Studi Deskriptif Mengenai Status Intimacy Pada Pria Homoseksual Komunitas "X" Bandung.

(1)

ABSTRAK

Penelitian dengan judul Studi Deskriptif mengenai Status Intimacy pada Pria Homoseksual di Komunitas “X” Bandung ini bertujuan untuk memberikan paparan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan status intimacy. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sasaran populasi dalam penelitian ini adalah pria homoseksual di komunitas “X” Bandung yang sedang berpacaran, dengan masa pacaran minimal satu tahun. Keseluruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yangmemenuhi karakteristik penelitian.

Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini berupa kuesioner status intimacy, dengan menggunakan skala Likert. Alat ukur ini disusun berdasarkan teori psikososial Erik Erikson yang dikembangkan oleh Jacob Orlofsky dan kemudian dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner ini terdiri dari 73 item, dengan pengelompokan item berdasarkan 9 buah aspek status intimacy. Data yang terkumpul dianalisa menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleeh gambaran status intimacy pria homoseksual di komunitas “X” Bandung, yaitu sebagai berikut: Presentase tertinggi status intimacy berada pada status stereotyped (46,7%) dan persentase terendah berada pada status preintimate (3,3%). Disamping itu, terdapat juga pria homoseksual komunitas “X” yang berstatus merger uncommitted (16,7%), intimate (13,3%), pseudointimate serta merger committed (10%). Dan dari hasil penelitian ini, ternyata tidak ada seorangpun dari pria homoseksual di komunitas “X” yang berstatus isolate.

Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu status pria homoseksual yang sedang menjalin hubungan berpacaran adalah stereotypedd relationship(46,7%). Peneliti menyarankan bagi peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini untuk meneliti lebih dalam mengenai derajat komitmen pria homoseksual.


(2)

ABSTRACT

This research has title “A Descriptive Study concerning on Intimacy Status within the ‘X’ Homosexual Community in Bandung”. It aims to illustrate various factors in relation with intimacy status. The method used in this research is a descriptive method. The population target in this study is homosexual males in the “X” community in Bandung who is dating, with minimal dating period for one year long. Total samples in this research is 30 persons that fulfill research characteristic.

Gauges used in this research consists of intimacy status questionnaires by using the Likert scale. This gauge is constructed in accordance with the Erik Erikson’s psychosocial theory developed by Jacob Orlofsky and then modified by researcher. Questionnaires consists of 73 items, and their item classification is based on 9 aspects of intimacy status. Data collected furthermore is analyzed by distribution frequency and cross tabulation.

Based on research findings, it is obtained an intimacy status illustration for homosexual males in the “X” community in Bandung, they are as following: The highest percentages of intimacy status lay on stereotyped status (46.7%) and the lowest percentages stay on preintimate status (3.3%). Additionally, there are also some homosexual males in the “X” community whom have uncommitted merger status (16.7%), intimate status (13.3%), pseudointimate and committed merger status (10%). From this research findings, there is in fact nobody from homosexual males in the “X” community who hold isolated status.

Conclusion from this research is that, homosexual male status who is making a dating relationship is a stereotypedd relationship (46.7%). The researcher suggests other interested researchers to perform more depth research about degree of homosexual male commitment.


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR ORISINALITAS LAPORAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR SKEMA... xv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 8

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1. Kegunaan Teoritik ... 9

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 9

1.5. Kerangka Pemikiran... 10


(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masa Dewasa Awal... 19

2.2. Gambaran Umum Tentang Homoseksual ... 20

2.2.1 Pengertian ... 20

2.2.2 Etiologi... 21

2.3. Tahap Perkembangan Psikososial Erikson ... 24

2.4. Relasi Sosial... 30

2.4.1. Definisi Relasi Interpersonal... 30

2.4.2. Macam-Macam Relasi Sosial ... 30

2.4.3. Manfaat ... 31

2.4.3.1. Kesejahteraan Diri ... 32

2.4.3.2. Dukungan Sosial ... 32

2.4.3.3. Pemilihan Pasangan Hidup ... 33

2.2.4. Relasi Homoseksual... 34

2.5. Konsep Intimacy vs Isolation... 37

2.5.1. Definisi... 37

2.5.2. Pembentukan Intimacy... 37

2.5.3. Aspek – Aspek dalam pembentukan Intimacy... 47

2.5.4. Faktor – Faktor perkembangan Status Intimacy ... 48

2.5.5. Perbedaan Jenis Kelamin dalam pembentukan Intimacy ... 49


(5)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian... 53

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 54

3.2.1. Variabel Penelitian... 54

3.2.2. Definisi Operasional ... 54

3.3. Alat Ukur ... 56

3.3.1. Alat Ukur Status Intimacy... 56

3.3.2. Cara Penilaian ... 60

3.3.3. Data Penunjang ... 63

3.3.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 63

3.3.4.1. Validitas Alat Ukur ... 63

3.3.4.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 65

3.3.5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 66

3.3.5.1. Hasil Uji Validitas Alat Ukur ... 66

3.3.5.2. Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur... 66

3.4. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 67

3.4.1. Populasi Sasaran ... 67

3.4.2. Karakteristik Populasi ... 67

3.4.3. Teknik Penarikan Sampel ... 67


(6)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian ... 69

4.1.1. Gambaran Responden ... 69

4.1.2. Hasil Pengolahan Data ... 70

4.2. Pembahasan... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 83

5.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

DAFTAR RUJUKAN ... 87


(7)

DAFTAR SKEMA

Bagan 1.1. Skema Kerangka Pikir Bagan 3.1. Skema Penelitian


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Penentuan Status Intimacy

(Berdasarkan komitmen dan kedalaman relasi)

Tabel 3.1. Tabel Kisi-Kisi Alat Ukur Tabel 3.2. Tabel Penilaian Pilihan Jawaban Tabel 3.3 Tabel Penentuan Status Intimacy

Tabel 4.1 Tabel Persentase Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2 Tabel Persentase Responden Berdasarkan Lamanya Masa Berpacaran Tabel 4.3 Tabel Persentase Responden Berdasarkan Pengalaman Berpacaran Tabel 4.4 Tabel Status Intimacy Responden


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Alat Ukur Lampiran 2 Alat Ukur (Try-Out)

Lampiran 3 Tabel Validitas & Reliabilitas Lampiran 4 Alat Ukur

Lampiran 5 Tabel Gambaran Responden

Lampiran 5.1 Tabel Distribusi Frekuensi Agama Yang Dianut Lampiran 5.2 Tabel Distribusi Frekuensi Suku Bangsa Responden Lampiran 6 Tabel Status Intimacy Responden

Lampiran 6.1 Tabel Tabulasi Silang Antara Status Intimacy Dengan

Aspek Komitmen

Lampiran 6.2 Tabel Tabulasi Silang Antara Status Intimacy Dengan

Aspek Komunikasi

Lampiran 6.3 Tabel Tabulasi Silang Antara Status Intimacy Dengan

Aspek Perhatian dan Kasih Sayang

Lampiran 6.4 Tabel Tabulasi Silang Antara Status Intimacy Dengan

Aspek Pengetahuan Akan Sifat-Sifat Pasangan

Lampiran 6.5 Tabel Tabulasi Silang Antara Status Intimacy Dengan

Aspek Perspective-Taking

Lampiran 6.6 Tabel Tabulasi Silang Antara Status Intimacy Dengan


(10)

Lampiran 6.7 Tabel Tabulasi Silang Antara Status Intimacy Dengan

Aspek Mempertahankan Minat-Minat Pribadi

Lampiran 6.8 Tabel Tabulasi Silang Antara Status Intimacy Dengan

Aspek Penerimaan Terhadap Keterpisahan

Lampiran 6.9 Tabel Tabulasi Silang Antara Status Intimacy Dengan


(11)

Lampiran 1

Kisi-Kisi Alat Ukur

Variabel : Status Intimacy

Suatu kondisi atau keadaan yang mengambarkan derajat kemampuan pria homoseksual di komunitas “X” dalam menjalin relasi interpersonal yang akrab dengan pasangannya.

Dimensi Aspek Indikator Item Positif Item Negatif

Keterbukaan Komunikasi

Seberapa besar kemampuan homoseksual untuk menyampaikan pikiran dan perasaan kepada pasangannya secara spontan melalui bahasa verbal, serta adanya perasaan nyaman ketika membuka diri kepada pasangannya. • Menceritakan hal-hal pribadi kepada pasangan.

Merasa nyaman

untuk berbagi apa saja dengan pasangan.

Mengekspresikan emosi secara terbuka.

Berusaha untuk selalu berkomunikasi meski tidak bertemu langsung. Komunikasi bersifat dua arah.

(2) Saya tidak mengalami kesulitan untuk menceritakan masalah yang berhubungan dengan diri saya.

(47) Saya senang menceritakan kegiatan sehari - hari saya kepada pasangan.

(11) Saya membahas hal – hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam hubungan kami.

(56) Saya merasa nyaman untuk menceritakan masalah keluarga kepada pasangan.

(20) Bila sedang merasa senang, saya mengekspresikan perasaan saya tersebut dengan bercerita secara antusias kepada pasangan.

(65) Bila sedang merasa sedih, saya berani mengekspresikannya kepada pasangan tanpa merasa malu dinilai sebagai orang yang cengeng.

(29) Bila kami berjauhan, saya tetap berusaha menghubungi pasangan saya melalui telepon.

(38) Saya memberi kesempatan kepada pasangan saya untuk menyampaikan pendapatnya ketika saya sedang bercerita.


(12)

Perhatian & kasih sayang. Seberapa besar kemampuan homoseksual untuk menunjukkan perasaan kepada pasangannya

melalui tindakan – tindakan. • Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada pasangan dengan tulus. Memperhatikan apa yang menjadi kepentingan pasangan. Memberi sentuhan-sentuhan fisik sebagai ungkapan kasih sayang. Berusaha

mencari tahu apa yang dibutuhkan pasangan.

(3) Saya menunjukkan perhatian kepada pasangan dengan menanyakan keadaanya (ex: sudah makan / belum) dengan SMS / telpon.

(39) Saya senang memperhatikan pasangan saya karena bagi saya ia adalah salah satu orang yang penting dalam kehidupan saya.

(66) Saya berusaha menunjukkan perhatian saya melalui hal kecil seperti memberi sms atraktif hingga kejutan di hari spesial kami.

(12) Saya berusaha mengerti apa yang menjadi kebutuhan pasangan dalam kegiatan relasi sosialnya.

(48) Saya menunjukkan perhatian kepada pasangan dengan cara menyediakan waktu baginya.

(21) Saya menunjukkan kasih sayang saya kepada pasangan melalui belaian, pelukan hingga ciuman.

(30) Saat pasangan saya merasa sedih , saya berusaha mencari tahu apa penyebabnya.

(57) Saya berusaha mencari tahu apa yang menjadi keinginan – keinginan pasangan saya dalam menjalani hubungan ini.

Pengetahuan akan

sifat-sifat pasangan. Menunjukkan seberapa banyak informasi yang dimiliki

Mengetahui hal-hal yang disukai dan tidak disukai oleh pasangan.

Mengetahui sifat-sifat pasangan.

(4) Saya banyak tahu tentang makanan dan minuman kesukaan pasangan saya. (31) Saya mengetahui kegiatan apa yang paling disukai oleh pasangan saya.

