PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2014/2015 di SMKN 1 Cimahi.

ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA YANG DIBUTUHKAN
INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI Tahun Ajaran 2014/2015 di
SMKN 1 Cimahi
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya keluhan industri terhadap sikap
kerja lulusan maupun selama siswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
khususnya bidang Tata Artistik. Studi pendahuluan yang dilakukan melalui
wawancara dengan pihak industri berkaitan dengan rumusan kompetensi
menunjukkan rumusan kompetensi sudah relevan dengan kebutuhan industry.
Hasil wawancara dan penyebaran angket kepada siswa tingkat XIII menunjukkan
kurangnya penguasaan kompetensi. Pengamatan terhadap dokumen hasil belajar
di tingkat X, XI, XII menunjukkan sebagian siswa belum mencapai kompetensi
sesuai harapan. Hasil pengamatan peneliti pada pembelajaran yang dilakukan oleh
guru menunjukkan perlunya perbaikan dalam pemilihan model pembelajaran
sehingga diharapkan pencapaian kompetensi siswa dapat lebih baik. Model
pembelajaran yang diterapkan dalam penelitan ini adalah model pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM). Model ini dipilih dengan mempertimbangkan
karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siwa. Penelitian dilakukan di SMKN
1 Cimahi pada Mata Pelajaran Teknik Tata Artstik ini bertujuan untuk mengetahui

perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dengan model PBM yang mampu
meningkatkan pencapaian kompetensi, mengetahui pelaksanaan pembelajaran
dengan model PBM dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran model
Direct Teaching, dan mengetahui tanggapan dan respons siswa terhadap model
PBM. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuasi eksperimen dengan
desain two group time series design. Instrumen yang digunakan adalah instrumen
tes tertulis, tes kinerja, angket respons pembelajaran siswa dan lembar observasi
pembelajaran. Subjek dari penelitian ini terdiri dari dua kelas yakni kelas XI
TP4A dan XI TP4B masing-masing sebanyak 33 orang siswa. Hasil penelitian
melalui perhitungan gain skor pretest ke posttest pada aspek kognitif
menunjukkan penigkatan yang signifikan. Hasil perhitungan skor posttest pada
kompetensi aspek kognitif dan skor tes kinerja pada kompetensi aspek afektif
kelas yang menggunakan model PBM menunjukkan kenaikan secara deskriptif di
setiap seri. Hasil perhitungan skor tes kinerja pada aspek psikomotor
menunjukkan kenaikan secara deskriptif pada seri ke-1 dan 2, dan signifikan pada
seri ke-3. Perbandingan penggunaan model PBM dengan Direct Teaching tehadap
pencapaian kompetensi menunjukkan perbedaan yang signifikan pada aspek
psikomotor. Pada umumnya siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap
penggunaan model PBM. Model PBM dapat menjadi salah satu alternatif model
pembelajaran namun dengan terlebih dahulu mempertimbangkan karakteristik

mata pelajaran dan karakteristik siswa.

RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata Kunci : Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Kompetensi, Industri.
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM-BASED LEARNING
TEACHING MODEL TO ACHIEVE STUDENTS' COMPETENCIES
REQUIRED BY INDUSTRIES IN ARTISTIC SUBJECT
(An Experimental Study To Twelve Graders In SMKN 1 Cimahi)
This study was motivated by the industries' complaints about graduates'
working attitude and internship students' working attitude especially in the field of
artistic management. A preliminary study that was carried out through interview
with industries regarding the competencies showed that the competencies are
relevant with industries' needs. The results of interview and questionnaire to
students grade thirteen showed the lack of students competencies mastery. The
document study of students' learning outcomes in grade 10, 11, and 12 showed

that some students had not achieve competencies as expected. The result f
observation on learning and teaching showed that learning and teaching method
needs to be improved so that students can achieve competencies. Learning and
teaching method applied in this current study is Problem-Based learning and
teaching model. This model was chosen considering the characteristics of the
subject and the students. This study was aimed at investigating that planning and
the implementation of problem-based learning and teaching model can improve
students' competencies mastery, discovering that the implementation of the
method compared to Direct model, and describing students' responses
towards problem-based learning and teaching model. A quasi-experimental
method was used with two group time series design. The instruments used were
written test, performance test, questionnaire of students responses, and
observation sheet. The research subjects of this study were students of class XI
TP4A and XI TP4B each of which consists of 33 students. The score difference
between pretest and posttest on cognitive aspect showed the significant
improvement. The results of posttest on competencies of cognitive aspect and
score of performance test on competencies of affective aspect in experimental
group showed an increase descriptively in each seri. The result of performance
test on psychomotor aspect showed an increase descriptively in series 1 and 2,
and significant in series 3. The comparison between problem-based and direct

model towards the competencies mastery showed significant difference on
psychomotor aspect. Generally, students responded positively towards the use of
the problem-based model. This model can be an alternative but should put the
characteristics of the subject and the students in the first place.
Keywords : Problem Based Learning Model , Competence.

RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Posisi (Sekolah Menengah Kejuruan) SMK menurut Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 terdapat pada pasal 15 dan pasal
18, termasuk pada “Satuan Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai lanjutan dari
pendidikan dasar yang bertujuan mempersiapkan peserta didik terutama dalam

bidang pekerjaan tertentu”, oleh karena itu SMK dirancang untuk menyiapkan
peserta didik atau lulusan yang siap memasuki Industri dan mampu
mengembangkan sikap profesional di bidang pekerjaan.
Perkembangan persaingan global yang terjadi juga mengharuskan SMK
berkembang mengikuti perkembangan Industri sehingga SMK perlu melakukan
penyesuaian dengan mempertajam kompetensi keahlian yang sudah ada dengan
mempertimbangkan tuntutan dunia usaha dan industri atau dikenal dengan istilah
Link and Match.
SMK sering menemui masalah dalam mencapai tujuan seperti yang telah
disebutkan. Permasalahan yang dihadapi diantaranya kesenjangan kompetensi
yang dipelajari di SMK dengan yang dibutuhkan industri. Kesenjangan ini
menyebabkan lulusan pendidikan kejuruan tidak memperoleh kerja atau
menganggur. Bekal pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki tidak
cukup untuk dapat bertahan di Industri. Hambatan tidak terpenuhinya tuntutan
dunia industri terhadap lulusan pendidikan kejuruan disebut juga sebagai
missmatch of skill required by workforce. Tidak terpenuhinya tuntutan dunia
industri ini dampaknya mengakibatkan pengangguran.
Data BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa prosentase pengangguran pada
jenjang SMK menunjukkan data bahwa prosentase pengangguran pada
jenjangSMK menunjukkan posisi tertinggi yakni 17,26% pada tahun 2010 di sisi

lain, rasio SMK dan SMA menurut Renstra Kemendiknas 2010-2014 ditingkatkan
menjadi 67% SMK dan 33% SMA. Rasio peningkatan jumlah SMK yang
signifikan akan berakibat pada penambahan jumlah angkata kerja level menengah.
Persoalan dari peningkatan jumlah rasio ini jika tidak dibarengi dengan

RADEN YULIA RAMDANI, 2015
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

peningkatan kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja akan semakin besar.
Djojonegoro (Widiyati, 2013, hlm 8) berpendapat tamatan SMK yang masih
banyak menganggur dan lamanya mendapat pekerjaan diperhitungkan sebagai
indikator belum berhasilnya pendidikan di SMK.
Berkembangnya konsep kompetensi dalam pendidikan adalah untuk
menyelaraskan atau meminimalisir kesenjangan antara dunia pendidikan dengan

dunia kerja. Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk meraih pencapaian
tertentu. Kompetensi terdiri dari kemampuan kinerja terintegrasi, yang terdiri dari
seperangkat pengetahuan dan juga kognitif, interaksi, afektif, dan kapabalitias
psikomotor, perilaku dan nilai yang dibutuhkan dalam mengemban tugas,
memecahkan berbagai masalah, dalam berbagai fungsi baik dalam profesi,
organisasi maupun peran-peran lainnya. (Biemans, at all, 200, hlm. 2).
Berkaitan dengan kesenjangan kompetensi pada Paket Keahlian TP4
dengan kompetensi yang dibutuhkan industri peneliti mencoba melakukan studi
pendahuluan pada Kompetensi Keahlian Teknik Produksi dan Penyiaran Program
Pertelevisian (TP4) SMKN 1 Cimahi. Data hasil monitoring yang dilakukan guru
di tahun 2013 didapatkan dari sembilan industri mencakup Industri Televisi dan
Production House memberikan

masukan bahwa kemampuan siswa perlu

ditingkatkan tidak hanya berkaitan dengan penguasaan bidang pekerjaan atau
kemampuan teknis namun kemampuan non teknis, seperti diperlihatkan dalam
gambar berikut:

Gambar 1.1 Kemampuan yang perlu ditingkatkan berdasarkan saran dari industri (Sumber:

Dokumen Paket Keahlian TP4 SMKN 1 Cimahi)

Kajian terhadap laporan Prakerin siswa dan penilaian industri ditemukan
bahwa terdapat sejumlah kompetensi yang dilakukan siswa di industri namun

RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

belum tercakup dalam pembelajaran di sekolah yang kemudian diperkuat melalui
hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada sejumlah siswa yang telah dan
tengah melakukan Prakerin di semester 1 tahun ajaran 2013/2014 juga
mengatakan bahwa sebagian besar kompetensi memang diajarkan namun tidak
rinci dan kurang mengikuti perkembangan. Hampir serupa dengan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti kepada sejumlah siswa yang sudah bekerja,
bahwa terdapat kompetensi yang belum diberikan di sekolah sehingga baik siswa
yang melaksanakan Prakerin merasa bahwa terdapat jenis pekerjaan baru yang

berbeda dengan yang dipraktikan di sekolah.
Peneliti juga mencoba menyebarkan angket terbuka kepada lima puluh
orang siswa yang telah menyelesaikan Prakerin di tahun 2014 didapatkan
sejumlah 56 item kompetensi yang dirasakan siswa belum didapatkan selama di
sekolah namun dilakukan di Industri, khususnya Industri Televisi diantaranya
Indosiar, SCTV, Trans TV, Metro TV, dan Global TV. Berikut rincian adalah
rincian data yang berhasil peneliti olah:

Gambar 1.2 Jumlah kompetensi yang belum dipelajari berdasarkan bidang pekerjaan (Sumber:
Dokumen Paket Keahlian TP4 SMKN 1 Cimahi)

Grafik di atas menunjukkan bidang pekerjaan Artistik merupakan bidang
pekerjaan yang cukup banyak memiliki kesenjangan kompetensi selain itu,
wawancara yang dilakukan terhadap Head Wardrobe SCTV, 2013 mengatakan
bahwa kemampuan non teknis juga menjadi keluhan diantaranya siswa kurang
inisiatif hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang lebih sering berinteraksi
dengan Handphone di jam kerja, tidak banyak bertanya dan berinteraksi dengan

RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA

YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

kru. Serupa dengan yang diungkapkan section head artistik Global TV, 2013 yang
juga mengeluhkan terkait inisiatif.
Studi pendahuluan terhadap kompetensi yang dibutuhkan oleh industri
pada Mata Pelajaran Teknik Tata Artistik yang dilakukan pada bulan April sampai
dengan Mei 2014 kepada section head artistik di tiga stasiun televisi yakni SCTV,
Metro TV dan Global TV melalui kegiatan wawancara juga memperkuat temuan
bahwa kompetensi yang dibutuhkan untuk seorang pekerja artistik adalah tidak
hanya berkaitan dengan pengetahuan siswa, keterampilan melaksanakan pekerjaan
tapi juga menyangkut kepada sikap ketika melaksanakan pekerjan.
Selain data dari masukan industri dan siswa yang telah melaksanakan
Prakerin maupun alumni, terdapat data yang menunjukkan bahwa kompetensi
siswa TP4 masih belum memuaskan. Pengamatan pada uji kompetensi siswa TP4
pada bulan Februari tahun 2014, terdapat 36% siswa mendapatkan nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 75. Selama proses penilaian
berlangsung guru banyak mengeluhkan sikap kerja siswa diantaranya kedisiplinan

karena siswa terlambat datang pada saat ujian, kurang memperhatikan kebersihan
pada saat persiapan dan pasca ujian dilihat dari sampah artistik dan berkas yang
tidak dibereskan, hilangnya peralatan inventaris Paket Keahlian TP4 pada saat
persiapan artistik dilakukan. Ketepatan waktu pada tahap persiapan sangat rendah
sehingga hasilnya kurang maksimal seperti yang diungkapkan penguji eksternal
yang merupakan Produser dari Pajajaran TV PJTV, 2014 bahwa persiapan make
up terburu-buru, pemilihan kostum yang kurang sesuai dengan tema acara dan set,
minimnya properti yang berkaitan dengan tema acara.
Peneliti juga melakukan studi pendahuluan dalam bentuk studi
dokumentasi observasi dan wawancara pada Mata Pelajaran Tata Artistik SKMN
1 Cimahi. Hasil studi dokumentasi menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tahun
ajaran 2013/2014 didapatkan bahwa prosentase siwa yang mendapatkan nilai di
bawah KKM berturut-turut untuk siswa kelas XII, XI dan kelas X adalah 53%,
60% dan 47%.
Hasil observasi di kelas semester genap 2013/2014 didapatkan bahwa
sebagian besar guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan hasilnya
siswa hanya dapat berkonsentrasi di satu jam pelajaran pertama. Guru sesekali
RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

melemparkan pertanyaan, namun siswa yang menangapi kurang dari 20%. Saat
siswa mempresentasikan hasil kerja, siswa lainnya tidak terlihat antusias.
Hasil wawancara kepada guru mengenai model pembelajaran didapatkan
bahwa sebagian besar guru mengenal model pembelajaran sebatas pengetahuan.
Guru yang mengetahui model pembelajaran pun merasa tidak menguasai dan
kesulitan untuk melaksanakan model pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi
peneliti pada pelaksanaan pembelajaran, sebetulnya beberapa guru sudah
menerapkan model Direct Teaching di mana guru menyajikan informasi
pelajaran, mendemonstrasikan atau menyajikan informasi setahap demi setahap,
memberikan latihan, pengecekan tugas dan memberikan kesempatan untuk latihan
lanjutan, namun seringkali fase tersebut juga tidak sempurna dilakukan. Saat
memberikan latihan, seringkali guru tidak menyertai siswa atau tidak
dilakukannya pengecekan terhadap tugas yang diberikan. Metode yang digunakan
selama pembelajaran lebih banyak pada metode ceramah, tanya jawab, pemberian
tugas. Alasan tidak digunakannya model lain adalah karena teacher centered
dianggap lebih mudah diterapkan juga guru merasa memiliki sedikit waktu untuk
mempelajari atau merancang pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran.
Hasil studi pendahuluan baik dari hasil wawancara kepada pihak industri
maupun dilihat dari hasil belajar menujukkan bahwa kompetensi siswa masih
rendah. Rendahnya kompetensi ini sangat berkaitan dengan pembelajaran yang
dilakukan di kelas baik dalam hal perencanan pembelajaran, pelaksanan maupun
evaluasi pembelajaran. Dibutuhkan inovasi pendidikan untuk siswa dapat
mencapai kompetensi baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Salah
satu inovasi pendidikan yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan model
pembelajaran yang dapat membantu siswa mudah untuk memahami konsep,
terampil juga baik dalam sikap kerja.
Pemilihan model pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara
rumusan tujuan pembelajaran, sifat dan jenis materi pelajaran, kondisi,
karakteristik peserta didik, ketersediaan fasilitas dan alokasi waktu yang tersedia.
Peneliti mencoba melakukan studi pendahuluan berkaitan dengan faktor-faktor
tersebut. Berkaitan dengan rumusan tujuan pembelajaran peneliti mempelajari dan
RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

