DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN : Studi Kasus Di Yayasan Kartika Destarata, Jakarta Barat.
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
LEMBAR UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Struktur Organisasi Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pelatihan Pijat sebagai Satuan Pendidikan NonFormal ... 13
B. Keterampilan Pijat sebagai Program Pendidikan NonFormal 22 C. Konsep Kompetensi ... 24
D. Konsep Kemandirian ... 32
E. Dampak Pelatihan Pijat Terhadap Peningkatan Kompetensi dalam Mewujudkan Kemandirian ... 41
F. Kerangka Berpikir ... 42
G. Penelitian yang Relevan ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 46
B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 46
C. Pengumpulan Data ... 47
D. Prosedur Penelitian ... 48
E. Analisis Data ... 50
F. Definisi Operasional ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52
1. Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Pijat di Yayasan Kartika Destarata Jakarta Barat ... 52
2. Peningkatan Kompetensi Terapis Setelah Mengikuti Pelatihan Keterampilan Pijat di Yayasan Kartika Destarata Jakarta Barat ... 62
(2)
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Dampak Pelatihan Keterampilan Pijat dalam Mewujudkan Kemandirian Peserta Pelatihan di Yayasan
Kartika Destarata Jakarta Barat ... 75
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84
1. Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Pijat di Yayasan Kartika Destarata Jakarta Barat ... 84
2. Peningkatan Kompetensi Terapis Setelah Mengikuti Pelatihan Keterampilan Pijat di Yayasan Kartika Destarata Jakarta Barat ... 85
3. Dampak Pelatihan Keterampilan Pijat dalam Mewujudkan Kemandirian Peserta Pelatihan di Yayasan Kartika Destarata Jakarta Barat ... 98
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 104
B. Rekomendasi ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107
(3)
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Hal
Tabel 2.1 Tingkat Perbaikan Kompetensi ... 31 Tabel 2.2 Gugus Dan Dimensi Kompetensi ... 32 Tabel 3.1 Indikator Dampak Program Pelatihan Keterampilan Pijat
Terhadap Peningkatan Kompetensi Terapis Untuk Mewujudkan Kemandirian Peserta Pelatihan Di Yayasan Kartika Destarata ... 48 Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Peserta Pelatihan Pijat Di Yayasan Kartika
Destarata ... 58 Tabel 4.2 Daftar Nama Responden Penelitian Dampak Pelatihan
Keterampilan Pijat Terhadap Peningkatan Kompetensi dalam Mewujudkan Kemandirian Peserta Pelatihan ... 60 Tabel 4.3 Kategori Peserta Pelatihan Keterampilan Pijat di Yayasan
Kartika Destarata Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60 Tabel 4.4 Kategori Peserta Pelatihan Keterampilan Pijat Di Yayasan
Kartika Destarata Berdasarkan Usia ... 61 Tabel 4.5 Kategori Peserta Pelatihan Keterampilan Pijat di Yayasan
(4)
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Judul Bagan Hal
(5)
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Lampiran Hal
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen ... 110
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Pijat Di Yayasan Kartika Destarata Jakarta Barat ... 111
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Peningkatan Kompetensi Terapis Setelah Mengikuti Pelatihan Keterampilan Pijat Di Yayasan Kartika Destarata Jakarta Barat ... 112
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Dampak Pelatihan Keterampilan Pijat Dalam Rangka Mewujudkan Kemandirian Peserta Pelatihan Di Yayasan Kartika Destarata Jakarta Barat ... 113
Lampiran 5 Hasil Wawancara ... 114
Lampiran 6 Materi Terapi Zona Meridian ... 149
Lampiran 7 Materi Bimbingan Karir ... 151
Lampiran 8 Dokumentasi ... 175
Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian ... 178
Lampiran 10 Surat Keputusan Dosen Pembimbing ... 179
Lampiran 11 Surat Keterangan Bukti Penelitian ... 180
(6)
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
Penelitian mengenai dampak pelatihan keterampilan pijat terhadap peningkatan kompetensi terapis dalam rangka mewujudkan kemandirian peserta didik tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan program pelatihan keterampilan sudah sesuai dengan kebutuhan calon peserta pelatihan, karena tujuan dari pelatihan itu adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan perilaku peserta pelatihan tunanetra untuk menjadi terapis yang kompeten dan mandiri. Yayasan Kartika Destarata memfokuskan pada pengembangan sumber daya manusia yang memiliki keterbatasan pada daya penglihatan (tunanetra), dengan fokus sasaran seperti ini akhirnya dirancanglah sebuah program pelatihan keterampilan pijat karena tunanetra memiliki kelebihan pada bidang rabaan yang sangat dibutuhkan dalam keterampilan pijat.
