HUBUNGAN USAHATANI MANGGIS DENGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN PURWAKARTA.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertanian dan perkebunan memegang peranan penting di Indonesia. Hal ini didukung oleh faktor letak geografis Indonesia yang mendukung untuk sektor pertanian, oleh karena itu sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia adalah bidang pertanian dan perkebunan. Seperti yang diungkapkan oleh Mubyarto (1989, hlm. 12) Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Pertanian dan perkebunan di Indonesia ini sangat berpengaruh besar terhadap perekonomian negeri ini, hal ini harus terus didorong dan dikembangkan seiring jumlah penduduk Indonesia yang terus semakin bertambah. Hal ini akan berdampak kepada ketersediaan pangan Indonesia, dengan jumlah penduduk yang sangat banyak tentu akan membutuhkan persediaan pangan yang besar pula. Hanani AR dkk (2003, hlm. 31) menyatakan bahwa beberapa faktor yang menyebabkan pertanian di Indonesia ini mempunyai peranan yang sangat penting: (1) Potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, (2) Pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar, (3) besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, (4) menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Menurut Setiawan I (2006, hlm. 34) “Walaupun sektor pertanian semakin berkurang kontribusinya terhadap pendapatan negara, tetapi sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut”.

Subsektor pertanian memiliki peranan strategis dalam pembangunan ekonomi secara nasional sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, pembangunan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan negara dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. (Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, 2012). Letak Indonesia


(2)

yang berada di jalur khatulistiwa membuat Indonesia memiliki keanekaragaman dalam varietas buah-buahan, salah satunya ialah manggis.

Buah manggis (Garcinia Mangostana) merupakan tumbuhan buah yang diyakini berasal dari kawasan hutan tropis kepulauan nusantara. Buah yang memiliki warna ciri khas merah keunguan ini tak hanya memiliki bentuk unik, memiliki rasa yang sangat manis, juga memiliki khasiat yang sangat besar terkandung didalamnya. Selain kita bisa menikmati isi buahnya, juga terdapat manfaat dari kulit buah manggis ini yang bisa dijadikan sebagai obat untuk kesehatan. Buah manggis ini menurut banyak penelitian mengandung Xanthone yang berfungsi sebagai antioksidan dan memiliki aktifitas anti-inflamasi. Tak heran, buah manggis dikenal sebagai buah yang memiliki kadar antioksidan tertinggi di dunia. Dengan letak Indonesia yang berada di jalur khatulistiwa ini, Indonesia sangat beruntung karena dengan kekayaan dan keanekaragaman hayatinya memungkinkan banyak sekali ditemukan sumber kesehatan alami. Buah Manggis memang identik dengan daerah tropis sehingga tidak mengherankan jika mendapatkan julukan "Queen of Tropical Fruit".

Menurut Yunitasari L (2011, hlm. 1) Jika di Timur Tengah terkenal dengan buah kurma yang memiliki kandungan gizi nyaris sempurna, maka di Asia ada buah manggis yang belakangan naik pamor. Bukan hanya karena rasanya yang lezat dan khas, tetapi kandungan gizi yang sangat baik pula yang terkandung didalamnya. Manggis (mangosteen) dengan nama latin Garcinia mangostnana ini berasal dari Asia Tenggara. Pohon manggis hanya bisa tumbuh di hutan dan dataran tinggi tertentu yang beriklim tropis seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, Myanmar, Filipina, dan Thailand serta di Hawai dan Australia Utara. Manggis juga dikenal sebagai tanaman budidaya dan merupakan salah satu tanaman buah tropika yang pertumbuhannya paling lambat, tetapi umurnya juga paling panjang. Membutuhkan 10-15 tahun untuk mulai berbuah dan tingginya mencapai 10-25 meter.

Manggis (Garcinia Mangostana L) adalah komoditas utama ekspor buah Indonesia. (Kementerian Pertanian, 2006) mencatat ekspor manggis mencapai 5.697 ton dengan nilai lebih dari 3,6 juta dollar AS. Negara tujuan antara lain China, Hongkong, Uni Emirat Arab, Belanda, dan Arab Saudi. Jawa Barat


(3)

merupakan pemasok utama produksi manggis di Indonesia. BPPS Jawa Barat (2007) mencatat dari 112.722 ton produksi manggis Indonesia, 60.277 ton atau 53,4 persen di antaranya berasal dari sejumlah sentra di daerah itu, seperti Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, Purwakarta, Subang, dan Bogor.

Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Purwakarta (2012) Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu sentra produksi manggis di Indonesia. Untuk memenuhi peluang terhadap tingginya permintaan manggis baik untuk pasar domestik maupun ekspor dalam upaya mewujudkan manggis sebagai buah primadona ekspor, Pemerintah Kabupaten Purwakarta telah mengembangkan tanaman manggis secara bertahap. (Monografi Kecamatan Wanayasa, 2012) mencatat bahwa pada tahun 1992 telah dikembangkan 100 Ha kebun manggis (10.000 pohon) yang tersebar di Kecamatan Wanayasa. Kecamatan Wanayasa merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Purwakarta, Kecamatan Wanayasa ini mempunyai luas wilayah 5.633,18 Ha dengan topografinya bervariasi terdiri dari 75% perbukitan dan 25% daratan. Pemanfaatan lahan di Kecamatan Wanayasa ini sebagian besar digunakan untuk perkebunan, pertanian dan kehutanan serta sebagian kecil untuk peternakan dan pariwisata alam. Kecamatan Wanayasa mempunyai batas wilayah :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kiarapedes  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bojong  Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kiarapedes  Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pondoksalam

Seperti data diatas Kecamatan Wanayasa ini sebagian besar wilayahnya digunakan untuk perkebunan dan pertanian, salah satunya adalah perkebunan manggis. Perkebunan manggis yang ada di Kecamatan Wanayasa ini secara keseluruhan memiliki luas 912 Ha dan dikelola oleh masyarakat setempat. Buah ini banyak tumbuh di kebun rakyat, jadi tidak ada lokasi khusus perkebunan manggis. Manggis Wanayasa ini ditetapkan menjadi komoditas unggulan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Purwakarta.


(4)

Tabel 1.1

Jumlah Tanaman Buah-buahan (pohon), Kec. Wanayasa tahun 2012

No Desa Durian Rambutan Manggis Duku Pisang

1 Wanayasa 544 157 7094 92 23423

2 Sumurugul 203 60 2470 33 8094

3 Babakan 486 141 6307 84 20805

4 Wanasari 408 118 5257 70 17326

5 Legokhuni 198 60 2410 33 7992

6 Nagrog 220 63 2713 37 8896

7 Sakambang 350 102 4496 60 14716

8 Nangerang 137 41 1589 22 5150

9 Simpang 189 56 2288 30 7491

10 Raharja 196 58 2379 32 7792

11 Cibuntu 151 45 1777 24 5784

12 T. Tonggoh 366 105 4691 62 15451

13 T. Tengah 466 135 6034 79 19867

14 Sukadami 291 85 3662 53 12039

15 Ciawi 132 40 1502 17 4820

Jumlah 4337 1268 54636 728 179646

Sumber : BPP Kecamatan Wanayasa tahun 2012

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa jumlah tanaman buah-buahan (pohon) yang ada di Kecamatan Wanayasa ini didominasi oleh tanaman buah pisang sebanyak 179.646 pohon dan tanaman buah manggis sebanyak 54.636 pohon. Meskipun jumlah populasi tanaman manggis ini dibawah populasi tanaman pisang, namun tetap tanaman manggis ini menjadi sektor utama


(5)

penjualan buah di Kecamatan Wanayasa ini karena nilai jualnya lebih tinggi dibandingkan dengan buah yang lain.

Manggis Wanayasa ini hampir tersebar diseluruh desa yang ada di Kecamatan Wanayasa. Keunggulan manggis Wanayasa diantaranya rasanya tidak terlalu manis agak keasaman yang disukai konsumen luar negeri. Selain itu ukurannya standar dan kelopak buahnya kuat sehingga buahnya awet sampai dua minggu.Menurut salah satu kelompok tani, satu tahun bisa mencapai produksi sekitar 8 ton per desanya, apalagi kalau sedang musim panen raya itu bisa bertambah lagi jumlahnya.