membuat analisis silabus bersama team teaching untuk mata pelajaran Teknik
Tata Artistik. Hasil analisis silabus pada kurikulum 2013 menunjukan bahwa
kompetensi inti pada materi pelajaran tentang setting berada pada aspek
pengetahuan hingga dimensi kognitif empat (C4 yakni analisis); aspek
keterampilan tiga (P-3 yakni menyajikan/mekanis); sedang aspek afektif tiga (A3, yakni menilai) sehingga model pembelajaran yang diterapkan harus mendukung
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada silabus. Kompetensi dasar
setting berkaitan dengan kompetensi dasar pada mata pelajaran Teknik Tata
Artistik yang dipelajari di tingkat X yakni dasar-dasar artistik dan menyiapkan
properti program televisi sehingga siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan
awal tentang materi setting.
Faktor sifat/jenis/karakteristik materi pelajaran peneliti lakukan dengan
studi pendahuluan melalui wawancara dengan pakar di bidang Tata Artistik yakni
section head artistic dari tiga industri televisi yakni SCTV, Global TV dan Metro
TV sebagai Hasil wawancara dari tiga stasiun televisi didapatkan bahwa tata
artistik pada program televisi sangat berkaitan dengan kreativitas. Asep Sujana,
pada wawancara 7 Mei 2014 mengatakan bahwa banyak melakukan eksplorasi
akan membangkitkan imajinasi kreatif sehingga pelajaran ini lebih mudah jika
siswa difasilitasi dengan banyaknya melakukan eksplorasi-eksplorasi tentunya
dengan penguasaan terlebih dahulu terahadap alat dan bahan yang akan
digunakan. Senada dengan yang diungkapkan oleh Anindya, pada wawancara 25
April 2014 mengatakan bahwa “Anak art rasa dan kreativitasnya harus bagus, trus
kita kan kita ada worshop, jadi dia harus bisa membuat sesuatu dari ga ada
menjadi ada.” Wuri, Head of Wardrobe Metro TV pada wawancara 8 Mei 2014
mengatakan dalam pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk melihat
perkembangan terbaru di bidang artistik dengan menyediakan majalah-majalah,
mendatangkan ahli untuk menjadi guru tamu sehingga siswa lebih peka dan
terbiasa menghadapi permasalahan tidak terpatok pada hafalan-hafalan teori-teori.
“Karakter anak-anak itu pinter, kutu buku, tapi ga ngeliat perkembangan dunia
luar, meskipun pinternya kayak apa itu ga bisa!”. Masukan dari industri televisi
ini, memberikan implikasi bahwa model pembelajaran yang baik untuk diterapkan
pada mata pelajaran Teknik Tata Artistik adalah model yang dapat memberikan
RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

dampak siswa untuk dapat kreatif dalam menciptakan dan menangani properti,
panggung, kostum. Siswa juga terampil dalam hal kerjasama dan komunikasi
dengan berbagai kru, memiliki inisiatif dalam memecahkan permasalahan yang
terjadi berkaitan dengan artistik pada produksi program televisi.
Materi artistik pada umumnya merupakan jenis materi pelajaran yang
menuntut kreativitas karena berkaitan dengan unsur keindahan dari sebuah
program Televisi di mana keindahan berkaitan dengan aspek visual sehingga
untuk mengasah kepekaan visual siswa perlu diberikan banyak referensi dalam
bentuk gambar maupun video. Materi artistik juga berkaitan dengan penggunaan
sejumlah alat dan bahan sehingga terdapat materi yang berkaitan dengan
ketentuan-ketentuan penggunaan alat, bahan dan keselamatan kerja. Sifat atau
karakteristik mata pelajaran artistik yang telah diungkapkan tersebut menjadi
landasan pemilihan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat
melatih kreativitas, kepekaan visual juga ketentuan prosedural.
Karakteristik siswa juga menjadi pertimbangan dalam pemilihan model
pembelajaran. Secara umum, siswa kelas XI yang menjadi subjek penelitian
merupakan siswa yang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik. Gaya belajar
visual dan kinestetik ini peneliti dapatkan dari hasil wawancara terhadap guru
pengajar dimana sebagian besar mengatakan sebagian besar siswa kelas XI
memberikan respons yang baik saat pembelajaran praktek dan saat pembelajaran
teori siswa memberikan respons yang baik ketika guru memberikan gambaran
visual dalam bentuk video, diagram, presentasi powerpoint dibandingkan ilustrasi
berupa cerita. Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada siswa, 63,6% siswa
lebih menyukai pembelajaran secara berkelompok. Sebagian besar siswa dengan
prosentase yang sama juga menyukai pembelajaran yang dikemas melalui
permainan dan melalui pengalaman dan praktek.
Karakteristik siswa juga dapat dilihat dari perbandingan antara jumlah
siswa dan siswi. Perbandingan siswa-siswi untuk kelas XI adalah 66,7% putri dan
33,3% putra. Ormrod (Irvanda, dan Karunia, 2013 hlm.11) bahwa karakteristik
siswa putri cenderung kooperatif dan baik dalam hubungan interpersonal, juga
baik dalam tugas-tugas verbal (membaca, mendengarkan, berbicara dan menulis).

RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

Dilihat dari keaktifan siswa melalui data ekstrakulikuler, 57,8 % siswa
mengikuti ekstrakulikuler sehingga siswa terlatih untuk terbiasa untuk aktif,
mudah beradaptasi dengan lingkungan dan orang lain.
Ketersediaan fasilitas belajar, SMKN 1 Cimahi memiliki ruang belajar
yang memenuhi standar sarana dan prasarana, di mana luas ruang kelas sesuai
dengan rasio jumlah siswa. Terdapatnya berbagai sarana untuk penggunaan
multimedia seperti proyektor, layar proyektor, papan tulis, speaker, kursi dan meja
yang mudah untuk diubah posisi baik untuk pembelajaran secara berkelompok.
Ruang praktek untuk tata artistik yang berkaitan dengan materi setting dapat
memanfaatkan ruang kelas, hanya meja khusus gambar tidak tersedia namun
masih dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia.
Alokasi waktu pembelajaran produktif, termasuk tata artistik memiliki
alokasi waktu jam 4x45 menit dan untuk kepentingan penelitian pihak sekolah
dan Kompetensi Keahlian TP4 sangat akomodatif untuk menyesuaian waktu
penelitian dengan waktu belajar.
Berbagai faktor yang mempengaruhi pemilihan model pembelajaran yang
telah peneliti analisa melalui studi pendahuluan, maka peneliti cenderung untuk
menerapkan model pembelajaran yang mendukung teori belajar menurut paham
konsruktivisme pada kelas eksperimen melalui model pembelajaran berbasis
masalah.
Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ini sesuai
dengan Peraturan Menteri No. 81 A Tahun 2013 lampiran IV yang berkaitan
dengan Implementasi Kurikulum 2013, khususnya kegiatan pembelajaran bahwa:
“Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian Kompetensi Dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat
terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan
berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang
perlu dikuasai peserta didik.”
Model pembelajaran PBM, Delisle (Sugianto, 2008, hlm. 90) sangat baik
untuk semua siswa, sebagi suatu strategi ideal untuk berbagi kelas yang heterogen
dimana para siswa mempunyai kemampuan yang berbeda yang dapat menyatukan
bakat-bakat siswa secara kolaboratif sebagai suatu solusi. Teknik yang digunakan
RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

