PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP :Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 16 Bandung:.

(1)

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 16 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh: Hany Indriani

0902138

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIS SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 16 Bandung)

Oleh Hany Indriani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Hany Indriani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Hany Indriani. (0902138). Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan

Autograph untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Siswa SMP

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP yang masih rendah (TIMSS). Oleh karena itu diperlukan suatu inovasi baru dalam pembelajaran yang dalam hal ini dicoba suatu model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP. Tujuan penelitian kuasi eksperimen ini adalah untuk mengetahui: 1) Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori. 2) Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dalam pembelajaran matematika. Indikator kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini, yaitu: (1) Kelancaran (fluency) yaitu banyak gagasan dalam berbagai kategori, (2) Keluwesan (flexibility) gagasan-gagasan yang beragam, (3) Keaslian (originality) yaitu mempunyai gagasan-gagasan baru untuk memecahkan persoalan; (4) Elaborasi (elaboration). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 16 Bandung. Sampel kelas dipilih melalui teknik purposive yang didasarkan pada pertimbangan penelitian, maka terpilih kelas VIII 10 sebagai kelas eksperimen dan kelas kelas VIII 9 sebagai kelas kontrol. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah sistem persamaan linier dua variabel. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kreatif, angket siswa, jurnal harian, dan lembar observasi. Berdasarkan analisis pada keseluruhan tahapan penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori. 2) Sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dalam pembelajaran matematika menunjukan sikap positif.

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Autograph, Kemampuan Berpikir Kreatif.


(5)

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Hany Indriani. (0902138). Problem based learning with autograph helping to increase junior high school student’s creative thinking ability

This study has the lack of creative thinking ability of junior high school students as the background (TIMSS). Therefore, needed a new innovation in learning which in this case attempt problem based learning with autograph helping to increase junior high school student’s creative thinking ability. The purposes of this quasi-experimental research are to know: 1) The difference between the creative thinking ability of Junior high school students who got problem based learning with Autograph helping, and those who got ekspositori learning, 2). The response of the students towards problem based learning with Autograph helping. The indicators of creative thinking ability in this study were: 1) fluency (fast thinking skill), 2) flexibility (flexible thinking skill), 3) originality (original thinking skill), and 4) elaboration (detailed thinking skill). The population of this study is all the VIII graders of junior high school 16 Bandung, the sample were not chosen randomly through purposive technique based on the researcher and teacher’s consideration. As the result, class VIII 10 was chosen as the experimental class and class VIII 9 was chosen as the control one. The learning material used in this study was about system of linear equations in two variables. The instruments used in this study were creative thinking ability test, student questionnaire, daily journal, and observation sheet. Based on the analysis of the whole research steps, it could be concluded that: 1) the development of student’s creative thinking ability through problem based learning with Autograph helping was better than those with ekspositori learning; 2) the students gave positive response to the application of problem based learning with Autograph helping.


(6)

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 6

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, ASUMSI, DAN HIPOTESIS ... 8

A. Pembelajaran Berbasis Masalah... 8

B. Software Autograph ... 13

C. Berpikir Kreatif ... 17

D. Sikap Siswa ... 19

E. Pembelajaran Ekspositori ... 20

F. Kaitan antara PBM dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis... 23


(7)

vi Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. Kerangka Berpikir ... 25

I. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Metode dan Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28

1. Variabel Penelitian ... 28

2. Definisi Operasional ... 28

D. Instrumen Penelitian ... 30

1. Instrumen Tes ... 30

a. Uji Validitas ... 30

b. Uji Reliabilitas ... 32

c. Daya Pembeda ... 34

d. Indeks Kesukaran... 35

2. Instrumen Non Tes ... 38

a. Angket Skala Sikap ... 38

1) Uji Validitas ... 39

2) Uji Reliabilitas ... 41

b. Jurnal Harian ... 43

c. Lembar Observasi ... 43

d. Alat dan Bahan Ajar... 43

E. Prosedur Penelitian ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 45

1. Analisis Deksriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa . 46 2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Awal Siswa ... 46

a. Uji Normalitas ... 47


(8)

vii Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 47

3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 48

a. Uji Normalitas ... 48

b. Uji Homogenitas ... 48

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata ... 49

4. Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa .. ... 50

5. Analisis Data Kualitatif... 50

a. Analisis Angket ... 51

b. Analisis Jurnal Harian ... 51

c. Analisis Lembar Observasi ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

B. Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa... 54

C. Analisis Data Pretes... 55

1. Uji Normalitas Data Pretes... 56

2. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Pretes ... 57

D. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ... 58

1. Uji Normalitas ... 58

2. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ... 59

E. Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa .... 60

F. Analisis Data Kualitatif ... 62

1. Analisis Data Skala Sikap Siswa ... 62

2. Analisis Data Jurnal Harian ... 63

3. Analisis Lembar Observasi ... 66

G. Pembahasan ... 67


(9)

viii Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan

Autograph ... 70

3. Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph ... 71

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 78


(10)

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Globalisasi dan perkembangan informasi mengalami perubahan pesat ke arah yang lebih maju, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai Negara berkembang, Indonesia juga diharapkan dapat bersaing dengan Negara lain yang memiliki keunggulan tersendiri. Hal ini menuntut individu untuk memiliki berbagai kemampuan dan keterampilan. Kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki tersebut adalah kemampuan berpikir kreatif guna menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Perubahan ini berimplikasi pula terhadap pendidikan. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya manusia yang berkualitas.

Persoalan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, yaitu rendahnya kualitas pembelajaran matematika. Pendidikan matematika Indonesia memiliki mutu yang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil tes the Trends in International Mathematics and Sciences Study (TIMSS) 2011 untuk matematika kelas VIII, Indonesia pada posisi 5 besar dari bawah. Peringkat Indonesia 36 dari 40 negara dengan nilai 386. Hasil ini mengalami penurunan dari TIMSS 2009 bahwa Indonesia pada peringkat ke-38 dari 42 negara dengan skor 386.

Berdasarkan data hasil PISA (Program for International Assessment of Student) tahun 2009, peringkat Indonesia menduduki 10 terbawah dari 65 negara. Indonesia hanya menduduki rangking 61 dari 65 peserta dengan


(11)

rata-2

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rata skor 371, sementara rata-rata skor internasional adalah 496. Ada tiga aspek yang diteliti PISA, yakni kemampuan membaca, matematika, dan sains, berikut hasil survey PISA tahun 2009, Reading (57), Matematika (61) dan Sains (60). Dengan predikat ini bisa mencerminkan bagaimana sistem pendidikan Indonesia yang sedang berjalan saat ini.

