FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENGETAHUAN DAN PERSEPSI SISWA TERHADAP EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN DELISERDANG.

(1)

1

FAKTOR -FAKTOR PENENTU PE NGETAHUAN DAN

PERSEPSI SISWA TERHADAP EKOSISTEM HUTAN

MANGROVE DI KABUPATEN DELISERDANG

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun Oleh Muhammad Iqbal H. T

NIM. 8116174009

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

vii


(4)

i ABSTRAK

Muhammad Iqbal. H. Tambunan. Faktor-Faktor Penentu Pengetahuan dan Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Hutan Mangrove di Kabupaten Deliserdang. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Faktor-faktor yang menentukan tingkat pengetahuan siswa tentang ekosistem mangrove; dan (2) Faktor-faktor yang menentukan persepsi siswa tentang ekosistem mangrove pada siswa SMP Negeri Kabupaten Deliserdang. Sampel penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri Tahun Pembelajaran 2014/2015 sebanyak 110 siswa dari sekolah yang dekat dan 129 siswa dari sekolah yang jauh dari ekosistem mangrove. Teknik pengambilan data menggunakan tes pilihan berganda berjumlah 20 soal dan angket persepsi berjumlah 20 soal. Analisis data untuk variabel yang kelompok kurang dari dua menggunakan uji t dan Anava untuk variabel yang kelompok lebih dari dua pada taraf signifikan  = 0,05 dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa: lokasi sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa tentang ekosistem mangrove, lokasi tempat tinggal siswa berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove, pendidikan orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengetahuan siswa dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove dengan tingkat pengetahuan siswa yang orang tuanya lulusan tingkat diploma secara signifikan lebih tinggi dibanding tingkat pengetahuan siswa yang latar belakang pendidikan orang tuanya hanya tamat SMP dan tidak tamat SD dan jenis pekerjaan orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove.


(5)

ii ABSTRACT

Muhammad Iqbal. H. Tambunan. The Determinants of Knowledge and Perception of Students to Mangrove Forest Ecosystem In the Deliserdang District. Thesis. Postgraduate Program State University of Medan. 2015.

This research aims to know: (1) The factors that determine the knowledge level of students about mangrove ecosystem; and (2) The factors that determine the perception of students about mangrove ecosystem of students at state of junior secondary school in Deliserdang district. A sample of the research from student of class VIII SMP state academic year 2014/2015 as much as 110 student from closest school and 129 student from far schools of the mangrove ecosystem. The data collection using multiple choice test is 20 question and perception questionnaire is 20 question. Data analysis for variables group less than two using t test and Anava for variables a group of more than two of the significant level  = 0,05 and continued with Tukey test. The result of this research obtained that: school location influential significantly to level of knowledge and perception of students about mangrove ecosystem, the location of students who lived influential significantly to level of knowledge and perception of students to mangrove ecosystem, education parents influential significantly to knowledge level of student and perception of student to mangrove ecosystem with the knowledge level of students which his parents level diploma graduates significantly higher than the level of knowledge of students that education background of his parents only junior secondary school and not finish primary school and then type of work parents influential significantly to perception of student to mangrove ecosystem.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji hanyalah milik ALLAH SWT atas segala limpahan Hidayah-NYA kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah melakukan revolusi moral dan pemikiran sehingga kemajuan disegala aspek kehidupan dapat tercipta hingga saat ini. Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi di sekolah pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tesis ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Medan Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd.

2. Direktur Program Pascasarjana Unimed Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd.

3. Dosen Pembimbing I Bapak H. Syarifuddin, M.Sc., Ph.D., serta Dosen Pembimbing II Bapak Prof. Dr. Sumarno, M.Pd, yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta dukungan pada penulis sejak awal sampai dengan penyelesaian tesis ini.

4. Bapak H. Dr. Hasruddin, M.Pd., Ibu Dr. Hj. Fauziyah Harahap, M.Si., dan Bapak Prof. Dr. rer. nat. Binari Manurung, M.Si., selaku narasumber yang


(7)

iv

telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

5. Bapak Dr. Mufti Sudibyo, M.Si selaku validator, Bapak Dr(c). Tri Harsono, M.Si, Bapak Dr(c). Puji Prastowo, M.Si serta

Bapak/ Ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama di Program Pascasarjana Unimed.

6. Tesis ini dipersembahkan kepada Orang tua Ayahanda H. Hanuddin A.Tambunan dan Ibunda Hj. Erlina Rangkuti yang senantiasa mendoakan dan mendorong penulis menjalankan studi dan sampai menyelesaikan tesis ini. Kepada Keluarga Besar Tambunan dan Rangkuti, Ma’ Em (A. Majid) dan Unde If (Rifwani) terima kasih segala dukungan dan motivasinya. 7. Kepada kakanda Lily Hadina S.Pd dan abangda Yudi A. Syahputra. SH

dan Vania Kirani Putri tersayang terima kasih dukungan, motivasi, laptop dan sarapannya.

8. Terspesial kepada drh.Qaida Minati semangat, senyum dan segalanya, Kepada abgda Ihsan Fahmi dan keluarga besar (Kak Lia, Jihan, Daffa dan Ummi) terima kasih dukungan, printer dan do’anya. Keluarga besar Abangda Mhd. Faisal, S.Si., S.Pd., M.Pd. dan kak Suryani Dalimunthe S.Si., S.Pd (Dila dan Fadil) terima kasih dukungan dan do’a. Buat Abgda Lim’s Jr dan Bg Donny terima kasih motivasinya.

9. Teman-teman seperjuangan Prayogi, Ikhsan, Adlan, Hasmi, Bg Erwin, Raja Novi, Sukma S. Srg dan Pak Daulat M. Harahap dll.


