FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGETAHUAN DAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP EKOSISTEM MANGROVE.

(1)

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGETAHUAN DAN KEPEDULIAN SISWA TERHADAP

EKOSISTEM MANGROVE Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: HARFINA NIM : 8106174022

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

i

ABSTRAK

Harfina. Faktor Faktor Yang Memengaruhi Pengetahuan Dan Kepedulian Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED). Medan. 2013.

Survei ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP yang bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengetahuan siswa tentang ekosistem mangrove; dan (2) Kepedulian siswa tentang ekosistem mangrove. Sebanyak 159 orang siswa kelas VIII SMP yang berada di dataran tinggi, di kota dan di pesisir semester satu Tahun Pembelajaran 2013/2014 merupakan sampel pada penelitian. Data tentang tingkat pengetahuan siswa diperoleh menggunakan tes pengetahuan siswa tentang mangrove dalam bentuk pilihan berganda yang berjumlah 20 soal, dan data kepedulian siswa diperoleh menggunakan angket kepedulian siswa tentang ekosistem mangrove. Analisis data menggunakan uji Anava pada taraf siginfikan α = 0,05 dan dilanjutkan dengan uji tukey.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa: (1) Wilayah lokasi sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang Ekosistem Mangrove, pengetahuan siswa yang bersekolah di wilayah pesisir secara signifikan lebih tinggi dibanding tingkat pengetahuan siswa yang bersekolah di Dataran Tinggi dan di Kota (2) Wilayah lokasi tempat tinggal berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengetahuan siswa terhadap Ekosistem Mangrove , pengetahuan siswa yang tinggal di wilayah Pesisir, secara signifikan lebih tinggi dibanding tingkat pengetahuan siswa yang tinggal di dataran tinggi dan di kota (3) Wilayah lokasi sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kepedulian siswa terhadap Ekosistem Mangrove, kepedulian siswa yang bersekolah di wilayah Kota secara signifikan lebih tinggi dibanding tingkat kepedulian siswa yang bersekolah di dataran tinggi dan di pesisir.


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pengetahuan Dan Kepedulian Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Biologi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih pada:

1. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang.

3. Dosen Pembimbing I Bapak H. Syarifuddin, M.Sc., Ph.D., serta Dosen Pembimbing II Bapak Prof. Dr. rer. Nat. Binari Manurung, M.Si, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta dukungan pada penulis sejak awal sampai dengan selesai penulisan tesis ini.

4. H. Dr. Hasruddin, M.Pd., Dr. Fauziyah Harahap, M.Si., dan Prof. Dr Herbet Sipahutar, M.Sc., selaku narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.


(6)

iv

5. Bapak Drs. Puji Prastowo, M.Si. dan Bapak Drs. Zulkifli Simatupang, M.Pd., selaku validator, serta Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama di Program Pascasarjana Unimed.

6. Ayahanda Djaharuddin dan Ibunda Husnah yang senantiasa mendoakan dan mendorong penulis menjalankan studi dan sampai menyelesaikan tesis ini.

7. Teman-teman angkatan khususnya kelas B serta kelas A Program Studi Pendidikan Biologi: Pak Erwin, Nisa, David, Yogi, Irfan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT dapat membalas kebaikannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya para guru biologi serta dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Medan, Desember 2013 Penulis

Harfina


(7)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Pembatasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 13

2.1.1. Pengetahuan Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove 13 2.1.2. Kepedulian Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove 14

2.1.3. Ekosistem Mangrove 18

2.2. Penelitian yang Relevan 30

2.3. Kerangka Berfikir 32

2.4. Hipotesis Penelitian 34

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 39

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 40

3.3. Variabel Penelitian 41

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 41

3.5. Defenisi Operasional 42

3.6. Instrumen Peneltitian 44

3.7. Prosedur Penelitian 46

3.8. Validasi Instrumen Penelitian 48

3.9. Teknik Analisis Data 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 54

4.2. Pengujian Hipotesis 61

4.3. Pembahasan 68


(8)

vi

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1. Simpulan 72

5.2. Implikasi 74

5.3. Saran 75


(9)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Tempat Penelitian 39

Tabel 3.2. Populasi Penelitian 40

Tabel 3.3. Kisi–kisi Tes Pengetahuan 44 Tabel 3.4. Kisi-kisi Angket Kepedulian 46


