JUDUL INDONESIA : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)
Oleh QORRI AYUNI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun ajaran 2013-2014 sebanyak 247 siswa yang terdistribusi dalam enam kelas. Dengan teknik purposive sampling, terpilih kelas VIII D dan VIII E sebagai sampel. Berdasarkan pengujian hipotesis, diketahui bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pembelajaran konvensional. Jadi, disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Kata kunci: konvensional, pembelajaran berbasis masalah, pemecahan masalah matematis
(2)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)
Oleh Qorri Ayuni
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(3)
(4)
(5)
(6)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Qorri Ayuni lahir di Jakarta pada tanggal 2 November 1992. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Dr. Hi. Sutyarso, M.Biomed. dan Ibu Dra. Hj. Siti Latifah, M.Pd., memiliki seorang kakak bernama Amrina Izzatika, serta dua orang adik bernama Sumayyah Annida dan Muhammad Assiddiq Herbowo.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 01 Pagi Tegal Parang Jakarta Selatan, kemudian melanjutkan di SD Negeri 1 Way Dadi Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2004. Pendidikan menengah pertama di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah atas di MA Negeri 1 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010.
Melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010, penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Matematika, jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis melaksana-kan Kuliah Kerja Nyata Kependidimelaksana-kan Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Rawas, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung sekaligus melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Pesisir Tengah pada tahun 2013.
(7)
Moto
“Sesungguhnya urusan
-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya
berkata kepadanya „Jadilah!‟ maka jadilah sesuatu itu.”
(Q.S. Yaasiin [36]: 82)
“
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang
tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis;
dan pada kematianmu semua orang menangis sedih,
tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.
”
(Mahatma Gandhi)
“
Sukses itu membutuhkan:
1.
Cinta: mencintai apa yang dilakukan,
2.
Mimpi: bermimpi apa yang ingin dicapai, dan
3.
Kerja keras: kesungguhan untuk mencapai mimpi.
”
(8)
P
ersembahan
Alhamdulillahirobbil ’Alamin.
Dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tiada henti, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan sayangku kepada:
Bapak dan Ibuku tercinta: Sutyarso dan Siti Latifah yang selalu memberikanku cinta, kasih sayang, motivasi, dan doa.
Terimakasih atas setiap tetes keringat dan doa yang Bapak dan Ibu lantunkan untuk kebahagiaan dan kesuksesan putrimu ini, sungguh semua yang Bapak dan
Ibu berikan tak sebanding dengan berbagai pelajaran yang berarti tentang hidup, kesabaran, ketulusan, dan keikhlasan.
Kakak dan kedua adikku tersayang: Tika, Nida, dan Asid yang selalu menyayangiku, mendoakanku, dan
menasehatiku.
Para pendidik dengan ketulusan dan kesabarannya dalam mendidik dan membimbingku.
Sahabat-sahabat seperjuangan. Almamater tercinta.
(9)
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menye-lesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku ketua jurusan PMIPA sekaligus dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing I yang telah bersedia memberikan waktunya untuk konsultasi akademik serta atas kesediaannya memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku ketua program studi pendidikan matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Widyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing, memberikan banyak ilmu, kritik, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
(10)
5. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan masukan, saran-saran, dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Bapak Muhdini, S.Pd., selaku Kepala SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang
telah memberikan ijin penelitian di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung.
8. Bapak Darmin, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam penelitian.
9. Bapak dan ibuku tercinta Sutyarso dan Siti Latifah, kakakku Amrina Izzatika, kedua adikku Sumayyah Annida dan Muhammad Assiddiq Herbowo, nenekku Umamah, serta seluruh keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan, dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.
10.Sahabat-sahabatku tercinta: Intan Permata Sari, Nurul Rohmah, Nurul Hasanah, Heni Nadziroh, dan Ayu Tria atas semangat, motivasi, doa, dan kebersamaan terindah yang telah diberikan.
11.Sahabat-sahabatku seperjuangan di Pendidikan Matematika angkatan 2010 A: Aan, Alji, Andri, Arif, Asih, Aulia, Beni, Cita, Dhea, Dian, Dilla, Ebta, Endang, Fertil, Hesti, Iga, Imas, Josua, Kismon, Lia, Novi, Novrian, Ria A.A, Rianita, Rini, Rusdi, Sulis, Tri H., Tripau, Utari, Valenti, Wira, dan Yulisa atas motivasi, persahabatan, semangat, doa, dan kebersamaanya selama ini. 12.Sahabat-sahabatku di Pendidikan Matematika angkatan 2010 B atas motivasi,
(11)
13.Kakak tingkat angkatan 2008 dan 2009 serta adik tingkat angkatan 2011, 2012, dan 2013 atas kebersamaannya.
14.Sahabat-sahabat KKN Pekon Rawas dan PPL SMAN 1 Pesisir Tengah: Naili, Fitri, Mia, Dhila, Syelly, Yunita, Noprita, Andrian, dan Dany atas semangat, kebersamaan, dan kasih sayang yang kalian berikan.
15.Bapak dan Ibu guru serta siswa-siswi SMAN 1 Pesisir Tengah dan SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung.
