Analisis Pengendalian Kualitas dalam Meminimalisasi Jumlah Kecacatan Produk pada Divisi Wire Rod Mill PT.KRAKATAU STEEL.

(1)

vii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendefinisikan pengendalian kualitas dari produk batang kawat yang diproduksi pada divisi Wire Rod Mill PT.KRAKATAU STEEL Cilegon, Banten. Penelitian ini menjelaskan secara deskriptif faktor-faktor penyebakan beberapa jenis kecacatan yang mewakili lebih dari 50% jumlah kecacatan secara keseluruhan. Beberapa jenis kecacatan yang dideskripsikan tersebut ialah kecacatan jenis kusut, kecacatan jenis laps, dan kecacatan jenis scrappy. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa faktor penyebab dari jenis kecacatan kusut terdiri dari faktor mesin, metode, manusia, dan material. Sedangkan faktor penyebab dari kecacatan jenis laps dan scrappy memiliki faktor penyebab yang sama persis yang terdiri dari faktor mesin, metode, dan material. Setelah mendeskripsikan pengendalian kualitas produk berdasarkan faktor penyebab jenis kecacatan tersebut, penulis berusaha memberikan usulan dan saran yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi jumlah kecacatan yang dihasilkan divisi Wire Rod Mill PT.KRAKATAU STEEL.

Kata kunci: Pengendalian Kualitas, Jenis Kecacatan, Faktor Penyebab Jenis Kecacatan, Divisi Wire Rod Mill PT.Krakatau Steel.


(2)

viii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This study aims to define the quality control of wire rod products are produced in divisions Steel Wire Rod Mill PT.KRAKATAU Cilegon, Banten. This study describes the factors descriptively penyebakan some kind of disability, accounting for more than 50% of overall disability. Some kind of disability that is described is the type of disability is matted, disability type laps, and disability type Scrappy. The results of this study describes the factors that cause the type of disability factors tangles composed of machines, methods, human, and material. While the causes of disability types laps and Scrappy has the exact same factor that consists of machine factors, methods, and materials. After describing the quality control of products based on the factors causing these kinds of disabilities, the authors try to give suggestions and advice that can be used by companies to reduce the number of defects produced Wire Rod Mill Division PT.KRAKATAU STEEL.

Key words: Quality Control, Disability Types, Causes Type of Disability, Division of Steel Wire Rod Mill PT.Krakatau.


(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... . i

HALAMAN PENGESAHAN... . ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... . 1

