Upaya yayasan Bina Insan Mandiri “master” dalam pemberdayaan anak jalanan melalui program pelatihan keterampilan komputer di Depok Jawa Barat

(1)

PELATIHAN KETERAMPILAN KOMPUTER DI DEPOK

JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Disusun oleh: Vivih Rahmawati NIM : 1110054000006

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya asli saya merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 2014


(5)

i Vivih Rahmawati

(Upaya Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Pelatihan Keterampilan Komputer di Depok, Jawa Barat)

Pelatihan keterampilan komputer di Yayasan Bina Insan Mandiri“Master”

merupakan salah satu program pemberdayaan yang awalnya dikhususkan untuk anak-anak jalanan. Dengan tujuan agar mereka tidak kembali turun ke jalan dan menjadi pengamen. Melihat peminat pelatihan keterampilan komputer sangat banyak sehingga pelatihan ini dapat dinikmati oleh seluruh warga belajar Yayasan

Bina Insan Mandiri “Master”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah program pelatihan

keterampilan komputer di Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” telah berhasil memberdayakan anak-anak jalanan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Data dikumpulkan melalui pengamatan langsung, studi dokumentasi dan wawancara mendalam dengan subjek penelitian. Subjek yang terpilih dalam penelitian ini adalah anak-anak jalanan yang mengikuti pelatihan keterampilan komputer, Pendiri dan ketuaYayasan Bina Insan Mandiri “Master”, koordinator lab dan tutor pelatihan komputer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan komputer di

Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” telah berhasil membuat anak jalanan terampil dan berdaya. Dalam hal ini anak jalanan yang mengikuti pelatihan keterampilan komputer mampu mengoperasikan dasar-dasar komputer seperti, typing master, photoshop, microsoft office, photography, input data, corel draw, dan masih banyak lagi. Sehingga dengan keahlian yang mereka miliki, dapat membuat mereka memiliki rasa percaya diri, memiliki daya saing, mereka tidak kembali mengamen dan dapat diterima di dunia kerja. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, terdapat lima siswa anak jalanan yang telah lulus dari pelatihan keterampilan komputer dan sudah memiliki pekerjaan di bidang keahlian komputer dengan memiliki penghasilan rata-rata diatas UMK (upah minimum kota). Dengan penghasilan yang dimiliki dapat membuat mereka membantu perekonomian keluarga. Melihat dari siswa anak jalanan yang telah berhasil tersebut, membuktikan bahwa dengan memiliki bekal keahlian dan keterampilan yang dimiliki dapat merubah hidup kaum lemah menjadi berdaya.

Dengan demikianYayasan Bina Insan Mandiri “Master” sudah melakukan pemberdayaan anak-anak jalanan melalui program pelatihan keterampilan komputer. Anak-anak jalanan di Depok, Jawa Barat dapat menikmati bangku pendidikan, keterampilan, dan fasilitas lainnya secara gratis.


(6)

ii

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dengan rahmat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” dalamPemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Pelatihan Keterampilan Komputer di Depok, Jawa Barat”.

Skripsi ini diajukan guna melengkapi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). Jenjang pendidikan Strata Satu Program Studi Pengembangan Masyakat Islam pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis ini menyadari bahwa penulisan skripsi ini sulit untuk dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang memberikan kontribusinya baik material maupun spiritual khususnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, MA.

2. Ibu Wati Nilamsari M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang telah memberikan nasihat, masukan dan memberikan kemudahan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi.

3. Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Bpk. Hudri, M.Ag yang telah membantu secara administratif sehingga dapat memperlancar proses penulisan skripsi.


(7)

iii

penuh perhatian dan kesabaran selama penyusunan maupun penulisan skripsi ini.

5. Dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Pak Yusro Kilun, Pak Syamsir Salam, Pak Tantan Hermansah, Pak Muhtadi, Bu Nurul, Pak Dicky, serta seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Kepada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Perpustakaan UI, dan Perpustakaan Nasional yang telah memberikan fasilitas penulis untuk menggunakan literatur dan koleksi perpustakaan sebagai referensi penulis dalam membuat skripsi.

7. Untuk Mama, Bapak, dan Kakakku tercinta yang tanpa henti

mengalirkan do’a untuk keselamatan dan keberhasilan penulis serta

memberikan semangat baik spiritual, moril dan materil.Tanpa do’a dan

dukungan dari kalian penulis tidak akan bisa merasakan bangku perkuliahan ini. Semoga kalian selalu dalam lindungan Allah SWT. 8. Kepada Pak Nurokhim, Pak Mustamin, Kak Roqib Bayni dan seluruh

relawan master yang telah memberikan bantuan yang tak ternilai dalam penyelesaian studi penulis dan memberikan kemudahan penulis untuk melakukan penelitian di master.


(8)

iv

selesainya skripsi ini. Semoga sukses selalu.

10. Untuk teman-temanku M. Immamudin Arya, Sri Rahmayani, Nur Handayani dan Ahmad Taufik Ramadhan yang selalu berbagi cerita dan pengalaman pribadi dengan penulis semoga kalian sukses semuanya. 11. Semua teman-teman di Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2010

yang saling membantu, saling berbagi dan saling menolong satu sama lain demi keberhasilan bersama antara lain: Badzlia, Maya, Mia, Resa, Nurul, Ikbal, Ika, Lilis, Ujang, Nisa, Salamah, Ade, Wawan, Givano, Adit, Fikri, Heri, yusih.

12. Untuk Kak Ahmad Farhan yang telah membantu penulis dalam memberikan pinjaman buku-bukunya sehingga dapat memudahkan penulis dalam mencari referensi.

13. Untuk Kak Siti Habibah yang telah memberikan do’a, dukungan dan

secara langsung membantu dalam penulisan skripsi ini.

14. Untuk kak Siti Inayah yang telah memberikan motivasi kepada penulis. 15. Untuk adik-adik PMI semester 2, 4 dan 6 yang penulis sayangi.

16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.


(9)

v bagi kita semua.

Jakarta, Juli 2014 Penulis,


(10)

vi

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Batasan dan Rumusan Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...7

D. Manfaat Penelitian...8

E. Tinjauan Pustaka...8

F. Metodelogi Penelitian...10

G. Sistematika Penulisan...16

BAB II. TINJAUAN TEORITIS A. Pemberdayaan...18

1. Pengertian Pemberdayaan...18

2. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat...19

3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan...23

4. Strategi Pemberdayaan...24

5. Prinsip Pemberdayaan...27

B. Anak Jalanan 1. Pengertian Anak Jalanan...28

2. Kategori Anak Jalanan...30

3. Faktor Penyebab Anak Jalanan...31

4. Masalah-masalah Anak Jalanan...32

5. Model Penanganan Anak Jalanan...35

C. Pelatihan 1. Pengertian Pelatihan...36

2. Tujuan Pelatihan...38

3. Model-model Peltihan...39

D. Pengertian Keterampilan...40

E. Komputer 1. Pengertian Komputer...41


(11)

vii

1. Sejarah Yayasan Bina Insan Mandiri...44

2. Visi dan Misi Yayasan Bina Insan Mandiri...46

3. Struktur Organisasi...47

4. Sumber Dana...48

5. Kemitraan Yayasan Bina Insan Mandiri...49

B. Program Yayasan Bina Insan Mandiri...51

1. Program Pendidikan Yayasan Bina Insan Mandiri...51

2. Program Pelatihan Keterampilan (Skill)...53

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Temuan Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Komputer...54

2. Peserta...57

3. Waktu Pelatihan ...59

4. Tujuan dan Manfaat...59

5. Pelatih...60

6. Metode Pelatihan...61

7. Kebijakan...64

8. Kisah Anak-anak Jalanan Bisa Sampai di Master...65

B. Analisis Data Penelitian 1. Pelaksanaan Peltihan Keterampilan Komputer...67

2. Hasil yang dicapai dalam Pelatihan...70

3. Manfaat Pelatihan...76

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan...78

B. Saran...79

DAFTAR PUSTAKA...80


(12)

a. Tabel 1 Rancangan Informan...14

b. Tabel 2 Masalah yang Dihadapi Anak Jalanan...33

c. Tabel 3 Prestasi dan Mitra Kerja Yayasan Bina Insan Mandiri...50


(13)

ix

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri...83

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Koordinator Lab Komputer...84

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Tutor Pelatihan Komputer...85

Lampiran 4 Pedoman Wawancara Siswa Pelatihan Komputer...86

Lampiran 5 Hasil Wawancara Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri...87

Lampiran 6 Hasil Wawancara Koordinator dan Tutor Lab Komputer...90

Lampiran 7 Hasil Wawancara Peserta Pelatihan Komputer...99

Lampiran 8 Data Upah Minimum Kabupaten/Kotamadya (UMK) 2013-2014...116

Lampiran 17 Jadwal Kelas Komputer 2013-2014...118


(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak keluarga dan masa depan bangsa merupakan tiga hal yang saling berkaitan. Di antara tiga hal tersebut keluarga mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting terhadap perkembangan anak. Perkembangan dimulai dalam keluarga.1 Fungsi keluarga adalah sebagai pendidik anak yang paling utama. Sebab, dari merekalah anak-anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga, umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Segala sesuatu yang diperbuat anak mempengaruhi keluarganya begitu juga sebaliknya. Keluarga memberikan dasar tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan menentukan pola tingkah laku anak terhadap orang lain dalam masyarakat.2

Dalam masa pertumbuhan, masa anak-anak merupakan fase dimana anak akan tumbuh dan berkembang untuk menentukan masa depannya. Perlu adanya perhatian penuh terhadap perkembangan anak, karena pada masa itu anak sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau keluarga. Sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sehat jasmani dan rohani, bahagia, cerdas, dan bermoral. Apabila anak tidak merasakan kasih sayang yang cukup akan berpengaruh terhadap perkembangan anak, hal ini disebabkan

1

Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak (Jakarta: Rajawali, 1985), h. V

2


(15)

karena faktor orang tua yang terlalu sibuk sehingga anak dan keluarga kurang mendapatkan perhatian serta masalah kemiskinan yang mempengaruhi ekonomi keluarga.