(13) Saya mengetahui kekurangan - kekurangan pasangan saya.


(13)

homoseksual mengenai pasangannya

sebagai individu yang unik dan istimewa.

Mengetahui bagaimana relasi pasangan dengan pihak-pihak lain.

(49) Saya mengetahui prinsip hidup pasangan saya.

(58) Saya mengetahui bagaimana prestasi akademik / kerja pasangan saya.

(67) Saya tidak mengetahui apa yang menjadi cita-cita pasangan saya di masa depan.

(22) Saya mengetahui siapa saja yang menjadi teman dekat pasangan saya.

(40) Saya mengetahui masa lalu pasangan saya yang berkaitan dengan kehidupan cintanya. (mis: mantan pacar, orang yang pernah disukai dll).

Perspective taking. Seberapa besar kemampuan homoseksual melihat sudut pandang pasangannya yang mungkin berbeda dengan dirinya dan menghargai sudut pandang tersebut.

Mampu melihat

sudut pandang pasangan

mengenai suatu hal atau masalah.

Mampu menerima dan menghargai sudut pandang pasangan yang berbeda.

(5) Meskipun saya tidak sependapat dengan pasangan saya, tetapi saya bisa mengerti alasan mengapa terjadi perbedaan pendapat tersebut.

(23) Saya melihat pandangan dan pendapat yang berbeda dengan pasangan, namun hal tersebut tidak membuat merubah pandangan dan pendapat saya.

(14) Saya memandang perbedaan diantara kami merupakan sesuatu yang wajar dan sah – sah saja.

(32) Saya menghargai perbedaan sudut pandang pasangan yang terkadang berbeda dengan saya.

(50) Bila kami memiliki pendapat yang berbeda maka pasangan saya harus mengalah dan mengikuti pendapat saya.

(41) Saya tidak berusaha memahami pendapat pasangan saya apabila terjadi

perbedaan diantara kami. (59) Saya terus memikirkan pendapat pasangan apabila terjadi perbedaan diantara kami.

(68) Ketika menghadapi suatu masalah dan pasangan tidak sependapat dengan saya, maka saya tidak dapat menerima pendapat tersebut.

Komitmen. Komitmen.

Seberapa besar kemampuan

homoseksual untuk

Memiliki rencana masa depan bersama dengan pasangan.

(1) Saya mempunyai keinginan untuk membangun rumah tangga dengan pasangan saya.


(14)

mengikatkan diri pada pasangannya dan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan relasi meskipun relasi tersebut menghadapi berbagai permasalahan. • Mempertahankan kualitas relasi dengan berusaha memenuhi kebutuhan diri maupun pasangannya.. Mendiskusikan masalah-masalah yang timbul dalam hubungan. Menyepakati keputusan bersama. Menganggap serius relasi yang dijalin dan berusaha

mempertahankan nya.

Kesetiaan kepada pasangan.

(10) Saya berusaha berada di samping pasangan saya ketika ia tidak maupun sedang menghadapi suatu masalah. (55) Saya menjaga kualitas hubungan kami dengan berusaha menjaga perasaanya

(19) Bila berselisih, kami berusaha untuk berkompromi agar tidak menjadi berlarut - larut.

(28) Bila saya berselisih pendapat dengan pasangan, kami dapat menyelesaikan dan menyepakati keputusan yang diambil.

(64) Saya dan pasangan berusaha untuk membuat kesepakatan dalam mencapai tujuan hidup bersama.

(37) Saya menganggap serius hubungan yang sedang saya jalani. (73) Saya berusaha sebaik mungkin untuk mengenal pacar saya dengan lebih mendalam.

(46) Saya berpacaran hanya dengan satu orang saja.

Kekuasaan &

pengambilan keputusan. Seberapa besar kemampuan homoseksual untuk menghargai hubungan yang melibatkan dua • Melibatkan pasangan dalam pengambilan keputusan.

Tidak mengatur pasangan secara

(6) Kami berdiskusi terlebih dahulu ketika akan memutuskan tempat makan atau film yang hendak ditonton.

(24) Dalam mengambil keputusan, kami berusaha untuk mencari titik tengah yang menguntungkan kedua belah pihak.

(42) Saya mengabaikan pendapat pasangan saya saat akan mengambil suatu keputusan.

(60) Saya mengambil keputusan apabila hal tersebut baik menurut saya. (15) Saya harus menjadi pengambil keputusan dalam


(15)

pihak dalam pengambilan keputusan dan dalam menyelesaikan suatu masalah.

berlebihan. setiap masalah yang muncul

dan pasangan saya harus mematuhi keputusan tersebut.

(33) Saya membatasi pasangan dalam memilih teman pria.

(51) Saya harus mengatur keuangan pasangan saya. (69) Sebelum pasangan saya memutuskan sesuatu bagi dirinya sendiri, saya harus ikut menentukan keputusan yang akan diambilnya.

Mempertahankan minat-minat pribadi. Seberapa besar kemampuan homoseksual untuk tetap melakukan hal – hal yang diminatinya tanpa mengabaikan kebutuhan – kebutuhan dan keinginan – keinginan pasangannya. • Mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang disukai dengan tetap memperhatikan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan - keinginan pasangan.

Tetap terlibat

dalam suatu kegiatan yang tidak melibatkan pasangan.

(7) Meskipun memiliki pasangan, saya tetap dapat melakukan kegiatan / hobi yang saya sukai.

(34) Saya merasa senang memiliki kegiatan yang dapat saya lakukan bersama pasangan.

(61) Saya akan terus melakukan kegiatan atau hobi yang saya sukai meskipun pasangan tidak mendukungnya.

(43) Saya tetap terlibat dalam suatu kegiatan meski pasangan saya tidak terlibat di dalamnya.

(16) Saya lebih banyak menghabiskan waktu bersama pasangan saya.

(70) Saya berusaha untuk melibatkan diri di setiap kegiatan yang dilakukan oleh pasangan.

(25) Saya merasa kesal bila pasangan saya melakukan kegiatan - kegiatan yang ia sukai namun tidak saya sukai.


(16)

Memberi kesempatan kepada pasangan untuk melakukan kegiatan sendiri.

(52) Saya merasa tidak terima jika pasangan saya mempunyai kegiatan yang berbeda dengan saya.

Penerimaan terhadap keterpisahan dari pasangan. Seberapa besar kemampuan homoseksual untuk mendukung dan menghargai pasangannya sebagai individu yang otonom. • Mampu menghargai pasangan sebagai individu yang otonom.

Mampu memberi semangat kepada pasangan sebagai individu yang otonom. Mampu menerima pasangan sebagai individu yang unik. Mampu menerima keterpisahan dari pasangan, namun juga berusaha mengkompromik an diri dengan pasangan.

(8) Saya memberikan kebebasan kepada pasangan saya untuk memilih hal-hal yang akan diceritakan atau tidak diceritakan kepada saya (privacy).

(44) Saya senang bahwa pasangan saya mempunyai teman diluar teman yang kami kenal bersama-sama.

(53) Saya memberikan dukungan kepada pasangan untuk lebih mengembangkan diri dan karirnya.

(17) Saya senang memberi dukungan kepada pasangan saya untuk mencoba suatu kegiatan baru.

(26) Saya menghargai pasangan saya sebagai individu yang unik dengan segala perbedaan yang justru membuat saya semakin tertarik.

(62) Saya belajar banyak dari segala perbedaan yang terjadi di dalam hubungan ini.

(35) Saya mampu memposisikan diri saya ketika jauh dari pasangan saya. (71) Saya mampu menerima fruekuensi pertemuan yang jarang dengan pasangan apabila kami berjauhan.


(17)

Ketergantungan terhadap

pasangan.

Menunjukan

seberapa besar ketergantungan

homoseksual

terhadap pasangan dalam pemenuhan kebutuhannya.

Mampu bersikap interdependen.

(63) Saya senang mempunyai pacar, namun tanpa keberadaaanya pun saya dapat menjalani hidup saya dengan baik.

(72) Pacar saya adalah pelengkap kebahagiaan saya namun ia bukanlah satu - satunya sumber kebahagiaan saya.

(9) Saya merasa tidak nyaman bila tidak sedang bersama pasangan saya. (18) Saya tidak mampu mengambil keputusan tanpa meminta pendapat dari pasangan saya.

(27) Saya hanya mau melakukan kegiatan - kegiatan yang juga dilakukan oleh pasangan saya.

(36) Saya tidak dapat pergi sendiri ke suatu tempat tanpa diantar oleh pasangan saya. (45) Saya berusaha untuk selalu bersama dengan pasangan, karena saya akan merasa cemburu / curiga bila tidak bersamanya.

(54) Saya lebih suka menyimpan kekesalan saya terhadap pasangan daripada mengungkapkannya, karena saya takut kehilangannya.


(18)

Lampiran 2

Alat Ukur (Try Out) KUISIONER STATUS INTIMACY

Berikut ini akan disajikan beberapa pernyataan mengenai hubungan berpacaran yang sedang saudara jalani saat ini. Kami harap saudara dapat menjawab pernyataan –pernyataan tersebut dengan sejujur – jujurnya. Janganlah saudara memilih jawaban berdasarkan harapan saudara ataupun norma yang berlaku di dalam masyarakat. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan berpacaran saudara saat ini. Dengan membubuhkan tanda pada salah satu kotak yang tersedia di lembar jawaban. Setelah menjawab semua pernyataan, silahkan saudara periksa kembali jawaban saudara agar tidak ada yang terlewat. Jawaban

yang saudara berikan terjamin kerahasiannya.

Keterangan :

TS = Tidak sesuai

KS = Kurang sesuai

S = Sesuai

SS = Sangat sesuai Contoh :

Berilah tanda check (D) pada jawaban yang menggambarkan diri saudara.

No. PERNYATAAN TS KS S SS

1 Saya sangat menyukai pertandingan sepak bola D dan apabila saudara hendak meralat jawaban yang telah saudara pilih, saudara cukup memberikan satu coretan lagi sehingga membentuk tanda silang, lalu bubuhkan tanda check (D) baru di kolom yang hendak saudara pilih.

No. PERNYATAAN TS KS S SS


(19)

No. PERNYATAAN TS KS S SS

1. Saya mempunyai keinginan untuk membangun rumah tangga dengan pasangan saya.

2. Saya tidak mengalami kesulitan untuk menceritakan masalah yang berhubungan dengan diri saya.

3. Saya mengetahui kekurangan - kekurangan pasangan saya.

4. Ketika menghadapi suatu masalah dan pasangan tidak sependapat dengan saya, maka saya tidak dapat menerima pendapat tersebut.

5. Kami berdiskusi terlebih dahulu ketika akan memutuskan tempat makan atau film yang hendak ditonton.

6. Meskipun memiliki pasangan, saya tetap dapat melakukan kegiatan / hobi yang saya sukai.

7. Saya memberikan kebebasan kepada pasangan saya untuk memilih hal-hal yang akan diceritakan atau tidak diceritakan kepada saya (privacy).

