Pertanggungjawaban Bank Atas Pendebitan Dana Rekening Nasabah Secara Elektronik Akibat Kesalahan Sistem Bank dan Perlindungan Nasabah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Juncto Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas

(1)

v

NASABAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN JUNCTO

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 8

TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Lisa Junia

(1187015)

Keberadaan lembaga perbankan memiliki kontribusi dalam menjaga keberlangsungan roda perekonomian. Dalam memajukan usaha perbankan peranan nasabah selaku konsumen produk jasa perbankan sangat besar yaitu melalui dana yang disimpan oleh masyarakat dalam bentuk tabungan. Bank memberikan fasilitas kepada penyimpan dana, salah satunya adalah dengan menyediakan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang dapat digunakan oleh nasabah untuk melakukan transaksi perbankan. Bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya ditunjang oleh sistem elektronik perbankan yang penggunaannya selain memberikan kemudahan ternyata dapat menimbulkan kerugian bagi nasabah yaitu pendebitan dana rekening nasabah akibat kesalahan sistem bank. Permasalahan timbul terkait keabsahan dan pertanggungjawaban bank.

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif karena penelitian ini dilakukan dengan menelaah data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan, dengan cara meneliti dan menganalisis buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, dan bahan-bahan tertulis lainnya yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Dengan metode penelitian yuridis normatif maka tujuan yang hendak dicapai yaitu mengetahui keabsahan transaksi perbankan secara elektronik, mengkaji dan memahami pertanggungjawaban bank serta perlindungan hukum terhadap nasabah atas pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank.

Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik didasarkan pada Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) maka hasil cetak mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) merupakan alat bukti hukum yang sah dalam transaksi perbankan secara elektronik. Bank harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang dialami nasabah apabila kerugian itu diakibatkan oleh kesalahan sistem bank berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Agar pemerintah mengawasi kinerja bank dan memberikan perlindungan terhadap nasabah serta pihak bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola sistem elektronik.

Kata Kunci: Transaksi Elektronik Perbankan, Tanggung Jawab Bank, dan Perlindungan Nasabah


(2)

vi

YEARS 1998 ON BANKING JUNCTO THE ACT NUMBER 21 IN 2011 ABOUT FINANCIAL SERVICES AUTHORITY JUNCTO ON

THE ACT NUMBER 8 1999 ABOUT CONSUMER PROTECTION Lisa Junia

(1187015)

Existence of banking institution having contribution in maintaining the sustainability of the economic. In advancing the role of the banking business customers products as the consumers of banking services very significant namely through funds deposited by the community in the form of savings. Bank facilities to give hedge fund, one of them is by providing automated teller machine (ATM) that can be used by customers to do banking transaction. Bank in doing their operations supported by a system of electronic banking that its use in addition to providing ease fact can inflict loss for customers namely debt account customers funds iniquity of the bank system. Arising related problems and the accountability of the validity of the bank.

The methods used in this research is normative juridical research because of this research done with the review of secondary data, namely the data obtained through the ingredients of literature. Secondary data obtained through the study of literature, by means of research and analyzing literature books, the legislation, and other written materials relevant to the problems out. With a method of research and juridical normative the goal is achieved will know the validity of banking transactions electronically, study and understand bank and accountability of legal protection to customer over customers debt account funds electronically iniquity bank system.

The legality of banking transactions electronically, based on article 5 and article 6 law number 11 Year 2008 of the information and electronic transactions (ITE) and print of automated teller machine (ATM) is legal proof of a legitimate tool in the banking transactions electronically. Banks should be responsible for the losses experienced by the customer if the loss was caused by the fault of bank system based on The Civil Law Act, consumer protection act and the Act on information and electronic transactions. So the Government oversaw the bank's performance and provide protection against the customer and the bank should implement the principle of prudence in managing electronic systems.

Keywords: Electronic Transaction Banking, Banking Responsibility, and Customer


(3)

ix

Pernyataan Keaslian………..………… i

Persetujuan Skripsi………... ii

Pengesahan Pembimbing……….………. iii

Persetujuan Panitia Sidang Ujian………. iv

Abstrak………. v

Abstract……… vi

Kata Pengantar……….. vii

Daftar Isi……….... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah……….. 7

C. Tujuan Penelitian………... 8

D. Kegunaan Penelitian……….. 8

E. Kerangka Pemikiran……….. 9

F. Metode Penelitian……….. 16

G. Sistematika Penulisan……… 20

BAB II HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK DAN NASABAH DALAM PENGGUNAAN JASA PERBANKAN A. Bank dan Peranannya dalam Perekonomian………. 23

1. Pengertian Bank……… 23

2. Pengaturan Perbankan dalam Hukum Positif Indonesia…... 25


(4)

x

D. Hubungan Hukum Antara Bank dan Nasabah Pengguna Jasa Perbankan………. 53 1. Pengertian Nasabah……….. 53 2. Perjanjian Sebagai Landasan Hubungan Hukum Antara

Bank dan Nasabah……… 54 E. Perlindungan Konsumen dalam Kerangka Jasa Layanan

Bank………. 67 1. Pengertian dan Pengaturan Perlindungan Konsumen….... 67 2. Jenis Pertanggungjawaban Perlindungan Konsumen…... 69 3. Sanksi atas pelanggaran terhadap Undang-Undang