(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1. Pengaruh Wilayah Lokasi Sekolah Terhadap

Tingkat Pengetahuan Ekosistem Mangrove

Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Kota Langsa 62 Gambar 4.2. Pengaruh Wilayah Lokasi Sekolah Terhadap

Tingkat Kepedulian Ekosistem Mangrove

Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Kota Langsa 63 Gambar 4.3. Pengaruh Wilayah Lokasi Tempat Tinggal Terhadap

Tingkat Pengetahuan Ekosistem Mangrove


(11)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 79 Lampiran 2. Analisis Varians Butir Soal 80 Lampiran 3. Tingkat Kesukaran Soal 81

Lampiran 4. Daya Beda Soal 82

Lampiran 5. Nilai pengetahuan dan Kepedulian di pesisir 83 Lampiran 6. Nilai pengetahuan dan Kepedulian di dataran tinggi 85 Lampiran 7. Nilai pengetahuan dan Kepedulian di kota 88 Lampiran 8. Deskripsi Statistik Data Pengetahuan 91 Lampiran 9. Deskripsi Statistik Data Kepedulian 94

Lampiran10.Uji Normalitas 97

Lampiran11.Uji Homogenitas Data Pengetahuan Siswa 102 Lampiran12.Uji Homogenitas Data Kepedulian Siswa 104 Lampiran13.Hipotesis Pengetahuan Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove 106 Lampiran14.Hipotesis Kepedulian Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove 115

Lampiran15.Identitas Responden 124

Lampiran16.Tes Pengetahuan Ekosistem Mangrove 125 Lampiran17.Angket Kepedulian Ekosistem Mangrove 133


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi kelautan dan pesisir yang kaya di dalamnya. Indonesia juga memiliki luas wilayah perairan 5,8 juta KM² yang merupakan 70% dari luas wilayah Indonesia yang memiliki padang lamun, daratan pasang surut dan hutan bakau yang luas. (Departemen Kehutanan, 2007).

Luas potensial hutan mangrove Indonesia adalah 8,6 juta Ha yang terdiri atas 3,8 juta Ha terdapat kawasan hutan dan 4,8 juta Ha terdapat diluar kawasan hutan. Sementara itu, berdasarkan kondisi diperkirakan bahwa 1,7 juta Ha (44,73%) hutan mangrove di dalam kawasan hutan dalam keadaan baik dan 4,2 juta Ha (87,50%) hutan mangrove di luar kawasan hutan dalam keadaan rusak (Departemen Kehutanan, 2007).

Pesisir merupakan wilayah peralihan dan interaksi ekosistem darat dan laut. Wilayah ini sangat kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA), yang terdiri dari sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati. Sumberdaya alam hayati wilayah pesisir Indonesia memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Beberapa bentuk sumber daya alam tersebut antara lain hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, rumput laut. Indonesia adalah salah satu Negara di kawasan iklim tropis yang sering disebut sebagai paru-paru dunia hutan alam


(13)

2

tropika yang luas dan sangat berperan dalam penentu iklim dunia. Salah satunya adalah hutan mangrove atau bakau yang terdapat di sepanjang wilayah pesisir pantai Indonesia. “Indonesia memiliki sekitar 40% dari total hutan mangrove di dunia, dan dari jumlah itu sekitar 75% berada di Papua” (www.mangrove.co.id).

Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam pesisirnya. Kekayaan sumber daya pesisir tersebut mendorong berbagai pihak terkait (stakeholders) seperti instansi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memanfaatkannya. Pemanfaatan SDA di wilayah pesisir seperti halnya di kawasan hutan mangrove harus diimbangi dengan perbaikan kondisi di sekitar lingkungan wilayah pesisir khususnya pemanfaatan yang dilakukan di kawasan wilayah hutan mangrove. Mangrove merupakan suatu ekosistem hutan yang dapat tumbuh di daerah pasang surut air laut atau tepatnya di daerah pesisir pantai. Jenis-jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dan hidup di kawasan ekosistem hutan mangrove yaitu nipah, palem rawa, pohon bakau, mangrove dengan jenis tumbuhan api-api, black mangrove dan banyak jenis mangrove lainnya yang kesemuanya itu sering disebut dengan istilah hutan mangrove atau hutan bakau.

