PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERDASARKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP NASRANI 5 MEDAN.

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERDASARKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

SMP NASRANI 5 MEDAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

RUTH MEIVERA SIBURIAN NIM : 8126171032

PROGRAM PASCASARJANA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

RUTH MEIVERA SIBURIAN. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP Nasrani 5 Medan. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian bertujuan untuk: (1) mengembangkan bahan ajar matematika yang memenuhi persyaratan validitas, kepraktisan dan efektif, (2) mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII SMP Nasrani 5 Medan melalui bahan ajar matematika yang dikembangkan berdasarkan pembelajaran berbasis masalah. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan menggunakan desain model 4-D. Desain ini terdiri dari 4 tahap yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan dan penyebarluasan. Hasil tahap pendefinisian digunakan untuk merancang bahan ajar. Kemudian draf hasil rancangan divalidasi dan diuji coba. Uji coba bahan ajar dilakukan pada siswa kelas VII SMP Dwiwarna Medan. Bahan ajar yang valid, praktis dan efektif kemudian disebarkan ke kelas lain untuk menguji keefektifan sebelum disebarkan lebih luas. Penyebaran dilakukan pada siswa kelas VII SMP Nasrani 5 Medan. Dari hasil analisis pengembangan diperoleh bahwa: (1) Bahan ajar yang dikembangkan valid dengan rata-rata total validitas rpp = 4,14, buku guru = 3,95, dan buku siswa = 4,03; praktis ditinjau dari tingkat kemampuan guru melaksanakan pembelajaran; efektif ditinjau dari tingkat aktivitas siswa, ketuntasan belajar dan respon positif siswa. (2) Bahan ajar yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan nilai gain sebesar 0,463.

Kata kunci: Pengembangan bahan ajar, pembelajaran berbasis masalah, berpikir kreatif.


(7)

ii ABSTRACT

RUTH MEIVERA SIBURIAN. Development Mathematics Teaching Material Based on Problem Based Learning to Enhance the Ability of Mathematical Creative Thinking of Nasrani 5 Middle School Student. Thesis. Medan: The Postgraduate Program, State University of Medan, 2016.

The thesis aims to: (1) develop a mathematical teaching materials that meet the requirements of validity, practical and effective, (2) to know increase the ability of mathematical creative thinking student in class VII Nasrani 5 Medan Middle School through mathematics teaching materials are developed based on problem-based learning. This thesis is a development that uses 4-D design models. This design consists of four stages: defining, designing, development and dissemination. The results of the definition phase is used to design teaching materials. Then draft the design is validated and tested. The trials of teaching material is done in class VII Dwiwarna Medan Middle School. Valid teaching materials, practical and effective then propagated to the other classes to test the effectiveness before being disseminated more widely. Spreading is done in class VII Nasrani 5 Medan. From the development analysis shows that: (1) a teaching materials is valid by the total average validity of lesson plan = 4.14, teacher book = 3.95 and student book = 4.03; practical in terms of ability teacher’s level to implement learning; effective in terms of activity of students’s level, completeness learning and positive response student. (2) The teaching materials developed effective to improve the ability of mathematical creative thinking student with a value gain is 0.463.

Keywords: Development of teaching materials, problem-based learning, creative thinking.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kelimpahan berkat dan kasih-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP Nasrani 5 Medan” disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika di Program Pascasarjana Universitas Medan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Orangtua terkasih, Bapak SH. Siburian, S.Th. dan Mamak L. br. Siahaan serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan moril dan materil kepada penulis selama mengikuti pendidikan sampai dengan selesai. 2. Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr.

Pargaulan Siagian, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd. dan Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd., selaku nara sumber yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si., Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D., Bapak Budi H. Siregar, M.Sc., Ibu Mardiana Nasution, M.Pd., dan Ibu Riska Rahayu, M.Pd., selaku validator yang banyak memberikan masukan.


(9)

iv

5 Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si., selaku ketua dan sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

6. Bapak Dr. Dapot Tua Manullang, M.Si., selaku staf Program Studi Pendidikan Matematika, seluruh dosen Pendidikan Matematika dan staf pegawai Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

7. Bapak Syamsul Bahri, S.Sos. dan Bapak Gunawan, S.Pd., selaku kepala sekolah dan guru matematika SMP Dwiwarna Medan, Bapak Drs. S. Manullang dan Ibu Afrini Siburian, S.Pd., selaku kepala sekolah dan guru matematika SMP Nasrani 5 Medan, yang telah memberikan izin, bantuan dan informasi bagi penulis selama melakukan penelitian.

Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam tulisan ini, yang telah banyak memberikan bantuannya dalam penulisan tesis ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang dapat membangun dari proses penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, September 2016 Penulis,

Ruth Meivera Siburian NIM. 8126171032


(10)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT ………. ii

KATA PENGANTAR ……….………... iii

DAFTAR ISI ……….………... v

DAFTAR TABEL ………..….……… viii

DAFTAR GAMBAR ………..………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ………..………. xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2. Identifikasi Masalah ………..… 11

1.3. Batasan Masalah ……… 12

1.4. Rumusan Masalah ………. 12

1.5. Tujuan Penelitian ……….………. 13

1.6. Manfaat Penelitian ……… 13

1.7. Definisi Operasional ………..……… 14

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Matematika ………..… 16

2.2. Berpikir Kreatif ………..…… 19

2.3. Pembelajaran Berbasis Masalah …..……….…… 28

2.4. Model Pengembangan Bahan Ajar …….….…………..……… 33

2.4.1. Tahap pendefinisian ….………..……. 34

2.4.2. Tahap perancangan ………..…… 35

2.4.3. Tahap pengembangan ……….…… 36


(11)

vi

2.5. Pengembangan Bahan Ajar …….………..…… 37

2.5.1. Bahan ajar sebagai perangkat pembelajaran …….….. 38

2.5.2. Peranan bahan ajar ………..… 40

2.5.3. Persyaratan pengembangan bahan ajar …………..…. 42

2.6. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah ………..………..….. 46

2.7. Penelitian yang Relevan ………..…….……. 50

2.8. Kerangka Berpikir ………....…. 52

2.9. Hipotesis Penelitian ………....…..…. 53

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian ………..…….…… 54

3.2. Jenis Penelitian ……….….… 54

3.3. Pengembangan Perangkat Pembelajaran .……….…….… 55

3.3.1. Tahap pendefinisian ………..……..…… 57

3.3.2. Tahap perancangan ……….… 58

3.3.3. Tahap pengembangan ………..………….………..… 60

3.3.4. Tahap penyebarluasan ………..………….………..… 60

3.4. Prosedur Penyusunan Bahan Ajar ..….………….….………… 61

3.5. Pengembangan Instrumen Penelitian ……….... 64

3.5.1. Tes kemampuan berpikir kreatif ………. 64

3.5.2. Lembar observasi aktivitas siswa ……….. 66

3.5.3. Lembar observasi melaksanakan pembelajaran ...… 67

3.5.4. Lembar validitas perangkat pembelajaran ……...…. 68

3.6. Teknik Pengumpulan Data ……….………..…. 73

3.6.1. Data aktivitas siswa selama pembelajaran ….………. 74

3.6.2. Data kemampuan guru melaksanakan pembelajaran ……….…..… 74

3.6.3. Angket respon siswa ……….…….. 74


(12)

vii

3.7. Teknik Analisis Data ………….………..….…….… 74

3.7.1. Validasi bahan ajar ……….…………. 75

3.7.2. Kepraktisan bahan ajar ……….... 77

3.7.3. Efektivitas bahan ajar ……….. 78

3.7.4. Menguji peningkatan berpikir kreatif matematis …… 81

3.8. Uji Coba Lapangan ……….….……. 80

3.9. Kegiatan Pembelajaran ……….…… 83

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran ……… 85

4.1.1. Hasil tahap pendefinisian ……….……. 85

4.1.2. Hasil tahap perancangan ……… 95

4.1.3. Hasil tahap pengembangan ………...…. 101

4.1.4. Hasil tahap penyebaran ………. 126

4.2 Pembahasan ..……… 145

4.3 Keunggulan Penelitian ..……… 147

4.4 Kelemahan Penelitian ..……….……… 148

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ……….……….………. 149

5.2 Saran ..………..……….… 150


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis

Masalah ……….. 32

Tabel 3.1. Skor Rubrik Kemampuan Berpikir Kreatif ……….….. 65

Tabel 3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas …..……..….. 69

Tabel 3.3. Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal ………... 71

Tabel 3.4. Klasifikasi Daya Pembeda ……….…….……….. 72

Tabel 3.5. Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ...…….….. 73

Tabel 3.6. Aspek Validasi Bahan Ajar……….…..…………. 75

Tabel 3.7. Kriteria Penilaian Aktivitas Guru ………. 78

Tabel 3.8. Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa …….…...……. 79

Tabel 3.9. Kegiatan Pembelajaran ………..…... 83

Tabel 4.1. Kisi-kisi Instrumen Pre-test Kemampuan Berpikir Kreatif ………..……… 96

Tabel 4.2. Kisi-kisi Instrumen Post-test Kemampuan Berpikir Kreatif ………..……… 96

Tabel 4.3. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ….. 101

Tabel 4.4. Saran Revisi RPP Berdasarkan Hasil Validasi ..……… 102

Tabel 4.5. Revisi RPP Hasil Validasi ………..….….…….… 103

Tabel 4.6. Hasil Validasi Buku Guru ………...….…. 105

Tabel 4.7. Saran Revisi Buku Guru Berdasarkan Hasil Validasi ………..………..…..… 105

Tabel 4.8. Revisi Buku Guru Hasil Validasi ……….. 107

Tabel 4.9. Hasil Validasi Buku Siswa ..………..…...….…. 108

Tabel 4.10. Saran Revisi Buku Siswa Berdasarkan Hasil Validasi ………..………..…..… 109

Tabel 4.11. Revisi Buku Siswa Hasil Validasi ………….……..….. 110

Tabel 4.12. Hasil Validasi Pre-test Kemampuan Berpikir Kreatif ………..…...………..……… 111


