PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3
Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

(Skripsi)

Oleh
QORRI AYUNI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3

Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)
Oleh
QORRI AYUNI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP AlAzhar 3 Bandar Lampung tahun ajaran 2013-2014 sebanyak 247 siswa yang
terdistribusi dalam enam kelas. Dengan teknik purposive sampling, terpilih kelas
VIII D dan VIII E sebagai sampel. Berdasarkan pengujian hipotesis, diketahui
bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pembelajaran konvensional. Jadi,
disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Kata kunci: konvensional, pembelajaran berbasis masalah, pemecahan masalah
matematis

PENGARUH MODEL PEMBELAIARAN BERBASIS MASALAH
TERHADAP KEMAUPUAf{ PEMECAHAI{ MASALAH
IdATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa KelasllIII Semester Genap SD,IP Al'Azhar 3

Bandar lampung Tahun Aiaran 2013'2014)

Oleh

Qoni 4gutti
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Prograqn Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan llmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR I.AMPUNG

2014
!'


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Qorri Ayuni lahir di Jakarta pada tanggal 2 November 1992.
Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Dr. Hi.
Sutyarso, M.Biomed. dan Ibu Dra. Hj. Siti Latifah, M.Pd., memiliki seorang
kakak bernama Amrina Izzatika, serta dua orang adik bernama Sumayyah Annida
dan Muhammad Assiddiq Herbowo.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 01 Pagi Tegal Parang Jakarta
Selatan, kemudian melanjutkan di SD Negeri 1 Way Dadi Bandar Lampung dan
lulus pada tahun 2004. Pendidikan menengah pertama di MTs Negeri 2 Bandar
Lampung dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan menengah atas di MA Negeri 1
Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010.

Melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada
tahun 2010, penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa program
studi Pendidikan Matematika, jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Rawas,
Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung sekaligus
melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Pesisir

Tengah pada tahun 2013.

Moto
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya
berkata kepadanya „Jadilah!‟ maka jadilah sesuatu itu.”
(Q.S. Yaasiin [36]: 82)

“Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang
tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis;
dan pada kematianmu semua orang menangis sedih,
tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.”
(Mahatma Gandhi)

“Sukses itu membutuhkan:
1. Cinta: mencintai apa yang dilakukan,
2. Mimpi: bermimpi apa yang ingin dicapai, dan
3. Kerja keras: kesungguhan untuk mencapai mimpi.”
(Qorri Ayuni)

Persembahan

Alhamdulillahirobbil ’Alamin.
Dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tiada henti, kupersembahkan
karya kecil ini sebagai tanda cinta dan sayangku kepada:
Bapak dan Ibuku tercinta: Sutyarso dan Siti Latifah yang selalu memberikanku
cinta, kasih sayang, motivasi, dan doa.
Terimakasih atas setiap tetes keringat dan doa yang Bapak dan Ibu lantunkan
untuk kebahagiaan dan kesuksesan putrimu ini, sungguh semua yang Bapak dan
Ibu berikan tak sebanding dengan berbagai pelajaran yang berarti tentang hidup,
kesabaran, ketulusan, dan keikhlasan.
Kakak dan kedua adikku tersayang: Tika, Nida, dan Asid
yang selalu menyayangiku, mendoakanku, dan
menasehatiku.
Para pendidik dengan ketulusan dan kesabarannya dalam mendidik dan
membimbingku.
Sahabat-sahabat seperjuangan.
Almamater tercinta.

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2013-2014)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku ketua jurusan PMIPA sekaligus dosen
pembimbing akademik dan dosen pembimbing I yang telah bersedia
memberikan waktunya untuk konsultasi akademik serta atas kesediaannya
memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama
penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku ketua program studi pendidikan
matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Widyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
memberikan waktunya untuk membimbing, memberikan banyak ilmu, kritik,
dan saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.


5. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
masukan, saran-saran, dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Bapak Muhdini, S.Pd., selaku Kepala SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang
telah memberikan ijin penelitian di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung.
8. Bapak Darmin, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam
penelitian.
9. Bapak dan ibuku tercinta Sutyarso dan Siti Latifah, kakakku Amrina Izzatika,
kedua adikku Sumayyah Annida dan Muhammad Assiddiq Herbowo, nenekku
Umamah, serta seluruh keluarga besarku yang selalu menyayangi,
mendoakan, dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.
10. Sahabat-sahabatku tercinta: Intan Permata Sari, Nurul Rohmah, Nurul
Hasanah, Heni Nadziroh, dan Ayu Tria atas semangat, motivasi, doa, dan
kebersamaan terindah yang telah diberikan.
11. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Pendidikan Matematika angkatan 2010 A:
Aan, Alji, Andri, Arif, Asih, Aulia, Beni, Cita, Dhea, Dian, Dilla, Ebta,
Endang, Fertil, Hesti, Iga, Imas, Josua, Kismon, Lia, Novi, Novrian, Ria A.A,

