TATA CARA PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DARI SEKTOR KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BADUNG UTARA.

(1)

i

TATA CARA PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DARI SEKTOR KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI PADA

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BADUNG UTARA

Oleh :

I MADE SUCIPTA NIM : 1306043021

Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar


(2)

ii

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta diuji pada tanggal ………

Tim Penguji : Tanda tangan

1. Ketua : Dr. I Gede Ary Wirajaya, SE., M.Si. ………

2. Sekretaris : I Made Karya Utama, SE., M.Com., Ak. ………

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

Drs. I Komang Ardana, MM.) Dr. I Gede Ary Wirajaya, SE., M.Si. NIP. 19561012 198403 1 003 NIP. 19780204 200312 1 002


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesikan tugas akhir studi ini dengan Judul “Tata Cara Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Dari Sektor Kegiatan Membangun Sendiri Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam Penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

3. Bapak Drs. I Komang Ardana, MM. Selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Udayana.

4. Bapak Dr. I Gede Ary Wirajaya, SE., M.Si., selaku pembimbing Tugas Akhir Studi yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis pada saat PKL dan dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

5. Bapak I Made Karya Utama, SE., M.Com., Ak. Selaku Pembimbing Akademik yang selalu senantiasa memberikan semangat, dorongan,


(4)

iv

pengarahan dan nasehat kepada penulis saat melaksanakan studi di Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universita Udayana.

6. Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti kuliah pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Seluruh Panitia Tugas Akhir Studi.

8. Bapak Bambang Widodo selaku pimpinan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utama yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis pada saat PKL dan dalam penyusunan Tugas Akhir Studi.

9. Seluruh karyawan dan karyawati di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara yang telah banyak membantu penulis saat melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan.

10. Orang Tua Penulis dan Kakak Kandung Penulis yang selalu memberikan dukungan moral maupun material untuk memotivasi penulis dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini.

11. Teman dan sahabat penulis, Decky Sanjya, Wayan Jyoti Subali, Gery Astrana Putra, Ngakan Putu Bayu Mahayasa, Made Dwi Arsa Wijaya, Made Wira Adi Pratama, Ni Putu Ayu Widiayani, Made Sucipta, Ratta Astawa, Ngurah KT Sidi Adnyana, Tangkas Made Adi Wibowo yang tiada henti memberikan masukan dan semangat kepada penulis.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyumbangkan pikiran, saran dan kritik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Studi.


(5)

v

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penlis. Namun demikian Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, Mei 2016


(6)

vi

Judul : Tata Cara Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Dari Sektor Kegiatan Membangun Sendiri Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara

Nama : I Made Sucipta NIM : 1306043021

ABSTRAK

Kegiatan Membangun Sendiri itu terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 1 dan Pajak Pertambahan Nilai tersebut terutang bagi badan maupun orang pribadi yang melakukan kegiatan membangun sendiri. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan memahami bagaimana tata cara pelaporan pajak pertambahan nilai dari sektor kegiatan membangun sendiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara.

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Semua data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.

Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa potensi perpajakan yang diamanatkan dalam pasal 16 c Undang- Undang PPN sangat besar. Hal ini sejalan dengan kondisi bangsa ini dimana masyarakatnya terus-menerus melakukan pembangunan infrastruktur perumahan dari waktu ke waktu. Peningkatan taraf hidup masyarakat dan kebutuhan perumahan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menjadikan potensi pajak atas kegiatan membangun sendiri sangat strategis.