Perlindungan Konsumen………. 72 BAB III SISTEM ELEKTRONIK BANK DALAM UPAYA

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PERBANKAN A. Sistem Elektronik………. 76

1. Pengertian Sistem Elektronik……….. 76 2. Dasar Hukum Penggunaan Teknologi Sistem Informasi

Oleh Bank……… 81 3. Pelaksanaan Penggunaan Teknologi Sistem Informasi…... 83 B. Peran Teknologi Sistem Informasi dalam Perbankan………... 87 C. Tata Kelola yang Baik dalam Penyelenggaraan Sistem


(5)

xi

2. Prinsip-Prinsip Tata Kelola yang Baik dalam Penerapan Teknologi Informasi

(Information Technology Governance)……….... 92 3. Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola yang Baik

Dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik………. 98 D. Perkembangan Teori tentang Tanggung Jawab Hukum……... 104

1. Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Dalam Keperdataan… 104 2. Perbuatan Melawan Hukum (PMH) Dalam Teknologi

Informasi……….. 108 3. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Penyelenggaraan

Sistem Elektronik………... 111 BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN BANK DAN

PERLINDUNGAN NASABAH ATAS PENDEBITAN DANA REKENING NASABAH SECARA ELEKTRONIK AKIBAT KESALAHAN SISTEM BANK

A. Keabsahan Transaksi Perbankan Secara Elektronik………….. 116 B. Pertanggungjawaban Bank Terhadap Nasabah Atas

Pendebitan Dana Rekening Nasabah Secara Elektronik

Akibat Kesalahan Sistem Bank……….. 122 C. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank………. 131 1. Pengawasan Bank oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)…… 131


(6)

xii

B. Saran………. 145

Daftar Pustaka……… 148 Curriculum Vitae……… 151


(7)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembangunan ekonomi suatu negara diperlukan adanya pengaturan mengenai perekonomian untuk dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional perlu dipelihara dengan baik. Salah satu bentuk usaha yang mempunyai peranan penting dalam menunjang pembangunan ekonomi adalah perbankan. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Di dalam sistem hukum Indonesia, segala bentuk praktik perbankan haruslah berdasarkan pada prinsip-prinsip yang terkandung di dalam ideologi Negara Indonesia yakni Pancasila dan tujuan Negara Indonesia dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kekhususan ini dapat dilihat dalam kehidupan perbankan Indonesia, diantaranya adalah :1

1Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006,


(8)

1. Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama bank sebagai penghimpun dan pengatur dana masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional dalam peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

2. Perbankan Indonesia sebagai sarana pembangunan nasional, juga guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pelaksanaan perbankan Indonesia harus banyak memperhatikan keselarasan, kesinambungan dan unsur-unsur Trilogi Pembangunan.

3. Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya senantiasa bergerak cepat guna menghadapi tantangan yang semakin luas dalam perkembangan perekonomian nasional maupun internasional.

Dalam melaksanakan perannya tersebut, perbankan dituntut untuk mampu mewujudkan tujuan perbankan nasional sebagaimana terkandung dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, tata kelola bank di Indonesia diawasi dan diatur oleh


(9)

Otoritas Jasa Keuangan atau lebih dikenal dengan istilah OJK. Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. Otoritas Jasa Keuangan berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

Pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.2 Fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun serta penyalur dana masyarakat dan memiliki tujuan untuk menunjang pembangunan nasional sebagai bentuk usaha meningkatkan pemerataan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Peran tersebut yang menyebabkan bank memiliki posisi penting dalam mendukung kegiatan ekonomi masyarakat.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank memberikan jasa dibidang perbankan berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pemberian jasa disesuaikan dengan kebutuhan nasabah sebagai konsumen pengguna jasa perbankan.

Jasa perbankan dibagi menjadi dua tujuan, yang pertama yaitu sebagai lembaga yang menyediakan alat pembayaran yang efisien bagi nasabah

2 Pasal 1 butir (2) Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas


(10)

berupa uang tunai, tabungan, kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM), kartu debit, kartu kredit, cek dan bilyet giro (BG). Tujuan yang kedua, sebagai sarana untuk meningkatkan arus dana investasi kepada pemanfaatan yang lebih produktif, yaitu dengan menampung dana tabungan milik nasabah kemudian menyalurkannya dalam bentuk pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana.3

Salah satu fasilitas dalam menggunakan produk jasa perbankan dalam bentuk tabungan adalah Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Anjungan Tunai Mandiri (ATM) adalah alat elektronik yang disediakan oleh bank untuk digunakan oleh pemilik rekening dalam bertransaksi secara elektronik seperti mengecek saldo, mentransfer uang, menabung dan juga mengambil uang dari mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tanpa perlu dilayani seorang teller.4 Dengan menggunakan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) banyak sekali kemudahan yang dapat diperoleh nasabah sebagai pengguna layanan jasa perbankan.

Keberadaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tersebut sangat mendukung pergerakan ekonomi sehingga mendorong kepercayaan masyarakat terhadap ekonomi yang secara nyata mengutamakan kecepatan dan efisiensi yang memberikan kemudahan, kenyamanan, biaya yang lebih murah, proses yang lebih cepat dan efisien, serta dapat mendukung kinerja dan aktivitas masyarakat secara luas.