Rianita, Rini, Rusdi, Sulis, Tri H., Tripau, Utari, Valenti, Wira, dan Yulisa
atas motivasi, persahabatan, semangat, doa, dan kebersamaanya selama ini.
12. Sahabat-sahabatku di Pendidikan Matematika angkatan 2010 B atas motivasi,
persahabatan, dan kebersamaanya selama ini.

13. Kakak tingkat angkatan 2008 dan 2009 serta adik tingkat angkatan 2011,
2012, dan 2013 atas kebersamaannya.
14. Sahabat-sahabat KKN Pekon Rawas dan PPL SMAN 1 Pesisir Tengah: Naili,
Fitri, Mia, Dhila, Syelly, Yunita, Noprita, Andrian, dan Dany atas semangat,
kebersamaan, dan kasih sayang yang kalian berikan.
15. Bapak dan Ibu guru serta siswa-siswi SMAN 1 Pesisir Tengah dan SMP AlAzhar 3 Bandar Lampung.
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala
di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung,
Penulis,

Qorri Ayuni


Agustus 2014

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
I.

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang Masalah.........................................................................
Rumusan Masalah ..................................................................................
Tujuan Penelitian....................................................................................

Manfaat Penelitian .................................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................

1
4
5
5
6

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah Matematis .................................................................................
B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis .........................................
C. Pembelajaran Berbasis Masalah ..............................................................
D. Pembelajaran Konvensional ....................................................................
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................................
F. Kerangka Pikir.................................................................. ......................
G. Anggapan Dasar ......................................................................................
H. Hipotesis Penelitian.................................................................................

7

8
10
14
15
17
20
20

III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ...............................................................................
B. Desain Penelitian .....................................................................................
C. Prosedur Penelitian..................................................................................
D. Data Penelitian ........................................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................
F. Instrumen Penelitian................................................................................
1. Validitas Isi .........................................................................................
2. Reliabilitas ..........................................................................................
G. Analisis Data dan Teknik Pengujian Hipotesis .......................................
1. Normalized Gain (N-gain) ................................................................
2. Uji Normalitas ...................................................................................
3. Uji Hipotesis .....................................................................................

21
22
22
24
24
25
25
26
27
27
28
29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 31
B. Pembahasan ............................................................................................ 35
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 39
B. Saran ....................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Siswa dan Rata-rata Nilai Ulangan Mid Semester Ganjil
Pada Setiap Kelas VIII ......................................................................
Tabel 3.2 Pretest-Posttest With Control Group Design .....................................
Tabel 3.3 Uji Normalitas Data Gain Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa .................................................................................
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa...................................................................................................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Gain Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa .................................................................................
Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji Mann-Whitney Data Gain Nilai Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa ...............................................

21
22
28
32
33
34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Pembelajaran
Berbasis Masalah .................................................................................... 43
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Pembelajaran
Konvensional .......................................................................................... 64
A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ............................................................ 78
B. Perangkat Tes
B.1
B.2
B.3
B.4

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. 96
Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ......................... 97
Kunci Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ........ 98
Form Validasi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ............................................................................................... 101

C. Analisis Data
C.1 Analisis Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa ..................................................................................... 102
C.2 Data Nilai Hasil Pretest dan Posttest serta Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa dengan Pembelajaran Berbasis
Masalah ................................................................................................... 103
C.3 Data Nilai Hasil Pretest dan Posttest serta Gain Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa dengan Pembelajaran
Konvensional ........................................................................................... 104
C.4 Peringkat Gain Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa dengan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran
Konvensional .......................................................................................... 105
C.5 Uji Normalitas Data Gain Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa dengan Pembelajaran Berbasis Masalah .................... 106
C.6 Uji Normalitas Data Gain Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa dengan Pembelajaran Konvensional .......................... 109
C.7 Uji Mann-Whitney Data Gain Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa dengan Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Pembelajaran Konvensional ................................................................... 112

D. Lain-lain
D.1
D.2
D.3
D.4

Surat Izin Penelitian Pendahuluan .......................................................... 115
Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan.............................................. 116
Surat Izin Penelitian ............................................................................... 117
Surat Keterangan Penelitian ................................................................... 118

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan.