(14)

ix

Tabel 4.13. Hasil Validasi Post-test Kemampuan

Berpikir Kreatif ………...………..….….. 111 Tabel 4.14. Saran Revisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Berdasarkan Hasil Validasi ... 112 Tabel 4.15. Revisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Hasil Validasi ... 113 Tabel 4.16. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Pre-test

Kelas Uji Coba ………..…...….… 115

Tabel 4.17. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Pre-test Kelas Uji Coba ………..…..…. 116 Tabel 4.18. Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Pre-test Kelas Uji Coba ……….………..…...…... 117 Tabel 4.19. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Post-test

Kelas Uji Coba ………..…… 118

Tabel 4.20. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Post-test Kelas Uji Coba .………..… 118 Tabel 4.21. Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Post-test Kelas Uji Coba ……….……….……. 119 Tabel 4.22. Persentase Kemampuan Guru Melaksanakan

Pembelajaran Kelas Uji Coba …….……….……. 120 Tabel 4.23. Persentase Aktivitas Siswa Kelas Uji Coba .…………. 123 Tabel 4.24. Hasil Angket Respon Siswa Kelas Uji Coba ……..….. 124 Tabel 4.25. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Pre-test ..…...……. 127 Tabel 4.26. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Pre-test ………..………..…..…. 128 Tabel 4.27. Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Pre-test .….... 128 Tabel 4.28. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Post-test …………. 129 Tabel 4.29. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Post-test ………..………..…. 130 Tabel 4.30. Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Post-test ………..…….……….……. 131

Tabel 4.31. Persentase Kemampuan Guru Melaksanakan

Pembelajaran ………..…….……….……. 132 Tabel 4.32. Persentase Aktivitas Siswa ………...…………. 134 Tabel 4.33. Hasil Angket Respon Siswa ………..……..….. 136 Tabel 4.34. Skor Perolehan pada Aspek Kelancaran …………..….. 138


(15)

x

Tabel 4.35. Skor Perolehan pada Aspek Keluwesan …………..….. 139 Tabel 4.36. Skor Perolehan pada Aspek Keaslian ………..….. 141 Tabel 4.37. Analisis Hasil Pre-test dan Post-test Kemampuan

Berpikir Kreatif Matematis Siswa ………….……..….. 142 Tabel 4.38. Nilai Gain Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif …..…. 144


(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Contoh Buku Siswa ……….………. 8 Gambar 1.2. Contoh RPP ………..…………. 8 Gambar 3.1. Modifikasi 4-D .………. 56 Gambar 4.1. Diagram Skor Perolehan Aspek Kelancaran .……… 139 Gambar 4.2. Diagram Skor Perolehan Aspek Keluwesan ….…… 140 Gambar 4.3. Diagram Skor Perolehan Aspek Keluwesan ….…… 141 Gambar 4.4. Diagram Hasil Pre-test dan Post-test Aspek-aspek

Kemampuan Berpikir Kreatif ………..….…… 143 Gambar 4.5. Diagram Hasil Nilai Gain Aspek-aspek


(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Validasi RPP ………..…………..….… 157

2. Lembar Validasi Buku Guru ……….. 160

3. Lembar Validasi Buku Siswa ………... 163

4. Lembar Validasi Pre-test ……… 166

5. Lembar Validasi Post-test ……….….… 168

6. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ……….………. 170

7. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ………. 172

8. Angket Respon Siswa ………….………...…… 174

9. Kisi-kisi Soal Pre-test Kemampuan Berpikir Kreatif .…... 176

10. Kisi-kisi Soal Post-test Kemampuan Berpikir Kreatif …... 177

11. Silabus ……… 178

12. RPP ……….………….………... 180

13. Buku Guru ………. 207

14. Buku Siswa ……… 248

15. Soal Pre-test Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis …. 278 16. Kunci Jawaban Pre-test ……….……. 282

17. Soal Post-test Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis … 286 18. Kunci Jawaban Post-test ……… 290

19. Laporan Hasil Validasi Ahli ……….. 296

20. Laporan Hasil Uji Coba .……….……… 312

21 Hasil Perhitungan ………... 314


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan didefinisikan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Keterlibatan peserta didik (siswa) dalam pendidikan berkaitan dengan mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah, salah satunya yaitu matematika. Matematika memberikan kontribusi positif terhadap pendidikan dan kehidupan karena matematika membekali siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Sehingga nantinya para siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengaplikasikan matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1) Memahami konsep matematika, yang berarti mampu menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, yang berarti mampu melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah, yang berarti mampu memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang


(19)

2

diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yang berarti memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat mengembangkan daya pikirnya dan membangun pengetahuan baru. Menurut UNESCO (dalam Iskandar, 2009:104) terdapat empat pilar pembelajaran matematika, yaitu:

1. learning to know, pemahaman terhadap proses matematika;

2. learning to do, keterampilan melakukan proses matematika (doing math);

3. learning to be, memahami dan mempunyai apresiasi terhadap nilai dan keindahan proses matematika; dan

4. learning to live together, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dan bekerja sama, mengemukakan pendapat, berbagi pengalaman dan pengetahuan serta menghargai pendapat orang lain.

