PENGEMBANGAN MODUL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 MEDAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MNEGGUNAKAN AUTOGRAPH.

PENGEMBANGAN MODUL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI
15 MEDAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH MENGGUNAKAN AUTOGRAPH

TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH:

IKA MAULIDA THAMIMI
NIM: 8126171012

PENDIDIKAN MATEMATIKA
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015

ABSTRAK

IKA MAULIDA THAMIMI (2015). Pengembangan Modul untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas VII SMP
Negeri 15 Medan Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan
Autograph. Tesis. Medan. 2015. Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui efektivitas (valid, praktis,
efektif) modul yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa melalui model pembelajaran berbasis masalah
menggunakan Autograph, dan (2) Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa terhadap modul yang dikembangkan melalui model
pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan adalah Modul Siswa (MS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Buku Panduan Guru (BPG), dan Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa (TKBKMS). Modul dan perangkat pembelajaran lainnya ini
dikembangkan menggunakan modifikasi model 3-D Thiagarajan, dkk. Proses
pengembangan tersebut terdiri atas tiga tahap, yaitu: pendefinisian, perancangan
dan pengembangan. Data penelitian dianalisis secara deskriptif.
Modul dan perangkat pembelajaran lainnya dikatakan baik jika setelah divalidasi
dan ujicoba, memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan yakni kriteria

kevalidan para ahli termasuk kategori sangat valid, kriteria kepraktisan yang
ditinjau dari kemampuan guru mengelola pembelajaran minimal cukup baik,
respon siswa terhadap pembelajaran positif dengan kategoti baik, serta kriteria
keefektifan ditinjau dari hasil belajar siswa memperoleh 80% bahwa siswa tuntas
secara klasikal.
Kata Kunci: Pengembangan Modul, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Autograph.

i

ABSTRACT
IKA MAULIDA THAMIMI (2015). The Development of Modules to Improved
of Mathematical Student’s Creative Thinking Ability at VII Grade SMP Country
15 Medan Through Problem Based Learning Model Using Autographs. Thesis.
Medan. 2015. Study Program: Mathematics Education of Postgraduate of State
University of Medan.
The aim of this research are: (1) to find out the effectiveness (valid, practical,
effective) developed of modules to improved of mathematical student’s creative
thinking ability through problem based learning model using autographs, and (2)
to find out the improving of mathematical student’s creative thinking ability

toward of the developed modules through problem based learning model using
autographs.
This research is the developmental research. The learning instruments developed
are student module (MS), the implementation plan (RPP), teacher guide books
(BPG) and test of mathematical student’s creative thinking ability (TKBKMS).
Modules and other learning instruments that were developed using a modified 3-D
Thiagarajan et al,. The development process consists of three steps: defining,
designing and development. Data were analyzed descriptively.
Modules and other learning instruments said to be good if after being validated
and trials, which have qualify the criteria validity criteria of experts including a
valid category, practicality criteria in terms of the ability of teachers to manage
the learning of at least good enough, student responses to positive learning with
good category, as well as the criteria of effectiveness in terms of learning
outcomes students acquire 80% of students completed the classical style.
Keywords: Development of Modules, Mathematical Student’s Creative Thinking
Ability, Problem Based Learning Model, Autographs.

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil „alamin, puji syukur ke hadirat ALLAH SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Pengembangan Modul Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis Siswa Kelas VII
SMP Negeri 15 Medan Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Menggunakan Autograph”. Shalawat dan salam ke-Ruh junjungan kita
Rasulullah SAW, yang telah menuntun umatnya kepada jalan yang diridhai Allah.
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar magister pendidikan (M.Pd) pada program studi pendidikan
matematika. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (development
research). Sejak mulai persiapan hingga selesainya penulisan tesis ini, penulis
memperoleh dorongan, bantuan dan semangat yang tak henti-hentinya dari
berbagai pihak. Maka dari itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih dan penghormatan serta penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak
yang dengan tulus ikhlas membantu penulis baik dalam bantuan langsung maupun
tidak langsung. Semoga Allah Ta‟ala memberikan balasan yang setimpal atas
kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan terkhusus penulis berikan
kepada:
1. Ayahanda Zulham bin Alm. H. Hasan Thaib dan Ibu Hj. Zuraida, serta ibunda
Supiah binti H. Basyirin T. dan IbuAlmh. Hj. Nafsiah yang telah mencurahkan

kasih sayang, perhatian, keringa tdan air mata yang tak pernah putus selalu
mendukung segala keputusan dan langkah yang penulis pilih hingga dapat
menyelesaikan pendidikan pada tahap ini dan sampai kapanpun.
2. Bapak Drs. Masdar Limbong, M.Pd dan Ibu Lisnawati, S.Si, S.Pd.I, M.MPd
selaku orang tua asuh tempat penulis bernaung mengarungi kehidupan di kota
Medan yang sangat tulus dan ikhlas memberikan perhatian dan dukungan moril

iii

maupun materil selama perkuliahan hingga dapat menyelesaikan pendidikan
ini.
3. Ibu Dra. Ida Karnasih, M. Sc, Ph.D dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku
Dosen Pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktunya di sela-sela
kesibukannya tetap memberikan kesempatan penulis dalam bimbingan, arahan
dan saran-saran yang sangat berarti.
4. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, Bapak Prof. Dr.H. Sahat Saragih, M.Pd
dan Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku narasumber yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd
selaku ketua dan sekretaris serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku staf

