Pengawasn Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan(PPh) Orang Pribadi pda kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG
PENGAWASAN PELAKSANAAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH O
L E H
NAMA : AGI FERNAN JUNANTA BANGUN NIM : 112600022
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan kasih karunia yang begitu melimpah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program studi D-III Administrasi Perpajakan, pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini berjudul : ”PENGAWASAN
PELAKSANAAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH”.
Dalam penulisan laporan ini penulis banyak menerima bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
(3)
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Program Studi D-III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Arlina, S.H, M.Hum. Selaku Sekretaris Program Diploma III
Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Arlina S.H, M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberi saran dan masukan pada penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Agustinus Tarigan. Selaku Supervisor lapangan saya yang telah
banyak memberi saran dan masukkan pada penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh staff pegawai Program Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh staff pengajar yang terlibat dalam proses perkuliahan Program
Diploma III Administrasi Perpajakan stambuk 2011 FISIP USU.
8. Teristimewa yang paling utama buat kedua Orangtua ku tercinta, Bapak
Simon Bangun dan Ibu Pimasion Ginting yang selalu mendukung penulis dalam membuat laporan ini, memberikan kasih sayang, perhatian, nasehat, doa yang luar biasa, dukungan baik berupa moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Juga buat saudaraku tersayang, Abangku Fery Anugerah Agustinus Bangun, ST, dan Christian
(4)
Hari Gusti Bangun, A.md yang selalu memberi dukungan, semangat kepada penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
9. Teman- temanku semua, seluruh Administrasi Perpajakan stambuk 2011
terkhususnya anak- anak Tax A 2011, anggota kepengurusan Improsaja periode 2013-2014, Kepanitiaan Dies Natalis Improsaja ke- 18, makasih buat semua kebersamaan kita selama 3 tahun ini, suka dan duka kita jalanin bersama dan takkan pernah bisa kulupakan. Juga buat adik- adikku seluruh Administrasi Perpajakan stambuk 2021 dan 2013, kalian luar biasa.
10.Teman-teman seperjuanganku Angga Prianta, T denny Rifky, Sri Hariyati, TM Shakir Bey, Syafrizal Harahap, zulfadli, bryan agitha sembiring, bachron ridho, bachrein ridho, Alvi Kurnia, Iqrar Arristiawan, Titok Wicaksono, Tri Adji, Edy Syahputra, Angelina Sinambela, Mayarina Limbong, Rivai Arvan RZ. Terima kasih juga buat adek-adek kelasku yaitu agus Feisal halim, Anggi, Dela Dahaka, Ziah, dan Smayana dan masih banyak teman-temanku yang ada dalam kehidupanku yang tidak bisa disebutin satu persatu. Intinya terimakasih semua buat kebersamaan selama ini, baik susah maupun senang, saling ngelece, ngelawak, makan- makan, minum-minum, jalan-jalan bersama. Juga tidak lupa buat Bang Windra Baren Dasdo Pinindo Saragih, A.md , Berman Sinurat a.k.a bermain. Terimakasih atas doa dan dukungan kalian. Kitanya itu. Kalau gak kita adek tu. Haha..
(5)
11.Tax Centre FISIP USU yang selama ini telah jadi sekret kami selama kepanitian Dies Natalis Improsaja ke- 18 dan mengerjakan tugas akhir, buat Bang Firman Logos Tarigan, A. Md yang gak pernah pelit dan kak Singgih S. Sos yang hanya selalu tersenyum yang tidak pernah marah padahal sering kami buat repot dan kerusuhan di Tax Centre.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya.. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan laporan tugas akhir ini. Namun demikian penulis telah berusaha dengan keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan penulis miliki.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang ikut serta dalam membantu penulis dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini. Semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Medan, Juli 2014
Penulis
(6)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR… ... i
DAFTAR ISI ... .v
DAFTAR TABEL BAGAN……. ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang PKLM ... 1
B. Tujuan Dan Manfaat PKLM ... 3
1. Tujuan PKLM ... 3
2. Manfaat PKLM ... 4
C. Uraian Teoritis ... 5
1. Pengertian Pajak ... 5
2. Fungsi Pajak ... 7
3. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 7
4. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 8
5. Sanksi Administrasi Denda Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)…... 8
6. pengertian Pengawasan ... 9
D. Ruang Lingkup PKLM ... 9
E. Metode PKLM ... 10
(7)
2. Studi Literatur ... 10
3. Observasi Lapangan ... 10
4. Pengumpulan Data ... 11
5. Analisis Data dan Evaluasi ... 11
F. Metode Penelitian ... 11
1. Metode Wawancara (Interview) ... 11
2. Metode Dokumentasi ... 12
3. Metode Pengamatan (Observasi) ... 12
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 12
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PKLM ... 14
A... S ejarah singkat kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah ... 14
B. ... V isi dan Misi KPP Pratama Medan Petisah ... 18
1. ... V isi KPP Pratama Medan Petisah. ... 18
2. ... M isi KPP Pratama Medan Petisah… ... 18
C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah ... 19
D... S truktur Organisasi dan Tugas KPP Pratama Medan Petisah ... 20
(8)
E. ... U raian Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah ... 23 1... K
epala Kantor.. ... 23 2. ... S ub. Bagian Umum ... 24 3. ... S
eksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) ... 24 4. ... S
eksi Pelayanan ... 25 5. ... S
eksi Penagihan ... 26 6. ... S
eksi Pemeriksaan ... 26 7. ... S
eksi Ekstensifikasi Perpajakan ... 26 8. ... S
eksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) ... 27 F. ... G
ambaran Pegawai KPP Pratama Medan Petisah. ... 27 BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 29
(9)
A. ... K ajian Teoritis ... 29 1. ... P
engertian Pajak ... 29 2. ... F
ungsi Pajak dan Jenis Pajak ... 30 3. ... S
istem Pemungutan Pajak ... 32 4. ... P
engertian Wajib Pajak, Subjek Pajak, Objek Pajak dan Bukan
Objek Pajak ... 33 5. ... S
urat Pemberitahuan (SPT) ... 38 B. ... M ekanisme Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 41 C. ... D
ata Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ... 42 BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 44 A. ... P
engawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang
(10)
B. ... A nalisis Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Medan Timur ... 47 C. ... P
ersentase Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP
Pratama Medan Petisah….. ... 49 D. ... H
ambatan Dan Upaya Mengatasi Hambatan Rendahnya Jumlah Wajib Pajak yang Melaporkan Pajak Penghasilan Oragn Pribadi Pada KPP Pratama Medan Petisah ... 50 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53 A. ... K esimpulan ... 53 B. ... S
aran ... 54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel II.1 Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang bernaung di Lingkungan Direktorat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Sumatera Utara I ... 15 Bagan II.2 Sruktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah .. 22
Tabel III.1 Data Wajib Pajak Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di KPP
Pratama Medan Petisah ... 42
Tabel III.2 Data Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah ... 43
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus ditingkatkan seoptimal mungkin khususnya melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, untuk menjaga agar pendanaan negara tetap terkendali. Salah satu sumber penerimaan dalam negeri yang dominan adalah dari penerimaan pajak.