8. Saya merasa tidak nyaman bila tidak sedang bersama pasangan saya.

9. Saya berusaha berada di samping pasangan saya ketika ia sedang menghadapi suatu masalah.

10. Saya membahas hal – hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam hubungan kami.

11. Saya berusaha mengerti apa yang menjadi kebutuhan pasangan dalam kegiatan relasi sosialnya.

12. Saya memandang perbedaan diantara kami merupakan sesuatu yang wajar dan sah – sah saja.

13. Saya harus menjadi pengambil keputusan dalam setiap masalah yang muncul.

14. Saya lebih banyak menghabiskan waktu bersama pasangan.

15. Saya senang bahwa pasangan saya mempunyai teman diluar teman yang kami kenal bersama-sama.

16. Saya tidak mampu mengambil keputusan tanpa meminta pendapat dari pasangan saya.

17. Saya merasa nyaman untuk menceritakan masalah keluarga kepada pasangan.

18. Saya menunjukkan perhatian kepada pasangan dengan menanyakan keadaanya (ex: sudah makan / belum) dengan SMS / telpon.

19. Saya menghargai perbedaan sudut pandang pasangan yang terkadang berbeda dengan saya.

20. Saya membatasi pasangan dalam memilih teman pria.


(20)

No. PERNYATAAN TS KS S SS

21. Perselisihan yang terjadi di antara kami biasanya tejadi karena saya tidak mengetahui sifat - sifat pasangan. 21. Saya merasa kesal bila pasangan melakukan kegiatan -

kegiatan yang ia sukai namun tidak saya sukai.

22. Saya hanya mau melakukan kegiatan - kegiatan yang juga dilakukan oleh pasangan saya.

23. Saya mengetahui prinsip hidup pasangan saya.

24. Saya tidak berusaha memahami perbedaan pendapat yang terjadi diantara saya dan pasangan.

25. Saya harus mengatur keuangan pasangan saya.

26. Saya merasa tidak terima jika pasangan saya mempunyai kegiatan yang berbeda dengan saya.

27. Saya tidak dapat pergi sendiri ke suatu tempat tanpa diantar oleh pasangan saya.

28. Saya berpacaran hanya dengan satu orang saja.

29. Bila sedang merasa senang, saya mengekspresikan perasaan saya tersebut dengan bercerita secara antusias kepada pasangan.

30. Saya senang memperhatikan pasangan saya karena bagi saya ia adalah salah satu orang yang penting dalam kehidupan saya.

31. Saya banyak tahu tentang makanan dan minuman kesukaan pasangan saya.

32. Bila kami memiliki pendapat yang berbeda maka pasangan saya harus mengalah dan mengikuti pendapat saya.

33. Sebelum pasangan saya memutuskan sesuatu bagi dirinya sendiri, saya harus ikut menentukan keputusan yang akan diambilnya.

34. Saya menghargai pasangan saya sebagai individu yang unik dengan segala perbedaan yang justru membuat saya semakin tertarik.

35. Saya berusaha untuk selalu bersama dengan pasangan, karena saya akan merasa cemburu/curiga bila tidak bersamanya.

36. Bila berselisih, kami berusaha untuk berkompromi agar tidak menjadi berlarut - larut.

37. Saya menjaga kualitas hubungan kami dengan berusaha menjaga perasaanya.

38. Bila sedang merasa sedih, saya berani mengekspresikannya kepada pasangan tanpa merasa malu dinilai sebagai orang yang cengeng.

39. Saya menunjukkan kasih sayang saya kepada pasangan melalui belaian, pelukan hingga ciuman.


(21)

No. PERNYATAAN TS KS S SS

40. Saya mengetahui bagaimana prestasi akademik / kerja pasangan saya.

41. Meskipun saya tidak sependapat dengan pasangan saya, tetapi saya bisa mengerti alasan mengapa terjadi perbedaan pendapat tersebut.

42. Saya mengabaikan pendapat pasangan saya saat akan mengambil suatu keputusan.

43. Saya merasa senang memiliki kegiatan yang dapat saya lakukan bersama pasangan.

44. Saya memberikan dukungan kepada pasangan untuk lebih mengembangkan diri dan karirnya.

45. Bila kami berjauhan, saya tetap berusaha menghubungi pasangan saya melalui telepon.

46. Saya mengetahui siapa saja yang menjadi teman dekat pasangan saya.

47. Saya tetap terlibat dalam suatu kegiatan meski pasangan saya tidak terlibat di dalamnya.

48. Saya lebih suka menyimpan kekesalan saya terhadap pasangan daripada mengungkapkannya, karena saya takut kehilangannya.

49. Saya menganggap serius hubungan yang sedang saya jalani.

50. Bila saya berselisih pendapat dengan pasangan saya mengenai teman dekat kami masing - masing, kami dapat menyelesaikan dan menyepakati keputusan yang diambil.

51. Saat memberi kesempatan kepada pasangan saya untuk menyampaikan pendapatnya ketika saya sedang bercerita.

52. Saya berusaha menunjukkan perhatian saya melalui hal kecil seperti memberi sms atraktif hingga kejutan di hari special kami.

53. Saya mengetahui kegiatan apa yang paling disukai oleh pasangan saya.

54. Dalam mengambil keputusan, kami berusaha untuk mencari titik tengah yang menguntungkan kedua belah pihak.

55. Saya menunjukkan perhatian kepada pasangan dengan cara menyediakan waktu baginya.

56. Saya tidak mengetahui apa yang menjadi cita-cita pasangan saya di masa depan.

57. Saya senang mempunyai pacar, namun tanpa keberadaaanya pun saya dapat menjalani hidup saya dengan baik.


(22)

No. PERNYATAAN TS KS S SS

58. Saya senang memberi dukungan kepada pasangan saya untuk mencoba suatu kegiatan baru, meskipun saya tidak turut terlibat dalam kegiatan tersebut.

59. Pacar saya adalah pelengkap kebahagiaan saya namun ia bukanlah satu - satunya sumber kebahagiaan saya. 60. Saya senang menceritakan kegiatan sehari - hari saya

kepada pasangan.

61. Saya merasa masih belum banyak mengetahui sifat – sifat pasangan saya.

62. Saat pasangan saya merasa sedih , saya berusaha mencari tahu apa penyebabnya.

63. Saya mengetahui masa lalu pasangan saya yang berkaitan dengan kehidupan cintanya. (mis: mantan pacar, orang yang pernah disukai dll).

64. Saya berusaha mencari tahu apa yang menjadi keinginan – keinginan pasangan saya dalam menjalani hubungan ini.

65. Saya dan pasangan berusaha untuk selalu membuat suatu kesepakatan dalam mencapai tujuan untuk hidup bersama.

66. Saya berusaha sebaik mungkin untuk mengenal pacar saya dengan lebih mendalam.

67. Saya melihat pandangan dan pendapat yang berbeda dengan pasangan, namun hal tersebut tidak membuat merubah pandangan dan pendapat saya.

68. Saya terus memikirkan pendapat pasangan apabila terjadi perbedaan diantara kami.

69. Saya akan terus melakukan kegiatan atau hobi yang saya sukai meskipun pasangan tidak mendukungnya. 70. Saya berusaha untuk melibatkan diri di setiap kegiatan

yang dilakukan oleh pasangan.

71. Saya belajar banyak dari segala perbedaan yang terjadi di dalam hubungan ini.

72. Saya mengambil keputusan apabila hal tersebut baik menurut saya.

73. Saya mampu memposisikan diri saya ketika jauh dari pasangan saya.

74. Saya mampu menerima fruekuensi pertemuan yang jarang dengan pasangan apabila kami berjauhan.


(23)

Lampiran 3

Alat Ukur (Try Out) TABEL VALIDITAS DAN RELIABILITAS ITEM STATUS INTIMACY

No Nilai Keterangan No Nilai Keterangan

1 0,465 Valid 39 0,441 Valid

2 0,572 Valid 40 0,454 Valid

3 0,625 Valid 41 0,465 Valid

4 0,634 Valid 42 0,572 Valid

5 0,519 Valid 43 0,625 Valid

6 0,641 Valid 44 0,634 Valid

7 0,496 Valid 45 0,519 Valid

8 0,447 Valid 46 0,641 Valid

9 0,435 Valid 47 0,496 Valid

10 0,601 Valid 48 0,447 Valid

11 0,505 Valid 49 0,435 Valid

12 0,441 Valid 50 0,601 Valid

13 0,454 Valid 51 0,505 Valid

14 0,563 Valid 52 0,441 Valid

15 0,521 Valid 53 0,454 Valid

16 0,395 Valid 54 0,563 Valid

17 0,467 Valid 55 0,521 Valid

18 0,634 Valid 56 0,395 Valid

19 0,641 Valid 57 0,467 Valid

20 0,641 Valid 58 0,634 Valid

21 0,294 Tidak Valid 59 0,641 Valid

22 0,67 Valid 60 0,641 Valid

23 0,574 Valid 61 0,294 Tidak Valid

24 0,821 Valid 62 0,667 Valid

25 0,551 Valid 63 0,574 Valid

26 0,500 Valid 64 0,821 Valid

27 0,752 Valid 65 0,551 Valid

28 0,465 Valid 66 0,500 Valid

29 0,572 Valid 67 0,752 Valid

30 0,625 Valid 68 0,465 Valid

31 0,634 Valid 69 0,465 Valid

32 0,519 Valid 70 0,572 Valid

33 0,641 Valid 71 0,625 Valid

34 0,496 Valid 72 0,634 Valid

35 0,447 Valid 73 0,519 Valid

36 0,435 Valid 74 0,641 Valid

37 0,601 Valid 75 0,496 Valid


(24)

Lampiran 4 Alat ukur

KATA PENGANTAR

Saudara yang terhormat,

Saya adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung yang bemaksud untuk melakukan penelitian terhadap status intimacy pada pria homoseksual yang tergabung pada komunitas ini. Penelitian ini ditujukan dalam rangka memenuhi syarat tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana.

Agar penelitian ini dapat terlaksana, saya meminta kesediaan Saudara untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini. Data yang Saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kerja sama Saudara untuk mengisi semua

pernyataan sesuai dengan kenyataan yang ada, jujur, teliti dan lengkap

sehingga keseluruhan data yang telah diberikan dapat diolah lebih lanjut dalam penelitian ini. Jawaban yang diberikan oleh Saudara tidak ada yang

dikatakan benar atau salah. Saya akan menjaga kerahasiaan data yang

diperoleh dari kuesioner ini dan hanya digunakan untuk penelitian ini saja.

Partisipasi Saudara sangat saya harapkan. Atas kesediaan dan bantuan yang diberikan, saya ucapkan terima kasih.

Bandung, Juni 2009


(25)

DATA PRIBADI

Tuliskanlah jawaban Saudara di kolom yang tersedia dengan menggunakan huruf balok dan pada setiap tanda *) coretlah pilihan jawaban yang tidak sesuai dengan diri Saudara.

1. Usia :

2. Lamanya masa pacaran : tahun bulan.

3. Agama saya :

4. Agama pasangan saya : 5. Suku bangsa saya : 6. Suku bangsa pasangan saya :

7. Atas dasar apa saudara memutuskan untuk berpacaran dengan pasangan saudara saat ini

_______________________________________________________________ 8. Pasangan saya berusia__dan dampak usianya terhadap hubungan kami adalah

_______________________________________________________________ 9. Saya telah berpacaran sebanyak__kali dan hubungan tersebut berakhir karena

_______________________________________________________________ 10.Menurut saya, saya adalah orang yang cenderung (boleh dipilih lebih dari 1)

a. Terbuka pada setiap masukan pasangan.

b. Terbuka untuk mengungkapkan berbagai hal kepada pasangan. c. Tertutup/sulit menerima masukan dari pasangan.

d. Tertutup/sulit mengungkapkan banyak hal (termasuk hal pribadi yang menyangkut hubungan) kepada pasangan.