16.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Masalah Matematis ... 7
B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 8
C.Pembelajaran Berbasis Masalah ... 10
D.Pembelajaran Konvensional ... 14
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 15
F. Kerangka Pikir... ... 17
G.Anggapan Dasar ... 20
H.Hipotesis Penelitian... ... 20
III. METODE PENELITIAN A.Populasi dan Sampel ... 21
B. Desain Penelitian ... 22
C.Prosedur Penelitian... 22
D.Data Penelitian ... 24
E. Teknik Pengumpulan Data ... 24
F. Instrumen Penelitian... 25
1. Validitas Isi ... 25
2. Reliabilitas ... 26
G.Analisis Data dan Teknik Pengujian Hipotesis ... 27
1. Normalized Gain (N-gain) ... 27
2. Uji Normalitas ... 28
(13)
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 31 B. Pembahasan ... 35 V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 39 B. Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Distribusi Siswa dan Rata-rata Nilai Ulangan Mid Semester Ganjil Pada Setiap Kelas VIII ... 21 Tabel 3.2 Pretest-Posttest With Control Group Design ... 22 Tabel 3.3 Uji Normalitas Data Gain Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa ... 28 Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa ... 32 Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Gain Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa ... 33 Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji Mann-Whitney Data Gain Nilai Kemampuan
(15)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan siswa diharapkan dapat mengembangkan potensinya berupa kemampuan, pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 (Guza, 2008: 5), bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang berperan penting untuk mengembangkan kemampuan siswa. Berdasarkan peran tersebut, matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006: 140) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan pemahaman konsep, penalaran, pemecahan masalah, komunikasi, dan meng-hargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Salah satu dari kemampuan dalam tujuan pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah.
(16)
2 Kemampuan pemecahan masalah matematis berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa untuk diterapkan dalam pemecahan masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Erniwati (2011: 16) bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis tidak terlepas dari menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal.
Hasil survei dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011 (Mullis, et al., 2012: 462) menunjukkan bahwa persentase kemam-puan matematis siswa di Indonesia untuk pengetahuan (knowing), penerapan (applying), dan penalaran (reasoning) berturut-turut sebesar 31%, 23%, dan 17%. Data ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan kemampuan penalaran matematis siswa Indonesia masih rendah. Rendahnya pengetahuan dan kemampuan penalaran ini membuat siswa sulit dalam menyelesaikan masalah matematis.
Kondisi ini terjadi juga pada siswa kelas VIII SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang ditunjukkan dengan hasil ulangan harian semester ganjil tahun ajaran 2013-2014 pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel, yaitu hanya sekitar 43% siswa yang mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 65). Soal pada ulangan harian tersebut berupa uraian yang memuat indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, yaitu merancang masalah sehari-hari ke dalam model matematika dan menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami masalah yang diberikan dan merancang masalah tersebut ke dalam model matematika, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya.
(17)
3 Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada sekolah tersebut masih rendah.
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang masih rendah disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah model pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran matematika (pembelajaran konvensional). Berdasarkan observasi di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung umumnya guru matematika di sekolah tersebut menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Pembelajaran ini lebih banyak mengandalkan ceramah dan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat contoh soal dan penye-lesaiannya, serta mengerjakan tugas yang mirip dengan contoh soal sebelumnya. Hal ini membuat siswa cenderung menjadi pasif dan hanya meniru cara menjawab dari contoh soal yang diberikan oleh guru sehingga mereka hanya mengetahui jawaban dari permasalahannya tanpa tahu bagaimana memahami proses pemecahan masalahnya yang nantinya akan digunakan untuk belajar ber-kelanjutan.
Guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, perlu dirancang suatu model pembelajaran dengan mengaitkan materi matematika ke dalam suatu masalah. Salah satunya adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada suatu masalah yang menjadi orientasi bagi siswa untuk belajar. Peran guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Pada pembelajaran ini, kemampuan pemecahan masalah
(18)
4 matematis siswa dilatih dengan cara memberikan tugas-tugas berupa masalah yang dihubungkan dengan ide-ide dan konsep matematis sehingga siswa akan terlibat langsung dalam pemecahan masalahnya. Dengan terbiasanya siswa diberikan masalah-masalah matematis tersebut, maka siswa pun dapat memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dan tanpa disadari siswa akan menggunakan kemampuan pemecahan masalah matematisnya.
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berbasis masalah menggunakan masalah sebagai fokus dalam pembelajaran untuk melatih kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat meningkat-kan kemampuan pemecahan masalah matematisnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap ke-mampuan pemecahan masalah matematis siswa?”.
Dari rumusan masalah di atas dapat dijabarkan pertanyaan penelitian, yaitu
“Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pembelajaran konvensional?”.
(19)
5 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menge-tahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan peme-cahan masalah matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap pembelajaran matematika, utamanya tentang model pembelajaran berbasis masalah serta hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
b. Bagi guru dan calon guru matematika, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang model pembelajaran berbasis masalah dan hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
c. Bagi kepala sekolah, diharapakan dengan penelitian ini kepala sekolah memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
(20)
6 E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini antara lain:
1. Pengaruh merupakan suatu daya atau tindakan yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Dalam penelitian ini, model pembelajaran berbasis masalah dikatakan berpengaruh jika peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pembelajaran konvensional.
2. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang didasar-kan pada masalah yang menjadi orientasinya, artinya pembelajaran dimulai dengan masalah yang harus dipecahkan.
3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di dalam kelas. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pem-belajaran yang dalam menyampaikan materi guru lebih banyak mengandalkan ceramah sedangkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, serta mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
4. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam mencari solusi masalah matematis sesuai dengan kemampuan berpikir yang logis dengan menerapkan ide-ide matematika dalam memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini dilihat melalui kemampuan siswa dalam memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi.
(21)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah Matematis
Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pem-belajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk (2004: 284) “Problem is any situation in which you are trying to reach some goal and must find a means to do so”. Artinya masalah adalah situasi dimana dalam mencapai beberapa tujuan harus menemukan cara untuk menyelesaikannya. Sedangkan menurut Suherman, dkk (2003: 92) suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menye-lesaikannya.
Masalah matematis menurut Yamin dan Ansari (2012: 81) adalah sesuatu per-soalan yang siswa sendiri mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin. Dengan demikian, masalah matematis adalah suatu persoalan yang dalam menyelesaikan tidak secara langsung diketahui oleh siswa sehingga mereka membutuhkan cara atau algoritma tertentu untuk memecah-kannya.