Kata kunci : Tata Cara Pelaporan, Pajak Pertambahan Nilai, Sektor Kegiatan Membangun Sendiri


(7)

vii DAFTAR ISI

Isi Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Kegunaan Penelitian ... 3

1.4 Sistematika Penelitian ... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 5

2.1.1 Pengertian Pajak ... 5

2.1.2 Fungsi Pajak ... 6

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak ... 6

2.1.4 Pengertian PPN ... 7

2.1.5 Pengertian PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) ... 8

2.1.6 Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) ... 9

2.1.7 Saat dan tempat terutang PPN atas kegiatan membangun sendiri (KMS) ... 9

2.1.8 Perhitungan PPN Atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) ... 10

BAB II METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 11

3.2 Objek Penelitian ... 11

3.3 Identifikasi Variabel ... 11

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 11

3.5 Jenis dan Sumber Data... 12

3.6 Metode Pengumpulan Data... 12

3.7 Teknik Analisis Data ... 13

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umun Daerah penelitian ... 14

4.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung Utara ... 14


(8)

viii

4.1.2 Letak dan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Badung Utara ... 16 4.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Badung Utara ... 18 4.1.4 Keterangan Gambar Struktur Organisasi KPP Pratama

Badung Utara ... 19 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 21

4.2.1 Tata Cara Pelaporan PPN atas Kegiatan Membangun

Sendiri (KMS) ... 21 4.2.2 Contoh Kasus PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri

(KMS) ... 23 4.2.3 Penyetoran Dan Pelaporan PPN atas Kegiatan

Membangun Sendiri (KMS) ... 25 4.2.4 Cara Penyetoran PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri

( KMS) ... 25 4.2.5 Cara Pelaporan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri

(KMS) ... 27 4.2.6 Data pertumbuhan penerimaan Jumlah PPN atas

Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) di KPP pratama

Badung Utara ... 28 BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ... 30 5.2 Saran ... 30 DAFTAR RUJUKAN


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Isi Tabel Halaman

4.1 Penerimaan PPN KMS KPP Pratama Badung Utara Tahun 2011


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Isi Tabel Halaman

4.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Badung Utara ... 17 4.2 Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Badung Utara.... 19


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 1 angka 1 UU No. 28 Tahun 2007). Pajak merupakan ujung tombak pembangunan sebuah negara karena pajak merupakan sumber penerimaan yang menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri.

Mengingat pentingnya pajak sebagai salah satu sumber pendapatan negara, upaya pengoptimalan penerimaan pajak terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dengan cara perluasan objek Pajak Pertambahan Nilai. Salah satu perluasan objek PPN tersebut dilakukan pada kegiatan membangun sendiri.

Dalam rentang tahun 1983 sampai dengan 1994, kegiatan pembangunan gedung kantor/pabrik yang dilakukan oleh Wajib Pajak bisa terjadi dua kemungkinan, yaitu: (1) dikenakan PPN 10% dan PPh pasal 23 apabila dikerjakan melalui jasa kontraktor dan (2) tidak dikenakan PPN dan PPh apabila WP melakukan pembangunan gedung atau kantor tidak menggunakan Jasa Kontraktor atau dengan kata lain dibangun sendiri. Dalam revisi pertama Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 yaitu Undang-Undang-Undang-Undang nomor 11 Tahun 1994 yang berlaku pengenaan PPN atas kegiatan membangun sendiri. Hal tersebut dilakukan


(12)

2

sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penghindaran pengenaan PPN sehingga negara memperoleh tambahan penerimaan dari sektor kegiatan membangun sendiri

Kegiatan Membangun Sendiri itu terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 1 dan Pajak Pertambahan Nilai tersebut terutang bagi badan maupun orang pribadi yang melakukan kegiatan membangun sendiri dan selama pembangunan tersebut dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya akan digunakan sendiri oleh wajib pajak tersebut.

Berdasarkan uraian singkat diatas, penting untuk dilakukan penelitian terhadap Tata Cara Pelaporan Pajak Pertambahan nilai dari sektor Kegiatan Membangun Sendiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara melalui Laporan Tugas Akhir Studi yang berjudul “Tata Cara Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Dari Sektor Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara”.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami dan mengutarakan bagaimana tata cara pelaporan pajak pertambahan nilai dari sektor kegiatan membangun sendiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara.


(13)

3 1.3 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan atau khasanah khususnya bagi masyarakat ataupun wajib pajak tentang Tata Cara Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dari Sektor Kegiatan Membangun Sendiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Badung Utara. 2) Kegunaan Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi wajib pajak untuk Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dari sektor Kegiatan Membangun Kendiri di Kantor pelayanan Pajak Pratama Badung Utara.