Selain keuntungan dan kemudahan yang dimiliki melalui transaksi

3

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 1-2.

4 Alimelisabeth, Pengertian ATM, (http://alimelisabeth.blogspot.com), diakses tanggal 13


(11)

secara elektronik, fasilitas tersebut tentunya juga memiliki kekurangan atau dampak negatif yang dapat menimbulkan kerugian terhadap nasabah penyimpan dana. Kerugiannya adalah pendebitan dana rekening nasabah akibat kesalahan sistem bank. Sebagai contoh seperti dalam kasus yang dialami oleh nasabah Bank X yang bernama Tuan A. Masalah yang dialami oleh Tuan A adalah pendebetan dana rekening padahal Tuan A tidak pernah mengambil tabungannya. Pada awalnya Tuan A melakukan setoran tunai melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan pada saat itu uang yang disetor telah masuk kedalam rekeningnya dengan keluarnya kertas tanda bukti transaksi tetapi pada saat Tuan A hendak melakukan penarikan sejumlah uang dari rekeningnya ternyata saldonya kosong (nol). Tuan A melaporkan kejadian tersebut kepada pihak bank dan menurut pihak bank hal itu terjadi karena adanya kesalahan sistem, pada saat itu sistem bank dalam keadaan eror. Kemudian Tuan A diminta untuk mengisi laporan keluhan dan menjelaskan kronologis kejadian sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak bank. Laporan tersebut dapat diproses dalam waktu 4 (empat) hingga 7 (tujuh) hari kerja untuk bisa mengembalikan dana dalam rekening Tuan A meskipun bukan kesalahan dari Tuan A tersebut.5

Kesalahan sistem elektronik pada pelayanan jasa perbankan dapat merugikan nasabah dan mengurangi kepercayaan dari nasabah untuk menyimpan dana karena nasabah tidak merasa mendapatkan perlindungan. Banyak terdapat kasus serupa tetapi kebanyakan nasabah yang dirugikan


(12)

tidak menyampaikan masalahnya tersebut kepada pihak bank karena nasabah lain yang mengalami masalah yang sama sering tidak ditanggapi oleh pihak bank atau lama menanggapinya.

Kegiatan perbankan lebih banyak bergantung kepada dana masyarakat sehingga perlu dijamin kepastian keamanannya. Perlindungan terhadap nasabah sangat minim dalam transaksi perbankan di Indonesia. Perlindungan hukum penting mengingat bank merupakan lembaga keuangan yang dalam pelaksanaanya tidak lepas dari peran nasabah, karena hubungan hukum nasabah dengan bank merupakan hubungan hukum yang tercipta atas dasar kepercayaan. Nasabah penyimpan dana seharusnya mendapatkan hak-haknya yang secara hukum butuh perlindungan terhadap kepastian hukum. Perbankan Indonesia seharusnya menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking) yang wajib dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan.

Permasalahan tentang pendebitan dana rekening nasabah akibat kesalahan sistem bank perlu dikaji karena bank seharusnya taat dan patuh terhadap peraturan perundang-undangan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian (prudential banking) karena bank mengelola dana nasabah serta memberikan perlindungan terhadap nasabah pengguna jasa perbankan.

Terdapat penelitian yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu karya Despiani Carlita Sari dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Akibat Kegagalan Auto Debet Dalam Transaksi


(13)

Perbankan yang hanya ditinjau dari segi Undang-Undang Perlindungan Konsumen atau Undang-Undang Perbankan saja.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul “PERTANGGUNGJAWABAN BANK ATAS PENDEBITAN DANA

REKENING NASABAH SECARA ELEKTRONIK AKIBAT

KESALAHAN SISTEM BANK DAN PERLINDUNGAN NASABAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas, maka permasalahan yang diidentifikasikan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah keabsahan transaksi perbankan secara elektronik ?

2. Bagaimanakah pertanggungjawaban bank terhadap nasabah atas pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank ?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap nasabah atas pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank ?


(14)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui keabsahan transaksi perbankan secara elektronik.

2. Untuk mengkaji dan memahami pertanggungjawaban bank terhadap nasabah atas pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank.

3. Untuk mengkaji dan memahami perlindungan hukum terhadap nasabah atas pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank.

D. Kegunaan Penelitian

Penulis berharap agar penelitian yang dilakukan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Secara teoritis :

Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya hukum perbankan mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah atas pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank.

2. Secara praktis :

a. Memberikan masukan bagi pemerintah dan pelaku bisnis perbankan mengenai pentingnya prinsip kehati-hatian terkait kegiatan transaksional bank dalam bidang perbankan.


(15)

b. Memberikan masukan bagi lembaga perbankan dalam memberikan perlindungan hukum terhadap nasabah atas pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank dalam kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan juncto Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan juncto Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

c. Memberikan masukan bagi masyarakat khususnya nasabah bank mengenai hak nasabah untuk memperoleh perlindungan hukum dalam melakukan transaksi perbankan secara elektronik.