11.Menurut saya dalam hubungan dengan pasangan, saya cenderung : a. Tergantung pada pasangan.

b. Mandiri.

12.Apakah kesibukan anda dalam bekerja mempengaruhi hubungan anda dengan pasangan? ya/tidak *)

13.Jika ya, apakah berpengaruh positif atau negatif?Seperti apa bentuknya? Tolong jelaskan.


(26)

KUISIONER STATUS INTIMACY

Berikut ini akan disajikan beberapa pernyataan mengenai hubungan berpacaran yang sedang saudara jalani saat ini. Kami harap saudara dapat menjawab pernyataan –pernyataan tersebut dengan sejujur – jujurnya. Janganlah saudara memilih jawaban berdasarkan harapan saudara ataupun norma yang berlaku di dalam masyarakat. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan berpacaran saudara saat ini. Dengan membubuhkan tanda pada salah satu kotak yang tersedia di lembar jawaban. Setelah menjawab semua pernyataan, silahkan saudara periksa kembali jawaban saudara agar tidak ada yang terlewat. Jawaban

yang saudara berikan terjamin kerahasiannya.

Keterangan :

TS = Tidak sesuai

KS = Kurang sesuai

S = Sesuai

SS = Sangat sesuai Contoh :

Berilah tanda check (D) pada jawaban yang menggambarkan diri saudara.

No. PERNYATAAN TS KS S SS

1 Saya sangat menyukai pertandingan sepak bola D dan apabila saudara hendak meralat jawaban yang telah saudara pilih, saudara cukup memberikan satu coretan lagi sehingga membentuk tanda silang, lalu bubuhkan tanda check (D) baru di kolom yang hendak saudara pilih.

No. PERNYATAAN TS KS S SS


(27)

No. PERNYATAAN TS KS S SS

1. Saya mempunyai keinginan untuk membangun rumah tangga dengan pasangan saya.

2. Saya tidak mengalami kesulitan untuk menceritakan masalah yang berhubungan dengan diri saya.

3. Saya menunjukkan perhatian kepada pasangan dengan menanyakan keadaanya (ex: sudah makan / belum) dengan SMS / telpon.

4. Saya banyak tahu tentang makanan dan minuman kesukaan pasangan saya.

5. Meskipun saya tidak sependapat dengan pasangan saya, tetapi saya bisa mengerti alasan mengapa terjadi perbedaan pendapat tersebut.

6. Kami berdiskusi terlebih dahulu ketika akan memutuskan tempat makan atau film yang hendak ditonton.

7. Meskipun memiliki pasangan, saya tetap dapat melakukan kegiatan / hobi yang saya sukai.

8. Saya memberikan kebebasan kepada pasangan saya untuk memilih hal-hal yang akan diceritakan atau tidak diceritakan kepada saya (privacy).

9. Saya merasa tidak nyaman bila tidak sedang bersama pasangan saya.

10. Saya berusaha berada di samping pasangan saya ketika ia sedang menghadapi suatu masalah.

11. Saya membahas hal – hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam hubungan kami.

12. Saya berusaha mengerti apa yang menjadi kebutuhan pasangan dalam kegiatan relasi sosialnya.

13. Saya mengetahui kekurangan - kekurangan pasangan saya.

14. Saya memandang perbedaan diantara kami merupakan sesuatu yang wajar dan sah – sah saja.

15. Saya harus menjadi pengambil keputusan dalam setiap masalah yang muncul dan pasangan saya harus mematuhi keputusan tersebut.

16. Saya lebih banyak menghabiskan waktu bersama pasangan saya.

17. Saya senang memberi dukungan kepada pasangan saya untuk mencoba suatu kegiatan baru.

18. Saya tidak mampu mengambil keputusan tanpa meminta pendapat dari pasangan saya.

19. Bila berselisih, kami berusaha untuk berkompromi agar tidak menjadi berlarut - larut.


(28)

No. PERNYATAAN TS KS S SS

20. Bila sedang merasa senang, saya mengekspresikan perasaan saya tersebut dengan bercerita secara antusias kepada pasangan.

21. Saya menunjukkan kasih sayang saya kepada pasangan melalui belaian, pelukan hingga ciuman.

22. Saya mengetahui siapa saja yang menjadi teman dekat pasangan saya.

23. Saya melihat pandangan dan pendapat yang berbeda dengan pasangan, namun hal tersebut tidak membuat merubah pandangan dan pendapat saya.

24. Dalam mengambil keputusan, kami berusaha untuk mencari titik tengah yang menguntungkan kedua belah pihak.

25. Saya merasa kesal bila pasangan saya melakukan kegiatan - kegiatan yang ia sukai namun tidak saya sukai.

26. Saya menghargai pasangan saya sebagai individu yang unik dengan segala perbedaan yang justru membuat saya semakin tertarik.

27. Saya hanya mau melakukan kegiatan - kegiatan yang juga dilakukan oleh pasangan saya.

28. Bila saya berselisih pendapat dengan pasangan, kami dapat menyelesaikan dan menyepakati keputusan yang diambil.

29. Bila kami berjauhan, saya tetap berusaha menghubungi pasangan saya melalui telepon.

30. Saat pasangan saya merasa sedih , saya berusaha mencari tahu apa penyebabnya.

31. Saya mengetahui kegiatan apa yang paling disukai oleh pasangan saya.

32. Saya menghargai perbedaan sudut pandang pasangan yang terkadang berbeda dengan saya.

33. Saya membatasi pasangan dalam memilih teman pria. 34. Saya merasa senang memiliki kegiatan yang dapat saya

lakukan bersama pasangan.

35. Saya mampu memposisikan diri saya ketika jauh dari pasangan saya.

36. Saya tidak dapat pergi sendiri ke suatu tempat tanpa diantar oleh pasangan saya.

37. Saya menganggap serius hubungan yang sedang saya jalani.

38. Saya memberi kesempatan kepada pasangan saya untuk menyampaikan pendapatnya ketika saya sedang bercerita.


(29)

No. PERNYATAAN TS KS S SS

39. Saya senang memperhatikan pasangan saya karena bagi saya ia adalah salah satu orang yang penting dalam kehidupan saya.

40. Saya mengetahui masa lalu pasangan saya yang berkaitan dengan kehidupan cintanya. (mis: mantan pacar, orang yang pernah disukai dll).

41. Saya tidak berusaha memahami pendapat pasangan saya apabila terjadi perbedaan diantara kami.

42. Saya mengabaikan pendapat pasangan saya saat akan mengambil suatu keputusan.

43. Saya tetap terlibat dalam suatu kegiatan meski pasangan saya tidak terlibat di dalamnya.

44. Saya senang bahwa pasangan saya mempunyai teman diluar teman yang kami kenal bersama-sama.

45. Saya berusaha untuk selalu bersama dengan pasangan, karena saya akan merasa cemburu/curiga bila tidak bersamanya.

46. Saya berpacaran hanya dengan satu orang saja.

47. Saya senang menceritakan kegiatan sehari - hari saya kepada pasangan.

48. Saya menunjukkan perhatian kepada pasangan dengan cara menyediakan waktu baginya.

49. Saya mengetahui prinsip hidup pasangan saya.

50. Bila kami memiliki pendapat yang berbeda maka pasangan saya harus mengalah dan mengikuti pendapat saya.

51. Saya harus mengatur keuangan pasangan saya.

52. Saya merasa tidak terima jika pasangan saya mempunyai kegiatan yang berbeda dengan saya.

53. Saya memberikan dukungan kepada pasangan untuk lebih mengembangkan diri dan karirnya.

54. Saya lebih suka menyimpan kekesalan saya terhadap pasangan daripada mengungkapkannya, karena saya takut kehilangannya.

55. Saya menjaga kualitas hubungan kami dengan berusaha menjaga perasaanya

56. Saya merasa nyaman untuk menceritakan masalah keluarga kepada pasangan.

57. Saya berusaha mencari tahu apa yang menjadi keinginan – keinginan pasangan saya dalam menjalani hubungan ini.

58. Saya mengetahui bagaimana prestasi akademik / kerja pasangan saya.


(30)

No. PERNYATAAN TS KS S SS

59. Saya terus memikirkan pendapat pasangan apabila terjadi perbedaan diantara kami.

60. Saya mengambil keputusan apabila hal tersebut baik menurut saya.

61. Saya akan terus melakukan kegiatan atau hobi yang saya sukai meskipun pasangan tidak mendukungnya. 62. Saya belajar banyak dari segala perbedaan yang terjadi

di dalam hubungan ini.

63. Saya senang mempunyai pacar, namun tanpa keberadaaanya pun saya dapat menjalani hidup saya dengan baik.

64. Saya dan pasangan berusaha untuk membuat kesepakatan dalam mencapai tujuan hidup bersama. 65. Bila sedang merasa sedih, saya berani

mengekspresikannya kepada pasangan tanpa merasa malu dinilai sebagai orang yang cengeng.

66. Saya berusaha menunjukkan perhatian saya melalui hal kecil seperti memberi sms atraktif hingga kejutan di hari spesial kami.

67. Saya tidak mengetahui apa yang menjadi cita-cita pasangan saya di masa depan.

68. Ketika menghadapi suatu masalah dan pasangan tidak sependapat dengan saya, maka saya tidak dapat menerima pendapat tersebut.

69. Sebelum pasangan saya memutuskan sesuatu bagi dirinya sendiri, saya harus ikut menentukan keputusan yang akan diambilnya.

70. Saya berusaha untuk melibatkan diri di setiap kegiatan yang dilakukan oleh pasangan.

71. Saya mampu menerima fruekuensi pertemuan yang jarang dengan pasangan apabila kami berjauhan.

72. Pacar saya adalah pelengkap kebahagiaan saya namun ia bukanlah satu - satunya sumber kebahagiaan saya. 73. Saya berusaha sebaik mungkin untuk mengenal pacar

saya dengan lebih mendalam.