Krisis moneter yang berlangsung di Indonesia pada tahun 1997 memicu munculnya krisis ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Krisis moneter mengakibatkan tingginya jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pengangguran sehingga menimbulkan banyak dampak negatif yaitu tingginya angka kemiskinan dan masalah sosial.

Dalam hal ini, anak-anaklah yang pertama menjadi korban dari masalah rumah tangga orang tua dan kemiskinan yang mempengaruhi ekonomi keluarga. Kemiskinan bukan hanya masalah ekonomi, tetapi berkaitan dengan masalah penyakit spiritual dan akhlak. Masalah penyakit spiritual dan akhlak di dalam keluarga akan menyebabkan keluarga menjadi tidak harmonis, kebodohan, kelemahan, dan kurangnya keimanan.

Anak merupakan amanah dan anugerah dari Allah SWT yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut meminta. John Gray

dalam “Children are From Heaven” menuturkan betapa anak-anak dilahirkan baik dan tidak berdosa, namun kita bertanggungjawab untuk secara bijaksana mendukung mereka sehingga potensi dan bakatnya tertarik keluar. Karenanya,


(16)

anak-anak membutuhkan orang dewasa untuk membuat mereka lebih baik. Anak tergantung pada dukungan orang tua untuk tumbuh.3

Ada dua alasan penting mengapa anak harus dilindungi, pertama anak adalah generasi penerus dan masa depan bangsa, di tangan merekalah nasib bangsa ini dipertaruhkan, kedua anak adalah kelompok masyarakat yang secara kodrati lemah sehingga harus dilindungi. Hukum negara yang diwujudkan dengan adanya peraturan perundang-undangan yang berpihak pada perlindungan dan kepentingan terbaik untuk anak menjadi salah satu hal yang sangat menentukan.4

Di negara kita hak-hak anak telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, serta memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasan sesuai dengan minat dan bakat yang bertujuan untuk memberdayakan dan memandirikan anak.5

Berdasarkan pemaparan tersebut adanya jaminan perlindungan terhadap anak dari berbagai tindakan kekerasan dan diskriminasi. Sehingga anak merasa nyaman dan mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya serta anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, akan tetapi pada kenyataannya berbeda banyak anak yang menjadi korban kekerasan baik kekerasan fisik

3

Muchsin,Perlindungan Anak dalam Perspektif Hukum Positif(Jakarta: Mahkamah Agung, 2011), h. 1.

4

Ibid., h. 1.

5

Mahkamah Agung RI,Undang-Undang Perlindungan Anak Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Pemberantasan TindaK Pidana Perdagangan Orang(Jakarta: MA, 2013), h. 8-12.


(17)

maupun seksual, tidak memperoleh pendidikan dan pengajaran dengan baik, serta kurang mendapatkan perhatian sehingga perkembangan anak menjadi terhambat dan anak terlantar.

Masih banyak hak-hak anak yang terabaikan sehingga anak terpaksa turun ke jalan untuk mencari kenyamanan. Jumlah anak jalanan belakangan ini makin mencemaskan. Meningkatnya jumlah anak jalanan perlu mendapatkan perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat agar jumlah anak jalanan tidak terus meningkat.

Berdasarkan hasil catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok yang dikutip oleh “Sindonews, 29 November 2013” jumlah anak jalanan cenderung menurun karena adanya program razia yang dilakukan oleh satuan Pamong Praja (Satpol PP). Jumlah anak jalanan pada tahun 2012 hanya ada 336 anak jalanan sementara pada tahun 2011 ada 430 anak jalanan.6

Anak jalanan merupakan anak yang sering ditemui di jalanan oleh masyarakat. Kebanyakan dari mereka berpenampilan kusam dan pakaian tidak terawat. Anak jalanan sering mengalami masalah yang memprihatinkan yang seharusnya tidak dialami oleh anak-anak seusia mereka, yaitu kekurangan ekonomi, mengalami gizi buruk, kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua atau keluarga, rentan menjadi korban kekerasan dan kejahatan seksual, dikucilkan oleh masyarakat dan tidak memperoleh pendidikan secara maksimal.

Seringkali mereka dicap sebagai merusak keindahan kota, sehingga razia

atau “penggarukan” sudah menjadi kebiasaan mereka. Marginal, rentan dan eksploitasi adalah istilah-istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan

6

Artikel diakses 24 Juni 2014 dar http://metro.sindonews.com/read/811532/31/jumlah-anak-terlantar-di-depok-meningkat


(18)

kondisi dan kehidupan anak jalanan. Marginal karena mereka terpinggirkan, rentan karena kehidupan mereka yang lebih banyak di jalan sehingga dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan, dan eksploitasi karena mereka sering menjadi objek perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah preman atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab.7

Begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh anak jalanan. Anak-anak yang seharusnya mendapatkan perhatian, dan dapat merasakan bangku pendidikan kini malah harus berkeliaran di jalan demi untuk menyambung hidup. Banyak faktor yang menyebabkan mereka menjadi anak jalanan yaitu karena adanya masalah ekonomi di keluarga, korban kekerasan dan tidak harmonisnya rumah tangga orang tua, dan korban perlakuan salah dari orang tuanya.

Dalam rangka mengurangi jumlah anak jalanan dan memenuhi hak-hak anak, maka diperlukannya peran pemerintah, masyarakat dan kelembagaannya yang turut andil dalam program pemberdayaan dalam menangani kasus anak jalanan tersebut. Dengan diadakannya program pemberdayaan maka sedikit demi sedikit jumlah anak jalanan akan berkurang dan membantu meringankan permasalahan anak-anak jalanan sehingga mereka dapat menjalankan kehidupan yang layak dan lebih baik lagi.

Pemberdayaan anak jalanan tidak cukup hanya diberikan berupa uang dan makan akan tetapi juga harus diberikan bekal keahlian untuk meningkatkan kemampuan keterampilan agar dapat meningkatkan harkat dan martabat. Ada banyak bentuk keterampilan yang dapat diberikan kepada anak jalanan. Namun,

7


(19)

seiring berkembangnya jaman dan semakin canggihnya teknologi maka pemberdayaan yang tepat untuk anak jalanan masa kini yaitu melalui program pelatihan keterampilan komputer dalam bentuk pendidikan non formal.

Berbicara mengenai pemberdayaan anak jalanan Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” merupakan lembaga yang concern terhadap pendidikan

masyarakat marginal (pengamen, pengasong, anak jalanan dan dhu’afa) berusaha

memberikan pelayanan pendidikan dengan bingkai kemandirian dan budi pekerti melalui program pendidikan kesetaraan dan keterampilannya menjadi alternatif bagi masyarakat yang selama ini belum mendapatkan pelayanan pendidikan karena faktor ekonomi, sosial, dan geografi.8

Berawal dari keprihatinan terhadap nasib anak bangsa yang mengalami kemiskinan dan kebodohan generasi bangsa yang bermuara pada kriminalitas dan penyakit sosial lainnya khususnya di kalangan anak-anak. Kehadiran Yayasan

Bina Insan Mandiri “Master” Depok laksana oase di gurun pasir yang panas dan gersang. Pendidikan, sosial dakwah, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan dalam memberikan solusi permasalahan masyarakat termarjinalkan.9

Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” hadir ditengah-tengah banyaknya masyarakat terpinggirkan yang belum tersentuh oleh program pemerintah. Yayasan ini menjadikan anak jalanan ke Zero Base dengan membutuhkan teknik yang tidak mudah untuk merubah sifat dan sikap mereka sehingga mau dan

8

Modul Yayasan Bina Insan Mandiri (Depok: Yayasan Bina Insan Mandiri, 2012), h. 2.

9

Laporan Program Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Yayasan Bina Insan Mandiri (Depok: Yayasan Bina Insan Mandiri, 2009), h. 7.


(20)

mampu belajar. Peran relawan kakak pengasuh (yang mampu memotivasi) melebihi guru pendidik sekolah.10

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Upaya Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pelatihan Keterampilan Komputer di Depok, Jawa Barat.”

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah dari tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka dalam penelitian ini hanya di batasi pada penelitian anak jalanan yang mengikuti pelatihan keterampilan komputer di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, Jawa Barat.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah program pelatihan keterampilan komputer di Yayasan Bina

Insan Mandiri “Master” telah berhasil memberdayakan Anak-anak jalanan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menunjuk pada apa yang akan dicapai oleh maksud penelitian itu. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

10


(21)

menganalisis program pelatihan keterampilan komputer di Yayasan Bina Insan

Mandiri “Master” serta hasil yang dicapai untuk keberhasilan hidup anak jalanan

dalam pemberdayaan melalui program pelatihan keterampilan komputer.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berminat maupun yang terkait dalam masalah anak jalanan, yaitu:

1. Segi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian-kajian dalam pemberdayaan anak jalanan. Selain itu penelitian ini juga dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana upaya yang dilakukan dalam pemberdayaan anak jalanan melalui pelatihan keterampilan komputer.

2. Segi Praktis

Diharapkan dapat bermanfaat dalam sebuah pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk menangani masalah anak jalanan.

3. Masyarakat

Dalam hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya mengenai pemberdayaan anak jalanan yang dilakukanoleh Yayasan Bina Insan Mandiri “Master”.