2. Kompetensi peserta pelatihan keterampilan pijat di Yayasan Kartika Destarata terbagi menjadi kompetensi berpikir, bertindak, dan berinteraksi. Kompetensi berpikir ditunjukkan bahwa peserta pelatihan yang pernah mengikuti pelatihan keterampilan pijat di Kartika Destarata telah mencapai tahap untuk bisa berpikir analitis, sintesis, dan memutuskan. Kriteria seorang terapis yang memiliki kompetensi bertindak dengan benar, yaitu selalu menyiapkan alat dan bahan sebelum melakukan pemijatan, selain itu terapis pun harus dapat menjaga kesehatan dan stamina tubuh agar setiap pasien bisa mendapatkan kualitas terapi yang sama, serta memperhatikan keselamatan saat melakukan terapi atau pemijatan. Kompetensi berinteraksi berperan penting dalam menjaga hubungan baik dengan pasien dan juga memudahkan terapis dalam melakukan diagnosa serta menyusun rencana terapi. 3. Perwujudan kemandirian peserta pelatihan keterampilan pijat di Yayasan Kartika
Destarata ditunjukkan dalam kemandirian psikososial dan ekonomi. Kemandirian psikososial yang timbul karena pelatihan keterampilan pijat di Kartika Destarata terlihat dari meningkatnya motivasi, percaya diri, dan kemandirian peserta pelatihan dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Sedangkan kemandirian dalam ekonomi pun dirasakan oleh peserta pelatihan keterampilan pijat ini yaitu motif berprestasi tinggi,
(7)
105
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perspektif ke depan, berkomitmen kepada pekerjaan, tanggung jawab, dan tidak bergantung kepada orang lain. Peserta pelatihan keterampilan pijat memiliki motif berprestasi tinggi karena selalu melakukan usaha maksimal terhadap apa yang dilakukannya, dengan kata lain peserta pelatihan tidak melakukan sesuatu secara asal-asalan walaupun mungkin hal tersebut bisa dilakukan oleh siapa saja dengan mudah. Peserta pelatihan pun memiliki komitmen terhadap pekerjaannya yaitu sebagai terapis. Mereka telah dilatih sebagai seorang terapis, dan kesemua responden tetap berkomitmen sebagai terapis setelah lulus dari Kartika Destarata. Sikap tanggung jawab yang juga telah ditekankan pada saat pelatihan dan merupakan salah satu ciri kemandirian ekonomi tetap melekat pada peserta pelatihan. Baik bertanggungjawab terhadap profesi maupun terhadap pasien-pasiennya. Ditambah lagi peserta pelatihan yang walaupun belum semua memiliki tempat praktek sendiri, tetapi seluruhnya sudah memiliki pekerjaan yang berarti mereka sudah tidak bergantung kepada orang lain pada masalah ekonomi.
B. REKOMENDASI
Rekomendasi penelitian disusun berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian. Peneliti mengajukan ekomendasi-rekomendasi yang sekiranya dapat dipertimbangkan untuk lebih memaksimalkan hasil pelatihan, kompetensi, dan kemandirian sebagai berikut yang ditujukan kepada:
1. Peserta pelatihan, diharapkan:
a. Untuk tidak cepat puas terhadap hasil pelatihan keterampilan pijat yang sudah didapat dari Yayasan Kartika Destarata. Peserta pelatihan dapat mempertahankan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dengan membaca buku, bertukar pengalaman dengan orang lain, dan mengikuti pelatihan-pelatihan lainnya.
