PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA : Quasi Eksperimen dalam mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Gunung Talang Kabupaten Solok.

(1)

Yuhelni, 2015

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN

THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

(Quasi Eksperimen dalam mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Gunung Talang Kabupaten Solok)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Ekonomi

Oleh Yuhelni

1302689

PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

(Studi Kuasi Eksperimen dalam mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Gunung Talang)

Oleh Yuhelni

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Sekolah Pascasarjana

© Yuhelni 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

Yuhelni, 2015

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA


(4)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR

SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL SISWA (QUASI EKSPERIMEN DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS X SMA NEGERI 2 GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK)

Yuhelni, NIM. 1302689, Pembimbing: Dr. Nugraha, SE, Ak, M.Si, CA Program Studi Pendidikan Ekonomi

Sekolah Pascasarjana UPI Bandung Tahun 2015 ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa metode pembelajaran problem solving dan think pair share merupakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan kemampuan awal yang berbeda, sehingga perlu diterapkan dalam proses pembelajaran.

Permasalahan dalam penelitian ini berdasarkan kenyataan yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran lebih berpusat kepada guru (teacher center) dan kurang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hingga akhirnya siswa menjadi pasif dan kurang krtitis. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan metode pemebelajaran problem solving dan think pair share dengan memperhatikan kemampuan awal siswa diduga dapat mengatasi masalah tersebut.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh metode pembelajaran problem solving dan think pair share ditinjau dari kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Gunung Talang Kabupaten Solok Tahun Ajaran 2014/2015.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi yang dilakukan terhadap siswa kelas X IPS 1 dan X IPS 2 SMA Negeri 2 Gunung Talang yang terdiri dari 30 siswa IPS 1 dan 30 siswa IPS 2 yang merupakan kelas eksperimen. Data penelitian dikumpulkan melalui tes tertulis ( kemampuan awal dan posttest), soal kemampuan awal pilihan ganda 20 soal dan posttest pilihan ganda beralasan 20 soal.

Setelah dilakukan analisis data menggunakan uji univariat hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Terdapat pengaruh metode pembelajaran problem solving dan think pair share terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, (2) Terdapat pengaruh kemampuan awal siswa terhadap kemampuan berpikir kritis, (3) Terdapat interaksi metode pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.


(5)

Yuhelni, 2015

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM SOLVING AND THINK PAIR SHARE (TPS) TEACHING METHODS TOWARDS THE STUDENTS’ CRITICAL THINKING SKILL

OBSERVED FROM THEIR PRIOR KNOWLEDGE (A QUASI EXPERIMENTAL RESEARCH IN ECONOMICS SUBJECT TO THE TENTH YEAR STUDENTS OF SMA

NEGERI 2 GUNUNG TALANG SOLOK REGENCY) Yuhelni

Advisor: Dr. H. Nugraha, SE, Akt, M.Si Economics Education Study Program Graduate Program, UPI Bandung 2015

ABSTRACT

This study was conducted considering the believe which says that problem solving and think pair share are teaching methods that are able to improve the students’ critical thinking skill with different prior knowledge. Thus, it is recommended to be implemented in the classrooms.

Problems in this study were raised based on the fact in classroom practices which shown that teaching and learning are still focus on the teacher (teacher-centered) with small portion of students contribution during the learning process. As a results, students become passive and less

critical. One of the efforts to improve the students’ critical thinking skill is by implementing problem solving and think pair share teaching method in learning process by considering the

students’ prior knowledge.

This research was conducted to examine the effects of problem solving and think pair share teaching method observed from the students’ prior knowledge implementation in Economics subject to the tenth grade students of SMA Negeri 2 Gunung Talang, Solok Regency. This research used quasi experimental research method to the students of X IPS 1 (as control class) and X IPS 2 (as experimental class) of SMA Negeri 2 Gunung Talang which consist 30 students each class. Data were collected through written test (pre-test and post-test). The pre-test items were in the form of multiple choice (20 items), while the post-test items were in the form of multiple choice with reasons (20 items).

After analyzing the data by using univariate test, it can be concluded that: (1) there was an influence of problem solving and think pair share teaching method towards the students’

critical thinking skill, (2) there was an influence of students’ prior knowledge towards the students’ critical thinking skill, (3) there was an interaction between the teaching method and the students’ prior knowledge towards the students’ critical thinking skill.