Suatu soal atau pertanyaan akan menjadi masalah matematis jika dalam soal itu mengandung unsur tantangan dan tidak merupakan prosedur rutin yang sudah
(22)
8 diketahui oleh siswa. Masalah dalam matematika dapat disajikan dalam bentuk soal tidak rutin yang berupa soal cerita, penggambaran fenomena atau kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki. Seperti yang dikemukakan oleh Wardhani, dkk (2010: 26-27) bahwa masalah dalam matematika dapat berupa masalah pener-jemah, masalah proses, masalah penerapan, dan masalah puzzel.
Masalah matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah masalah pener-jemah dan masalah penerapan. Masalah penerpener-jemah dimaksudkan untuk memberi pengalaman kepada siswa menerjemahkan situasi kehidupan nyata ke dalam pengalaman matematis. Masalah penerapan dimaksudkan untuk memberi kesem-patan kepada siswa mengeluarkan berbagai keterampilan, proses, konsep dan fakta untuk memecahkan masalah kontekstual.
B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Widiyanti (2011: 25) adalah kecakapan dalam menemukan suatu jalan atau cara untuk menyelesaikan masalah matematis yang dihadapi dengan menggunakan hubungan-hubungan yang logis. Sedangkan menurut Siswanti (2012: 11) kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan usaha untuk menerjemahkan matematika yang meliputi kemampuan menerapkan ide-ide matematis pada konteks permasalahan dan kemampuan bekerjasama untuk menyusun dan menyelesaikan permasalahan. Jadi, kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam mencari solusi masalah matematis sesuai dengan kemampuan berpikir yang logis dengan menerapkan ide-ide matematika dalam memecahkan masalah.
(23)
9 Berdasarkan standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP, 2006: 140), pembelajaran matematika memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luas, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika, dalam membuat generaalisasi, menyusun bukti, atau men-jelaskan gagsan dan pertanyaan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta ulet dan percaya diri dalam pemecahkan matematika. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut, kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan salah satu kemampuan yang penting dan harus dimiliki oleh siswa guna menyelesaikan masalahnya.
Berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis, dalam Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 (Wardhani, 2008: 18) disebutkan bahwa indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa adalah: (a) menunjukkan pemahaman masalah, (b) mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah, (c) menyajikan masalah matematis dalam berbagai bentuk, (d) memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat, (e) mengembangkan strategi pemecahan masalah, (f) membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah, dan (g) menyelesaikan masalah yang tidak rutin.
(24)
10 Dalam penelitian ini, indikator kemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan adalah sebagai berikut.
a. Memahami masalah: siswa dapat mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari sebuah masalah.
b. Merancang model matematika: siswa dapat membuat masalah ke dalam
model matematis berupa rumus, simbol, diagram, tabel, ataupun gambar.
c. Menyelesaikan model: siswa dapat mensubtitusikan nilai yang diketahui ke dalam model matematika untuk memperoleh jawaban.
d. Menafsirkan solusi: siswa dapat menafsirkan solusi yang diperoleh dengan menyimpulkan jawabannya.
C. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dipopulerkan di McMaster University Canada pada tahun 1970-an. Menurut Amir (2009: 21), pembelajaran berbasis masalah merupakan model instruksional yang menantang siswa agar bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalahnya. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan menganalisis proses pemecahan masalah dan berfikir kritis. Sedangkan menurut Boud dan Feletti (1997: 2),
“Problem based learning is a way constructing and teaching courses using problems as the stimulus and focus for student activity”. Artinya pembelajaran berbasis masalah adalah cara untuk membangun pembelajaran dengan mengguna-kan masalah sebagai stimulus dan fokus untuk aktivitas siswa. Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang didasarkan
(25)
11 pada masalah yang menjadi orientasinya, artinya pembelajaran dimulai dengan masalah yang harus dipecahkan.
Permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran berbasis masalah tidak harus berupa permasalahan yang ada di kehidupan nyata tetapi dapat berupa simulasi permasalahan yang sengaja ditimbulkan untuk merangsang keterampilan dan kemampuan berpikir memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan yang dikemu-kakan oleh Pannen, dkk (Ernawati, 2011: 27) berikut.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata ataupun simulasi) kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu (multiple perspective).
Menurut Amir (2009: 22) karakteristik pembelajaran berbasis masalah, yaitu masalah merupakan awal dari pembelajaran, masalah umumnya menuntut prinsip dari berbagai bidang ilmu, masalah menantang siswa untuk memperoleh pembe-lajaran di ranah pembepembe-lajaran yang baru, memanfaatkan sumber belajar yang ber-variasi, serta pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Sedang-kan menurut Ernawati (2011: 28) karakteristik pembelajaran berbasis masalah, antara lain: (1) adanya suatu permasalahan yang ditimbulkan sebagai stimulus belajar, (2) adanya kerjasama dalam kelompok kecil, (3) pembelajaran berpusat pada siswa sehingga guru berperan sebagai fasilitator, dan (4) permasalahan merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Dalam pembelajaran berbasis masalah peran guru difokuskan sebagai pembim-bing dan fasilitator dengan tujuan agar siswa dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri dan berkelompok sesuai dengan apa yang siswa pikirkan (kognisi
(26)
12 mereka) selama mereka mengerjakannya. Pembelajaran berbasis masalah dalam Trianto (2010: 92) bertujuan agar siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, mengembangkan inkuiri, kemandirian, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, serta rasa percaya diri dalam memecahkan masalah.
Dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat beberapa proses yang harus dimunculkan, yaitu: keterlibatan (engagement), inkuiri dan investigasi (inquiry and investigation), kinerja (performance), dan tanya jawab (debriefing) (Hutchinson, 2002: 1). Melalui masalah yang diberikan, keterlibatan siswa sebagai pemecah masalah dapat terlihat dari peran aktif siswa dalam melakukan tanya jawab dalam diskusi kelompok untuk memperoleh pemecahan dari masalannya. Inkuiri dan investigasi yang dilakukan siswa dalam memecahkan masalah meliputi kegiatan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber kemudian mendistribusikan informasi yang diperoleh tersebut ke dalam masalah sehingga mereka dapat menemukan konsep penting dan pemecahan masalahnya.
Pembelajaran berbasis masalah (Woolfolk, 2004: 332) terdiri dari lima fase, yaitu
“Orient students to the problem, organize students for study, assist independent and group investigation, develop and present artifacts and exhibits, and analyze and evaluate the problem solving process”. Artinya mengorientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Berdasarkan pendapat di atas, langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(27)
13 1. Mengorientasi siswa pada masalah.
Siswa dibentuk ke dalam beberapa kelompok, kemudian dibagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang di dalamnya terdapat masalah kehidupan sehari-hari. Saat diberikan masalah, siswa terlibat langsung dan berperan aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Siswa membaca LKK untuk memahami masalah sehingga mereka dapat menyajikannya ke dalam model matematika.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Siswa berdiskusi untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber guna menyelesaikan masalahnya dengan menghubungkan ide-ide dan konsep-konsep yang mereka miliki sebelumnya.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Siswa menulis laporan berupa jawaban dari permasalahnya dengan menaf-sirkan solusi yang diperoleh, kemudian beberapa siswa dari perwakilan kelom-pok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Siswa menganalisis dan mengevaluasi presentasi kelompok lain dengan mem-berikan tanggapan. Kemudian siswa secara bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajarinya.
Dalam memecahkan masalah, siswa menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk memahami masalah yang diberikan. Pengetahuan mereka tersebut dihubungkan dengan ide-ide dan konsep-konsep matematis untuk merancang pemecahan masalah ke dalam model matematika sehingga siswa dapat mencari
(28)
14 solusi dari masalahnya. Dengan terbiasanya siswa diberikan masalah-masalah matematis untuk dipecahkan, maka mereka pun dapat memiliki banyak penga-laman dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Dari pengapenga-laman tersebut, siswa akan terbiasa menggunakan kemampuan berpikir memecahkan masalah yang mereka miliki sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya ke-mampuan pemecahan masalah matematis siswa.
D. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan salah satu model pembelajaran yang telah lama diterapkan guru dalam proses pembelajaran di kelas karena selain mudah digunakan, pembelajaran ini juga dapat menghemat waktu dalam penyampaian informasi. Pada pembelajaran konvensional segala aktivitas terpusat pada guru (teacher centered). Menurut Yamin (2013: 59), pembelajaran konvensional meru-pakan pembelajaran yang mengutamakan hasil yang terukur dan guru berperan aktif dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menghafal materi yang disampaikan oleh guru dan meteri pelajaran lebih didominasi tentang konsep, fakta, dan prinsip. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang dalam menyampaikan materi guru lebih banyak mengandalkan ceramah sedangkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, serta mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru.
Menurut Amir (2009: 23), pembelajaran konvensional dilaksanakan dengan cara pendidik sering menerangkan, memberikan contoh-contoh soal sekaligus langkah-langkah untuk menyelesaikan soal. Kemudian pendidik memberikan berbagai
(29)
15 variasi latihan di mana peserta didik menjawab pertanyaan serupa. Hal tersebut mengakibatkan siswa cenderung menjadi pasif karena kurangnya interaksi antar siswa sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ide dan kreativitasnya baik dalam memahami konsep maupun dalam memecahkan masalah.
Pelaksanaan pembelajaran konvensional dalam penelitian ini yaitu guru menje-laskan materi, sedangkan siswa menyimak dan mencatat. Kemudian guru mem-berikan contoh soal dan penyelesaiannya, diakhir pembelajaran siswa diberi soal latihan yang mirip dengan contoh soal sebelumnya sehingga dalam mengerjakan soal-soal tersebut siswa hanya meniru cara menjawab dari contoh soal yang diberikan oleh guru. Hal ini mengakibatkan mereka hanya mengetahui jawaban dari permasalahannya tanpa tahu bagaimana memahami proses pemecahan masa-lahnya yang nantinya akan mereka gunakan untuk belajar berkelanjutan. Pembe-lajaran seperti ini belum tentu dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian Muchlis (2007) yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Di SMP Kota Bengkulu”
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah di SMP Kota Bengkulu. Melalui teknik random sampling terpilih SMPN 11 Kota Bengkulu dengan kelas VII C, VII A, dan VII B sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa dengan pembelajaran berbasis masalah
(30)
16 lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran biasa. Selain itu, selama ber-langsungnya pembelajaran berbasis masalah 85% siswa aktif mengikuti pembelajaran.
Penelitian Muchlis (2012) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Terhadap Perkembangan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa” bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan
PMRI terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Penelitian tersebut merupakan penelitian eksperimen semu dengan sampel penelitian adalah siswa kelas II tahun pelajaran 2010/2011 SD Kartika 1.10 Padang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar dengan pendekatan PMRI lebih baik secara signifikan dari pembelajaran konvensional. Selain itu, terjadi perkembangan kemampuan pemecahan masalah ditunjukkan dengan kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin.
Penelitian Fachrurazi (2011) yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar” bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran berbasis masalah. Penelitian tersebut merupakan penelitian eksperimen semu dengan sampel penelitian adalah siswa kelas IV SD di Kecamatan Makmur Kabupaten Bireuen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang belajar matematika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang
(31)
17 memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari faktor pembelajaran dan level sekolah. Selain itu, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah sebagian besar bersikap positif terhadap pembelajaran matematika.