Menurut dasar hukum undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tata cara pemungutan pajak juga telah diatur oleh pemerintah dengan tidak memberatkan rakyat yang nantinya disebut sebagai subjek dan objek pajak. Namun demikian, tidak semua rakyat dijadikan sebagai wajib pajak. Dalam artian hanya orang pribadi atau badan usaha yang mempunyai penghasilan tertentu yang dapat dijadikan sebagai wajib pajak.
Untuk penerimaan dalam negeri dibagi dalam dua golongan, yaitu : penerimaan dari minyak dan gas bumi dan pungutan berupa pajak. Sebagaimana kita
(13)
ketahui bahwa penerimaan dari minyak dan gas bumi tidak dapat diharapkan lagi hasilnya karena persediaan minyak dan gas bumi negara kita dari hari ke hari semakin menipis sehingga perlu dicari sumber- sumber lain untuk mengisi keuangan negara. Pemerintah telah membuat program untuk meningkatkan penerimaan dari sektor nonmigas yang kebanyakan diperoleh dari pungutan- pungutan berupa pajak.
Diantara sekian banyak pajak yang dipungut oleh pemerintah, salah satunya adalah Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan ini pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah pusat khususnya Direktorat Jenderal Pajak. Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.
Menurut dasar hukum undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan bahwa penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang di terima atau di peroleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat di pakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Pajak Penghasilan merupakan sumber penerimaan negara yang pemungutannya berasaskan keadilan dengan arti bahwa adanya kesamaan dan pemerataan beban pajak yang harus dibayar oleh masyarakat yang telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak.
Sebagai konsekuensi adanya kewajiban masyarakat untuk membayar pajak adalah banyaknya wajib pajak yang tidak mematuhi kewajibannya, karena masih ada wajib pajak yang tidak membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi sampai tanggal
(14)
jatuh tempo pembayaran. Adanya keterlambatan tersebut mengakibatkan timbulnya sanksi- sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak oleh aparat perpajakan yaitu fiskus. Untuk menghindari hal- hal yang demikian, wajib pajak harus mengetahui mekanisme pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi sehingga dapat dipastikan wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai peraturan- peraturan yang berlaku agar terlaksana dengan tertib dan terkendali.
Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis ingin mengetahui seberapa jauh peranan dan tingkat kesadaran masyarakat dalam pembayaran pajak tersebut, sehingga dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis ingin mengetahui dan menyampaikan serta melaporkan situasi yang ada pada instansi pemerintah yang bersangkutan khususnya pada Kantor Pelayanan
Pratama Medan Timur dengan judul sebagai berikut “Pengawasan Pelaksanaan
Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya memiliki tujuan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :
1.1 Memperdalam pengetahuan mengenai pengawasan pelaksanaan
(15)
1.2 Untuk mengetahui gambaran data pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak Pajak Penghasilan Orang Pribadi, dan
1.3 Untuk mengetahui hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam
pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi. 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dan disini juga disebutkan manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mempelajari perilaku- perilaku dan keahlian baru,
b. Mempelajari pembentukan tim dan kerjasama,
c. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan,
d. Meningkatkan kemampuan berhubungan satu dengan yang lainnya,
e. Mendorong untuk belajar mempertinggi prestasi f. Merangsang aktifitas dan efisiensi.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
a. Memberikan hubungan baik dengan Program Studi Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU),
b. Memperoleh ide- ide baru,
c. Mempromosikan image yang baik kepada masyarakat khususnya
(16)
d. Meningkatkan pemikiran- pemikiran baru,
e. Mendapatkan masukan dan saran untuk munculnya wajib pajak yang
tidak patuh/ kurang patuh, dan
f. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara,
khususnya mahasiswa yang sedang mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Mendapatkan masukan dan saran untuk munculnya wajib pajak yang
tidak patuh/ kurang patuh,
b. Membuka interaksi antara dosen dengan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Petisah,
c. Menjalin kerjasama yang baik antara pihak kantor pelayanan pajak
dengan perguruan tinggi khususnya program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU,
d. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan. C. Uraian Teoritis
Adapun uraian teoritis yang dapat disajikan penulis ialah sebagai berikut : 1. Pengertian Pajak
Menurut P. J. A. Adriani (yang dikemukakan oleh Atep Adya Barata dan Zul Afdi Ardian dalam bukunya “Perpajakan Jilid I”, pajak adalah iuran
(17)
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan- peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Mardiasmo, 2003 : 92).
Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S. H. dalam bukunya “Dasar- dasar hukum pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso Brotodihardjo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah yang diharuskan berdasarkan undang- undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum (Sihaloho, 2001 : 51).
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong Rotong”, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964 pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma- norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang- barang dan jasa- jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum (Mardiasmo, 2003 : 5).
Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Pajak Edisi Revisi” menyatakan bahwa pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang
(18)
ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan (Markus, 2005 : 80).
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak ada 2 (dua), yaitu fungsi budgetair dan fungsi reguleren. Fungsi budgetair ialah memasukkan uang sebanyak- banyaknya ke kas negara dan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum maupun pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah pajak sebagai alat pengatur kehidupan ekonomi dengan jalan mempengaruhi produksi konsumsi, perdagangan, dan perkembangan harga.
3. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Pasal 1 angka 11 Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, pengertian Surat Pemberitahuan (disingkat SPT) adalah Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak,
(19)
objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
4. Batas Waktu Penyampaian Surat Pemeritahuan (SPT)
Menurut Pasal 3 ayat (3) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, batasan waktu penyampaian SPT adalah :
a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak,
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak,
c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
5. Sanksi Administrasi Denda Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)
Menurut Pasal 7 ayat (1) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, sanksi administrasi tidak menyampaikan SPT adalah :
a. Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
b. Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(20)
c. Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Badan dan Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi. 6. Pengertian Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang mengawasi pelaksanaan pencapaian tujuan. Pengawasan bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan terhadap rencana-rencana, instruksi-instruksi, saran-saran, dan sebagainya yang telah di tetapkan. Jadi dengan adanya pengawasan yang baik maka tujuan yang di harapkan akan tercapai secara efektif dan efisien (Handayaningrat, 1980 : 143).
Jadi, pengawasan juga mengandung arti tindakan-tindakan yang di lakukan untuk mengetahui atau menguji kepatuhan wajib pajak melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling mendasar dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :
1.Prosedur pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
(21)
2.Untuk mengetahui gambaran data pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak Pajak Penghasilan Orang Pribadi, dan
3.Faktor- faktor yang menghambat pelaksanaan dan upaya mengatasi hambatan
dalam pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun sumber- sumber data yang diperlukan penulis untuk mendukung pembuatan laporan ini adalah :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pembuatan dan pencarian bahan proposal, perbaikan proposal, penentuan dosen pembimbing sehingga ada konsultasi dengan pihak dosen, dan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
2. Studi Literatur
Penulis mencari berbagai sumber- sumber seperti buku- buku, majalah, undang- undang, maupun literatur yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
3. Observasi Lapangan
Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan mengenai objek studi yaitu mengenai pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
(22)
Penulis mengumpulkan data- data yang diperlukan untuk penyusunan laporan akhir berkaitan dengan target melalui :
a. Data Primer : - Wawancara
- Pengamatan
b. Data Sekunder : - Studi Kepustakaan - Dokumentasi 5. Analisis Data dan Evaluasi
Penulis menganalisis data yang diperoleh agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis menggunakan analisa yang bersifat kualitatif yakni teknik analisa data yang bersifat pada pemikiran, pengetahuan, dan penjelasan dengan kata- kata yang sistematis atau teori yang ada, sehingga permasalahan dapat terungkap secara objektif dan analisa yang bersifat kuantitatif.
F. Metode Penelitian
Penulis menggunakan tiga metode penelitian, yaitu : metode interview, metode dokumentasi dan metode pengamatan.
1. Metode Wawancara (Interview)
Yaitu melakukan interview langsung kepada kepala seksi dan
karyawan seksi pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang dianggap mampu memberikan masukan.
(23)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang berhubungan dengan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
3. Metode Pengamatan (Observasi)
Yaitu melakukan pengamatan langsung kepada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam melengkapi penulisan laporan ini.
G. Sistematika Penulisan Laporan
Setiap laporan yang baik harus memiliki sistematika yang teratur dan baik sehingga mudah dimengerti dan setiap orang yang membaca dapat memahami isi daripada laporan tersebut secara tahap demi tahap, mulai dari awal hingga akhir dari laporan ini. Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dibagi atas beberapa bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Perincian mengenai isi bab demi bab dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), analisis data dan evaluasi, serta sistematika penulisan laporan.
(24)
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/ LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan fenomena yang terjadi di masyarakat, keadaan dan permasalahan, ruang lingkup kegiatan, dan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang datanya diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.
BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pada bab ini penulis menguraikan secara sistematis tentang setiap bidang kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama masa Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang data- data yang sudah dikumpulkan melalui proses analisis dan evaluasi selama masa penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran- saran penulis sehubungan dengan uraian- uraian pada bab- bab sebelumnya.
(25)
BAB II
GAMBARAN UMUM/OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perpajakan (DJP), maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 191/KMK.01/2008 yang merupakan gabungan dari kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, yang akan melayani Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan lembaga yang memutuskan keberatan.
(26)
Adapun ruang lingkup wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah meliputi :
1. Kecamatan Medan Petisah
2. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kecamatan Medan Sunggal
Semenjak reorganisasi, wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah meliputi antara lain :
1. Kelurahan Petisah Tengah 2. Kelurahan Sei Putih Tengah 3. Kelurahan Sei Putih Timur 4. Keluraha Sei Putih Barat 5. Kelurahan Sekip
6. Kelurahan Cinta Damai
7. Kelurahan Simpang Tanjung
8. Kelurahan Sei Sikambing
9. Kelurahan Tanjung Rejo
10. Kelurahan Tanjung Gusta 11. Kelurahan Helvetia Tengah 12. Kelurahan Helvetia Timur
(27)
14. Kelurahan Lalang 15. Kelurahan Sunggal
16. Kelurahan Dwikora
KPP Pratama adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah naungan dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah. KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan dan pelayanan pajak dibidang Pajak Penghasilan (Pph), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Bumi da Bangunan yang saat ini hanya menangani sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Perikanan (P3) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah 01 Januari 2014 sebagai berikut :
Tabel 2.2
Jumlah Wajib Pajak Di KPP Pratama Medan Petisah Per 01 Januari 2014
Jenis WP Jumlah
Orang Pribadi 80.212 Orang
Badan 10.608 Orang
Bendaharawan 606 Orang
Jumlah 91.426Orang
(28)
B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Petisah
Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP, tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan penerapan praktek-praktek good governance pada institusi pemerintah secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Adapun Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Visi KPP Pratama Medan Petisah
Menjadi institusi pemerintahan yang menyelenggarakan sistem admisitrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profisionalisme yang tinggi.
2. Misi KPP Pratama Medan Petisah
a. Misi Fiskal : Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang
tinggi.
b. Misi Ekonomi : Mendukung kebijaksanaan pemerintahan dalam mengatasi
permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan dengan
meminimalkan distorsi.
(29)
d. Misi Kelembagaan : Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknologi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
C. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Petisah
Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Petisah menyelenggarakan fungsi:
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pembritahuan, serta penerimaan surat lainnnya.
4. Penyuluhan perpajakan.
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak. 6. Pelaksanaan ekstensifikasi.
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.
10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan. 11. Pelaksanaan intensifikai.