2. Pengelola Yayasan Kartika Destarata, diharapkan:
a. Lebih meningkatkan pelayanan terhadap peserta pelatihan dengan terus mengikuti perkembangan dunia pengobatan melalui terapis ini agar nantinya peserta pelatihan dapat memiliki daya saing yang lebih tinggi.
b. Dapat meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan hal ini. Jika selama ini magang hanya dilakukan dengan membuka praktek di Yayasan Kartika Destarata, maka magang dapat dilakukan dengan mengirimkan peserta pelatihan ke tempat-tempat praktek yang sudah memiliki banyak
(8)
106
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelanggan agar peserta pelatihan terbiasa menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.
c. Dapat mengadakan kegiatan khusus untuk keluarga para peserta pelatihan yang tujuan penyelenggaraannya adalah untuk menyadarkan pihak keluarga betapa pentingnya kemandirian bagi peserta pelatihan. Pihak keluarga diberikan penjelasan mengenai apa-apa saja yang tidak boleh dilakukan karena dapat menghambat terciptanya rasa kemandirian pada peserta pelatihan.
3. Keluarga Peserta Pelatihan, diharapkan:
a. Untuk lebih berani merelakan anggota keluarganya yang tunanetra untuk mengikuti pelatihan karena terkadang keluargalah yang tidak mendukung terciptanya kemandirian dalam diri peserta pelatihan karena adanya perasaan khawatir yang berlebihan.
(9)
107
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
-. (1977). Buku Penuntun Tanya Jawab Akunpuntur: 500 Pertanyaan Standar. Jakarta: Ikatan Akupuntur Indonesia.
Afiatin, T. (1993). Perkembangan Remaja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Arif, B. (1992). Penyembuhan Praktis Pijat Refleksi (Kyunk Rak). Surabaya: Bintang Usaha Jaya.
Asiani, M. (2003). Teknik Pijat untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.
Asmani, M.J. (2009). 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Yogyakarta: Power Books.
Atmodiwiryo, S. (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: Ardadizya Jaya. Atmojo, T. (2009). Pijat Refleksi dan Aneka Ramuan Tradisional untuk
Kesembuhan Segala Penyakit. Yogyakarta: MedPress.
Castetter B. W. (1996). The Personal Function in Educational administration. Mc Millian.
Darmin, S. (2007). Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dharma, S. (2005). Manajemen Kinerja. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Direktorat Rehabilitasi Penyandang Cacat Netra Direktorat Jendral Bina Rehabilitasi Sosial. (1998). Pedoman Instruktur Keterampilan Pijat / Massage. Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia
Fuad, N. dan Ahmad, G. (2009). Integrated Human Resources Development. Jakarta: PT. Grasindo.
Gomes, F. C. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset.
Hamalik, O. (2000). Pengembangan Sumber Daya Manusia: Manajemen pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Handoko, K.T. (2000). Manajemen Personalia dan SDM. Yogyarakarta: BPFEE. Hidayat, R.D. dan Badrujaman, A. (2009). Cara Mudah Melakukan Penelitian
Tindakan Kelas: Penuntun Praktis Menyusun Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: CV. Trans Info Media.
(10)
108
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kamil, M. (2007). Pendidikan Non Formal (Pengembangan melalui Pusat kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia sebagai Sebuah Pembelajaran dari Kominkan Jepang.
Kamil, M. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Karma, I.N. (2002). Hubungan Antara Pola Pengasuhan Orangtua dan Otonomi Remaja. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.
Lastanti, S. (2010). Hubungan Struktur Coorporate Governance dengan Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marzuki, S. (2010). Pendidikan Non Formal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Masrun. (1986). Memecahkan Masalah Remaja. Bandung: Nuansa.