(8)

10. Kepada The Kandang’s (Ogi, Gajah, Yusran, Hasyim, Dodi F. Siswanto, Febri, Adlan, Dian, Iskandar) terima kasih kebersamaannya, tiada kesan terkenang tanpa kehadiran kalian.

11. Tempatku bernaung dan belajar BIOTA, terima kasih banyak Aljun Fiyantara, Riansyah Sigit, Atcul, Deby, Dwita, Arisamala, Dini, Wita, Ainun, Ade P. Sari dan seluruh adinda BIOTA plus Pak Pardede (Pak De) 12. Teman seperjuangan Prodi Pend. Biologi Angk. XX kelas B serta kelas A

(Bu Sri Junianda, Bu Nurainun, Bang Jihni, Bang Sakti Y. Purba, Ujing Rahmayani, Kak Friska, Kak Yovanna, Kak Tiwi, Kak Indayana, Kak Glory, Kak Ekariana, Kak Dhani, Tria Sri Wahyuni, Wenni, Destriana, Ikhsan, Hasyim, Yuyun, Ridho Putri, Widia Ningsih, Rifna Al Husna). Tak lupa kepada Kak Ana, The Rental Jihan (Hari), Laboran Domu Rambe, Senior Iqbal Pimpinan, abg parkir pasca. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan, semoga Allah SWT membalas kebaikannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya para guru biologi serta dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Medan, Juni 2015 Penulis

Muhammad Iqbal. H. Tbn NIM. 8116174009


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB. I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 6

C. Batasan Masalah 7

D. Rumusan Masalah 7

E. Tujuan Penelitian 8

F. Manfaat Penelitian 9

BAB. II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengetahuan Siswa Tentang Mangrove 10

B. Persepsi Siswa 12

C. Ekosistem Mangrove 14

D. Kabupaten Deli Serdang 19

E. Penelitian Yang Relevan 20

F. Kerangka Berpikir 22

F.a. Pengaruh Wilayah Lokasi Sekolah Terhadap Tingkat

Pengetahuan dan Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove 22

F.b. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Tingkat

Pengetahuan dan Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove 23


(10)

F.c. Pengaruh Pekerjaan Orang Tua Terhadap Tingkat Pengetahuan

dan Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove 25

F.d. Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal Terhadap Tingkat

Pengetahuan dan Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove 27

F.e. Pengaruh Sumber Informasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan

Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove 28

F.f. Pengaruh Jenis Kelamin Siswa Terhadap Tingkat Pengetahuan

dan Persepsi Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove 29

G. Hipotesis 31

G.a. Hipotesis Verbal 31

G.b. Hipotesis Statistik 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian 35

B. Sumber Data 35

B.a. Populasi 35

B.b. Sampel Penelitian 35

C. Desain Penelitian 36

C. a. Jenis dan Desain Penelitian 36

C. b.Variabel Bebas 36

C. c. Variabel Terikat 36

D. Defenisi Operasional Variabel Penelitian 36

E. Teknik Pengumpulan Data 38

E. a. Instrumen Penelitian 38

E.a. a. Tes 38

E.a. b. Angket 39

E. b. Validasi Instrumen Penelitian 40

F. Teknik Analisis Data 40

F. a. Pengaruh wilayah Lokasi Sekolah Terhadap Tingkat


(11)

F. b. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Tingkat

Pengetahuan dan Persepsi Ekosistem Mangrove Siswa 41

F. c. Pengaruh Pekerjaan Orang Tua Terhadap Tingkat

Pengetahuan dan Persepsi Ekosistem Mangrove Siswa. 42

F. d. Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal Terhadap Tingkat

Pengetahuan dan Persepsi Ekosistem Mangrove Siswa 42

F. e. Pengaruh Cara Mendapatkan Informasi Terhadap Tingkat

Pengetahuan dan Persepsi Ekosistem Mangrove Siswa 43

F. f. Pengaruh Jenis Kelamin Siswa terhadap Tingkat

Pengetahuan dan Persepsi Ekosistem Mangrove Siswa 43

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi hasil penelitian 44

B. Pengujian Hipotesis 53

C. Pembahasan 59

D. Keterbatasan Penelitian 68

BAB. V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan 69

B. Implikasi 71

C. Saran 72


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Tes Pengetahuan Ekosistem Mangrove 39 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Persepsi Terhadap Ekosistem Mangrove 39


(13)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rantai Makanan Pada Ekosistem Mangrove 15 Gambar 2.2 Ilustrasi tumbuhan mangrove yang melindungi daratan dari

badai angin 18

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir 30

Gambar 4.1. Lokasi Sekolah (Dekat dan Jauh) terhadap Tingkat pengetahuan Ekosistem Mangrove pada siswa kelas VIII

SMP Negeri Deli Serdang (F = 23,627 ; P = 0,000) 44 Gambar 4.2. Lokasi Sekolah (Dekat dan Jauh) terhadap Tingkat

pengetahuan Ekosistem Mangrove pada siswa

kelas VIII SMP Negeri Deli Serdang (F = 19,434; P = 0,000) 45 Gambar 4.3. Tingkat Pendidikan Orang Tua (Diploma, Sarjana,

SD, SMA, SMP, Tidak tamat SD) terhadap pengetahuan Ekosistem Mangrove pada siswa

kelas VIII SMP Negeri Deli Serdang (F = 3,327 ; P = 0,006) 46 Gambar 4.4. Tingkat Pendidikan Orang Tua (Diploma, Sarjana, SD, SMA, SMP Tidak tamat SD) Terhadap Persepsi

Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove Siswa Kelas VIII

SMP Negeri Deli Serdang (F = 2,875; P = 0,015) 47 Gambar 4.5. Tingkat Pekerjaan Orang Tua (Guru, Karyawan,

Mapan, Nelayan, Pedagang, Petani , Pegawai Negeri Sipil, TNI/Polri Wiraswasta) Terhadap Pengetahuan

Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove Siswa Kelas VIII

SMP Negeri Deli Serdang (F = 2,155; P = 0,032) 48 Gambar 4.6. Lokasi Rumah (Dekat dan Jauh) Terhadap Pengetahuan

Ekosistem Mangrove pada siswa kelas VIII

SMP Negeri Deli Serdang (F = 4,909; P = 0, ,028) 50 Gambar 4.7. Lokasi Rumah (Dekat dan Jauh) Terhadap

Persepsi Ekosistem Mangrove pada siswa kelas VIII

SMP Negeri Deli Serdang (F = 4,895; P = 0,028) 51 Halaman


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Persentase Ekosistem Mangrove di Asia 78

Lampiran 2. Populasi Sekolah 83

Lampiran 3. Instrumen Pengetahuan Siswa

Lampiran 4. Instrumen Persepsi Siswa 83

Lampiran 5. Nilai Pengetahuan dan Persepsi Siswa di Lokasi Sekolah

Dekat Dengan Mangrove 88

Lampiran 6. Nilai Pengetahuan dan Persepsi Siswa di Lokasi Jauh Dengan

Mangrove 92

Lampiran 7. Deskripsi Variabel 97

Lampiran 8. Normalitas 100

Lampiran 9. Homogenitas 101

Lampiran 10. Kategori Nilai Pengetahuan dan Persepsi siswa tentang

ekosistem mangrove 102

Lampiran 11. Uji Hipotesis Data Pengetahuan Siswa 103

Lampiran 12. Uji Hipotesis Data Persepsi Siswa 112


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas di dunia sekitar 19% dari total hutan mangrove dunia, dan terluas se-Asia Tenggara sekitar 49% dari luas totalnya (Lampiran 1). Menurut Bakosurtanal (2009) diketahui bahwa luas hutan mangrove di Indonesia sebesar 3.244.018 Ha. Mangrove di Indonesia memiliki 45 spesies (tidak termasuk spesies yang dikenali) dari 75 spesies mangrove sejati yang tersebar di dunia, hal ini berarti Indonesia merupakan negara dengan mangrove terluas dan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi. Kawasan mangrove tersebut tersebar di sepanjang pesisir Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali, hingga Papua (Ilman dkk, 2011).

Menurut Anwar dan Gunawan dalam Ilman (2011) laju kerusakan mangrove di Indonesia telah mengkhawatirkan, mencapai 530.000 Ha pertahun, ini lebih cepat dari laju rehabilitasi mangrove yaitu sekitar 1.973 Ha pertahun. Tingkat hilangnya hutan mangrove Indonesia dari tahun 1986 hingga tahun 1990 sangat beragam antara satu pulau dengan pulau lainnya. Di Papua tingkat kerusakannya adalah yang paling rendah (8%), Nusa Tenggara (34%), disusul Sumatera (43%), Kalimantan (64%), Sulawesi (69%), dan hampir 90% di Jawa dan Bali (Noor dkk, 2006). Secara keseluruhan, dalam rentang waktu lima tahun tersebut Indonesia telah kehilangan sekitar 2,49 juta Ha hutan mangrovenya.

Pesisir pantai timur Sumatera Utara luas mangrovenya pada tahun 2006

hanya tersisa 41.700 ha dari luas awal pada tahun 1977 sebesar 103.415 Ha, hal ini berarti telah hilang sebesar 59,68% selama 29 tahun (Onrizal, 2008).


(16)

Kerusakan ini berdampak pada penurunan volume dan keragaman jenis ikan yang ditangkap, dimana 65,7% jenis ikan menjadi langka dan 27,5% jenis ikan tidak pernah lagi tertangkap. Hal ini berdampak pada penurunan pendapatan nelayan sebesar 40,5% (Onrizal et al. 2009). Menurut Hidayati, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut menyebutkan bahwa 90% hutan mangrove di provinsi Sumatera Utara mengalami kerusakan cukup parah. Penyebabnya antara lain, alih fungsi hutan mangrove menjadi perkebunan sawit, tambak ikan, udang dan lain-lain yang merusak lebih dari 22 ribu hektar. (www.mongabay.co.id/2013 )

Dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Deliserdang (2010), secara geografis Kabupaten Deliserdang terletak pada wilayah Pengembangan Pantai

Timur Sumatera Utara dengan luas wilayah 249,772 Ha dengan 26,36% (65.690 Ha) wilayahnya adalah dataran pantai yang meliputi 4 kecamatan yaitu

Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Labuhan Deli, Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Pantai Labu. Secara umum vegetasi pohon yang ada merupakan sisa hutan mangrove yang telah dikonversi menjadi tambak sejak tahun 1980. Kerusakan yang terjadi pada hutan mangrove di Kabupaten Deliserdang tidak lain disebabkan oleh eksploitasi hutan yang berlebihan dan disebabkan karena konversi lahan untuk peruntukkan lain, seperti untuk areal perkebunan, pemukiman lahan pertanian dan pertambakan.

Bertambahnya kebutuhan akan manfaat kayu bakau memicu terjadinya ilegal dan eksploitasi yang tidak terkendali lagi. Pemanfaatan lahan yang tidak teratur dan tidak memperhatikan aspek ekologis hutan mangrove seperti pembuatan tambak yang sembarangan tanpa disertai pengetahuan masyarakat sekitar mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem hutan mangrove dan


(17)

3

akhirnya saat ini menyebabkan kerusakan lahan yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh aparat dan sesama masyarakat dalam menjaga dan mengelola hutan mangrove baik yang ada ataupun yang sudah direboisasi mengakibatkan proses suksesi alami hutan mangrove tidak berjalan seperti yang diharapkan, diperparah lagi adanya ilegal eksploitasi yang sudah berkepanjangan.