administrasi Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat
memberikan kemudahan, nasehat dan arahan yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
6. Bapak Direktur, Asisten Direktur I, II dan III beserta para staf Program
Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam
segala urusan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
7. Bapak Drs. Sangka Harahap, MM selaku kepala sekolah SMP Negeri 15
Medan, para guru dan staf administrasi sekolah tersebut yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian
lapangan di sekolah serta Bapak Zuheiri S.Pd.I, M.Pd selaku kepala sekolah
SMP IT Al-Hijrah Percut Sei Tuan yang telah memberikan kesempatan penulis
melakukan simulasi.
8. Rekan-rekan satu angkatan “Master Hap-Hap” Program Studi Pendidikan
Matematika TA 2012 yakni: Lili Nur Indah Sari, M.Pd, Rohantizani M.Pd,
Chriswijaya, M.Pd, Sri Yunita Ningsih, M.Pd, Fitriani, M.Pd, Yulia Anita
Siregar, M.Pd, Yunita Dalimunthe, M.Pd, Winmery L. Habeahan, M.Pd yang
telah mendahului penulis mendapatkan gelar. Anggota lain seperti M.Daut
Siagian, M.Pd dan Suwanto yang insyAllah sama-sama wisuda bersama
penulis serta Erik Suparingga, Hilman Habibiy Hrp, Suwanti Rahayu, Devi
Ariani, Nur Shadrina, Yusnarti dan Juindi Ferdinan yang masih terus berjuang


iv

memperoleh gelar magister ini. Terima kasih telah memberikan waktu dan
kesempatan untuk bisa belajar, bermain dan berpetualang bersama selama
kurang lebih 2 tahun lamanya.
9. Semua pihak baik keluarga yang berada di Aceh seperti Kakek, Andung,
Tante, Om, Uwak, Makcik, adek dan abang/kakak sepupu, teman-teman serta
lainnya maupun di Medan seperti Yuni Selviani, Yasmin dan Bintang juga
Julika Rahma Siagian, SE, Sy (Adik Daut), teman-teman di rumah Daut
lainnya yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dan hiburan kala
penulis mengalami kepenatan dalam penyelesaian tesis ini. Dan teruntuk
sepupuku yang jauh di sana, Miftahul Jannah Bahri yang sedang berjuang di
jalan Allah dalam memperoleh gelar pendidikan di Universitas Al-Azhar,
Kairo, Mesir. Semoga kita bisa sama-sama mengaplikasikan ilmu ini dalam
keluarga, agama dan negara agar bermanfaat bagi semua. Amiiinnn. Yaa
Rabbal „Alamiin.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis mengharapkan
semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi para pembaca
sehingga dapat memperkaya khasanah penelitian-penelitian yang terdahulu dan

memberikan inspirasi untuk penelitian selanjutnya.

Medan, 09 April2015
Penulis

IKA MAULIDA THAMIMI
NIM. 8126171012

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.1 Lembar Jawaban Siswa ............................................................................ 9
2.1 Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21 .................................................... 29
2.2 Posisi Kurikulum 2013 ............................................................................. 30
2.3 Elemen Perubahan .................................................................................... 31

2.4 Dampak Pengembangan Kurikulum 2013 ................................................ 32
2.5 Problem Based Learning Process .............................................................. 56
2.6 Autograph 2D dan 3D .............................................................................. 72
3.1 Diagram Alur Modifikasi Model 3-D ........................................................ 101
4.1 Tingkat Penguasaan Belajar Siswa pada Ujicoba I ................................... 188
4.2 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Ujicoba I ............................... 189
4.3 Tingkat Penguasaan Belajar Siswa pada Hasil Pre-Test Ujicoba II ......... 197
4.4 Tingkat Penguasaan Belajar Siswa pada Hasil Post-Test Ujicoba II ........ 198
4.5 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Ujicoba II .............................. 199
4.6 Persentase Perbedaan Kemampuan Berpkir Kreatif Matematis Siswa
pada Ujicoba IdanUjicoba II ..................................................................... 202
4.7 Nilai Rata-Rata Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran pada
Ujicoba I dan Ujicoba II ............................................................................ 206
4.8 Persentase Respon Siswa pada Ujicoba I danUjicoba II ........................... 208
4.9 Perbandingan Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa pada Ujicoba I dan
Ujicoba II .................................................................................................. 211

viii

DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran

Halaman

A – 1 Lembar Observasi Awal ......................................................................... 222
A – 2 Lembar Validasi ..................................................................................... 227
A – 3 Silabus .................................................................................................... 238
A – 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................................... 245
B – 1 Modul Siswa (MS) ................................................................................ 275
B – 2 Buku Panduan Guru (BPG) ................................................................... 337
B – 3 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa (TKBKMS) ........ 411
C – 1 Hasil Validasi ......................................................................................... 445
C – 2 Hasil Ujicoba/Simulasi ........................................................................... 460
D – 1 Deskripsi Hasil Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ......................... 478
D – 2 Deskripsi Hasil Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran................ 486
D – 3Data Angket Respon Siswa terhadap Modul dan Pelaksanaan
Pembelajaran melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah
menggunakan Autograph ........................................................................ 488
D – 4 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