Melalui pendidikan

siswa diharapkan dapat mengembangkan potensinya berupa kemampuan,
pengetahuan, keahlian, dan keterampilan.

Hal ini tercantum dalam Undang-

Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 (Guza,
2008: 5), bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi
siswa.

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang berperan penting untuk
mengembangkan kemampuan siswa.

Berdasarkan peran tersebut, matematika

dipelajari pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi.

Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006: 140) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan
pemahaman konsep, penalaran, pemecahan masalah, komunikasi, dan menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Salah satu dari kemampuan dalam
tujuan pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah.

2
Kemampuan pemecahan masalah matematis berhubungan dengan pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki siswa untuk diterapkan dalam pemecahan
masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Erniwati (2011: 16) bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis tidak terlepas dari menerapkan pengetahuan yang
telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal.

Hasil survei dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)
tahun 2011 (Mullis, et al., 2012: 462) menunjukkan bahwa persentase kemampuan matematis siswa di Indonesia untuk pengetahuan (knowing), penerapan
(applying), dan penalaran (reasoning) berturut-turut sebesar 31%, 23%, dan 17%.
Data ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan kemampuan penalaran matematis
siswa Indonesia masih rendah.

Rendahnya pengetahuan dan kemampuan

penalaran ini membuat siswa sulit dalam menyelesaikan masalah matematis.

Kondisi ini terjadi juga pada siswa kelas VIII SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung
yang ditunjukkan dengan hasil ulangan harian semester ganjil tahun ajaran 20132014 pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel, yaitu hanya
sekitar 43% siswa yang mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM = 65). Soal pada ulangan harian tersebut berupa uraian yang memuat
indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, yaitu merancang
masalah sehari-hari ke dalam model matematika dan menyelesaikan masalah
tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa
siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami
masalah yang diberikan dan merancang masalah tersebut ke dalam model
matematika, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya.

3
Dengan demikian, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada sekolah
tersebut masih rendah.

Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang masih rendah disebabkan
oleh banyak faktor. Salah satunya adalah model pembelajaran yang diterapkan
guru dalam pembelajaran matematika (pembelajaran konvensional). Berdasarkan
observasi di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung umumnya guru matematika di
sekolah tersebut menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher centered). Pembelajaran ini lebih banyak mengandalkan ceramah dan
siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat contoh soal dan penyelesaiannya, serta mengerjakan tugas yang mirip dengan contoh soal sebelumnya.
Hal ini membuat siswa cenderung menjadi pasif dan hanya meniru cara menjawab
dari contoh soal yang diberikan oleh guru sehingga mereka hanya mengetahui
jawaban dari permasalahannya tanpa tahu bagaimana memahami proses
pemecahan masalahnya yang nantinya akan digunakan untuk belajar berkelanjutan.

Guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, perlu
dirancang suatu model pembelajaran dengan mengaitkan materi matematika ke
dalam suatu masalah.

Salah satunya adalah model pembelajaran berbasis

masalah. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran
yang didasarkan pada suatu masalah yang menjadi orientasi bagi siswa untuk
belajar. Peran guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan
masalahnya sendiri.

Pada pembelajaran ini, kemampuan pemecahan masalah

4
matematis siswa dilatih dengan cara memberikan tugas-tugas berupa masalah
yang dihubungkan dengan ide-ide dan konsep matematis sehingga siswa akan
terlibat langsung dalam pemecahan masalahnya.

Dengan terbiasanya siswa

diberikan masalah-masalah matematis tersebut, maka siswa pun dapat memiliki
banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dan
tanpa disadari siswa akan menggunakan kemampuan pemecahan masalah
matematisnya.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran berbasis masalah menggunakan masalah
sebagai fokus dalam pembelajaran untuk melatih kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematisnya. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran
berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?”.

Dari rumusan masalah di atas dapat dijabarkan pertanyaan penelitian, yaitu
“Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pembelajaran
konvensional?”.

5
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1.

Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap pembelajaran matematika, utamanya tentang model pembelajaran
berbasis masalah serta hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.

2.

Manfaat Praktis
a.

Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.

b.

Bagi guru dan calon guru matematika, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran tentang model pembelajaran berbasis
masalah dan hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.

c.

Bagi kepala sekolah, diharapakan dengan penelitian ini kepala sekolah
memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para
guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

6
E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain:
1. Pengaruh merupakan suatu daya atau tindakan yang dapat membentuk atau
mengubah sesuatu yang lain.