(6)

(7)

Yuhelni, 2015

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai proses manusia memperoleh ilmu pengetahuan sangat penting dalam membentuk kemampuan berfikir. Pemahaman manusia terhadap kehidupan menimbulkan berbagai pertanyaan, ide, dan makna yang terkandung didalamnya. Pembiasaan berfikir secara sistematis, logis, melatih imajinasi dan membentuk ide akan mengembangkan kemampuan manusia dalam memecahkan masalah kehidupan. Kemampuan berfikir kritis dalam pembelajaran di sekolah sebagai pendidikan formal sangat penting dikarenakan menentukan keberhasilan siswa yang pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan peserta didik secara keseluruhan, sehingga masalah yang perlu dikaji adalah rendahnya kemampuan berfikir kritis siswa.

Dewey (Johnson. E. B, 2010: 187) mengatakan bahwa „Sekolah harus mengajarkan cara berfikir yang benar pada anak-anak‟. Sizer (Johnson. E. B, 2010: 181) memandang bahwa sekolah adalah tempat untuk berlatih berpikir dan memcahkan masalah, sebagaimana dikemukan bahwa „Sekolah artinya belajar menggunakan pikiran dengan baik, berpikir kreatif menghadapi persoalan-persoalan penting, serta menanamkan kebiasaan untuk berpikir.

Pembelajaran yang tejadi di sekolah pada saat ini masih bersifat konvensional, orientasi pembelajaran yang masih mengejar nilai Ujian Nasional (UN) sehingga siswa diberikan pembelajaran instan dengan banyak mengerjakan latihan soal, kurangnya inovasi guru dalam mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan. Pemahaman tentang metode pembelajaran yang tepat untuk siswa sesuai teori pembelajaran juga masih rendah. Pelaksanaan pembelajaran masih teacher oriented atau teks book oriented dimana guru masih sangat dominan dalam pemebelajaran dan tidak terjadi improfisasi kreatifitas guru dalam mengajar. Akibat


(8)

dari pembelajaran seperti itu adalah siswa akan pasif dan kemampuan berpikir kritis dan kreatifitas siswa tidak berkembang.

Tantangan masa depan lebih menuntut pembelajaran yang lebih mengembangkan kepada kemampuan berpikir kritis, karena akhir dari sebuah pembelajaran yang didapatkan siswa di sekolah yaitu keterampilan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran di sekolah tidak hanya menekankan pada konsep saja tapi juga membangun kemampuan berpikir kritis siswa serta keterampilan memecahkan masalah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Kalau kita lihat dalam proses pembelajaran salah satunya pada pembelajaran ekonomi yang dilaksanakan para guru kita di sekolah adalah masih lebih dominan kepada aspek pengetahuan dan pemahaman konsep, belum menuntut siswa untuk aktif dan melatih siswa dalam berfikir serta menemukan sendiri konsep yang ada, siswa cenderung lebih sering menghafal konsep tanpa mengetahui bagaimana proses untuk menemukan konsep sehingga mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa dalam berfikir untuk pemecahan masalah.

Adanya tuntutan dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia yang berkualitas yang dapat menjawab berbagai masalah dan tantangan yang semakin rumit dalam kompleks melalui pembentukan karakter tentunya peserta didik dilatih untuk terus meningkatkan kemampuan intelektual dan berpikir kritis, maka dari itu perlu adanya peningkatan penugasan ilmu pengetahuan pada berbagai mata pelajaran disetiap jenjang pendidikan. Dalam bidang studi atau mata pelajaran ekonomi pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dituntut untuk mempunyai kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis yang digunakan peserta didik untuk menghadapi berbagai permasalahan yang ada.

Menurut Neti Budiwati dan Leni Permana (2010:18), kemampuan yang akan dicapai peserta didik sesuai dengan tujuan mata pelajaran ekonomi yaitu:

1. Memahami sejumlah konsep untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu rumah tangga, masyarakat, dan Negara.


(9)

Yuhelni, 2015

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ekonomi.

3. Membentuk sikap bijak, rasional, bertanggung jawab dengan memilki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen akuntansi yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan Negara. 4. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenal nilai-nilai sosial

ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional internasional.