(31)

Lampiran 5 Tabel Gambaran Responden

Lampiran 5.1

Tabel Distribusi Frekuensi Agama Yang Dianut Agama responden

dengan agama pacar

Jumlah Persentase Berbeda 13 43,33%

Sama 17 56,67% Total 30 100%

Lampiran 5.2

Tabel Distribusi Frekuensi Suku Bangsa Responden Suku bangsa responden dengan

suku bangsa pacar

Jumlah Persentase

Berbeda 18 60%

Sama 12 40%

Total 30 100%


(32)

Lampiran 6 Tabel Status Intimacy Responden Lampiran 6.1

frek_status_intimacy * komitmen Crosstabulation

0 0 4 4

,0% ,0% 100,0% 100,0% ,0% ,0% 57,1% 13,3%

0 0 3 3

,0% ,0% 100,0% 100,0% ,0% ,0% 42,9% 10,0%

0 5 0 5

,0% 100,0% ,0% 100,0% ,0% 55,6% ,0% 16,7%

0 1 0 1

,0% 100,0% ,0% 100,0% ,0% 11,1% ,0% 3,3%

0 3 0 3

,0% 100,0% ,0% 100,0% ,0% 33,3% ,0% 10,0%

14 0 0 14

100,0% ,0% ,0% 100,0% 100,0% ,0% ,0% 46,7%

14 9 7 30

46,7% 30,0% 23,3% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Count

% within frek_ status_intimacy % within komitmen Count

% within frek_ status_intimacy % within komitmen Count

% within frek_ status_intimacy % within komitmen Count

% within frek_ status_intimacy % within komitmen Count

% within frek_ status_intimacy % within komitmen Count

% within frek_ status_intimacy % within komitmen Count

% within frek_ status_intimacy % within komitmen Intimate Merger C Merger U Preintim Pseudoin Sterotyp frek_status_intimacy Total

Rendah Sedang Tinggi komitmen


(33)

Lampiran 6.2

frek_status_intimacy * komunikasi Crosstabulation

0 0 4 4

,0% ,0% 100,0% 100,0% ,0% ,0% 57,1% 13,3%

0 2 1 3

,0% 66,7% 33,3% 100,0% ,0% 25,0% 14,3% 10,0%

0 4 1 5

,0% 80,0% 20,0% 100,0% ,0% 50,0% 14,3% 16,7%

0 0 1 1

,0% ,0% 100,0% 100,0% ,0% ,0% 14,3% 3,3%

2 1 0 3

66,7% 33,3% ,0% 100,0% 13,3% 12,5% ,0% 10,0%

13 1 0 14

92,9% 7,1% ,0% 100,0% 86,7% 12,5% ,0% 46,7%

15 8 7 30

50,0% 26,7% 23,3% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Count

% within frek_ status_intimacy % within komunikas Count

% within frek_ status_intimacy % within komunikas Count

% within frek_ status_intimacy % within komunikas Count

% within frek_ status_intimacy % within komunikas Count

% within frek_ status_intimacy % within komunikas Count

% within frek_ status_intimacy % within komunikas Count

% within frek_ status_intimacy % within komunikas Intimate Merger C Merger U Preintim Pseudoin Sterotyp frek_status_intimacy Total

Rendah Sedang Tinggi komunikasi


(34)

Lampiran 6.3

frek_status_intimacy * perhatian_kasih_sayang Crosstabulation

0 0 4 4

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 40,0% 13,3%

0 1 2 3

,0% 33,3% 66,7% 100,0%

,0% 14,3% 20,0% 10,0%

1 1 3 5

20,0% 20,0% 60,0% 100,0%

7,7% 14,3% 30,0% 16,7%

0 0 1 1

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 10,0% 3,3%

2 1 0 3

66,7% 33,3% ,0% 100,0%

15,4% 14,3% ,0% 10,0%

10 4 0 14

71,4% 28,6% ,0% 100,0%

76,9% 57,1% ,0% 46,7%

13 7 10 30

43,3% 23,3% 33,3% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Count

% within frek_ status_intimacy % within perhatian_ kasih_sayang Count % within frek_ status_intimacy % within perhatian_ kasih_sayang Count % within frek_ status_intimacy % within perhatian_ kasih_sayang Count % within frek_ status_intimacy % within perhatian_ kasih_sayang Count % within frek_ status_intimacy % within perhatian_ kasih_sayang Count % within frek_ status_intimacy % within perhatian_ kasih_sayang Count % within frek_ status_intimacy % within perhatian_ kasih_sayang Intimate Merger C Merger U Preintim Pseudoin Sterotyp frek_status_intimacy Total

Rendah Sedang Tinggi perhatian_kasih_sayang


(35)

Lampiran 6.4

frek_status_intimacy * pengetahuan_sifat Crosstabulation

0 0 4 4

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 40,0% 13,3%

0 0 3 3

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 30,0% 10,0%

0 3 2 5

,0% 60,0% 40,0% 100,0%

,0% 42,9% 20,0% 16,7%

0 0 1 1

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 10,0% 3,3%

1 2 0 3

33,3% 66,7% ,0% 100,0%

7,7% 28,6% ,0% 10,0%

12 2 0 14

85,7% 14,3% ,0% 100,0%

92,3% 28,6% ,0% 46,7%

13 7 10 30

43,3% 23,3% 33,3% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Count

% within frek_ status_intimacy % within

pengetahuan_sifat Count

% within frek_ status_intimacy % within

pengetahuan_sifat Count

% within frek_ status_intimacy % within

pengetahuan_sifat Count

% within frek_ status_intimacy % within

pengetahuan_sifat Count

% within frek_ status_intimacy % within

pengetahuan_sifat Count

% within frek_ status_intimacy % within

pengetahuan_sifat Count

% within frek_ status_intimacy % within pengetahuan_sifat Intimate Merger C Merger U Preintim Pseudoin Sterotyp frek_status_intimacy Total

Rendah Sedang Tinggi pengetahuan_sifat


(36)

Lampiran 6.5

frek_status_intimacy * perspective_taking Crosstabulation

0 0 4 4

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 44,4% 13,3%

0 1 2 3

,0% 33,3% 66,7% 100,0%

,0% 16,7% 22,2% 10,0%

1 2 2 5

20,0% 40,0% 40,0% 100,0%

6,7% 33,3% 22,2% 16,7%

0 0 1 1

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 11,1% 3,3%

2 1 0 3

66,7% 33,3% ,0% 100,0%

13,3% 16,7% ,0% 10,0%

12 2 0 14

85,7% 14,3% ,0% 100,0%

80,0% 33,3% ,0% 46,7%

15 6 9 30

50,0% 20,0% 30,0% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Count

% within frek_ status_intimacy % within

perspective_taking Count

% within frek_ status_intimacy % within

perspective_taking Count

% within frek_ status_intimacy % within

perspective_taking Count

% within frek_ status_intimacy % within

perspective_taking Count

% within frek_ status_intimacy % within

perspective_taking Count

% within frek_ status_intimacy % within

perspective_taking Count

% within frek_ status_intimacy % within perspective_taking Intimate Merger C Merger U Preintim Pseudoin Sterotyp frek_status_intimacy Total

Rendah Sedang Tinggi perspective_taking


(37)

Lampiran 6.6

frek_status_intimacy * kekuasaan_pengambilan_keputusan Crosstabulation

0 0 4 4

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 40,0% 13,3%

0 0 3 3

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 30,0% 10,0%

0 2 3 5

,0% 40,0% 60,0% 100,0% ,0% 40,0% 30,0% 16,7%

0 1 0 1

,0% 100,0% ,0% 100,0%

,0% 20,0% ,0% 3,3%

1 2 0 3

33,3% 66,7% ,0% 100,0%

6,7% 40,0% ,0% 10,0%

14 0 0 14

100,0% ,0% ,0% 100,0%

93,3% ,0% ,0% 46,7%

15 5 10 30

50,0% 16,7% 33,3% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Count

% within frek_status_ intimacy

% within kekuasaan_ pengambilan_keputusan Count

% within frek_status_ intimacy

% within kekuasaan_ pengambilan_keputusan Count

% within frek_status_ intimacy

% within kekuasaan_ pengambilan_keputusan Count

% within frek_status_ intimacy

% within kekuasaan_ pengambilan_keputusan Count

% within frek_status_ intimacy

% within kekuasaan_ pengambilan_keputusan Count

% within frek_status_ intimacy

% within kekuasaan_ pengambilan_keputusan Count

% within frek_status_ intimacy

% within kekuasaan_ pengambilan_keputusan Intimate Merger C Merger U Preintim Pseudoin Sterotyp frek_status_intimacy Total

Rendah Sedang Tinggi kekuasaan_pengambilan_

keputusan


(38)

Lampiran 6.7

frek_status_intimacy * mempertahankan_minat Crosstabulation

0 0 4 4

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 57,1% 13,3%

0 2 1 3

,0% 66,7% 33,3% 100,0% ,0% 25,0% 14,3% 10,0%

0 4 1 5

,0% 80,0% 20,0% 100,0% ,0% 50,0% 14,3% 16,7%

0 0 1 1

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 14,3% 3,3%

2 1 0 3

66,7% 33,3% ,0% 100,0%

13,3% 12,5% ,0% 10,0%

13 1 0 14

92,9% 7,1% ,0% 100,0%

86,7% 12,5% ,0% 46,7%

15 8 7 30

50,0% 26,7% 23,3% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Count

% within frek_status_ intimacy

% within

mempertahankan_minat Count

% within frek_status_ intimacy

% within

mempertahankan_minat Count

% within frek_status_ intimacy

% within

mempertahankan_minat Count

% within frek_status_ intimacy

% within

mempertahankan_minat Count

% within frek_status_ intimacy

% within

mempertahankan_minat Count

% within frek_status_ intimacy

% within

mempertahankan_minat Count

% within frek_status_ intimacy % within mempertahankan_minat Intimate Merger C Merger U Preintim Pseudoin Sterotyp frek_status_intimacy Total

Rendah Sedang Tinggi mempertahankan_minat


(39)

Lampiran 6.8

frek_status_intimacy * penerimaan_keterpisahan Crosstabulation

0 0 4 4

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 40,0% 13,3%

0 1 2 3

,0% 33,3% 66,7% 100,0% ,0% 20,0% 20,0% 10,0%

2 0 3 5

40,0% ,0% 60,0% 100,0%

13,3% ,0% 30,0% 16,7%

0 0 1 1

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 10,0% 3,3%

2 1 0 3

66,7% 33,3% ,0% 100,0%

13,3% 20,0% ,0% 10,0%

11 3 0 14

78,6% 21,4% ,0% 100,0%

73,3% 60,0% ,0% 46,7%

15 5 10 30

50,0% 16,7% 33,3% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Count

% within frek_status_ intimacy

% within penerimaan_ keterpisahan Count

% within frek_status_ intimacy

% within penerimaan_ keterpisahan Count

% within frek_status_ intimacy

% within penerimaan_ keterpisahan Count

% within frek_status_ intimacy

% within penerimaan_ keterpisahan Count

% within frek_status_ intimacy

% within penerimaan_ keterpisahan Count

% within frek_status_ intimacy

% within penerimaan_ keterpisahan Count

% within frek_status_ intimacy

% within penerimaan_ keterpisahan Intimate Merger C Merger U Preintim Pseudoin Sterotyp frek_status_intimacy Total

Rendah Sedang Tinggi penerimaan_keterpisahan


(40)

Lampiran 6.9

frek_status_intimacy * ketergantungan_terhadap_pasangan Crosstabulation

0 3 1 4

,0% 75,0% 25,0% 100,0% ,0% 37,5% 14,3% 13,3%

0 0 3 3

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 42,9% 10,0%

0 3 2 5

,0% 60,0% 40,0% 100,0% ,0% 37,5% 28,6% 16,7%

0 0 1 1

,0% ,0% 100,0% 100,0%

,0% ,0% 14,3% 3,3%

2 1 0 3

66,7% 33,3% ,0% 100,0%

13,3% 12,5% ,0% 10,0%

13 1 0 14

92,9% 7,1% ,0% 100,0%

86,7% 12,5% ,0% 46,7%

15 8 7 30

50,0% 26,7% 23,3% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Count

% within frek_status_ intimacy

% within ketergantungan_ terhadap_pasangan Count

% within frek_status_ intimacy

% within ketergantungan_ terhadap_pasangan Count

% within frek_status_ intimacy

% within ketergantungan_ terhadap_pasangan Count

% within frek_status_ intimacy

% within ketergantungan_ terhadap_pasangan Count

% within frek_status_ intimacy

% within ketergantungan_ terhadap_pasangan Count

% within frek_status_ intimacy

% within ketergantungan_ terhadap_pasangan Count

% within frek_status_ intimacy

% within ketergantungan_ terhadap_pasangan Intimate Merger C Merger U Preintim Pseudoin Sterotyp frek_status_intimacy Total

Rendah Sedang Tinggi ketergantungan_terhadap_

pasangan


(41)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya, termasuk manusia yang dipercaya Tuhan untuk hidup di dunia dan memanfaatkan segala yang ada dengan bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia hidup dan mendapatkan penghidupannya dengan memanfaatkan sumber daya yang telah disediakan Tuhan di dunia ini. Proses demi proses berlangsung, manusia bekerjasama dengan manusia lain untuk mendapatkan kehidupan yang layak di lingkungannya. Oleh karena itu muncul istilah manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang hidupnya. Individu selalu membutuhkan individu lain untuk dapat hidup di lingkungannya. Untuk itu mereka harus melakukan suatu relasi sosial.