Dalam penelitian ini, model pembelajaran

berbasis masalah dikatakan berpengaruh jika peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis
masalah lebih tinggi dari pembelajaran konvensional.
2. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang didasarkan pada masalah yang menjadi orientasinya, artinya pembelajaran dimulai
dengan masalah yang harus dipecahkan.
3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh
guru di dalam kelas. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang dalam menyampaikan materi guru lebih banyak mengandalkan
ceramah sedangkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, serta mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru.
4. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam
mencari solusi masalah matematis sesuai dengan kemampuan berpikir yang
logis dengan menerapkan ide-ide matematika dalam memecahkan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini dilihat
melalui kemampuan siswa dalam memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Matematis

Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah.
Menurut Woolfolk (2004: 284) “Problem is any situation in which you are trying
to reach some goal and must find a means to do so”. Artinya masalah adalah
situasi dimana dalam mencapai beberapa tujuan harus menemukan cara untuk
menyelesaikannya. Sedangkan menurut Suherman, dkk (2003: 92) suatu masalah
biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya
akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.

Masalah matematis menurut Yamin dan Ansari (2012: 81) adalah sesuatu persoalan yang siswa sendiri mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara
atau algoritma yang rutin. Dengan demikian, masalah matematis adalah suatu
persoalan yang dalam menyelesaikan tidak secara langsung diketahui oleh siswa
sehingga mereka membutuhkan cara atau algoritma tertentu untuk memecahkannya.

Suatu soal atau pertanyaan akan menjadi masalah matematis jika dalam soal itu
mengandung unsur tantangan dan tidak merupakan prosedur rutin yang sudah

8
diketahui oleh siswa. Masalah dalam matematika dapat disajikan dalam bentuk
soal tidak rutin yang berupa soal cerita, penggambaran fenomena atau kejadian,
ilustrasi gambar atau teka-teki. Seperti yang dikemukakan oleh Wardhani, dkk
(2010: 26-27) bahwa masalah dalam matematika dapat berupa masalah penerjemah, masalah proses, masalah penerapan, dan masalah puzzel.

Masalah matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah masalah penerjemah dan masalah penerapan. Masalah penerjemah dimaksudkan untuk memberi
pengalaman kepada siswa menerjemahkan situasi kehidupan nyata ke dalam
pengalaman matematis. Masalah penerapan dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa mengeluarkan berbagai keterampilan, proses, konsep dan
fakta untuk memecahkan masalah kontekstual.

B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan pemecahan masalah matematis menurut Widiyanti (2011: 25) adalah
kecakapan dalam menemukan suatu jalan atau cara untuk menyelesaikan masalah
matematis yang dihadapi dengan menggunakan hubungan-hubungan yang logis.
Sedangkan menurut Siswanti (2012: 11) kemampuan pemecahan masalah
matematis merupakan usaha untuk menerjemahkan matematika yang meliputi
kemampuan menerapkan ide-ide matematis pada konteks permasalahan dan
kemampuan bekerjasama untuk menyusun dan menyelesaikan permasalahan.
Jadi, kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam
mencari solusi masalah matematis sesuai dengan kemampuan berpikir yang logis
dengan menerapkan ide-ide matematika dalam memecahkan masalah.

9
Berdasarkan standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,
2006: 140), pembelajaran matematika memiliki tujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luas, akurat, efisien,
dan tepat dalam memecahkan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika, dalam membuat generaalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagsan dan pertanyaan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta ulet dan percaya diri dalam pemecahkan matematika.
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut, kemampuan pemecahan
masalah matematis merupakan salah satu kemampuan yang penting dan harus
dimiliki oleh siswa guna menyelesaikan masalahnya.

Berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis, dalam Peraturan
Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 (Wardhani, 2008: 18)
disebutkan bahwa indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
adalah: (a) menunjukkan pemahaman masalah, (b) mengorganisasi data dan
memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah, (c) menyajikan
masalah matematis dalam berbagai bentuk, (d) memilih pendekatan dan metode
pemecahan masalah secara tepat, (e) mengembangkan strategi pemecahan
masalah, (f) membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah, dan
(g) menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

10
Dalam penelitian ini, indikator kemampuan pemecahan masalah matematis yang
digunakan adalah sebagai berikut.
a.

Memahami masalah: siswa dapat mengidentifikasi apa yang diketahui dan
apa yang ditanyakan dari sebuah masalah.

b.

Merancang model matematika: siswa dapat membuat masalah ke dalam
model matematis berupa rumus, simbol, diagram, tabel, ataupun gambar.

c.