Pada tahun 2005 populasi pohon manggis di Kabupaten Purwakarta sebesar 86.000 pohon dengan areal seluas 860 Ha, namun pada tahun 2012 jumlah populasi pohon manggis ini bertambah menjadi 150.068 Ha dengan areal seluas 912 Ha dengan jumlah produksi sebesar 1.306 Kwintal (Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Purwakarta, 2012). Hal ini menunjukkan potensi perkebunan yang ada di Kecamatan Wanayasa sangat besar, dan ini akan berpengaruh juga terhadap peningkatan ekonomi para petani. Apalagi manggis di Kabupaten Purwakarta ini sudah menjadi langganan ekspor ke luar negeri. Namun terdapat beberapa kendala yang menghambat diantaranya ialah modal dan pemasaran. Tanaman manggis yang ditanami oleh setiap petani di Kecamatan Wanayasa ini tidak merata, ada yang memiliki luas kebun yang lumayan besar namun yang ditanami tanaman manggis hanya sedikit, ada pula yang memiliki luas kebun yang kecil sehingga sangat tidak memungkinkan untuk ditanami tanaman manggis dengan jumlah yang besar. Selain itu, pemasaran juga menjadi hal penghambat dikarenakan sebagian dari petani ketika panen lebih memilih sistem ijon, sedangkan dalam system ijon ini tak jarang petani mendapatkan lebih sedikit pendapatan dari seharusnya harga di pasaran. Hal ini yang menyebabkan pemasukan pendapatan dari usahatani manggis ini menjadi tidak maksimal.

Besarnya potensi yang dimiliki oleh manggis Wanayasa ini, penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Kondisi Sosial Ekonomi Petani Manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta.


(6)

B. Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor geografis apa yang mendukung usahatani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta?

2. Bagaimanakah hubungan usahatani manggis dengan pendapatan masyarakat petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta?

3. Bagaimanakah hubungan usahatani manggis dengan tingkat kesehatan masyarakat petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta?

4. Bagaimanakah hubungan usahatani manggis dengan tingkat kepemilikan rumah petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta? 5. Bagaimanakah hubungan usahatani manggis dengan tingkat kepemilikan

sarana informasi dan transportasi petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor geografis yang mendukung tumbuhnya pohon manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta 2. Untuk menganalisis hubungan usahatani manggis dengan tingkat

pendapatan petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta 3. Untuk menganalisis hubungan usahatani manggis dengan tingkat kesehatan

keluarga petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta 4. Untuk menganalisis hubungan usahatani manggis dengan tingkat

kepemilikan rumah petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta

Untuk menganalisis hubungan usahatani manggis dengan tingkat kepemilikan sarana informasi dan transportasi petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memperkaya wawasan mengenai teori dan konsep yang telah dipelajari terutama dalam pokok bahasan geografi ekonomi.

b. Untuk menambah wawasan pengetahuan dalam hal ilmu kegeografian bagi mahasiswa yang mempelajarinya.


(7)

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap penentu kebiajakan terkait bidang hortikultura manggis dalam pembinaan dan pengembangan di daerah penelitian.

b. Teridentifikasinya faktor-faktor geografis yang mendukung tumbuhnya pohon manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta

c. Teridentifikasinya tingkat sosial ekonomi masyarakat petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta.

d. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini.


(8)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode menurut Surakhmad (1990, hlm. 40) merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan , misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknis serta alat-alat tertentu. Sedangkan pengertian metode menurut The Liang Gie dalam Sumaatmadja (1988, hlm. 75) diartikan sebagai studi mengenai asas-asas dasar dari penyelidikan, seringkali melibatkan masalah-masalah tentang logika, penggolongan dan asumsi-asumsi dasar. Lalu pengertian metode menurut Sugiyono (2011, hlm 2) adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang mengungkapkan kejadian sebenarnya yang terjadi di lapangan dengan fakta-fakta yang ditemukan. Menurut Tika P (2005, hlm 4) metode penelitian deskriptif yaitu penelitian lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis. Sedangkan menurut Surakhmad (1985, hlm. 139) yang dimaksud dengan metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang tertuju pada pembahasan suatu masalah yang ada pada masa sekarang dan pemecahannya tidak terbatas sampai pada pengumpulan data tetapi analisis dan interpretasi data.