(TKBKMS) ............................................................................................. 490
D – 5 Skor Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ................... 493

xi

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan kurikulum matematika memiliki tuntutan yang lebih
komprehensif sebagai dasar kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran memegang peranan yang sangat
penting dalam pendidikan, baik dalam mengembangkan pemikiran kritis, kreatif,
sistematis, dan logis, juga memberikan kontribusi dalam kehidupan sehari-hari
mulai dari hal yang sederhana seperti perhitungan dasar sampai hal yang
kompleks dan abstrak seperti penerapan analisis numerik dalam bidang teknik dan
sebagainya. Selain itu, kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah memiliki
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang menjadi tujuan tersendiri dari setiap
satuan pendidikan yang ada di Indonesia meliputi kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan
(Mulyasa, 2013: 23).
Demi memperoleh hasil maksimal dalam pencapaian tujuan berdasarkan
tuntutan kompetensi lulusan tersebut maka harus diiringi usaha yang maksimal
dari semua pihak dalam satuan pendidikan tersebut terutama guru sebagai
pelaksana kurikulum di kelas. Segala kemampuan yang dimiliki guru harus
dipersiapkan terlebih dahulu untuk memenuhi segala hal yang dibutuhkan siswa
dalam pembelajaran. Hal ini senada dengan pendapat Mulyasa (2006: 224)
bahwa:

2

“Guru merupakan pengembang kurikulum bagi kelasnya, yang akan
menterjemahkan, menjabarkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang
terdapat dalam kurikulum peserta didik. Dalam hal ini, guru tidak hanya
mentransfer pengetahuan (transfer knowledge) akan tetapi lebih dari itu,
yaitu membelajarkan anak supaya dapat berpikir integral dan
komprehensif, untuk membentuk kompetensi dan mencapai makna
tertinggi. Kegiatan tersebut bukan hanya berwujud pembelajaran di kelas
melainkan dapat berwujud kegiatan lain, seperti bimbingan belajar kepada
peserta didik. Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai
bagian dari perangkat pembelajaran berkaitan erat dengan kegiatan
pembelajaran dan pelaksanaan bimbingan, karena isi kurikulum bukan
hanya yang ada dalam mata pelajaran saja, melainkan mencakup hal lain di
luar mata pelajaran sejauh masih menjadi tanggung jawab sekolah untuk
diberikan kepada peserta didik seperti kerja keras, disiplin, kebiasaan
belajar yang baik dan jujur dalam belajar”.
Salah satu unsur pokok yang dipersiapkan guru adalah seperangkat
pembelajaran yang dihadirkan dalam kelas untuk menciptakan suasana belajar
yang kondusif sehingga proses pembentukan pengetahuan pada diri siswa dapat
berkembang maksimal. Dalam pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar sebagai
perangkat pembelajaran merupakan bagian yang sangat berperan penting. Seperti
yang diungkapkan oleh Suparno (Frisnoiry, 2013 :14):
„„Sebelum guru mengajar (tahap persiapan) seorang guru diharapkan
mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat
peraga/praktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan
arahan untuk memancing siswa lebih aktif belajar, mempelajari keadaan
siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari
pengetahuan awal siswa, kesemuaan ini akan terurai pelaksanaannya di
dalam perangkat pembelajaran‟‟.
Perangkat pembelajaran yang ada di sekolah meliputi silabus, RPP, bahan
ajar, modul praktikum, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes untuk
mengukur hasil belajar dan lain sebagainya. Dalam sekolah reguler, perangkat
tersebut juga dilengkapi dengan bahan ajar bagi siswa untuk setiap mata pelajaran
yang diajarkan. Namun pada sekolah khusus yang tidak memiliki guru sebagai

3

pemberi materi pelajaran, maka sekolah menyediakan sejumlah modul sebagai
bahan ajar yang berisi panduan bagi siswa dalam memahami materi tanpa adanya
sosok seorang guru saat pembelajaran dilaksanakan. Meskipun demikian, baik ada
atau tanpa adanya seorang guru di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung,
perangkat pembelajaran yang disusun tersebut memiliki tujuan yang sama yakni
mengembangkan kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi setiap
peserta didik yang belajar agar mutu pendidikan dapat ditingkatkan.
Selain perangkat pembelajaran yang tersedia di sekolah, berdasarkan hal
tersebut guru juga dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan
ajar sendiri khususnya modul yang bertujuan di antaranya sebagai berikut : (1)
pedoman dalam mengelola pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan
kondisi lapangan; (2) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai siswa ;
(3) fleksibilitas guru dalam menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan
alokasi waktu, metode/strategi, dan media pembelajaran dan segala fasilitas yang
tersedia ; dan (4) tuntutan profesionalitas dan kredibilitas seorang guru dalam
meningkatkan kemampuan yang ia miliki. Jadi dalam hal ini, pentingnya
pengembangan bahan ajar terutama modul sama pentingnya dalam pengembangan
perangkat pembelajaran karena modul adalah bagian dari perangkat pembelajaran.
Kenyataan yang terjadi di lapangan sehubungan dengan hal tersebut,
berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap 2 orang guru matematika
menyatakan bahwa:
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru sebagai pendidik hanya
menggunakan perangkat pembelajaran dalam hal ini buku cetak yang
disediakan pihak sekolah sebagai satu-satunya sumber belajar. Selain itu,
guru jarang bahkan tidak pernah mengembangkan perangkat pembelajaran

4

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jika ada, hanya
dalam bentuk RPP dan silabus yang tidak menggunakan sintaks/langkahlangkah pembelajaran yang disesuaikan dengan strategi ataupun metode
yang akan digunakan pada suatu materi tertentu. Penyampaian materi dan
bahan ajar tidak tersusun dengan baik dan materi yang disajikan dalam
buku cetak bersifat abstrak. Hal yang lebih memprihatinkan lagi bahwa
guru tidak pernah memperhatikan/menguji apakah perangkat pembelajaran
yang digunakan selama ini sudah efektif dalam meningkatkan kemampuan
matematis siswa khususnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang
adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa karena untuk
menghadapi perkembangan teknologi yang semakin pesat dituntut sumber daya
manusia yang handal, yang memiliki kemampuan dan keterampilan serta
kreativitas yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pandangan Rusman (2013a: 19)
mengenai tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan siswanya untuk terjun
ke dunia kerja.
Bahan ajar modul yang digunakan dalam pembelajaran juga menuntut
guru