Menyelesaikan model: siswa dapat mensubtitusikan nilai yang diketahui ke
dalam model matematika untuk memperoleh jawaban.

d.

Menafsirkan solusi: siswa dapat menafsirkan solusi yang diperoleh dengan
menyimpulkan jawabannya.

C. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah dipopulerkan di McMaster University Canada
pada tahun 1970-an. Menurut Amir (2009: 21), pembelajaran berbasis masalah
merupakan model instruksional yang menantang siswa agar bekerjasama dalam
kelompok untuk mencari solusi bagi masalahnya. Masalah ini digunakan untuk
mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan menganalisis proses pemecahan
masalah dan berfikir kritis. Sedangkan menurut Boud dan Feletti (1997: 2),
“Problem based learning is a way constructing and teaching courses using
problems as the stimulus and focus for student activity”. Artinya pembelajaran
berbasis masalah adalah cara untuk membangun pembelajaran dengan menggunakan masalah sebagai stimulus dan fokus untuk aktivitas siswa. Dengan demikian,
pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang didasarkan

11
pada masalah yang menjadi orientasinya, artinya pembelajaran dimulai dengan
masalah yang harus dipecahkan.

Permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran berbasis masalah tidak harus
berupa permasalahan yang ada di kehidupan nyata tetapi dapat berupa simulasi
permasalahan yang sengaja ditimbulkan untuk merangsang keterampilan dan
kemampuan berpikir memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Pannen, dkk (Ernawati, 2011: 27) berikut.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata ataupun simulasi)
kepada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui
serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip
yang dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu (multiple perspective).

Menurut Amir (2009: 22) karakteristik pembelajaran berbasis masalah, yaitu
masalah merupakan awal dari pembelajaran, masalah umumnya menuntut prinsip
dari berbagai bidang ilmu, masalah menantang siswa untuk memperoleh pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru, memanfaatkan sumber belajar yang bervariasi, serta pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Sedangkan menurut Ernawati (2011: 28) karakteristik pembelajaran berbasis masalah,
antara lain: (1) adanya suatu permasalahan yang ditimbulkan sebagai stimulus
belajar, (2) adanya kerjasama dalam kelompok kecil, (3) pembelajaran berpusat
pada siswa sehingga guru berperan sebagai fasilitator, dan (4) permasalahan
merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Dalam pembelajaran berbasis masalah peran guru difokuskan sebagai pembimbing dan fasilitator dengan tujuan agar siswa dapat menyelesaikan masalahnya
secara mandiri dan berkelompok sesuai dengan apa yang siswa pikirkan (kognisi

12
mereka) selama mereka mengerjakannya. Pembelajaran berbasis masalah dalam
Trianto (2010: 92) bertujuan agar siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri,
mengembangkan inkuiri, kemandirian, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
serta rasa percaya diri dalam memecahkan masalah.

Dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat beberapa proses yang harus
dimunculkan, yaitu: keterlibatan (engagement), inkuiri dan investigasi (inquiry
and investigation), kinerja (performance), dan tanya jawab (debriefing)
(Hutchinson, 2002: 1).

Melalui masalah yang diberikan, keterlibatan siswa

sebagai pemecah masalah dapat terlihat dari peran aktif siswa dalam melakukan
tanya jawab dalam diskusi kelompok untuk memperoleh pemecahan dari
masalannya. Inkuiri dan investigasi yang dilakukan siswa dalam memecahkan
masalah meliputi kegiatan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
kemudian mendistribusikan informasi yang diperoleh tersebut ke dalam masalah
sehingga mereka dapat menemukan konsep penting dan pemecahan masalahnya.

Pembelajaran berbasis masalah (Woolfolk, 2004: 332) terdiri dari lima fase, yaitu
“Orient students to the problem, organize students for study, assist independent
and group investigation, develop and present artifacts and exhibits, and analyze
and evaluate the problem solving process”. Artinya mengorientasi siswa pada
masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Berdasarkan pendapat di atas, langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

13
1. Mengorientasi siswa pada masalah.
Siswa dibentuk ke dalam beberapa kelompok, kemudian dibagikan Lembar
Kerja Kelompok (LKK) yang di dalamnya terdapat masalah kehidupan seharihari. Saat diberikan masalah, siswa terlibat langsung dan berperan aktif dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Siswa membaca LKK untuk memahami masalah sehingga mereka dapat
menyajikannya ke dalam model matematika.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Siswa berdiskusi untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber guna
menyelesaikan masalahnya dengan menghubungkan ide-ide dan konsepkonsep yang mereka miliki sebelumnya.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Siswa menulis laporan berupa jawaban dari permasalahnya dengan menafsirkan solusi yang diperoleh, kemudian beberapa siswa dari perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Siswa menganalisis dan mengevaluasi presentasi kelompok lain dengan memberikan tanggapan.