Tujuannya digunakan metode deskriptif ini yaitu untuk menganalisis hubungan yang dihasilkan antara usahatani manggis dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat petani di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009, hlm. 61) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan


(9)

kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 112) populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang hubungannya dengan masalah yang diteliti atas semua kasus (masalah, peristiwa tertentu), manusia (individu dan kelompok) dan gejala (fisik, sosial, ekonomi, budaya) yang ada pada ruang tertentu.

Yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tergabung dalam anggota kelompok tani manggis yang berada di wilayah Kecamatan Wanayasa. Adapun jenis populasi dalam penelitian ini dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu:

a) Populasi wilayah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 desa yaitu Desa Babakan, Desa Sumurugul, Desa Taringgul Tonggoh dan Desa Cibuntu. Pengambilan keempat desa ini berdasarkan produksi manggis yang tergolong besar di wilayah Kecamatan Wanayasa.

b) Populasi manusia dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani manggis yang berada di wilayah 4 desa yaitu Desa Babakan, Desa Sumurugul, Desa Taringgul Tonggoh dan Desa Cibuntu.

2. Sampel

Pengertian sampel seperti dikemukakan oleh Sugiyono (2008, hlm. 62) adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan pengertian sampel menurut Sumaatmadja (1988, hlm 112) adalah bagian-bagian dari populasi (cuplikan/contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan. Lalu pengertian sampel menurut Arikunto, S (1992, hlm. 104) adalah sebagian atau wakil dari populasi. Seperti halnya populasi, sampel dalam penelitian ini juga dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu:

a) Sampel wilayah dalam bagian ini ialah bagian wilayah administratif empat desa yang menjadi populasi penelitian. Wilayah yang dimaksud disini ialah wilayah yang memiliki produksi manggis terbesar di Kecamatan Wanayasa ini.

b) Jumlah sampel manusia dalam penelitian ini diambil berdasarkan desa dengan produksi manggis yang tergolong paling besar di Kecamatan Wanayasa.


(10)

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Kelompok Tani Hortikultur (Manggis) Kecamatan Wanayasa

No Nama Desa

Populasi Sampel

Nama Kelompok Tani Luas Lahan/ Hektar Jumlah

Anggota Kelompok Tani

Anggota

1 Babakan Wargi Mukti 20 25 Wargi Mukti 25

Pusaka 10 25

2 Sumurugul Sinar Mukti 19 20 Sinar Mukti 20 3 Cibuntu Tani Mukti I 6 7

Tani Mukti II 10 25 Tani Mukti 25 4 Sakambang Harumanis 30 33

5 Simpang Tani Barokah 10 25

6 Sukadami Rahayu 12 25

7 Ciawi Ciawi Jaya 15 25

8 Taringgul Tonggoh

Tani Makmur 21 25 Tani Makmur

25

9 Taringgul Tengah

Jaya Mandiri 20 30

Jumlah 265 95

Sumber BPP Kecamatan Wanayasa 2012

Adapun teknik pengambilan sampelnya dilakukan dengan menggunakan

Proportional Sampling (sampling berimbang). Menurut Arikunto (2009, hlm. 98) Proportional Sampling ialah cara menentukan anggota sampel dengan mengambil

wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok yang ada didalamnya. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 95 responden yang diambil dari empat desa yaitu Desa Babakan, Desa Sumurugul, Desa Cibuntu dan Desa Taringgul Tonggoh yang masing-masing diambil dari anggota kelompok tani manggis yang ada pada keempat desa tersebut yang memiliki jumlah produksi tergolong besar di Kecamatan Wanayasa.


(11)

(12)

C. Definisi Operasional

Agar pembahasan dalam penelitian ini dapat dipahami dan untuk menghindari salah penafsiran judul, maka akan dijelaskan definisi operasional dari judul sebagai berikut:

1. Usahatani

Mubyarto (1989 : 66) mengemukakan bahwa pertanian rakyat yang merupakan usahatani ini adalah sebagai istilah lawan dari perkataan “farm” dalam bahasa Inggris Dr. Mosher memberikan definisi farm (yang diterjemahkan oleh Krisnandi menjadi usahatani) sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselelnggarakan oleh seorang petani yang belum tentu apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Sedangkan menurut Kadarsan (1993) “Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan keterampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu dilapangan pertanian”.