Setidaknya ada 5000 hektar hutan mangrove di Paluh Puro Deli Serdang telah dijadikan kebun kelapa sawit. Penggarapan hutan mangrove dilakukan hingga mencapai bibir pantai, jika ada pasang besar hutan yang tersisa tak mampu lagi menahan air, hinggga akan melimpah dan mengakibatkan banjir rob.

http://hariansib.com

Untuk mencegah bertambahnya kerusakan hutan mangrove telah dilakukan usaha pencegahan berupa penanaman mangrove kembali dan sosialisasi oleh pemerintah dibawah Dinas Kehutanan, Badan Lingkungan Hidup dan Balai Pengelolaan Hutan Mangrove II Medan, Instansi-instansi, LSM Lingkungan dan Perguruan Tinggi bekerja sama dengan masyarakat. Upaya ini sebagai respon terhadap terjadinya kerusakan ekosistem mangrove yang berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat pesisir.

Namun partisipasi masyarakat terhadap usaha tersebut masih kecil, hanya diikuti oleh sekelompok masyarakat sekitar, ditambah lagi tidak banyak masyarakat yang berkomitmen dalam melaksanakannya, hal ini ditandai tetap berlangsungnya kegiatan penanaman namun setelah itu ditinggalkan tidak diiringi dengan kepedulian untuk menjaga dan merawat.


(18)

Masyarakat sudah memiliki pengetahuan mendasar tentang mangrove, tetapi belum membentuk persepsi yang baik terhadap ekosistem, sehingga belum membentuk sikap kepedulian terhadap mangrove. Diperlukan berbagai upaya untuk menjaga kelestarian mangrove, salah satunya dengan melibatkan semua kalangan terutama yang berada di lingkungan mangrove serta dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat khususnya siswa-siswi sejak dini melalui pendidikan di sekolah dengan penerapan di lingkungan tempat tinggal dan aktivitasnya.

Keberadaan siswa-siswi yang berinteraksi dengan lingkungan mangrove setiap harinya tanpa mengetahui apa sebenarnya fungsi, potensi serta dampak negatifnya perlu dilibatkan untuk membentuk sikap positif terhadap mangrove. Minimnya pendekatan lingkungan secara langsung tentang mangrove di sekolah, cukup memberikan konstribusi bagi rendahnya pengetahuan siswa tentang ekosistem mangrove yang berakibat terhadap proses penafsiran dari stimulasi yang muncul dari pengetahuan, keinginan dan pengalaman secara bersama pada pembentukan persepsinya tentang ekosistem mangrove. Adanya interkasi siswa terhadap ekosistem mangrove baik yang berada disekitar sekolah dan tempat tinggalnya dapat memengaruhi tingkat pengetahuan dan persepsinya terhadap ekosistem mangrove, namun sumber informasi siswa tentang mangrove juga dapat memengaruhi tingkat pengetahuan dan persepsi pada siswa yang tempat tinggal maupun sekolahnya jauh dari ekosistem mangrove.

Pendidikan dan pengetahuan erat hubungannya, dimana dengan pendidikan diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut semakin luas pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa seseorang


(19)

5

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula karena peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan nonformal.

Besarnya peran orang tua dalam memberikan pengetahuan dan persepsi yang mendasar terhadap anak tentang ekosistem mangrove didapatkan melalui interaksi dimana orang tua tersebut bekerja. Tingkat pengetahuan orang tua yang bekerja lebih baik dari pada orang tua yang tidak, hal tersebut akan diajarkan kepada anak sehingga dapat menambah pengetahuan serta pembentukan persepsinya.

Ketekunan, ketelitian dan keinginan mendengarkan dengan baik yang dimiliki siswa perempuan menjadikannya lebih berprestasi dari pada laki-laki. Apabila pengetahuan dan persepsi yang baik terbentuk sejak dini, dewasa nanti diharapkan anak-anak dapat mengambil langkah-langkah yang bijaksana dalam melestarikan dan memanfaatkan ekosistem mangrove.

Manusia sebagai makhluk sosial sekaligus juga makhluk individual, terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan inilah yang menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan yang lain tidak menyenangi obyek tersebut karena adanya persepsi. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya. Persepsi dapat membentuk sikap, baik sikap yang positif maupun negatif terhadap obyek yang dipersepsikan (Abdurrahman, 2003).

Menurut Mardijono (2008), partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) sangat ditentukan oleh persepsi masyarakat tentang arti pentingnya pengelolaan KKLD sebagai sumber kehidupan


(20)

masyarakat yang berkelanjutan. Begitu juga dengan pengetahuan dan persepsi siswa tentang hutan bakau di Sekolah Negeri Kabupaten Tanjung Jabung Timur, hanya sekitar 15,2% sumbangan nilai pengetahuan yang memengaruhi nilai persepsi siswa tentang Hutan Bakau. Sedangkan sisanya, sebesar 84,8% dipengaruhi oleh faktor lain misalnya pekerjaan orang tua, lingkungan, kedekatan tempat tinggal dengan hutan bakau, frekuensi memasuki kawasan hutan bakau dan lain-lain (Afriza, 2011).

Terdapat sejumlah faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi tentang ekosistem mangrove, yaitu: jarak tempat tinggal serta sekolah siswa dengan ekosistem mangrove, seberapa besar peran orang tua siswa dalam memperkenalkan mangrove dan sumber informasi yang paling memengaruhi siswa tentang ekosistem mangrove. Diduga masih ada faktor-faktor lainnya yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa tentang ekosistem mangrove.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan diantaranya :

1. Hutan mangrove di Provinsi Sumatera Utara terutama Kabupaten Deli Serdang mengalami kerusakan yang cukup parah.

2. Pengetahuan masyarakat tentang mangrove sudah ada, tetapi belum membentuk persepsi yang baik terhadap ekosistem mangrove.