(30)
12. Pembetulan ketetapan pajak.
13. Pengurangan pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/ atau Bangunan 14. Pelaksanaan administrasi Kantor
D. Struktur Organisasi dan Tugas KPP Pratama Medan Petisah
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah di pimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari 11 (sebelas) seksi yang masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak pratama Medan Petisah dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Sub Bagian Umum
(31)
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11. Kelompok Jabatan Fungsional
Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi pada kantor pelayanan Pajak Pratama dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
(32)
E. Uraian Tugas dan Fungsi KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Medan Petisah
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang terletak di Jl. Asrama No. 7 A Medan. Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai berikut:
1. Kepala KPP (Kepala Kantor)
Kepala kantor mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan penyusunan
rencana strategi kantor wilayah
b. Menkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak
berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi, keuangan, dan realsisasi penerimaan tahun lalu.
c. Mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman (MOU) sesuai
arahan kepala kantor wilayah.
d. Mengkoordinasi rencana pencarian data strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
e. Mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan.
(33)
f. Mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil penghitungan ketetapan pajak.
g. Mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan.
h. Mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan Pph,
pembayaran masa PPN/PPnBM dan PBB sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Perikanan (P3) untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengndalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.
2. Sub Bagian Umum
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan urusan tata usaha
b. Melakukan uruasan kepegawaian
c. Melakukan urusan keuangan
d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian
(34)
b. Perekaman dokumen perpajakan
c. Merekam SSP lembar 3
d. Merekam SPT Masa PPN 1107,1107A dan 1107B
e. Merekam PPh Pasal 21
f. Merekam PPh Pasal 23/26 g. Merekam PPh Final Pasal 4 ayat
h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan
i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan
j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing
l. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, m. Penyiapan laporan kinerja. 4. Seksi Pelayanan
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan
c. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib
Pajak dan surat-surat lainnya
d. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak
(35)
e. Melakukan Penyuluhan Perpajakan
f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan
pencabutan identitas Wajib Pajak
g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak
h. Melakukan Kerjasama Perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Tugas dan fungsi: .
a.Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak
b.Penundaan dan angsuran tunggakan pajak
c.Penagihan aktif
d.Memberikan usulan penghapusan piutang pajak
e.Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan
6.Seksi Pemeriksaan
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
b.Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta
administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. 7. Seksi Ekstensifikasi
(36)
a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan
b. Pendataan objek dan subjek pajak.
c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam.
menunjang ekstensifikasi. 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Tugas dan fungsi:
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
b. Membimbing/menghimbau kepada wajib pajak dan konsultasi teknis
perpajakan
c. Melakukan penyusunan profil wajib pajak
d. Menganalisis kinerja wajib pajak
e. Memberikan konsultasi kepada wajib pajak tentang ketenuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
f. Memberikan usulan pembentukan ketetapan pajak, pengurangan pajak bumi
dan bangunan serta bea perolehan hak atas tanah dan / atau bangunan
g. Melakukan evaluasi hasil banding
h. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi
F. Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Petisah
Telah dijelaskan diatas bahwa wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Sunggal, dan Kecamatan Medan Helvetia. Berdasarkan data hingga Januari 2014, Jumlah Pegawai
(37)
KPP Medan Petisah adalah sebanyak 81 Orang, dengan perincian sebagai berikut : 1. Berdasarkan Pendidikan:
a. Master (S2) 5 Orang. b. Sarjana 27 Orang.
c. D-IV 1 Orang.
d. D-III/Sarjana Muda 18 Orang.
e. D-1 19 Orang.
f. SLTA 9 Orang.
g. SLTP 2 Orang.
2. Berdasarkan Pangkat :
a. Golongan IV 2 Orang.
b. Golongan III 45 Orang.
c. Golongan II 35 Orang.
3. Berdasarkan Esselon : a. Eselon III 1 Orang.
b. Eselon IV 9 Orang.
c. Fungsional 12 Orang.
d. Account Representative (AR) 20 Orang. e. Pelaksana 40 Orang.
(38)
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Kajian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Menurut P. J. A. Andriani (yang dikemukakan oleh Atep Adya Barata dan Zul Afdi Ardian dalam Bukunya “Perpajakan Jilid I”, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan- peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Mardiasmo, 2003 : 92).
Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S. H. dalam bukunya “Dasar- dasar hukum pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso Brotodihardjo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah yang diharuskan berdasarkan undang- undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum. (Sihaloho, 2001 : 51)
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong Rotong”, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964 pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha
(39)
berdasarkan norma- norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang- barang dan jasa- jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Mardiasmo, 2003 : 5)
Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Pajak Edisi Revisi” menyatakan bahwa pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. (Markus, 2005 : 80)
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak dan Jenis Pajak
Fungsi pajak ada 2 (dua), yaitu fungsi budgetair dan fungsi reguleren. Fungsi budgetair ialah memasukkan uang sebanyak- banyaknya ke kas negara dan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum maupun pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah pajak sebagai alat pengatur kehidupan ekonomi dengan jalan mempengaruhi produksi konsumsi, perdagangan, dan perkembangan harga.
(40)
Jenis pajak ditinjau dari berbagai segi antara lain : 2.1 Menurut Sifatnya
Menurut sifatnya, pajak dibagi atas dua bagian yaitu :
a. Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan keadaan pribadi
(status) wajib pajak dalam hal menentukan besarnya pajak terutang. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Objektif adalah pajak yang pemungutannya berdasarkan
objeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2.2 Menurut Golongannya
Menurut golongannya, pajak dibagi atas dua bagian yaitu :
a. Pajak Langsung adalah pajak yang dipungut secara periodik menurut
daftar piutang pajak yang pembebanannya langsung kepada wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain/ pihak lain. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pengenaannya/
pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2.3 Menurut Lembaga Pemungutannya
(41)
a. Pajak Negara atau Pajak Pusat adalah pajak yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Departemen Keuangan yang digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya. Contohnya : PPh, PPN, PPnBM, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan hasil pungutannya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contohnya : Pajak restoran, pajak hotel dan lain- lain.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Beberapa sistem pemungutan pajak yang masih berlaku sampai sekarang ada tiga sistem pemungutan yaitu :
3.1 Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
3.2 Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
(42)
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
4. Pengertian Wajib Pajak, Subjek Pajak, Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak
4.1Subjek Pajak
Menurut pasal 2 ayat (1) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah :
a. 1) Orang Pribadi dan
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
b. Badan c. Bentuk usaha tetap 4.2Wajib Pajak
Menurut Undang- undang No. 28 Tahun 2007, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
(43)
4.3Objek Pajak
Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1), yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak.