1.1. Latar Belakang... . 1

1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah... 2

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 3

1.4. Kegunaan Penelitian... . 4

1.5. Sistematika Penulisan... . 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 6

2.1. Pengertian Manajemen Operasional ... 6

2.2. Pengertian Kualitas... . 6


(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

2.4. Manajemen Kualitas Total... . 9

2.5. Alat Bantu Kualitas... . 10

2.5.1.Check Sheet ... 11

2.5.2. Diagram Pareto ... 12

2.5.3. Run Chart... . 14

2.5.4. Diagram Sebab Akibat ... 15

2.6. Langkah-langkah Perbaikan Kualitas... . 17

2.7. Pengertian Spoilage dan Rework... 18

2.8. Manajemen Kualitas... . 18

2.9. Pengertian Pengendalian... . 19

2.10.Pengendalian Kualitas ... 20

2.11. Tujuan Pengendalian Kualitas... . 21

2.12. Karakteristik Kualitas Produk ... 22

2.13. Alat Pengendalian Kualitas ... 22

2.14. Biaya Kualitas ... 23

2.15. Pengertian Analisis Sekuensial... . 24

2.16. Kerangka Pemikiran ... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 29

3.1. Metode Penelitian... 29

3.2. Teknik Pengumpulan data... 30

3.3. Objek Penelitian ... 30

3.4. Unit-unit Produksi PT.Krakatau Steel... 31


(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

3.4.2. Divisi Pabrik Billet Baja... . 32

3.4.3. Divisi Pabrik Baja Slab... . 33

3.4.4. Divisi Pabrik Baja Lembar Panas... 33

3.4.5. Divisi Pabrik Baja Lembar Dingin... . 34

3.4.6. Divisi Pabrik Kawat Baja... . 34

3.5. Proses Produksi Pabrik Kawat Baja... . 34

3.5.1. Pengendalian Bahan Baku dan Peralatan... 34

3.5.2. Bagian Utama Pada Proses Produksi ... 37

3.5.2.1. Furnace... . 37

3.5.2.2. Roll... 38

3.5.2.3.Cooling Trech... . 39

3.6. Proses Pembuatan Batang Kawat... 39

3.6.1. Tahap Pemanasan... 40

3.6.2. Tahap Pembentukan... 41

3.6.3. Tahap pendinginan... 42

3.7. Peralatan dan Sistem pemeriksaan... 44

3.8. Jenis Cacat... . 45

3.9. Rancangan Alur Penelitian... . 46

3.10. Pengolahan Data... . 47

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA... . 48

4.1. Pengumpulan Data... 48

4.2. Analisis Data ... 76


(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

4.2.1.1.Diagram Sebab Akibat Kecacacatan Jenis Kusut... 77

4.2.1.2.Diagram Sebab Akibat Kecacacatan Jenis Kusut-mesin... 78

4.2.1.3.Diagram Sebab Akibat Kecacacatan Jenis Kusut-metode... 79

4.2.1.4.Diagram Sebab Akibat Kecacacatan Jenis Kusut-manusia... . 80

4.2.1.5.Diagram Sebab Akibat Kecacacatan Jenis Kusut-material.... 81

4.2.2.Analisi Pareto ... 83

4.2.3.Diagram Sebab Akibat Kecacacatan Jenis laps... 84

4.2.3.1. Diagram Sebab Akibat Kecacacatan Jenis laps-mesin... 86

4.2.3.2. Diagram Sebab Akibat Kecacacatan Jenis laps-metode... . 87

4.2.3.3. Diagram Sebab Akibat Kecacacatan Jenis laps-material... . 88

4.2.4. Diagram Sebab Akibat Kecacacatan Jenis scrappy... 90

4.2.4.1. Diagram Sebab Akibat Kecacacatan jenis Scrappy-mesin... 91

4.2.4.2. Diagram Sebab Akibat Kecacacatan jenis Scrappy-metode... 92

4.2.4.3. Diagram Sebab Akibat Kecacacatan jenis Scrappy-material... . 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

5.1.Kesimpulan ... 95

5.2.Saran ... 99


(7)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan teknologi yang pesat membawa dampak terhadap tatanan kehidupan umat manusia. Perubahan yang cepat dan mendasar terjadi dalam kehidupan di segala bidang yang menuntut kebebasan interaksi antar kehidupan yang ada di dunia tanpa mengenal batas negara termasuk juga dalam kegiatan perdagangan dan bisnis. Salah satu konsekuensi logis dari perubahan dunia bila memasuki era globalisasi adalah adanya pergeseran cara pandang dalam pelaksanaan perdagangan internasional yang mengarah kepada perdagangan global. Hal ini mengakibatkan munculnya pasar bebas dunia, yang mengakibatkan meningkatnya persaingan di pasar internasional ataupun pasar domestik. Oleh karena itu masalah yang akan dihadapi perusahaan adalah semakin ketatnya persaingan, sehingga perusahaan harus dapat menjalankan strategi bisnis yang tepat agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan yang terjadi.

Persaingan pasar tersebut perlu disiasati oleh perusahaan dengan menentukan suatu strategi yang akan dijalankan. Strategi tersebut dibuat untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam menghadapi ketatnya persaingan bisinis. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat memenangkan sebuah persaingan. Salah satu strategi yang dapat dibuat oleh perusahaan adalah strategi kualitas. Dengan cara menerapkan kualitas produk yang baik diharapkan menjadi suatu kekuatan strategi perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan sejenis.

Masalah kualitas berkaitan erat dengan tingkat pendapatan dan biaya produksi perusahaan. Dengan meningkatnya kualitas suatu produk yang dihasilkan perusahaan, diharapkan penjualan akan meningkat sehingga pendapatan perusahaan juga akan meningkat. Selain itu, produk yang berkualitas juga memiliki derajat konformansi yang tinggi (terhindar dari kerusakan) dalam proses pembuatannya.


(8)

2

Pendahuluan Universitas Kristen Maranatha

Biaya produksi akan menjadi lebih rendah, sehingga dapat menciptakan harga produk menjadi lebih kompetitif. Karena itu perusahaan harus menyadari pentingnya menciptakan produk dengan kualitas yang baik.