memiliki

kreativitas

yang

tinggi

dalam

mengembangkan

dan

menerapkannya. Berdasarkan tuntutan kurikulum bahwa siswa harus mencapai
standar kompetensi lulusan (SKL), maka modul sebagai bahan ajar yang
dikembangkan memiliki peran yang sangat penting dan harus sesuai dengan
kurikulum yang sedang dijalankan. Namun, jika modul sebagai bahan ajar untuk
mempermudah guru dan siswa dalam pencapaian materi sulit diperoleh bahkan
tidak ada, maka mengembangkan sebuah modul merupakan langkah tepat yang
dapat dipilih seorang guru. Proses pengembangan tersebut diperoleh berdasarkan
sumber dan literatur yang dapat dipercaya dan disusun sendiri oleh guru sesuai
dengan kreativitas dan kemampuan yang dimiliki.

5

Hal lain yang mendorong guru harus bisa mengembangkan sebuah
perangkat pembelajaran sendiri adalah bahwa perangkat pembelajaran yang
tersedia selama ini disusun orang lain tidak sesuai dengan kondisi dan
karakteristik yang dimiliki oleh siswa secara keseluruhan. Artinya bahwa
perangkat orang lain belum tentu dapat mencapai sasaran tujuan dari guru yang
menggunakan perangkat tersebut. Misalnya dalam hal kemampuan awal siswa,
kondisi sosial-budaya masyarakat, minat, keadaan demografis dan lain
sebagainya. Maka dari itu, guru yang mengembangkan perangkat pembelajaran
sendiri dapat mengatur situasi dan kondisi tersebut agar tujuan SKL tercapai
maksimal sesuai sasaran.
Berdasarkan tuntutan tersebut bermuara pada tujuan akhir dari
pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan guru di kelas khususnya
modul sebagai bahan ajar adalah untuk menciptakan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang ada dan dapat dipertanggung jawabkan yang
mampu menyelesaikan permasalahan di kelas terutama kemampuan berpikir
kreatif matematis sebagai salah satu kemampuan dasar matematika yang harus
dimiliki siswa. Namun, kenyataan yang ada berdasarkan fakta di lapangan
menurut hasil wawancara dapat diambil kesimpulan bahwa tuntutan tersebut tidak
berjalan sebagaimana mestinya bahwa guru sebagai tokoh utama di dalam kelas
untuk menjalankan proses pembelajaran bahkan tidak pernah mengembangkan
perangkat pembelajaran khususnya modul melalui model pembelajaran berbasis
masalah sebagai salah satu pendekatan ataupun strategi yang telah ada selama ini.

6

Dewasa ini, hampir setiap orang mulai dari orang awam, pemimpin,
lembaga pendidikan dan manajer perusahaan berbicara mengenai pentingnya
kreativitas. Hal ini disebabkan karena kondisi dalam dunia persaingan pada masa
sekarang menuntut setiap lulusan sekolah harus memiliki kreativitas. Ini sejalan
dengan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap siswa di abad 21 yaitu: (1)
terampil berpikir kritis dan memecahkan masalah (critical thinking and doing),
(2) bersikap selalu ingin tahu dan berimajinasi (creativity and innovation), (3)
kolaborasiberbasis jaringan dan memimpin dengan pengaruh (collaboration,
teamwork and leadership), (4) mampu mengubah arah dan bergerak secara cepat
dan efektif dan beradaptasi (cross cultural understanding), (5) mampu berbicara
dan memiliki kemampuan menulis secara efektif (communication & media
fluency), (6) mengakses dan menganalisis informasi (computing / ICT literacy),
dan (7) memiliki daya berinsiatif dan berkewirausahaan (career & learning self
reliance). Namun Trianto (2010: 2) mengatakan bahwa kenyataan di lapangan
menunjukkan

bahwa

sebagian

besar

lulusan

sekolah

kurang

mampu

menyesuaikan diri dengan perubahan maupun perkembangan teknologi, sulit
untuk dilatih kembali, kurang bisa mengembangkan diri dan kurang dalam
berkarya artinya tidak memiliki kreativitas.
Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa menjadi
fokus utama di kelas. Berpikir kreatif merupakan salah satu berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking). Menurut Learning and Teaching Scotland

(dalam

Budiman, 2011: 1) bila kemampuan berpikir kreatif berkembang pada seseorang,
maka akan menghasilkan banyak ide, membuat banyak kaitan, mempunyai

7

banyak perspektif terhadap suatu hal, membuat dan melakukan imajinasi, dan
peduli akan hasil.
Senada dengan itu tujuan pendidikan matematika diberikan di sekolah
berdasarkan standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata
pelajaran matematika pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi (Muliati, 2012: 3) telah
disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerja sama. Hal ini juga sejalan dengan teori metakognisi yang dikemukakan
Woolfolk (Uno, 2007: 134) bahwa berfikir kreatif merupakan salah satu dari 4
jenis keterampilan yang harus dimiliki siswa yaitu: (1) keterampilan pemecahan
masalah (problems solving); (2) keterampilan pengambilan keputusan (decision
making); (3) keterampilan berfikir kritis (critical thinking); dan (4) keterampilan
berfikir kreatif (creative thinking).
Dalam mempelajari matematika di sekolah agar berguna dalam kehidupan
sehari-hari tidak mudah. Kenyataan demikian terlihat jelas saat wawancara yang
telah dipaparkan sebelumnya bahwa rendahnya nilai matematika siswa daripada
mata pelajaran lain terindikasi dari materi yang tersaji dalam buku cetak yang
bersifat abstrak dan penyampaian materi oleh guru selama ini memisahkan
pengetahuan formal dan pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari
sehingga pengkonstruksian ide yang ada pada siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika hanya dapat diselesaikan menurut aturan yang terdapat dalam