Kemudian siswa secara bersama-sama menyimpulkan

materi yang dipelajarinya.

Dalam memecahkan masalah, siswa menggunakan pengetahuan yang mereka
miliki untuk memahami masalah yang diberikan. Pengetahuan mereka tersebut
dihubungkan dengan ide-ide dan konsep-konsep matematis untuk merancang
pemecahan masalah ke dalam model matematika sehingga siswa dapat mencari

14
solusi dari masalahnya. Dengan terbiasanya siswa diberikan masalah-masalah
matematis untuk dipecahkan, maka mereka pun dapat memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Dari pengalaman
tersebut, siswa akan terbiasa menggunakan kemampuan berpikir memecahkan
masalah yang mereka miliki sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

D. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan salah satu model pembelajaran yang telah
lama diterapkan guru dalam proses pembelajaran di kelas karena selain mudah
digunakan, pembelajaran ini juga dapat menghemat waktu dalam penyampaian
informasi. Pada pembelajaran konvensional segala aktivitas terpusat pada guru
(teacher centered). Menurut Yamin (2013: 59), pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang mengutamakan hasil yang terukur dan guru berperan
aktif dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menghafal materi yang
disampaikan oleh guru dan meteri pelajaran lebih didominasi tentang konsep,
fakta, dan prinsip. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional
adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru. Pembelajaran konvensional
yang dimaksud adalah pembelajaran yang dalam menyampaikan materi guru lebih
banyak mengandalkan ceramah sedangkan siswa hanya mendengarkan, mencatat,
serta mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru.

Menurut Amir (2009: 23), pembelajaran konvensional dilaksanakan dengan cara
pendidik sering menerangkan, memberikan contoh-contoh soal sekaligus langkahlangkah untuk menyelesaikan soal. Kemudian pendidik memberikan berbagai

15
variasi latihan di mana peserta didik menjawab pertanyaan serupa. Hal tersebut
mengakibatkan siswa cenderung menjadi pasif karena kurangnya interaksi antar
siswa sehingga siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ide
dan kreativitasnya baik dalam memahami konsep maupun dalam memecahkan
masalah.

Pelaksanaan pembelajaran konvensional dalam penelitian ini yaitu guru menjelaskan materi, sedangkan siswa menyimak dan mencatat. Kemudian guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, diakhir pembelajaran siswa diberi soal
latihan yang mirip dengan contoh soal sebelumnya sehingga dalam mengerjakan
soal-soal tersebut siswa hanya meniru cara menjawab dari contoh soal yang
diberikan oleh guru. Hal ini mengakibatkan mereka hanya mengetahui jawaban
dari permasalahannya tanpa tahu bagaimana memahami proses pemecahan masalahnya yang nantinya akan mereka gunakan untuk belajar berkelanjutan. Pembelajaran seperti ini belum tentu dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian Muchlis (2007) yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Di SMP Kota Bengkulu”
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap
kemampuan pemecahan masalah di SMP Kota Bengkulu. Melalui teknik random
sampling terpilih SMPN 11 Kota Bengkulu dengan kelas VII C, VII A, dan VII B
sebagai sampel penelitian.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah siswa dengan pembelajaran berbasis masalah

16
lebih baik daripada siswa dengan pembelajaran biasa. Selain itu, selama berlangsungnya pembelajaran berbasis masalah 85% siswa aktif mengikuti
pembelajaran.
Penelitian Muchlis (2012) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Terhadap Perkembangan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa” bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan
PMRI terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.

Penelitian tersebut

merupakan penelitian eksperimen semu dengan sampel penelitian adalah siswa
kelas II tahun pelajaran 2010/2011 SD Kartika 1.10 Padang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
belajar dengan pendekatan PMRI lebih baik secara signifikan dari pembelajaran
konvensional. Selain itu, terjadi perkembangan kemampuan pemecahan masalah
ditunjukkan dengan kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin.
Penelitian Fachrurazi (2011) yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis
Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi
Matematis Siswa Sekolah Dasar” bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan komunikasi matematis siswa yang diberi perlakuan dengan
pembelajaran berbasis masalah.

Penelitian tersebut merupakan penelitian

eksperimen semu dengan sampel penelitian adalah siswa kelas IV SD di
Kecamatan Makmur Kabupaten Bireuen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang belajar matematika
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang

17
memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari faktor pembelajaran dan
level sekolah.