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh ini sudah banyak peneliti yang meneliti anak jalanan dalam lembaga, yayasan dan sebagainya. Akan tetapi fokus kajiannya berbeda namun


(22)

subyeknya sama yaitu anak jalanan. Pertama, skripsi berjudul “pemberdayaan

anak jalanan melalui program sekolah otonom oleh sanggar anak akar di gudang seng jakarta timur“ 2010, yang disusun oleh fenny oktaviany. Skripsi ini berisikan tentang pemberdayaan anak jalanan yang di lakukan oleh sanggar anak akar melalui program sekolah otonom dengan memberikan pendidikan kepada anak jalanan melalui pembalajaran dialogis.

Kedua, skripsi yang berjudul “upaya meningkatkan life skills anak jalanan

melalui pelatihan keterampilan otomotif bagi klien anak jalanan di social

development center (SDC) Bambu apus jakarta timur”, 2010, yang disusun oleh

Ahmad Hary Deni. Skripsi ini berisi tentang upaya yang dilakukan oleh social development center (SDC) dalam meningkatkan life skill agar anak – anak dapat mengembangkan kemampuan yang mereka miliki, bakat dan minat mereka dapat tersalurkan serta menciptakan jiwa yang kreatif dan mandiri.

Dalam penulisan ini, agar mempermudah penulis menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan

Disertasi”, yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

cetakan tahun 2007.

Skripsi yang penulis bahas adalah mengenai upaya pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri melalui program pelatihan keterampilan komputer di terminal Depok. Fokus program lembaga tersebut adalah memberikan pelatihan keterampilan komputer kepada anak–anak jalanan secara gratis agar memiliki kepercayaan diri terhadap potensi yang dimilikinya, serta timbulnya kesadaran bahwa dengan keterampilan yang dimilikinya dapat meningkatkan taraf hidup yang modern.


(23)

F. Metodologi Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan Penelitian

Untuk analisis lebih lanjut tentang upaya Yayasan Bina Insan Mandiri dalam pemberdayaan anak jalanan melalui program pelatihan keterampilan komputer, penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dengan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khususnya alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.11

Dalam penelitian ini penulis berupaya mendeskripsikan atau melihat fenomena tentang pemberdayaan anak jalanan melalui program pelatihan keterampilan komputer di Yayasan Bina Insan Mandiri “Master”. Dalam penelitian ini penulis berusaha menggambarkan dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, tinjauan pustaka, dan pengamatan di lapangan yang berkaitan dengan objek yang telah diteliti. Penulis ingin melihat proses yang terjadi dalam pemberdayaan anak jalanan melalui pelatihan keterampilan komputer di Yayasan Bina Insan Mandiri “Master”.

11

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 6.


(24)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Yayasan Bina Insan Mandiri“Master”

Jl. Margonda raya No. 58 Terminal Depok, Jawa Barat. Dengan melihat langsung bagaimana upaya yang dilakukan dalam menangani anak jalanan melalui Pelatihan Keterampilan komputer, sehingga akan mempermudah peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut untuk dijadikan bahan penelitian adalah:

a. Lokasi yang mudah dijangkau sehingga peneliti dapat menghemat waktu dan biaya

b. Lembaga yang perduli terhadap anak jalanan

c. Program-program yang dibuat oleh Yayasan Bina Insan Mandiri menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat

d. Tempat peneliti melaksanakan praktikum 1 dan 2

3. Teknik Pengumpulan Data

Sehubung dengan penelitian yang akan dipakai, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:

a. Observasi (Pengamatan)

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria yaitu; pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius, pengamatan harus berkaitan dengan tujuan


(25)

penelitian yang telah ditetapkan, serta pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.12

Dalam teknik observasi ini untuk memperoleh data peneliti mengunjungi dan meninjau lokasi penelitian yaitu Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Jawa Barat, sambil mengamati dan mencatat kejadian ke dalam buku catatan kecil mengenai kegiatan yang sedang berlangsung dalam pelaksanaan pelatihan keterampilan komputer di lokasi penelitian. Sehingga dapat terlihat dampak dari kegiatan pelatihan keterampilan komputer.

Untuk meningkatkan validitas hasil pengamatan peneliti menggunakan beberapa alat bantu, antara lain handphone yang sudah dilengkapi dengan kamera, buku tulis dan pulpen. Alat bantu kamera digunakan oleh peneliti untuk merekam kejadian dalam bentuk gambar dan membantu mengingat apa yang dilihat pada saat observasi. Sehingga peneliti hanya terfokus pada pengamatan yang membutuhkan penglihatan. Buku tulis dan pulpen membantu peneliti dalam mencatat kejadian pada objek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlihat dalam

12


(26)

kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan.13

Dalam penelitian ini penulis mewawancarai Bapak Mustamin selaku ketua Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” dan Bayni sebagai koordinator lab pelatihan keterampilan komputer, peneliti juga mewawancarai beberapa siswa

pelatihan keterampilan komputer di Yayasan Bina Insan Mandiri “Master”

diantaranya, Chairul, Julfan, Reggi, Adam, Andre, Fakhrul, Sandi, Figi dan Farhan. Dengan alasan bahwa mereka merupakan siswa pelatihan keterampilan komputer yang termasuk ke dalam kategori anak jalanan yang berpartisipasi penuh di jalan (children of the street). Adanya pemilihan kategori tersebut agar penelitian ini terfokus dan sesuai dengan subjek penelitian yaitu anak jalanan yang aktif di jalan yang sedang dibimbing agar tidak turun ke jalan. Peneliti mengadakan tanya jawab yang berkenaan dengan pemberdayaan anak jalanan melalui pelatihan keterampilan komputer di Yayasan Bina Insan Mandiri

“Master” dengan pihak-pihak yang mengetahui tentang pemberdayaan anak jalanan melalui pelatihan keterampilan komputer. Dengan rancangan informan sebagai berikut:

13


(27)

Tabel 1 Rancangan Informan

No. Informan Informasil Yang Digali Metode Pengumpulan

Data

Jumlah

1 Ketua Yayasan Bina Insan

Mandiri

“MASTER”

Latar belakang berdirinya Yayasan Bina

Insan Mandiri “Master”

Wawancara bebas terstruktur dan

dokumentasi

1

2. Koordinator dan Tutor lab Komputer

Sejarah berdirinya lab komputer, tujuan pelatihan komputer, metode pembelajaran, peserta pelatihan Wawancara bebas tersktruktur dan dokumentasi 2

3. Anak jalanan yang mengikuti pelatihan keterampilan komputer Pelaksanaan pelatihan keterampilan komputer,

faktor penghambat dan pendukung dan hasil

serta manfaat yang diperoleh Wawancara bebas terstruktur dan observasi 8 c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan bahan tertulis ataupun film yang memiliki sifat alamiah, sesuai dalam konteks dan berada dalam konteks sehingga dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengujian.14 Dalam hal ini untuk memperoleh kelengkapan data peneliti meminta langsung kepada ketua Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” dan koordinator pelatihan keterampilan komputer. Dokumen tersebut berupa modul yang berisikan gambaran umum Yayasan Bina Insan Mandiri, hasil karya siswa pelatihan komputer dan daftar nama-nama peserta pelatihan keterampilan komputer.

14

Lexy, J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosadakarya, 2007). h. 216-217.


(28)

4. Teknik Analisis Data

Analisis data yaitu menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, pengamatan, dokumen pribadi, dokumen resmi dan foto. Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja menggunakan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola, mensintesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.15Dalam menganalisis data hasil penelitian peneliti menjelaskan catatan hasil temuan lapangan dan setelah itu disimpulkan.

5. Teknik Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),keteralihan

(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).16

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pertama kriterium derajat kepercayaan. Berfungsi sebagai melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, dan menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang dieteliti. Dalam penelitian ini, penulis melakukan

beberapa kali kunjungan ke Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” untuk 15

Ibid., h. 247-248.

16


(29)

melakukan wawancara, observasi langsung saat berjalannya pelatihan, meminta

dokumentasi Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” dan ngobrol-ngobrol santai dengan siswa pelatihan.

Kedua, triangulasi yakni teknik keabsahan data untuk keperluan pengecekan atau sebagai sebagai pembanding data. Hal itu dapat dicapai dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini terdiri lima bab, termasuk pendahuluan, isi dan penutup. Adapun sistematika penulisan pada skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Merupakan bagian dari pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjuan pustaka, kajian teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : Akan memaparkan mengenai tinjauan teoritis, pengertian pemberdayaan, tahap-tahap pemberdayaan masyarakat, tujuan dan proses pemberdayaan masyarakat, strategi pemberdayaan, prinsip dasar pemberdayaan, pengertian anak jalanan, kategori anak jalanan, faktor penyebab anak jalanan, masalah-masalah


(30)

anak jalanan, model penanganan anak jalanan, pengertian pelatihan, tujuan pelatihan, model-model pelatihan, pengertian keterampilan, pengertian komputer, dan kelebihan dan kelemahan komputer.

BAB III : Akan memaparkan mengenai gambaran umum Yayasan Bina Insan Mandiri, sejarah yayasan, visi dan misi, struktur kepengurusan, sumber dana yayasan, dan program Yayasan Bina Insan Mandiri.

BAB IV : Akan memaparkan mengenai hasil temuan lapangan yang menganalisa hasil penelitian mengenai upaya Yayasan Bina Insan Mandiri dalam pemberdayaan anak jalanan melalui program pelatihan keterampilan komputer. Kemudian bentuk–

bentuk program Yayasan Bina Insan Mandiri sebagai upaya pemberdayaan anak jalanan melalui program pelatihan keterampilan komputer.

BAB V : Kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang diperoleh dan akan dijelaskan secara konkrit yang diharapkan dapat bermanfaat bagi Yayasan Bina Insan Mandiri pada khususnya dan pada umumnya masyarakat luas.


(31)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment),

berasal dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan).17 Sebagaimana dalam hal ini pemberdayaan dapat dilakukan dengan memperkuat kekuasaan pada kelompok lemah dengan diberikan perhatian khusus melalui serangkaian kegiatan hingga kelompok lemah tersebut menjadi berdaya.