Dimulai dari nafas pertama di dunia ini, individu sudah mulai membutuhkan orang lain untuk dapat bertahan hidup. Ketika seorang bayi lahir itulah titik awal dari relasi sosial yaitu relasi antara anak dengan ibunya. Dengan bertambahnya umur maka relasi seseorang pun akan semakin luas. Cakupannya tidak hanya dalam lingkup anggota keluarga saja namun juga dengan individu lain di lingkungan yang lebih luas. Relasi yang dijalin memiliki kualitas kedalaman yang berbeda-beda, mulai dari tahu, kenal, berteman sampai dengan bersahabat. Pada tahap bersahabat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis diharapkan adanya perkembangan perasaan hangat dan kedekatan yang lebih


(42)

2

intim. Di dalam relasi sosial yang terjalin, ada satu kualitas hubungan yang melibatkan kedalaman emosi individu, diawali oleh ketertarikan seksual diantara dua individu. Ketertarikan seksual memiliki arti ketertarikan secara erotis, psikologis, emosional dan sosial pada individu lain (Crooks & Baur, 1983). Ketika individu menginjak usia dewasa awal, persahabatan dapat berubah menjadi suatu relasi berpacaran.

Di dalam budaya manusia secara umum hanya memperbolehkan hubungan ketertarikan secara seksual yang terjadi antara satu individu dengan individu lain dari jenis kelamin yang berbeda, atau yang dikenal dengan istilah heteroseksual. Namun pada kenyataanya, ada individu yang memiliki ketertarikan pada individu lain dari jenis kelamin yang sama atau homoseksual. Homoseksual adalah individu yang memiliki ketertarikan secara erotis, psikologis, emosional dan sosial pada individu lain dari jenis kelamin yang sama, meskipun ketertarikan itu terkadang tidak diekspresikan secara overt (Martin & Lyon, dalam Crooks & Baur, 1983).

Homoseksual dianggap sebagai perilaku yang menyimpang sehingga tabu untuk dibicarakan. Selama lebih dari dua puluh lima tahun, homoseksual dinyatakan sebagai bentuk abnormalitas dalam DSM III-R. American Psychologist Association (APA) pada saat itu menyatakan homoseksual merupakan perilaku patologis atau perilaku seksual yang menyimpang bersama dengan orang-orang yang melakukan pelecehan seksual pada anak-anak, atau disebut voyeurism dan exhibionism (Sang dalam Matlin, 1987). Tetapi sejak


(43)

3

tanggal 15 Desember 1973 APA tidak lagi menggolongkan homoseksual sebagai perilaku patologis.

Di Indonesia homoseksual tidak digolongkan sebagai bentuk pelanggaran hukum, namun prejudice terhadap kaum ini sering terjadi dalam masyarakat. Keadaan ini dikarenakan perspektif masyarakat Indonesia yang masih menganggap kaum homoseksual identik dengan pelaku seks bebas dan sumber HIV / AIDS (FORUM, 2004). Begitu pula dengan ajaran-ajaran agama, seperti Yahudi, Kristen dan Islam juga menganggap homoseksual sebagai sebuah dosa (Chua-Eoan dalam Kelly, 2001).

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya homoseksualitas kini kian bertambah dan berkembangnya di masyarakat. Meskipun belum dapat dibuktikan secara statistik karena pada umumnya masyarakat di Indonesia tidak mudah membuka diri pada lingkungan, namun dapat dilihat dari semakin maraknya situs-situs di internet yang dirancang secara khusus bagi kaum homoseksual. Selain itu, kafe-kafe dan klub-klub malam di kota-kota besar seperti Bandung setiap bulan menyajikan acara khusus bagi kaum homoseksual untuk berkumpul dan mencari hiburan. Tidak hanya itu, semakin banyak bermunculan organisasi-organisasi homoseksual, termasuk salah satunya adalah komunitas “X” di Bandung.

Komunitas “X” merupakan organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 2003 dan dimulai dari pengumpulan massa dengan pembuatan website di internet oleh lima orang homoseksual. Sampai saat ini anggota komunitas “X” baru mencapai 123 orang, anggota yang boleh masuk di dalam komunitas ini minimal


(44)

4

memiliki taraf pendidikan SMU, memiliki kreativitas dalam bidang musik, seni dan desain serta mau bekerja sama dalam mencapai kemajuan organisasi.

Di umurnya yang kelima, komunitas “X” mampu menarik perhatian para homoseksual khususnya di Bandung, karena komunitas ini bukan hanya berfungsi sebagai sarana berkumpul bagi homoseksual tetapi juga memiliki tujuan untuk membuka pemahaman yang lebih baik bagi masyarakat tentang kehidupan homoseksual. Mereka berusaha mengubah persepsi negatif masyarakat dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang berguna melalui pendekatan seni, dengan berusaha menampilkan potensi yang mereka miliki agar masyarakat menyadari bahwa kaum homoseksual memiliki kemampuan untuk berkarya dan berprestasi.

Dengan kegiatan-kegiatan yang mendukung terbentuknya suatu jaringan homoseksual yang lebih luas, kegiatan pencarian pasangan antara sesama kaum homoseksual di komunitas “X” pun semakin terfasilitasi dan mendukung tumbuhnya populasi homoseksual. Banyak pula pasangan dari sesama jenis yang terjalin dan menjadikan suatu hubungan yang memiliki kualitas yang lebih dalam. Kualitas yang dalam akan membuat suatu hubungan yang lebih intim diantara pasangan homoseksual di komunitas “X”.

Salah satu penentu awetnya suatu relasi berpacaran adalah kemampuan individu homoseksual untuk membuka diri kepada pasangannya dan menjalin suatu relasi yang hangat. Kemampuan ini yang disebut dengan intimacy, yaitu kemampuan individu untuk melibatkan dirinya dalam suatu relasi afiliasi dan relasi berpasangan, serta bertahan dalam komitmen itu, meskipun hal tersebut


(45)

5

mungkin membutuhkan adanya pengorbanan dan kompromi. (Erikson, 1963 yang telah dikembangkan oleh J.L Orlofsky, 1993)

Status intimacy setiap individu dapat berbeda-beda derajat kedalamannya. Begitupun pada individu homoseksual komunitas “X” yang berpacaran, mereka diharapkan mampu untuk bersikap terbuka kepada pasangannya dan memilki komitmen untuk mempertahankan serta melanjutkan relasi itu ke tahap yang lebih serius. Dengan kata lain, individu homoseksual diharapkan untuk memiliki keterbukaan dan komitmen yang tinggi. Namun dalam kenyataannya, perilaku homoseksual masih menjadi hal yang tabu bahkan dilarang di negeri ini, sehingga sulit bagi seorang individu untuk melibatkan diri secara mendalam dan terbuka dengan individu lain di dalam maupun diluar komunitas mereka. Kenyataan ini yang menyebabkan individu tidak mencapai status intimacy yang sesuai dengan tuntutan relasi sosialnya dalam menjalin suatu hubungan yang intim dengan seseorang.

Di komunitas “X” ditemukan adanya perbedaan penghayatan pada masing-masing homoseksual dalam menjalin relasi berpacaran. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada lima orang dari anggota komunitas “X” yang tengah berpacaran, terdapat satu orang yang telah yakin terhadap pasangannya. Sedari kecil ia telah menyukai individu dari jenis kelamin yang sama. Ia telah mempunyai tujuan dan komitmen yang jelas untuk dapat hidup bersama dengan pasangannya sebagai pasangan homoseksual. Disamping itu, ia juga telah berani mengumumkan kepada keluarganya bahwa ia mempunyai maksud serius sebagai layaknya pasangan heteroseksual, didukung oleh


(46)

6

lingkungan tempat ia dibesarkan yang menganggap homoseksual bukan sebagai hal yang abnormal sehingga ia mampu mengambil keputusan dan mengekspresikan dirinya sebagai homoseksual. Ia mengatakan bahwa ketertarikannya terhadap lawan jenis sudah sangat rendah, sehingga ia sangat yakin untuk mengambil keputusan hidup bersama. Didasarkan atas teori plato yang diyakininya, bahwa kecenderungan homoseksual tidak bisa diubah melalui proses terapi. Dalam hubungan ini ia merasakan adanya kehangatan dan perhatian yang tumbuh dari proses berpacaran yang sudah terjalin selama hampir empat tahun. Selain itu dukungan untuk dapat membangun karir semakin lebih baik pun mewarnai hubungan mereka. Semakin hari ia semakin mengenal pasangannya dengan baik. Proses komunikasi yang ia lakukan dari cara dan isi pembicaraan-pun semakin mendalam. Hal tersebut yang membuat mereka merasa nyaman dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki masing-masing pasangan.

Selain itu ada dua orang homoseksual yang masih ragu dan berusaha mencari jalan untuk mendapatkan komitmen yang jelas dan pasti terhadap pasangannya. Berbeda dengan individu homoseksual yang pertama, mereka belum cukup berani mengungkapkan dan mengekspresikan diri sebagai homoseksual. Namun perlahan mereka telah berusaha jujur terhadap teman-teman dekatnya dan kini mereka sudah tidak merasa malu untuk berjalan berdua seperti pasangan individu dari jenis kelamin yang berbeda. Adanya komunikasi dan kompromi serta kesediaan untuk mau berkorban terhadap pasangannya memperlihatkan kualitas dari hubungan yang semakin baik. Mereka mulai biasa berbagi cerita tentang kehidupan keluarga mereka, lingkungan sosial di luar komunitas, hingga


(47)

7

me-manage kehidupan finansial bersama. Rasa cemburu masih mereka rasakan, baik terhadap sesama maupun lawan jenis.

Dua individu homoseksual yang terakhir justru lebih merasa bingung terhadap relasi pacaran yang dijalin dengan pasangannya. Mereka sangat takut apabila identitas dirinya terkuak sebagai seorang homoseksual. Beberapa alasan yang diungkapkannya adalah lingkungan keluarga yang sangat membenci kaum homoseksual dan masih ada rasa ketertarikan terhadap pasangan lawan jenis yang cukup tinggi. Setelah dilakukan wawancara lebih lanjut, ternyata ada kesamaan dari dua individu homoseksual tersebut, mereka untuk pertama kalinya memiliki hubungan dengan sesama jenis. Untuk saat ini yang mereka inginkan hanyalah merasakan hubungan seksual yang akan terjadi di dalam hubungan tersebut, karena yang mereka rasakan dari hubungan seksual dengan lawan jenis adalah hambar, tidak ada kepuasan apalagi kenikmatan. Usia hubungan yang mereka jalin belum genap satu tahun, mereka merasa belum bisa terbuka sepenuhnya terhadap pasangan, karena rasa percaya yang seharusnya ada tidak tumbuh di dalam hubungan ini.