Moekijat. (1990). Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Mandar Maju
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mumpuniarti. (1990). Pengantar Pendidikan ALB. Yogyakarta: FIPIKIP Nawawi, H. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang
Kompetitif. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Nuryoto, S. (1993). Kemandirian remaja ditinjau dari Tahap Perkembangan, Jenis Kelamin dan Peran Jenis. Yogyakarta: fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Prihadi, F.S. (2004). Assessment Centre: Identifikasi, Pengukuran, dan Pengembangan Kompetensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rivai, V. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan,
Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Roe, R.A. (2001). Competencies and Competence Management. Paper European Congress for W&O Psychology, Prague.
Satudung, J. (1998). Kecerdasan Emosi Remaja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Siagian, P.S. (1998). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Simamora, H. (1995). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
(11)
109
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soetjipto, H.P. (1989). Hubungan antara Jumlah Anak dalam Keluarga, Persepsi Pola Asuh Orangtua, dan Kemandirian Siswa Kelas I SMAN yang Mempunyai Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja di Kotamadya Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana, D. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan: Teori dan Aplikasi. Bandung: Falah Production.
Suryana. (2013). Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Surat Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi. Jakarta: Depdiknas RI.
Sutisna, A. (2012). Pelatihan Berbasis Kinerja: Konsep dan Implementasi pada Pelatihan Guru/Tutor. Jakarta: Schola Media.
Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sutermeister, A. R. (1976). People and Productivity. New York: Mc. Graw-Hill Book Company.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Republik Indonesia.
UNESCO. (2007). EFA Mild Decade Assessment: Sustaining EFA Performance in Indonesia. UNESCO.
UNESCO. (2011). Education for All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education. UNESCO.
Usman, M. (1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wibowo, dkk. (2002). Pendidikan Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: UAJY. Zen, Z. A. (1973). Teori Praktek Akupuntur. Jakarta: Universitas Indonesia.
(12)
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
(Studi Kasus Di Yayasan Kartika Destarata, Jakarta Barat)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Bagian Dari Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
Peny Nugrohowati 1302831
PRODI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(13)
Peny Nugrohowati, 2015
DAMPAK PELATIHAN KETERAMPILAN PIJAT TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI TERAPIS UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PESERTA PELATIHAN
(1)
pelanggan agar peserta pelatihan terbiasa menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.
c. Dapat mengadakan kegiatan khusus untuk keluarga para peserta pelatihan yang tujuan penyelenggaraannya adalah untuk menyadarkan pihak keluarga betapa pentingnya kemandirian bagi peserta pelatihan. Pihak keluarga diberikan penjelasan mengenai apa-apa saja yang tidak boleh dilakukan karena dapat menghambat terciptanya rasa kemandirian pada peserta pelatihan.
3. Keluarga Peserta Pelatihan, diharapkan:
a. Untuk lebih berani merelakan anggota keluarganya yang tunanetra untuk mengikuti pelatihan karena terkadang keluargalah yang tidak mendukung terciptanya kemandirian dalam diri peserta pelatihan karena adanya perasaan khawatir yang berlebihan.
(2)
107
DAFTAR PUSTAKA
-. (1977). Buku Penuntun Tanya Jawab Akunpuntur: 500 Pertanyaan Standar. Jakarta: Ikatan Akupuntur Indonesia.
Afiatin, T. (1993). Perkembangan Remaja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Arif, B. (1992). Penyembuhan Praktis Pijat Refleksi (Kyunk Rak). Surabaya: Bintang Usaha Jaya.
Asiani, M. (2003). Teknik Pijat untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.
Asmani, M.J. (2009). 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional. Yogyakarta: Power Books.
Atmodiwiryo, S. (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: Ardadizya Jaya. Atmojo, T. (2009). Pijat Refleksi dan Aneka Ramuan Tradisional untuk
Kesembuhan Segala Penyakit. Yogyakarta: MedPress.