berorientasi interdispliner untuk menjawab suatu masalah yang sering
memerlukan informasi secara akademis. Siwa lebih banyak mempelajari materi
pelajaran, memahami lebih bangak gagasan-gagasan dan lebih menyenangi
sekolah.
Sugianto (2008, hlm. 27) lebih lanjut menuliskan bahwa model PBM
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dalam
kehidupan sehari-hari sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis,
kreatif keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep dasar dari suatu materi pelajaran.
Tan (Sugianto, 2008, hlm. 27) secara tegas mengemukakan bahwa:
“The goals of Problem Based Learning are content learning, acquisition of
discipline-related heuristic and development of problem solving skills. Problem
Based Learning aslo includes the life wide learning goals of self directed
learning, information mining skills, collaborative and team learning and
reflective and evaluative thingking skills.”
Tujuan dari model PBM menurut Tan adalah pembelajaran yang berkaitan
dengan konten, akuisisi, disiplin dan pengembangan keterampilan pemecahan
masalah. PBM mencakup kehidupan pembelajaran mandiri, mengangkut
keterampilan penggalian informasi, pembelajarn kolaboratif juga melatih
keterampilan berfikir reflektif dan evaluatif.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan juga dilengkapi studi
literatur peneliti akan melakukan penelitian terhadap bagaimana dampak
pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap
pencapaian kompetensi yang dibutuhkan industri.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Penelitian ini berawal dari fakta yang peneliti dapatkan saat berinteraksi
dengan kru televisi dari stasiun televisi baik melalui kegiatan monitoring,
kunjungan industri, maupun studi pendahuluan juga wawancara dengan alumni
yang sudah bekerja di stasiun televisi bahwa siswa belum memenuhi kompetensi
yang diharapkan indusri. Belum tercakupnya kompetensi-kompetensi ini
mengakibatkan keluhan industri terhadap kompetensi lulusan yang telah bekerja
di stasiun televisi di beberapa stasiun televisi seperti yang telah dikemukakan di
latar belakang. Studi pendahuluan yang dilakukan di SMKN 1 Cimahi juga
RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

menunjukkan bahwa kompetensi siswa dilihat dari hasil belajar juga masih
rendah. Selanjutnya dapat diidentifikasi bahwa berbagai faktor diduga
berpengaruh terhadap kurangnya capaian kompetensi siswa yakni sebagai berikut:
a. Pembelajaran dipengaruhi beberapa faktor diantaranya faktor kurikulum.
Kurikulum harus relevan baik ke dalam maupun ke luar. Relevansi ke luar
maksudnya tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum
hendaknya relevan dengan tuntutan industri. Apa yang tertuang dalam
kurikulum hendaknya mempersiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja di
tengah masyarakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu
ada kesesuaian atau konsistensi antara tujuan, isi, proses penyampaian dan
penilaian.
b. Perencanaan pembelajaran merupakan fungsi utama yang mempengaruhi
fungsi-fungsi berikutnya. Pada saat pembuatan perencanaan pembelajaran,
guru sudah mulai memikirkan apa saja yang akan dikerjakan, alat apa saja
yang diperlukan berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi apa saja yang
akan disampaikan dan dari mana guru memperoleh semua materi dan alat
yang digunakan.
c. Pelaksanaan pembelajaran, guru berperan sebagai sutradara dalam proses
pembelajaran,

yang

mengatur

semua

kegiatan

pembelajaran.

Agar

pembelajaran efektif guru menyusun pendekatan, strategi dan metode
pembelajaran yang melibatkan siswa, kompetensi yang di bawah kriteria
disebabkan oleh keterbatasan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas.
d. Kesesuaian kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk dokumen dan proses
pembelajaran di sekolah dengan kebutuhan industri merupakan isu yang perlu
dikaji mengingat tujuan SMK adalah untuk menyiapkan siswa dalam bidang
pekerjaan sehingga kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk dokumen
perlu dikaji relevansinya dengan proses pembelajaran yang terjadi di kelas
apakah sudah memenuhi kebutuhan industri.
e. Seorang guru juga seharusnya memiliki hubungan yang baik dengan industri
mengingat apa yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi sebisa
mungkin mengikuti perkembangan teknologi ataupun perkembangan lain yang
terjadi di industri.
RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

f. Faktor sarana prasarana khususnya fasilitas praktik yang diharapkan
mendekati yang ada di industri juga berpengaruh terhadap pencapaian
kompetensi siswa. Semakin baik sarana dan prasarana yang dimiliki dan
dimaksimalkan penggunaannya, maka siswa semakin terbiasa untuk
melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan di industri.
g. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap capaian kompetensi siwa adalah
faktor dari dalam diri siswa yang berkaitan dengan kebutuhan siswa, potensi,
perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungan, juga
berkaitan dengan minat dan cita-cita siswa setelah lulus.
2. Perumusan Masalah
Identifikasi yang telah duraikan sebelumnya menjadi dasar perumusan
masalah penelitian. Berbagai faktor dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi
siswa. Peneliti membatasi masalah untuk meneliti salah satu faktor karena
keterbatasan peneliti baik menyangkut waktu, tenaga maupun materi. Penelitian
akan difokuskan pada rumusan “Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk Mencapai Kompetensi yang Dibutuhkan Industri pada
Mata Pelajaran Teknik Tata Artistik di SMKN 1 Cimahi?”
Sub rumusan masalah dituangkan dalam pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan model PBM pada mata pelajaran
Teknik Tata Artistik yang mampu meningkatkan pencapaian kompetensi
siswa?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan model PBM pada mata pelajaran
Teknik Tata Artistik yang mampu meningkatkan pencapaian kompetensi?
3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan model PBM dibandingkan
dengan pelaksanaan pembelajaran model Direct Teaching?
4. Bagaimana tanggapan dan respons siswa terhadap model Pembelajaran
Berbasis Masalah?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui

perencanaan

pembelajaran

model

PBM

yang

mampu

meningkatkan pencapaian kompetensi pada mata pelajaran Teknik Tata
Artistik.
RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12