2. Kondisi Sosial Ekonomi

Merupakan keadaan atau tingkatan sosial ekonomi yang ada pada masyarakat. Pada biasanya kondisi social ekonomi ini meliputi tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, tingkat kepemilikan rumah, tingkat kepemilikan informasi dan transportasi yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam kajian ini yang akan dibahas ialah mengenai gambaran kondisi sosial ekonomi dari masyarakat petani manggis yang ada di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta.

3. Masyarakat Petani

Masyarakat petani merupakan sekelompok orang yang mata pencahariannya di bidang pertanian yang saling berinteraksi dalam jangka waktu yang lama.

D. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 2) Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan. Selanjutnya


(13)

menurut Kidder (1981, dalam Sugiyono) menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (quality) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Berikut adalah tabel variabel dari penelitian ini:

Tabel 3.2 Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Usaha tani manggis a. Lahan

b. Tenaga kerja c. Modal d. Keterampilan

Kondisi Sosial Ekonomi  Pendapatan

 Kesehatan

 Mata pencaharian  Kepemilikan rumah dan  Kepemilikan sarana

informasi dan transportasi

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari penduduk. Data primer ini didapatkan dengan melalui teknik wawancara dan angket.

2. Data Sekunder

Data ini bisa diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data yaitu: a) Observasi Lapangan

Dengan metode ini, penulis langsung turun ke lapangan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang dilakukan dengan cara pengamatan langsung tentang objek yang dikaji.

b) Studi Literatur

Studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data tambahan yang menunjang dan berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Teknik ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas dan membantu peneliti untuk analisis dalam pemecahan masalah peneliti. Sumber yang digunakan antara lain seperti surat kabar, buku dan sumber bacaan lainnya.


(14)

c) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ini digunakan untuk mencari data yang akan menunjang data bagi penulis dalam masalah yang akan diteliti. Yaitu data dalam bentuk media gambar, peta dan dokumen-dokumen lain yang diperoleh dari instansi dan lembaga pemerintah setempat.

F. Teknik Analisis Data

Setelah peneliti memperoleh data hasil dari lapangan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan data. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persiapan

a) Yaitu dengan mengecek kelengkapan data, memeriksa isi instrument yang telah dikumpulkan apakah terdapat data yang kurang dan untuk melanjutkan ke tahap pengolahan selanjutnya.

b) Mengecek isian data yang telah terkumpul, apakah data itu sudah diisi/dijawab seperti yang diharapkan.

c) Memilih data kemudian mengelompokkannya, sehingga hanya data yang terpakai saja yang akan diolah lebih lanjut.

2. Tabulasi data

Data-data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasikan dengan cara dijumlah, selanjutnya dapat diperoleh prosentase, kemudian diklasifikasikan dalam bentuk tabel-tabel.

a) Perhitungan Presentase

Adapun rumus presentase yang digunakan untuk melihat seberapa banyak kecenderungan frekwensi jawaban responden adalah sebagai berikut:

P = Keterangan:

P : Besar persen (%) hasil penelitian F : Frekwensi jawaban

N : Jumlah responden 100% : Konstanta


(15)

Kriteria dalam penelitian ini sebagai berikut:

Persentase Kriteria

0 Tidak ada

1 - 24% Sebagian kecil

25 – 49% Kurang dari setengahnya

50% Setengahnya

51 – 74% Sebagian besar 75 – 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

Sumber : Arikunto (1990:57)

b) Analisis Korelasi Rank Spearman

Menurut Arikunto (2006, hlm. 270) penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan atau pengaruh, dan apabila ada berapa eratnya hubungan berarti atau tidaknya hubungan tersebut.

Menurut Riduwan dan Sunarto (2009, hlm. 4) Metode korelasi Rank Spearman dikemukakan oleh Carl Spearman tahun 1904. Kegunaannya untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat yang berskala ordinal atau berjenjang dan dapat berasal dari sumber yang tidak sama.