Castetter B. W. (1996). The Personal Function in Educational administration. Mc Millian.
Darmin, S. (2007). Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dharma, S. (2005). Manajemen Kinerja. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Direktorat Rehabilitasi Penyandang Cacat Netra Direktorat Jendral Bina Rehabilitasi Sosial. (1998). Pedoman Instruktur Keterampilan Pijat /
Massage. Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia
Fuad, N. dan Ahmad, G. (2009). Integrated Human Resources Development. Jakarta: PT. Grasindo.
Gomes, F. C. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset.
Hamalik, O. (2000). Pengembangan Sumber Daya Manusia: Manajemen
pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Handoko, K.T. (2000). Manajemen Personalia dan SDM. Yogyarakarta: BPFEE. Hidayat, R.D. dan Badrujaman, A. (2009). Cara Mudah Melakukan Penelitian
Tindakan Kelas: Penuntun Praktis Menyusun Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: CV. Trans Info Media.
(3)
Kamil, M. (2007). Pendidikan Non Formal (Pengembangan melalui Pusat
kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia sebagai Sebuah Pembelajaran dari Kominkan Jepang.
Kamil, M. (2012). Model Pendidikan dan Pelatihan: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Karma, I.N. (2002). Hubungan Antara Pola Pengasuhan Orangtua dan Otonomi
Remaja. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.
Lastanti, S. (2010). Hubungan Struktur Coorporate Governance dengan Kinerja
Perusahaan dan Reaksi Pasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marzuki, S. (2010). Pendidikan Non Formal: Dimensi dalam Keaksaraan
Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Masrun. (1986). Memecahkan Masalah Remaja. Bandung: Nuansa.
Moekijat. (1990). Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Mandar Maju
Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mumpuniarti. (1990). Pengantar Pendidikan ALB. Yogyakarta: FIPIKIP Nawawi, H. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang
Kompetitif. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Nuryoto, S. (1993). Kemandirian remaja ditinjau dari Tahap Perkembangan, Jenis Kelamin dan Peran Jenis. Yogyakarta: fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada.
Prihadi, F.S. (2004). Assessment Centre: Identifikasi, Pengukuran, dan
Pengembangan Kompetensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rivai, V. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Roe, R.A. (2001). Competencies and Competence Management. Paper European Congress for W&O Psychology, Prague.
Satudung, J. (1998). Kecerdasan Emosi Remaja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Siagian, P.S. (1998). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
(4)
109
Soetjipto, H.P. (1989). Hubungan antara Jumlah Anak dalam Keluarga, Persepsi
Pola Asuh Orangtua, dan Kemandirian Siswa Kelas I SMAN yang Mempunyai Ibu Bekerja dan Tidak Bekerja di Kotamadya Yogyakarta.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Sudarmanto. (2009). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana, D. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan: Teori dan Aplikasi. Bandung: Falah Production.
Suryana. (2013). Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Surat Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Perguruan Tinggi. Jakarta: Depdiknas RI.
Sutisna, A. (2012). Pelatihan Berbasis Kinerja: Konsep dan Implementasi pada
Pelatihan Guru/Tutor. Jakarta: Schola Media.
Sutrisno, E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sutermeister, A. R. (1976). People and Productivity. New York: Mc. Graw-Hill Book Company.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Republik Indonesia.
UNESCO. (2007). EFA Mild Decade Assessment: Sustaining EFA Performance
in Indonesia. UNESCO.
UNESCO. (2011). Education for All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The
Hidden Crisis, Armed Conflict and Education. UNESCO.
Usman, M. (1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wibowo, dkk. (2002). Pendidikan Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: UAJY. Zen, Z. A. (1973). Teori Praktek Akupuntur. Jakarta: Universitas Indonesia.
(5)
(Studi Kasus Di Yayasan Kartika Destarata, Jakarta Barat)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Bagian Dari Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh
Peny Nugrohowati 1302831
PRODI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
(6)