4.4Bukan Objek Pajak
Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (3) terdapat penghasilan yang tidak termasuk kategori penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan yaitu :
a. 1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah.
(44)
keturunan lurus satu derajat badan keagamaan; badan sosial; termasuk yayasan; koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan/ atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak- pihak yang bersangkutan.
b. Warisan
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 Undang- Undang Pajak Penghasilan.
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
(45)
milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, dengan syarat :
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) bagi Perseroan Terbatas, BUMN dan BUMD yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25 % (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
(perhatikan huruf “g”) dalam bidang- bidang tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan;
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham- saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif;
j. Dihapus;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
(46)
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
1) merupakan perusahaan mikro kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor- sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
2) sahamnya tidak diperdagangakan di bursa efek di Indonesia Perusahaan Modal Ventura adalah suatu perusahaan yang kegiatan usahanya membiayai badan usaha (sebagai pasangan usaha) dalam bentuk penyertaan modal untuk suatu jangka waktu tertentu.
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Menteri Keuangan;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba
yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
(47)
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan/ atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 5. Surat Pemberitahuan (SPT)
5.1Pengertian SPT
Pengertian Surat Pemberitahuan menurut Pasal 1 angka 11 Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, Surat Pemberitahuan (disingkat SPT) adalah Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
5.2Fungsi SPT
Fungsi SPT bagi wajib pajak pajak penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/ atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak;
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/ atau bukan objek pajak; c. Harta dan kewajiban; dan/ atau
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
(48)
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
5.3 Jenis- Jenis SPT Pajak Penghasilan Orang Pribadi
a. SPT 1770
Bagi orang pribadi yang penghasilannya bersumber antara lain dari usaha dan/ atau pekerjaan bebas, seperti : dokter praktek, pengacara, biro jasa, konsultan, dan lain- lain.
b. SPT 1770 S
Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya diperoleh dari satu atau lebih pemberi kerja dan memiliki penghasilan lainnya yang bukan dari kegiatan usaha dan/ atau pekerjaan bebas, seperti : karyawan, PNS, TNI, POLRI yang memiliki penghasilan lainnya antara lain sewa rumah, honor pembicara dan lain- lain.
c. SPT 1770 SS
Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya dari satu pemberi kerja (sebagai karyawan) dan jumlah penghasilan brutonya tidak melebihi Rp 60.000.000,- setahun serta tidak terdapat penghasilan lainnya kecuali penghasilan dari bunga bank atau bunga koperasi.
(49)
Menurut Pasal 3 ayat (3) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, batasan waktu penyampaian SPT adalah :
d. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak,
e. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak,
f. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
5.5Sanksi Administrasi Denda Keterlambatan atau Tidak Menyampaikan SPT
Menurut Pasal 7 ayat (1) Undang- Undang KUP No. 28 Tahun 2007, sanksi administrasi keterlambatan atau tidak menyampaikan SPT adalah :
d. Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
e. Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa lainnya,
f. Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
(50)
Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi.
B. Mekanisme Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi
Menurut Undang- Undang No. 28 Tahun 2007 Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) menyebutkan pada ayat (1) berisikan, wajib pajak membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan dan pada ayat (2) berisikan, tata cara pembayaran, penyetoran pajak dan pelaporannya serta tata cara mengangsur dan menunda pembayaran pajak diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sudah jelas dikatakan semua mekanisme pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi berdasarkan oleh Peraturan Menteri Keuangan.
Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi dilakukan dengan mengisi SPT, berdasarkan formulir 1721-A1 dan/ atau 1721-A2 yang disebut bukti potong. SPT yang disetor terbagi tiga jenis, yaitu : 1770, 1770 S dan 1770 SS. Penggunaan SPT tersebut berbeda- beda, tergantung darimana sumber penghasilan dan jumlah penghasilan bruto.
Untuk wajib pajak yang melaporkan SPT 1770 SS dan 1770 S, tidak diwajibkan melaporkan SPT Masa. Hanya melaporkan SPT Tahunan pada akhir Tahun Pajak. Sedangkan wajib pajak yang melaporkan SPT 1770 wajib
(51)
melaporkan SPT Masa pada akhir Masa Pajak dan SPT Tahunan pada akhir Tahun Pajak.
C. Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi
Penelitian dilakukan di KPP Pratama Medan Petisah untuk mengetahui perbandingan gambaran data antara wajib pajak yang terdaftar dengan jumlah wajib pajak yang melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi diproses mulai tahun 2011 s.d 2013 dengan melakukan wawancara terhadap Pelaksana seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) pada tanggal 14 Juni 2014
Tabel III.1
Data Wajib Pajak Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah
KETERANGAN 2011 2012 2013
WP OP Efektif 67.821 74.459 78.484
WP OP Non- Efektif (NE)
2.988 2.988 2.988
Jumlah Wajib Pajak OP Terdaftar
70.809 77.447 81.472
(52)
Tabel III. 2
Data Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah
KETERANGAN 2011 2012 2013
SPT Tahunan Orang Pribadi yang dilaporkan
1.Nihil
2.Kurang Bayar 3.Lebih Bayar
20.225 20.680 8.608
16.560 17.101 6.512
3.643 3.569 2.029
22 10 67
SPT Tahunan OP yang
tidak dilaporkan 50.584 56.767 72.864
(53)
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A. Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Untuk mengoptimalkan pengawasan pelaksanaan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, maka pihak fiskus harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Adil dan Merata
Dalam pengawasan pajak harus berdasarkan peraturan perundang- undangan perpajakan. Dengan demikian pihak fiskus harus bersifat adil. Maksudnya pajak yang dilaporkan oleh wajib pajak harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Perlu diperhatikan dalam pengawasan pajak harus secara adil dan merata.
2. Langsung
Dalam pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi secara lagsung, Kantor Pelayanan Pajak diberikan hak untuk meminta data- data dan bukti wajib pajak orang pribadi yang diperlukan dan wajib pajak tersebut menyampaiakan data- data dan bukti tersebut secara tertulis maupun tidak tertulis secara lagsung ke Kantor Pelayananan Pajak Pratama dimana wajib pajak tersebut terdaftar.