E. Kerangka Pemikiran

Lembaga keuangan dalam arti luas adalah sebagai perantara dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang kekurangan dana (lack of funds), sehingga peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya yaitu sebagai perantara keuangan/dana masyarakat (financial intermediary). Dalam arti yang luas ini termasuk di dalamnya lembaga perbankan, perasuransian, dana pensiun, pegadaian dan sebagainya yang menjembatani antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana.6

Menurut pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

6 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000,


(16)

tentang Perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Pasal 1 butir (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan bahwa: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Dalam kegiatan usaha yang dijalankan bank harus berpegang pada prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian (prudential banking) adalah suatu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib bersikap hati-hati dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya.7

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa perbankan di Indonesia berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam melakukan semua kegiatan usahanya, bank harus menggunakan prinsip kehati-hatian, bukan saja terhadap kegiatan dalam memberikan kredit, tetapi juga bagi usaha bank yang sifatnya memberikan pelayanan dalam sistem mekanisme pembayaran.

Bank sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, selain menggunakan prinsip kehati-hatian bank juga dalam melaksanakan kegiatan

7 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka


(17)

usahanya menggunakan prinsip good corporate governance sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Transparency (Keterbukaan Informasi) 2. Accountability (Akuntabilitas)

3. Responsibility (Pertanggung-jawaban) 4. Indepedency (Kemandirian)

5. Fairnes (kesetaran dan kewajaran)

Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu keputusan manajemen perbankan dalam melakukan kegiatan usahanya ada 2 macam yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ekonomi mikro dapat dikaitkan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank sedangkan ekonomi makro (faktor yang berasal dari luar perusahaan), meliputi kebijakan moneter, fluktuasi nilai tukar, tingkat inflasi, tingkat bunga, dan inovasi instrumen keuangan. Tujuan dari teori ekonomi makro adalah memberikan gambaran tentang bagaimana suatu perekonomian berfungsi dan dapat menjalankan kegiatannya.8

Teori ekonomi makro bertitik tolak pada teori yang dikemukakan oleh ahli ekonomi Inggris yang bernama John Maynard Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money pada tahun 1936, yaitu pembelanjaan masyarakat atas barang dan jasa menjadi faktor utama yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi suatu negara.9 Pembelanjaan masyarakat atas barang dan jasa dilakukan melalui berbagai

8 Ismawanto, Ekonomi Mikro dan Makro, (http://ssbelajar.blogspot.com), diakses tanggal 16

November 2014.


(18)

transaksi yang mana untuk mempermudah proses transaksi tersebut masyarakat membutuhkan jasa perbankan. Salah satu tujuan perbankan adalah meningkatkan perekonomian maka kepercayaan dari nasabah sangat penting agar perekonomian di Indonesia dapat meningkat.

Bank selalu dituntut untuk bersikap profesional agar dapat berfungsi secara efisien, sehat serta dapat menghadapi persaingan global. Dalam era globalisasi perkembangan ilmu dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini juga terjadi didalam sistem perbankan, dimana perbankan diharuskan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi tersebut untuk melayani nasabahnya dengan baik.

Salah satu jasa yang dilakukan oleh pihak bank adalah berupa transfer atau pemindahan uang. Saat ini perbankan Indonesia telah mengembangkan

electronic banking system atau yang lebih dikenal dengan perbankan

elektronik. Sistem perbankan elektronik adalah segala macam transfer dan pemrosesan data dengan menggunakan sistem dan peralatan elektronik yang meliputi transaksi intern dan ekstern suatu bank. Kegiatan transfer dana dengan menggunakan sistem dan peralatan elektronik tersebut dikenal dengan istilah Electronic Funds Transfer (EFT). Sistem dan peralatan elektronik yang digunakan dalam transfer dana tersebut berupa telepon, komputer, pita magnetis dan lainnya.10

10 Bambang Setjioprodjo, Permasalahan Hukum Dalam Transfer Dana Elektronik, Majalah


(19)

Jenis dari Electronic Funds Transfer (EFT) yang dapat digunakan dalam jasa perbankan meliputi :11

1. Point Of Sale Terminals (POS)

Point Of Sale Terminals (POS) ini memungkinkan pelaksanaan transfer

dana rekening seseorang kepada rekening orang lain dengan memakai terminal pos yang didirikan di tempat-tempat bisnis.

2. Automated Teller Machine (ATM)

Automated Teller Machine (ATM) merupakan suatu alat atau mesin yang

bisa dipergunakan untuk pengiriman uang, menarik uang tunai, menabung dan berbagai fasilitas lainnya yang disediakan bank.

3. Phone Banking

Phone Banking adalah jenis pengiriman uang dengan mempergunakan

handphone. Handphone ini berfungsi sama sebagai mesin ATM tetapi dimiliki secara pribadi. Diantara jenis Electronic Funds Transfer (EFT) diatas, fasilitas yang paling terkenal dan sering digunakan adalah fasilitas Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Perbankan elektronik khususnya Anjungan Tunai Mandiri (ATM) selain memberikan kemudahan bagi nasabah bank dalam melakukan transaksi perbankan, perbankan elektronik tersebut ternyata dapat menimbulkan masalah bagi nasabah misalnya dengan adanya pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank yang merugikan nasabah dan mengurangi kepercayaan dari nasabah untuk menyimpan dana

11 Ibid.


(20)

karena nasabah sebagai konsumen tidak mendapatkan perlindungan.

Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa: “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memuat pula tentang hak dan kewajiban konsumen, menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, hak konsumen adalah :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

2. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

Bank sebagai pelaku usaha harus melindungi nasabahnya sebagai konsumen. Perlindungan yang dapat dilakukan oleh bank adalah dengan mengelola sistem bank dengan baik. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan tata kelola bank di Indonesia diawasi dan diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan atau lebih dikenal dengan istilah OJK. Otoritas Jasa Keuangan merupakan sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan yang independen dan mengawasi industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. Tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan yaitu untuk mengatasi kompleksitas keuangan global dari ancaman krisis, menghilangkan penyalahgunaan kekuasaan, dan mencari efisiensi di sektor perbankan dan


(21)

keuangan lainnya.12

Untuk melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di sektor

perbankan Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang:13

1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:

a. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran

dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan

b. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa.

2. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: a. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan

modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;

b. Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; c. Sistem informasi debitur;

d. Pengujian kredit (credit testing); dan e. Standar akuntansi bank.

3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi: a. Manajemen risiko;

b. Tata kelola bank;

c. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan

12

Riyanikusuma, Otoritas Jasa Keuangan, (http://riyanikusuma.wordpress.com), diakses tanggal 16 Oktober 2014.


(22)

d. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan.

Untuk melindungi masyarakat sebagai konsumen, Otoritas Jasa Keuangan berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat yang meliputi:

1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik

sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya;

2. Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya

apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan

3. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Pendebitan dana rekening nasabah akibat kesalahan sistem bank menimbulkan kerugian bagi nasabah, sehingga bank harus bertanggung jawab. Seharusnya bank mengelola sistem perbankan dengan baik agar tidak ada nasabah yang dirugikan. Peran Otoritas Jasa Keuangan pun sangat penting dalam memberikan perlindungan terhadap nasabah bank dengan adanya pengawasan terhadap tata kelola bank serta menghentikan kegiatan bank apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan nasabah dan dengan menyediakan pelayanan pengaduan nasabah sebagai konsumen yang dirugikan oleh bank.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang digunakan peneliti untuk menentukan


(23)

jawaban atas masalah yang diajukan.14 Metode penelitian merupakan suatu

unsur yang mutlak dalam suatu penelitian.

Penyusunan penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku atau diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum tertentu. Penelitian normatif seringkali disebut dengan penelitian doktrinal, yaitu penelitian yang objek kajiannya adalah dokumen peraturan perundang-undangan dan bahan pustaka.15

Dalam penulisan ini, langkah-langkah yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Penulis menggunakan metode pendekatan Perundang-undangan (statute

approach) adalah suatu pendekatan yang dilakukan terhadap berbagai aturan

hukum yang berkaitan dengan permasalahan 16 yaitu, pendebitan dana rekening nasabah akibat kesalahan sistem bank baik dalam perlindungan nasabah maupun pertanggungjawaban bank.

2. Spesifikasi penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif analisis, yaitu mendeskripsikan dan atau menggambarkan pelaksanaan suatu peraturan perundang-undangan untuk memecahkan permasalahan. Kemudian menggambarkan secara menyeluruh dan sistematis mengenai fakta-fakta

14

Sugono Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2011, hlm. 28.

15 Soejono dan H. Abdurahman, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hlm. 56. 16Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Surabaya: Kencana, 2005, hlm. 96.


(24)

sosial dari permasalahan yang terjadi dalam perbankan. Untuk selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pertanggungjawaban bank dan perlindungan nasabah atas pendebitan dana rekening nasabah akibat kesalahan sistem bank.

3. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan oleh penulis adalah bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji bahan pustaka atau yang disebut bahan data sekunder, berupa hukum positif dan bagaimana implementasinya dalam praktik. Data kepustakaan yang diperoleh, yaitu berupa hukum positif, berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia khususnya dalam bidang hukum perbankan. Data kepustakaan tersebut kemudian digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis.

4. Jenis Data

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini di golongkan sebagai data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan. Data sekunder di peroleh dengan studi kepustakaan, yaitu Data yang diperoleh dengan cara meneliti dan menganalisis buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, bahan-bahan tertulis lainnya, majalah-majalah hukum, surat kabar, artikel-artikel dalam situs internet yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.


(25)

5. Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data a. Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan yang dilakukan untuk mencari teori-teori, pendapat-pendapat mengenai pertanggungjawaban bank dan perlindungan hukum terhadap nasabah. Data sekunder meliputi:

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan yang terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.17 Bahan hukum primer yang digunakan adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Perundang-Undang-Undangan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, serta Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

2. Bahan Hukum Sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atau putusan pengadilan.18 Bahan hukum sekunder yang digunakan antara lain buku-buku hukum khususnya perbankan dan jurnal-jurnal hukum.