Kualitas memegang peran penting bagi perusahaan yang ingin memberi kepuasan pelanggan. Tetapi pada kenyataannya produk gagal yang dihasilkan perusahaan tidak dapat dihindari. Tugas perusahaan adalah untuk mengurangi jumlah produk gagal yang dihasilkan. Oleh karena itu perusahaan perlu melakukan pengendalian kualitas untuk mengurangi jumlah produk gagal yang dihasilkan. Dengan dilakukannya pengendalian kualitas diharapkan dapat mengurangi kerugian perusahaan akibat kegagalan produksi dan meningkatkan efisiensi produksi.

Perusahaan perlu melakukan pengendalian kualitas pada aktivitas produksinya, guna memastikan produksi yang dihasilkan tetap mengikuti standar yang telah disepakati. Pengendalian kualitas ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan konsumen dengan menjaga kualitas produk, dan menekan biaya produksi dari segi kualitas yaitu: prevention cost, appraisal cost, internal failure, external cost. Oleh karena itu pengendalian kualitas yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan sangat perlu dilakukan dalam menekan jumlah produk cacat yang dihasilkan perusahaan.

1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Proses produksi dalam suatu perusahaan bertujuan untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi permintaan konsumen. Suatu perusahaan juga mengharapkan untuk memperoleh laba yang optimal dari hasil penjualannya. Keinginan konsumen tersebut dapat dipenuhi dengan cara membuat produk yang berkualitas sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan sesuai dengan keinginan konsumen.

Kegagalan produk yang terjadi akan menghambat meningkatnya barang produksi sehingga menyebabkan efisiensi dan produktivitas perusahaan menurun. Kualitas perusahaan yang buruk akan dapat menimbulkan masalah baru bagi


(9)

3

Pendahuluan Universitas Kristen Maranatha

perusahaan, karena membuka peluang untuk kehilangan konsumen yang kecewa dan beralih kepada perusahaan penghasil produk sejenis dengan kualitas yang lebih baik. Oleh sebab itu pengendalian kualitas menjadi salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.

Langkah awal mengurangi tingkat produk cacat adalah: 1. Mengetahui jenis kecacatan produk.

2. Menelusuri proses produksinya. 3. Mencari penyebab kecacatan produk.

4. Memikirkan dan melakukan perbaikan untuk menghindari terjadinya kecacatan yang sama pada produksi.

Dari penjelasan di atas penulis dapat membuat rumusan masalah dari penelitian menjadi sebagai berikut:

1. Bagaimana spesifikasi produk yang dinyatakan sebagai produk cacat? 2. Jenis kecacatan produk apa saja yang terjadi?

3. Faktor apa saja yang sering menyebabkan terjadinya kecacatan produk?

4. Bagaimana cara mengatasi penyebab kegagalan agar tingkat kecacatan dapat diturunkan?

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penulis melakukan penelitian merupakan cerminan dari rumusan masalah seperti yang telah diuraikan di atas, yaitu untuk menentukan:


(10)

4

Pendahuluan Universitas Kristen Maranatha

2. Pada proses produksi mana yang paling banyak terjadi kecacatan. 3. Faktor penyebab terjadinya kecacatan produk.

4. Tindakan yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi penyebab kecacatan produk.

1.4. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna untuk meningkatkan efektivitas pada perusahaan yang diteliti dalam hal manajemen kualitas produksi.

2. Kegunaan Akademis

Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi sivitas akademika.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi yang dilakukan penulis, disusun dengan mengunakan sistematika penulisan seperti dibawah ini.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas tentang latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.


(11)

5

Pendahuluan Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Pada bab ini diuraikan tentang teori-teori dasar yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan penulisan skripsi oleh penulis. Memuat kerangka berpikir penulis dalam melakukan penulisan skripsi.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis menyertakan aspek-aspek yang menjadi perhatian peneliti pada objek penelitian, jenis penelitian, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menguraikan hasil penelitian berdasarkan alat ukur kualitas yang dipakai, yaitu: peta kendali, diagram pareto, diagram sebab akibat dan, usulan tindakan untuk mengatasi berbagai faktor-faktor kegagalan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menjelaskan kesimpulan dengan menjawab masalah dan penegasan kembali dalam hal-hal yang ditemukan dalam pembahasan masalah. Dan memberikan saran dengan memaparkan: langkah-langkah yang dapat ditempuh sebagai implikasi dari kesimpulan yang diperoleh, saran-saran spesifik sesuai dengan masalah yang dibahas pada objek penelitian, saran-saran ilmiah yang dapat mendorong pengembangan penelitian selanjutnya.