Dari lima individu homoseksual yang diwawancarai, individu yang pertama telah siap untuk melegalkan hubungan mereka dengan rencana menikah di Belanda. Sedangkan empat individu homoseksual lainnya masih belum ada rencana ke jenjang itu. Hukum di Indonesia yang melarang pernikahan sesama jenis menjadikan suatu rencana yang tertunda, karena untuk menikah di luar negeri perlu dana yang besar. Meskipun demikian mereka telah hidup bersama dalam satu rumah layaknya pasangan heteroseksual yang telah menikah.


(48)

8

Melihat fenomena-fenomena ini, dapat dikatakan bahwa adanya perbedaan derajat kedalaman dalam mencapai status intimacy. Individu tidak mampu terbuka dengan individu lain, tidak mampu menerima keunikan individu lain dan juga tidak berani mengambil komitmen yang serius.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimanakah status intimacy pria homoseksual di suatu populasi sampel. Pria homoseksual yang diambil sebagai sampel adalah individu dewasa awal yang memiliki ketertarikan seksual terhadap sesama jenis kelaminnya pada komunitas “X” di Bandung. Intymacy vs Isolation adalah tahap psikososial yang secara khas terjadi pada individu dewasa awal, sehingga penelitian status intimacy pada homoseksual sebagai individu dewasa awal menjadi issue yang signifikan.

1.2 Identifikasi Masalah

Pada penelitian ini ingin diketahui status intimacy pada pria homoseksual di komunitas “X” Bandung ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai status intimacy pada pasangan homoseksual di komunitas “X” Bandung. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran yang lebih mendalam mengenai aspek-aspek dan faktor apa saja yang dapat mempengaruhi status intimacy pada pasangan homoseksual di komunitas “X” Bandung.


(49)

9

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritik

• Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemahaman mengenai status intimacy terutama dalam Psikologi Klinis, Psikologi Perkembangan dan Psikologi Sosial.

• Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai homoseksual, khususnya status intimacy.

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi anggota komunitas “X” mengenai status intimacy agar mereka dapat lebih memahami keadaan diri mereka yang sebenarnya dalam berhubungan dengan individu homoseksual lain dan penerimaan diri.

• Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagi anggota komunitas “X” mengenai status intimacy agar komunitas “X” dapat mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan bagi anggotanya, mengenai kedalaman dan apa yang seharusnya ada di dalam relasi berpacaran. • Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi orang tua, pendidik

dan konselor mengenai keadaan dalam diri seorang homoseksual agar mereka dapat memahami keadaan dalam diri seorang homoseksual sehingga dapat memperlakukan homoseksual secara manusiawi.

• Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat mengenai status intimacy pada homoseksual sehingga mereka memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan homoseksual.


(50)

10

1.5 Kerangka Pemikiran

Manusia lahir ke dunia dengan tugas dan tanggung jawab yang akan dihadapi sepanjang hidupnya. Setiap periode mempunyai tugas perkembangan yang berbeda-beda dan harus dipenuhi agar dapat melanjutkan ke tahap perkembangan selanjutnya. Salah satu tahap perkembangan tersebut adalah tahap dewasa awal yang berlangsung mulai usia 20 hingga 35 tahun (Santrock, 2002). Tahap dewasa awal memiliki berbagai ciri khas, yaitu individu mulai menempatkan diri pada berbagai peran yang sesuai dengan harapan masyarakat dan berusaha menyesuaikan dengan cara hidup baru. Untuk itu, diharapkan individu dapat mencapai kemandirian secara personal dan ekonomi, mengembangkan karir dan juga memilih pasangan hidup (Santrock, 2002). Hal yang utama adalah aspek relasi sosial individu dewasa awal, yang dalam pencapaiannya membutuhkan kehadiran individu lain.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari kehadiran dan kebutuhan untuk menjalin suatu relasi yang hangat dengan individu lain. Relasi yang dijalin setiap orang berbeda-beda tingkat kedalamanya dan dapat terjadi antara jenis kelamin yang berbeda maupun dengan jenis kelamin yang sama. Terkadang relasi yang terbentuk diantara dua individu yang pada awalnya dangkal dapat berlanjut menjadi suatu relasi yang disertai suatu ikatan tertentu, hal ini seringkali disebut sebagai relasi berpacaran (De-lora, 1963 dalam Lerner & Hultsch, 1983). Dalam relasi berpacaran, kedua individu yang terlibat di dalamnya berusaha saling menjajaki, berusaha saling mengenal lebih dalam, mengetahui pandangan hidup pasangannya, mengetahui sifat dan kebiasaan


(51)

11

pasangannya serta berusaha menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada di antara keduanya. Relasi berpacaran dimaksudkan sebagai aktivitas rekreasional atau sosialisasi dan relasi ini dapat dipakai sebagai suatu cara untuk mencari pasangan hidup (Lerner & Hultsch, 1983).

Dalam budaya kita hanya melegalkan hubungan antara individu dari jenis kelamin yang berlainan. Namun dalam kenyataannya kita tidak dapat memungkiri adanya ketertarikan antara individu dari jenis kelamin yang sama atau yang disebut dengan homoseksual.

Homoseksual adalah individu yang memiliki ketertarikan erotis, psikologis, emosional dan sosial pada individu lain dari jenis kelamin yang sama, meskipun ketertarikan itu tidak diekspresikan secara overt (Martin &.Lyon, dalam Crooks & Baur, 1983). Kaum homoseksual tetap mempunyai identitas gender yang sesuai dengan karakteristik biologisnya. Mereka digolongkan menjadi homoseksual karena identitas seksualnya saja, begitu pula halnya pada anggota komunitas “X”.

Seperti halnya pasangan berlainan jenis, pasangan homoseksual juga harus menghadapi dan mengalami tugas perkembangan. Mereka melakukan hubungan dengan sesama jenisnya untuk mencari pasangan hidup yang tepat baginya, fase ini dapat dilakukan apabila individu telah membentuk identitas dirinya secara utuh ketika memasuki masa dewasa (Erikson dalam Hall, Lindzey, Loehlin, & Manosevitz,1985). Anggota komunitas “X” diharapkan untuk memiliki identitas seksual yang utuh dan mantap karena mereka sudah berada pada masa dewasa. Keadaan ini akan memberi peluang besar bagi diri mereka untuk berhasil


(52)

12

menyelesaikan tugas perkembangan pada masa dewasa, yaitu menjalin hubungan yang intim.

Sesuai dengan ciri pada tahap perkembangan ini, individu homoseksual komunitas “X” sebagai individu dewasa awal mulai membuat komitmen sehingga relasi berpacaran yang dijalaninya diharapkan lebih terarah pada pencarian pasangan hidup dan bukan sekedar untuk tujuan eksplorasi (Lerner & Hultsch, 1983). Individu homoseksual yang telah berpacaran minimal satu tahun diharapkan telah mengenali tujuannya berpacaran dan mampu menampilkan diri yang sesungguhnya sehingga kedalaman intimacy-nya lebih terlihat nyata. Individu homoseksual diharapkan dapat saling membuka diri, yaitu mereka dapat saling berbagi hal-hal pribadi yang terjadi pada dirinya dan mampu menerima keunikan pasangannya. Dengan kata lain, individu homoseksual diharapkan dapat mengembangkan intimacy-nya untuk mencapai relasi yang mendalam dan pada akhirnya akan sampai pada tujuan penetapan pasangan hidup.

Sebelum menetapkan pasangan hidup, individu homoseksual terlebih dahulu harus mempertimbangan faktor-faktor yang dianggap penting dan bernilai bagi dirinya. Pertimbangan ini merupakan kerangka pikir atau frame of reference yang diharapkan dapat membantu individu untuk mengambil keputusan dalam menetapkan pasangan hidup. Sebagai individu dewasa, mereka diharapkan telah mempunyai pandangan-pandangan tertentu yang tebentuk karena status mereka di masyarakat.

Individu homoseksual yang berada pada tahap dewasa awal ini menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan konsep status intimacy yang


(53)

13

dikembangkan oleh Jacob L. Orlofsky (Marcia, 1993) dari tahapan psikososial Erikson, yaitu tahap intimacy vs isolation. Intimacy adalah kemampuan individu untuk melibatkan dirinya dalam suatu hubungan afiliasi dan hubungan berpasangan, serta bertahan dalam komitmen itu, meskipun hal tersebut mungkin membutuhkan adanya pengorbanan dan kompromi.

Status intimacy terbagi menjadi tujuh macam yang masing – masing memiki derajat kedalaman relasi yang berbeda – beda, yaitu : (1) Isolate, (2) Stereotypedd Relationship, (3) Pseudointimate , (4) Merger Uncommitted, (5) Merger committed , (6) Preintimate , (7) Intimate. Penetapan status intimacy ini didasarkan pada sembilan aspek yang saling berkesinambungan, yaitu : (1) Komunikasi, (2) Perhatian dan Kasih Sayang, (3) Pengetahuan akan Sifat – Sifat Pasangan, (4) Perspective-taking, (5) Komitmen, (6) Kekuasaan dan Pengambilan Keputusan, (7) Mempertahankan Minat – Minat Pribadi, (8) Penerimaan terhadap Keterpisahan terhadap Pasangan, dan (9) Ketergantungan terhadap Pasangan.

Individu homoseksual dengan status Isolate kurang mampu menjalin relasi sosial yang hangat dan mendalam dengan individu lain, sehingga mereka tidak berani untuk terlibat dalam relasi berpacaran. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan adanya homoseksual dengan status isolate yang menjalin suatu relasi berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan pasangannya, individu homoseksual dengan status isolate lebih suka menarik diri, kurang mampu mengekspresikan perasaan kepada pasangannya, kurang mampu bersikap toleran


(54)

14

atau menerima perbedaan yang ada pada diri pasangannya serta tidak mau mempercayai dirinya sendiri maupun pasangannya.

Individu homoseksual dengan status Stereotypedd relationship memiliki relasi berpacaran yang cenderung dangkal dan konvensional. Selain itu, derajat komunikasi personal dan kedekatannya berada pada taraf rendah. Hal ini berbeda pada individu homoseksual dengan status Pseudointimate yang telah memiliki relasi berpacaran yang permanen, tetapi di dalam relasinya tidak disertai kedekatan dan kedalaman. Sedangkan individu homoseksual dengan status Merger tampak mampu melibatkan dri secara mendalam, namun tidak mandiri atau masih tergantung pada individu lain dan memiliki persepsi yang tidak realistis tentang individu lain untuk mencapai pemenuhan kebutuhannya. Status Merger terbagi menjadi dua, yaitu Merger uncommitted dan Merger committed . Individu homoseksual dengan status Merger uncommitted tidak terlibat dalam suatu relasi berpacaran jangka panjang, sedangkan individu homoseksual dengan status Merger committed terlibat dalam relasi berpacaran jangka panjang.