Hasil TIMSS dan PISA yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu penyebabnya antara lain siswa Indonesia pada umumnya kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti soal-soal pada TIMSS dan PISA. Soal-soal pada TIMSS dan PISA substansinya kontekstual, menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam menyelesaikannya.

Selain itu, hasil TIMSS menurut Gobel (Nurdiana, 2011: 4) menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMP di Indonesia dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin sangat lemah. Menurut teori yang dikemukakan Gagne (Suherman, 2001:83) bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Kemampuan intelektual tingkat tinggi ini diantaranya adalah kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif.

Hal yang paling penting ditekankan dalam pembelajaran matematika adalah keterampilan dalam proses berpikir. Siswa dilatih untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, dan konsisten. Sedangkan salah satu faktor kesulitan belajar siswa yakni ketika siswa diberi permasalahan cenderung hanya mengikuti langkah yang diberikan oleh guru atau yang ada di buku paket. Hal ini dikemukakan juga pada penelitian Wahyudin (1999) bahwa siswa mengikuti penjelasan atau informasi guru tetapi para siswa jarang mengajukan pertanyaan, siswa hanya mencontoh apa-apa yang dikerjakan guru dan mengingat rumus-rumus atau aturan matematika dengan tanpa makna dan pengertian.


(12)

3

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pernyataan di atas menyatakan bahwa belum terlihat adanya inovasi dan berpikir kreatif pada siswa. Padahal dengan siswa bisa berpikir kreatif dapat menciptakan situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini diungkapkan pula oleh Budiman (2011) bila kemampuan berpikir kreatif berkembang pada seseorang, maka akan mengasilkan banyak ide, membuat banyak kaitan, mempunyai banyak perspektif terhadap suatu hal, membuat dan melakukan imajinasi, dan peduli akan hasil.

Pentingnya berpikir kreatif tertera dalam Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 yang intinya antara lain adalah melalui pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, juga mandiri.

Namun pada kenyataanya, “pendidikan kita masih sangat lemah dalam

proses pembelajaran” (Sanjaya, 2007). Dalam proses pembelajaran, anak

kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Selain itu, dengan adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya.

Berpikir kreatif merupakan salah satu dari high order thinking (Mustika, 2011). Sehingga tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi, tetapi justru siswa yang aktif mencari informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Disamping itu, guru juga dapat mengembangkan iklim komunikasi di kelas selama pembelajaran berlangsung. Iklim komunikasi yang dimaksud adalah adanya umpan balik interaktif antara guru dan siswa. Dengan demikian, siswa akan mampu


(13)

4

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan respon balik terhadap materi pembelajaran secara aktif, tidak harus menunggu informasi dari guru.

Berdasarkan uraian di atas, untuk menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika dan memperoleh proses belajar-mengajar yang efektif maka bahan ajar yang digunakan harus sesuai dengan metode pembelajaran yang akan digunakan. Seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (2006) bahwa, “metode mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan meteri pelajaran kepada siswa untuk

setiap pelajaran atau bidang studi”. Sanjaya (2007) juga menyatakan, “metode adalah cara untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

optimal”.

Berdasarkan hal tersebut perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan tersebut adalah melakukan variasi terhadap model pembelajaran. Salah satu model yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan tersebut adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Seperti yang diungkapkan Sanjaya (2007) dalam pelaksanaannya pembelajaran berbasis masalah guru mengarahkan siswa untuk menyelesaikan suatu masalah, sehingga akan menjadi aktif berpikir, berkomunikasi, mencari penyelesaian dan akhirnya menyelesaikan.

Hal ini dikemukakan pula oleh Djamarah (2006) model ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan. Pembelajaran berbasis masalah menurut Ibrahim (Trianto, 2007) dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan


(14)

5

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pelajar yang otonom dan mandiri. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.

Berdasarkan penelitian Herman (2007) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) secara signifikan lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa SMP, baik ditinjau dari perbedaan kualifikasi sekolah, tingkat kemampuan matematika siswa, ataupun perbedaan gender. Dengan demikian, PBM sangat potensial diterapakan di lapangan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah yaitu membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka dengan menggunakan media pembelajaran Autograph. Melalui media ini siswa dapat merepresentasikan gambar-gambar secara visual, hal ini didukung oleh teori belajar Bruner yang mengemukakan bahwa hampir semua siswa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan yakni enaktif, ikonik, dan simbolik. Bruner menganjurkan siswa-siswa untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengijinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.

Teknologi Informatika dan Komunikasi dapat berperan di sini. Pembelajaran matematika dengan menggunakan teknologi komputer sangat baik apabila kita mendukungnya dengan software-software matematika yang akan sangat membantu siswa dalam mengerjakan atau menganalisa persoalan yang ada. Salah satu software yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah Autograph. Selain itu, menyebabkan dalam belajar


(15)

6

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswalah yang dituntut untuk lebih aktif yang berkaitan dengan materi dan tujuan pembelajaran sehingga akan terbentuk sikap mandiri, rasa ingin tahu yang tinggi dan timbulnya sikap positif terhadap lingkungan sekitar dan menjadikannya sebagai sumber belajar.

Software Autograph adalah program khusus yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Autograph memiliki kemampuan grafik 2D dan 3D untuk topik-topik seperti transformasi, kerucut bagian, vektor, kemiringan, dan turunan. “Autograph adalah suatu software untuk membantu siswa bisa mengatasi prinsip-prinsip dasar probabilitas, statistik, dan

koordinat geometri baik 2D maupun 3D.” Butler dan Hatsell (Koswara,

2012)

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP.” B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis mencoba merumuskan masalah penelitian ke dalam pernyataan berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori?

2. Bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dalam pembelajaran matematika?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:


(16)

7

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 Mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.

2 Mengetahui bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dalam pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya:

1. Manfaat teoritis,

diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan informasi mengenai penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan autograph untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif anak.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

- Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi belajar matematika siswa SMP.

- Meningkatkan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

b. Bagi guru diharapkan dengan model pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan autograph dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran matematika di sekolah.

c. Bagi sekolah diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran matematika di sekolah.

d. Bagi peneliti diharapkan sebagai pengalaman untuk mengembangkan model pembelajaran matematika yang lebih bervariasi dan inovatif.


(17)

8

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut ini adalah rencana peneliti membagi pokok-pokok pembahasan yang terdiri dari:

BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi.

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Asumsi, dan Hipotesis terdiri dari Pembelajaran Berbasis Masalah, Software Autograph, Berpikir Kreatif, Sikap Siswa, Pembelajaran Ekspositori, Kaitan antara PBM dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, Penelitian yang Relevan, Kerangka Berpikir, Hipotesis.