17 Ibid, hlm. 141.


(26)

3. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan atau petunjuk yang berkaitan dengan masalah yang sedang dikaji, seperti majalah, artikel, kamus besar bahasa Indonesia, dan lain-lain.

b. Teknik Analisis Data

Penulis menggunakan pendekatan secara kualitatif karena merupakan analisis data yang berasal dari informasi-informasi. Dengan demikian penelitian ini merupakan analisis data tanpa mempergunakan rumus dan angka-angka, tetapi dilakukan dengan mengklasifikasikan masalah yang ada dan menganalisisnya.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang disusun oleh penulis adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK DAN NASABAH DALAM PENGGUNAAN JASA PERBANKAN

Bagian ini memaparkan uraian mengenai teori, konsep, asas, doktrin yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas


(27)

baik dari berbagai literatur, peraturan perundang-undangan maupun sumber data lainnya.

BAB III : SISTEM ELEKTRONIK BANK

Bagian ini berisi uraian mengenai objek penelitian yaitu pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank.

BAB IV : ANALISIS MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN BANK ATAS PENDEBITAN DANA REKENING NASABAH SECARA ELEKTRONIK AKIBAT KESALAHAN SISTEM BANK DAN PERLINDUNGAN NASABAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERBANKAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Bab ini menguraikan tentang mekanisme keabsahan transaksi perbankan secara elektronik serta analisis dan pembahasan tentang tanggung jawab bank atas pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank dan perlindungan hukum terhadap nasabah apabila ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan juncto Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa


(28)

Keuangan juncto Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

BAB V : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang relevan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(29)

142

A. Kesimpulan

1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebenarnya tidak dipermasalahkan mengenai media yang digunakan dalam transaksi atau Pasal 1320 tidak mensyaratkan bentuk dan jenis media yang digunakan dalam bertransaksi. Oleh karena itu transaksi perbankan dapat dilakukan secara langsung maupun secara elektronik. Namun suatu perjanjian dapat dikatakan sah bila telah memenuhi unsur-unsur sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Maka Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dapat dijadikan dasar dalam penyelesaian permasalahan tersebut untuk mengetahui keabsahan transaksi perbankan secara elektronik. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 menyatakan bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah, yang merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia dan dalam Pasal 6 nya dinyatakan bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum didalamnya dapat diakses, ditampilkan,


(30)

dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan. Dengan demikian hasil cetak mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) merupakan alat bukti hukum yang sah dalam transaksi perbankan secara elektronik.

2. Pertanggungjawaban bank terhadap nasabah atas pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank adalah mengganti kerugian berdasarkan perbuatan melawan hukum yang diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut”. Disamping melalui gugatan perdata berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka dapat juga gugatan berdasarkan perlindungan konsumen. Pasal 18 ayat 1a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa “Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha”. Pencantuman klausula eksonerasi tersebut melanggar Pasal 18 ayat 1a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Jenis pertanggungjawaban yang diberikan oleh pihak bank adalah secara


(31)

memberikan keamanan bagi nasabah sehingga menimbulkan kerugian yaitu saldo rekening nasabah menjadi kosong/nol maka bank bertanggung jawab untuk mengembalikan uang Tuan A seperti keadaan semula.

3. Perlindungan hukum terhadap nasabah atas pendebitan dana rekening nasabah secara elektronik akibat kesalahan sistem bank adalah berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hak nasabah sebagai konsumen yang harus dipenuhi oleh kewajiban bank sebagai pelaku usaha. Dalam Pasal 4 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen nasabah sebagai konsumen berhak untuk memperoleh keamanan, kenyamanan dan keselamatan dalam menggunakan produk jasa perbankan yang harus dipenuhi oleh kewajiban bank yaitu mengelola sistem elektronik perbankan dengan baik. Bentuk perlindungan terhadap nasabah juga berupa ganti kerugian yang didasarkan pada Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan berdasarkan Pasal 62 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa “Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)” serta bentuk perlindungan yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupa pelayanan pengaduan, maksud dari adanya pelayanan


(32)

pengaduan tersebut adalah jika nasabah bank merasa bahwa kepentingannya telah dilanggar atau bahkan dirugikan oleh bank tertentu maka nasabah tersebut dapat melapor pada unit pengaduan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas maka penulis memberikan saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah, otoritas jasa keuangan, pihak perbankan, dan masyarakat pengguna jasa perbankan dimasa yang akan datang, antara lain:

1. Pemerintah harus mengawasi kinerja bank dalam memberikan pelayanannya kepada nasabah pengguna produk jasa perbankan khususnya dalam kaitannya dengan penggunaan sistem elektronik perbankan yang menunjang kegiatan operasional perbankan termasuk penggunaan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) selain itu pemerintah juga harus menerbitkan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kewajiban bank untuk menerapkan prinsip-prinsip tata kelola sistem elektronik yang baik dan menerapkan sanksi yang tegas terhadap bank yang tidak melaksanakan hal tersebut sehingga dapat melindungi nasabah pengguna produk jasa perbankan serta untuk memberikan perlindungan terhadap nasabah, pemerintah harus secara rutin mensosialisasikan keberadaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen kepada


(33)

masyarakat agar masyarakat khususnya pengguna produk jasa perbankan dapat lebih memahami hak-hak dan kewajiban-kewajiban nasabah sebagai konsumen dan pihak bank sebagai pelaku usaha. Demikian pula pemerintah harus mensosialisasikan keberadaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan agar masyarakat dapat memahami bahwa otoritas jasa keuangan menyediakan pelayanan pengaduan bagi nasabah yang dirugikan oleh bank dan otoritas jasa keuangan sebagai pengawas dan Pembina bank-bank yang ada di Indonesia dapat segera menyelidiki dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara bank dengan nasabahnya.

