara yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya
siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan kehidupan nyata.
Ketiga, pembelajaran CTL untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, hal demikian bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami
materi yang dipelajarinya akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.5

b. Komponen Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
Ada beberapa komponen pembelajaran CTL yang dikembangkan oleh
Elaine B. Johson. Adapun komponen CTL antara lain:6

Udin Saefudin Sa’ud, Op .Cit., hal. 174
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008) hal. 205
6
Ibid, hal. 264-269
4

14

1. Kontruktivisme
Kontruktivisme
pengetahuan

adalah

baru

proses

dalam

struktur

membangun
kognitif

atau

siswa

menyusun
berdasarkan

pengalaman, pengetahuan yang dibangun oleh siswa berdasarkan
pengalaman, pengetahuan yang dibangun oleh siswa akan fungsional.
Maka penerapan asas kontruktivisme dalam pembelajaran CTL, siswa
didorong untuk mampu mengkontruksi pengetahuan sendiri melalui
pengalaman nyata.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kontruktivisme
adalah guru dapat membawa siswa ke dalam situasi belajar yang dapat
menghubungkan apa saja yang diperoleh siswa di sekolah atau di kelas
dan dapat menghubungkan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Siswa perlu dibiasakan untuk

memecahkan masalah,

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergulat dengan
ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan
kepada siswa. Siswa harus mengkontruksikan pengetahuan di benak
mereka sendiri. Esensi dari teori kontruktivis adalah ide bahwa siswa
harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks
kesituasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu milik mereka
sendiri.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi

bukan

menerima

pengetahuan.

Dalam

proses

pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi
pusat kegiatan bukan guru.
2. Inquiry
Inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari menemukan apapun materi yang diajarkannya. Siklus penting

15

dalam “menemukan” adalah observasi, bertanya, mengajikan hipotesis,
pengumpulan data dan membuat kesimpulan.
Pembelajaran menemukan (inquiry) dirancang untuk mengajak
siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif
singkat. Seperti yang dikutip Trianto, hasil penelitian Schlenker
menunjukan bahwa latihan inqury dapat meningkatkan pemahaman
sains, produktif dalam berpikir dan siswa menjadi trampil dalam
memperoleh dan menganalisis data atau informasi.
Inquiry adalah istilah dalam bahasa inggris, ini merupakan suatu
teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas.
Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti
suatu masalah ke kelas, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan
masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus
dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas
tugasnya di dalam kelompok dan didiskusikan, kemudian dibuat
laporan yang tersusun dengan baik.
Siklus inkuri terdiri dari observasi (observation), bertanya
(questioning), mengajukan dugaan (hyphotesis), pengumpulan data
(data gathering), penyimpulan (conclusion). Langkah-langkah kegiatan
inkuiri adalah merumuskan masalah, mengamati atau melakukan
observasi, menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel dan karya lainnya dan mengkomunikasikan atau
menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien
yang lain.
Ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama, strategi inkuiri
menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek
belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari konsep pelajaran itu
sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk

16

mencari

dan

menemukan

jawaban

sendiri

dari

suatu

yang

dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya
diri (self belief). Ketiga, mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental. Siswa akan dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai
materi pelajaran.
3. Question
Question (Kegiatan bertanya) dilakukan dalam rangka menggali
informasi mengkomunikasikan apa yang sudah diketahui, serta untuk
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa dan untuk
menyegarkan kembali ingatan siswa. Pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa selalu bermula dari bertanya. Bertanya dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berpikir kritis siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian
penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu
untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.
Kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, baik
administrasi

maupun

akademis,

mengecek

pemahaman

siswa,

mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon kepada siswa,
mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang
sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa pada suatu yang
dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari
siswa dan menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
4. Learning Community
Learning Community (masyarakat belajar) adalah pembelajaran yang
diperoleh melalui kerja sama. Kerja sama dapat terjadi antara siswa
dengan guru, dengan siswa, dengan kakak kelasnya, dengan orang
tuanya atau sumber lain sehingga semuanya itu disebut sebagai
masyarakat belajar. Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antar

17

teman, antara kelompok dan antara yang tahu terhadap yang belum
tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang
ada di luar sana semua adalah anggota masyarakat belajar.
Kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran
dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompokkelompok yang anggotanya heterogen, yang pandai mengajari yang
lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat
menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai
gagasan segera memberi usul dan seterusnya. Kelompok siswa bisa
sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa
melibatkan siswa di atasnya atau guru melakukan kolaborasi dengan
mendatangkan seorang ahli ke kelas.
Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang
dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang menganggap paling
tahu, semua pihak mau saling mendengarkan, setiap pihak harus merasa
bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Kalau setiap orang
mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber
belajar dan ini berarti setiap orang akan kaya dengan pengetahuan dan
pengalaman.
5. Modeling
Modeling (pemodelan) adalah adanya sesuatu yang dapat ditiru
dalam suatu proses pembelajaran. Sebuah pembelajaran keterampilan
atau pengetahuan tertentu terdapat model yang bisa ditiru. Model
tersebut

bisa

berupa

cara

mengoperasikan

sesuatu,

misalnya

pengguanaan mikroskop, cara membuat sesuatu misalnya membuat
preparat baik dari tumbuhan maupun dari hewan dan lain sebagainya.
Guru bukan satu-satunya model dalam pembelajaran. Model
pembelajaran dapat dirancang sesuai harapan dan kualitas daya serap
siswa dalam memahami materi pelajaran dan yang lebih penting adalah