Penelitian Fatimah (2012) yang berjudul “Kemampuan Komunikasi Matematis
dan Pemecahan Masalah Melalui Problem Based Learning” bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah melalui Problem Based Learning (PBL). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis mahasiswa dengan menerapkan model problem based learning tidak lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa dengan menerapkan model problem based learning lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa model problem based learning lebih sesuai untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kurang tepat untuk kemampuan komunikasi matematis.
F. Kerangka Pikir
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah matematis. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam mencari solusi masalah matematis sesuai dengan kemampuan berpikir yang logis dengan menerapkan ide-ide matematika dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang berorientasi pada masalah yang harus dipecahkan. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran berbasis masalah karena model
(32)
18 pembelajaran ini terdiri dari fase mengorientasi siswa pada masalah, meng-organisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Saat diberikan masalah, siswa terlibat langsung dan berperan aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih. Selain keterlibatan, siswa juga dituntut mengembangkan kemampuan pemecahan masalah mereka dengan memahami masalah yang diberikan, menggali rasa ingin tahu, dan mengingat tentang pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Kemudian siswa dibantu guru mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang diberikan sehingga mereka dapat membuat masalahnya ke dalam model matematika. Selama proses itu, siswa berdiskusi dan mengumpulkan informasi yang sesuai dari berbagai sumber untuk mendapatkan pemecahan masalahnya.
Dalam memecahkan masalahnya, siswa menggunakan kemampuan berpikir dengan menghubungkan ide-ide yang mereka miliki dari konsep-konsep yang berkaitan untuk mendapatkan solusinya. Kemampuan berpikir mereka digunakan untuk mengembangkan dan menyelesaikan masalahnya sehingga mereka dapat menyajikan hasil karya berupa jawaban dari masalahnya dengan cara mempre-sentasikan karya tersebut kepada kelompok lain. Melalui presentasi siswa dapat melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses berpikir serta keterampilan yang mereka gunakan dalam pemecahan masalah sehingga mereka dapat menafsirkan solusinya dengan menarik kesimpulan.
(33)
19 Dengan terbiasanya siswa diberikan masalah-masalah matematis dalam pembe-lajaran berbasis masalah yang meminta mereka untuk memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusinya, maka mereka pun dapat memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Dari pengalaman tersebut, siswa akan terbiasa menggunakan kemampuan berpikir memecahkan masalah yang mereka miliki sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Pembelajaran konvensional merupakan salah satu model pembelajaran yang telah lama diterapkan guru dalam proses pembelajaran di kelas karena selain mudah digunakan, pembelajaran ini juga dapat menghemat waktu dalam penyampaian informasi. Pada pembelajaran konvensional segala aktivitas terpusat pada guru. Pembelajaran ini diawali dengan guru menyampaikan materi dengan ceramah sedangkan siswa menerima dan mendengar apa yang disampaikan oleh guru sehingga hanya terjadi komunikasi satu arah antara guru dan siswa. Selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya sedangkan siswa hanya mencatat apa yang tertulis di papan tulis sehingga mereka kurang berperan aktif dalam penyelesaian soal yang digunakan. Terakhir, guru memberikan tugas kepada siswa mirip dengan contoh soal yang sebelumnya telah dijelaskan. Hal ini membuat siswa hanya meniru cara menjawab dari contoh soal yang diberikan oleh guru sehingga mereka hanya mengetahui jawaban dari permasalahannya tanpa tahu bagaimana memahami proses pemecahan masalahnya yang nantinya akan mereka gunakan untuk belajar berkelanjutan. Pembelajaran seperti ini belum tentu dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
(34)
20 Dengan demikian, siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah akan menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, sehingga model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Setiap siswa kelas VIII semester genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa selain model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional dianggap memiliki kontribusi yang sama.
H. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Umum
Model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
2. Hipotesis Kerja
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pembelajaran konvensional.
(35)
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halim, kota Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII kecuali kelas unggulan VIII A tahun ajaran 2013-2014 semester genap sebanyak 247 siswa yang terdistribusi ke dalam enam kelas yang disajikan Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Distribusi Siswa dan Rata-Rata Nilai Ulangan Mid Semester Ganjil Pada Setiap Kelas VIII
Kelas Banyak Siswa Rata-Rata
VIII B 39 33,72 VIII C 41 41,32 VIII D 41 43,32 VIII E 42 44,48 VIII F 42 38,95 VIII G 42 42,29
Populasi 247 40,75
Sumber: Dokumen SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung
Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelas yang diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu dengan mengambil dua kelas dari lima kelas yang diajar oleh guru bidang studi matematika yang sama dan rata-rata nilai ulangan mid semester ganjil yang relatif sama. Terpilihlah kelas VIII E sebagai kelas eks-perimen yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
(36)
22 B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain yang digunakan adalah disain pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok kontrol (pretest-posttest with control group design).
Tabel 3.2 Pretest-Posttest with Control Group Design
Group Pretest Treatment Posttest
Experiment O X1 O
Control O X2 O
Sumber: (Fraenkel dan Wallen, 1993: 248) Keterangan:
X1: model pembelajaran berbasis masalah
X2: model pembelajaran konvensional
O: tes yang diberikan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa (instrumen pretest = instrumen posttest)
Pada penelitian ini, kedua kelas yang terpilih sebagai sampel diberi pretest pada awal penelitian untuk mengetahui kemampuan awal pemecahan masalah mate-matis siswa. Kemudian kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan mengguna-kan model pembelajaran berbasis masalah sedangmengguna-kan kelas kontrol menggunamengguna-kan model pembelajaran konvensional. Setelah diberi perlakuan, kedua kelas sampel diberi posttest pada akhir penelitian untuk mengetahui kemampuan akhir peme-cahan masalah matematis siswa.