Beberapa tujuan pemebalajaran ekonomi yang disebutkan di atas dapat dikatakan bahwa memlalui pembelajaran ekonomi diharapkan peserta didik mampu memahami konsep ekonomi dan mengembangkan sikap ingin tahu dengan cara berpikir kritis terhadap peristiwa dan permasalahan ekonomi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Karena dalam pembelajaran ekonomi sebenarnya syarat akan materi analisis, studi kasus-kasus yang terjadi dilapangan, dan berhubungan dengan kehidupan nyata.

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran ekonomi tersebut maka guru dalam pelaksanaan pembelajaran dituntut untuk menggunakan model, metode, media, dan sebagainya yang dapat menunjang peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis peserta didik. Namun kenyataannya, dalam pembelajaran ekonomi seringkali terjadi masalah yang menyebabkan tujuan pembelajaran ini kurang tercapai. Misalnya saja dalam proses belajar mengajar di kelas, peserta didik sering diarahkan pada kemampuan menghafal dan menimbun informasi tanpa melibatkan anak untuk memahami informasi yang bisa digunakannya dalam menghubungkan konsep ilmu pengetahuan yang ia dapatkan dengan kehidupan sehari-hari.

Kemampuan berfikir kritis merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa seperti diungkapkan Sudiarta (2009) berfikir kritis telah terbukti mempersiapkan siswa dalam berfikir pada berbagai disiplin ilmu karena berfikir kritis merupakan kognitif yang dilakukan siswa dengan cara membagi-bagi cara


(10)

berfikir dalam kegiatan nyata dengan memfokuskan pada membuat keputusan mengenai apa yang diyakini atau dilakukan.

Bardasarkan informasi yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan guru ekonomi SMA N 2 Gunung Talang kelas X pada hari senin pada tanggal 26 januari 2015 jam 18.20 WIB mengatakan bahwa “secara keseluruhan siswa belum mampu berpikir kritis, hanya beberapa yaitu satu atau dua orang yang berpikir kritis, ini terlihat disaat guru menyampaikan pertanyaan yang berupa kasus kepada siswa hanya beberapa siswa yang mengangkat tangan untuk mencoba menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini karena minat belajarnya masih kurang disebabkan salah satunya dari guru, dimana metode pembelajaran yang digunakan masih ceramah dan konvensional yang tidak sesuai dengan materi yang disampaikan. Dan guru ekonomi yang lain di SMA Negeri 2 Gunung Talang juga mengatakan bahwa “hanya sedikit dari keseluruhan siswa yang berpikir kritis penyebabnya adalah minat belajar siswa kurang karena motivasi yang kurang dari orang tua.

Permasalahan siswa pada mata pelajaran ekonomi terlihat juga dari nilai siswa pada saat pra penelitian, kriteria ketuntasan minimal siswa yang diterapkan di SMA Negeri 2 Gunung Talang ini adalah 75.

Tabel 1.1 Nilai UAS Siswa Ekonomi Kelas X

Kelas

Jumlah siswa yang memenuhi KKM

Jumlah siswa yang belum memenuhi KKM

Jumlah siswa

Persentase siswa yag belum memenuhi KKM

X - IS 1 9 24 33 72,72%

X - IS 2 3 27 30 90,00%

Sumber : Daftar nilai siswa pra penelitian

Dari hasil wawancara dan hasil pengamatan yang dilakukan guru ekonomi kelas X SMA N 2 Gunung Talang diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang berperan secara aktif, karena peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat materi dari guru sehingga peserta didik kurang memahami konsep secara utuh


(11)

Yuhelni, 2015

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kurangnya konsentrasi peserta didik dalam menerima materi dalam kelas karena hanya beberapa siswa yang fokus memperhatikan guru.

3. Kurangnya kekritisan peserta didik dalam menanggapi materi yang diajarkan oleh guru dilihat dari kurangnya keaktifan peseta didik dalam bertanya dan menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru.