BAB III Metode Penelitian terdiri dari Metode Desain Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Variabel Penelitian dan Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Prosedur Penelitian, Teknik Analisis Data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari Hasil Penelitian, Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis, Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Awal Siswa, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Akhir Siswa, Analisis Data Kualitatif, Pembahasan.


(18)

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat. Perlakuan yang dilakukan terhadap variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran berbasis masalah berbantuan Autograph terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori. Sedangkan untuk penelitian ini tidak dimungkinkan untuk mengacak-acak kelas maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian kelompok kontrol Pre-Test dan Post-Test dan melibatkan dua kelompok penelitian yaitu kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Kelas kontrol adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model ekspositori. Sementara kelas eksperimen adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Autograph. Sebelum penelitian kedua kelompok diberikan pretes, kemudian diberikan perlakuan dan terakhir diberikan postes. Desain kuasi eksperimen dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

O1 X1 O2

O1 X2 O2

Keterangan:

X1 : pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah

berbantuan Autograph

X2 : pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Ekspositori


(19)

28

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu O2 : pemberian postes (setelah perlakuan)

--- : subjek penelitian tidak dipilih secara acak

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 16 Kota Bandung semester ganjil tahun akademik 2013/2014. Siswa kelas VIII dipilih karena mereka diasumsikan sudah dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan pembelajaran di SMP.

Penentuan/pemilihan populasi target dilakukan secara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan populasi berdasarkan pertimbangan tertentu (Sudjana, 2005 : 168). Berdasarkan pertimbangan pihak kesiswaan dan guru matematika dipilih dua kelas dari sepuluh kelas VIII, karena setiap kelas memiliki peluang sampel yang sama, yaitu setiap kelas memiliki pendistribusian yang relatif sama, yaitu rendah, rata-rata, dan tinggi. Satu kelas dipilih sebagai kelas eksperimen memperoleh perlakuan dengan Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Autograph yaitu kelas VIII 10 yang memiliki siswa sebanyak 40 orang dan satu kelas dipilih sebagai kelas kontrol memperoleh perlakuan dengan pembelajaran ekspositori yaitu kelas VIII 9 memiliki siswa sebanyak 38 orang.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Untuk kelas eksperimen, yang berperan sebagai variabel bebas adalah Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Autograph, sedangkan pada kelas kontrol yang berperan sebagai variabel


(20)

29

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bebas adalah pembelajaran ekspositori. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

2. Definisi Operasional

Agar diperoleh pengertian yang sama tentang istilah dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca, maka perlu adanya penegasan istilah dalam penelitian ini.

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu model pemecahan masalah yang sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah, dengan demikian peserta didik dapat memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap. Kelima tahap itu adalah (1) mengorientasikan siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) memandu menyelidiki secara mandiri ataukelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Software Autograph

Software Autograph adalah program khusus yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Autograph memiliki kemampuan grafik 2D dan 3D. Dalam kenyataannya, pengguna dapat mengamati bagaimana fungsi, grafik, persamaan, dan perhitungan. Autograph dapat digunakan untuk menggambar grafik statistik, fungsi, dan vektor dan untuk mengubah bentuk. Hal ini juga memungkinkan pengguna untuk mengubah dan mensimulasikan grafik, bentuk atau vektor yang sudah diplot untuk mendorong pemahaman konsep.


(21)

30

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Komponen berpikir kreatif yang di ambil dalam penelitian ini adalah (1) Kelancaran (fluency) yaitu banyak gagasan dalam berbagai kategori, (2) Keluwesan (flexibility) gagasan-gagasan yang beragam, (3) Keaslian (originality) yaitu mempunyai gagasan-gagasan baru untuk memecahkan persoalan; (4) Elaborasi (elaboration) merinci gagasan-gagasan sebelumnya.

4. Model Pembelajaran Ekspositori

Model pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach) oleh karena metode ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur. Langkah-langkah pembelajarannya adalah (1)Persiapan, (2) Penyajian, (3) Korelasi, (4) Menyimpulkan, (5) Mengaplikasikan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap, dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu instrumen tes dan non tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang dimaksud pada penelitian ini berupa seperangkat soal pretes dan postes. Adapun soal pretes adalah untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada pembelajaran matematika sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan postes untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada pembelajaran matematika setelah diberikan perlakuan. Tipe tes yang diberikan dalam penelitian ini adalah tipe uraian, sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa lebih tergambarkan


(22)

31

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seberapa jauh proses berpikir dan kemampuan siswa untuk berpikir kreatif dalam matematika secara baik.

Instrumen yang baik dan dapat dipercaya adalah memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, untuk mengetahui kualitas instrumen tes tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji coba instrumen terhadap siswa yang telah mempelajari materi sistem persamaan linier dua variabel. Instrumen tes yang diberikan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa terdiri dari 3 butir soal. Berikut ini adalah perhitungan uji coba instrumen yaitu:

a. Uji Validitas

Menurut Suherman (2003) cara menentukan tingkat (indeks) validitas kriterium ini ialah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksankan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi (baik), sehingga hasil evaluasi yang digunakan sebagai kriterium itu telah mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya. Makin tinggi koefisien korelasinya makin tinggi pula alat ukur tadi.

Cara menentukan koefisien validitas dengan menggunakan rumus korelasi produk moment memakai angka kasar (raw score), yaitu:

= � −

� 2− 2 � 2− 2 dengan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

n = banyak siswa peserta tes

= jumlah siswa yang menjawab benar perbutir soal = jumlah seluruh jawaban benar


(23)

32

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut (Suherman, 2003) Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai rxy tersebut dibagi kedalam kategori- kategori pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Tafsiran Koefisien Validitas Koefisien Validitas Interpretasi

0,90 < rxy < 1,00 validitas sangat tinggi

0,70 < rxy < 0,90 validitas tinggi

0,40 < rxy < 0,70 validitas sedang

0,20 < rxy < 0,40 validitas rendah

0,00 < rxy < 0,20 validitas sangat rendah

rxy < 0,00 tidak valid

Setelah kategori validitas butir soal ditentukan, perlu dilakukan uji keberartian koefisien korelasi untuk mengukur apakah butir soal memiliki validitas berarti atau tidak. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai beriku:

H0 : Validitas butir soal tidak berarti.

H1 : Validitas butir soal berarti.

Dengan statistik uji yaitu (Sudjana, 2005):

ℎ� �� = � −

2

1−

Keterangan:

= koefisien korelasi antara X dan Y n = banyak siswa peserta tes

Untuk taraf signifikansi 0,05 dan df = � −2 , kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Jika ℎ� �� < �� maka H0 diterima.

b. Jika ℎ� ���� maka H0 ditolak.