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2013, yaitu melihat kondisi di lapangan seperti jumlah kelas, jumlah siswa, karakteristik siswa, masalah yang dihadapi siswa, serta cara mengajar guru matematika.
(37)
23 2. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang pokok bahasan garis singgung lingkaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran konvensional.
4. Menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang diberikan kepada masing-masing kelompok pada pembelajaran berbasis masalah.
5. Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4–5 orang siswa berdasarkan data hasil ulangan mid semester ganjil matematika yang digunakan sebagai acuan pembagian kelompok sehingga terbentuk kelompok yang heterogen.
6. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah mate-matis, kemudian membuat soal uraian yang digunakan untuk pretest dan posttest beserta penyelesaian dan aturan penskorannya.
7. Menguji validitas instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Setelah dinyatakan valid, instrumen tersebut kemudian diujicobakan tanggal 8 Februari 2014 pada siswa yang telah mempelajari materi garis singgung lingkaran, yaitu siswa kelas IX E.
8. Menganalisis instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis setelah dilakukan uji coba untuk mengetahui reliabilitas.
9. Melaksanakan pretest pada kelas kontrol tanggal 17 Februari 2014 dan kelas eksperimen tanggal 18 Februari 2014 untuk melihat data nilai awal kemam-puan pemecahan masalah matematis siswa.
(38)
24 10. Pada kelas eksperimen pembelajaran menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional (19 Februari 2014 – 18 Maret 2014).
11. Melaksanakan posttest pada kelas kontrol tanggal 19 Maret 2014 dan kelas eksperimen tanggal 21 Maret 2014 untuk melihat data nilai akhir kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
12. Mengolah dan menganalisis data hasil pretest-posttest. 13. Menyusun laporan.
D. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional yang terdiri dari: (1) data awal berupa nilai yang diperoleh melalui pretest pada awal penelitian, (2) data akhir berupa nilai yang diperoleh melalui posttest pada akhir penelitian, dan (3) data gain nilai.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes tersebut berupa tes tertulis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam bentuk uraian pada pokok bahasan garis singgung lingkaran. Tes diberikan pada awal penelitian (pretest) dan akhir penelitian (posttest) kepada kedua kelas sampel. Tes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pem-belajaran terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
(39)
25 F. Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dalam bentuk soal uraian untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pokok bahasan garis singgung lingkaran. Soal-soal dalam tes tersebut dibuat dan disesuaikan dengan indikator kemampuan pemecahan masalah mate-matis siswa yang diukur. Kemampuan pemecahan masalah matemate-matis siswa yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi.
Sebelum digunakan dalam penelitian, soal tes yang telah disusun oleh peneliti terlebih dahulu diuji coba. Uji coba dilakukan pada siswa kelas IX SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang telah mempelajari materi garis singgung ling-karan. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal.
1. Validitas
Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi dari tes kemampuan pemecahan masalah matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan pemecahan masalah matematis dengan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis terkait materi pembelajaran yang telah ditentukan, apakah indikator kemampuan pemecahan masalah matematis sudah terwakili secara nyata dalam tes tersebut atau belum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung.
(40)
26
Tes dikategorikan valid jika butir-butir tesnya telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra.
Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar cek lis oleh guru. Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data telah me-menuhi validitas isi (Lampiran B.4). Setelah semua butir soal dinyatakan valid maka selanjutnya soal tes tersebut diujicobakan pada siswa kelas diluar sampel yang telah mempelajari materi garis singgung lingkaran, yaitu kelas IX E. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dengan menggunakan bantuan Software Microsoft Excel untuk mengetahui reliabilitas tes.
2. Reliabilitas
Perhitungan reliabilitas instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dicari dengan menggunakan rumus Alpha (Sudijono, 2008: 208) sebagai berikut.
2
11 1 2
1 i t n r n Keterangan: 11
r
: koefisien reliabilitas instrumen tes k : banyaknya butir item2
i : jumlah varians dari tiap-tiap butir item 2
t : varians total.
Sudijono (2008: 209) berpendapat bahwa suatu tes memiliki reliabilitas tinggi (reliabel) apabila koefisien reliabilitas tesnya sama dengan atau lebih besar dari-pada 0,70. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa
(41)
27 koefisien reliabilitas tes adalah 0,73 (Lampiran C.1). Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes memiliki reliabilitas yang tinggi.
Berdasarkan hasil analisis validitas dan reliabilitas instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh bahwa semua soal dinyatakan valid yang artinya semua soal telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator ke-mampuan yang diukur. Selain itu, soal yang digunakan dalam penelitian ini memiliki reliabilitas yang tinggi sehingga instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
G. Analisis Data dan Teknik Pengujian Hipotesis
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diperoleh dari pretest dan posttest. Data yang diperoleh dari pretest dan posttest tersebut diterjemahkan dalam normalized gain kemudian dianalisis untuk mengetahui pengaruh model pem-belajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Analisis data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap normalized gain dari kedua kelas dengan bantuan Software Microsoft Excel. Adapun analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
1. Normalized Gain (N-gain)
Normalized gain dihitung setelah diperoleh hasil pretest dan posttest dari kedua kelas. Rumus normalized gain (N-gain) (Hake, 1999: 1) adalah sebagai berikut.
N-gain = –
(42)
28 2. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah sampel data gain nilai berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kuadrat. Rumusan hipotesis untuk uji Chi-Kuadrat (Sudjana, 2005: 273) adalah sebagai berikut.
H0 : sampel data gain nilai berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : sampel data gain nilai berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Statistik uji Chi-Kuadrat dihitung dengan rumus:
2 2 1 k i i hitung i i O E x E dengan:
x2 = harga Chi-Kuadrat i
O = frekuensi pengamatan i
E = frekuensi yang diharapkan k = banyaknya kelas interval
Dengan taraf signifikan , terima H0 jika
2 2
(1 )(k 3)
x x dan tolak H0
jika x2 x2(1 )(k 3).