2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar lebih meningkatkan mekanisme pelayanan pengaduan nasabah, membentuk lembaga mediasi perbankan, meningkatkan transparansi informasi produk perbankan dan melakukan edukasi produk jasa perbankan kepada masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seharusnya lebih teliti lagi dalam melakukan tugas dan kewenangannya untuk mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan oleh seluruh bank yang beroperasi di Indonesia. Pengawasan yang efektif dan baik, adalah langkah preventif dalam mengurangi kerugian yang dialami oleh nasabah yang disebabkan oleh tindakan bank atau lembaga keuangan lainnya yang melawan hukum selain Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nasabah dapat mengajukan pengaduan kepada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).


(34)

3. Pihak bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola sistem elektronik yang digunakan untuk menunjang kegiatan usahanya agar dapat memberikan keamanan bagi nasabah dalam melakukan transaksi perbankan secara elektronik selain itu bank juga harus dengan segera menanggapi semua pengaduan yang diajukan oleh nasabah yang dirugikan oleh pihak bank karena nasabah memiliki hak untuk didengar keluhannya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 4 butir (4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Seharusnya bank sebagai pelaku usaha dalam menawarkan produk jasa perbankan tidak mencantumkan klausula baku yang mengalihkan tanggung jawab bank kepada nasabah karena akan merugikan nasabah sebagai konsumen serta bank harus mencantumkan prosedur-prosedur terkait lamanya pengembalian uang nasabah.


(35)

151

Data Pribadi :

Nama : Lisa Junia

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 03 Oktober 1993

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Kopo Permai 54 CD Nomor 16

Bandung Kewarganegaraan : Indonesia

Nomor HP : 087822540640

Email : Lisa.junia@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Ignatius Slamet Riyadi, Lulus Tahun 2005 2. SMP Santa Maria, Lulus Tahun 2008

3. SMAK Rehoboth, Lulus Tahun 2011

4. Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha 2011-2015

Bandung, 25 Mei 2015

(Lisa Junia) NPM 1187015


(36)

148

Abdul Kadir dan Terra Ch. Triwahyuni, Pengenalan Teknologi Informasi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003.

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Edmon Makarim, Tanggung Jawab Hukum Penyelenggara Sistem Elektronik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005. Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2010.

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. --- Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2003.

--- Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.

Marulak Pardede, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1998.

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

--- Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006. --- Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2008.

Muhammad Syaifuddin, Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2012.

Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1996.


(37)

--- Hukum Perbankan Modern, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003. O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, Ghalia

Indonesia, Bogor, 2004.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Surabaya, 2005.

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2006.

Ronny Sautma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan

Deposito, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.

Ruddy Tri Santoso, Mengenal Dunia Perbankan, Penerbit: Andi Offset, Yogyakarta, 1998.

Salim, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.

Soejono dan H. Abdurahman, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.

Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 2005.

Sugono Bambang, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Pustaka, Jakarta, 2011.

Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.


(38)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum.

Surat Keputusan Direksi bank Indonesia No.27/164/KEP/DIR/1995 tentang Penggunaan Teknologi Sistem Informasi Oleh Bank.

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/175/KEP/DIR/1998 tentang Penyempurnaan Teknologi Sistem Informasi bank Dalam Menghadapi Tahun 2000.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/30/DPNP Tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Pada Bank Umum.

Majalah Hukum :

Bambang Setjioprodjo, Permasalahan Hukum Dalam Transfer Dana Elektronik, Majalah Hukum Nasional Nomor 2 Tahun 2000.

Rujukan Elektronik :

Alimelisabeth, Pengertian ATM, (http://alimelisabeth.blogspot.com), diakses tanggal 13 November 2014.

Http://m.riaupos.co/54700-berita-.html, diakses tanggal 10 Oktober 2014.

Ismawanto, Ekonomi Mikro dan Makro, (http://ssbelajar.blogspot.com), diakses tanggal 16 November 2014.

Octha, Pengaruh Teknologi Informasi dalam Perbankan,

(http://octhapoetra.blogspot.com), diakses tanggal 5 Februari 2015.

Riyanikusuma, Otoritas Jasa Keuangan, (http://riyanikusuma.wordpress.com), diakses tanggal 16 Oktober 2014.


(1)

146

masyarakat agar masyarakat khususnya pengguna produk jasa perbankan dapat lebih memahami hak-hak dan kewajiban-kewajiban nasabah sebagai konsumen dan pihak bank sebagai pelaku usaha. Demikian pula pemerintah harus mensosialisasikan keberadaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan agar masyarakat dapat memahami bahwa otoritas jasa keuangan menyediakan pelayanan pengaduan bagi nasabah yang dirugikan oleh bank dan otoritas jasa keuangan sebagai pengawas dan Pembina bank-bank yang ada di Indonesia dapat segera menyelidiki dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara bank dengan nasabahnya.