Kualitas pendidikan matematika di Indonesia memang masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan, baik dilihat dari proses pembelajaran maupun dari hasil prestasi belajar siswa. Wono Setyabudi, dosen matematika ITB seperti yang dikutip dalam Kompas, 14 Desember 2012, mengatakan bahwa hal ini dikarenakan pembelajaran matematika di Indonesia yang masih menekankan pada penghapalan rumus-rumus. Sehingga ada anggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang membosankan, menakutkan dan sulit.


(20)

3

Untuk itu, agar siswa dapat merasakan manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari secara langsung, pembelajaran harus dapat melibatkan siswa secara aktif. Pada pendidikan yang berpusat pada siswa, tujuan belajar haruslah berfokus pada upaya bagaimana membantu siswa menggunakan kognitif mereka. Kegiatan mengajar yang dilakukan guru diharapkan tidak hanya merupakan aktivitas menyimpan informasi dalam pikiran siswa saja tetapi hendaknya memberikan kesempatan bagi pengembangan diri dan intelektual siswa serta memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan materi pada situasi kehidupan nyata.

Agar tercipta suasana baru dalam belajar, siswa hendaknya diajak untuk berpikir logis, serta berinteraksi dengan guru dan teman. Hal ini dapat menjadikan pemahaman siswa terhadap konsep materi pembelajaran akan lebih terarah. Pola pikir matematika siswa harus dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Berpikir matematis dapat diartikan sebagai kegiatan daya matematis (mathematical power) atau keterampilan matematika (doing math). Keterampilan matematika berkaitan dengan karakteristik matematika yang digolongkan dalam dua jenis yaitu tingkat rendah (low order mathematical thinking atau low level mathematical thinking) dan tingkat tinggi (high order mathematical thinking atau

high level mathematical thinking). Berpikir tingkat rendah termasuk kegiatan

melaksanakan operasi hitung sederhana, menetapkan rumus matematika secara langsung, mengikuti prosedur (algoritma) yang baku. Berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan memahami ide matematika secara lebih mendalam, mengamati data dan menggali ide yang tersirat, menyusun konjektur, analogi dan


(21)

4

generalisasi, menalar secara logis, menyelesaikan masalah (problem solving), berkomunikasi secara matematis, dan mengaitkan ide matematika dengan kegiatan intelektual lainnya.

Pola pengajaran yang digunakan selama ini seakan belum mampu membantu siswa dalam memaksimalkan kemampuan berpikir kreativitas, mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka. Siswa masih enggan dan takut untuk bertanya pada guru jika ada materi pelajaran yang belum mereka pahami. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan ketika persoalan matematika diberikan.

Pada penelitian yang dilakukan Fakhruddin dkk. (2012), ditemukan bahwa pembelajaran matematika di kelas masih cenderung didominasi oleh cara konvensional yang lebih berpusat pada guru. Guru seringkali tidak mengajak siswa untuk mencoba menganalisis tentang suatu objek sehingga siswa kurang menguasai pengertian, definisi, rumus atau teorema. Hal ini memunculkan anggapan bahwa matematika cukup hanya dihafal tanpa memberikan pengertian dan pemahaman pada siswa.

Pada pola pembelajaran yang digunakan, guru menyajikan materi dalam bentuk yang sudah jadi, artinya guru lebih banyak berbicara dalam hal menerangkan materi pelajaran, menurunkan rumus dan memberikan contoh-contoh pemakaian rumus sedangkan siswa dianggap pasif sebagai “penerima” ilmu. Guru mengajarkan sesuatu hanya berdasarkan kemampuan guru, tanpa memperhatikan karakteristik siswa. Selain itu metode yang digunakan pun cenderung hanya metode ceramah.


(22)

5

Siswa tidak dilibatkan secara aktif untuk menggali pengetahuan dari berbagai sumber dan menemukan konsep dan aturan-aturan dalam matematika. Siswa hanya mendengar, mencatat dan mengerjakan soal-soal latihan karena objek matematika yang hendak dipelajari sudah diberikan dalam bentuk jadi. Sehingga, interaksi antara guru dengan siswa, dan interaksi siswa dengan siswa kurang terjalin, pengalaman belajar siswa kurang dan rendahnya motivasi belajar siswa. Aktivitas siswa yang kurang terbangun menjadikan siswa malas untuk berpikir dan menyelesaikan soal matematika non rutin.

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Cholizah (2015). Pemberian tes kemampuan berpikir kreatif matematis kepada 40 orang siswa kelas VII SMP Negeri 22 Medan menunjukkan bahwa siswa yang mampu menyelesaikan soal dengan jawaban benar dan menunjukkan kemampuan berpikir kreatif hanya 35%. Sedangkan 20% siswa lainnya menunjukkan jawaban yang benar tetapi pada proses penyelesaian masalah masih belum menunjukkan kelancaran. Sisa 45% siswa lainnya melakukan penyelesaian masalah dengan pola-pola jawaban yang menunjukkan kelancaran tetapi masih ada kesalahan dalam memperinci.