8

buku cetak, bukan pada kreativitas mereka sendiri. Hal ini diduga sebagai salah
satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa.
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang terjadi
masih berpusat pada guru, suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga
siswa menjadi pasif. Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan
suatu konsep dalam matematika dan materi pelajaran yang diterima siswa hanya
sebagai suatu rumus yang harus diselesaikan menurut aturan tertentu sehingga
siswa tidak dapat menemukan manfaat penggunaan konsep tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran
yang dilakukan guru tidak mengarahkan siswa pada kemampuan matematika
khususnya kemampuan berpikir kreatif matematis. Kenyataan ini sangat bertolak
belakang dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner yang terkenal
dengan belajar penemuan (Discovery Learning). Bruner (Trianto, 2011: 38)
menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik.
Berusaha sendiri untuk mencari penyelesaian masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Hal ini dapat diperjelas dari hasil observasi awal yang telah dilakukan
pada siswa tingkat SMP bahwa prestasi siswa dalam matematika rendah terutama
dalam kemampuan berpikir kreatif matematisnya yang dihadapkan pada
permasalahan seperti berikut ini: Sebuah toko memiliki sejumlah 46 sepeda roda
dua dan sepeda roda tiga. Secara keseluruhan toko tersebut hanya memiliki 120
roda. Ada berapa sepeda roda dua dan sepeda roda tiga di toko tersebut ? Dari

9

contoh kasus yang demikian, hasil jawaban siswa tergambar dari lembar jawaban
berikut ini.

Gambar 1.1: Lembar Jawaban Siswa
Dari permasalahan berikut, siswa kesulitan untuk menyelesaikannya
dengan salah satu cara yang tersedia dari berbagai cara yang ada. Siswa juga
mengalami kesulitan bagaimana langkah-langkah menggunakan metode dalam
SPLDV, menggunakan teknik dalam mengimplementasikan suatu metode dan
kesulitan dalam melakukan operasi hitung untuk menyelesaikan suatu
permasalahan. Penggunaan bahan ajar yang minim pun semakin menjadi alasan
kuat bagi para siswa untuk tidak merespon matematika sebagai mata pelajaran
penting yang harus diikuti.
Kenyataan di lapangan menggambarkan bahwa siswa belum memiliki
kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dari berbagai
aspek dalam matematika secara mandiri khususnya kemampuan berpikir kreatif
matematis. Artinya bahwa pada tes yang telah dilakukan tersebut diperoleh fakta
bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa rendah.

10

Kondisi seperti ini menuntut guru untuk bisa mengarahkan siswa memiliki
sebuah solusi dalam setiap permasalahan yang ada. Di sinilah peran guru harus
bisa menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan untuk meningkatkan minat
siswa terhadap matematika dan agar siswa bisa mengeksplorasi kemampuan yang
dimilikinya sehingga dapat memecahkan masalahnya sendiri yang nantinya
diharapkan dapat memperbaiki prestasi belajar dan tujuan pendidikan tercapai
dengan baik.
Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk
mencapai hasil belajar yang berkualitas. Untuk mendukung proses pembelajaran
yang dapat mengaktifkan siswa selama pembelajaran, maka guru harus bisa
menyesuaikan model pembelajaran dengan materi yang diberikan. Salah satunya
yaitu model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Model
pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang
melibatkan aktivitas siswa yang dominan, sedangkan peranan guru lebih sebagai
fasilitator. Menurut Thomas (dalam Budiman, 2011) yang mengatakan karena
pembelajaran berbasis masalah ini dimulai dengan sebuah masalah yang harus
dipecahkan, maka siswa diarahkan untuk memiliki kemampuan berpikir kritis dan
kreatif. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah
ada dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia
sosial dan sekitarnya.
Sejalan dengan pengembangan kurikulum yang dijalankan di Indonesia
saat ini, model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model
sebagai strategi dalam proses pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam

11

kurikulum 2013 tingkat SMP (Kemendikbud 2013) bahwa model pembelajaran
ini menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa
bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata.
Pembelajaran berbasis masalah menurut Arends (Muliati, 2012: 13)
melibatkan siswa aktif secara optimal, memungkinkan siswa melakukan
eksplorasi, observasi, eksperimen, investigasi, pemecahan masalah yang
mengintegrasikan keterampilan dan konsep-konsep dasar dari berbagai konten
area. Belajar berbasis masalah berarti siswa memberi makna terhadap suatu situasi
yang dihadapi serta berusaha membangun dan memahami konsep dari suatu
materi dengan cara terlibat aktif dalam memecahkan masalah.
Selain itu, Siregar (2012: 7-8) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah juga melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif,
berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan
dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks
sekarang ini. Pembelajaran berbasis masalah juga mendukung siswa untuk
memperoleh struktur pengetahuan yang terintegrasi dalam dunia nyata, masalah
yang dihadapi siswa dalam duniakerja atau profesi, komunitas dan kehidupan
pribadi. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ini dalam proses
belajar mengajar juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk

12

belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja
kelompok (Kemendikbud, 2013: 231).
Dalam menjalankan model pembelajaran berbasis masalah secara baik
sehingga tercapainya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa seperti
kemampuan berpikir kreatif matematis yang dihadirkan dalam kelas, maka
diperlukan segala sesuatu yang dibutuhkan seperti perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran tersebut meliputi serangkaian bahan ajar, alat,
sumber dan media pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat merasakan
sendiri dalam menemukan konsep. Selain itu, dalam penerapan model
pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam menciptakan lingkungan
belajar yang dapat mendorong siswa berpikir reflektif, evaluasi krisis, cara
berpikir berdaya guna dan kreativitas tinggi. Suhadi (Siregar, 2012: 8) juga
menjelaskan bahwa perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media,
petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Artinya
bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut disusun berdasarkan
sintaks/langkah-langkah dari model pembelajaran berbasis masalah. Dengan kata
lain, perangkat pembelajaran tersebut akan berhasil dijalankan sesuai dengan
aturan dari model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan
berdasarkan kemampuan dan karakteristik siswa itu sendiri.
Perangkat pembelajaran tersusun atas serangkaian bahan ajar seperti
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku, modul dan sumber bahan
ajar lainnya serta media pembelajaran yang digunakan guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar di kelas. Dalam tulisan ini dibatasi perangkat

13

pembelajaran hanya pada modul. Penggunaan modul dalam proses pembelajaran
di kelas biasanya terjadi hanya pada kelas terbuka karena selama ini modul yang
dihadirkan dalam kelas berperan sebagai pengganti guru. Hal ini sejalan dengan
pendapat Siregar (2012) bahwa modul adalah seperangkat bahan ajar yang
disajikan secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa
seorang fasilitator/guru. Lebih lanjut Daryanto (2013: 1) mengatakan bahwa
fleksibilitas modul sebagai materi pelajaran atau bahan pembelajaran sangat
tinggi. Setiap modul dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan setiap kompetensi lulusan dan pengembangan modul dapat
diselaraskan dengan kebutuhan.
Dengan demikian modul merupakan seperangkat bahan ajar yang
dipersiapkan guru untuk dapat digunakan secara sistematis dan siap pakai
sehingga penggunanya dapat belajar kapan dan dimana saja. Dimana penggunaan
modul merupakan proses mengembangkan pemahamannya sendiri terhadap suatu
konsep dengan kegiatan mencoba dan berpikir secara mandiri sehingga dapat
mereka rasakan sendiri dalam membentuk konsep. Dengan pengalaman tersebut
dapat digunakan untuk mengasah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
yang meliputi keterampilan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility),
berpikir orisinal (originality) dan memperici (elaborate) yang akan diterapkan
dalam model pembelajaran berbasis masalah.
Namun, berdasarkan fakta di lapangan yang telah dijelaskan di atas bahwa
guru bahkan belum pernah mengembangkan bahan ajar modul sehingga tidak
tersedianya modul tersebut yang akan digunakan dalam kelas melalui sintaks dari

14

model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa tidak akan terlaksana.
Salah satu faktor yang mendukung adanya contoh konkrit sebagai
pengalaman belajar yang dirasakan sendiri oleh siswa yaitu media pembelajaran
yang di hadirkan di dalam kelas sebagai alat bantu dalam menanamkan konsep
tersebut. Namun, kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa buku cetak
sebagai satu-satunya sumber belajar yang digunakan guru dan siswa di dalam
kelas menjadikan contoh konkrit dari setiap pengalaman belajar tersebut tidak
akan terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran yang
seharusnya digunakan guru hanya sebagai alat bantu siswa memahami materi
dalam konteks di dalam buku cetak saja, bukan pada kondisi nyata.
Tuntutan penggunaan media pembelajaran oleh guru tidak bisa dilihat
hanya dari satu sudut pandang bahwa guru tidak bisa menghadirkan media di
dalam kelas. Ketersediaan media pembelajaran sebagai alat peraga di sekolah dan
keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran itulah
yang membuat media pembelajaran tersebut tidak bisa dihadirkan. Namun,
apapun bentuknya seorang guru yang memiliki profesionalitas tinggi harus bisa
menyediakan media sebagai alat bantu/peraga untuk dihadirkan di dalam kelas
meskipun dengan benda seadanya.
Proses

pembelajaran

yang

dilakukan

berdasarkan

modul

yang

dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
melalui sintaks dari model pembelajaran berbasis masalah dapat dijalankan secara
maksimal dengan adanya alat bantu yang digunakan guru dan siswa sebagai

15

media pembelajaran di dalam kelas. Sesuai dengan tingkat kognitif siswa, media
pembelajaran tersebut secara singkat lalu dialihkan dengan media elektronik
berbasis teknologi komputer dengan software yang tersedia di dalamnya. Salah
satunya yaitu Autograph. Hal ini sejalan dengan prinsip dasar matematika sekolah
(principles for school mathematics) yang menyatakan bahwa kehadiran teknologi
dalam

proses

belajar

mengajar

sangat

penting

dalam

mempengaruhi

perkembangan otak untuk meningkatkan prestasi siswa dalam matematika.
Dari permasalahan yang terjadi di atas maka modul sebagai salah satu
sebagai

pelengkap

perangkat

pembelajaran

dikembangkan

untuk

dapat

meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa menggunakan
teknologi khususnya software Autograph yang bisa digunakan untuk kelas reguler
dan hadirnya guru sebagai fasilitator dalam membimbing dan mengarahkan siswa
selama proses pembelajaran dengan mengikuti sintaks yang terdapat dalam model
pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka
penelitian

ini

berjudul

“Pengembangan

Modul

untuk

Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas VII SMP Negeri 15
Medan melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah Menggunakan
Autograph.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut:

16

1. Guru tidak pernah mengembangkan perangkat pembelajaran khususnya modul
melalui model pembelajaran berbasis masalah.
2. Proses pembelajaran yang dilakukan guru tidak mengarahkan pada kemampuan
matematika khususnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
3. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa rendah.
4. Belum tersedianya penggunaan bahan ajar modul melalui model pembelajaran
berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa.
5. Keterbatasan media pembelajaran sebagai alat peraga di sekolah dan
keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran.