Adapun pengertian pemberdayaan menurut Shardlow adalah pemberdayaan yang membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka.18

Sedangkan pengertian pemberdayaan menurut kamus bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan dalam memberdayakan masyarakat untuk menciptakan suatu perubahan.19

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam:

17

Edi Suharto,Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat(Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 57.

18

Isbandi Rukminto Adi,Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 54.

19

Frista Artmanda W.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia(Jombang: Lintas Media), h. 234.


(32)

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), bukan saja bebas berpendapat, tetapi bebas dari kelaperan, kebodohan dan kesakitan.

b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa yang diperlukan.

c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.20

Dari beberapa pengertian pemberdayaan diatas penulis menyimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan sebuah proses dalam mencari solusi dari ketidakberdayaan anggota masyarakat dengan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat itu sendiri untuk mencapai suatu tujuan bersama. keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam pemberdayaan masyarakat. Karena masalah dan kebutuhan masyarakat, hanya masyarakat sendiri yang memahaminya.

2. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat harus ditempuh dengan cara sistematis dan terorganisir. Sistematis berarti melalui cara yang bertahap, sedangkan terorganisir berarti ditempuh melalui cara terstruktur atau tertata dengan rapi. Secara sederhana tahapan-tahapan dalam pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan sebagai berikut:21

20

Edi Suharto,Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat(Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 58.

21

Laporan Program Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Yayasan Bina Insan Mandiri (Depok: Yayasan Bina Insan Mandiri, 2009), h. 7-23.


(33)

a. Tahap Penjangkauan

Pada tahap penjangkauan dilakukan setelah tahapan sosialisasi. Sosialisasi dilakukan oleh dan antar anak jalanan itu sendiri. Mereka mengajak rekan-rekan yang lain yang berada di stasiun Depok Baru, Depok Lama, Pasar Kemiri Muka dan terminal Depok untuk berkumpul dan tempat istirahat sementara. Para pendamping memilih anak-anak yang sesuai kriteria dengan mengidentifikasi kebutuhan, masalah dan potensi penerima manfaat dan melakukan kunjungan rumah (bagi anak jalanan yang masih memiliki orang tua). Setelah informasi dan sosialisasi dilakukan, maka tahapan berikutnya ialah proses penerimaan klient, yaitu:

1. Identifikasi

Identifikasi merupakan pengumpulan data dan informasi awal tentang kondisi klient dengan melalui wawancara, pengisian data pribadi dan keluarga, serta investigasi antar sesama rekan. Informasi yang digali pada tahapan ini berkaitan dengan kondisi individu dan keluarga. 2. Assesmen

Assesmen adalah suatu proses untuk mengungkap dan memahami masalah dan kebutuhan-kebutuhan setiap anak. Pelaksanaan asesmen dilaksanakan dalam berbagai pegumpulan data sampai dengan kesimpulan seputar anak dan lingkungannya. Pada tahapan ini, dilakukan dengan penggalian potensi klien guna memahami kebutuhan pengembangan individu anak yang akan dijadikan dasar penyusunan rencana intervensi. Dalam hal ini ada dua assesmen yang dilakukan, yaitu assesmen sosial yang dimana pada asesmen ini dilakukan untuk


(34)

mengungkapkan masalah, kemampuan dan sumber yang ada yang berkaitan dengan relasi sosial, ekonomi dan lingkungan. Sedangkan yang kedua assesmen minat dan bakat untuk mengungkapkan bakat dan minat anak akan sesuatu hal yang diminati. Hal ini dijadikan salah satu acuan pengarahan pada bimbingan keterampilan, sekolah formal ataupun paket.

3. Rencana Intervensi

Dalam tahapan ini dilakukan setelah assesmen menyeluruh pada anak-anak. Tujuan dari rencana intervensi ini yaitu untuk menentukan arah pemberdayaan yang tepat bagi klien. Sehingga nantinya tidak salah sasaran dan tujuan dapat tercapai.

b. Tahapan Pendampingan

Dalam tahapan pendampingan ini membantu anak dengan memberikan motivasi sampai anak mau dan mampu mengakses ke satuan pendidikan formal dan non formal yang ada di masyarakat setelah proses penjangkauan dilakukan sehingga anak dapat berkumpul dengan keluarga.

1. Tahap Bimbingan

Dalam tahap bimbingan dilakukan melalui media konseling, terapi kelompok, nasihat, pemberian saran yang bertujuan untuk mendorong anak dan keluarga agar bersedia untuk mengikuti proses belajar. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan metode ceramah, clasic, simulasi, ataupun mentoring baik kepada anak maupun keluarga.


(35)

2. Tahap Layanan Dukungan

Tahapan ini diberikan kepada klien setelah pendamping mengalami kesulitan menangani masalah yang dihadapi anak. Tujuannya adalah untuk mendorong anak-anak terpenuhi hak-hak dasarnya dan mendorong lebih terbukanya akses sumber-sumber pemenuhan hak-hak dasar anak terutama anak yang memerlukan perlindungan khusus. c. Tahapan Pemantuan dan Evaluasi

Dalam tahapan ini dilakukan oleh pendamping agar dapat menetapkan apakah anak berhak atau kesiapan dan mampu untuk melanjutkan kegiatan belajar melalui rapat evaluasi pendamping. Jika anak tidak dimungkinkan untuk melanjutkan pelayanan dalam sistem pendidikan yang ditawarkan, maka pendamping dapat melanjutkan proses pendampingan hingga sang anak siap belajar atau diarahkan pada bakat dimilikinya.

d. Tahapan Pengakhiran

Tahap pengakhiran disini adalah kegiatan yang mengembalikan anak sebagai penerima manfaat kepada orang tua, keluarga atau wali anak. tujuannya adalah pelanjutan untuk kepentingan terbaik untuk anak yang disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan anak. dalam hal ini pendamping berperan untuk menjembatani dan memfasilitasi penbentukan jaringan kerja sama dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia.

Tahapan-tahapan diatas merupakan tahapan pemberdayaan anak jalanan yang digunakan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri. Dalam tahapan tersebut, partisipasi orang tua dan keluarga sangat diperlukan. Karena tanpa adanya


(36)

partisipasi orang tua dan keluarga kurang termotivasi sehingga tujuan yang ingin tercapai tidak maksimal.

3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan Masyarakat

Secara Substansial, tujuan pemberdayaan adalah untuk menjadikan mereka yang kurang beruntung (disadvantages), atau yang tidak berdaya (powerless) dapat menjadi berdaya (empowered).22 Secara lebih rinci, tujuan pemberdayaan menunjuk pada pencapaian hasil dari sebuah perubahan sosial, khususnya kelompok rentan dan lemah: yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial. Sehingga nantinya mereka dapat memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, serta mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.23

Proses pemberdayaan masyarakat adalah serangkaian kegiatan untuk memberdayakan kelompok lemah dalam masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat proses adalah hal yang terpenting. Apabila melakukan pemberdayaan masyarakat lebih mengutamakan hasil dari pada prosesnya, maka tidak memberdayakan masyarakat. Karena dalam pemberdayaan masyarakat yang dilihat adalah partisipasi aktif dari masyarakat sendiri.

Masyarakat bukan objek yang merupakan tujuan atau hasil dari proses akan tetapi masyarakat merupakan beribu-ribu proses perubahan. Proses dengan

22

Suisyanto, dkk, ed.,Model-model Kesejahteraan Islam Perspektif Normatif Filosofis dan Praktis: Pemberdayaan Masyarakat(Yogyakarta: Fakultas Dakwah Jurusan PMI UIN Sunan Kalijaga Bekerjasama dengan IISEP-CIDA, 2007), h. 119.

23

Edi Suharto,Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat(Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 60.


(37)

perubahan yang terus menerus dan selalu kontekstual dalam lokasi yang berbeda-beda. Proses tersebut sangat kompleks, tidak tetap, tidak menentu, tidak dapat diramalkan dan berubah-ubah. Proses harus melibatkan masyarakat itu sendiri. Keterlibatan ini tidak akan tercapai tanpa adanya partisipasi dan inisiatif penuh. Proses pemberdayaan masyarakat tidak dapat dipaksakan dari luar, dan tidak dapat ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan lokal atau departemen pemerintah. Proses pemberdayaan masyarakat harus menjadi proses yang dimiliki, dikuasai dan dilangsungkan oleh masyarakat sendiri.24

Agar tujuan pemberdayaan tercapai, maka dalam proses pemberdayaan diperlukan adanya pastisipasi masyarakat. Hal ini dilakukan dalam menumbuhkan inisiatif, kreativitas dan jiwa kemandirian dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan kesejahteraan. Melakukan pemberdayaan masyarakat berarti menyelamatkan aset negara khususnya anak-anak jalanan yang tergolong dalam masyarakat miskin.

4. Strategi Pemberdayaan

Strategi adalah usaha-usaha menyeluruh yang dirancang untuk menjamin agar perubahan-perubahan dapat diterima oleh partisipan atau berbagai kalangan yang akan terlibat dan dilibatkan dalam proses perubahan.25Dalam pemberdayaan masyarakat biasanya menggunakan strategi bottom up, yaitu masyarakat sejak awal dilibatkan dalam proses perencanaan sampai pelaksanaan dan pemiliharaan

24

Jim Ife dan Frank tesoriero,Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 340-342.

25

Edi Suharto,Pekerjaan Sosial di Dunia Industri Memperkuat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan(Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 135.


(38)

hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian di samping menjadi objek, masyarakat juga menjadi subjek dan pelaku pembangunan.