4. Kurangnya kekrtitisan peserta didik dalam menanggapi studi kasus yang di sampaikan oleh guru.

5. Kurang terjadinya pembelajaran peserta didik yang mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari karena pembelajaran yang hanya bersifat transfer ilmu yang dilakukan guru kepada siswa

Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan metode pembelajaran problem solving yang dipadukan dengan think pair share. Metode pembelajaran problem solving diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa karena kemampuan memecahkan masalah (problem solving) merupakan bekal bagi siswa untuk menjalani proses kehidupan, dimana dalam hidup terdapat berbagai masalah yang dihadapi, dan hendaknya dimaknai secara positif. Adanya permasalahan (problem) yang diberikan akan mengajak siswa lebih aktif dalam pembelajaran, memahami isi pembelajaran, menantang kemampuan berpikir siswa untuk mengatasi masalah yang dihadapinya,menemukan solusi yang tepat (solving) atas permasalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009) yang menyatakan bahwa problem solving merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Afcariono (2008) menunjukkan bahwa problem solving mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa seperti kemampuan bertanya dan menjawab permasalahan yang akan dipecahkan. Penelitian lain yang pernah dilakukan oleh Adnyana (2009) juga menunjukkan bahwa penerapan model pemecahan masalah (problem solving) mampu menciptakan interaksi belajar siswa yang sangat


(12)

dinamis dan kerjasama antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok yang lebih baik.

Model pembelajaan yang dapat meningkatkan efektifitas dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman dan aktifitas siswa adalah model kooperatif. Sugiyanto (2009: 37) berpendapat bahwa “Pembelajaran kooperatif” (Cooperatif Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Salah satu teknik pembelajaran dalam metode kooperatif adalah Think Pair Share (TPS) merupakan metode pembelajaran yang bertujuan untuk saling memberikan informasi atau saling bertukar pikiran dengan siswa lain.

Dalam model cooperative learning ini siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan siswa dituntut untuk bekerja sama. Penerapan model pembelajaran membantu peserta didik dalam membangkitkan minat dan motivasi siswa yang selanjutnya siswa akan lebih meningkatkan aktivitas belajar yang lebih baik. Dalam proses pembelajaran, sebelum guru memberikan pelajaran selanjutnya, guru hendaknya mengetahui pengetahuan awal siswa, hal ini dilakukan agar guru mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam belajar. Menurut Muhibbin Syah (2012 :121) mengatakan bahwa “pengetahuan awal merupakan prasyarat untuk mengetahui adanya perubahan”. Sejalan dengan hal tersebut Ahmad Suyono (2012) menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara kemampuan awal siswa dengan hasil belajarnya”.

Selain dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, pada dasarnya siswa memiliki perbedaan individual. Perbedaan ini berasal dari dalam diri maupun dari luar diri siswa. Dari segi dalam diri siswa, perbedaan tersebut dapat dilihat dari kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan awal siswa dapat dibentuk oleh pengalaman yang telah ia lalui, baik dari proses pembelajaran maupun


(13)

Yuhelni, 2015

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari lingkungan siswa. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dahar, M.A (2011) yang berjudul Relationship Between The School Resource Inputs And Academic Achievement Of Student At Secondary Level In Pakistan. Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa prestasi siswa sebelumnya adalah prediktor yang paling penting dari prestasi akademik. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu aspek hasil belajar siswa, oleh karena itu, kemampuan awal diduga akan mempengaruhi keterampilan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, penulis akan melakukan penelitian mengenai “penerapan metode pembelajaran problem solving dan think pair share terhadap kemampuan berpikir kritis mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Gunung Talang Kabupaten Solok ”.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode problem solving dan metode think pair share ?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah ?

3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran problem solving dan think pair share dengan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kritis?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode problem solving dan metode think pair share.


(14)

2. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara metode problem solving dan metode think pair share dengan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kritis.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMA bagi berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi guru, memberikan informasi dan wawasan tentang metode problem solving dan think pair share sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam mata pelajaran ekonomi serta memberi kajian tentang kemampuan awal siswa.

2. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dalam proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(1)

2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ekonomi.

3. Membentuk sikap bijak, rasional, bertanggung jawab dengan memilki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen akuntansi yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan Negara. 4. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenal nilai-nilai sosial

ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional internasional.