Hutan mangrove yang dahulu dianggap sebagai hutan yang kurang mempunyai nilai ekonomis, ternyata merupakan sumberdaya alam yang cukup berpotensi sebagai sumber penghasil devisa serta sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang berdiam di sekitarnya (Darsidi, 1984).

Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa akhir-akhir ini terlihat gangguan-gangguan yang cenderung dapat mengancam kelestarian hutan dan mengubah ekosistem mangrove menjadi daerah-daerah pemukiman, pertanian, perluasan


(14)

3

perkotaan dan lain sebagainya. Faktor utama penyebab gangguan ini adalah perkembangan penduduk yang pesat dan perluasan wilayah kota (Darsidi, 1984).

Lingkungan hidup merupakan satu kesatuan di mana di dalamnya terdapat berbagai macam kehidupan yang saling ketergantungan. Hubungan antara manusia dengan lingkungan sangat erat, keduanya harus saling menguatkan, karena manusia sangat tergantung pada lingkungan, sedangkan lingkungan juga tergantung pada aktivitas manusia.

Faktor penyebab kerusakan hutan mangrove, adalah pemanfaatan lahan yang berlebihan yang dilakukan manusia. Faktor yang mendorong aktivitas manusia untuk mengkonversi hutan mangrove dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga menimbulkan masalah lingkungan antara lain adalah: 1. Tekanan ekonomi masyrakat miskin yang tinggal sekitar hutan mangrove, sehingga terpaksa melakukan penebangan kayu mangrove untuk dijadikan kayu bakar, kayu bangunan dan arang untuk dijual ke pasar dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang sangat mendesak, 2. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan manfaat, peran dan fungsi hutan man-grove terhadap perairan di sekitarnya yang berkaitan dengan kehidupan biota laut, 3. Keinginan untuk membuka pertambakan secara besar-besaran dengan harapan memperoleh keuntungan yang menjanjikan, namun tanpa dibekali pengetahuan yang memadai untuk melakukan budidaya udang dan ikan, 4. Lebih dipengaruhi oleh dominasi pertimbangan aspek ekonomi dari pada pertimbangan lingkungan hidup.


(15)

4

Solusi untuk menciptakan kondisi lingkungan yang baik di wilayah pesisir dengan ekosistem hutan mangrove, diperlukan adanya kerjasama antara masyarakat setempat atau siapapun yang menginvestasikan modalnya dengan instansi pemerintah terkait. Pengelolaan lingkungan secara berkesinambungan perlu dilakukan dengan pengawasan dan penanganan limbah yang memenuhi peraturan yang sudah dicanangkan, sehingga kehidupan biota laut di wilayah pesisir tetap lestari.

Gangguan yang cukup besar terhadap hutan mangrove dapat menimbulkan erosi pantai, karena perlindungan yang diberikan oleh pohon-pohon mangrove sudah lenyap. Pantai pesisir akan berkurang dan tinggallah pantai sempit yang terdiri dari pasir atau kolam-kolam asin yang tak dapat dihuni. Maka pusat-pusat pemukiman pantai makin mudah diserang topan dan air pasang (Hadipurnomo, 1995).

Hutan mangrove pada Pemerintahan Kota Langsa, Provinsi Aceh mengalami kerusakan yang cukup parah. Kawasan hutan mangrove yang memiliki arti penting bagi lingkungan tersebut rusak karena penebangan hutan mangrove untuk di jadikan areal tambak, arang, bahan bangunan dan kayu bakar oleh penduduk setempat. Akibat dari kerusakan hutan mangrove ini menyebabkan terjadinya abrasi pantai oleh gelombang laut dan apabila pasang, air laut merendam desa. Setiap pasang naik, garis pantai terus mengalami abrasi mendekati perkampungan yang di huni sekitar 756 keluarga.


(16)

5

Menurut Sastropoetro (1988) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat antara lain: 1. Pendidikan/pengetahuan; kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan sosial dan percaya terhadap diri sendiri, 2. Penginterpretasian; kemampuan menerjemahkan konsep kedalam prilaku, 3. Kecenderungan untuk menyalah artikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi penduduk, 4. Kesempatan kerja yang lebih baik, 5. Kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai program pembangunan.