Secara umum ada tiga strategi dalam pemberdayaan masyarakat menurut Edi Suharto, yaitu:26

a. Aras Mikro

Model disini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas. Pemberdayaan pada model ini dilakukan secara individu melalui bimbingan, konseling,stress management,crisis intervention.Tujuan strategi ini adalah untuk melatih dan membimbing masyarakat dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.

b. Aras Mezzo

Pemberdayaan dengan strategi ini dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Tujuan strategi ini yaitu untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan keterampilan dan sikap-sikap masyarakat agar memiliki kemampuan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Teknik yang dilakukan adalah dengan diberikan pendidikan dan pelatihan serta dinamika kelompok.

c. Aras Makro

Pendekatan ini disebut sebagai strategi sistem besar (large sistem strategi), karena sasaran perubahannya diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Melalui perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, serta pengorganisasian masyarakat adalah beberapa strategi dalam

26

Suharto,Membangun Rakyat Memberdayakan Rakyat(Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 66.


(39)

pendekatan ini. Startegi ini memandang masyarakat sebagai orang yang memiliki dan memahami situasi-situasi keadaaan mereka.

Dari ketiga strategi tersebut, strategi yang digunakan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” dalam melakukan pemberdayaan anak jalanan yaitu aras mikro dan aras mezzo. Aras mikro disini dilakukan sebelum anak memasuki pendidikan, yaitu Bimbingan Sosial. Dilakukan oleh pendamping dengan metode ceramah, classic, simulasi, atapun mentoring baik kepada anak maupun keluarga. Bimbingan sosial merupakan salah satu kegiatan yang diberikan dalam bentuk pendampingan secara intensif dengan menekankan pada aspek perubahan sikap dan norma susila pada anak. hal ini meliputi beberapa aspek yaitu pertama,

psikologis dengan melalui menekankan pada perubahan pada jiwa anak. Kedua,

mental spiritual yaitu dengan menghadirkan pemahaman tentang nilai-nilai spiritual keislaman dan mental positif dengan memberikan motivasi untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan dalam hidup. Ketiga, Fisik yaitu memberikan pelayanan akan kebutuhan nutrisi dan makan sehari-hari anak sebagai salah satu metode daya tarik agar anak tetap beraktifitas di Yayasan Bina Insan Mandiri

“Master” dengan memberikan pelayanan pemenuhan hak gizi anak berupa

penyediaan kebutuhan nutrisi perharinya.

Kemudian dalam aras mezzo ini dengan memberikan program remedial dan bridging course. Yang dibutuhkan untuk program remedial yaitu identifikasi nilai ketuntasan minimal anak melalui nilai rapor maupun ulangan harian/akhir yan di lakukan oleh pendamping melalui wawancara singkat. Sedangkan untuk bridging course para pendamping diharapkan mengembangkan pre-post test untuk mengidentifikasi kebutuhan dan bakat anak yang dilakukan melalui observasi dan


(40)

wawancara dengan anak perihal kecakapan belajar (seperti kemampuan menulis, mengelola waktu, kemampuan menghafal, dsb), sosial dan personal.

5. Prinsip Dasar Pemberdayaan

Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat harus memiliki prinsip dasar. Adapun prinsip dasar dalam pemberdayaan masyarakat tersebut menurut Dunham adalah:27

a. Penekanan pada pentingnya kesatuan kehidupan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan mempertimbangkan keseluruhan kehidupan masyarakat, dan tidak dilakukan hanya untuk segmen tertentu dalam kehidupan masyarakat, seperti halnya untuk aspek kesehatan, rekreasi, ataupun kesejahteraan yang dalam arti sempit.

b. Pendekatan antar tim

Dalam pemberdayaan masyarakat diperlukan adanya pendekatan antar tim agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Dalam pendekatan antar tim ini, tidak hanya menekankan pada pendekatan multi profesi, tetapi juga membutuhkan multi lapisan profesi (multi vocational), karena selain layanan profesional juga diperlukan adanya keterlibatan layanan sub profesional.

c. Pentingnya pemahaman akan pola budaya masyarakat lokal

Para community worker harus benar-benar tulus ingin mengembangkan dan memberdayakan masyarakat yang ada, bukan hanya untuk sekedar memperkenalkan ataupun membawa tekhnologi yang baru ke masyarakat

27

Isbandi Rukminto Adi,Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2003), h. 218.


(41)

sasaran. Untuk dapat masuk dalam kehidupan masyarakat harus memahami pola budaya masyarakat lokal terlebih dahulu. Agar pemberdayaan nantinya sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

d. Prinsip kemandirian

Pemberdayaan masyarakat harus dilaksanakan bersama masyarakat dan bukan sekedar untuk masyarakat.

Pada prinsip dasar pemberdayaan di atas memang mengikutsertakan masyarakat atau target sasaran pemberdayaan itu sangat penting. Hal ini bertujuan agar pemberdayaan dilakukan dapat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Karena apabila pemberdayaan dilakukan tanpa mengikutsertakan masyarakat, fasilitator tidak akan faham tentang kebutuhan masyarakat itu sendiri sehingga hasilnya tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengikutsertakan masyarakat tersebut dibutuhkan adanya kekompakan antar kedua tim yaitu fasilitator dengan masyarakat.

B. Anak Jalanan

1. Pengertian Anak Jalanan

Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Dalam undang-undang tentang perlindungan anak menjelaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.28

28

Mahkamah Agung RI, Undang-undang Perlindungan Anak Pengahapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang(Jakarta: MA, 2013), h. 4.


(42)

Menurut Rano Karno yang dikutip oleh Bagong Suyanto dalam bukunya

yang berjudul “Masalah Sosial Anak” berpendapat bahwa anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota, dan bahkan sangat tidak bersahabat.29

Edi Suharto berpendapat bahwa anak jalanan adalah anak laki-laki dan perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan dan tempat-tempat umum, seperti pasar, mall, terminal bis, stasiun kereta api dan taman kota.30

Menurut penulis anak jalanan adalah anak yang kurang beruntung karena hak-haknya yang belum terpenuhi sehingga anak terpaksa untuk turun ke jalan dan menghabiskan sebagian waktunya di jalan. Kehidupan anak jalanan sangat akrab dengan kekerasan dan polusi. Mereka adalah anak-anak yang termarjinalkan karena belum memiliki status yang jelas. Berdasarkan hasil penelitian penulis di

Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” banyak anak-anak jalanan yang tidak memiliki akte kelahiran, sebagaimana akte kelahiran adalah bentuk identitas setiap anak yang bersifat penting untuk dijadikan bukti bahwa mereka adalah anak yang sudah mendapatkan pengakuan negara. Sehingga anak tidak kehilangan hak-haknya, seperti hak untuk memperoleh pendidikan.

29

Bagong Suyanto,Masalah Sosial Anak(Jakarta: Kencana, 2010), h. 199.

30

Edi Suharto,Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik(Bandong: Alfabeta, 2011), h. 231.


(43)

2. Kategori Anak Jalanan

Berdasarkan hasil kajian lapangan, Surbakti dkk membedakan tiga kelompok anak jalanan, yaitu:31

a.Children on the street, yaitu anak-anak yang memiliki kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih memiliki hubungan yang kuat dengan orang tua dan keluarganya. Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah untuk membantu perekonomian keluarganya.

b.Children of the street, yaitu anak-anak yang berpartsipasi penuh di jalan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan tidak menentu. Dalam kategori ini banyak anak-anak yang karena suatu sebab biasanya kekerasan, lari atau pergi dari rumah. Anak dalam kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial emosional, fisik maupun seksual.

c.Children from families of the street, yaitu anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Walaupun mereka memiliki hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain dengan segala resikonya. Salah satu ciri dari kategori ini adalah sejak anak masih bayi bahkan masih dalam kandungan sudah hidup di jalanan, mudah ditemui di kolong jembatan, rumah-rumah liar di sepanjang rel kereta api, dan sebagainya.

31


(44)

Anak-anak Jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” termasuk ke dalam kategori Children on the street dan Children of the street akan tetapi mayoritas adalahchildren of the street.

3. Faktor Penyebab Anak Jalanan

Banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga orang tua, dan masalah khusus hubungan anak dengan orang tua. Kadang kala teman atau kerabat juga berpengaruh dalam menentukan keputusan untuk hidup di jalanan.32 Dari ketiga faktor tersebut memaksa anak untuk turun dan mencari nafkah ke jalan demi membantu perekonomian keluarga. Keluarga yang miskin cenderung memaksa anak untuk bekerja. Tetapi kemiskinan bukanlah hal utama yang menyebabkan anak untuk ke jalan. Biasanya anak yang berasal dari keluarga yang sudah “rusak” seperti orang

tuanya penjudi dan pemabok, dan bahkan ada juga yang memang orang tua anak tersebut sudah lebih dahulu hidup di jalanan yang juga menjadi pemicu penyebab faktor anak turun ke jalanan.

Menurut UNICEF bahwa motivasi anak-anak hidup di jalanan bukanlah sekedar karena kebutuhan ekonomi keluarga, melainkan juga karena terjadi kekerasan dan keretakan kehidupan rumah tangga orang tuanya. Hidup di jalanan dinilai lebih memberikan alternatif dibandingkan dengan hidup dalam keluarga yang penuh dengan kekerasan yang tidak dapat mereka hindari. Jika di jalanan

32


(45)

mereka dapat lari dari ancaman tindak kekerasan, namun jika di dalam keluarga mereka tidak dapat berlari dari ancaman kekerasan orang dewasa di sekitarnya.33

Anak-anak jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” sebagian besar

mereka adalah korban dari tidak harmonisnya keluarga. Banyak dari mereka yang orang tuanya bercerai dan anak tidak menginginkan hal tersebut, maka anak berontak dengan mencari jalan keluar sendiri yaitu lari dari rumah dan mencari kenyamanan di jalanan. Bahkan ada juga yang orang tuanya berpisah anak memilih untuk tinggal bersama Ibunya namun Ibunya tidak sanggup untuk membiayai pendidikan anaknya sehingga anak terpaksa putus sekolah dan mencari kesibukan yang mendapatkan uang, yaitu dengan mengamen di jalanan.