3. Kurangnya keterlibatan semua kalangan yang berada disekitar lingkungan mangrove, terutama para siswa-siswi di sekolah.


(21)

7

5. Pengetahuan siswa tentang ekosistem mangrove berakibat terhadap proses penafsiran pada pembentukan persepsinya tentang ekosistem mangrove.

C. BATASAN MASALAH

Dari sekian banyak faktor-faktor yang berpotensi memengaruhi tingkat pengetahuan dan persepsi siswa kelas VIII SMP tentang ekosistem mengrove, maka penelitian ini dibatasi pada: wilayah sekolah dengan mangrove, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, tempat tinggal siswa, sumber informasi tentang mangrove, dan jenis kelamin siswa.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang ?

2. Apakah terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang ?

3. Apakah terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang ?


(22)

4. Apakah terdapat pengaruh lingkungan tempat tinggal terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang ?

5. Apakah terdapat pengaruh sumber informasi siswa terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang ?

6. Apakah terdapat pengaruh jenis kelamin siswa terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang ?

E. TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang

2. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang

3. Mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang

4. Mengetahui pengaruh lingkungan tempat tinggal terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang


(23)

9

5. Mengetahui pengaruh sumber informasi siswa terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang

6. Mengetahui pengaruh jenis kelamin anak terhadap pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Deli Serdang

F. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan evaluasi pada guru khususnya bidang studi biologi untuk lebih memberikan pengetahuan kepada siswa tentang ekosistem mangrove, kepada peningkatan pengawasan dan pelestarian secara berkelanjutan pada lembaga pemerintahan ataupun swasta yang terkait mengenai lingkungan hidup terutama mangrove, dan pembaca, baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis.

Kepada Masyarakat pesisir sebagai sebagai acuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menentukan tingkat pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove.


(24)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diperoleh simpulan bahwa:

1. Terdapat pengaruh lokasi sekolah terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang. Rata-rata pengetahuan siswa yang bersekolah dekat dengan ekosistem mangrove lebih rendah daripada rata-rata siswa yang bersekolah jauh dari ekosistem mangrove.

2. Terdapat pengaruh lokasi sekolah terhadap persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang. Rata-rata persepsi siswa yang bersekolah dekat dengan ekosistem mangrove lebih rendah daripada rata-rata siswa yang bersekolah jauh dengan ekosistem mangrove.

3. Terdapat pengaruh pendidikan orang tua siswa terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang. Tingkat pengetahuan siswa tentang ekosistem mangrove yang orang tuanya lulusan tingkat diploma secara signifikan lebih tinggi dibanding tingkat pengetahuan siswa yang latar belakang pendidikan orang tuanya hanya tamat SMP dan tidak tamat SD. Namun tingkat pengetahuan mangrove siswa yang orang tuanya tamatan


(25)

71

sarjana, tamat SMA, tamat SD, tamat SMP dan tidak tamat SD tidak berbeda signifikan.

4. Terdapat pengaruh pendidikan orang tua siswa terhadap persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang. Tingkat pengetahuan siswa tentang ekosistem mangrove yang orang tuanya lulusan tingkat sarjana, SMA, diploma, tamat SMP, tamat SD dan tidak tamat SD tidak berbeda secara signifikan.

5. Terdapat pengaruh pekerjaan orang tua siswa terhadap tingkat pengetahuan siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang. Tingkat pengetahuan siswa tentang ekosistem mangrove yang orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta, mapan, karyawan, TNI/ Polri, pedagang, Pegawai Negeri Sipil, guru, petani, nelayan dan wiraswasta tidak berbeda secara signifikan.

6. Tidak terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang.

7. Terdapat pengaruh lokasi tempat tinggal siswa terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang. Rata-rata tingkat pengetahuan siswa yang bersekolah dekat lebih rendah dari pada rata-rata siswa yang bersekolah jauh dari ekosistem mangrove.

8. Terdapat pengaruh lokasi tempat tinggal siswa terhadap persepsi ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang.


(26)

Rata-rata tingkat pengetahuan siswa yang bersekolah dekat dengna ekosistem mangrove lebih rendah daripada rata-rata tingkat pengetahuan siswa yang bersekolah jauh dengan ekosistem mangrove.

9. Tidak terdapat pengaruh sumber informasi siswa terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang .

10. Tidak terdapat pengaruh sumber informasi siswa terhadap persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang.

11. Tidak terdapat pengaruh jenis kelamin siswa terhadap pengetahuan siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang.

12. Tidak terdapat pengaruh jenis kelamin laki-laki dengan wanita terhadap persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri di Deli Serdang.

B. IMPLIKASI

Hasil penelitan ini mengimplikasikan faktor lokasi sekolah, lokasi tempat tinggal, pendidikan orang tua merupakan faktor pendukung pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove sedangkan faktor pekerjaan orang tua hanya berpengaruh terhadap pengetahuan siswa terhadap ekosistem mangrove saja.


(27)

73

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan yang memiliki peranan yang sangat luas, baik secara ekonomi, ekologi, fisik. Hal tersebut perlu merupakan potensi yang dimiliki oleh daerah pesisir yang pada umumnya identik dengan taraf hidup dibawah rata-rata. Luas hutan mangrove di Sumatera utara mengalami penurunan, diperlukan berbagai upaya untuk melestarikan ekosistem tersebut, salah satunya dengan mengajak masyarakat sekitar yang memiliki dampak langsung terhadap mangrove untuk menjaga. Dengan mengikut sertakan generasi muda diharapakan dapat melestarikan dan memanfaatkan ekosistem mangrove untuk kehidupan bersama.