Uji normalitas data gain nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dilakukan menggunakan uji Chi-Kuadrat. Adapun rekapitulasi perhitungannya disajikan pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Uji Normalitas Data Gain Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Kelas Keputusan Uji
Pembelajaran Berbasis Masalah 15,0874
9,49
H0 ditolak
(43)
29 Berdasarkan Tabel 3.3, diketahui bahwa data gain nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional memiliki pada taraf signifikansi = 5%, yang berarti H0 ditolak. Dengan demikian, data gain nilai kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa pada kedua kelas tersebut berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran C.5 dan C.6.
3. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas data, analisis berikutnya adalah menguji hipotesis. Berdasarkan hasil uji prasyarat, data gain nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka untuk menjawab pertanyaan penelitian digunakan uji Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney (Djarwanto, 1996: 226-228) dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
a. Hipotesis
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah tidak berbeda secara signifikan dengan pembelajaran konvensional.
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pembe-lajaran konvensional.
(44)
30 c. Menjumlahkan peringkat masing-masing sampel.
d. Menghitung statistik U
U = 1 1 1
2 1 2 ) 1 ( R n n n n
U = 2 2
1 2 2
( 1) 2 n n
n n R
Keterangan:
n1 = banyaknya siswa dari kelas pembelajaran berbasis masalah.
n2 = banyaknya siswa dari kelas pembelajaran konvensional.
R1 = jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlah n1. R2 = jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlah n2.
Karena n > 20, maka uji Mann-Whitney dilakukan berdasarkan pendekatan kurva normal.
-Mean (μU) =
Standar Deviasi (σU) =
e. Kriteria Uji
(45)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, dikemukakan saran-saran sebagai berikut. 1. Guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, guru
dapat menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif pembelajaran di kelas.
2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis masalah disarankan menggunakan waktu yang lebih lama sehingga dalam pelaksanaan pembelajarannya siswa mampu beradaptasi dengan baik dan data hasil belajar benar-benar optimal.
(46)
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem-Based Learning. Jakarta: Kencana.
Boud, David and Feletti, Grahame I. 1997. The Challenge of Problem-Based Learning 2nd Edition. London: Kogan Page.
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: BSNP. [Online]. Tersedia: http://matematika.upi.edu/wp-content/uploads/2013/02/Buku-Standar-Isi-SMP.pdf. [November 2013].
Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Yogyakarta: Liberty.
Ernawati, Dwi. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Skripsi FKIP UNS. [Online]. Tersedia: http://eprints.uns.ac.id/8981/1/205311111 201108461.pdf. [Januari 2014].
Erniwati. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Depok dengan Menggunakan LKS Berbasis PMR Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pokok Bahasan Panjang Garis Singgung Lingkaran. Skripsi FMIPA UNY. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/1732. [November 2013].
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edisi Khusus, nomor 1, halaman 76-89. [Online]. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf. [Maret 2014].
Fatimah, Fatia. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis dan Pemecahan Masalah Melalui Problem-Based Learning. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, volum 16, nomor 1, halaman 40-50. [Online]. Tersedia: http://download.portalgaruda.org/download_verification.php?val=448&art icle=52269&title=. [Februari 2014].
(47)
Fraenkel, Jack and Wallen, Norman E. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education. Singapura: McGraw-Hill.
Guza, Afnil. 2008. Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Asa Mandiri.
Hake, R. R. 1999. Analyzing Change/Gain Score. [Online]. Tersedia: http://www. physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [November 2013]. Hutchinson, Patricia. 2002. Children Designing and Engieering: Contextual
Learning Units in Primary Design and Tecnology. Journal of Industrial Teacher Education, volum 39, nomor 3. [Online]. Tersedia: http:// scholar.lib.vt.edu/ejournals/JITE/v39n3/hutchinson.html. [Februari 2014]. Muchlis, Effie Efrida. 2007. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Di SMP Kota Bengkulu. Jurnal Exacta, volum 5, nomor 2, halaman 95-99. [Online]. Tersedia: http://jurnalexacta. files.wordpress.com/2012/07/c-exacta-v-2-effie-em.pdf. [April 2014]. . 2012. Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) Terhadap Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa. Jurnal Exacta, volum 10, nomor 2, halaman 136-139. [Online]. Tersedia: http://ebookbrowsee.net/08-effie-efrida-mukhlis-pdf-d546737217. [Maret 2014].
Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Foy, Pierre, and Arora, Alka. 2012. Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2011 International Result in Mathematics. Boston: TIMSS and PIRLS International Study Center.
Siswanti, Rini. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pecahan, Perbandingan, dan Skala dengan Pendekatan Problem-Based Learning pada Siswa Kelas VI SD Mandungan Piyungan Kabupaten Bantul Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi FIP UNY. [Online]. Tersedia: http://eprints. uny.ac.id/id/eprint/7827. [Desember 2013].
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman, E., Turmudi, Suryadi, D., Herman, T., Suhendra, Prabawanto, S., Nurjanah, dan Rohayati, A. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Common Textbook.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
(48)
Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs Untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/fasi litasi/cek2.php?link=13-SI-SKLSMP-Optimalisasi-Tujuan-wardhani.pdf. [Desember 2013].
Wardhani, S., Guntoro, S. T., Sasongko, H. W., dan Wiworo. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/file/ PRODUK/MODUL%20BERMUTU/Tahun%202010/SMP/2_Pembelajara n_Kemampuan_Pemecahan_Masalah_Matematika_di_SMP.pdf. [Januari 2014].
Widiyanti, Teti. 2011. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. [Online]. Tersedia: http://repository. uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/ 123456789/5755/1/TETI%20WIDIYANTI-FITK. [Desember 2013]. Woolfolk, Anita. 2004. Educational Psychology Ninth Edition. Boston: Pearson
Education.