Rumusnya :

Metode korelasi Rank Spearman tidak terikat oleh asumsi bahwa populasi yang diselidiki harus berdistribusi normal, populasi sampel yang diambil sebagai sampel maksimal 5 < n < 30 pasang, data dapat diubah dari data interval menjadi data ordinal.


(16)

Tabel 3.3

Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan No Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1 KK=0 Tidak ada

2 0,00 - 0,20 Sangat rendah atau lemah sekali 3 0,20 – 0,40 Rendah atau lemah tapi pasti 4 0,40 – 0,70 Cukup berarti atau sedang 5 0,70 – 0,90 Tinggi atau kuat 6 0,90 – 1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali

7 KK=1 Sempurna

Sumber : Hasan (2004, hlm. 44)

c) Analisis dan penafsiran data

Setelah data hasil wawancara maupun angket dan observasi ditabulasikan kemudian hasil perhitungannya diolah dan dianalisis. Selanjutnya diberikan uraian mengenai gambaran kondisi sosial ekonomi petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta.

d) Menyimpulkan Data

Setelah data dianalisis kemudian menarik kesimpulan dari seluruh gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta


(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Setelah penulis mengadakan pembahasan yang terdapat pada bab sebelumnya, maka penulis dalam bab ini dapat menarik suatu kesimpulan secara garis besar mengenai hubungan usahatani manggis dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat petani di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta dan memberikan saran berdasarkan atas uraian yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya.

1. Jenis tanah, iklim, suhu, curah hujan merupakan kondisi fisik yang mendukung usahatani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Jenis tanah yang ada di lokasi penelitian merupakan jenis tanah lempung berpasir yaitu jenis tanah yang memiliki kandungan unsur hara dan humus yang cukup sehingga ideal untuk pertanian. Iklim di Kecamatan Wanayasa masuk ke dalam zona sedang yang berada pada ketinggian 700-1500 mdpl,. Suhu ideal berada pada 22-23oC, curah hujan 1500-2500 mm/tahun. Berdasarkan kondisi fisik yang ada di Kecamatan Wanayasa, terdapat kesesuaian dengan dengan syarat tumbuh manggis.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara usahatani manggis dengan pendapatan masyarakat petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta dengan kekuatan hubungan yang sangat rendah; Artinya Ha diterima dan Ho ditolak.

3. Terdapat hubungan antara usahatani manggis dengan kesehatan masyarakat petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta dengan kekuatan hubungan yang sangat rendah, namun tidak signifikan; Artinya Ha diterima dan Ho ditolak.

4. Terdapat hubungan antara usahatani manggis dengan kepemilikan rumah masyarakat petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta


(18)

dengan kekuatan hubungan yang sangat rendah,namun tidak signifikan; Artinya Ha diterima dan Ho ditolak.

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara usahatani manggis dengan kepemilikan sarana transportasi dan informasi masyarakat petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta dengan kekuatan hubungan yang rendah; Artinya Ha diterima dan Ho ditolak.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan saran yang bisa bermanfaat agar usahatani manggis yang dibudidayakan oieh masyarakat dapat menghasilkan hubungan yang lebih besar dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

1. Perlu diadakan sosialisasi lebih lanjut untuk memberikan informasi mengenai usahatani manggis. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan di lapangan dan dapat diaplikasikan secara langsung oleh petani. Seperti cara membudidayakan manggis dengan teknik yang benar, dimulai dari pembibitan, perawatan hingga panen dan pasca panen. Penyuluhan dan sosialisasi ini untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas manggis yang dapat meningkatkan pendapatan terhadap petani.

2. Para petani agar meningkatkan pengetahuan mengenai usahatani manggis dengan penyuluhan berlanjut. Dengan meningkatnya pengetahuan petani mengenai usahatani manggis maka dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan pula.

3. Perlu diadakan sosialisasi kesehatan terkait memelihara kesehatan lingkungan masyarakat agar tingkat kesehatan masyarakat meningkat. Karena dengan lingkungan yang sehat mendukung ketercapaian kesehatan masyarakat.