Individu homoseksual dengan status Preintimate telah mampu menjalin suatu relasi yang terbuka, penuh perhatian dan saling menghormati, namun demikian relasi ini tidak disertai suatu komitmen. Status intimacy yang paling dalam adalah status Intimate. Dalam relasi berpacaran, individu homoseksual dengan status Intimate menampilkan perilaku yang terbuka, bertanggung jawab terhadap pasangannya, menghormati integritas diri dan pasangannya. Individu homoseksual dengan status intimate juga tidak ragu untuk menjalin relasi jangka panjang dan berkomitmen pada relasi yang sedang dijalaninya tersebut.


(55)

15

Melalui kualitas relasi berpacaran yang dijalin, maka akan tercermin status intimacy indivividu homoseksual yang terlibat di dalam relasi itu. Individu homoseksual sebagai individu dewasa awal diharapkan telah mulai melakukan beberapa langkah untuk mempersiapkan kehidupannya sesuai dengan tugas-tugas dalam tahap perkembangannya, sehingga ia diharapkan untuk memiliki relasi berpacaran yang bersifat hangat, terbuka, mendalam dan ia juga diharapkan telah mulai membentuk komitmen antara dirinya dengan pasangannya. Lamanya masa berpacaran tidak menjamin terbentuknya relasi berpacaran yang mendalam karena yang paling menentukan adalah status intimacy diantara relasi individu homoseksual yang terlibat.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada intimacy adalah status identitas, jenis kelamin dan tipe kepribadian individu yang bersangkutan. Bila ditinjau dari jenis kelamin, pria dan wanita memiliki perbedaaan pola sosialisasi yang dapat mempengaruhi pembentukan intimacy mereka. Menurut Erikson (dalam Hall, Lindzey, Loehlin & Manosevitz, 1985), identitas seksual merupakan bagian dari identitas diri yang puncak pembentukannya terjadi pada masa remaja. Setelah melewati masa remaja, identitas seksual diharapkan sudah terbentuk secara utuh sehingga individu mampu menghadapi tugas perkembangan di masa dewasa, yaitu menjalin hubungan yang sifatnya intim dan menentukan pasangan hidup. Selain itu, identitas yang utuh akan menentukan sikap dan perilaku individu dalam berinteraksi dengan orang lain, ini penting untuk dimiliki individu agar dapat memenuhi harapan-harapan dari lingkungan sosial. Hal tersebut dapat diterapkan pada heteroseksual namun tidak selalu dapat diterapkan pada homoseksual. Pada


(56)

16

homoseksual, pembentukan identitas seksual tidak selalu terjadi pada masa remaja dan terus mengalami perkembangan sepanjang hidupnya (Kelly, 2001). Alasan ini dapat terjadi karena adanya pertentangan terhadap homoseksual dengan nilai, norma dan budaya yang menyebabkan individu homoseksual merasa bingung dan merasa takut untuk menampilkan diri. Sedangkan bila ditinjau dari tipe kepribadian, tipe kepribadian pasangan homoseksual yang introvert atau ekstrovert akan berpengaruh terhadap derajat kedalaman komunikasinya dengan pasangan yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada status intimacy pasangan homoseksual tersebut.


(57)

17

Bagan Kerangka Pemikiran

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pemikiran - Tipe kepribadian

- Status identitas

Pasangan homoseksual di komunitas X

- Komunikasi

- Perhatian dan kasih sayang

- Pengetahuan akan sifat – sifat pasangan - Perspective – taking

- Komitmen

- Kekuasaan & pengambilan keputusan - Mempertahankan minat – minat pribadi

- Penerimaan terhadap keterpisahan dari pasangan - Ketergantungan terhadap pasangan

Berpacaran Status intimacy

Stereotypedd Relationship Pseudointimate

Merger Uncommited

Merger Commited

Preintimate

Intimate Isolate


(58)

18

1.6 Asumsi -Asumsi Yang Dihasilkan :

Individu homoseksual komunitas “X” yang menjalin relasi berpacaran

memiliki status intimacy yang berbeda – beda.

Derajat komitmen dan keterbukaan akan menentukan status intimacy

seseorang yang ditentukan oleh sembilan aspek yang saling berkaitan yaitu

komunikasi, perhatian dan kasih sayang, pengetahuan akan sifat-sifat

pasangan, perspective-taking, komitmen, kekuasaan dan pengambilan

keputusan, mempertahankan minat-minat pribadi, penerimaan terhadap

keterpisahan dengan pasangan dan ketergantungan terhadap pasangan.

Individu homoseksual yang telah melewati masa pacaran satu tahun telah

memiliki kesempatan untuk mengenal pasangannya sehingga relasinya

semakin terbuka dan mendalam.


(1)

18

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi -Asumsi Yang Dihasilkan :

Individu homoseksual komunitas “X” yang menjalin relasi berpacaran

memiliki status intimacy yang berbeda – beda.

Derajat komitmen dan keterbukaan akan menentukan status intimacy

seseorang yang ditentukan oleh sembilan aspek yang saling berkaitan yaitu

komunikasi, perhatian dan kasih sayang, pengetahuan akan sifat-sifat

pasangan, perspective-taking, komitmen, kekuasaan dan pengambilan

keputusan, mempertahankan minat-minat pribadi, penerimaan terhadap

keterpisahan dengan pasangan dan ketergantungan terhadap pasangan.

Individu homoseksual yang telah melewati masa pacaran satu tahun telah

memiliki kesempatan untuk mengenal pasangannya sehingga relasinya

semakin terbuka dan mendalam.


(2)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Status intimacy sebagian besar pria homoseksual di komunitas “X”

Bandung adalah status stereotypedd relationship.

2. Aspek-aspek pria homoseksual di komunitas “X” Bandung dengan status

stereotypedd relationship hampir keseluruhan berada pada derajat yang

rendah, komitmen (100%), komunikasi (100%), mempertahankan minat-minat pribadi (92,9%) dan ketergantungan terhadap pasangan (92,9%). 3. Pada pria homoseksual di komunitas “X” Bandung dengan status merger

uncommitted aspek yang menonjol adalah perhatian dan kasih sayang

(60%), kekuasaan pengambilan keputusan (60%) dan penerimaan terhadap keterpisahan (60%) dalam taraf tinggi.

4. Sebagian kecil pria homoseksual di komunitas “X” Bandung mampu mencapai derajat status intimate (13,3%).

5.2. Saran

Dengan melihat hasil yang didapatkan dari penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran :


(3)

84

Universitas Kristen Maranatha

1. Komunitas “X” Bandung dapat memakai penelitian ini sebagai informasi bagi seluruh anggotanya mengenai kedekatan antara pasangan homoseksual.

2. Pria homoseksual di komunitas “X” Bandung dapat memakai penelitian ini sebagai informasi dalam menjalin hubungan dengan pasangan, agar relasi yang dijalin lebih terbuka sehingga mampu untuk mengenal kelebihan dan kekurangan pasangan, hangat dan juga disertai komitmen. 3. Bagi pria homoseksual dengan status stereotypedd relationship dan

merger uncommitted dengan derajat komitmen, komunikasi dan tujuh

aspek penunjang lainnya yang juga rendah diharapkan dapat melakukan hubungannya dengan bertanggung jawab, baik dari aspek-aspek intimacy maupun dari segi emosional pria homoseksual.

4. Bagi peneliti yang bermaksud melanjutkan penelitian ini, peneliti menyarankan untuk meneliti mengenai hubungan status intimacy dengan kemampuan berkomitmen pada pria homoseksual sehingga dapat diketahui bagaimana hubungan antara kedua hal tersebut.

5. Selain itu, peneliti juga menyarankan untuk meneliti hubungan antara lamanya masa berpacaran dengan status intimacy pria homoseksual dengan pasangannya.


(4)

Brehm, Sharon S. (2002). Intimate Relationships. New York : McGraw-Hill Companies, inc.

Calhoun, James F. (1990). Psychology of Adjusment and Human Relationship. New York : McGraw-Hill Companies, inc.

Collins, Randall. (1987). Sociology of Mariage and The Family : Gender, Love

and Property. Chicago : Nelson-Hall inc.

Crooks, R. & Baur, K. (1983). Our Sexuality (7th ed.). California: The

Benjamin/Cummings Publishing Company.

Greene, B. & Herek, G.M. (Eds.) (1994). Psychological Perspective on Lesbian

and Gay Issues : Vol. I. Lesbian and Gay Psychology : Theory, Research, and Clinical Aplications. CA : Sage, Thounsand Oaks.

Hall, Calvin S., G., Loehlin, J. C., & Manosevits, M. (1985). Introduction to

Theories of Personality. New York : John Wiley & Sons.

Hurlock, Elizabeth. (2001). Psikologi Perkembangan : edisi kelima. Ciracas, Jakarta : Erlangga.

Hall, Lindzey. (1998). Introduction to Theory of Personality. New Jersey, USA : John Wiley & Sons.

Hyde, J. S. (1990). Understanding Human Sexuality. New York, USA: McGraw-Hill Companies, Inc.

Kelly, G. F. (2001). Sexuality Today. New York: Mc. Graw-Hill Companies, Inc. Papalia, Diane E. (2007). Adult Development and Aging. New York :

McGraw-Hill Companies, inc.

Papalia, D. E., Olds, W. S., & Feldman, R. D. (2001). Human Development (8th

ed.). Boston : McGraw-Hill Companies, Inc.

Hoffman, Lois., Paris, Scott., Hall, Elizabeth. (1994). Developmental Psychology


(5)

86

Universitas Kristen Maranatha

Lamanna, Mary ann. (1985). Marriages and Families. Illinois, USA : Wadsworth Publishing Company.

Lasswel, Thomas. (1982). Marriage and The Family 2nd ed. Illinois, USA :

Wadsworth Publishing Company.

Lemme, Barbara Hansen. (1995). Development in Adulthood. Boston, Massachusetts : Allyn & Bacon.

Lerner & Hultsch. (1983). Human Development : A Life Span Perspective. New York : McGraw-Hill Companies, inc.

Marcia, J. E., Matesson, D. R., Orlofsky, J. L., Waterman, A. S., Archer, A.L. (1993). Ego Identity: A Handbook for Psychosocial Research. New York: Springer-Verlag.

Nevid, J.S., Rathus , S.A., & Rathus, L.F. (1995). Human Sexuality in a World of

Diversity. Boston, Massachusetts : Allyn & Bacon.

Newman, M Barbara., Newman, R Newman. (1996) Development Throught Life

5th ed. : A Psychosocial Approach. California : Brook/Cole Publishing

Company.

Oetomo, Dede (2003). Memberi Suara Pada Yang Bisu. Yogyakarta: Galang Press.

Roosenberg, B.G. & Smith, B.S. (1972). Sex and Identity. USA : Rinehart & Winston, inc.

Santrock, J.W. (2002). A Topical Approach to Life Span Development :

International ed. New York : McGraw-Hill Companies, inc.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Editor: Wisnu C.K. Erlangga: JKER


(6)

DAFTAR RUJUKAN

FORUM, 11-18 April 2004. Bagi Mereka Seks Sesama Jenis Adalah Kodrat. Jakarta : PT. Forum Adil Mandiri.

TEMPO, 5-11 Juli 2004. Kembang Dalam Kloset. Jakarta : PT. Tempo Inti Media.

www.gayanusantara.com www.swarasrikandi.com www.geocities.com www.swara.cjb.net www.manjam.com