(54)
Sistem pengawasan yang sederhana tetapi tegas akan memudahkan wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya di bidang perpajakan. Sikap tegas yang dimaksud adalah pihak fiskus tetap memberikan sanksi yang tegas jika wajib pajak tidak melakukan kewajiban perpajakannya secara benar, jelas dan tepat waktu
4. Tepat Sasaran
Pengawasan harus dilakukan kepada wajib pajak yang tepat, yaitu kepada wajib pajak yang memiliki potensi hutang pajak yang besar dan wajib pajak yang tidak patuh. Hal ini dilakukan karena tidak semua wajib orang pribadi memiliki hutang pajak yang besar dan tidak patuh. Disamping itu karena minimnya jumlah fiskus melakukan pengawasan terhadap wajib pajak orang pribadi.
Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut :
1. Menyusun dan mementukan daftar 1.500 WP penentu penerimaan bagi
KPP Pratama serta seluruh WP bagi KPP lingkungan Kanwil DJP Wajib Pajak Besar, KPP di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Khusus dan KPP Madya yang akan dilakukan pengawasan.
2. Dalam melakukan kegiatan pengawasan pelaporan pajak penghasilan
orang pribadi setiap Account Representative (AR) diharuskan menyusun tabelaris pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi :
(55)
1) Perbandingan data tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi
2) Melakukan analisa kewajaran serta melakukan tindak lanjut atas
pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi yang meliputi : a) Pelaporan PPh OP Nihil;
b) Pelaporan PPh OP Kurang Bayar
c) Pelaporan PPh OP Lebih Bayar
3) Melakukan tindak lanjut atas pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi yang meliputi :
a) Himbauan dan konseling;
b) Tindak lanjut himbauan dan konseling;
i. Usulan pemeriksaan
ii. Memantau realisasi pelaporannya
3. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) kompilasi kegiatan
AR sesuai tabelaris tersebut, melakukan analisa dan membuat laporan evaluasi sebagai bahan pertimbangan Kepala Kantor dalam mengambil keputusan mengenai pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi terkait pengamanan penerimaan pajak.
4. Kepala Seksi PDI melakukan kompilasi berdasarkan laporan evaluasi
yang dibuat Kepala Seksi Waskon
5. Kepala KPP melakukan evaluasi secara keseluruhan atas pengawasan
(56)
penentuan kebijakan dalam rangka pengamanan penerimaan dan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.
B. Analisis Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Dari data tabel 3.1 Data Wajib Pajak Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah bahwa :
1. Tahun 2011 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebesar 70.809 yang terdiri dari wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 67.821 dan wajib pajak orang pribadi non efektif sebesar 2.988.
2. Tahun 2012 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebesar 77.447 yang terdiri dari wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 74.459 dan wajib pajak orang pribadi non efektif sebesar 2.988.
3. Tahun 2013 wajib pajak orang pribadi yang terdaftar sebesar 81.472 yang terdiri dari wajib pajak orang pribadi efektif sebesar 78.484 dan wajib pajak orang pribadi non efektif sebesar 2.988.
Dapat dilihat dari data diatas bahwa bentuk pelaksanaan pengawasan pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah dengan mengkategorikan wajib pajak menjadi, Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak non efektif (NE). Wajib pajak efektif adalah wajib pajak yang benar dan seharusnya melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai ketentuan perundang- undangan perpajakan, sedangkan Wajib Pajak non efektif (NE) adalah wajib pajak yang tidak
(57)
aktif lagi namun NPWP nya tidak dihapuskan atau masih terdaftar dan tidak akan dikenakan sanksi jika tidak memnuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang- undangan perpajakan. NPWP dapat aktif kembali jika ada melakukan transaksi dan penghasilannya diatas PTKP.
Dari data tabel 3.2 Data Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah bahwa :
1. Tahun 2011 SPT Tahunan OP yang dilaporkan sebesar 20.225 wajib pajak
yang terdiri dari SPT Tahunan OP Nihil sebesar 16.560, SPT Tahunan Kurang Bayar sebesar 3.643 dan SPT Tahunan OP Lebih Bayar sebesar 22. SPT Tahunan Orang Pribadi yang tidak dilaporkan sebesar 50.584.
2. Tahun 2012 SPT Tahunan OP yang dilaporkan sebesar 20.680 wajib pajak
yang terdiri dari SPT Tahunan OP Nihil sebesar 17.101, SPT Tahunan Kurang Bayar sebesar 3.569 dan SPT Tahunan OP Lebih Bayar sebesar 10. SPT Tahunan Orang Pribadi yang tidak dilaporkan sebesar 56.767.
3. Tahun 2013 SPT Tahunan OP yang dilaporkan sebesar 8.608 wajib pajak
yang terdiri dari SPT Tahunan OP Nihil sebesar 6.512, SPT Tahunan Kurang Bayar sebesar 2.029 dan SPT Tahunan OP Lebih Bayar sebesar 67. SPT Tahunan Orang Pribadi yang tidak dilaporkan sebesar 72.864. Dari data diatas wajib pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah lebih banyak yang tidak melaporkan SPT Tahunan OP daripada yang melaporkan SPT Tahunan OP.
(58)
C. Persentase Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah.
Berdasarkan data pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi di BAB IV bagian B dapat kita ketahui persentase tingkat kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi dalam hal melaporkan SPT Tahunan OP di KPP Pratama Medan Petisah antara lain :
Grafik Persentase Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah
Dari grafik diatas dapat dilihat hasil pengawasan yang dilakukan KPP Pratama Medan Petisah dapat kita ketahui bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak pada tahun 2011 sebesar 29,82%, mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 2,74%,
(59)
Tingkat Kepatuhan = WP yang melapor SPT x 100 % WP Efektif
dan di tahun 2012 sebesar 27,77% mengalami penurunan sebesar 16,81% di tahun 2013 sehingga menjadi 10,96%.
Dapat kita simpulkan bahwa di KPP Pratama Medan Petisah perkembangan tingkat kepatuhan wajib pajak mengalami pergerakan penurunan dari 3 tahun terakhir.