Berdasarkan pengamatan sementara secara umum dapat dikemukakan bahwa pengetahuan masyarakat tentang perlunya mangrove relatif rendah, sehingga tingkat kepekaan terhadap munculnya masalah baru akibat rusaknya hutan mangrove relatif tidak ada. Demikian juga halnya penginterpretasian dari keberadaan hutan mangrove belum berkembang secara positif, banyak masyarakat menganggap hutan mangrove adalah sumber energi kayu bakar, adanya kecenderungan menyalahartikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi penduduk yang menanam hutan mangrove. Disamping itu keberadaan lapangan kerja yang minim, serta kesempatan berpartisipasi yang masih kecil.

Sehingga pengetahuan, nilai sikap, perilaku dan wawasan mengenai lingkungan hidup perlu diberikan sejak dini kepada seluruh lapisan masyarakat dan peserta didik pada semua jalur dan jenjang pendidikan melalui pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang


(17)

nilai-6

nilai dan isu lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang (Hasyim 2010).

Melalui pendidikan lingkungan diharapkan dapat meningkatkan kepedulian anak didik terhadap lingkungan dan menanamkan nilai-nilai konservasi lingkungan sejak dini (Sharma dan Tan 1990). Pendidikan lingkungan perlu diberikan kepada generasi muda (siswa dan mahasiswa) karena mereka mempunyai posisi tawar (bargaining position) yang kuat dan amat strategis pada masa kini dan masa akan datang, mereka ini yang akan menggantikan peran generasi tua, untuk itu amat penting generasi muda dipersiapkan untuk mengetahui problematika lingkungan sejak dini (Setiawati 2009).

Siswa sebagai salah satu subjek pendidikan memiliki peran dalam memecahkan masalah lingkungan. Oleh karena itu siswa harus dididik untuk mengetahui, menyadari dan meyakini akan adanya keterbatasan-keterbatasan alam yang memberikan kehidupan di bumi ini, siswa juga harus mengetahui penyebab kerusakan hutan mangrove dan dampaknya serta cara bersikap, bermotivasi dan harus terampil menanggulangi permasalahan hutan mangrove. Untuk itu perlu dikaji lebih dalam faktor – faktor apa saja yang memengaruhi pengetahuan dan kepedulian siswa terhadap ekosistem mangrove.


(18)

7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang memengaruhi pengetahuan dan kepedulian siswa terhadap pelestarian hutan mangrove yaitu :

1. Pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang manfaat ekosistem mangrove masih rendah.

2. Kesadaran dan kepedulian masyarakat yang tinggal di Kota Langsa untuk menjaga, memelihara, merawat, mencintai dan melestarikan ekosistem mangrove masih rendah.

3. Hutan mangrove yang terletak di Pemerintah Kota Langsa, Provinsi Aceh, mengalami kerusakan yang cukup parah. Kawasan hutan mangrove yang memiliki arti penting bagi lingkungan tersebut rusak karena penebangan hutan mangrove untuk di jadikan pelabuhan, perumahan, areal tambak, pariwisata, pembuatan arang, bahan bangunan dan kayu bakar oleh penduduk setempat.

4. Pendidikan masyarakat disekitar mangrove masih rendah. 5. Penghasilan masyarakat disekitar mangrove masih rendah. 1.3 Pembatasan Masalah

Batasan masalah penelitian ini adalah faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengetahuan dan kepedulian siswa terhadap ekosistem mangrove. Mengingat luasnya lingkup penelitian ini maka penelitian ini dibatasi pada : wilayah lokasi sekolah, jenis kelamin, lokasi tempat tinggal, pekerjaan orang tua pendidikan orang tua dan cara mendapatkan informasi tentang ekositem mangrove


(19)

8

dan subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri yang ada di Kota Langsa.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

2. Apakah terdapat pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

3. Apakah terdapat pengaruh jenis kelamin siswa terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

4. Apakah terdapat pengaruh jenis kelamin siswa terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

5. Apakah terdapat pengaruh lokasi tempat tinggal terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

6. Apakah terdapat pengaruh lokasi tempat tinggal terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?


(20)