4. Kepemilikan sarana dan prasarana yang terkait usahatani manggis perlu ditingkatkan agar mendukung produktivitas usahatani manggis. Pengaktifan koperasi yang sebelumnya tidak aktif, akan membantu petani dalam


(19)

meminjam pinjaman untuk pengadaan modal dalam bentuk barang perkakas pertania, gerobak pengangkut hasil panen, mobil untuk mengangkut hasil panen untuk dipasarkan dan barang lainnya yang terkait dengan peningkatan hasil produksi usahatani manggis.

5. Semoga penelitian ini dapat membantu bagi penelitian selanjutnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan, terkait mengkaji budidaya manggis, tingkat kesejahteraan petani manggis maupun kesesuaian lahan budidaya manggis dan aspek lainnya yang belum teridentifikasi dalam penelitian ini.


(1)

Mohammad Wildan Solihin, 2015

c) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ini digunakan untuk mencari data yang akan menunjang data bagi penulis dalam masalah yang akan diteliti. Yaitu data dalam bentuk media gambar, peta dan dokumen-dokumen lain yang diperoleh dari instansi dan lembaga pemerintah setempat.

F. Teknik Analisis Data

Setelah peneliti memperoleh data hasil dari lapangan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan data. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persiapan

a) Yaitu dengan mengecek kelengkapan data, memeriksa isi instrument yang telah dikumpulkan apakah terdapat data yang kurang dan untuk melanjutkan ke tahap pengolahan selanjutnya.

b) Mengecek isian data yang telah terkumpul, apakah data itu sudah diisi/dijawab seperti yang diharapkan.

c) Memilih data kemudian mengelompokkannya, sehingga hanya data yang terpakai saja yang akan diolah lebih lanjut.

2. Tabulasi data

Data-data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasikan dengan cara dijumlah, selanjutnya dapat diperoleh prosentase, kemudian diklasifikasikan dalam bentuk tabel-tabel.

a) Perhitungan Presentase

Adapun rumus presentase yang digunakan untuk melihat seberapa banyak kecenderungan frekwensi jawaban responden adalah sebagai berikut:

P = Keterangan:

P : Besar persen (%) hasil penelitian

F : Frekwensi jawaban

N : Jumlah responden


(2)

Mohammad Wildan Solihin, 2015

Kriteria dalam penelitian ini sebagai berikut:

Persentase Kriteria

0 Tidak ada

1 - 24% Sebagian kecil

25 – 49% Kurang dari setengahnya

50% Setengahnya

51 – 74% Sebagian besar

75 – 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

Sumber : Arikunto (1990:57)

b) Analisis Korelasi Rank Spearman

Menurut Arikunto (2006, hlm. 270) penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan atau pengaruh, dan apabila ada berapa eratnya hubungan berarti atau tidaknya hubungan tersebut.

Menurut Riduwan dan Sunarto (2009, hlm. 4) Metode korelasi Rank Spearman dikemukakan oleh Carl Spearman tahun 1904. Kegunaannya untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat yang berskala ordinal atau berjenjang dan dapat berasal dari sumber yang tidak sama.

Rumusnya :

Metode korelasi Rank Spearman tidak terikat oleh asumsi bahwa populasi yang diselidiki harus berdistribusi normal, populasi sampel yang diambil sebagai sampel maksimal 5 < n < 30 pasang, data dapat diubah dari data interval menjadi data ordinal.


(3)

Mohammad Wildan Solihin, 2015

Tabel 3.3

Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan

No Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1 KK=0 Tidak ada

2 0,00 - 0,20 Sangat rendah atau lemah sekali 3 0,20 – 0,40 Rendah atau lemah tapi pasti 4 0,40 – 0,70 Cukup berarti atau sedang 5 0,70 – 0,90 Tinggi atau kuat 6 0,90 – 1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali

7 KK=1 Sempurna

Sumber : Hasan (2004, hlm. 44)

c) Analisis dan penafsiran data

Setelah data hasil wawancara maupun angket dan observasi ditabulasikan kemudian hasil perhitungannya diolah dan dianalisis. Selanjutnya diberikan uraian mengenai gambaran kondisi sosial ekonomi petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta.

d) Menyimpulkan Data

Setelah data dianalisis kemudian menarik kesimpulan dari seluruh gambaran mengenai kondisi sosial ekonomi petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta


(4)

Mohammad Wildan Solihin, 2015

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah penulis mengadakan pembahasan yang terdapat pada bab sebelumnya, maka penulis dalam bab ini dapat menarik suatu kesimpulan secara garis besar mengenai hubungan usahatani manggis dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat petani di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta dan memberikan saran berdasarkan atas uraian yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya.