Beberapa tujuan pemebalajaran ekonomi yang disebutkan di atas dapat dikatakan bahwa memlalui pembelajaran ekonomi diharapkan peserta didik mampu memahami konsep ekonomi dan mengembangkan sikap ingin tahu dengan cara berpikir kritis terhadap peristiwa dan permasalahan ekonomi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Karena dalam pembelajaran ekonomi sebenarnya syarat akan materi analisis, studi kasus-kasus yang terjadi dilapangan, dan berhubungan dengan kehidupan nyata.

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran ekonomi tersebut maka guru dalam pelaksanaan pembelajaran dituntut untuk menggunakan model, metode, media, dan sebagainya yang dapat menunjang peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis peserta didik. Namun kenyataannya, dalam pembelajaran ekonomi seringkali terjadi masalah yang menyebabkan tujuan pembelajaran ini kurang tercapai. Misalnya saja dalam proses belajar mengajar di kelas, peserta didik sering diarahkan pada kemampuan menghafal dan menimbun informasi tanpa melibatkan anak untuk memahami informasi yang bisa digunakannya dalam menghubungkan konsep ilmu pengetahuan yang ia dapatkan dengan kehidupan sehari-hari.

Kemampuan berfikir kritis merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa seperti diungkapkan Sudiarta (2009) berfikir kritis telah terbukti mempersiapkan siswa dalam berfikir pada berbagai disiplin ilmu karena berfikir kritis merupakan kognitif yang dilakukan siswa dengan cara membagi-bagi cara


(2)

berfikir dalam kegiatan nyata dengan memfokuskan pada membuat keputusan mengenai apa yang diyakini atau dilakukan.

Bardasarkan informasi yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan guru ekonomi SMA N 2 Gunung Talang kelas X pada hari senin pada tanggal 26

januari 2015 jam 18.20 WIB mengatakan bahwa “secara keseluruhan siswa belum

mampu berpikir kritis, hanya beberapa yaitu satu atau dua orang yang berpikir kritis, ini terlihat disaat guru menyampaikan pertanyaan yang berupa kasus kepada siswa hanya beberapa siswa yang mengangkat tangan untuk mencoba menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini karena minat belajarnya masih kurang disebabkan salah satunya dari guru, dimana metode pembelajaran yang digunakan masih ceramah dan konvensional yang tidak sesuai dengan materi yang disampaikan. Dan guru ekonomi yang lain di SMA Negeri 2 Gunung Talang juga mengatakan bahwa “hanya sedikit dari keseluruhan siswa yang berpikir kritis penyebabnya adalah minat belajar siswa kurang karena motivasi yang kurang dari orang tua.

Permasalahan siswa pada mata pelajaran ekonomi terlihat juga dari nilai siswa pada saat pra penelitian, kriteria ketuntasan minimal siswa yang diterapkan di SMA Negeri 2 Gunung Talang ini adalah 75.

Tabel 1.1 Nilai UAS Siswa Ekonomi Kelas X

Kelas

Jumlah siswa yang memenuhi KKM

Jumlah siswa yang belum memenuhi KKM

Jumlah siswa

Persentase siswa yag belum memenuhi KKM

X - IS 1 9 24 33 72,72%

X - IS 2 3 27 30 90,00%

Sumber : Daftar nilai siswa pra penelitian

Dari hasil wawancara dan hasil pengamatan yang dilakukan guru ekonomi kelas X SMA N 2 Gunung Talang diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Peserta didik kurang berperan secara aktif, karena peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat materi dari guru sehingga peserta didik kurang memahami konsep secara utuh


(3)

2. Kurangnya konsentrasi peserta didik dalam menerima materi dalam kelas karena hanya beberapa siswa yang fokus memperhatikan guru.

3. Kurangnya kekritisan peserta didik dalam menanggapi materi yang diajarkan oleh guru dilihat dari kurangnya keaktifan peseta didik dalam bertanya dan menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru.