C. Batasan Masalah
Masalah yang teridentifikasi di atas merupakan masalah yang cukup Iuas
dan kompleks, agar penelitian ini lebih fokus dan mencapai tujuan, maka penulis
membatasi masalah pada:
1. Kemampuan dasar matematika terutama pada kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa.
2. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah modul sebagai bahan ajar
menggunakan langkah-langkah dari model pembelajaran berbasis masalah.
3. Media pembelajaran yang digunakan adalah media komputer berbasis software
Autograph 3.20 yang terdapat dalam modul berdasarkan sintaks dari model
pembelajaran yang digunakan.

17

D. Rumusan Masalah
Sebagaimana telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah

efektivitas

(valid,

praktis

dan

efektif)

modul

yang

dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa kelas VII SMP Negeri 15 Medan melalui model pembelajaran berbasis
masalah menggunakan Autograph?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas
VII SMP Negeri 15 Medan terhadap modul yang dikembangkan melalui model
pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuanpenelitian ini secara
umum adalah untuk memperoleh gambaran tentang pengembangan modul melalui
model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph di SMP.
Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui efektivitas (valid, praktis dan efektif) modul yang dikembangkan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII
SMP Negeri 15 Medan melalui model pembelajaran berbasis masalah
menggunakan Autograph.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas
VII SMP Negeri 15 Medan terhadap modul yang dikembangkan melalui model
pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph.

18

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan
praktis. Manfaat teoritis adalah:
1. Untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan
pengembangan modul, model pembelajaran, dan kemampuan berpikir kreatif
matematis.
2. Sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi guru, pengelola lembaga
pendidikan dan peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji, mencari suatu
pengembangan modul pembelajaran, pelatihan secara mendalam tentang
penerapan model pembelajaran untuk berfikir kreatif matematis.
Sedangkan manfaat praktis dalam penelitian ini antara lain:
1. Menghasilkan produk berupa perangkat pembelajaran matematika dalam
bentuk modul.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bagi guru tentang pengembangan
modul melalui model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph,
sehingga dapat merancang pembelajaran yang lebih baik dengan mengaktifkan
siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
3. Memberikan

gambaran

bagi

guru

tentang

efektivitas

dan

efisiensi

pengembangan modul melalui model pembelajaran berbasis masalah
menggunakan Autograph dalam meningkatkan berpikir kreatif matematis
siswa.

19

G. Definisi Operasional
Dalam penelitian digunakan beberapa istilah. Agar makna dan istilah yang
dimaksudkan dalam penelitian ini terarah dan tepat sasaran maka diperlukan
definisi operasional untuk mengarahkannya.
1. Modul adalah seperangkat bahan ajar yang dapat digunakan secara sistematis
dan siap pakai sehingga penggunanya dapat belajar kapan dan dimana saja.
2. Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan dalam merumuskan
masalah matematika secara bebas, bersifat penemuan, dan baru yang sejalan
dengan ide-ide seperti fleksibilitas, kelancaran, orisinalitas dan merinci dalam
membuat asosiasi baru dan menghasilkan jawaban beragam.
3. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu
proses pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah-masalah yang
kontekstual dan tidak terstruktur serta berusaha untuk mendapatkan solusisolusi yang berarti.
Software Autograph adalah salah satu software pendidikan matematika tingkat
menengah, yang didesain dengan 3 prinsip utama dalam proses pembelajaran,
yaitu fleksibilitas, berulang-ulang dan menarik kesimpulan yang membantu guru
dan siswa untuk melihat hubungan antara representasi visual dan simbolik
mengenai materi yang sedang dipelajari seperti peluang dan statistik, juga
geometri koordinat baik 2 dimensi (2D) maupun 3 dimensi (3D).

216

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pelaksanaan
model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph terhadap modul
yang dikembangkan dengan menekankan pada kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa, diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulankesimpulan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Dihasilkan modul dan perangkat pembelajaran lainnya yang dikembangkan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa melalui
model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph yang
ditinjau berdasarkan kriteria efektivitas modul sebagai berikut:
a. Tingkat

kevalidan

modul

yang

dikembangkan

melalui

model

pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph termasuk
kategori „„sangat valid‟‟ dengan hasil rata-rata RPP sebesar 4,24, ratarata Modul Siswa (MS) sebesar 4,17, rata-rata Buku Panduan Guru
(BPG) sebesar 4,25 dan Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa (TKBKMS) sebesar 4,16 telah memenuhi persyaratan kevalidan
para ahli.
b. Tingkat kepraktisan modul yang dikembangkan melalui model
pembelajaran

berbasis

masalah

menggunakan

Autograph

pelaksanaannya berada pada kriteria 3,50 – 4,49 dengan

dalam
kategori

217

„„baik‟‟ sehingga memenuhi persyaratan kepraktisan.
c. Keefektifan modul yang dikembangkan melalui model pembelajaran
berbasis masalah menggunakan Autograph disimpulkan berdasarkan atas
beberapa hal sebagai berikut: a) respon siswa terhadap modul yang
dikembangkan

melalui

model

pembelajaran

berbasis

masalah

menggunakan Autograph mendapat respon positif di atas 80 %, dan b)
ketuntasan belajar siswa pada ujicoba II mencapai 80% telah memenuhi
kriteria

ketuntasan

belajar

secara

klasikal

sehingga

memenuhi

persyaratan keefektifan.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa (gain) sebesar
0,55 (55%) dengan kategori “sedang”. Aspek berpikir kreatif matematis
yang paling tinggi terutama pada aspek keluwesan (flexibility) terhadap
modul yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah
menggunakan Autograph.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran matematika melalui
model pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph pada kegiatan
pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk
itu peneliti menyarankan beberapa hal:
1. Modul sebagai perangkat pembelajaran yang dihasilkan masih sampai pada
tahap model 3-D, sehingga perlu untuk dikembangkan lagi sampai pada
tahap model 4-D untuk menghasilkan perangkat yang berkualitas.