2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar lebih meningkatkan mekanisme pelayanan pengaduan nasabah, membentuk lembaga mediasi perbankan, meningkatkan transparansi informasi produk perbankan dan melakukan edukasi produk jasa perbankan kepada masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seharusnya lebih teliti lagi dalam melakukan tugas dan kewenangannya untuk mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan oleh seluruh bank yang beroperasi di Indonesia. Pengawasan yang efektif dan baik, adalah langkah preventif dalam mengurangi kerugian yang dialami oleh nasabah yang disebabkan oleh tindakan bank atau lembaga keuangan lainnya yang melawan hukum selain Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nasabah dapat mengajukan pengaduan kepada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).


(2)

147

3. Pihak bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola sistem elektronik yang digunakan untuk menunjang kegiatan usahanya agar dapat memberikan keamanan bagi nasabah dalam melakukan transaksi perbankan secara elektronik selain itu bank juga harus dengan segera menanggapi semua pengaduan yang diajukan oleh nasabah yang dirugikan oleh pihak bank karena nasabah memiliki hak untuk didengar keluhannya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 4 butir (4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Seharusnya bank sebagai pelaku usaha dalam menawarkan produk jasa perbankan tidak mencantumkan klausula baku yang mengalihkan tanggung jawab bank kepada nasabah karena akan merugikan nasabah sebagai konsumen serta bank harus mencantumkan prosedur-prosedur terkait lamanya pengembalian uang nasabah.


(3)

151

CURRICULUM VITAE

Data Pribadi :

Nama : Lisa Junia

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 03 Oktober 1993

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Kopo Permai 54 CD Nomor 16 Bandung

Kewarganegaraan : Indonesia

Nomor HP : 087822540640

Email : Lisa.junia@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Ignatius Slamet Riyadi, Lulus Tahun 2005 2. SMP Santa Maria, Lulus Tahun 2008

3. SMAK Rehoboth, Lulus Tahun 2011

4. Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha 2011-2015

Bandung, 25 Mei 2015

(Lisa Junia) NPM 1187015


(4)

148

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Abdul Kadir dan Terra Ch. Triwahyuni, Pengenalan Teknologi Informasi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003.

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Edmon Makarim, Tanggung Jawab Hukum Penyelenggara Sistem Elektronik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2005. Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2010.

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. --- Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2003.

--- Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.

Marulak Pardede, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1998.

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

--- Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006. --- Asas-Asas Hukum Perbankan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2008.

Muhammad Syaifuddin, Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, 2012.

Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1996.


(5)

149

--- Hukum Perbankan Modern, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003. O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank, Ghalia

Indonesia, Bogor, 2004.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Surabaya, 2005.

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, 2006.

Ronny Sautma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap Produk Tabungan dan Deposito, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.

Ruddy Tri Santoso, Mengenal Dunia Perbankan, Penerbit: Andi Offset, Yogyakarta, 1998.

Salim, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.

Soejono dan H. Abdurahman, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.

Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta, 2005.

Sugono Bambang, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Pustaka, Jakarta, 2011.

Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.


(6)

150

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum.

Surat Keputusan Direksi bank Indonesia No.27/164/KEP/DIR/1995 tentang Penggunaan Teknologi Sistem Informasi Oleh Bank.

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/175/KEP/DIR/1998 tentang Penyempurnaan Teknologi Sistem Informasi bank Dalam Menghadapi Tahun 2000.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/30/DPNP Tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Pada Bank Umum.

Majalah Hukum :

Bambang Setjioprodjo, Permasalahan Hukum Dalam Transfer Dana Elektronik, Majalah Hukum Nasional Nomor 2 Tahun 2000.

Rujukan Elektronik :

Alimelisabeth, Pengertian ATM, (http://alimelisabeth.blogspot.com), diakses tanggal 13 November 2014.

Http://m.riaupos.co/54700-berita-.html, diakses tanggal 10 Oktober 2014.

Ismawanto, Ekonomi Mikro dan Makro, (http://ssbelajar.blogspot.com), diakses tanggal 16 November 2014.

Octha, Pengaruh Teknologi Informasi dalam Perbankan, (http://octhapoetra.blogspot.com), diakses tanggal 5 Februari 2015.

Riyanikusuma, Otoritas Jasa Keuangan, (http://riyanikusuma.wordpress.com), diakses tanggal 16 Oktober 2014.


Dokumen yang terkait

Pengangkatan Dewan Komisaris dan Direksi Bank menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan

0 38 105

Akuisisi Pada Perusahaaan Perbankan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroaan Terbatas Dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Juncto Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

1 50 150

Perlindungan Hukum Atas Data Pribadi Nasabah dalam Penyelenggaraan Layanan Internet Banking Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

0 3 11

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Perjanjian Kepemilikan Rumah Antara Bank Dengan Pihak Ketiga Di Hubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

0 11 97

TESIS PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 13

PENDAHULUAN PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 3 19

TINJAUAN PUSTAKA PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 4 43

PENUTUP PROSPEK PEMBENTUKAN BANK INDUSTRI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN.

0 2 5

Perlindungan Hukum dan Tanggung Jawab Pegawai Bank terhadap Data Nasabah Dikaitkan Prinsip Kerahasiaan Bank Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

0 1 45

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PERBANKAN DAN TINJAUAN ASAS KEADILAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN.

0 0 1