Bahan ajar merupakan salah satu hal yang harus dipersiapkan guru sebelum melakukan proses pembelajaran. Tersedianya bahan ajar yang berkualitas merupakan faktor yang dapat menunjang proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan bahan ajar memberikan kemudahan serta dapat membantu guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.


(23)

6

Bahan ajar penting bagi guru, yaitu:

1. sebagai panduan dalam proses pembelajaran yang sistematis dan terpola, memberi panduan dalam mengembangkan teknik mengajar dan sebagai panduan merancang perangkat yang lebih baik;

2. untuk mengevaluasi sejauh mana proses pembelajaran di kelas telah berjalan;

3. meningkatkan profesionalisme dalam mengembangkan bahan ajar dengan memperbaiki segala yang terkait dengan proses pembelajaran; 4. membantu proses pembelajaran sehingga guru dengan mudah

menyampaikan materi hanya dengan melihat bahan ajarnya tanpa harus banyak berpikir dan mengingat.

Seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, serta merencanakan dan melaksanakan penilaian agar proses belajar mengajar lebih terarah dan terkendali. Bukan juga hanya sekedar mengajar karena memang pekerjaannya untuk mengajar tetapi memperhatikan agar materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima siswa. Bahan ajar yang digunakan jangan hanya sebatas formalitas saja.

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Bahan ajar dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membantu siswa dalam belajar (Depdiknas, 2008).


(24)

7

Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, pada pasal 20 mengisyaratkan agar guru melakukan perencanaan proses pembelajaran berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan mengembangkan materi atau bahan ajar. Hal ini kemudian dipertegas dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran dan mensyaratkan bagi pendidik untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Salah satu faktor yang mempengaruhi belajar siswa adalah penyajian materi. Penyajian materi harus dapat menimbulkan motivasi dan perasaan pada diri siswa untuk menyenangi materi tersebut. Oleh karena itu, guru harus dapat membuat bahan ajar yang menarik bagi siswa.

Berdasarkan wawancara dengan guru matematika di SMP Nasrani 5 Medan, buku pegangan yang digunakan guru adalah buku paket matematika. Buku yang diberikan sebagai pendamping siswa ini berisikan rumus-rumus dan soal-soal yang merupakan penerapan dari rumus tersebut. Namun, ketika siswa diberikan soal-soal yang sedikit berbeda atau tidak rutin, tidak sedikit siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Tersedianya buku paket matematika dari sekolah juga menyebabkan guru tidak terbiasa membuat atau mendesain sendiri bahan ajar.


(25)

8

Berikut ini contoh buku siswa dan RPP yang digunakan guru matematika SMP Nasrani 5 Medan.

Beberapa guru matematika yang menjadi narasumber juga menyatakan bahwa RPP yang disiapkan kadang kala tidak sesuai dengan proses pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh karena guru senantiasa merasa dikejar oleh target waktu

Gambar 1.2. Contoh RPP Gambar 1.1. Contoh Buku Siswa


(26)

9

untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan. Sehingga kurang fokus memperhatikan kompetensi yang dimiliki siswa.

Perlunya perbaikan dalam pembelajaran matematika harus dilakukan secara komprehensif, baik dalam bidang kognitif maupun afektif.

1. Perbaikan dalam bidang kognitif dapat dilakukan dengan cara: 1) penekanan proses pembelajaran pada pemahaman

konsep-konsep matematika yang lebih baik, sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar proses penghafalan materi,

2) menggunakan strategi pemecahan masalah,

3) mengarahkan sistem pembelajaran pada peningkatan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dengan siswa lain. 2. Perbaikan dalam bidang afektif dapat dilakukan dengan cara:

1) menciptakan kegiatan pembelajaran untuk mengupayakan perubahan sikap siswa dari rasa cemas dalam mengikuti pelajaran kepada rasa menyenangi,

2) mengupayakan perubahan sikap siswa dari rasa patuh yang pasif kepada rasa percaya diri dengan mau terlibat dalam pemecahan masalah.

Pada dasarnya, prinsip kegiatan belajar mengajar haruslah berpusat pada siswa. Guru harus mampu mengembangkan kreativitas siswa, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, menyediakan pengalaman belajar yang beragam dan belajar melalui berbuat. Salah satu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme.


(27)

10

Tujuan pembelajaran konstruktivis adalah menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif siswa untuk mendorong siswa belajar berpikir dan berpikir ulang lalu mendemostrasikan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut.

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pada model pembelajaran berbasis masalah, siswa mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Menurut Duch (dalam Riyanto, 2009:285), pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada tantangan belajar untuk belajar.

Model pembelajaran berbasis masalah dirancang dan dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan siswa memecahkan masalah. Pemecahan masalah dilakukan dengan pola kolaborasi dan menggunakan kemampuan analisis-sintesis, dan evaluasi suatu masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pembelajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Model pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan memberikan permasalahan nyata yang bertujuan untuk menyusun pengetahuan siswa sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Siswa dapat memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Diharapkan, model


(28)

11

pengajaran berbasis masalah ini dapat menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, dalam penelitian ini diharapkan bahan ajar berdasarkan model pembelajaran berbasis masalah dapat menjadi alternatif pembelajaran yang baik. Bahan ajar juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berdasarkan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP Nasrani 5 Medan. Peneliti memperbolehkan siswa menggunakan kalkulator untuk efisiensi waktu dengan mengabaikan bahwa siswa sudah memahami penggunaan kalkulator.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah yang timbul sehubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, antara lain:

1. Guru belum terbiasa menyusun bahan ajar sendiri. 2. Pembelajaran masih berpusat pada guru.


(29)

12

1.3. Batasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya meneliti tentang:

1. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII di SMP Nasrani 5 Medan.

2. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa kelas VII di SMP Nasrani 5 Medan.

3. Pengembangan bahan ajar matematika berdasarkan pembelajaran berbasis masalah.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bahan ajar matematika berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan memenuhi persyaratan validitas?

2. Bagaimana bahan ajar matematika berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan memenuhi persyaratan kepraktisan? 3. Bagaimana bahan ajar matematika berdasarkan pembelajaran berbasis

masalah yang dikembangkan memenuhi persyaratan efektif?

4. Bagaimana bahan ajar matematika berdasarkan pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII SMP Nasrani 5 Medan?


(30)

13

1.5. Tujuan Penelitian

Rumusan masalah penelitian selalu diiringi dengan target dan tujuan yang ingin dicapai, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengembangkan bahan ajar matematika yang memenuhi persyaratan validitas.

2. Untuk mengembangkan bahan ajar matematika yang memenuhi persyaratan kepraktisan.

3. Untuk mengembangkan bahan ajar matematika yang memenuhi persyaratan efektif.

4. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas VII SMP Nasrani 5 Medan melalui bahan ajar matematika yang dikembangkan berdasarkan pembelajaran berbasis masalah.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa

Membangun pengetahuan, meningkatkan motivasi dan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika agar menjadikan belajar lebih bermakna.

2. Bagi Guru

Motivasi dan respon yang diberikan siswa dalam pembelajaran akan bermanfaat sebagai alat yang potensial untuk memperoleh penilaian hasil belajar siswa.


(31)

14

3. Bagi pemerintah dan para pembuat keputusan

Memberi informasi tentang alternatif pembelajaran matematika bagi usaha-usaha perbaikan dalam proses pembelajaran di masa yang akan datang.

4. Untuk Peneliti

Memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti lain tentang bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berdasarkan pembelajaran berbasis masalah.

1.7. Definisi Operasional

Berikut ini adalah beberapa istilah yang perlu didefinisikan secara operasional dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bahan ajar adalah komponen pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan ajar yang dikembangkan meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku guru, buku siswa dan tes kemampuan berpikir kreatif matematis yang dikembangkan berdasarkan pembelajaran berbasis masalah.

2. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pola pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran: orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.


(32)

15

3. Kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kegiatan untuk menghasilkan ide-ide dan cara penyelesaian yang beragam.

4. Validitas bahan ajar adalah ketepatan dan kecermatan bahan ajar untuk meningkatkan dan mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Kriteria validitas bahan ajar (Yamasari, 2010) adalah :

4,00  RTVBA  5,00 sangat valid 3,00  RTVBA  4,00 valid

2,00  RTVBA  3,00 kurang valid 1,00  RTVBA  2,00 tidak valid

5. Kepraktisan bahan ajar dapat diartikan sebagai kemudahan guru atau pengguna lainnya memahami bahan ajar yang dikembangkan. Kriteria kepraktisan ditunjukkan dari tingkat pencapaian kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas (Adi, 2013: 16).

6. Efektivitas bahan ajar adalah dampak positif dari usaha pengembangan bahan ajar. Keterlaksanaan bahan ajar dikatakan efektif (Yamasari, 2010) dilihat dari ketercapaian tingkat kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan aktivitas siswa.


(33)

149 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Bahan ajar yang dikembangkan telah memenuhi persyaratan validitas, kepraktisan dan efektivitas. Untuk itu, bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan pembelajaran berbasis masalah ini dapat digunakan.

1. Hasil validasi RPP termasuk dalam kategori sangat valid dengan nilai rata-rata total sebesar 4,14. Hasil validasi buku guru termasuk dalam kategori valid dengan nilai rata-rata total sebesar 3,95. Hasil validasi buku siswa termasuk dalam kategori sangat valid dengan nilai rata-rata total sebesar 4,03. Hasil validasi pre-test dan post-test kemampuan berpikir kreatif dapat digunakan dengan revisi kecil dan tanpa revisi. 2. Hasil kepraktisan bahan ajar ditunjukkan dari tercapainya tingkat

kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas yang lebih dari 60%. Tingkat kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas pada pertemuan I mencapai 80%. Tingkat kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas pada pertemuan II mencapai 80%. Tingkat kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas pada pertemuan III mencapai 81,81%.