4. Masalah-masalah Anak Jalanan

Masalah anak jalanan adalah salah satu masalah sosial yang kompleks yang berkaitan dengan masalah kemiskinan. Menangani permasalahan anak jalanan tidaklah mudah, diperlukan adanya keseriusan dan komitmen dalam menangani kasus ini dan diperlukan adanya pastisipasi aktif dari orang tua serta keluarga mereka.

Kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak jalanan biasanya di jalan yang penuh dengan debu. Untuk bertahan hidup mereka biasanya bekerja di sektor informal. Seperti mengamen, menjadi pedagang asongan, mengelap kaca mobil di lampu merah, mengojek payung jika hujan tiba, menjadi tukang parkir, menjadi semir sepatu, bahkan ada yang sampai nekat terlibat pada jenis pekerjaan

33


(46)

kriminalitas seperti mencopet, mencuri, dan memalak. Semua itu mereka lakukan demi untuk menyambung hidup, baik untuk dirinya sendiri maupun keluarga.

Seringkali mereka di cap sebagai perusak keindahan dan pengganggu ketertiban kota. Maka tak heran mereka akrab dengan razia. Meskipun demikian, mereka merasa bangga karena telah membantu perekonomian dan kelangsungan kehidupan keluarga. Namun, pada akhirnya menghilangkan minat anak pada sekolah karena keinginan untuk mendapatkan uang lebih banyak dan mereka menjadi terbiasa dengan hidup yang bebas tanpa banyak aturan.

Masalah yang dihadapi anak jalanan tidak hanya putus sekolah saja tetapi masih banyak masalah yang mereka hadapi. Seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 2

Masalah yang Dihadapi Anak Jalanan

Aspek Permasalahan yang Dihadapi

Pendidikan Sebagian besar putus sekolah karena waktunya habis di jalan Intimidasi Menjadi sasaran tindak kekerasan anak jalanan yang lebih

dewasa, kelompok lain, petugas dan razia Penyalahgunaan

obat dan zat adiktif

Ngelem, minuman keras, pil BK dan sejenisnya

Kesehatan Rentan terkena penyakit kulit, PMS, gonorhoe, dan paru-paru Tempat tinggal Umumnya di sembarang tempat, di gubuk-gubuk,

gedung-gedung yang sudah tidak terpakai lagi, emperan toko, dan di pemukiman kumuh

Resiko kereja Tertabrak kendaraan dan pengaruh sampah Hubungan

dengan keluarg

Umumnya renggang, dan bahkan sama sekali tidak berhubungan

Makanan Seadanya, kadang beli dan bahkan jika tidak memiliki uang kadang mengais dari tempat sampah

Sumber: Hadi Utomo, 1997

Pada buku yang dikarang oleh Bagong Suyanto yang berjudul masalah sosial anak.

Kesimpulan dari tabel di atas, menjelaskan bahwa banyak hak-hak anak jalanan yang tidak terpenuhi. Hal ini menggambarkan ketidaksanggupan


(47)

pemerintah dalam pemenuhan hak anak yang sudah di tetapkan dalam undang-undang perlindungan anak yaitu UU nomor 23 tahun 2002 yang menjelaskan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, berpartisipasi serta memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat yang bertujuan untuk memberdayakan dan memandirikan anak.

Menurut Kirik Ertanto dalam buku Bagong Suyanto yang berjudul

Masalah Sosial Anak” awalnya anak jalanan tidak langsung masuk dan terjun

begitu saja di jalanan. Mereka mengalami proses belajar yang bertahap. Mula-mula mereka lari dari rumah, sehari sampai seminggu kembali, lalu lari lagi selama dua minggu sampai tiga bulan, sampai akhirnya benar-benar lari tak kembali selama setahun dua tahun. Setelah di jalanan, proses tahap kedua yang mesti dilalui anak jalanan adalah inisiasi.34 Dalam tahap ini dimana anak jalanan yang masih baru biasanya akan dijadikan seperti budak. Mereka harus mengikuti segala perintah dan keinginan para seniornya.

Dalam kehidupan anak jalanan juga terdapat senioritas. Anak jalanan yang paling lama atau lebih dahulu hidup di jalanan yang akan menjadi senior, dan tidak memperdulikan usia. Junior wajib menghormati dan mengikuti perintah senior. Apabila tidak mengikuti perintahnya maka akan dimusuhi dan dipukuli oleh kawan-kawannya. Sehingga anak jalanan sangat rawan menjadi korban kekerasan dan pelecehan seksual terutama bagi anak jalanan perempuan.

34


(48)

5. Model Penanganan Anak Jalanan

Model penanganan anak jalanan selalu berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak jalanan. Yayasan Bina Insan Mandiri “Master”

menggunakan alternatif model penanganan anak jalanan mengarah kepada 4 jenis model, yaitu:35

a. Street-centered intervention, adalah penanganan anak jalanan yang

dipusatkan di “jalan” dimana anak-anak jalanan biasa beroperasi. Tujuannya yaitu agar dapat menjangkau dan melayani anak di lingkungan terdekatnya, yaitu di jalan.

b. Family-centered intervention, yakni penanganan anak jalanan yang difokuskan pada pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga sehingga dapat menarik anak kembali ke keluarganya dan mencegah agar tidak menjadi anak jalanan.

c. Institutional-centered intervention, yaitu penanganan anak jalanan yang dipusatkan di lembaga (panti), baik secara sementara (menyiapkan reunifikasi dengan keluarganya) maupun permanen (terutama jika anak jalanan sudah tidak memiliki orang tua atau kerabat). Pada pendekatan ini juga mencakup tempat berlindung sementara (drop in), “Rumah Singgah” atau “open house” yang menyediakan fasilitas “panti dan asrama adaptasi” bagi anak jalanan.

d. Community-centered intervention, yaitu penanganan anak jalanan yang dipusatkan di sebuah komunitas. Dalam penanganan ini melibatkan program-program community development untuk memberdayakan

35


(49)

masyarakat atau penguatan kapasitas lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat. Pendekatan ini juga mencakup Corporate Social Responsibility (tanggung jawab sosial perusahaan).

Dalam menangani permasalahan anak jalanan harus terlebih dahulu melakukan pendekatan. Karena pada dasarnya anak jalanan bersikap acuh tak acuh dengan orang yang baru dikenal. Sesungguhnya disinilah para pemberdaya masyarakat diuji dalam menangani kasus ini. Sebagaimana yang sudah penulis bahas sebelumnya tentang prinsip dasar pemberdayaan, bahwa seorang pemberdaya harus mengetahui tentang pemahaman akan pola budaya klien.

Maka dari itu, sebelum melakukan pendekatan kepada anak jalanan para fasilitator sebaiknya terlebih dahulu harus memiliki komitmen yang benar-benar tulus untuk mengajak mereka berubah. Sebab, sematang apapun rencana yang sudah dibuat dan disusun dengan rapi tidak akan berhasil jika fasilitator tidak memiliki komitmen, ketulusan dan kesabaran.

C. Pelatihan

1. Pengertian Pelatihan

Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam


(50)

suatu organisasi. Secara spesifik, proses latihan merupakan tindakan dan upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, bertahap dan terpadu.36

Sementara pengertian pelatihan menurut Ife dalam buku Isbandi Rukminto

Adi yang berjudul “Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan

Sosial” adalah peran edukasional yang paling spesifik, karena secara mendasar memfokuskan pada upaya mengajarkan pada komunitas sasaran bagaiaman cara melakukan sesuatu.37

Pengertian pelatihan menurut penjelasan diatas adalah sebuah proses dalam melakukan sesuatu yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan secara berkesinambungan, bertahap dan terpadu. Dalam pemberdayaan masyarakat, biasanya selalu diadakan pelatihan berupa keterampilan. Hal ini bertujuan agar masyarakat terampil dan mandiri.

Pelatihan pada dasarnya akan lebih efektif bila keterampilan yang diajarkan adalah keterampilan yang diinginkan masyarakat. Dalam arti, masyarakat dilibatkan dalam proses menentukan pelatihan apa yang mereka inginkan. Karena pelatihan seringkali lebih produktif bila memang benar-benar diingkan oleh masyarakat.38

36

Oemar Hamalik,Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 10-11.

37

Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), h. 213.

38


(51)

2. Tujuan Pelatihan

Kegiatan pelatihan mempunyai tujuan tertentu, yaitu untuk meningkatkan kerja peserta yang menimbulkan perubahan perilaku aspek-aspek kognitif, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini tujuan pelatihan bersumber dari kualitas manusia seperti yang diharapkan antara lain terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut:39

a. Peningkatan semangat kerja b. Pembinaan budi pekerti

c. Peningkatan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa d. Meningkatkan taraf hidup

e. Meningkatkan kecerdasan f. Meningkatan keterampilan

g. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan h. Menciptakan lapangan pekerjaan

i. Memeratakan pembangunan dan pendapatan.

Tujuan dari adanya pelatihan yaitu untuk perubahan kearah yang lebih baik. Dengan diadakannya pelatihan masyarakat dapat memiliki bekal keahlian sehingga masyarakat dapat memperoleh penghasilan untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya, dan menjadikan masyarakat berdaya. Sesuai dengan tujuan dari pemberdayaan masyarakat yaitu membuat masyarakat mandiri dan berdaya.

39

Hamalik,Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenagkerjaan Pendekatan Terpadu, h. 12-14.


(52)

3. Model-model Pelatihan

Model pelatihan adalah suatu bentuk pelaksanaan pelatihan yang di dalamnya terdapat program pelatihan dan tata cara pelaksanaannya. Berdasarkan kategori dan jenis pelatihan lalu ditentukan suatu model pelatihan. Masing-masing model memiliki tujuan dan prosedur penyelenggaraan yang berbeda-beda, semua dilaksanakan berdasarkan kebutuhan. Model-model pelatihan tersebut adalah sebagai berikut:40

a. Vestibule Training (of the job training): pada model ini latihan diselenggarakan dalam suatu ruangan khsusus yang berada di luar tempat kerja biasa, yang meniru kondisi-kondisi kerja sesungguhnya. Tujuannya yaitu untuk melatih tenaga kerja secara tepat.

b. On the job training (latihan sambil bekerja): tujuannya untuk memberikan kecakapan yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntunan kemampuan bagi pekerjaan tersebut, dan sebagai alat untuk kenaikan jabatan.

c. Pre employment training (pelatihan sebelum penempatan): bertujuan mempersiapkan tenaga kerja sebelum ditempatkan/ditugaskan pada organisasi untuk memberikan latar belakang intelektual, mengembangkan seni berpikir dan menggunakan akal.

d. Introduction training (latihan penempatan): untuk agar memiliki pengetahuan, tentang praktek dan prosedur yang berlaku di lingkungan organisasi/lembaga.

40


(53)

e. Supervisory training (latihan pengawas): untuk mengembangkan keterampilan sebagai pengawas.

f. Understudy training: untuk menyediakan tenaga kerja yang cakap dalam jenis pekerjaan tertentu.

g. Sistem kemagangan (internship training): untuk menyiapkan tenaga yang terdidik dan terlatih.

Dari tujuh model pelatihan tersebut tidak semua digunakan secara bersamaan oleh lembaga. Kedelapan model tersebut dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Model pelatihan yang dipilih dan diselenggarakan ditentukan oleh fungsi dari pelatihan, permasalahan dalam organisasi, dan waktu yang tersedia.

D. Pengertian Keterampilan

Pengertian keterampilan (skill) dalam kamus manajemen adalah kepandaian, sebagai bawaan atau sebagai hasil pelatihan, yang memungkinkan karyawan melaksanakan tugasnya dengan cekatan.41

Keterampilan (skill) dapat dikelompokkan kedalam lima jenis, yaitu:42

a. Keterampilan yang dapat di transfer (transferable skill): yaitu kemampuan atau pengalaman yang diterapkan pada lingkungan atau jenis pekerjaan yang berbeda.

41

B.N. Marbun, Kamus Manajemen (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Anggota Ikapi, 2003), h. 131.

42


(54)

b. Keterampilan berkomunikasi (interpersonal skill): yaitu kemampuan orang untuk bisa berhubungan satu sama lain dengan baik. Keterampilan ini dapat dikembangkan secara metodik untuk digunakan dalam situasi formal seperti wawancara atau negosiasi.

c. Keterampilan komunikasi (communication skill): adalah kemampuan dengan menggunakan teknik yang diperoleh untuk menyampaikan pengetahuan dan keterampilan baik secara lisan, tertulis, maupun metode audiovisual.

d. Keterampilan kunci (core skill): yakni keterampilan yang dipergunakan untuk mancapai sasaran tugas dan sebagai dasar guna memperoleh kualifikasi kegiatan lain.

e. Keterampilan praktis (practical skill): yaitu kemampuan menyelesaikan pekerjaan rutin tanpa menuntut pengetahuan dan pengalaman teknis.

Kelima jenis keterampilan diatas dilandaskan pada akal, pikiran, ide, dan kreatifitas dalam mengerjakan dan melaksanakan sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga dapat menghasilkan sebuah nilai dari hasil yang dikerjakan. Untuk mengasah keterampilan tersebut maka diperlukannya adanya latihan-latihan khusus agar menjadi terampil.

E. Komputer

1. Pengertian Komputer

Komputer adalah mesin elektronik yang menjalankan perhitungan dan dapat memproses banyak informasi secara akurat dan lebih cepat dibandingkan otak


(55)

manusia.43 Salah satu jenis teknologi yang memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai media pembelajaran berbasis TI adalah pemanfaatan teknologi komputer. Teknologi komputer dengan kemampuan interaktifnya yang tinggi dapat dijadikan sebagai sarana penyampaian informasi dan ilmu pengetahuan.

Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran interaktif dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk program Computer-Assisted Learning(CAL), surat elektronik, dan komputer multimedia yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran baik individu maupun kelompok.44

2. Kelebihan dan Kelemahan Komputer

Berbagai kalangan meyakini bahwa manfaat TI sebagai media dalam proses pembelajaran sangatlah besar. TI dianggap mampu menjadikan pembelajaran lebih efektif, efisien, dan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Pemanfaatan teknologi komputer dalam proses pembelajaran juga memiliki kekurangan dan keterbatasan di samping sederet kelebihan dan keunggulan. Pannen mengemukakan sejumlah kelebihan komputer yaitu:45

a. Meningkatkan kualitas pembelajaran

b. Mengembangkan keterampilan TI (IT skills) yang diperlukan oleh warga belajar ketika bekerja dan dalam kehidupannya nanti

c. Memperluas akses terhadap pendidikan dan pembelajaran

43

Tim Penenlitian dan Pengembangan Wahana Komputer,Kamus Lengkap Jaringan Komputer(Jakarta: Salemba Infotek, 2004), h. 143.

44

Subijanto, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan vol. 16 No. 6 (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional, 2010), h. 651.

45


(56)

d.Menjawab “the technological imperative” (keharusan berpatisipasi dalam

TI).

Kelemahan komputer menurut Ena, yaitu:46

a. Tingginya biaya pengadaan dan pengembangan program komputer, terutama yang dirancang khusus untuk maksud pembelajaran

b. Pengadaan, pemeliharaan, dan perawatan komputer yang meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) memerlukan biaya yang relatif tinggi

c. Masalah lain adalah compatability dan incompability antara hardware dan

software

d. Kesulitan merancang dan memproduksi program pembelajaran berbasis komputer (computer based instruction).

Saat ini komputer bukan hal yang asing lagi bagi masyarakat perkotaan. Komputer mudah ditemui dimana saja mulai dari sekolah, perkantoran, toko, warnet dll. Pengguna komputer juga tidak hanya orang dewasa saja tetapi anak-anak pun banyak yang sudah mengerti dan menggunakan komputer. Apalagi sekarang jaman sudah semakin modern, dalam kegiatan sehari-hari masyarakat banyak menggunakan komputer.

46


(57)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Profil Yayasan Bina Insan Mandiri 1. Sejarah Yayasan Bina Insan Mandiri

Yayasan Bina Insan Mandiri adalah lembaga yang memberikan pelayanan dan pemberdayaan secara gratis kepada masyarakat yang kurang beruntung dan anak jalanan. Pelayanan pendidikan gratis melalui Paket A, paket B dan paket C melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) disertai dengan berbagai keterampilan sebagai bekal kemandirian. Memperluas unit- unit usaha untuk menyokong kemandirian sehingga mereka memilki aktifitas lebih baik dibandingkan mengamen bahkan kriminalitas.47

Berdirinya Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” berawal dari keprihatinan

Bapak Nurokhim dimana masih banyak anak-anak pada usia sekolah tidak sekolah melainkan di jalan. Karena itu item kota depok adalah kota pendidikan, kota perdagangan, kota pemukiman yang nuansanya religi. Perguruan tinggi megah banyak di kota depok, tetapi disisi lain masih banyak anak-anak usia sekolah atau terlantar yang belum bisa sekolah. Berangkat dari situ, kondisi ini akhirnya Bapak Nurokhim tergerak untuk membuat sekolah alternatif bagi kaum marjinal.48

Pada tahun 2000 awalnya Bapak Nurokhim memulai kegiatannya dari emperan masjid dengan mengajaki teman-teman remaja untuk bergabung

47

Modul Yayasan Bina Insan Mandiri (Depok: Yayasan Bina Insan Mandiri, 2012), h. 4.

48

Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurokhim (Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri). Depok, 15 Juni 2015, Pukul 16.09 WIB.


(58)

membangun pendidikan alternatif bagi kaum marjinal. Jadi dari yang wara wiri wira suara wiranada, mereka bisa menjadi wirakarya dan wiraswasta. Sehingga yang lulusan SMP mereka sudah bisa bersaing di dunia kerja, sedangkan lulusan SMA bisa menjadi wirausaha. Jadi alternatif master adalah berbasis karakter dan enterpreneur.49

Akan tetapi, program ini tidak akan tercapai apabila tidak ada partisipasi dari relawan maupun elemen masyarakat dan pemerintah. Bicara mengenai anak-anak jalanan tidak hanya bicara pendidikannya saja tetapi juga kesehatan dan pemenuhan hak-hak sipilnya. Mereka secara kebutuhan dasarnya mereka belum terpenuhi, dalam hal ini akan melibatkan kementrian dalam negeri, kementrian perlindungan anak, dinas pendidikan, dinas sosial, dinas kesehatan, departemen agama, kepolisian. Karena banyak juga anak-anak yang berhadapan dengan hukum. Jadi fokus perhatian atau konsentrasi master itu ada lima cluster anak, yaitu anak jalanan, anak dhuafa, anak yang berkebutuhan khusus, anak-anak yang berhadapan dengan hukum dan anak-anak yang cacat dari keluarga miskin.50

Hingga kini master menjadi dikenal oleh banyak kalangan baik dari masyarakat sendiri, pemerintah, pengusaha, akademisi, maupun NGO. Menurut Bapak Nurokhim master bisa sukses hingga sekarang ini karena ada tiga hal, yaitu

pertama, tahan intimidasi adalah segala macem bentuk kesulitan dijadikan pembelajaran. Kedua, memperbanyak silaturahmi dan membangun kemitraan dengan lintas sektor. Menurut Beliau bahwa master adalah harapan bagi kaum marjinal. Memberikan memfasilitasi, mewujudkan impian dan harapan dari anak

49

Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurokhim (Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri). Depok, 15 Juni 2015, Pukul 16.09 WIB.