Menurut Suherman dan Sukjaya (1990) uji validitas butir ini merupakan pengujian validitas yang dilakukan pada tiap butir soal yang diujikan. Skor yang dikorelasikan adalah skor total sebagai hasil penjumlahan dari skor


(24)

33

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk setiap butir soal. Skor pada setiap butir soal menyebabkan tinggi rendahnya skor total. Sebuah butir soal memiliki validitas yang tinggi bila memiliki validitas kesejajaran atau korelasi positif dengan skor total.

Melalui perhitungan yang terdapat pada lampiran C.2, hasil analisis terhadap validitas tiap butir soal dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2

Validitas Tiap Butir Soal Nomor

Soal � � �� Kriteria Kategori

1 0.670 5.636

2,023

Validitas Berarti Sedang 2a 0.414 2.807 Validitas Berarti Sedang 2b 0.715 6.479 Validitas Berarti tinggi 3a 0.613 4.807 Validitas Berarti Sedang 3b 0.662 5.486 Validitas Berarti Sedang 3c 0.734 6.670 Validitas Berarti tinggi Berdasarkan hasil Tabel 3.2 di atas dapat disimpulkan bahwa instrument tes yang diujicobakan terdiri dari 4 butir soal sedang, yaitu nomor 1, 2a, 3a, dan 3b dan terdiri dari 2 butir soal tinggi, yaitu nomor 2b dan 3c.

b. Uji Reliabilitas

Menurut Suherman (2003) Reliabilitas suatu alat evaluasi adalah suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten). Hasil evaluasi itu harus tetap sama (relative sama) jika pengukuran diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Alat evaluasi yang reliabilitasnya tinggi disebut alat evaluasi yang reliabel.

Menurut Suherman (2003) rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas tes bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha, yaitu:


(25)

34

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11 r =               

2

2 1 1 t i s s n n

Dengan: n = banyak butir soal

2 i

s = varians skor tiap item

2

t

s = varians skor total

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 2003:139), sebagai berikut:

Tabel 3.3

Tafsiran Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi

r11< 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 < r11 < 0,40 derajat reliabilitas rendah

0,40 < r11 < 0,70 derajat reliabilitas sedang

0,70 < r11 < 0,90 derajat reliabilitas tinggi

0,90 < r11 < 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi

Setelah kategori reliabilitas instrument ditentukan, perlu dilakukan uji keberartian koefisien reliabilitas untuk mengukur apakah instrument tes memiliki reliabilitas berarti atau tidak. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai beriku:

H0 : Reliabilitas butir soal tidak berarti.

H1 : Reliabilitas butir soal berarti.

Dengan statistik uji yaitu (Sudjana, 2005):

ℎ� �� = 11 � −

2

1− 11

Keterangan:

11 = koefisien korelasi antara X dan Y n = banyak siswa peserta tes


(26)

35

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk taraf signifikansi 0,05 dan df = � −2 , kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Jika ℎ� �� < �� maka H0 diterima.

b. Jika ℎ� ���� maka H0 ditolak.

Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran C.3, reliabilitas untuk keseluruhan soal yang dilakukan memperoleh reliabilitas sebesar 0.594 hal ini berarti koefisien reliabilitas tersebut menyatakan bahwa instrumen yang dibuat memiliki derajat reliabilitas sedang. Kemudian, diperoleh ℎ� �� = 4,616 > �� = 2,023. Jadi H0 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa reliabilitas instrument tes kemampuan berpikir kreatif matematis berarti.

c. Daya Pembeda

Menurut Suherman dan Sukjaya (1990) daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara subyek yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Suatu kelas biasanya terdiri atas tiga kelompok siswa yaitu siswa pandai, rata-rata dan kurang, sehingga suatu alat evaluasi tidak bagus jika hasilnya baik semua ataupun sebaliknya. Atau sebagian besar baik dan sebaliknya. Alat evaluasi tersebut haruslah berdistribusi normal.

Derajat daya pembeda (DP) suatu butir soal dinyatakan dengan indeks diskriminasi yang bernilai dari -1,00 sampai dengan 1,00. Indeks diskriminasi makin mendekati 1,00 berarti daya pembeda soal tersebut makin baik, sebaliknya jika makin mendekati 0,00 berarti daya pembeda soal tersebut makin buruk. Indeks diskriminasi bernilai negatif (kurang dari 0,00) berarti kelompok siswa kurang pandai banyak mendapat nilai baik, sedangkan kelompok siswa pandai banyak mendapat nilai jelek.


(27)

36

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan (Nurokhmatillah, 2010) rumus untuk menentukan daya pembeda adalah:

DP= − ℎ

���

dengan: SMI = Skor Maksimum Ideal

Selanjutnya, koefisien daya pembeda yang diperoleh dari perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman, 2003:161), sebagai berikut:

Tabel 3.4

Tafsiran Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

DP < 0,00 sangat jelek

0,00 < DP < 0,20 jelek

0,20 < DP < 0,40 cukup

0,40 < DP < 0,70 baik

0,70 < DP < 1,00 sangat baik

Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran C.4, hasil perhitungan daya pembeda tiap butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0.38 Cukup

2a 0.26 Cukup

2b 0.46 Baik

3a 0.27 Cukup

3b 0.46 Baik

3c 0.92 Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 3.5 di atas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda pada soal nomor 1, 2a, 3a adalah cukup. Daya pembeda pada nomor 2b dan 3b adalah baik. Sedangkan daya pembeda pada soal nomor 3c adalah Sangat Baik.


(28)

37

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Indeks Kesukaran

Menurut Suherman dan Sukjaya (1990) Suatu hasil dari alat evaluasi dikatakan baik akan menghasilkan skor atau nilai yang membentuk distribusi normal. Jika soal tersebut terlalu sukar, maka frekuensi distribusi yang paling banyak terletak pada skor yang rendah karena sebagian yang besar mendapat nilai yang jelek. Sebaliknya jika soal yang diberikan terlalu mudah, maka frekuensi distribusi yang paling banyak pada skor yang tinggi, karena sebagian besar siswa mendapat nilai baik.

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Kontinum indeks kesukaran adalah seperti gambar di bawah ini.