Data ini disajikan dengan menggunakan rumus :
D. Hambatan dan Upaya Mengatasi Rendahnya Jumlah Wajib Pajak yang Melaporkan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di KPP Pratama Medan Petisah
Dalam melakukan upaya mengatasi rendahnya jumlah wajib pajak yang melaporkan pajak penghasilan orang pribadi pihak fiskus menghadapi hambatan- hambatan yang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Eksternal (dari pihak wajib pajak)
a. Masyarakat yang masih awam dalam hal perpajakan, yaitu masyarakat
yang sama sekali tidak mengetahui ketentuan perundang- undangan perpajakan. Masyarakat seperti ini belum mengetahui hak dan kewajiban perpajakan.
b. Masyarakat pada umumnya, yaitu masyarakat yang sudah mengetahui
(60)
memahami petunjuk teknis perpajakan sehingga mengalami kesulitan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
c. Wajib Pajak, masyarakat yang sudah mengetahui hak dan kewajiban
perpajakan untuk melaporkan pajak penghasilanya tetapi tingkat kepatuhan wajib pajaknya masih rendah dengan cara sengaja tidak melaporkan pajak yang terutang.
2. Faktor Internal (dari pihak fiskus)
a. Kurangnya memberi Informasi dari pihak fiskus mengenai peraturan
perpajakan yang baru kepada wajib pajak orang pribadi.
b. Kurangnya sosialisasi dari pihak fiskus tentang hak dan kewajiban
perpajakan kepada wajib pajak dalam pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi .
c. Kurangnya jumlah sumber daya manusia (SDM) yang melakukan
pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi untuk meningkatkan potensi penerimaan pajak dan kepatuhan wajib pajak sehingga penerimaan pajak menjadi kurang maksimal.
Upaya yang dilakukan pihak fiskus untuk mengoptimalkan hambatan- hambatan rendahnya jumlah wajib pajak yang melaporkan pajak penghasilan orang pribadi , yaitu :
1. Memperbanyak Sosialisasi, Memberi Himbauan dan Penyuluhan.
Sosialisasi, himbauan dan penyuluhan perpajakan penting dilakukan guna untuk menyampaikan informasi, mengajak, dan membimbing secara
(61)
berkesinambungan kepada masyarakat tentang perpajakan guna meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat untuk memperoleh hak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Upaya ini diberikan kepada masyarakat pada umumnya, wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar serta kepada aparatur negara.
2. Meningkatkan Pengawasan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi.
Pengawasan terhadap wajib pajak orang pribadi, fiskus lebih mengintensifkan pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi dalam pengawasan pelaporan Surat Pemberitahuan, pengawasan terhadap kebenaran Surat Pemberitahuan, dan pengawasan pemberian sanksi administrasi denda terhadap wajib pajak yang tidak patuh/ kurang patuh dalam melaporkan Surat Pemberitahuan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan
Untuk mempermudah para wajib pajak dalam menjalankan kesadarannya dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan maka pihak fiskus perlu membuat tim untuk mempermudah wajib pajak dalam melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
(62)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab ini, penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan bab- bab sebelumnya, yaitu :
1. Cara Pengawasan yang benar ialah adil dan merata, langsung, sederhana
tetapi tegas, dan tepat sasaran.
2. Langkah- langkah dalam melakukan Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan
Pajak Penghasilan sebagai berikut :
Menyusun dan menentukan prioritas daftar 1.500 WP penentu penerimaan bagi KPP selanjutnya Account Representative (AR) melakukan pengawasan pelaporan pajak penghasilan dengan menyusun tabelaris pengawasan, kemudian Kepala Seksi Waskon melakukan kompilasi kegiatan AR sesuai tabelaris, menganalisa dan membuat laporan evaluasi sebagai bahan pertimbangan Kepala Kantor, kemudiaan Kepala Seksi PDI melakukan kompilasi berdasarkan evaluasi Kepala Seksi Waskon, selanjutnya Kepala Kantor melakukan evaluasi secara keseluruhan atas pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan untuk pengamanan penerimaan dan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.
(63)
3. dapat kita ketahui bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak pada tahun 2011 sebesar 29,82%, mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 2,74%, dan di tahun 2012 sebesar 27,77% mengalami penurunan sebesar 16,81% di tahun 2013 sehingga menjadi 10,96% .Dapat kita simpulkan bahwa di KPP Pratama Medan Petisah perkembangan tingkat kepatuhan wajib pajak mengalami pergerakan penurunan dari 3 tahun terakhir.
B. Saran
Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis ingin memberikan saran- saran yang sifatnya membangun untuk penerapan mekanisme Praktik Kerja Lapangan Mandiri selanjutnya. Adapun saran- saran tersebut antara lain:
1. Aparat perpajakan (khususnya fiskus) harus lebih bijak serta teliti
melakukan analisa dan evaluasi dalam melakukan pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan untuk peningkatan kepatuhan wajib pajak.
2. Terhadap Analisis Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi diharapkan kepada KPP Pratama Medan Petisah agar kinerja pengawasan pajak penghasilan orang pribadi lebih ditingkatkan serta memberi sanksi yang tegas apabila wajib pajak tersebut terbukti melanggar ketentuan perpajakan agar tingkat kepatuhan wajib
(64)
pajak dan penerimaan pajak setiap tahunnya semakin meningkat oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah.
3. Dengan adanya hambatan serta upaya mengatasi rendahnya jumlah wajib
pajak yang melaporkan pajak penghasilan orang pribadi diharapkan kepada pegawai KPP Pratama Medan Petisah untuk lebih memperbanyak sosialisasi, memberi himbauan dan penyuluhan kepada masyarakat serta menambah sumber daya manusia (SDM) guna meningkatkan pengawasan dan menambah pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak agar tingkat kepatuhan semakin meningkat dan penerimaan potensi pajak semakin maksimal.