9

7. Apakah terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

8. Apakah terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

9. Apakah terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

10. Apakah terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

11. Apakah terdapat pengaruh sumber informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

12. Apakah terdapat pengaruh sumber informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?


(21)

10

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat pengetahuan ekosisten mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

2. Mengetahui pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat kepedulian ekosisten mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 3. Mengetahui pengaruh jenis kelamin anak terhadap tingkat pengetahuan

ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 4. Mengetahui pengaruh jenis kelamin anak terhadap tingkat kepedulian

ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 5. Mengetahui pengaruh wilayah lokasi tempat tinggal terhadap tingkat

pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

6. Mengetahui pengaruh wilayah lokasi tempat tinggal terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

7. Mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 8. Mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat kepedulian


(22)

11

9. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

10. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

11. Mengetahui pengaruh sumber informasi informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

12. Mengetahui pengaruh sumber informasi informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.


(23)

12

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada tenaga pendidik secara khusus guru bidang studi biologi, lembaga pemerintahan ataupun swasta yang terkait mengenai lingkungan, dan pembaca, baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang hutan mangrove. Mengetahui bagaimana hubungan antara kepedulian dan sikap orang tua, pengetahuan orang tua,dan penghasilan orang tua dapat meningkatkan pengetahuan dan kepedulian siswa terhadap hutan mangrove.

1.6.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi sekolah, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat untuk lebih menciptakan kondisi yang baik agar pendidikan formal menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran masyarakat, sehingga sekolah dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan hutan mangrove.


(24)

72

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diperoleh simpulan bahwa:

1. Terdapat pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Kota Langsa. Tingkat pengetahuan siswa bersekolah di wilayah Pesisir X = 66.81 secara signifikan lebih tinggi dibanding tingkat pengetahuan siswa yang bersekolah di Dataran Tinggi X =59.92 dan di Kota X =59.10

2. Terdapat pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. Tingkat kepedulian siswa bersekolah di wilayah Kota X = 83.43 secara signifikan lebih tinggi dibanding tingkat kepedulian siswa yang bersekolah di dataran tinggi X =81.63 dan di pesisir X =80.03. Namun tingkat kepedulian siswa yang bersekolah di dataran tinggi dan pesisir berbeda signifikan.

3. Tidak terdapat pengaruh jenis kelamin siswa terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

4. Tidak terdapat pengaruh jenis kelamin siswa terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.


(25)

73

5. Terdapat pengaruh lokasi tempat tinggal terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. Tingkat pengetahuan yang bersekolah di wilayah Pesisir X = 67.50 secara signifikan lebih tinggi dibanding tingkat pengetahuan siswa yang bersekolah di dataran tinggi X = 61.01 dan di kota Kota X = 57.50. Namun tingkat pengetahuan siswa yang bersekolah di dataran tinggi dan di kota tidak berbeda signifikan.

6. Tidak terdapat pengaruh lokasi tempat tinggal terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

7. Tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

8. Tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 9. Tidak terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat

pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

10. Tidak terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.


(26)

74

11. Tidak terdapat pengaruh sumber informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

12. Tidak terdapat pengaruh sumber informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

5.2 Implikasi

Hasil penelitan ini mengimplikasikan faktor wilayah lokasi sekolah dan lokasi tempat tinggal merupakan faktor pendukung pengetahuan siswa terhadap ekosistem mangrove sedangkan yang memengaruhi kepedulian siswa terhadap ekosistem mangrove adalah wilayah lokasi sekolah. Tetapi masih perlu diberlakukan pendidkan lingkungan hidup agar siswa benar–benar mengerti akan arti penting ekosistem mangrove dan penyertaan buku teks IPA sains yang berkaitan dengan ekosistem mangrove dalam meningkatkan pengetahuan dan kepedulian siswa terhadap ekosistem mangrove, tidak hanya bagi siswa yang bersekolah dan tinggal di pesisir saja namun bagi siswa di kota dan di dataran tinggi.


(27)

75

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran-saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Bagi para pendidik, diupayakan memberikan materi Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) khususnya tentang ekosistem mangrove menggunakan metode yang bervariasi dan proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan pendekatan lingkungan alam sekitar sehingga siswa dapat lebih mengenal lingkungan sekitar mereka.