1. Jenis tanah, iklim, suhu, curah hujan merupakan kondisi fisik yang mendukung usahatani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Jenis tanah yang ada di lokasi penelitian merupakan jenis tanah lempung berpasir yaitu jenis tanah yang memiliki kandungan unsur hara dan humus yang cukup sehingga ideal untuk pertanian. Iklim di Kecamatan Wanayasa masuk ke dalam zona sedang yang berada pada ketinggian 700-1500 mdpl,. Suhu ideal berada pada 22-23oC, curah hujan 1500-2500 mm/tahun. Berdasarkan kondisi fisik yang ada di Kecamatan Wanayasa, terdapat kesesuaian dengan dengan syarat tumbuh manggis.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara usahatani manggis dengan pendapatan masyarakat petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta dengan kekuatan hubungan yang sangat rendah; Artinya Ha diterima dan Ho ditolak.

3. Terdapat hubungan antara usahatani manggis dengan kesehatan masyarakat petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta dengan kekuatan hubungan yang sangat rendah, namun tidak signifikan; Artinya Ha diterima dan Ho ditolak.

4. Terdapat hubungan antara usahatani manggis dengan kepemilikan rumah masyarakat petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta


(5)

Mohammad Wildan Solihin, 2015

dengan kekuatan hubungan yang sangat rendah,namun tidak signifikan; Artinya Ha diterima dan Ho ditolak.

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara usahatani manggis dengan kepemilikan sarana transportasi dan informasi masyarakat petani manggis di Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta dengan kekuatan hubungan yang rendah; Artinya Ha diterima dan Ho ditolak.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan saran yang bisa bermanfaat agar usahatani manggis yang dibudidayakan oieh masyarakat dapat menghasilkan hubungan yang lebih besar dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

1. Perlu diadakan sosialisasi lebih lanjut untuk memberikan informasi mengenai usahatani manggis. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan di lapangan dan dapat diaplikasikan secara langsung oleh petani. Seperti cara membudidayakan manggis dengan teknik yang benar, dimulai dari pembibitan, perawatan hingga panen dan pasca panen. Penyuluhan dan sosialisasi ini untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas manggis yang dapat meningkatkan pendapatan terhadap petani.

2. Para petani agar meningkatkan pengetahuan mengenai usahatani manggis dengan penyuluhan berlanjut. Dengan meningkatnya pengetahuan petani mengenai usahatani manggis maka dengan sendirinya akan meningkatkan pendapatan pula.

3. Perlu diadakan sosialisasi kesehatan terkait memelihara kesehatan lingkungan masyarakat agar tingkat kesehatan masyarakat meningkat. Karena dengan lingkungan yang sehat mendukung ketercapaian kesehatan masyarakat.

4. Kepemilikan sarana dan prasarana yang terkait usahatani manggis perlu ditingkatkan agar mendukung produktivitas usahatani manggis. Pengaktifan koperasi yang sebelumnya tidak aktif, akan membantu petani dalam


(6)

Mohammad Wildan Solihin, 2015

meminjam pinjaman untuk pengadaan modal dalam bentuk barang perkakas pertania, gerobak pengangkut hasil panen, mobil untuk mengangkut hasil panen untuk dipasarkan dan barang lainnya yang terkait dengan peningkatan hasil produksi usahatani manggis.

5. Semoga penelitian ini dapat membantu bagi penelitian selanjutnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan, terkait mengkaji budidaya manggis, tingkat kesejahteraan petani manggis maupun kesesuaian lahan budidaya manggis dan aspek lainnya yang belum teridentifikasi dalam penelitian ini.