Selain itu, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran berbasis masalah sebagian besar bersikap positif terhadap
pembelajaran matematika.
Penelitian Fatimah (2012) yang berjudul “Kemampuan Komunikasi Matematis
dan Pemecahan Masalah Melalui Problem Based Learning” bertujuan untuk
mengetahui kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah melalui
Problem Based Learning (PBL). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis mahasiswa dengan menerapkan model
problem based learning tidak lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa
sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa dengan
menerapkan model problem based learning lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran biasa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model problem based

learning lebih sesuai untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
kurang tepat untuk kemampuan komunikasi matematis.

F. Kerangka Pikir

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika
adalah kemampuan pemecahan masalah matematis.

Kemampuan pemecahan

masalah matematis adalah kemampuan siswa dalam mencari solusi masalah
matematis sesuai dengan kemampuan berpikir yang logis dengan menerapkan ideide matematika dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu diperlukan model
pembelajaran yang berorientasi pada masalah yang harus dipecahkan. Model
pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran berbasis masalah karena model

18
pembelajaran ini terdiri dari fase mengorientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Saat diberikan masalah, siswa terlibat langsung dan berperan aktif dalam
pemecahan masalah yang dipilih.

Selain keterlibatan, siswa juga dituntut

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah mereka dengan memahami
masalah yang diberikan, menggali rasa ingin tahu, dan mengingat tentang
pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya.

Kemudian siswa dibantu guru

mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah yang diberikan sehingga mereka dapat membuat masalahnya ke dalam
model matematika.

Selama proses itu, siswa berdiskusi dan mengumpulkan

informasi yang sesuai dari berbagai sumber untuk mendapatkan pemecahan
masalahnya.

Dalam memecahkan masalahnya, siswa menggunakan kemampuan berpikir
dengan menghubungkan ide-ide yang mereka miliki dari konsep-konsep yang
berkaitan untuk mendapatkan solusinya. Kemampuan berpikir mereka digunakan
untuk mengembangkan dan menyelesaikan masalahnya sehingga mereka dapat
menyajikan hasil karya berupa jawaban dari masalahnya dengan cara mempresentasikan karya tersebut kepada kelompok lain. Melalui presentasi siswa dapat
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses berpikir serta keterampilan yang
mereka gunakan dalam pemecahan masalah sehingga mereka dapat menafsirkan
solusinya dengan menarik kesimpulan.

19
Dengan terbiasanya siswa diberikan masalah-masalah matematis dalam pembelajaran berbasis masalah yang meminta mereka untuk memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusinya,
maka mereka pun dapat memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan
berbagai masalah yang dihadapinya.

Dari pengalaman tersebut, siswa akan

terbiasa menggunakan kemampuan berpikir memecahkan masalah yang mereka
miliki sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.

Pembelajaran konvensional merupakan salah satu model pembelajaran yang telah
lama diterapkan guru dalam proses pembelajaran di kelas karena selain mudah
digunakan, pembelajaran ini juga dapat menghemat waktu dalam penyampaian
informasi. Pada pembelajaran konvensional segala aktivitas terpusat pada guru.
Pembelajaran ini diawali dengan guru menyampaikan materi dengan ceramah
sedangkan siswa menerima dan mendengar apa yang disampaikan oleh guru
sehingga hanya terjadi komunikasi satu arah antara guru dan siswa. Selanjutnya
guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya sedangkan siswa hanya
mencatat apa yang tertulis di papan tulis sehingga mereka kurang berperan aktif
dalam penyelesaian soal yang digunakan.

Terakhir, guru memberikan tugas

kepada siswa mirip dengan contoh soal yang sebelumnya telah dijelaskan.

Hal

ini membuat siswa hanya meniru cara menjawab dari contoh soal yang diberikan
oleh guru sehingga mereka hanya mengetahui jawaban dari permasalahannya
tanpa tahu bagaimana memahami proses pemecahan masalahnya yang nantinya
akan mereka gunakan untuk belajar berkelanjutan. Pembelajaran seperti ini belum
tentu dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

20
Dengan demikian, siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah akan
menghasilkan kemampuan pemecahan masalah matematis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, sehingga model pembelajaran
berbasis masalah berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.

Setiap siswa kelas VIII semester genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung
memperoleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2.

Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa selain model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran
konvensional dianggap memiliki kontribusi yang sama.

H. Hipotesis Penelitian

1.

Hipotesis Umum
Model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.