Oleh karena itu, baiknya keberadaan ekosistem mangrove menjadi bahan pelajaran yang diperkenalkan secara dini kepada siswa baik yang berada dilokasi maupun yang jauh karena memiliki potensi yang besar namun belum dimanfaaatkan. Apabila pengetahuan dan persepsi yang baik terbentuk sejak dini, dewasa nanti diharapkan anak-anak dapat mengambil langkah-langkah yang bijaksana dalam melestarikan dan memanfaatkan ekosistem mangrove.

C. SARAN

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran-saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Bagi para pendidik, diupayakan memberikan materi Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) khususnya tentang ekosistem mangrove menggunakan metode yang bervariasi dan proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan pendekatan lingkungan alam sekitar sehingga siswa dapat lebih mengenal lingkungan sekitar mereka.


(28)

2. Pihak sekolah sebaiknya berkerjasama dengan Departemen Kehutanan, Dinas Perikanan setempat, masyarakat nelayan, pemerhati lingkungan untuk memberikan pengalamannya kepada siswa atau guru sebagai penambahan pengalaman dan pengetahuan.

3. Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebaiknya diajarkan mulai dari jenjang pendidikan yang paling rendah, yaitu Sekolah Dasar (SD), kemudian dilanjutkan lagi ke Sekolah Menengah dan lanjutan. Untuk itu, pemerintah (Dinas Pendidikan) menyediakan sarana penunjang pembelajaran seperti buku yang penuntun atau media pembelajaran lainnya yang mendukung.

4. Penelitian ini merupakan penelitian awal dalam mencari informasi-infromasi yang dibutuhkan dalam mengetahui pengetahuan dan persepsi siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik didahului observasi yang lebih baik.

5. Penelitian berulang berupa survei maupun eksperimen untuk mengetahui informasi yang lebih rinci, dengan menggunakan instrumen yang lebih baik dengan penambahan jumlah sampel dirasa perlu untuk penelitian berikutnya.

6. Penggunaan metode yang berbeda diperlukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang ada secara bersamaan, untuk mendapatkan hasil yang lebih spesifik terhadap faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove.


(29)

74

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

ACDP Indonesia. 2013. Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan di Indonesia.

Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG).

Afriza. 2011. Pengetahuan dan Persepsi Siswa Tentang Hutan Bakau di Sekolah

Negeri Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Skripsi tidak diterbitkan.

Jambi: Universitas Jambi.

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

Azizah, D, N. 2009. Pengaruh Pengetahuan Mangrove dan Pendapatan

Terhadap Sikap Masyarakat Petambak Dalam Pelestarian Hutan

Mangrove di Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Skripsi tidak

diterbitkan. Jurusan Geografi. Malang: Universitas Negeri Malang. http://library.um.ac.id

Bakosurtanal. 2009. Peta Mangroves Indonesia. Pusat Survey Sumberdaya Alam

Laut. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional.

Ekawati, Aminah dan Shinta Wulandari. 2011. Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika (Studi

Kasus Sekolah Dasar). Universitas Borneo Tarakan. Sosioscientis Jurnal

Ilmu-Ilmu Sosial. Vol.3, (1).

FAO. 2007. The World’s Mangrove 1980-2005. FAO Forestry Paper 153. Rome.

Feller., I. C., and Marsha Sitnik. 1996. Mangrove Ecology: A Manual for a Field

Course A Field Manual Focused on the Biocomplexity on Mangrove

Ecosystems. Smithsonian Institution. Washington DC.

Giesen,Wim; Wulffraat, S; Zieren, M & Scholten, L. 2006. Mangrove Guidebook

For Southeast Asia. FAO and Wetlands International. Thailand.

Harfina. 2014. Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pengetahuan dan Kepedulian

Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove. Tesis tidak diterbitkan. Program

Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Medan.

Ilman, M., Iwan T.C.W., and I N. N. Suryadiputra. 2011. State of the Art

Information on Mangrove Ecosystems in Indonesia. Wetlands


(30)

Imron, Ali. 2006. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Pekerjaan Orang Tua dengan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas II SMPN I Pecangaan

Jepara. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (online),

(http://library.walisongo.ac.id/digilib , diakses 1 Agustus 2014).

______, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 201 Tahun 2004. Tentang Kriteria Baku Dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove.

Kartono, Kartini, 1989. Psikologi Wanita (Jilid I); Mengenal Gadis Remaja dan

Wanita Dewasa. CV Mandar Maju, Bandung.

Kitamura, S., Chairil Anwar., Amalyos Chaniago dan Shigeyuki Baba. 1997.

Buku Panduan Lapangan Mangrove di Indonesia. Proyek Pengembangan

Mangrove Berkelanjutan Dep. Kehutanan Republik Indonesia dan JICA. PassKress Communications: Denpasar, Bali.

Kusmana, C. 2010. Respon Mangrove Terhadap Perubahan Iklim Global: Aspek

Biologi dan Ekologi Mangrove. Makalah disajikan dalam Loka Karya

Nasional Peran Mangrove dalam Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim, KKP, Jakarta 14-15 Desember 2010.

Macnae W. 1974. Mangrove Forests and Fisheries. FAO/IOFC/DEV/74/34. Rome: FAO.

Mardijono. 2008. Persepsi dan Partisipasi Nelayan Terhadap Pengelolaan

Kawasan Konservasi Laut Kota Batam. Skripsi tidak diterbitkan.

Program Pasca Sarjana Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro: Semarang.

Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan dan Pelaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Noor, Y. S., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan

Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.

Nuryoto, S. 1998. Perbedaan Prestasi Akademik Antara Laki-laki dan Perempuan

Studi di Wilayah Yogyakarta. Jurnal Psikologi, (2):16 – 24.