(12)

95

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan pengolahan data dan analisis masalah, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal utama yang perlu diperhatikan oleh perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1. Dari hasil pengumpulan data pada divisi WRM menunjukan kecacatan yang paling dominan adalah kecacatan jenis kusut yaitu dengan jumlah 565,12 ton. Dari jumlah tersebut dapat dinyatakan bahwa kecacatan jenis kusut merupakan penghambat produktifitas yang tinggi. Selain itu kecacatan jenis kusut adalah jenis kecacatan yang pertama kali diawasi menurut proses produksinya. Sehingga perlu adanya perhatian khusus untuk menyikapi masalah pengendalian kualitas pada kecacatan jenis kusut ini.

2. Dari penelitian pada pabrik WRM diketahui bahwa penyebab kecacatan jenis kusut adalah sebagai berikut:

 Mesin

Triple plate tidak berfungsi dengan baik, dimana fungsi dari alat ini adalah mengatur presisi lingkaran coil yang akan diletakan pada conveyor. Dengan triple plate yang tidak bekerja dengan optimal, maka coil yang diletakan pada conveyor akan tidak memiliki presisi lingkaran yang baik. Bila coil dengan lingkaran yang tidak presisi tersebut diantarkan menuju proses selanjutnya akan mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan kecacatan jenis kusut, seperti misalnya, tersangkut di conveyor, tertumpuk tidak rapi di two arm, tersangkut di two arm, tersangkut di compactor, dll.


(13)

96

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha

 Metode

Penanggulangan dini terhadap kecacatan jenis kusut masih belum efektif. Hal ini disebabkan oleh standard operating procedure (SOP) yang masih belum terlaksana dengan baik pada divisi WRM. Pengawasan coil pada lokasi conveyor yang sesuai dengan SOP seharusnya dilakukan oleh empat orang pengawas. Pengawasan ini memiliki fungsi untuk memperbaiki presisi coil saat diantar oleh conveyor untuk membantu peran dari triple plate (dilakukan oleh dua orang pengawas), dan dibagian lain dua orang lagi mengantisipasi ekor atau kepala coil tersangkut saat diantar oleh conveyor sedini mungkin. Namun pada pelaksanaannya pengawasan hanya dikerjakan oleh dua orang dari keempat pengawas yang seharusnya bertugas secara bergantian, sehingga menyulitkan proses tindakan pengantisipasian kecacatan coil di conveyor. Pelanggaran SOP ini dikarenakan temperatur udara yang tinggi pada lokasi conveyor sehingga para pengawas tidak mampu bertahan sesuai dengan jadwal shift kerjanya.

 Manusia

Dari diagram diatas penulis menyimpulkan bahwa, adanya ketidak disiplinan pekerja terhadap SOP di conveyor. Seperti yang sudah dijelaskan pada analisis kecacatan kusut akibat metode, pelaksanaan SOP masih belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan pengawas bagian conveyor mudah lelah akibat tingginya temperatur udara di conveyor, sehingga para pengawas tidak mampu bertahan sesuai dengan jadwal shift kerjanya.

Material

Dari hasil pengamatan di lapangan penulis menyimpulkan bahwa, billet sebagai bahan baku yang disiapkan oleh divisi WRM diletakan di lokasi yang dekat dengan furnace. Hanya saja di lokasi tersebut tidak dilengkapi dengan atap pelindung, yang menyebabkan billet


(14)

97

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha

tidak dapat terhindar dari hujan dan panas matahari, sehingga dapat menyebabkan billet dalam keadaan tidak baik.

3. Dari hasil pengumpulan data pada divisi WRM, diagram pareto menunjukkan bahwa, kecacatan yang yang terbanyak adalah kecacatan jenis laps. Dan data menunjukkan kecacatan jenis laps dengan jumlah 297,85 ton dan merupakan 35,94% dari seluruh jumlah kecacatan yang ada, dan jenis kecacatan scrappy dengan jumlah 293,96 ton (29,18%).

4. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada divisi WRM diketahui bahwa penyebab dari pada kecacatan jenis laps sebagai berikut:

 Mesin

Mesin yang ada pada divisi WRM sering mengalami kemacetan pada roll. Roll macet dikarenakan kurang mendapatkan pemeliharaan yang baik khusunya dalam hal lubrikasi. Lubrikasi akan sangat mempengaruhi hasil produksi akan mengalami kecacatan jenis laps atau tidak. Hal lain pada faktor mesin yang mempengaruhi kecacatan jenis laps adalah sistem pendinginan, yaitu water descaler yang berfungsi untuk melepaskan scale pada roll. Water descaler tersebut perlu dikontrol oleh tenaga manusia, namun kenyataan di lapangan tidak ada pengontrolan yang baik pada alat ini, sehingga sistem pendinginan bekerja secara kurang optimal. pengontrolan water descaler merupakan proses yang cukup mempengaruhi hasil produksi untuk menetukan hasil produksi mengalami jenis kecacatan laps atau tidak.

 Metode

Proses penggantian roll harus mengikuti prosedur sebagaimana mestinya agar saat proses produksi berjalan, roll yang terpasang tidak mengalami gangguan-gangguan teknis. Namun kenyataan di lapangan


(15)

98

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha

sering terjadi pemasangan roll yang tidak presisi dikarenakan pemasangannya tidak sesuai dengan prosedur, sehingga hal tersebut berpotensi menghasilkan produksi mengalami kecacatan jenis laps.

 Material

Bahan baku yang masuk kedalam proses produksi akan mempengaruhi hasil dalam sebuah produksi. Pada divisi WRM masih ada bahan baku billet dengan keadaan scale yang siap masuk ke dalam proses produksi. Sehingga bila billet tersebut diproses kedalam proses produksi tetap akan menghasilkan produk dengan kecacatan jenis laps.

5. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada divisi WRM diketahui bahwa penyebab dari pada kecacatan jenis scrappy sebagai berikut:

 Mesin

Mesin yang ada pada divisi WRM sering mengalami kemacetan pada roll. Roll macet dikarenakan kurang mendapatkan pemeliharaan yang baik khusunya dalam hal lubrikasi. Lubrikasi akan sangat mempengaruhi hasil produksi akan mengalami kecacatan jenis scrappy atau tidak.Hal lain pada faktor mesin yang mempengaruhi kecacatan jenis scrappy adalah sistem pendinginan, yaitu water descaler yang berfungsi untuk melepaskan scale pada roll. Water descaler tersebut perlu dikontrol oleh tenaga manusia, namun kenyataan di lapangan tidak ada pengontrolan yang baik pada alat ini, sehingga sistem pendinginan bekerja secara kurang optimal. pengontrolan water descaler merupakan proses yang cukup mempengaruhi hasil produksi untuk menetukan hasil produksi mengalami jenis kecacatan scrappy atau tidak.


(16)

99

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha

 Metode

Proses penggantian roll harus mengikuti prosedur sebagaimana mestinya agar saat proses produksi berjalan, roll yang terpasang tidak mengalami gangguan-gangguan teknis. Namun kenyataan di lapangan sering terjadi pemasangan roll yang tidak presisi dikarenakan pemasangannya tidak sesuai dengan prosedur, sehingga hal tersebut berpotensi menghasilkan produksi mengalami kecacatan jenis scrappy.

 Material

Bahan baku yang masuk kedalam proses produksi akan mempengaruhi hasil dalam sebuah produksi. Pada divisi WRM masih ada bahan baku billet dengan keadaan scale yang siap masuk ke dalam proses produksi. Sehingga bila billet tersebut diproses kedalam proses produksi tetap akan menghasilkan produk dengan kecacatan jenis scrappy.

5.2. Saran

Saran penulis untuk mengatasi masalah kecacatan jenis kusut sebagai berikut:

Perlu adanya penggantian alat triple plate, karena alat ini sangat mempengaruhi presisi lingkaran coil. Penggantian alat triple plate perlu dilakukan secara periodik, sesuai dengan usia ekonomisnya (4 tahun). Hal ini perlu dilakukan demi memastikan bahwa faktor penyebab ini tidak terulang kembali.

 Perlu adanya penambahan satu orang pekerja yang ditugaskan untuk mengawasi para pengawas coil di bagian conveyor. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pelanggaran SOP yang dilakukan oleh para pengawas coil di bagian conveyor.


(17)

100

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha

Perlu adanya blower yang mampu menurunkan temperatur udara secara signifikan pada lokasi conveyor, demi membantu pelaksanaan SOP dengan baik dan benar oleh para pengawas coil di bagian conveyor. Dengan demikian diharapkan para pengawas dapat bekerja dengan disiplin sesuai dengan SOP yang ada.