3. Hasil efektivitas bahan ajar ditunjukkan dari tercapainya aktivitas siswa yang lebih dari 80%, ketuntasan hasil belajar yang lebih dari 70% dan respon positif siswa yang lebih dari 75%. Tingkat aktivitas siswa pada pertemuan I mencapai 80%. Tingkat aktivitas siswa pada pertemuan II


(34)

150

mencapai 75,56%. Tingkat aktivitas siswa pada pertemuan III mencapai 77,78%. Hasil ketuntasan belajar siswa menunjukkan bahwa dari 24 orang siswa ada sebanyak 18 orang siswa yang memperoleh skor  7 atau sebesar 75%. Hasil respon siswa menunjukkan respon yang positif terhadap komponen-komponen pembelajaran.

4. Bahan ajar yang dikembangkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Hasil peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa mencapai 0,463. Peningkatan ini termasuk dalam kategori peningkatan sedang.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Untuk sekolah diharapkan dapat menggunakan bahan ajar berdasarkan pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif bahan ajar. Sebab model pembelajaran berbasis masalah membantu siswa memecahkan masalah melalui keterlibatan siswa dalam pengalaman sendiri.

2. Untuk guru diharapkan menggunakan bahan ajar berdasarkan pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif bahan ajar yang digunakan untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Sebab proses pembelajaran pada model pembelajaran berbasis masalah menghadapkan siswa pada situasi nyata yang mendorong siswa mengembangkan ide kreatif.

3. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif disarankan agar guru fokus pada peningkatan kemampuan siswa dalam mengekspresikan matematika


(35)

151

melalui model matematika. Sebab pengembangan pemikiran yang diterapkan cenderung berorientasi pada masalah-masalah yang rutin.

4. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mencoba menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi matematika lainnya untuk meningkatkan aspek kognitif dan afektif yang lain, sehingga menambah perbendaharaan penelitian untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam negeri.


(36)

152

DAFTAR PUSTAKA

Adi, A. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berkarakter Berbasis Quantum Teaching pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Kelas VII SMP. Pancaran, Vol. 2, No. 1, Hal 13-25.

Akker, J., etc. (1999). Design Approaches and Tools in Education and Training. Springer Science Bussiness Media

Arends, Richard I. 2008. Belajar Untuk Mengajar: Edisi Ketujuh Buku Satu. Terj. Soetjipto, H. & Soetjipto, S. dari Learning To Teach: Seventh Edition (2007). Jakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, Richard I. 2008. Belajar Untuk Mengajar: Edisi Ketujuh Buku Dua. Terj. Soetjipto, H. & Soetjipto, S. dari Learning To Teach: Seventh Edition (2007). Jakarta: Pustaka Pelajar.

Asmin, Mansyur, A. 2012. Pengukuran dan Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Dahar, Ratna W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Darmiatun, Suryatri. 2013. Menyusun Modul: Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalam Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.

de Bono, Edward. 1995. Serious Creativity. The Journal for Quality and

Participation, (Online), Vol. 18 No. 5,

http://teaching.ust.hk/~mark329/Papers/serious%20creativity.pdf, diakses 9 November 2013).


(37)

153

Fakhruddin, Sahat S. & Mukhtar. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Konvensional. Paradikma. Vol. 5 No. 1 Hal. 69-93.

Fauziyah, Isna N.L, Usodo, B. & Ekana, H.Ch. 2013. Proses Berpikir Kreatif Siswa Kelas X Dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan Wallas Ditinjau Dari Adversity Quotient (AQ) Siswa. Solusi. Vol. 1 No. 1 Hal. 75-89.

Febrianita, Nurzilla. 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pokok Bahasan Lingkaran Berbasis Pemecahan Masalah untuk Melatih Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Tesis tidak dipublikasikan. Palembang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Sriwijaya Palembang.

Hanum, Chairani. 2010. Pedoman Penyusunan Buku Ajar/Teks. Medan: USU Press.

Hawadi, Reni A. dkk. 2001. Kreativitas: Panduan Bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar. Jakarta: Grasindo.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Jakarta: Gaung Persada Press.

Karomah, Mamluatul, Sudiman, Budiyono. 2013. Peningkatan Hasil Belajar Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Media Wayang Kartun di Jalan Bilangan di Sekolah Dasar. Jurnal JPGSD. Vol. 1 No. 2 Hal. 1-5.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.


(38)

154

Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muchayat. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Strategi IDEAL Problem Solving Bermuatan Pendidikan Karakter. Jurnal PP. Vol. 1 No. 2 Hal. 200-208.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rinera Cipta.

Nuharini, Dewi. & Tri Wahyuni. 2008. Matematika 1: Konsep dan Aplikasinya Untuk Kelas VII SMP/MTS. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Kreano. Vol. 3 No. 1 Hal. 59 -72.

Ruseffendi. H. ET. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.


(39)

155

Siregar, Nisah A. 2013. Pengembangan Modul Untuk Membelajarkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Pecahan Melalui Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) SMP. Tesis tidak dipublikasikan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Siregar, N., Dian A. & Sahat S. 2012. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP. Paradikma. Vol. 5 No. 2 Hal. 137-150.

Siswono, Tatag Y.E. 2005. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun X Nomor 1. Universitas Negeri Yogyakarta.

________________ 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Thiagarajan, S, Semmel, D. Semmel, M. 1974. Instructional Development For Training Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook. Indiana: Center for Innovation the Handicapped.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tungkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media.