2. Pihak sekolah sebaiknya melakukan kerjasama dengan Departemen Kehutanan, Dinas Perikanan setempat, masyarakat nelayan, baik sebagai pedagang, pengelola, maupun buruh atau juga pengurus koperasi setempat untuk memberikan pengalamannya kepada siswa atau guru sebagai penambahan pengalaman dan pengetahuan.

3. Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebaiknya diajarkan mulai dari jenjang pendidikan yang paling rendah, yaitu Sekolah Dasar (SD), kemudian dilanjutkan lagi ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk itu, pemerintah (Dinas Pendidikan) menyediakan sarana penunjang pembelajaran seperti buku yang baku.


(28)

76

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Diakses pada tanggal 18 Maret 2010. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Kepada Siswa Sekolah Sebagai Salah Satu Alternatif Dalam Upaya Mengatasi Masalah Lingkungan.

Arikunto. 2007. Statistika .Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Afriza. 2011. Diakses pada tanggal 31 Desember 2011. Pengetahuan Dan Persepsi Siswa Tentang Hutan Bakau Di Sekolah Negeri Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi. Agusuyono. 2007. Manajemen Berbasis Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove

di Wilayah Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo.

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta.

Arisandi, P. 2001. Mangrove Jenis Api-Api (Avicennia Marina) Alternatif Pengendalian Pencemaran Logam Berat Pesisir.

Astalin, P.K. 2011. A Study of Environmental Awareness Among Higher Secondary Students

and Some Educational Factors Affecting It. International Journal of

Multidisciplinary Research, Vol 1(7): 90-101.

Bonai, D. 2009. Pengetahuan tentang Lingkungan Hidup dalam Rangka Partisipasi Memelihara Kelestarian Hutan Mangrove.

Darsidi, A. 1984. Perkembangan pemanfaatan hutan mangrove di Indonesia. Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove. 19-28.

Dangkua. 2001. Partisipasi nelayan dalam pelestarian lingkungan pesisir pantai : survei pada masyarakat nelayan di kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo.

Departemen Kehutanan. 2007. Rehabilitasi Hutan Mangrove. Direktorat Jenderal Reboisasi Dan Rehabilitasi, Jakarta.

Dewi, 2009. Pengetahuan dan Kepedulian Terhadap Lingkungan Hidup. Departemen Kimia –Biokimia.

Dewi, R. 2009. Studi Kasus Pengetahuan dan Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup. Majalah Kedokteran Damianus, Vol 8(2): 115-124.

Divya dan Katie, W. 2004. Factors Affecting Environmental Concern in Bloomington-Normal Residents. The Park Place Economist: Vol. 12.

Djunaedi. 2002. Pengetahuan ekosistem dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan sikap karyawan wanita Universitas Negei Jakarta terhadap lingkungan hidup.


(29)

77

Hadipurnomo. 1995. Fungsi dan Manfaat Mangrove di dalam Mintakat Pantai (Coastal Zone). Duta Rimba/Maret-April/177-178/XXI/1995. Perum Perhutani. Jakarta.

Kartawinata, K., 1984. Status Pengetahuan Hutan Bakau di Indonesia. Proseding Seminar Ekosistem Hutan Mangrove. Jakarta, 27 Febuari -1 Maret 1984. P. 21-39.

MacKinnon, K., Hatta, G., Halim, H. 2000. Ekologi Kalimantan. Prenhallindo. Jakarta. Murdiati, R. 2010. Hubungan Pengetahuan Lingkungan Dan Tingkat Pendidikan Dengan

KepedulianTentang Lingkungan.

Nyabakken, Jw . 1982. Marine Biology : An Ecologycal Approach Terjemahan Dr. H.M Eidman. Gramedia. Jakarta.

Shobeiri, S.M., Omidar, B., dan Prahallada,N.N. 2007. A Comperative Study of Environmental Awareness among Secondary School Students in Iran and India. International Journal Environment Research, Vol 1 (1): 28-34.

Sumail. 2010. Persepsi Nelayan Tentang Lingkungan Pesisir Dalam Rangka Meningkatkan Partisipasi Untuk Pelestarian Lingkungan.