Odum, E. P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. (Diterjemahkan oleh

Tjahjono Samingan dan B. Srigandono). Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Onrizal & Kusmana, C. 2008. Studi Ekologi Hutan Mangrove di Pantai Timur


(31)

76

Onrizal., A. Purwoko., & M. Mansor. 2009. Impact of Mangrove Forests

Degradation on Fisherman Income and Fish Catch Diversity in Eastern

Coastal of North Sumatra, Indonesia. Disajikan dalam International

Conference on Natural and Environmental Sciences 2009 (ICONES’09)

at the Hermes Palace Hotel Banda Aceh on May 6-8, 2009.

Onrizal. 2010. Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera

Utara Periode 1977-2006. Jurnal Biologi Indonesia. Vol.6, (2): 163-172.

Pada, D. N., Andi Y. F., dan Wida S. 2011. Persepsi Masyarakat di Kawasan

Konservasi Laut Daerah Kabupaten Kaimana, Indonesia. Conservation

International Indonesia Kaimana Program.

Pasek, M. S., dan I Made Satyawan,. 2013. Hubungan Persepsi Dan Tingkat Pengetahuan Penderita Tb Dengan Kepatuhan Pengobatan di Kecamatan

Buleleng. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol. 2, (1).

Putriani, Nasria. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja

Tentang Kesehatan Reproduksi Di SMA Negeri 1 Mojogedang. Program

Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Diponegoro,(online),

(http://eprints.undip.ac.id/10681/ diakses 1 Agustus 2014).

Purnobasuki, H. 2012. Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan

Karbon. Dept. Biologi, FST Universitas Airlangga. Buletin PSL

Universitas Surabaya. Vol: 28, hal : 3-5.

Rahmawaty., Khairida., Eva S. 2006. Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya

Konservasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Departemen Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Respository USU.

Shivakumar, G.S and Vamadevappa, H.V. 2011. Environmental Concern among

the Secondary School Students. Indian Streams Reserach Journal.

Vol.1,Issue.XI/Dec; pp.1-4.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Syaban, R. A . 2007. Kajian Tentang Keterkaitan Latar Belakang Pendidikan,

Pengetahuan Ekosistem Mangrove, Status Ekonomi Keluarga, Sikap dan Perilaku Nelayan Dengan Upaya Pelestarian Hutan Mangrove di

Kabupaten Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi

Pendidikan Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

http://library.um.ac.id

Tambunan, A. 2010. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Deli Serdang. Pemerintah


(32)

Walgito, B. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Wardani, L. 2012. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orangtua Dengan Prestasi

Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 20 Medan Tahun

Pembelajaran 2011/2012. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Pendidikan

Biologi Universitas Negeri Medan.

Wijayanti, T. (….). Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Wisata Pendidikan.


(1)

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan yang memiliki peranan yang sangat luas, baik secara ekonomi, ekologi, fisik. Hal tersebut perlu merupakan potensi yang dimiliki oleh daerah pesisir yang pada umumnya identik dengan taraf hidup dibawah rata-rata. Luas hutan mangrove di Sumatera utara mengalami penurunan, diperlukan berbagai upaya untuk melestarikan ekosistem tersebut, salah satunya dengan mengajak masyarakat sekitar yang memiliki dampak langsung terhadap mangrove untuk menjaga. Dengan mengikut sertakan generasi muda diharapakan dapat melestarikan dan memanfaatkan ekosistem mangrove untuk kehidupan bersama.

Oleh karena itu, baiknya keberadaan ekosistem mangrove menjadi bahan pelajaran yang diperkenalkan secara dini kepada siswa baik yang berada dilokasi maupun yang jauh karena memiliki potensi yang besar namun belum dimanfaaatkan. Apabila pengetahuan dan persepsi yang baik terbentuk sejak dini, dewasa nanti diharapkan anak-anak dapat mengambil langkah-langkah yang bijaksana dalam melestarikan dan memanfaatkan ekosistem mangrove.

C. SARAN

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran-saran yang dapat diberikan sebagai berikut:

1. Bagi para pendidik, diupayakan memberikan materi Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) khususnya tentang ekosistem mangrove menggunakan metode yang bervariasi dan proses belajar mengajar sebaiknya dilakukan dengan pendekatan lingkungan alam sekitar sehingga siswa dapat lebih mengenal lingkungan sekitar mereka.


(2)

2. Pihak sekolah sebaiknya berkerjasama dengan Departemen Kehutanan, Dinas Perikanan setempat, masyarakat nelayan, pemerhati lingkungan untuk memberikan pengalamannya kepada siswa atau guru sebagai penambahan pengalaman dan pengetahuan.

3. Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebaiknya diajarkan mulai dari jenjang pendidikan yang paling rendah, yaitu Sekolah Dasar (SD), kemudian dilanjutkan lagi ke Sekolah Menengah dan lanjutan. Untuk itu, pemerintah (Dinas Pendidikan) menyediakan sarana penunjang pembelajaran seperti buku yang penuntun atau media pembelajaran lainnya yang mendukung.

4. Penelitian ini merupakan penelitian awal dalam mencari informasi-infromasi yang dibutuhkan dalam mengetahui pengetahuan dan persepsi siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih spesifik didahului observasi yang lebih baik.

5. Penelitian berulang berupa survei maupun eksperimen untuk mengetahui informasi yang lebih rinci, dengan menggunakan instrumen yang lebih baik dengan penambahan jumlah sampel dirasa perlu untuk penelitian berikutnya.

6. Penggunaan metode yang berbeda diperlukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang ada secara bersamaan, untuk mendapatkan hasil yang lebih spesifik terhadap faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan dan persepsi siswa terhadap ekosistem mangrove.


(3)

74

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

ACDP Indonesia. 2013. Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG).

Afriza. 2011. Pengetahuan dan Persepsi Siswa Tentang Hutan Bakau di Sekolah Negeri Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Jambi: Universitas Jambi.