 Sebaiknya tempat penampungan billet diberi atap pelindung, sehingga billet yang ditampung, terlindung dari hujan dan panas matahari.

Saran penulis untuk mengatasi masalah kecacatan jenis laps adalah sebagai berikut:

Perlu adanya peningkatan dalam hal maintenace, khususnya pada lubrikasi roll. Karena dengan adanya roll yang macet akan menghasilkan kecacatan jenis laps dan laps. Yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan lubrikasi roll lebih sering. Dengan dilakukannya lubrikasi lebih sering diharapkan masalah kekurangan lubrikasi pada roll tidak kembali terjadi. Pemeriksaan lubrikasi sebaiknya dilakukan tiga kali dalam satu hari.

 Perlu adanya penambahan satu orang personil pabrik yang ditugaskan untuk melakukan pengontrolan terhadap water descaler. Hal ini dilakukan agar masalah sistem pendingin dapat dapat lebih terkontrol, dan diharapkan sacle yang menempel pada bar dapat dikontrol agar tidak menghasilkan kecacatan jenis laps.

Perlu adanya pelatihan pekerja mengenai prosedur pemasangan roll yang baik dan benar. Pemasangan roll harus sesuai dengan prosedur, karena pemasangan yang salah akan menghasilkan kecacatan jenis laps. Dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan masalah roll tidak persisi tidak terulang kembali.

 Perlu adanya penambahan satu orang personil pabrik yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan terhadap billet sebelum masuk kedalam furnace. Hal ini dilakukan agar billet dengan keadaan scale


(18)

101

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha

tidak masuk kedalam proses produksi, sehingga dapat menghindari kecacatan jenis laps.

Saran penulis untuk mengatasi masalah kecacatan jenis scrappy adalah sebagai berikut:

Perlu adanya peningkatan dalam hal maintenace, khususnya pada lubrikasi roll. Karena dengan adanya roll yang macet akan menghasilkan kecacatan jenis laps dan scrappy. Yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan lubrikasi roll lebih sering. Dengan dilakukannya lubrikasi lebih sering diharapkan masalah kekurangan lubrikasi pada roll tidak kembali terjadi. Pemeriksaan lubrikasi sebaiknya dilakukan tiga kali dalam satu hari.

 Perlu adanya penambahan satu orang personil pabrik yang ditugaskan untuk melakukan pengontrolan terhadap water descaler. Hal ini dilakukan agar masalah sistem pendingin dapat dapat lebih terkontrol, dan diharapkan sacle yang menempel pada bar dapat dikontrol agar tidak menghasilkan kecacatan jenis scrappy.

Perlu adanya pelatihan pekerja mengenai prosedur pemasangan roll yang baik dan benar. Pemasangan roll harus sesuai dengan prosedur, karena pemasangan yang salah akan menghasilkan kecacatan jenis scrappy. Dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan masalah roll tidak persisi tidak terulang kembali.

 Perlu adanya penambahan satu orang personil pabrik yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan terhadap billet sebelum masuk kedalam furnace. Hal ini dilakukan agar billet dengan keadaan scale tidak masuk kedalam proses produksi, sehingga dapat menghindari kecacatan jenis scrappy.


(19)

102

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha

Saran penulis di luar yang terkait langsung dengan analisis:

 Sebaiknya perlu dibangun atap pelindung lebih banyak lagi pada tempat penampungan kawat baja. Dari hasil pengamatan penulis, masih ada beberapa kawat baja yang disimpan sudah berkarat dan tidak berkulitas baik lagi. Hal ini untuk mengantisipasi karat pada kawat baja yang disimpan terlalu lama, karena terkena hujan dan panas matahari.


(20)

103

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Sekaran, U. 2003. “Research methods for business, a skill building approach” 4th ed. John Wiley & Sons, Inc. NY.

Vincent Gaspersz. 2001. “ISO 9001 2000 and Continual Quality Improvement” Gramedia.

David L Goetsch & Stanley B. Davis. 2005. “Operations management: integrating manufacturing and services” McGraw-Hill.

William J. Stevenson. 2005. “Operations Management” McGraw-Hill.

Everett E. Adam, Ronald J. Ebert. 1992. Production and operations management” Prentice Hall.