1.4 Sistematika Penelitian

Untuk memberikan gambaran lebih lanjut terutama dalam hal Tata Cara Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Dari Sektor Kegiatan Membangun Sendiri. Penulis menyusun laporan tugas akhir studi ini menjadi 5 bab, dimana antara bab yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan tidak terpisahkan.

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat penulisan Laporan dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Kajian Puatka

Bab ini menyajikan landasan teori dalam hal penulisan Tugas Akhir Studi, yaitu poengertian pajak, fungsi pajak, system pemungutan pajak,pengertian Pajak Pertambahan Nilai, pengertian


(14)

4

Kegiatan Membangun Sendiri (KMS), Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri dan Tata Cara Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan Lokasi Penelitian, Objek Peneletian, Identifikasi Variabel, Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data serta Teknik Analisi Data.

Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan mengenai gambaran umum daerah penelitian dan pembahasan hasil penelitian mengenai Tata Cara Pelaporan Pajak Pertambahan Nliali (PPN) atas Kegiatan Membangun Sendiri Bab V : Penutup

Bab ini merupakan bab penutup yang mengemukakan tentang simpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya


(15)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum

Pengertian pajak menurut (P.J.A. Adriani; 2011) Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapata prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara menyelenggarakan pemerintahan.

Kesimpulan Pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 1 angka 1 UU No. 28 Tahun 2007). Pajak merupakan ujung tombak pembangunan sebuah negara karena pajak merupakan sumber penerimaan yang menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri.


(16)

6 2.1.2 Fungsi Pajak

Fungsi pajak menurut (Mardiasmo; 2011) dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1)

Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintahan untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi mengatur (regulered)

Pajak sebagai alat untuk mengatur melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

Contoh:

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadapa barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut (Mardiasmo; 2011) di Indonesia dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Official Assessent System

Adalah suatu sistem pemungutan yang member wewenang kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

Ciri-cirinya:


(17)

7 b. Wajib pajak bersifat pasif

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus

2) Self Assissment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi 3) With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan Fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2.1.4 Pengertian PPN

Pengertian PPN menurut (Mardiasmo; 2011) PPN adalah pajak yang dikenakan pada transaksi yang terjadi atas penyerahan barang dan jasa yang dikenakan pajak di Indonesia. Nilai PPN ditambahkan pada harga pokok barang dan jasa yang diperjualbelikan. Menurut peraturan pemerintah tariff umum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah 10% atas barang atau jasa.


(18)

8

Pengertian PPN menurut (Untung Sukardji; 2011) PPN sebagai pajak objektif dapat diartikan sebagai kewajiban membayar pajak oleh konsumen yang terdiri atas orang pribadi atau badan, dan tidak dikorelasi dengan tingkat penghasilan tertentu.Siapapun yang mengonsumsi barang atau jasa yang termasuk objek PPN. Akan diperlakukan sama dan wajib membyar PPN atas konsumsi barang atau jasa.

2.1.5 Pengertian PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)

Kegiatan Membangun Sendiri itu terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 1 dan Pajak Pertambahan Nilai tersebut terutang bagi badan maupun orang pribadi yang melakukan kegiatan membangun sendiri.

Definisi Kegiatan Membangun Sendiri yang dikutip dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 adalah “Kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan, yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain”.

Kemudian dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 4 dijelaskan mengenai bangunan yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 yaitu bangunan tersebut berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;


(19)

9

b. Diperuntukan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan c. Luas keseluruhan paling sedikit 200m2 (dua ratus meter persegi).

Jadi kegiatan membangun sendiri akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) apabila memenuhi definisi dan kriteria sebagaimana yang dijelaskan diatas.

2.1.6 Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 3 ayat 1 dan 2, diatur bahwa:

1. Kegiatan membangun sendiri akan dikenakan PPN dengan tarif sebesar 10 % (sepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.

2. Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 20% (dua puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

2.1.7 Saat dan tempat terutang PPN atas kegiatan membangun sendiri (KMS)

Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri dimulai pada saat dibangunnya bangunan sampai dengan bangunan selesai. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.

Tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.


(20)

10

2.1.8 Perhitungan PPN Atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)

Jadi dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 3 yang disebutkan diatas, perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas kegiatan membangun sendiri adalah sebagai berikut:

PPN = Tarif x DPP

PPN = 10% x (20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk membangun bangunan)


(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum

Pengertian pajak menurut (P.J.A. Adriani; 2011) Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapata prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas negara menyelenggarakan pemerintahan.

Kesimpulan Pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 1 angka 1 UU No. 28 Tahun 2007). Pajak merupakan ujung tombak pembangunan sebuah negara karena pajak merupakan sumber penerimaan yang menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri.


(2)

2.1.2 Fungsi Pajak

Fungsi pajak menurut (Mardiasmo; 2011) dapat dibagi menjadi 3, yaitu: 1)

Fungsi

Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintahan untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi mengatur (regulered)

Pajak sebagai alat untuk mengatur melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

Contoh:

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras

b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadapa barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak menurut (Mardiasmo; 2011) di Indonesia dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1) Official Assessent System

Adalah suatu sistem pemungutan yang member wewenang kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.


(3)

b. Wajib pajak bersifat pasif

c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus

2) Self Assissment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.

b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi

3) With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan Fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2.1.4 Pengertian PPN

Pengertian PPN menurut (Mardiasmo; 2011) PPN adalah pajak yang dikenakan pada transaksi yang terjadi atas penyerahan barang dan jasa yang dikenakan pajak di Indonesia. Nilai PPN ditambahkan pada harga pokok barang dan jasa yang diperjualbelikan. Menurut peraturan pemerintah tariff umum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah 10% atas barang atau jasa.


(4)

Pengertian PPN menurut (Untung Sukardji; 2011) PPN sebagai pajak objektif dapat diartikan sebagai kewajiban membayar pajak oleh konsumen yang terdiri atas orang pribadi atau badan, dan tidak dikorelasi dengan tingkat penghasilan tertentu.Siapapun yang mengonsumsi barang atau jasa yang termasuk objek PPN. Akan diperlakukan sama dan wajib membyar PPN atas konsumsi barang atau jasa.

2.1.5 Pengertian PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)

Kegiatan Membangun Sendiri itu terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN), hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 1 dan Pajak Pertambahan Nilai tersebut terutang bagi badan maupun orang pribadi yang melakukan kegiatan membangun sendiri.

Definisi Kegiatan Membangun Sendiri yang dikutip dari Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 adalah “Kegiatan

membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan, yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan

pihak lain”.

Kemudian dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 4 dijelaskan mengenai bangunan yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 yaitu bangunan tersebut berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;


(5)

b. Diperuntukan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan c. Luas keseluruhan paling sedikit 200m2 (dua ratus meter persegi).

Jadi kegiatan membangun sendiri akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) apabila memenuhi definisi dan kriteria sebagaimana yang dijelaskan diatas.

2.1.6 Tarif Dan Dasar Pengenaan Pajak PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 3 ayat 1 dan 2, diatur bahwa:

1. Kegiatan membangun sendiri akan dikenakan PPN dengan tarif sebesar 10 % (sepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.

2. Dasar Pengenaan Pajak atas kegiatan membangun sendiri adalah 20% (dua puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

2.1.7 Saat dan tempat terutang PPN atas kegiatan membangun sendiri (KMS)

Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri dimulai pada saat dibangunnya bangunan sampai dengan bangunan selesai. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antara tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.

Tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.


(6)

2.1.8 Perhitungan PPN Atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)

Jadi dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 3 yang disebutkan diatas, perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas kegiatan membangun sendiri adalah sebagai berikut:

PPN = Tarif x DPP

PPN = 10% x (20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk membangun bangunan)