4. Kurangnya kekrtitisan peserta didik dalam menanggapi studi kasus yang di sampaikan oleh guru.

5. Kurang terjadinya pembelajaran peserta didik yang mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari karena pembelajaran yang hanya bersifat transfer ilmu yang dilakukan guru kepada siswa

Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan metode pembelajaran problem solving yang dipadukan dengan think pair share. Metode pembelajaran problem solving diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa karena kemampuan memecahkan masalah (problem solving) merupakan bekal bagi siswa untuk menjalani proses kehidupan, dimana dalam hidup terdapat berbagai masalah yang dihadapi, dan hendaknya dimaknai secara positif. Adanya permasalahan (problem) yang diberikan akan mengajak siswa lebih aktif dalam pembelajaran, memahami isi pembelajaran, menantang kemampuan berpikir siswa untuk mengatasi masalah yang dihadapinya,menemukan solusi yang tepat (solving) atas permasalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009) yang menyatakan bahwa

problem solving merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Afcariono (2008) menunjukkan bahwa problem solving mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa seperti kemampuan bertanya dan menjawab permasalahan yang akan dipecahkan. Penelitian lain yang pernah dilakukan oleh Adnyana (2009) juga menunjukkan bahwa penerapan model pemecahan masalah


(4)

dinamis dan kerjasama antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok yang lebih baik.

Model pembelajaan yang dapat meningkatkan efektifitas dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman dan aktifitas siswa adalah model kooperatif.

Sugiyanto (2009: 37) berpendapat bahwa “Pembelajaran kooperatif” (Cooperatif

Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Salah satu teknik pembelajaran dalam metode kooperatif adalah Think Pair Share (TPS) merupakan metode pembelajaran yang bertujuan untuk saling memberikan informasi atau saling bertukar pikiran dengan siswa lain.

Dalam model cooperative learning ini siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan siswa dituntut untuk bekerja sama. Penerapan model pembelajaran membantu peserta didik dalam membangkitkan minat dan motivasi siswa yang selanjutnya siswa akan lebih meningkatkan aktivitas belajar yang lebih baik. Dalam proses pembelajaran, sebelum guru memberikan pelajaran selanjutnya, guru hendaknya mengetahui pengetahuan awal siswa, hal ini dilakukan agar guru mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam belajar. Menurut Muhibbin Syah (2012 :121) mengatakan bahwa “pengetahuan awal merupakan prasyarat untuk mengetahui adanya perubahan”. Sejalan dengan hal tersebut Ahmad Suyono (2012) menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara kemampuan awal siswa dengan

hasil belajarnya”.

Selain dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, pada dasarnya siswa memiliki perbedaan individual. Perbedaan ini berasal dari dalam diri maupun dari luar diri siswa. Dari segi dalam diri siswa, perbedaan tersebut dapat dilihat dari kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan awal siswa dapat


(5)

dari lingkungan siswa. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dahar, M.A (2011) yang berjudul Relationship Between The School Resource Inputs And Academic

Achievement Of Student At Secondary Level In Pakistan. Temuan penelitian tersebut

menunjukkan bahwa prestasi siswa sebelumnya adalah prediktor yang paling penting dari prestasi akademik. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu aspek hasil belajar siswa, oleh karena itu, kemampuan awal diduga akan mempengaruhi keterampilan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, penulis akan melakukan penelitian mengenai “penerapan metode pembelajaran problem solving dan think pair share terhadap kemampuan berpikir kritis mata pelajaran ekonomi kelas X SMA

Negeri 2 Gunung Talang Kabupaten Solok ”.

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode problem solving dan metode think pair share ?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah ?

3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran problem solving dan think

pair share dengan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kritis?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode problem solving dan metode think pair share.


(6)

2. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara metode problem solving dan metode think pair share dengan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kritis.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMA bagi berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi guru, memberikan informasi dan wawasan tentang metode problem

solving dan think pair share sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran

dalam mata pelajaran ekonomi serta memberi kajian tentang kemampuan awal siswa.

2. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dalam proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Matematis Berdasarkan Level Kognitif Siswa Di Mts Hidayatul Umam

2 14 203

Penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian tindakan kelas di Kelas IV-1 SD Dharma Karya UT

1 4 173

Pengaruh metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa

2 17 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) DIPADUKAN DENGAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 10 141

EFEK STRATEGI PEMBELAJARAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA TERHADAP Eksperimen Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Students Teams Achievement Division (STAD) Dan Think Pair Share (TPS) Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas Xi Ips Semester

0 2 18

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA (Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Mojosongo).

0 0 8

PENGARUH PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN EKONOMI.

2 9 36

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI.

0 0 50

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PICTORIAL RIDDLE DAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN ANALISIS.

0 0 23

EKSPERIMEN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X - UNS Institutional Repository

0 0 17