2.

Hipotesis Kerja
Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pembelajaran
konvensional.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di
Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halim, kota Bandar Lampung. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII kecuali kelas unggulan VIII A tahun
ajaran 2013-2014 semester genap sebanyak 247 siswa yang terdistribusi ke dalam
enam kelas yang disajikan Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Distribusi Siswa dan Rata-Rata Nilai Ulangan Mid Semester Ganjil
Pada Setiap Kelas VIII
Kelas
VIII B
VIII C
VIII D
VIII E
VIII F
VIII G
Populasi

Banyak Siswa
39
41
41
42
42
42
247

Rata-Rata
33,72
41,32
43,32
44,48
38,95
42,29
40,75

Sumber: Dokumen SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung

Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelas yang diambil dengan teknik
purposive sampling, yaitu dengan mengambil dua kelas dari lima kelas yang
diajar oleh guru bidang studi matematika yang sama dan rata-rata nilai ulangan
mid semester ganjil yang relatif sama. Terpilihlah kelas VIII E sebagai kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan kelas VIII D
sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

22
B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Desain
yang digunakan adalah disain pra-tes dan pasca-tes dengan kelompok kontrol
(pretest-posttest with control group design).
Tabel 3.2 Pretest-Posttest with Control Group Design
Group

Pretest

Treatment

Posttest

Experiment

O

X1

O

Control

O

X2

O

Sumber: (Fraenkel dan Wallen, 1993: 248)
Keterangan:
X1: model pembelajaran berbasis masalah
X2: model pembelajaran konvensional
O: tes yang diberikan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa (instrumen pretest = instrumen posttest)

Pada penelitian ini, kedua kelas yang terpilih sebagai sampel diberi pretest pada
awal penelitian untuk mengetahui kemampuan awal pemecahan masalah matematis siswa. Kemudian kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sedangkan kelas kontrol menggunakan
model pembelajaran konvensional. Setelah diberi perlakuan, kedua kelas sampel
diberi posttest pada akhir penelitian untuk mengetahui kemampuan akhir pemecahan masalah matematis siswa.

C. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.

Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2013, yaitu
melihat kondisi di lapangan seperti jumlah kelas, jumlah siswa, karakteristik
siswa, masalah yang dihadapi siswa, serta cara mengajar guru matematika.

23
2.

Menentukan populasi dan sampel penelitian.

3.

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang pokok bahasan
garis singgung lingkaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah dan model pembelajaran konvensional.

4.

Menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang diberikan kepada masingmasing kelompok pada pembelajaran berbasis masalah.

5.

Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4–5
orang siswa berdasarkan data hasil ulangan mid semester ganjil matematika
yang digunakan sebagai acuan pembagian kelompok sehingga terbentuk
kelompok yang heterogen.

6.

Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi
instrumen sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis, kemudian membuat soal uraian yang digunakan untuk pretest dan
posttest beserta penyelesaian dan aturan penskorannya.

7.

Menguji validitas instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis.
Setelah dinyatakan valid, instrumen tersebut kemudian diujicobakan tanggal 8
Februari 2014 pada siswa yang telah mempelajari materi garis singgung
lingkaran, yaitu siswa kelas IX E.

8.

Menganalisis instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis
setelah dilakukan uji coba untuk mengetahui reliabilitas.

9.

Melaksanakan pretest pada kelas kontrol tanggal 17 Februari 2014 dan kelas
eksperimen tanggal 18 Februari 2014 untuk melihat data nilai awal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

24
10. Pada kelas eksperimen pembelajaran menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional (19 Februari 2014 – 18 Maret 2014).
11. Melaksanakan posttest pada kelas kontrol tanggal 19 Maret 2014 dan kelas
eksperimen tanggal 21 Maret 2014 untuk melihat data nilai akhir kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa.
12. Mengolah dan menganalisis data hasil pretest-posttest.
13. Menyusun laporan.

D. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran konvensional yang terdiri dari: (1) data awal berupa
nilai yang diperoleh melalui pretest pada awal penelitian, (2) data akhir berupa
nilai yang diperoleh melalui posttest pada akhir penelitian, dan (3) data gain nilai.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian i

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 5 56

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 14 49

JUDUL INDONESIA : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

1 8 48

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Tamansiswa Telukbetung Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 10 45

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2015/2016)

3 20 64

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS VIII SMP NEGERI MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 3 37

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN PENALARAN LOGIS SISWA SMP.

0 1 44

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, KOMUNIKASI DAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP.

2 9 47

KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

0 0 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 SUMBANG

0 1 15