0,00 0,100 0,200 0,80 0,90 1,00

Catatan

 - harus diperbaiki

 + sebaiknya diperbaiki

Berdasarkan (Nurokhmatillah, 2010) rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal, yaitu:

IK =

���

Dengan:

IK = Indeks kesukaran

+

+ +


(29)

38

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = Rerata

SMI = Skor Maksimal Ideal

Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh dari perhitungan diinterprestasikan dengan menggunakan kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 3.4 (Suherman, 2003:170), sebagai berikut:

Tabel 3.6

Tafsiran Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi

IK = 0,00 soal terlalu sukar 0,00 < IK < 0,30 soal sukar 0,30 < IK < 0,70 soal sedang 0,70 < IK < 1,00 soal mudah

IK = 1,00 soal terlalu mudah

Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada lampiran C.5, hasil perhitungan indeks kesukaran tiap butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0.66 Sedang

2a 0.57 Sedang

2b 0.30 Sukar

3a 0.69 Sedang

3b 0.68 Sedang

3c 0.50 Sedang

Berdasarkan Tabel 3.7 di atas dapat disimpulkan bahwa indeks kesukaran pada soal nomor 1, 2a, 3a, 3b, 3c adalah sedang. Sedangkan Indeks kesukaran pada nomor 2b adalah Sukar.

Dari perhitungan validitas, reliabilitas, daya pembeda, indeks kesukaran, rekapitulasi analisis butir soal di sajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.8


(30)

39

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Soal

Validitas Butir Soal Daya Pembeda Indeks

Kesukaran Koefisien Kategori Kriteria Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0.67 Sedang Validitas Berarti 0.38 Cukup 0.66 Sedang 2a 0.41 Sedang Validitas Berarti 0.26 Cukup 0.57 Sedang 2b 0.72 tinggi Validitas Berarti 0.46 Baik 0.30 Sukar 3a 0.61 Sedang Validitas Berarti 0.27 Cukup 0.69 Sedang 3b 0.66 Sedang Validitas Berarti 0.46 Baik 0.68 Sedang 3c 0.73 tinggi Validitas Berarti 0.92 Sangat Baik 0.50 Sedang Reliabilitas : 0,59 (Sedang)

Validitas Banding : 0.87 (Tinggi)

Berdasarkan analisis tiap butir soal yang digambarkan pada tabel di atas, maka keenam butir soal tersebut sudah memenuhi klasifikasi minimal sedang, sehingga keenam butir soal tersebut akan digunakan sebagai instrument tes kemampuan berpikir kreatif matematis pada penelitian ini. 2. Instrumen Non Tes

a. Angket Skala Sikap

Angket yang digunakan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan Autograph. Angket yang dibuat dengan menggunakan skala sikap dari Likert. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Angket disajikan dalam dua bentuk pertanyaan yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Setiap pilihan siswa diberikan skor tertentu. Untuk pertanyaan positif apabila siswa menjawab SS maka diberi skor 5, apabila menjawab S maka diberi skor 4, apabila siswa menjawab TS maka diberi skor 2, dan apabila siswa menjawab STS maka diberi skor 1. Sebaliknya untuk pertanyaan negatif, skor 5 diberikan untuk siswa yang


(31)

40

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjawab STS, skor 4 untuk siswa yang menjawab TS, skor 2 untuk siswa yang menjawab S, dan skor 1 untuk siswa yang menjawab SS.

1. Analisis data angket dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

Menghitung persentase skor angket tiap siswa dengan rumus sebagai berikut:

�= × 100%

Dengan P : persentase skor angket tiap siswa X : skor total angket tiap siswa Y : skor maksimal ideal

2. Menghitung rata-rata persentase skor angket seluruh siswa dengan rumus:

� = �

Dengan � : rata-rata persentase skor total angket seluruh siswa

� : jumlah persentase skor total angket siswa Y : banyaknya siswa yang mengisi angket 1) Uji Validitas

Menurut Suherman (2003) cara menentukan tingkat (indeks) validitas kriterium ini ialah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksankan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi (baik), sehingga hasil evaluasi yang digunakan sebagai kriterium itu telah mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya. Makin tinggi koefisien korelasinya makin tinggi pula alat ukur tadi.


(32)

41

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cara menentukan koefisien validitas dengan menggunakan rumus korelasi produk moment memakai angka kasar (raw score), yaitu:

= � −

� 2− 2 � 2− 2 dengan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

n = banyak siswa peserta tes

= jumlah siswa yang menjawab benar perbutir soal = jumlah seluruh jawaban benar

Menurut (Suherman, 2003) Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai rxy tersebut dibagi kedalam kategori- kategori pada

tabel berikut:

Tabel 3.9

Tafsiran Koefisien Validitas

Koefisien Validitas Interpretasi 0,90 < rxy < 1,00 validitas sangat tinggi

0,70 < rxy < 0,90 validitas tinggi

0,40 < rxy < 0,70 validitas sedang

0,20 < rxy < 0,40 validitas rendah

0,00 < rxy < 0,20 validitas sangat rendah

rxy < 0,00 tidak valid

Setelah kategori validitas butir soal ditentukan, perlu dilakukan uji keberartian koefisien korelasi untuk mengukur apakah butir soal memiliki validitas berarti atau tidak. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai beriku:

H0 : Validitas butir pernyataan tidak berarti.

H1 : Validitas butir pernyataan berarti.


(33)

42

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ℎ� �� = � −

2

1−

Keterangan:

= koefisien korelasi antara X dan Y n = banyak siswa peserta tes

Untuk taraf signifikansi 0,05 dan df = � −2 , kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Jika ℎ� �� < �� maka H0 diterima.

b. Jika ℎ� ���� maka H0 ditolak.

Berdasarkan perhitungan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007 seperti yang ditampilkan pada lampiran C.6, hasil perhitungan validitas butir angket yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10

Hasil Uji Validitas Butir Pernyataan Angket No.

Pernyataan rxy � �� Kriteria Kategori

1 0.570 4.045

2.032

Validitas Berarti Sedang 2 0.450 2.938 Validitas Berarti Sedang 3 0.496 3.331 Validitas Berarti Sedang 4 0.650 4.987 Validitas Berarti Sedang 5 0.530 3.644 Validitas Berarti Sedang 6 0.439 2.849 Validitas Berarti Sedang 7 0.704 5.780 Validitas Berarti Tinggi 8 0.570 4.045 Validitas Berarti Sedang 9 0.701 5.732 Validitas Berarti Tinggi 10 0.470 3.105 Validitas Berarti Sedang 11 0.707 5.829 Validitas Berarti Tinggi 12 0.643 4.896 Validitas Berarti Sedang 13 0.699 5.699 Validitas Berarti Tinggi 14 0.431 2.785 Validitas Berarti Sedang


(34)

43

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15 0.741 6.434 Validitas Berarti Tinggi 16 0.400 2.545 Validitas Berarti Sedang

Berdasarkan hasil pengujian validitas di atas, maka untuk selanjutnya butir pernyataan angket yang diolah dalam penelitian ini terhadap 16 nomor pada tabel 3.10 di atas.

2) Uji Reliabilitas

Menurut Suherman (2003) Reliabilitas suatu alat evaluasi adalah suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten). Hasil evaluasi itu harus tetap sama (relative sama) jika pengukuran diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Alat evaluasi yang reliabilitasnya tinggi disebut alat evaluasi yang reliabel.

Menurut Suherman (2003) rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas tes bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha, yaitu: 11 r =               

2

2 1 1 t i s s n n

Dengan: n = banyak butir soal

2 i

s = varians skor tiap item

2

t

s

= varians skor total

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 2003:139), sebagai berikut:


(35)

44

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.11

Tafsiran Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi

r11< 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 < r11 < 0,40 derajat reliabilitas rendah

0,40 < r11 < 0,70 derajat reliabilitas sedang

0,70 < r11 < 0,90 derajat reliabilitas tinggi

0,90 < r11 < 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi

Setelah kategori reliabilitas instrument ditentukan, perlu dilakukan uji keberartian koefisien reliabilitas untuk mengukur apakah instrument tes memiliki reliabilitas berarti atau tidak. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai beriku:

H0 : Reliabilitas butir pernyataan tidak berarti.

H1 : Reliabilitas butir pernyataan berarti.

Dengan statistik uji yaitu (Sudjana, 2005):

ℎ� �� = 11 � −

2

1− 11

Keterangan:

11 = koefisien korelasi antara X dan Y n = banyak siswa peserta tes

Untuk taraf signifikansi 0,05 dan df = � −2 , kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Jika ℎ� �� < �� maka H0 diterima.

b. Jika ℎ� ���� maka H0 ditolak.

Berdasarkan perhitungan reliabilitas pada lampiran C.6, diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0.842 hal ini berarti koefisien reliabilitas tersebut menyatakan bahwa instrumen yang


(36)

45

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dibuat memiliki derajat reliabilitas tinggi. Kemudian, diperoleh

ℎ� �� = 0.842 > �� = 2,032. Jadi H0 ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa reliabilitas instrument tes kemampuan berpikir kreatif matematis berarti.

b. Jurnal Harian

Jurnal harian siswa ini merupakan tulisan yang dibuat oleh siswa pada akhir pembelajaran guna mengetahui respons siswa terhadap model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan Autograph.

c. Lembar Observasi

Lembar observasi ini bertujuan memperoleh data tentang proses pembelajaran dengan harapan hal-hal yang tidak teramati oleh peneliti dapat ditemukan, sehingga dipergunakanlah lembar observasi. Observasi ini dilakukan oleh rekan mahasiswa/guru yang telah mengetahui dan telah memahami pembelajaran matematika, sehingga dapat mengamati aspek pembelajaran yang meliputi proses, interaksi atau keaktifan siswa, dan kekurangan saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

d. Alat dan Bahan Ajar

Menurut NCTM (Depdiknas, 2006) pengertian bahan ajar yaitu merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Selain itu,


(37)

46

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengertian lainnya yang dikemukakan oleh Suryantoro (2011) bahan ajar merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Dengan demikian bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar-mengajar (KBM). Adapun pada penelitian ini bahan ajar yang digunakan adalah berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan model pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan autograph. Mengenai alat-alat yang disediakan juga harus tersedia komputer, software autograph, proyektor untuk membantu proses pembelajaran berlangsung.

Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) berisi lembaran-lembaran tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, dibuat permasalahan-permasalahan yang didesain sedemikian sehingga menstrimulus kemampuan berpikir kreatif siswa. Lembar kegiatan siswa akan memuat paling tidak: judul, KD yang akan dicapai, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. Penyusunan LKS dalam pengkajian materi ini mengambil materi SPLDV yang diajarkan di kelas VIII SMP.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu sebagai berikut:


(38)

47

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Studi Pendahuluan dengan mengkaji masalah, daftar pustaka serta mengumpulkan data-data yang dibutuhkan.

b. Melakukan observasi ke sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

c. Menyusun instrumen penelitian (tes dan non tes). d. Menyusun bahan ajar.

e. Menguji coba instrumen penelitian.

f. Menganalisis hasil uji coba instrumen kemudian revisi instrument penelitian apabila terdapat kekurangan.

g. Menyusun proposal penelitian.

h. Menyusun instrument dan bahan ajar, termasuk menyusun RPP.

2. Tahap Pelakasanaan

a. Pemilihan kelas untuk sampel penelitian kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

b. Melakukan pretes (tes awal) kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

c. Melaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan Autograph di kelas eksperimen dan pembelajaran dengan menggunakan ekspositori di kelas kontrol. d. Selama proses pembelajaran peneliti menggunakan lembar observasi

untuk menilai proses pembelajaran berlangsung.

e. Memberikan jurnal harian kepada siswa kelas ekperimen untuk mengetahui respon siswa terhadap PBL dengan berbantuan Autograph yang telah dilaksanakan.

f. Pemberian postes (tes akhir) pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.


(39)

48

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Memberikan angket (skala Likert) kepada kelas ekperimen untuk mengetahui sikap.

3. Tahap Penyusunan Laporan

a. Mengumpulkan hasil data kualitatif maupun kuantitatif dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

b. Pengolahan data hasil penelitian. c. Analisis data hasil penelitian. d. Penyimpulan data hasil penelitian. e. Penulisan laporan hasil penelitian. F. Teknik Analisis Data

Data pada penelitian ini merupakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, yaitu tes kemampuan awal (pretes), tes kemampuan akhir (postes). Sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil lembar observasi, jurnal harian yang digunakan untuk melihat sejauh mana kefektifan pembelajaran yang dilaksanakan. Setelah data-data diperoleh, kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat dilihat dari data pretes dan postes. Sebelum melakukan pengujian terhadap data pretes dan postes, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap dekripsi data yang meliputi rata-rata, skor maksimum, skor minimum, dan simpangan bakku. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum tentang data yang akan duji. Perhitungan ini dilakukan menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0 for windows.

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Awal Siswa

Kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa dapat diketahui dari hasil pretes. Dengan demikian, analisis kemampuan berpikir kreatif matematis


(40)

49

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa dilakukan dengan melakukan analisis terhadap data pretes. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0 for windows.Proses analisis dilakukan secara statistik dengan langkah-langkah yang digambarkan pada diagram alur berikut:

Gambar 3.1

Diagram Alur Uji Statistik Langkah-langkah analisis data pretes adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pretes berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun perumusan hipotesis untuk uji normalitas ini sebagai berikut:

H0: Skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

H1: Skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi tidak normal.

Pengujian normalitas data ini menggunakan Uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi �= 0,05 Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05, maka H0 diterima.

Data Kuantitatif

Uji Normalitas Shapiro-Whilk Uji Homogenitas

Levene Statistic

Kesimpulan

Ya Tidak

Ya Tidak Uji kesamaan Dua Rata-rata

Uji MannWhitney Uji kesamaan Dua Rata-rata

Uji t

Uji kesamaan Dua Rata-rata


(41)

50

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05, maka H0 ditolak.

Jika data pretes kedua kelas yang menjadi sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Namun, jika salah satu atau kedua data berdistribusi tidak normal maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas varians.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas ini dilakukan uji Levene’s statistic test dengan taraf signifikasi �= 0,05. Hipotesis yang diujikan adalah sebagai berikut:

H0: Skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol bervariasi homogen.

H1: Skor pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak bervariasi homogen.

Adapun kriteria pengujiannya yaitu:

a. Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05, maka H0 diterima.

b. Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05, maka H0 ditolak.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan antara rata-rata skor pretes kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika data berdistribusi normal dan data memiliki varians yang homogen maka pengujian kesamaan dua rata-rata ini dilakukan dengan uji t, yaitu Independent Sample T-Tes dengan asumsi kedua varians homogen (Equal variances assumed) yaitu dengan uji anava satu jalur. Adapun untuk data yang berdistribusi normal, tetapi tidak memiliki varians homogen maka pengujiannya

menggunakan uji t’ yaitu Independent Sample T-Tes dengan asumsi kedua varians tidak homogen (Equal variances not assumed). Sedangkan untuk data yang salah


(42)

51

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

satu atau keduanya berdistribusi tidak normal, maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik menggunakan Uji Mann-Whitney U.

H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1 : Aada perbedaan kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Dengan menggunakan taraf signifikansi � = 0,05, maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai sig (2-tailed) ≥ 0,05, maka H0 diterima.

b. Jika nilai sig (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak.

3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

Jika hasil pretes menyatakan bahwa kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa tidak berbeda secara signifikan, maka data yang digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat dilihat dari data postes. Namun, jika hasil pretes menyatakan bahwa kemampuan awal berpikir kreatif matematis siswa berbeda secara signifikan, maka data yang digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dapat dilihat dari data indeks gain. Adapun perhitungannya menggunakan bantuan Software SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17.0. Langkah-langkah analisis data postes atau gain ternomalisasi adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data peningkatan berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun perumusan hipotesis untuk uji normalitas ini sebagai berikut:


(43)

52

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H1: Skor peningkatan kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi tidak

normal.

Pengujian normalitas data ini menggunakan Uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi �= 0,05 Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05, maka H0 diterima.

b. Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05, maka H0 ditolak.

Jika peningkatan kedua kelas yang menjadi sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Namun, jika salah satu atau kedua data berdistribusi tidak normal maka tidak perlu dilakukan uji homogenitas varians.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians yang homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas ini dilakukan uji Levene’s test dengan taraf signifikasi � = 0,05. Hipotesis yang diujikan adalah sebagai berikut:

H0 : Skor peningkatan kelas eksperimen dan kelas kontrol bervarians homogen.

H1 : Skor peningkatan kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak bervarians

homogen.

Adapun kriteria pengujiannya yaitu:

a. Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05, maka H0 diterima.

b. Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05, maka H0 ditolak.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol atau tidak. Jika data berdistribusi normal dan data memiliki varians yang homogen maka pengujian kesamaan dua rata-rata ini dilakukan dengan uji t, yaitu Independent Sample T-Tes dengan asumsi kedua varians homogen (Equal variances assumed) yaitu dengan uji anava satu jalur. Adapun


(44)

53

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk data yang berdistribusi normal, tetapi tidak memiliki varians homogen

maka pengujiannya menggunakan uji t’, yaitu Independent Sample T-Tes dengan asumsi kedua varians tidak homogen (Equal variances not assumed) . Sedangkan untuk data yang salah satu atau keduanya berdistribusi tidak normal, maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik menggunakan Uji Mann-Whitney U. Hipotesis yang diujikan yaitu:

H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis akhir siswa kelas

eksperimen tidak lebih tinggi daripada kelas kontrol.

H1 : Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis akhir siswa kelas

eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Adapun kriteria pengujiannya yaitu:

a. Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05, maka H0 diterima.

b. Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05, maka H0 ditolak.

4. Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kualitas peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa akan digunakan data indeks gain secara deskriptif. Indeks gain adalah gain ternormalisasi yang dihitung dengan menggunakan rumus Meltzer (Fitriani, 2012), yaitu:

Perhitungannya dapat dianalisis dengan menggunakan bantuan Software Microsoft Excel 2007. Sedangkan untuk kriteria rendah, sedang dan tinggi mengacu pada kriteria Hake (Fitriani, 2012), yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.12 Kriteria Indeks Gain

Indeks N-gain Keterangan

Indeks Gain < 0,30 Rendah

0,30 ≤ Indek Gain ≤ 0,70 Sedang

Pretest Skor SMI

Pretest skor Postest Skor gain

Indeks

  


(45)

54

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Indeks Gain ≥ 0,70 Tinggi

5. Analisis Data Kualitatif

Setelah data diperoleh, kemudian data kualitatif dalam penelitian ini data kualitatif yang terdiri dari angket, jurnal harian, lembar observasi. Pedoman diberikan khusus kepada kelas eksperimen untuk mengetahui sikap mereka terhadap penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

a. Analisis Angket

Dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif (favorable) kategori SS (Sangat Setuju) diberi skor tertinggi, makin menuju ke STS (Sangat Tidak Setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur menurun. Sebaliknya untuk pernyataan yang bersifat negatif (unfavorable) untuk kategori SS (Sangat Setuju) diberi skor terendah, makin menuju ke STS (Sangat Tidak Setuju) skor yang diberikan berangsur-angsur tinggi. Pembobotan yang paling sering dipakai dalam mentransfer skala kualitatif ke dalam skala kuantitatif (Suherman, 2003) adalah:

Tabel 3.13

Panduan Pemberian Skor Skala Sikap Siswa

Pernyataan Bobot Pendapat

SS S TS STS

Favorable 5 4 2 1

Unfavorable 1 2 4 5

Setelah angket skala sikap terkumpul dan diolah dengan menggunakan cara seperti di atas, sikap siswa terhadap sebuah pernyataan dapat digolongkan ke dalam sikap positif atau negatif. Penggolongan dapat dilakukan dengan membandingkan skor subyek dengan jumlah skor alternatif jawaban netral dari pernyataan. Jika rata-rata skor siswa terhadap pernyataan lebih dari skor jawaban netral (3) maka siswa digolongkan bersikap positif. Jika rata-rata skor siswa


(46)

55

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap pernyataan kurang dari skor jawaban netral, maka siswa mempunyai sikap negatif.

b. Analisis Jurnal Harian

Jurnal harian siswa dianalisis dengan cara mengumpulkan jurnal harian siswa, selanjutnya ditulis dan diringkas berdasarkan masalah yang akan dijawab dalam penelitian. Pengelompokkan dilakukan dengan mengelompokkan kesan dan komentar siswa mengenai pembelajaran ke dalam kelompok pendapat positif, negatif, dan tidak berkomentar, kemudian dihitung persentasenya.

c. Analisis Lembar Observasi

Data dari hasil lembar observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Lembar observasi dan catatan lapangan dianalisis untuk memeriksa keberlangsungan penerapan pembelajaran berbasis maslah berbantuan autograph. Cara menganalisis lembar observasi dilakukan dengagn mencari rata-rata skor tiap aspek yang tercantum dalam lembar observasi, kemudian disimpulkan berdasar hasil pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung.


(1)

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran ekspositori.

2. Sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dalam pembelajaran matematika menunjukan sikap positif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut:

1. Pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph sebaiknya dapat menjadi alternatif dalam pengembangan pembelajaran bagi guru di jenjang pendidikan SMP untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Diharapkan ada studi pendahuluan terlebih dahulu, agar hasil yang dicapai lebih maksimal.

2. Diharapkan ada kajian lebih lanjut mengenai pembelajaran matematika dengan bantuan autograph untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan materi dan subjek yang berbeda.

3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa respon siswa positif. Oleh karena itu guru sebaiknya menggunakan software autograph agar pembelajaran lebih menarik.


(2)

74

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Frekuensi pertemuan terhadap subjek penelitian lebih ditingkatkan, agar proses pembelajaran dan pelayanan lebih memuaskan, sehingga hasil yang dicapai lebih maksimal.

5. Guru sebagai fasilitator disarankan memberikan bantuan bagi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan pemicu dan perlu adanya bimbingan awal mengenai pengenalan software autograph.


(3)

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Barret, T. 2005. Understanding Problem Based Learning. Handbook of Enquiry

and Problem-based Learning: Irish Case Studies and International Perspectives. AISHE READINGS.

Budiman, H. 2011. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif

Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Software Cabri 3D. Thesis. FPMIPA UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Darojat, A. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis SPS UPI: Tidak Diterbitkan.

Depdiknas. 2006. Sosialisasi KTSP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Darojat, A. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis SPS UPI: Tidak Diterbitkan.

Djamarah, S. B. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Fitriani, N. 2012. Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

Secara Berkelompok untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self Confidence Siswa SMP. Tesis UPI: Tidak

diterbitkan.

Herman, T. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Laporan Penelitian. UPI Bandung.

Koswara, U. 2012. Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi

Matematis Siswa SMA Melalui Pendekatan Pembelajaran Konstektual Berbantuan Program Autograph. Tesis. FPMIPA UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Kusumah, Y. S. 2007. Peningkatan Kualitas Pembelajaran dengan Courseware


(4)

76

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mahmudi, A. 2010. Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah Universitas Negeri Yogjakarta: Tidak diterbitkan.

Mandasari, L. 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa SMA Melalui Model Problem Based Learning Menggunakan Software Autograph. PPs Universitas Negeri Medan: tidak

diterbitkan. [30 Oktober 2013]

McGregor, D. 2007. Developing Thinking Developing Learning. Poland: Open University Press

Mulyana, T dan Sabandar, J. 2005. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kreatif Matematik Siswa SMA Jurusan IPA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Deduktif–Induktif. Makalah. Disampaikan pada Seminar

Nasional. Bandung, 20 Agustus 2005. Diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Munandar, S. C. U. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan

Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Granada Pustaka Utama.

Munandar, U. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Penuntun bagi Guru dan Orang tua. Jakarta: Grasindo

Mustika, A. M. 2011. Pengaruh Implementasi Pendekatan Konstruktivisme Model

Needham Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Matematika Pada Siswa SMP. Skripsi. FPMIPA UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Nurdiana, E. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Induktif Versi Hilda Taba

dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika

FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Nurokhmatillah, I. 2010. Upaya Meningkatkan Pemahaman Geometri Pada Siswa

SMP dengan Menggunakan Model Pembelajaran SAVI. Skripsi pada

FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Partini. 2009. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

Kemampuan Penalaran dan Representasi Siswa SMA. Tesis SPS UPI:

Tidak Diterbitkan.

PISA. 2009. Canadian Results of the OECD PISA Study . [online]. Tersedia: http://www.cmec.ca/Publications/Lists/Publications/Attachments/254/PIS A2009-can-report.pdf [11 November 2013]


(5)

77

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rahmawati, Y. 2008. Pengembangan Matematika untuk Anak Usia Dini Hasil

Diklat Kerjasama antara Direktorat PTK PNF Ditjen PMPTK Dediknas dengan UPI Bandung.

Ruseffendi, 2006. Pengantar Kepada Guru Membantu Guru Mengembangkan

Potensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA,

Tarsito, Bandung.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencama.

Santyasa, I. W. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA.

Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Suherman, E. dan Yaya Sukjaya K. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Wijaya Kusumah 157- Bandung.

Suryantoro, D. 2011. Langkah-Langkah Mengembangkan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia: http://suryantara.wordpress.com/2011/10/12/langkah-langkah-mengembangkan-bahan-ajar/[01 Mei 2012].

TIMSS. 2009. Highlights From TIMSS 2007. [Online]. Tersedia: http://staff.tarleton.edu[29 Oktober 2013]

TIMSS. 2011. TIMSS 2011: mathematics and science achievement in England. [Online]. Tersedia: http://dera.ioe.ac.uk[11 November 2013]

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana

Wahyudin. 1999. Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan

Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi Doktor pada PPs UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Widjajanti, D. B. 2011. Problem-Based Learning dan Contoh Implementasinya. Makalah. Universitas Negeri Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.


(6)

78

Hany Indriani, 2014

Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yuslinawati. 2012. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan

Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Software Autograph Dengan Pembelajaran Konvensional Menggunakan Software Autograph. PPs


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Teknik Scaffolding Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa

6 54 244

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIII PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL VAK BERBANTUAN POHON MATEMATIS

5 39 662

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PQ4R BERBANTUAN KARTU MASALAH TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VIII

1 17 276

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA ANTARA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN GEOGEBRA DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH DI MAN 1 MEDAN.

2 10 43

PENGEMBANGAN MODUL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 MEDAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MNEGGUNAKAN AUTOGRAPH.

1 8 36

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK SISWA.

0 0 39

MODEL PEMBELAJARAN ASSUREBERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN SELF CONCEPT MATEMATIS SISWA SMP.

4 10 53

PERAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KREATIF SERTA DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA

0 0 9

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

0 0 8