Roberta S. Russell, Bernard W. Taylor. 2003. “Operations Management” Prentice Hall.

Mark A. Fryman. 2002. “Quality and Process Improvement” Thomson Learning, Inc.

Dale H. Besterfield. 1998. “Quality Control” Pearson Education Canada.

Jay H. Heizer, Barry Render. 2001. “Principles of operations management” Prentice Hall.

Frank M. Gryna. 2001. “Quality planning and analysis: from product development through use” McGraw-Hill.


(1)

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha sering terjadi pemasangan roll yang tidak presisi dikarenakan pemasangannya tidak sesuai dengan prosedur, sehingga hal tersebut berpotensi menghasilkan produksi mengalami kecacatan jenis laps.

 Material

Bahan baku yang masuk kedalam proses produksi akan mempengaruhi hasil dalam sebuah produksi. Pada divisi WRM masih ada bahan baku billet dengan keadaan scale yang siap masuk ke dalam proses produksi. Sehingga bila billet tersebut diproses kedalam proses produksi tetap akan menghasilkan produk dengan kecacatan jenis laps.

5. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada divisi WRM diketahui bahwa penyebab dari pada kecacatan jenis scrappy sebagai berikut:

 Mesin

Mesin yang ada pada divisi WRM sering mengalami kemacetan pada roll. Roll macet dikarenakan kurang mendapatkan pemeliharaan yang baik khusunya dalam hal lubrikasi. Lubrikasi akan sangat mempengaruhi hasil produksi akan mengalami kecacatan jenis scrappy atau tidak.Hal lain pada faktor mesin yang mempengaruhi kecacatan jenis scrappy adalah sistem pendinginan, yaitu water descaler yang berfungsi untuk melepaskan scale pada roll. Water descaler tersebut perlu dikontrol oleh tenaga manusia, namun kenyataan di lapangan tidak ada pengontrolan yang baik pada alat ini, sehingga sistem pendinginan bekerja secara kurang optimal. pengontrolan water descaler merupakan proses yang cukup mempengaruhi hasil produksi untuk menetukan hasil produksi mengalami jenis kecacatan scrappy atau tidak.


(2)

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha

 Metode

Proses penggantian roll harus mengikuti prosedur sebagaimana mestinya agar saat proses produksi berjalan, roll yang terpasang tidak mengalami gangguan-gangguan teknis. Namun kenyataan di lapangan sering terjadi pemasangan roll yang tidak presisi dikarenakan pemasangannya tidak sesuai dengan prosedur, sehingga hal tersebut berpotensi menghasilkan produksi mengalami kecacatan jenis scrappy.

 Material

Bahan baku yang masuk kedalam proses produksi akan mempengaruhi hasil dalam sebuah produksi. Pada divisi WRM masih ada bahan baku billet dengan keadaan scale yang siap masuk ke dalam proses produksi. Sehingga bila billet tersebut diproses kedalam proses produksi tetap akan menghasilkan produk dengan kecacatan jenis scrappy.

5.2. Saran

Saran penulis untuk mengatasi masalah kecacatan jenis kusut sebagai berikut:

Perlu adanya penggantian alat triple plate, karena alat ini sangat mempengaruhi presisi lingkaran coil. Penggantian alat triple plate perlu dilakukan secara periodik, sesuai dengan usia ekonomisnya (4 tahun). Hal ini perlu dilakukan demi memastikan bahwa faktor penyebab ini tidak terulang kembali.

 Perlu adanya penambahan satu orang pekerja yang ditugaskan untuk mengawasi para pengawas coil di bagian conveyor. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pelanggaran SOP yang dilakukan oleh para pengawas coil di bagian conveyor.


(3)

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha

Perlu adanya blower yang mampu menurunkan temperatur udara secara signifikan pada lokasi conveyor, demi membantu pelaksanaan SOP dengan baik dan benar oleh para pengawas coil di bagian conveyor. Dengan demikian diharapkan para pengawas dapat bekerja dengan disiplin sesuai dengan SOP yang ada.

 Sebaiknya tempat penampungan billet diberi atap pelindung, sehingga billet yang ditampung, terlindung dari hujan dan panas matahari.