Yamin, M. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press Group.
Yamin, M. dan Ansari, B. I. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press Group.
(1)
29 Berdasarkan Tabel 3.3, diketahui bahwa data gain nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional memiliki pada taraf signifikansi = 5%, yang berarti H0 ditolak. Dengan demikian, data gain nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kedua kelas tersebut berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran C.5 dan C.6.
3. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas data, analisis berikutnya adalah menguji hipotesis. Berdasarkan hasil uji prasyarat, data gain nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka untuk menjawab pertanyaan penelitian digunakan uji Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney (Djarwanto, 1996: 226-228) dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
a. Hipotesis
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah tidak berbeda secara signifikan dengan pembelajaran konvensional.
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pembe-lajaran konvensional.
(2)
30 c. Menjumlahkan peringkat masing-masing sampel.
d. Menghitung statistik U
U = 1 1 1
2 1
2 ) 1 (
R n
n n n
U = 2 2
1 2 2
( 1) 2 n n
n n R
Keterangan:
n1 = banyaknya siswa dari kelas pembelajaran berbasis masalah. n2 = banyaknya siswa dari kelas pembelajaran konvensional.
R1 = jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlah n1. R2 = jumlah peringkat yang diberikan pada sampel dengan jumlah n2.
Karena n > 20, maka uji Mann-Whitney dilakukan berdasarkan pendekatan kurva normal.
-Mean (μU) =
Standar Deviasi (σU) =
e. Kriteria Uji
(3)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, dikemukakan saran-saran sebagai berikut. 1. Guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, guru
dapat menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif pembelajaran di kelas.
2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis masalah disarankan menggunakan waktu yang lebih lama sehingga dalam pelaksanaan pembelajarannya siswa mampu beradaptasi dengan baik dan data hasil belajar benar-benar optimal.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem-Based Learning. Jakarta: Kencana.
Boud, David and Feletti, Grahame I. 1997. The Challenge of Problem-Based Learning 2nd Edition. London: Kogan Page.
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: BSNP. [Online]. Tersedia: http://matematika.upi.edu/wp-content/uploads/2013/02/Buku-Standar-Isi-SMP.pdf. [November 2013].
Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Yogyakarta: Liberty.
Ernawati, Dwi. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Model Pembelajaran Konvensional Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Skripsi FKIP UNS. [Online]. Tersedia: http://eprints.uns.ac.id/8981/1/205311111 201108461.pdf. [Januari 2014].
Erniwati. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Depok dengan Menggunakan LKS Berbasis PMR Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pokok Bahasan Panjang Garis Singgung Lingkaran. Skripsi FMIPA UNY. [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/1732. [November 2013].
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edisi Khusus, nomor 1, halaman 76-89. [Online]. Tersedia: http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf. [Maret 2014].
Fatimah, Fatia. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis dan Pemecahan Masalah Melalui Problem-Based Learning. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, volum 16, nomor 1, halaman 40-50. [Online]. Tersedia: http://download.portalgaruda.org/download_verification.php?val=448&art icle=52269&title=. [Februari 2014].
(5)
Fraenkel, Jack and Wallen, Norman E. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education. Singapura: McGraw-Hill.
Guza, Afnil. 2008. Undang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Asa Mandiri.
Hake, R. R. 1999. Analyzing Change/Gain Score. [Online]. Tersedia: http://www. physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf. [November 2013]. Hutchinson, Patricia. 2002. Children Designing and Engieering: Contextual
Learning Units in Primary Design and Tecnology. Journal of Industrial Teacher Education, volum 39, nomor 3. [Online]. Tersedia: http:// scholar.lib.vt.edu/ejournals/JITE/v39n3/hutchinson.html. [Februari 2014]. Muchlis, Effie Efrida. 2007. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Di SMP Kota Bengkulu. Jurnal Exacta, volum 5, nomor 2, halaman 95-99. [Online]. Tersedia: http://jurnalexacta. files.wordpress.com/2012/07/c-exacta-v-2-effie-em.pdf. [April 2014]. . 2012. Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) Terhadap Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa. Jurnal Exacta, volum 10, nomor 2, halaman 136-139. [Online]. Tersedia: http://ebookbrowsee.net/08-effie-efrida-mukhlis-pdf-d546737217. [Maret 2014].
Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Foy, Pierre, and Arora, Alka. 2012. Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2011 International Result in Mathematics. Boston: TIMSS and PIRLS International Study Center.
Siswanti, Rini. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Pecahan, Perbandingan, dan Skala dengan Pendekatan Problem-Based Learning pada Siswa Kelas VI SD Mandungan Piyungan Kabupaten Bantul Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi FIP UNY. [Online]. Tersedia: http://eprints. uny.ac.id/id/eprint/7827. [Desember 2013].
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Suherman, E., Turmudi, Suryadi, D., Herman, T., Suhendra, Prabawanto, S., Nurjanah, dan Rohayati, A. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Common Textbook.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
(6)
Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs Untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/fasi litasi/cek2.php?link=13-SI-SKLSMP-Optimalisasi-Tujuan-wardhani.pdf. [Desember 2013].
Wardhani, S., Guntoro, S. T., Sasongko, H. W., dan Wiworo. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/file/ PRODUK/MODUL%20BERMUTU/Tahun%202010/SMP/2_Pembelajara n_Kemampuan_Pemecahan_Masalah_Matematika_di_SMP.pdf. [Januari 2014].
Widiyanti, Teti. 2011. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. [Online]. Tersedia: http://repository. uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/ 123456789/5755/1/TETI%20WIDIYANTI-FITK. [Desember 2013]. Woolfolk, Anita. 2004. Educational Psychology Ninth Edition. Boston: Pearson
Education.
Yamin, M. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press Group.
Yamin, M. dan Ansari, B. I. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press Group.