(40)

156

Wagiyo, A. dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika 1: Untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Wintarti, Atik dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika: SMP/MTS Kelas VII Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Yamasari, Yuni. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Berkualitas. Seminar Nasional Pascasarjana X. Surabaya. Institut Teknologi Surabaya.


(1)

151

melalui model matematika. Sebab pengembangan pemikiran yang diterapkan cenderung berorientasi pada masalah-masalah yang rutin.

4. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mencoba menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada materi matematika lainnya untuk meningkatkan aspek kognitif dan afektif yang lain, sehingga menambah perbendaharaan penelitian untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam negeri.


(2)

152

DAFTAR PUSTAKA

Adi, A. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berkarakter Berbasis Quantum Teaching pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial Kelas VII SMP. Pancaran, Vol. 2, No. 1, Hal 13-25.

Akker, J., etc. (1999). Design Approaches and Tools in Education and Training. Springer Science Bussiness Media

Arends, Richard I. 2008. Belajar Untuk Mengajar: Edisi Ketujuh Buku Satu. Terj. Soetjipto, H. & Soetjipto, S. dari Learning To Teach: Seventh Edition (2007). Jakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, Richard I. 2008. Belajar Untuk Mengajar: Edisi Ketujuh Buku Dua. Terj. Soetjipto, H. & Soetjipto, S. dari Learning To Teach: Seventh Edition (2007). Jakarta: Pustaka Pelajar.

Asmin, Mansyur, A. 2012. Pengukuran dan Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Dahar, Ratna W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Darmiatun, Suryatri. 2013. Menyusun Modul: Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalam Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.

de Bono, Edward. 1995. Serious Creativity. The Journal for Quality and

Participation, (Online), Vol. 18 No. 5,

http://teaching.ust.hk/~mark329/Papers/serious%20creativity.pdf, diakses 9 November 2013).


(3)

153

Fakhruddin, Sahat S. & Mukhtar. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Konvensional. Paradikma. Vol. 5 No. 1 Hal. 69-93.

Fauziyah, Isna N.L, Usodo, B. & Ekana, H.Ch. 2013. Proses Berpikir Kreatif Siswa Kelas X Dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan Wallas Ditinjau Dari Adversity Quotient (AQ) Siswa. Solusi. Vol. 1 No. 1 Hal. 75-89.

Febrianita, Nurzilla. 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pokok Bahasan Lingkaran Berbasis Pemecahan Masalah untuk Melatih Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Tesis tidak dipublikasikan. Palembang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Sriwijaya Palembang.

Hanum, Chairani. 2010. Pedoman Penyusunan Buku Ajar/Teks. Medan: USU Press.

Hawadi, Reni A. dkk. 2001. Kreativitas: Panduan Bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar. Jakarta: Grasindo.

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Jakarta: Gaung Persada Press.

Karomah, Mamluatul, Sudiman, Budiyono. 2013. Peningkatan Hasil Belajar Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat dengan Media Wayang Kartun di Jalan Bilangan di Sekolah Dasar. Jurnal JPGSD. Vol. 1 No. 2 Hal. 1-5.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.


(4)

Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muchayat. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Strategi IDEAL Problem Solving Bermuatan Pendidikan Karakter. Jurnal PP. Vol. 1 No. 2 Hal. 200-208.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rinera Cipta.

Nuharini, Dewi. & Tri Wahyuni. 2008. Matematika 1: Konsep dan Aplikasinya Untuk Kelas VII SMP/MTS. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.

Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Kreano. Vol. 3 No. 1 Hal. 59 -72.

Ruseffendi. H. ET. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.


(5)

155

Siregar, Nisah A. 2013. Pengembangan Modul Untuk Membelajarkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Pecahan Melalui Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) SMP. Tesis tidak dipublikasikan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Siregar, N., Dian A. & Sahat S. 2012. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Pengetahuan Prosedural Matematika Siswa SMP. Paradikma. Vol. 5 No. 2 Hal. 137-150.

Siswono, Tatag Y.E. 2005. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun X Nomor 1. Universitas Negeri Yogyakarta.

________________ 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Thiagarajan, S, Semmel, D. Semmel, M. 1974. Instructional Development For Training Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook. Indiana: Center for Innovation the Handicapped.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tungkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media.


(6)

Wagiyo, A. dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika 1: Untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Wintarti, Atik dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika: SMP/MTS Kelas VII Edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Yamasari, Yuni. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Berkualitas. Seminar Nasional Pascasarjana X. Surabaya. Institut Teknologi Surabaya.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KREATIF SISWA

1 10 157

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 1 NISAM.

0 2 37

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN PENDEKATAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP BUDI MURNI 3 MEDAN.

0 3 45

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH BERBASIS BUDAYA ACEH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 5 LHOKSEUMAWE.

0 4 48

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TRIGONOMETRI BERBASIS PBL BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MAHASISWA S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA UISU.

0 3 37

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 27 MEDAN.

0 4 54

PENGEMBANGAN MODUL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 MEDAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MNEGGUNAKAN AUTOGRAPH.

1 8 36

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DI SMP SWASTA MUHAMMADIYAH 2 MEDAN.

1 7 22

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP.

0 0 35

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

0 0 8