(65)
DAFTAR PUSTAKA
Fidel, 2008, Pajak Penghasilan Carofin Publising, Jakarta Mardiasmo, 2003, Perpajakan Andi, Yogyakarta
Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar PT. Gramedia Pustaka Indonesia, Jakarta
Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Salemba Empat, Jakarta Safri, Nurmantu, 2003, Pengantar Perpajakan Granit, Jakarta
Sihaloho, Cyrus, 2001, Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Cetakan Pertama PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang R. I Nomor 28 Tahun 2007
Handayaningrat, Soewarno, 1980, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,CV Haji Masagung, Jakarta
Soemitro, Rochmat, 1993, Pajak Penghasilan Edisi Revisi, PT. Eresco, Jakarta
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1991 dan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1994 Terakhir diubah dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008
Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang R. I Nomor 28 Tahun 2007
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-758/KMK.01/1993 tentang Organisasi dan atau Kerja Direktorat Jenderal Pajak
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak
(1)
memahami petunjuk teknis perpajakan sehingga mengalami kesulitan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
c. Wajib Pajak, masyarakat yang sudah mengetahui hak dan kewajiban perpajakan untuk melaporkan pajak penghasilanya tetapi tingkat kepatuhan wajib pajaknya masih rendah dengan cara sengaja tidak melaporkan pajak yang terutang.
2. Faktor Internal (dari pihak fiskus)
a. Kurangnya memberi Informasi dari pihak fiskus mengenai peraturan perpajakan yang baru kepada wajib pajak orang pribadi.
b. Kurangnya sosialisasi dari pihak fiskus tentang hak dan kewajiban perpajakan kepada wajib pajak dalam pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi .
c. Kurangnya jumlah sumber daya manusia (SDM) yang melakukan pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi untuk meningkatkan potensi penerimaan pajak dan kepatuhan wajib pajak sehingga penerimaan pajak menjadi kurang maksimal.
Upaya yang dilakukan pihak fiskus untuk mengoptimalkan hambatan- hambatan rendahnya jumlah wajib pajak yang melaporkan pajak penghasilan orang pribadi , yaitu :
1. Memperbanyak Sosialisasi, Memberi Himbauan dan Penyuluhan.
(2)
berkesinambungan kepada masyarakat tentang perpajakan guna meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat untuk memperoleh hak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Upaya ini diberikan kepada masyarakat pada umumnya, wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar serta kepada aparatur negara.
2. Meningkatkan Pengawasan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi.
Pengawasan terhadap wajib pajak orang pribadi, fiskus lebih mengintensifkan pengawasan pelaporan pajak penghasilan orang pribadi dalam pengawasan pelaporan Surat Pemberitahuan, pengawasan terhadap kebenaran Surat Pemberitahuan, dan pengawasan pemberian sanksi administrasi denda terhadap wajib pajak yang tidak patuh/ kurang patuh dalam melaporkan Surat Pemberitahuan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan
Untuk mempermudah para wajib pajak dalam menjalankan kesadarannya dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan maka pihak fiskus perlu membuat tim untuk mempermudah wajib pajak dalam melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab ini, penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan bab- bab sebelumnya, yaitu :
1. Cara Pengawasan yang benar ialah adil dan merata, langsung, sederhana tetapi tegas, dan tepat sasaran.
2. Langkah- langkah dalam melakukan Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan sebagai berikut :
Menyusun dan menentukan prioritas daftar 1.500 WP penentu penerimaan bagi KPP selanjutnya Account Representative (AR) melakukan pengawasan pelaporan pajak penghasilan dengan menyusun tabelaris pengawasan, kemudian Kepala Seksi Waskon melakukan kompilasi kegiatan AR sesuai tabelaris, menganalisa dan membuat laporan evaluasi sebagai bahan pertimbangan Kepala Kantor, kemudiaan Kepala Seksi PDI melakukan kompilasi berdasarkan evaluasi Kepala Seksi Waskon, selanjutnya Kepala Kantor melakukan evaluasi secara keseluruhan atas pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan untuk pengamanan penerimaan dan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak.
(4)
3. dapat kita ketahui bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak pada tahun 2011 sebesar 29,82%, mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 2,74%, dan di tahun 2012 sebesar 27,77% mengalami penurunan sebesar 16,81% di tahun 2013 sehingga menjadi 10,96% .Dapat kita simpulkan bahwa di KPP Pratama Medan Petisah perkembangan tingkat kepatuhan wajib pajak mengalami pergerakan penurunan dari 3 tahun terakhir.
B. Saran
Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis ingin memberikan saran- saran yang sifatnya membangun untuk penerapan mekanisme Praktik Kerja Lapangan Mandiri selanjutnya. Adapun saran- saran tersebut antara lain:
1. Aparat perpajakan (khususnya fiskus) harus lebih bijak serta teliti melakukan analisa dan evaluasi dalam melakukan pengawasan pelaksanaan pelaporan pajak penghasilan untuk peningkatan kepatuhan wajib pajak. 2. Terhadap Analisis Data Pengawasan Pelaksanaan Pelaporan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi diharapkan kepada KPP Pratama Medan Petisah agar kinerja pengawasan pajak penghasilan orang pribadi lebih ditingkatkan serta memberi sanksi yang tegas apabila wajib pajak tersebut terbukti melanggar ketentuan perpajakan agar tingkat kepatuhan wajib
(5)
pajak dan penerimaan pajak setiap tahunnya semakin meningkat oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah.
3. Dengan adanya hambatan serta upaya mengatasi rendahnya jumlah wajib pajak yang melaporkan pajak penghasilan orang pribadi diharapkan kepada pegawai KPP Pratama Medan Petisah untuk lebih memperbanyak sosialisasi, memberi himbauan dan penyuluhan kepada masyarakat serta menambah sumber daya manusia (SDM) guna meningkatkan pengawasan dan menambah pengetahuan perpajakan bagi wajib pajak agar tingkat kepatuhan semakin meningkat dan penerimaan potensi pajak semakin maksimal.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Fidel, 2008, Pajak Penghasilan Carofin Publising, Jakarta Mardiasmo, 2003, Perpajakan Andi, Yogyakarta
Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar PT. Gramedia Pustaka Indonesia, Jakarta
Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Salemba Empat, Jakarta Safri, Nurmantu, 2003, Pengantar Perpajakan Granit, Jakarta
Sihaloho, Cyrus, 2001, Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Cetakan Pertama PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang R. I Nomor 28 Tahun 2007
Handayaningrat, Soewarno, 1980, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen,CV Haji Masagung, Jakarta
Soemitro, Rochmat, 1993, Pajak Penghasilan Edisi Revisi, PT. Eresco, Jakarta
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1991 dan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1994 Terakhir diubah dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008
Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang R. I Nomor 28 Tahun 2007
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-758/KMK.01/1993 tentang Organisasi dan atau Kerja Direktorat Jenderal Pajak
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Cara Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak