TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT DAN DOKTER TERHADAP PEMUSNAHAN REKAM MEDIS PASIEN DIHUBUNGKAN DENGAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM BERDASARKAN UU NO. 29 TAHUN 2004 DAN UU NO. 44 TAHUN 2009.
ABSTRAK
TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT DAN DOKTER TERHADAP
PEMUSNAHAN REKAM MEDIS PASIEN DIHUBUNGKAN DENGAN
PERBUATAN MELAWAN HUKUM BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK
KEDOKTERAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT
Pelayanan kesehatan di Indonesia dewasa ini belumlah optimal, hal
ini dapat dilihat dari masih banyaknya rakyat Indonesia yang belum
memperoleh pelayanan kesehatan yang menghasilkan kesembuhan
sehingga berujung pada dugaan tindakan malpraktik medis yang sangat
merugikan masyarakat sebagai pasien penerima layanan kesehatan
tersebut. Salah satu alat bukti yang paling penting dalam membuktikan
benar atau tidaknya suatu dugaan tindakan malpraktik dalam dunia medis
adalah berkas rekam medis. Sesuai Pasal 13 ayat (1) huruf b Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis
menyebutkan bahwa pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai
alat bukti dalam proses penegakan hukum. Namun, dilain sisi keberadaan
berkas rekam medis bagi rumah sakit menimbulkan suatu permasalahan
yaitu ruang penyimpanan berkas rekam medis pada suatu rumah sakit
sangat terbatas sehingga Pemerintah melalui Pasal 8 ayat (2) Permenkes
Rekam Medis membolehkan rumah sakit untuk memusnahkan berkas
rekam medis pasien sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
dalam Permenkes Rekam Medis tersebut. Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menentukan bentuk pertanggungjawaban rumah sakit
dan dokter selaku tenaga kesehatan terhadap pemusnahan berkas rekam
medis pasien yang masih memiliki persoalan hukum dihubungkan dengan
perbuatan melawan hukum sesuai hukum positif.
Pendekatan yang digunakan dalam metode penelitian skripsi ini
adalah metode pendekatan yang bersifat yuridis normatif atau penelitian
hukum kepustakaan. Data-data yang digunakan juga tentu data-data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
dan bahan hukum tersier. Berkaitan dengan analisis, penulis secara
khusus menggunakan analisis yang bersifat deskriptif, yang dilakukan
dengan cara menghubungkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dengan teori-teori hukum.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pelaksanaan pemusnahan rekam medis pasien yang
masih memiliki masalah hukum termasuk perbuatan melawan hukum
karena telah melanggar hak pasien untuk mendapatkan isi rekam medis
sesuai dengan Pasal 52 huruf (e) Undang-Undang Praktik Kedokteran.
Bentuk tanggung jawab rumah sakit dan dokter terhadap pemusnahan
rekam medis yang termasuk kedalam perbuatan melawan hukum
berdasarkan KUHPerdata adalah denda berupa ganti kerugian materi.
iv
TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT DAN DOKTER TERHADAP
PEMUSNAHAN REKAM MEDIS PASIEN DIHUBUNGKAN DENGAN
PERBUATAN MELAWAN HUKUM BERDASARKAN UNDANGUNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK
KEDOKTERAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT
Pelayanan kesehatan di Indonesia dewasa ini belumlah optimal, hal
ini dapat dilihat dari masih banyaknya rakyat Indonesia yang belum
memperoleh pelayanan kesehatan yang menghasilkan kesembuhan
sehingga berujung pada dugaan tindakan malpraktik medis yang sangat
merugikan masyarakat sebagai pasien penerima layanan kesehatan
tersebut. Salah satu alat bukti yang paling penting dalam membuktikan
benar atau tidaknya suatu dugaan tindakan malpraktik dalam dunia medis
adalah berkas rekam medis. Sesuai Pasal 13 ayat (1) huruf b Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis
menyebutkan bahwa pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai
alat bukti dalam proses penegakan hukum. Namun, dilain sisi keberadaan
berkas rekam medis bagi rumah sakit menimbulkan suatu permasalahan
yaitu ruang penyimpanan berkas rekam medis pada suatu rumah sakit
sangat terbatas sehingga Pemerintah melalui Pasal 8 ayat (2) Permenkes
Rekam Medis membolehkan rumah sakit untuk memusnahkan berkas
rekam medis pasien sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
dalam Permenkes Rekam Medis tersebut. Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menentukan bentuk pertanggungjawaban rumah sakit
dan dokter selaku tenaga kesehatan terhadap pemusnahan berkas rekam
medis pasien yang masih memiliki persoalan hukum dihubungkan dengan
perbuatan melawan hukum sesuai hukum positif.
Pendekatan yang digunakan dalam metode penelitian skripsi ini
adalah metode pendekatan yang bersifat yuridis normatif atau penelitian
hukum kepustakaan. Data-data yang digunakan juga tentu data-data
sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
dan bahan hukum tersier. Berkaitan dengan analisis, penulis secara
khusus menggunakan analisis yang bersifat deskriptif, yang dilakukan
dengan cara menghubungkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dengan teori-teori hukum.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pelaksanaan pemusnahan rekam medis pasien yang
masih memiliki masalah hukum termasuk perbuatan melawan hukum
karena telah melanggar hak pasien untuk mendapatkan isi rekam medis
sesuai dengan Pasal 52 huruf (e) Undang-Undang Praktik Kedokteran.
Bentuk tanggung jawab rumah sakit dan dokter terhadap pemusnahan
rekam medis yang termasuk kedalam perbuatan melawan hukum
berdasarkan KUHPerdata adalah denda berupa ganti kerugian materi.
iv