18

model yang digunakan dalam belajar dibuat dengan melibatkan siswa.
Sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran secara optimal.
6. Reflection
Reflection (refleksi) merupakan cara berpikir tentang apa yang
dipelajari atau berpikir kebelakang tentang hal-hal yang sudah kita
lakukan dimasa lalu. Refleksi merupakan respon kejadian atau respon
yang kita terima. Pada akhir pembelajaran guru menyisakan waktu
sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa pernyataan
langsung tentang apa yang diperolehnya hari itu. Dalam tataran
pelaksanaan refleksi bisa dilakukan dengan menggunakan angket
ataupun wawancara. Tujuan dari refleksi agar pembelajaran yang sudah
dilakukan bisa terlihat seberapa jauh siswa termotivasi dalam belajar
agar pembelajaran selanjutnya dapat lebih meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan
yang dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang
kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa
membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa
merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa
yang baru dipelajarinya.
Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengedap
di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan
bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru
menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya
berupa pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya itu,
catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran hari itu, diskusi dan hasil karya.
7. Authentic Assesment
Authentic Assesment (penilaian nyata) adalah penilaian keberhasilan
pembelajaran dilakukan dengan jalan mengumpulkan semua data yang

19

ada dari siswa baik selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal
ini data tentang aspek kognitif siswa, afektif siswa dan tentang
psikomotornya. Penilaian autentik dilakukan siswa dapat memberikan
informasi tentang pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan.
Penilaian autentik memiliki karakteristik alami, berguna dan bermakna,
objektif serta valid.
Assesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa
terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan
belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka assesmen
tidak dilakukan diakhir periode pembelajaran, seperti pada kegiatan
evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama-sama secara terintegrasi
(tidak terpisahkan) dari kegitan pembelajaran.
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assesment)
bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran
yang benar memang seharusnya ditekanan pada upaya membantu siswa
agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan
pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode
pembelajaran.
Penilaian

autentik

menilai

pengetahuan

dan

keterampilan

(performance) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi
juga bisa teman atau orang lain. Karakteristik penilaian autentik adalah
dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung,
bisa digunakan untuk formatif dan sumatif, yang diukur keterampilan
dan performansi bukan mengingat fakta, terintegrasi dan dapat
digunakan sebagai feed back. Hal-hal yang bisa digunakan sebagai
dasar menilai prestasi siswa dalam CTL, antara lain: proyek atau
kegiatan dan laporannya, pekerjaan rumah, kuis, karya siswa, presentasi

20

atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal, hasil karya tulis
dan karya tulis.

c. Prinsip dan Strategi Pendekatan CTL
Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
1. Keterkaitan
Keterkaitan, Relevansi (Relating) adalah proses pembelajaran
hendaknya ada keterkaitan dengan bekal pengetahuan yang telah ada
pada diri siswa dengan pengalaman dalam kehidupan dunia sebenarnya
seperti manfaat untuk bekal bekerja dikemudian hari dalam kehidupan
masyarakat. Jadi Relating adalah bentuk belajar dalam konteks
kehidupan nyata atau pengalaman nyata.
2. Pengalaman Langsung
Pengalaman Langsung (Experiencing) adalah proses pembelajaran
siswa siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung melalui kegiatan
eksplorasi, penemuan, penelitian dan lain-lain. Ini berarti bahwa
pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang
mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus inquiry.
“Pengalaman dipandang sebagai jantung pendekatan kontekstual”.
Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa diberi
kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber
belajar dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain
secara aktif.
3. Aplikasi
Aplikasi (Applying) adalah menerapkan fakta konsep, prinsip dan
prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain
merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih dari sekedar menghapal.
Ini berarti belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam
penggunaan dan kebutuhan praktis.

21

4. Kerj

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa: kuasi ekspereimen di SMP Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan

0 11 152

Pengaruh pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep bunyi

2 12 149

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ZAT DAN WUJUDNYA TERINTEGRASI NILAI KEAGAMAAN (Eksperimen di MTs Al-Khairiyah,Citeureup-Bogor)

1 33 61

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Peningkatan Hasil Belajar PKn dalam Materi Peranan Globalisasi Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) di kelas IV MI. Masyirotul Islamiyah Tambora Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 4 180

Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid

0 7 173

Pengaruh Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Koloid

0 10 0

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141