Omarsaid, C, 1999. Keterkaitan Lingkungan Bahari dan Ekowisata . Pusat Penelitian Kepariwisataan, Institut Teknologi Bandung.

Rahmawati, S dan Wilmar. 2006. Diakses pada tanggal 28 Februari 2009. Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Konservasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan.

http://library.usu.ac.id.

Rosita. 2003. Kepedulian siswa terhadap pemeliharaan lingkungan hidup pada SMU Negeri di Jakarta Barat.

Riduwan. 2008. Skala pengukuran variabel-variabel penelitian.Bandung: Alfabeta

Sastropoetro, RA. Santoso, 1988, Partisipasi, komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan, Penerbit Alumni, Bandung.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sukmadinata. 2005, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Shivakumar, G.S.2012. Environmental Concern among the Secondary School Students. Kumadvathi College of Education, Shikaripura. Vol.1,Issue.X/April 2012pp.1-4. Teddlie, C. Mixed Methods Sampling: A Typology With Examples. Journal of Mixed Methods


(30)

78

Z. Aminrad , M. Azizi. 2010. Environmental Awareness and Attitude among Iranian Students in Malaysian Universities. Department of the Environmental Science, Faculty of

Environmental Studies, Universiti Putra Malaysia, 43400 UPM Serdang, Selangor, Malaysia.


(1)

5. Terdapat pengaruh lokasi tempat tinggal terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. Tingkat pengetahuan yang bersekolah di wilayah Pesisir X = 67.50 secara signifikan lebih tinggi dibanding tingkat pengetahuan siswa yang bersekolah di dataran tinggi X = 61.01 dan di kota Kota X = 57.50. Namun tingkat pengetahuan siswa yang bersekolah di dataran tinggi dan di kota tidak berbeda signifikan.

6. Tidak terdapat pengaruh lokasi tempat tinggal terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

7. Tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

8. Tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 9. Tidak terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat

pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

10. Tidak terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.


(2)

11. Tidak terdapat pengaruh sumber informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

12. Tidak terdapat pengaruh sumber informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

5.2 Implikasi

Hasil penelitan ini mengimplikasikan faktor wilayah lokasi sekolah dan lokasi tempat tinggal merupakan faktor pendukung pengetahuan siswa terhadap ekosistem mangrove sedangkan yang memengaruhi kepedulian siswa terhadap ekosistem mangrove adalah wilayah lokasi sekolah. Tetapi masih perlu diberlakukan pendidkan lingkungan hidup agar siswa benar–benar mengerti akan arti penting ekosistem mangrove dan penyertaan buku teks IPA sains yang berkaitan dengan ekosistem mangrove dalam meningkatkan pengetahuan dan kepedulian siswa terhadap ekosistem mangrove, tidak hanya bagi siswa yang bersekolah dan tinggal di pesisir saja namun bagi siswa di kota dan di dataran tinggi.


(3)

5.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran-saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Bagi para pendidik, diupayakan memberikan materi Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) khususnya tentang ekosistem mangrove menggunakan metode yang bervariasi dan proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan pendekatan lingkungan alam sekitar sehingga siswa dapat lebih mengenal lingkungan sekitar mereka.

2. Pihak sekolah sebaiknya melakukan kerjasama dengan Departemen Kehutanan, Dinas Perikanan setempat, masyarakat nelayan, baik sebagai pedagang, pengelola, maupun buruh atau juga pengurus koperasi setempat untuk memberikan pengalamannya kepada siswa atau guru sebagai penambahan pengalaman dan pengetahuan.

3. Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebaiknya diajarkan mulai dari jenjang pendidikan yang paling rendah, yaitu Sekolah Dasar (SD), kemudian dilanjutkan lagi ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk itu, pemerintah (Dinas Pendidikan) menyediakan sarana penunjang pembelajaran seperti buku yang baku.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Diakses pada tanggal 18 Maret 2010. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Kepada Siswa Sekolah Sebagai Salah Satu Alternatif Dalam Upaya Mengatasi Masalah Lingkungan.