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

Azizah, D, N. 2009. Pengaruh Pengetahuan Mangrove dan Pendapatan

Terhadap Sikap Masyarakat Petambak Dalam Pelestarian Hutan Mangrove di Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Geografi. Malang: Universitas Negeri Malang. http://library.um.ac.id

Bakosurtanal. 2009. Peta Mangroves Indonesia. Pusat Survey Sumberdaya Alam

Laut. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional.

Ekawati, Aminah dan Shinta Wulandari. 2011. Perbedaan Jenis Kelamin Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika (Studi Kasus Sekolah Dasar). Universitas Borneo Tarakan. Sosioscientis Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial. Vol.3, (1).

FAO. 2007. The World’s Mangrove 1980-2005. FAO Forestry Paper 153. Rome.

Feller., I. C., and Marsha Sitnik. 1996. Mangrove Ecology: A Manual for a Field Course A Field Manual Focused on the Biocomplexity on Mangrove Ecosystems. Smithsonian Institution. Washington DC.

Giesen,Wim; Wulffraat, S; Zieren, M & Scholten, L. 2006. Mangrove Guidebook For Southeast Asia. FAO and Wetlands International. Thailand.

Harfina. 2014. Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pengetahuan dan Kepedulian

Siswa Terhadap Ekosistem Mangrove. Tesis tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Medan.

Ilman, M., Iwan T.C.W., and I N. N. Suryadiputra. 2011. State of the Art Information on Mangrove Ecosystems in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor.


(4)

Imron, Ali. 2006. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Pekerjaan Orang Tua dengan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas II SMPN I Pecangaan

Jepara. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (online),

(http://library.walisongo.ac.id/digilib , diakses 1 Agustus 2014).

______, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 201 Tahun 2004. Tentang Kriteria Baku Dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Kartono, Kartini, 1989. Psikologi Wanita (Jilid I); Mengenal Gadis Remaja dan

Wanita Dewasa. CV Mandar Maju, Bandung.

Kitamura, S., Chairil Anwar., Amalyos Chaniago dan Shigeyuki Baba. 1997. Buku Panduan Lapangan Mangrove di Indonesia. Proyek Pengembangan Mangrove Berkelanjutan Dep. Kehutanan Republik Indonesia dan JICA. PassKress Communications: Denpasar, Bali.

Kusmana, C. 2010. Respon Mangrove Terhadap Perubahan Iklim Global: Aspek

Biologi dan Ekologi Mangrove. Makalah disajikan dalam Loka Karya Nasional Peran Mangrove dalam Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim, KKP, Jakarta 14-15 Desember 2010.

Macnae W. 1974. Mangrove Forests and Fisheries. FAO/IOFC/DEV/74/34. Rome: FAO.

Mardijono. 2008. Persepsi dan Partisipasi Nelayan Terhadap Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Kota Batam. Skripsi tidak diterbitkan. Program Pasca Sarjana Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro: Semarang.

Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan dan Pelaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Noor, Y. S., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan

Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.

Nuryoto, S. 1998. Perbedaan Prestasi Akademik Antara Laki-laki dan Perempuan Studi di Wilayah Yogyakarta. Jurnal Psikologi, (2):16 – 24.

Odum, E. P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. (Diterjemahkan oleh Tjahjono Samingan dan B. Srigandono). Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Onrizal & Kusmana, C. 2008. Studi Ekologi Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara. Biodiversitas. Vol : 9, (1): 25-29.


(5)

76 Onrizal., A. Purwoko., & M. Mansor. 2009. Impact of Mangrove Forests Degradation on Fisherman Income and Fish Catch Diversity in Eastern Coastal of North Sumatra, Indonesia. Disajikan dalam International

Conference on Natural and Environmental Sciences 2009 (ICONES’09)

at the Hermes Palace Hotel Banda Aceh on May 6-8, 2009.

Onrizal. 2010. Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977-2006. Jurnal Biologi Indonesia. Vol.6, (2): 163-172. Pada, D. N., Andi Y. F., dan Wida S. 2011. Persepsi Masyarakat di Kawasan

Konservasi Laut Daerah Kabupaten Kaimana, Indonesia. Conservation International Indonesia Kaimana Program.

Pasek, M. S., dan I Made Satyawan,. 2013. Hubungan Persepsi Dan Tingkat Pengetahuan Penderita Tb Dengan Kepatuhan Pengobatan di Kecamatan Buleleng. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol. 2, (1).

Putriani, Nasria. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja

Tentang Kesehatan Reproduksi Di SMA Negeri 1 Mojogedang. Program

Studi Ilmu Keperawatan. Universitas Diponegoro,(online),

(http://eprints.undip.ac.id/10681/ diakses 1 Agustus 2014).

Purnobasuki, H. 2012. Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan

Karbon. Dept. Biologi, FST Universitas Airlangga. Buletin PSL

Universitas Surabaya. Vol: 28, hal : 3-5.

Rahmawaty., Khairida., Eva S. 2006. Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Konservasi di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Respository USU.

Shivakumar, G.S and Vamadevappa, H.V. 2011. Environmental Concern among the Secondary School Students. Indian Streams Reserach Journal. Vol.1,Issue.XI/Dec; pp.1-4.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Syaban, R. A . 2007. Kajian Tentang Keterkaitan Latar Belakang Pendidikan, Pengetahuan Ekosistem Mangrove, Status Ekonomi Keluarga, Sikap dan Perilaku Nelayan Dengan Upaya Pelestarian Hutan Mangrove di Kabupaten Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Program Studi

Pendidikan Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

http://library.um.ac.id

Tambunan, A. 2010. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Deli Serdang. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang: Deli Serdang.


(6)

Walgito, B. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Wardani, L. 2012. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orangtua Dengan Prestasi

Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 20 Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Pendidikan Biologi Universitas Negeri Medan.

Wijayanti, T. (….). Konservasi Hutan Mangrove Sebagai Wisata Pendidikan. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol.1 Edisi Khusus.(15-25).