2. Mengetahui

pelaksanaan

pembelajaran

model

PBM

yang

mampu

meningkatkan pencapaian kompetensi mata pelajaran Teknik Tata Artistik.
3. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran model PBM dibandingkan dengan
pelaksanaan pembelajaran model Direct Teaching. Mata Pelajaran Teknik Tata
Artistik.
4. Mengetahui tanggapan dan respons siswa terhadap model PBM pada mata
pelajaran Teknik Tata Artistik.
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian
1. Manfaat penelitian dari segi teori adalah memberikan sumbangan pemikiran
bahwa pencapaian kompetensi khususnya pada mata pelajaran Teknik Tata
Artistik, terkait dengan kesesuaian antara perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi yang diupayakan oleh guru yang juga berkaitan dengan penggunaan
model pembelajaran. Penelitian yang selama ini lebih banyak pada mengkaji
relevansi item kompetensi yang tercantum dalam kurikulum dengan yang
dibutuhkan di dunia industri namun belum banyak dikaitkan dengan
pembelajaran di sekolah
2. Manfaat penelitian ini dari segi kebijakan pendidikan SMK di Indonesia
menjadi strategis. Kondisi ini dilatarbelakangi dengan fakta bahwa lulusan
SMK yang terserap di industri masih rendah dan adanya kesenjangan antar
kompetensi yang diharapkan industri dengan kompetensi yang tercantum pada
dokumen kurikulum maupun pelaksanaan pembelajaran. Kajian terkait dengan
penerapan model pembelajaran dalam rangka pencapaian kompetensi siswa
sesuai dengan yang kebutuhan industri diharapkan menjadi gambaran bagi
pengambil kebijakan baik level pusat maupun sekolah dalam mengambil
kebijakan yang berkaitan dengan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan
dan meningkatkan kerjasama lembaga pendidikan dengan dunia industri.
3. Manfaat penelitian dari segi praktik yakni bahwa kompetensi yang sesuai
dengan kebutuhan industri akan dapat dicapai guru berperan secara maksimal
dalam hal perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi dan pemahaman
terhadap model-model pembelajaran. Penelitian ini diharapkan memberikan
gambaran kepada pihak sekolah tentang sejauh mana sebuah model

RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13

pembelajaran dirancang, dilaksanakan juga dievaluasi agar kompetensi siswa
dapat memenuhi kebutuhan industri.
4. Manfaat penelitian dari segi isu serta aksi sosial yang aktual yaitu hasil kajian
ini akan bermanfaat bagi pencerahan arah pengembangan pendidikan SMK di
masa depan. Persepsi industri tentang siswa yang kurang kompeten,
pembelajaran yang tidak inovatif akan sedikit demi sedikit terhapus. SMK ke
depan diharapkan menemukan arah yang tepat untuk menghasilkan lulusan
yang kompeten.
E. Struktur Organisasi Tesis
Struktur organisasi penelitian yang digunakan terdiri dari bab-bab sebagai
berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang Penelitian, Identifikasi
Masalah Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, dan Struktur Organisasi Penelitian.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
Bab ini memuat tentang Kajian Pustaka, Penelitian yang Relevan,
Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode
Penelitian, Desain Penelitian, Definisi Operasional dan Variabel Penelitian,
Prosedur dan Alur Penelitian, Instrumen Penelitian dan Analisis Uji Alat Tes.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang Deskripsi Hasil Pembelajaran, Pengolahan
Data Peningkatan Pencapaian Kompetensi Ssiwa, Pembahasan.
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Bab ini memuat tentang simpulan berdasarkan pembahasan pada laporan
tesis serta implikasi dan rekomendasi untuk perbaikan di masa yang akan datang.

RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

14

RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMKN 1 Cimahi Jalan Maharmartanegara 48
Cimahi Selatan. Sekolah ini merupakan sekolah yang memiliki 9 Kompetensi
Keahlian dan satu diantaranya yakni Kompetensi Keahlian Teknik Produksi dan
Penyiaran Program Pertelevisian sebagai Kompetensi Keahlian yang akan
menjadi pengamatan peneliti. Kompetensi Keahlian ini memiliki rombongan
belajar paralel setiap kelasnya.
Penelitian ini difokuskan pada kelas yang mendapatkan materi pelajaran
Tata Artistik yakni tingkat XI dan XII sejumlah empat kelas yang merupakan
populasi dalam penelitian ini. Tingkat XI yang berjumlah dua kelas merupakan
sampel dari penelitian. Tingkat XII yang juga mendapatkan materi Teknik Tata
Artistik digunakan untuk uji coba instrumen.
Subjek penelitian ini terdiri dari siswa tingkat XI TP4 A berjumlah 33
orang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada kurikulum 2013
Mata Pelajaran Teknik Tata Artistik yang berkaitan dengan Kompetensi Dasar
Pembuatan Setting Program Acara Televisi sebagai bagian dari kompetensi
menyiapkan unsur-unsur artistik program acara televisi.
Waktu penelitian direncanakan selama enam bulan, di lapangan
direncanakan selama empat minggu dengan tiga kali pertemuan yang masingmasing pertemuan 4 x 45 menit untuk perlakuan dan tiga kali pertemuan untuk
posttest.
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No
1
2
3
4
5
6