Arikunto. 2007. Statistika .Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Afriza. 2011. Diakses pada tanggal 31 Desember 2011. Pengetahuan Dan Persepsi Siswa Tentang Hutan Bakau Di Sekolah Negeri Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi. Agusuyono. 2007. Manajemen Berbasis Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove

di Wilayah Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo.

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta.

Arisandi, P. 2001. Mangrove Jenis Api-Api (Avicennia Marina) Alternatif Pengendalian Pencemaran Logam Berat Pesisir.

Astalin, P.K. 2011. A Study of Environmental Awareness Among Higher Secondary Students and Some Educational Factors Affecting It. International Journal of Multidisciplinary Research, Vol 1(7): 90-101.

Bonai, D. 2009. Pengetahuan tentang Lingkungan Hidup dalam Rangka Partisipasi Memelihara Kelestarian Hutan Mangrove.

Darsidi, A. 1984. Perkembangan pemanfaatan hutan mangrove di Indonesia. Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove. 19-28.

Dangkua. 2001. Partisipasi nelayan dalam pelestarian lingkungan pesisir pantai : survei pada masyarakat nelayan di kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo.

Departemen Kehutanan. 2007. Rehabilitasi Hutan Mangrove. Direktorat Jenderal Reboisasi Dan Rehabilitasi, Jakarta.

Dewi, 2009. Pengetahuan dan Kepedulian Terhadap Lingkungan Hidup. Departemen Kimia –Biokimia.

Dewi, R. 2009. Studi Kasus Pengetahuan dan Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup. Majalah Kedokteran Damianus, Vol 8(2): 115-124.

Divya dan Katie, W. 2004. Factors Affecting Environmental Concern in Bloomington-Normal Residents. The Park Place Economist: Vol. 12.

Djunaedi. 2002. Pengetahuan ekosistem dan kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan sikap karyawan wanita Universitas Negei Jakarta terhadap lingkungan hidup.


(5)

Kartawinata, K., 1984. Status Pengetahuan Hutan Bakau di Indonesia. Proseding Seminar Ekosistem Hutan Mangrove. Jakarta, 27 Febuari -1 Maret 1984. P. 21-39.

MacKinnon, K., Hatta, G., Halim, H. 2000. Ekologi Kalimantan. Prenhallindo. Jakarta. Murdiati, R. 2010. Hubungan Pengetahuan Lingkungan Dan Tingkat Pendidikan Dengan

KepedulianTentang Lingkungan.

Nyabakken, Jw . 1982. Marine Biology : An Ecologycal Approach Terjemahan Dr. H.M Eidman. Gramedia. Jakarta.

Shobeiri, S.M., Omidar, B., dan Prahallada,N.N. 2007. A Comperative Study of Environmental Awareness among Secondary School Students in Iran and India. International Journal Environment Research, Vol 1 (1): 28-34.

Sumail. 2010. Persepsi Nelayan Tentang Lingkungan Pesisir Dalam Rangka Meningkatkan Partisipasi Untuk Pelestarian Lingkungan.

Omarsaid, C, 1999. Keterkaitan Lingkungan Bahari dan Ekowisata . Pusat Penelitian Kepariwisataan, Institut Teknologi Bandung.

Rahmawati, S dan Wilmar. 2006. Diakses pada tanggal 28 Februari 2009. Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Konservasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. http://library.usu.ac.id.

Rosita. 2003. Kepedulian siswa terhadap pemeliharaan lingkungan hidup pada SMU Negeri di Jakarta Barat.

Riduwan. 2008. Skala pengukuran variabel-variabel penelitian.Bandung: Alfabeta

Sastropoetro, RA. Santoso, 1988, Partisipasi, komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan, Penerbit Alumni, Bandung.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sukmadinata. 2005, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Shivakumar, G.S.2012. Environmental Concern among the Secondary School Students. Kumadvathi College of Education, Shikaripura. Vol.1,Issue.X/April 2012pp.1-4. Teddlie, C. Mixed Methods Sampling: A Typology With Examples. Journal of Mixed Methods


(6)

Z. Aminrad , M. Azizi. 2010. Environmental Awareness and Attitude among Iranian Students in Malaysian Universities. Department of the Environmental Science, Faculty of Environmental Studies, Universiti Putra Malaysia, 43400 UPM Serdang, Selangor, Malaysia.