218

2. Modul yang dihasilkan masih perlu diujicobakan lagi ke sekolah-sekolah
yang lebih luas lagi untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang
benar-benar berkualitas (sebagai tahapan penyebaran model 4-D).
3. Modul yang dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah
menggunakan Autograph sebagai alat bantunya dapat digunakan untuk
materi lain yang sejenis Transformasi (translasi, refleksi, rotasi dan dilatasi)
seperti materi bangun datar ataupun bangun ruang.
4. Modul yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan matematika
pada diri siswa khususnya kemampuan berpikir kreatif matematis terutama
pada aspek keluwesan (flexibility). Untuk itu, dapat dilakukan penelitian
selanjutnya agar modul tersebut dapat meningkatkan aspek lain dari
kemampuan berpikir kreatif matematis seperti aspke kelancaran (fluency),
keaslian (originality) dan elaborasi (elaborate).
5. Pengaturan waktu menjadi faktor yang sangat penting dalam menjalankan
segala hal yang direncanakan. Untuk itu, dalam penelitian selanjutnya
alokasi waktu yang dijalankan di lapangan harus sesuai dengan alokasi
waktu yang tersedia agar berjalan optimal dan mencapai hasil yang
maksimal.
6. Dengan tercapainya efektivitas modul yang dikembangkan melalui model
pembelajaran berbasis masalah menggunakan Autograph, maka tidak perlu
ada lagi keberadaan guru di Indonesia sebagai pemberi materi pelajaran.

219

DAFTAR PUSTAKA

Afriati, Vira. (2011). Peningkatan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematik Siswa
dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Autograph.
Medan: Tesis. Tidak diterbitkan
Amasari, Fety. H. (2011).Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Kreatif Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran (AP) SMK Negeri 1 Depok
pada Pembelajaran Matematika dengan Metode Problem Posing Tipe
Presolution Posing. Yogyakarta: Skripsi. Tidak diterbitkan
Arends, R. (2008). Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi
Aksara
Arsyad, Azhar. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Asmin dan Abil Mansur. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan
Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.
Badi, Jamal. Dkk. (2007). Islamic Creative Thinking. Bandung: Mizan Pustaka
Budiman, Hedi. (2011). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif
Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Berbantuan Software Cabri 3D.Bandung: Skripsi. Tidak diterbitkan
Budiningsih, C. Asri. (2005).Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dahar, R. Wilis. (1991). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Daryanto. (2013). Menyusun Modul. Yogyakarta: Gava Media
DePorter, Bobbi. dkk. (2007). Quantum Learning. Bandung: Mizan Pustaka
Frisniory, Suci. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Untuk
Membelajarkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik
Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP N 7 Binjai. Medan:
Program Pascasarjana Unimed Medan.
Hamalik, Oemar. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
-------------------. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

220

Mahmudi, Ali. (2010). Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis.
Yogyakarta: Seminar Nasional
Mandasari, Lola. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Melalui Model Problem Based
Learning Menggunakan Software Autograph. Tesis pada PPs Unimed:
Tidak diterbitkan
Mardianto (2010). Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Modul:
Fakultas Tarbiyah IAIN SU
Mayasari, (2014). Pengembangan Bahan Ajar dengan Menggunakan Pendekatan
Open Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMP Negeri 6 Pematang Siantar. Tesis pada PPs Unimed:
Tidak diterbitkan
Muliati, Sri. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
Kemampuan Penalaran Dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah
Atas (SMA). Tesis pada PPs Unimed: Tidak diterbitkan
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya
---------------. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta
Ngalimun, dkk. (2013). Perkembangan dan Pengembangan Kreativitas.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Prasetyo, Wahyu. (2011). Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Dengan
Pendekatan PMR Pada Materi Lingkaran di Kelas VIII SMPN 2 Kepohbaru
Bojonegoro. Bojonogoro: Skripsi. Tidak Diterbitkan
Rusman. (2013a). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:
Alfabeta
----------. (2013b). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina.(2008).Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

221

Sinaga. B. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan
Masalah Berbaisi Budaya Batak. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs
UNESA
Sinamo, J. (2010). 8 Etos Keguruan, Jakarta: Institut Darma Mahardika
Siregar, Nisah A. (2012). Pengembangan Modul Untuk Membelajarkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Pecahan
Melalui Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) SMP. Tesis pada
PPs

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERDASARKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP NASRANI 5 MEDAN.

2 9 40

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 15 MEDAN.

0 2 44

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DI KELAS VIII SMP NEGERI 22 MEDAN.

0 4 36

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 27 MEDAN.

0 4 54

MODEL PEMBELAJARAN ASSUREBERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN SELF CONCEPT MATEMATIS SISWA SMP.

4 10 53

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP :Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 16 Bandung:.

3 14 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP.

5 21 70

Penerapan Model Pembelajaran Osborn untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP.

13 63 34

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

0 0 8

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 PURWOKERTO

0 0 15