Saran penulis untuk mengatasi masalah kecacatan jenis laps adalah sebagai berikut:

Perlu adanya peningkatan dalam hal maintenace, khususnya pada lubrikasi roll. Karena dengan adanya roll yang macet akan menghasilkan kecacatan jenis laps dan laps. Yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan lubrikasi roll lebih sering. Dengan dilakukannya lubrikasi lebih sering diharapkan masalah kekurangan lubrikasi pada roll tidak kembali terjadi. Pemeriksaan lubrikasi sebaiknya dilakukan tiga kali dalam satu hari.

 Perlu adanya penambahan satu orang personil pabrik yang ditugaskan untuk melakukan pengontrolan terhadap water descaler. Hal ini dilakukan agar masalah sistem pendingin dapat dapat lebih terkontrol, dan diharapkan sacle yang menempel pada bar dapat dikontrol agar tidak menghasilkan kecacatan jenis laps.

Perlu adanya pelatihan pekerja mengenai prosedur pemasangan roll yang baik dan benar. Pemasangan roll harus sesuai dengan prosedur, karena pemasangan yang salah akan menghasilkan kecacatan jenis laps. Dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan masalah roll tidak persisi tidak terulang kembali.

 Perlu adanya penambahan satu orang personil pabrik yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan terhadap billet sebelum masuk kedalam furnace. Hal ini dilakukan agar billet dengan keadaan scale


(4)

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha tidak masuk kedalam proses produksi, sehingga dapat menghindari kecacatan jenis laps.

Saran penulis untuk mengatasi masalah kecacatan jenis scrappy adalah sebagai berikut:

Perlu adanya peningkatan dalam hal maintenace, khususnya pada lubrikasi roll. Karena dengan adanya roll yang macet akan menghasilkan kecacatan jenis laps dan scrappy. Yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan lubrikasi roll lebih sering. Dengan dilakukannya lubrikasi lebih sering diharapkan masalah kekurangan lubrikasi pada roll tidak kembali terjadi. Pemeriksaan lubrikasi sebaiknya dilakukan tiga kali dalam satu hari.

 Perlu adanya penambahan satu orang personil pabrik yang ditugaskan untuk melakukan pengontrolan terhadap water descaler. Hal ini dilakukan agar masalah sistem pendingin dapat dapat lebih terkontrol, dan diharapkan sacle yang menempel pada bar dapat dikontrol agar tidak menghasilkan kecacatan jenis scrappy.

Perlu adanya pelatihan pekerja mengenai prosedur pemasangan roll yang baik dan benar. Pemasangan roll harus sesuai dengan prosedur, karena pemasangan yang salah akan menghasilkan kecacatan jenis scrappy. Dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan masalah roll tidak persisi tidak terulang kembali.

 Perlu adanya penambahan satu orang personil pabrik yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan terhadap billet sebelum masuk kedalam furnace. Hal ini dilakukan agar billet dengan keadaan scale tidak masuk kedalam proses produksi, sehingga dapat menghindari kecacatan jenis scrappy.


(5)

Kesimpulan dan Saran Universitas Kristen Maranatha Saran penulis di luar yang terkait langsung dengan analisis:

 Sebaiknya perlu dibangun atap pelindung lebih banyak lagi pada tempat penampungan kawat baja. Dari hasil pengamatan penulis, masih ada beberapa kawat baja yang disimpan sudah berkarat dan tidak berkulitas baik lagi. Hal ini untuk mengantisipasi karat pada kawat baja yang disimpan terlalu lama, karena terkena hujan dan panas matahari.


(6)

103

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Sekaran, U. 2003. “Research methods for business, a skill building approach” 4th ed. John Wiley & Sons, Inc. NY.

Vincent Gaspersz. 2001. “ISO 9001 2000 and Continual Quality Improvement” Gramedia.

David L Goetsch & Stanley B. Davis. 2005. “Operations management: integrating manufacturing and services” McGraw-Hill.

William J. Stevenson. 2005. “Operations Management” McGraw-Hill.

Everett E. Adam, Ronald J. Ebert. 1992. Production and operations management” Prentice Hall.

Roberta S. Russell, Bernard W. Taylor. 2003. “Operations Management” Prentice Hall.

Mark A. Fryman. 2002. “Quality and Process Improvement” Thomson Learning, Inc.

Dale H. Besterfield. 1998. “Quality Control” Pearson Education Canada.

Jay H. Heizer, Barry Render. 2001. “Principles of operations management” Prentice Hall.

Frank M. Gryna. 2001. “Quality planning and analysis: from product development through use” McGraw-Hill.