Kegiatan
Studi pendahuluan
Perumusan masalah
Penyusunan instrumen
Validasi instrumen
Pengumpulan data
Pengolahan
data
perumusan kesimpulan

Mei

Juni

Juli

Ags

Sept

Okt

Nov

dan

RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

61

Dalam penelitian ini, peneliti juga dibantu oleh guru

yang berperan

sebagai peer observer yang membantu peneliti melaksanakan observasi pada saat
pembelajaran berlangsung dan memberi masukan kepada peneliti sehingga
60
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar pada penerapan model PBM
dapat maksimal.
B. Metode Penelitian
Mc Millan, Schumacher (Sukmadinata, 2011, hlm. 53) membagi penelitian
ke dalam dua pendekatan yakni pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Cresswell
(Emzir, 2008, hlm. 27) membagi penelitian ke dalam tiga pendekatan yakni
pendekatan kualitatif, pendekatan kuantitatif, dan pendekatan metode gabungan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memaparkan pembelajaran pada Mata
Pelajaran Teknik Tata Artistik di SMKN 1 Cimahi dalam mencapai kompetensi
yang dibutuhkan industri, secara rinci tujuan penelitian ini adalah mendapatkan
gambaran pengaruh dari penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
mencapai kompetensi yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor pada
Mata Pelajaran Teknik Tata Artistik di SMKN 1 Cimahi. Pendekatan yang tepat
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode
eksperimen, jenis kuasi eksperimen.
Eksperimen ini menurut Sukmadinata (2011, hlm. 207) disebut sebagai
eksperimen semu berkenaan dengan adanya pengontrolan variabel. Tujuan dari
penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki data ada tidak hubungan sebab
akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan
perlakuan tertentu pada beberapa kelas eksperimen dan menyediakan kontrol
untuk perbandingan.
Penelitian eksperimen merupakan metode yang sistematis untuk menjawab
pertanyaan “Jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan
diteliti, maka apa yang terjadi?”. Peneliti memanipulasi suatu stimulus, perlakuan
atau kondisi-kondisi eksperimental, kemudian mengobservasi pengaruh atau
perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi yang dilakukan secara sengaja dan
logis. Percobaan-percobaan dilakukan untuk menguji hipotesis serta untuk
menemukan hubungan-hubungan kausal yang baru akan tetapi walaupun hipotesis
telah dapat diuji dengan metode percobaan, tetapi penerimaan atau penolakan
RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

62

hipotesis bukanlah merupakan penemuan suatu kebenaran yang mutlak.
Sukmadinata (2008, hlm. 59) berpendapat bahwa “Metode eksperimen semu pada
dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan
variabel”.
Metode penelitian kuasi eksperimen yang diterapkan peneliti tidak
menggunakan random assignment melainkan menggunakan kelompok yang sudah
ada. Peneliti berharap dengan digunakannya metode ini, pembelajaran
berlangsung secara alami sehingga memberikan kontribusi terhadap validitas
penelitian.
C. Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh
data dengan tujuan memecahkan permasalahan melalui penelitian sedangkan
desain penelitian adalah kerangka kerja atau rencana sebelum melaksanakan
penelitian, sedangkan. Suatu metode penelitian memiliki desain penelitian
tertentu. Jenis penelitian eksperimen menurut Emzir (2008, hlm. 02-105) terdiri
dari beberapa desain yakni the non equivalent control group design, the time
series design, desain berimbang dan desain Faktorial
Desain kuasi eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah time
series design dengan menggunakan dua kelompok atau disebut juga two group
time series design. Penggunakan desain ini berdasarkan pertimbangan bahwa
peneliti perlu melakukan pengukuran secara berkala terhadap suatu kelompok
untuk mengetahui apakah variabel tetap yakni penerapan model pembelajaran
memiliki pengaruh terhadap kompetensi siswa, seperti yang diungkapkan oleh
Furchan (2011, hlm. 401) bahwa desain rangkaian waktu dapat dipakai dalam
situasi sekolah guna menyelidiki pengaruh perubahan besar dalam kebijakan
administrasi terhadap kejadian yang bersifat disipliner atau suatu studi yang
memerlukan pengukuran sikap siswa berulang kali serta pengaruh yang
ditimbulkan dari pertunjukkan sebuah film dokumenter yang dirancang untuk
mengubah sikap. Penggunaan kelas kontrol dilakukan agar variabel lain diluar
yang ditentukan oleh peneliti dapat dikendalikan.
Desain rangkaian waktu dengan kelompok pengendali merupakan
pengembangan dari desain rangkaian waktu dengan satu kelompok. Desain ini
RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

63

menutup kekurangan pada desain satu kelompok yaitu ketidakberhasilannya
mengendalikan pengaruh sejarah seabgai sumber variansi luar. Adanya kelompok
pengendali ini memberikan kemungkian untuk dilakukannya perbandingan yang
diperlukan. Apabila kelas eksperimen menunjukkan adanya perubahan antar seri
tapi kelas kontrol tidak maka efek tersebut pasti disebabkan oleh perlakuan.
(Furchan, 2011, hlm. 404)
Berikut adalah gambaran desain penelitian yang akan dilakukan:
Seri
Kelompok
1
Eksperimen (E)
Kontrol (K)
Kelompok
2
Eksperimen (E)
Kontrol (K)
Kelompok
3
Eksperimen (E)
Kontrol (K)

Pretest
O1
O1
Pretest
O2
O2
Pretest
O3
Q3

Perlakuan
A1
B1
Perlakuan
A2
B2
Perlakuan
A3
B3

Posttest
O4
O4
Posttest
O5
O5
Posttest
O6
Q4

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :
O1O2O3

= Nilai Pretest sebelum perlakuan

A1 A2 A3

= Perlakuan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

B1 B2 B3

= Perlakuan menggunakan Model Direct Teaching

O4 O5 O6

= Nilai Postest setelah perlakuan kelas eksperimen

Desain time series dalam Sugiyono (2013, hlm. 115) pada kelompok
ekserimen akan menghasilkan kemungkinan hasil penelitian yang digambarkan
dalam alternatif grafik sebagai berikut:

Gambar 3.2. Berbagai kemungkinan hasil penelitian menggunakan desain time series

RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

64

Hasil penelitian yang paling baik ditunjukkan pada Grafik A, hasil pretest
menunjukkan keadaan kelompok stabil dan konsisten (O1=O2=O3=O4) setelah
diberi perlakuan keadaannya meningkat secara konsisten (O1=O2=O3=O4). Grafik
B memperlihatkan ada pengaruh perlakuan terhadap kelompok yang sedang
dieksperimen tetapi setelah itu kembali ke posisi semula. Grafik C
memperlihatkan pengaruh luar lebih berperan dari pengaruh perlakuan sehingga
grafiknya naik terus. Grafik D menunjukkan keadaan kelompok tidak menentu.
Subyek penelitian diambil dalam kelompok kelas tanpa penugasan random
karena peneliti tidak mungkin mengubah kelas yang telah ada sebelumnya.
Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol dari sejumlah kelompok yang ada. Kemudian masing-masing
kelompok diberikan pretest berupa tes esay untuk mengetahui kemampuan awal
siswa, kemudian menghitung hasil pretest masing-masing kelompok tersebut.
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, peneliti melakukan uji dua
buah rata-rata nilai pretest kedua kelompok tersebut.
Uji dua buah rata-rata nilai pretest dari kelas eksperimen dan pretest dari
kelas kontrol digunakan untuk mengetahui perbedaan dari kedua kelompok yang
akan dibandingkan sehingga kedua kelompok tersebut memang layak untuk
dijadikan sebagai kelompok penelitian. Selanjutnya diberikan perlakuan kepada
kelas eksperimen dengan model PBM sedangkan pada kelas kontrol digunakan
Model pembelajaran Direct Teaching (tidak diberikan perlakuan).
Setelah selesai perlakuan, masing-masing perlakuan,

yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol diberikan posttest berupa tes esay dan unjuk kerja
untuk mengetahui kompetensi aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dicapai
oleh siswa setelah dilakukanya perlakuan. Kemudian peneliti menghitung hasil
posttest masing-masing kelompok tersebut. Pada data hasil belajar dari posttest
dilakukan uji normalitas dan homogenitas, setelah itu dilakukan uji dua buah ratarata dari hasil posttest kedua kelompok.
D. Definisi operasional dan Variabel penelitian
a. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran

merupakan

sebuah

proses

yang

melalui

tahapan

perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi yang dilakukan guru dan siswa dengan
RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

65

memaksimalkan

potensi dari dalam maupun luar diri siswa untuk mencapai

perubahan perilaku di bidang kognitif, afektif maupun psikomotor.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
menyajikan sebuah masalah yang harus dipecahkan oleh siswa sehingga siswa
membentuk

pengetahuannya

sendiri.

Masalah

diberikan

sebelum

siswa

mendapatkan materi atau konsep yang berkaitan dengan masalah, sehingga
memicu rasa ingin tahu siswa. PBM juga melatih siswa untuk bekerja dalam tim
dan mahir memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas atau
pekerjaan yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan pengalaman yang
mencakup pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan psikomotor (perilaku).
Apsek kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat
dan kemampuan memecahkan masalah.
Aspek afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi. Seseorang
memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek manakala telah memiliki kemampuan
kognitif tingkat tinggi. Tingkatan afektif yang dimaksud dalam penelitian ini
khususnya berkaitan dengan sikap kerja.
Aspek psikomotor meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf
dan otot badan. Aspek ini berhubungan dengan bidang studi yang lebih banyak
menekankan pada gerakan-gerakan atau keterampilan. Aspek psikomotorik adalah
tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan seseorang.
c. Teknik Tata Artistik
Tata artistik berarti salah satu unsur dalam produksi program televisi yang
berkaitan dengan aturan keindahan. Tata artistik dalam televisi secara umum
terdiri dari set, properti, tata rias dan kostum.
d. Industri
Industri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri yang termasuk
industri yang bersifat menjual jasa yakni stasiun televisi yang merupakan yang
menjadi salah satu bagi lulusan siswa Kompetensi Keahlian TP4. Stasiun televisi
adalah tempat di mana gambar dan suara hasil rekaman diolah dan kemudian
RADEN YULIA RAMDANI, 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI SISWA
YANG DIBUTUHKAN INDUSTRI PADA MATA PELAJARAN TEKNIK TATA ARTISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

66

dipancarkan melalui pemancar untuk dapat diterima oleh televisi-televisi di
berbagai tempat dan jarak tertentu.
Dari definisi-definisi yang telah disebutkan, maka peneliti bermaksud untuk
menerakan model pembelajarn berbasis masalah pada mata pelajaran Tata
Artistik. Pembelajaran mencakup berbagai komponen yakni tujuan, materi/bahan
ajar, metode dan media, evaluasi, siswa dan adanya guru. Sebagai sebuah sistem,
masing-masing komponen saling berinteraksi yaitu saling berhubungan secara
aktif dan saling memengaruhi. Dari komponen-komponen tersebut, peneliti
membuat perencanaan pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan mempertimbangkan karakteristik siswa
dan mata pela

Dokumen yang terkait

JUDUL INDONESIA : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

1 8 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

0 12 51

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 10 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Pringsewu T.P. 2013/2014)

1 7 66

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI DI SMA AL KAUTSAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 16 112

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS XII SMAN 1 AMBARAWA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 10 104

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI DI MAN 1 KOTA MAGELANG TAHUN AJARAN 2015

0 6 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

0 1 10

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SOSIOLOGI BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IIS 2

0 1 9

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

1 1 14