50

Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurokhim (Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri). Depok, 15 Juni 2015, Pukul 16.09 WIB.


(59)

master. Jadi ingin menjadi wadah tempat mereka menimba ilmu dan meraih masa depan. Dengan membuka diri membangun link kemitraan melalui lintas sektor terutama para praktisi, akademisi, perguruan tinggi swasta dalam negeri, luar negeri kalangan pengusaha dan dinas-dinas terkait. Ketiga, memiliki prestasi sehingga dapat dilihat kesungguhannya. Ketika mulai ada pengakuan dari dinas luar artinya dari dinas-dinas terkait dari masyarakat, NGO, dll. Mereka berbondong-bondong melihat dan ingin menjadikan master sebagai mitra, percontohan dan program CSR.51

2. Visi dan Misi Yayasan Bina Insan Mandiri Visi Yayasan Bina Insan Mandiri

Mewujudkan masyarakat cerdas, mandiri, kreatif dan berbudi pekerti luhur.52

Misi Yayasan Bina Insan Mandiri53

a. Menyiapkan masyarakat yang mandiri, handal melalui keterampilan tepat guna dan berhasil guna berdasarkan nilai-nilai kemandirian dan kemanusiaan.

b. Menyelenggarakan pendidikan gratis dan berkualitas sehingga meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai pendukung kemandirian.

51

Wawancara Pribadi dengan Bapak Nurokhim (Pendiri Yayasan Bina Insan Mandiri). Depok, 15 Juni 2015, Pukul 16.09 WIB.

52

Profil Sekolah Master Indonesia

53


(60)

3. Struktur Organisasi

a. Pengorganisasian Yayasan Bina Insan Mandiri

Adapun struktur organisasi Yayasan Bina Insan Mandiri adalah sebagai berikut.

Bagan 1

Pengorganisasian Yayasan Bina Insan Mandiri“Master” Tahun 2012


(61)

b. Struktur Pengorganisasian Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” Bagan 2

Tahun 2012

Sumber: Modul Yayasan Bina Insan Mandiri Master

4. Sumber Dana54 a. Pemerintah Pusat b. Pemerintah Provinsi c. Pemerintah Daerah

d. Donatur yang tidak mengikat e. Sektor real Yayasan

f. Kemitraan

54


(62)

Presentase Sumber Pendanaan Yayasan Bina Insan Mandiri “MASTER”

Sumber: Modul Yayasan Bina Insan Mandiri Master

5. Kemitraan Yayasan Bina Insan Mandiri55

a. Mitra Kerja Pendidikan: Dinas pendidikan kota Depok, Dinas sosial dan tenaga kerja kota Depok, Fakultas Ekonomi Uinversitas Indonesia, STAI AL Qudwah, STIE Trinandra, BEM Universitas Indonesia dan Sekolah Cikeas SAC.

b. Mitra kerja CSR dan lembaga donor: PT. Pelindo dengan pemberian kelas yang terbuat dari kontainer lantai dua, PT. Antam Tbk dengan pemberian kelas kontainer 2 lantai beserta bangku, PT. Tupperware pembuatan studio dan kelas musik, ALCATEL memberikan program kelas IT dan pelatihan keterampilan, Institut Kemandirian Bantuan Keterampilan, Badan Amil

55

Modul Yayasan Bina Insan Mandiri (Depok: Yayasan Bina Insan Mandiri, 2012), h. 20. 40

35 15

10

Bagan 3

Presentasi Sumber Pendanaan PKBM

Tahun 2012

Pemerintah (40) Kemitraan (35) Koperasi (15) Donatur (10)


(1)

Jenis Kelamin Informan : Laki-laki

Umur Informan : 13 tahun

Tanggal Wawancara : Selasa, 1 Juli 2014

Tempat Wawancara : Masjid Yayasan Bina Insan Mandiri “ Master” Waktu Wawancara : 12.33-14.56 WIB.

1. Kenapa ananda mengikuti pelatihan keterampilan komputer? Jawab:

Engga kenap-kenapa pengen aja gitu biar jadi orang pinter.

2. Apa syarat yang diperlukan untuk mengikuti pelatihan keterampilan komputer?

Jawab: Engga ada.

3. Materi apa saja yang diberikan dalam pelatihan keterampilan komputer?

Jawab:

Microsoft office word uuhh... udah segitu aja. Ehh iya photoshop juga udah bisa bikin gambar bikin video.

4. Bagaimana metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar? Jawab:

Biasa aja gtu biasa ga perlu marah-marah santai.

5. Apakah pelatihan yang sudah diberikan telah efektif baik dari segi waktu maupun sistem pembelajarannya?

Jawab:

Enak.. waktu nya pas belajarnya juga pas.

6. Apa saja yang telah ananda peroleh setelah mengikuti pelatihan keterampilan komputer?

Jawab:

Ada. Banyaklah pokoknya saya lupa soalnya saya udah engga main komputer lagi saya dirumah.


(2)

7. Apa saja kendala yang dihadapi dalam mengikuti pelatihan keterampilan komputer?

Jawab:

Bisa.. cekekcek cekecek.. bisa cekecek cekecek..

8. Apakah pihak Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” akan memberikan bantuan kepada peserta diakhir pelatihan?

Jawab:

9. Setelah mendapatkan pelatihan apakah ananda akan tetap mencari nafkah dijalanan? Mengapa?

Jawab: Engga. Sekarang juga udah engga. Mau jadi orang sukses kerja saya maunya jadi yang dicari sama orang.

Lampiran 14 Hasil Wawancara

Siswa Pelatihan Keterampilan Komputer Yayasan Bina Insan Mandiri “Master”

Upaya Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Pelatihan Keterampilan Komputer di Depok,


(3)

Nama Informan : Sandi adria maulana Jenis Kelamin Informan : Laki-laki

Umur Informan : 14 tahun

Tanggal Wawancara : Selasa, 1 Juli 2014

Tempat Wawancara : Masjid Yayasan Bina Insan Mandiri “ Master” Waktu Wawancara : 12.33-14.56 WIB.

1. Kenapa ananda mengikuti pelatihan keterampilan komputer? Jawab:

Karena kemauan sendiri.

2. Apa syarat yang diperlukan untuk mengikuti pelatihan keterampilan komputer?

Jawab:

Engga tau. Pas masuk langsung masuk

3. Materi apa saja yang diberikan dalam pelatihan keterampilan komputer?

Jawab:

Photoshop, microsoft office word, engga tau lagi udah banyak soalnya. Photoshop bikin edit gambar.

4. Bagaimana metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar? Jawab:

Engga tau dah. Sandy engga tau

5. Apakah pelatihan yang sudah diberikan telah efektif baik dari segi waktu maupun sistem pembelajarannya?

Jawab:

Iya.. sandy belajar komputer hari selasa, sabtu eeh selasa, sabtu, minggu. Paling sejam.


(4)

6. Apa saja yang telah ananda peroleh setelah mengikuti pelatihan keterampilan komputer?

Jawab:

Ada. Banyaklah pokoknya saya lupa soalnya saya udah engga main komputer lagi saya dirumah.

7. Apa saja kendala yang dihadapi dalam mengikuti pelatihan keterampilan komputer?

Jawab:

Ngetiknya doang.. sekarang udah bisa

8. Setelah mendapatkan pelatihan apakah ananda akan tetap mencari nafkah dijalanan? Mengapa?

Jawab:

Engga. Udah engga.. sandy mau jadi pilot

Lampiran 15 Hasil Wawancara

Siswa Pelatihan Keterampilan Komputer Yayasan Bina Insan Mandiri “Master”

Upaya Yayasan Bina Insan Mandiri “Master” dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Pelatihan Keterampilan Komputer di Depok,


(5)

Nama Informan : Ama Figi Satria Jenis Kelamin Informan : Laki-laki

Umur Informan : 15 tahun

Tanggal Wawancara : Selasa, 1 Juli 2014

Tempat Wawancara : Masjid Yayasan Bina Insan Mandiri “ Master” Waktu Wawancara : 12.33-14.56 WIB.

1. Kenapa ananda mengikuti pelatihan keterampilan komputer? Jawab:

Yaa emang udah ada ka

2. Apa syarat yang diperlukan untuk mengikuti pelatihan keterampilan komputer?

Jawab:

Ada. Engga boleh makan hehe.. sama engga boleh minum. Udah..

3. Materi apa saja yang diberikan dalam pelatihan keterampilan komputer?

Jawab:

Photoshop terus microsoft nyatet-nyatet data udah gitu doang.

4. Bagaimana metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar? Jawab:

Ya enak aja jadinya dia ngajarinnya sambil nyontohin. Ya jadinya kita bisa masuk.

5. Apakah pelatihan yang sudah diberikan telah efektif baik dari segi waktu maupun sistem pembelajarannya?

Jawab:

Figi belajar komputer hari hmmm senen, rabu, kamis 2 jam. Eeee iya pas kok waktunya..


(6)

6. Apa saja yang telah ananda peroleh setelah mengikuti pelatihan keterampilan komputer?

Jawab:

Ya itu figi bisa photoshop sama microsoft word

7. Apa saja kendala yang dihadapi dalam mengikuti pelatihan keterampilan komputer?

Jawab:

Yaa.. kadang-kadang ada susah.. bang bang gimana nih bang gimana lagi bang gtu. Tapi bisa.

8. Setelah mendapatkan pelatihan apakah ananda akan tetap mencari nafkah dijalanan? Mengapa?

Jawab:

Udah jarang. Insya Allah engga, kalo figi udah bisa semua udah lulus, yaa figi tinggal ngebuktiin semua orang-orang kalo emang anak jalanan tuh pasti bisa sukses.