Pengaruh Pemekaran Daerah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL PUTRI YUNA HUTABARAT

070902051

ABSTRAK

PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN

KABUPATEN DAIRI

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 87 halaman, 33 tabel, 11 kepustakaan)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana sosial dengan judul PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakatdi Desa Paropo. Adapun indikator sosial ekonomi dalam penelitian ini dapat dilihat dari pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 Kepala Keluarga. Sampel diambil dengan cara menggunakan simple random sampling atau teknik penarikan sampel secara acak. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan analisis korelasi product moment. Sedangkan instrument penyaringan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan juga observasi.

Dari penelitian yang dilakukan maka penulis dapat mengatakan bahwa pemekaran daerah membawa perubahan pada pendapatan masyarakat yang mengalami peningkatan, hal ini juga dipengaruhi karena pekerjaan mereka yang semakin baik. Selain pekerjaan tetap mereka menambah penghasilan dengan membuka usaha sampingan apalagi dengan adanya bantuan modal dari pemerintah setempat. Setelah pemekaran daerah sarana pendidikan banyak mengalami perubahan mulai dari fasilitas komputer dan juga bangunan sekolah yang bertambah tentunya meningkatkan mutu pendidikan di Desa Paropo. Sarana kesehatan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat semakin baik dengan imunisasi dan penyuluhan gratis serta ditambahnya bidan dan perawat di puskesmas. Setelah pemekaran kondisi bangunan rumah banyak yang berubah dari yang sebagian besar papan menjadi semi permanen dan permanen. Begitu juga dengan sarana MCK yang semakin baik dan tersedia di seluruh rumah penduduk.


(2)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Putri Yuna Hutabarat 070902051

ABSTRACT

REGION EXPANSION INFLUENCE ON ECONOMIC SOCIAL COMMUNITY IN VILLAGE SUB PAROPO SILAHISABUNGAN DAIRI

(This thesis is composed of 6 chapters, 87 pages, 33 tables, 11 literature)

This thesis is submitted in order to meet the requirements of social science degree with the title "regional enlargement INFLUENCE ON ECONOMIC SOCIAL COMMUNITY IN VILLAGE SUB PAROPO SILAHISABUNGAN Dairi. This study aims to determine the influence of socio-economic region expansion of the community in the village of Paropo. The socio-economic indicators in this study can be seen from the income, education, health and housing.

The number of samples in this study were 36 Head of Family. Samples taken by using a simple random sampling or random sampling techniques. The method used is descriptive research method with product moment correlation analysis. While the data screening instruments used were questionnaires, interviews and observation.

From this research, the author can say that the region expansion brings changes in people's income is increased, it is also affected because their jobs better. In addition to their regular jobs to raise their income by opening a side business especially with the help of capital from the local government. After the region expansion of educational facilities undergone many changes ranging from computer facilities and also building schools that increase certainly improve the quality of education in the village of Paropo. Health facilities and health services to the community is getting better with immunizations and counseling free of charge and the presence of midwives and nurses in health centers. After splitting the condition of the building houses many of which changed from a majority of the board become semi-permanent and permanent. Likewise with a better toilet facilities and are available at all home residents.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, juru selamat dan penolongku, karena atas Berkat dan Kasih-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI . Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penulisan skripsi ini penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.

Skripsi ini saya persembahkan terkhusus buat kedua orangtua, Papa tercinta K.Hutabarat dan Mama tersayang R.Sitanggang yang menjadi motivator utamaku untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak atas semua doa dan dukungan yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani S selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Mastauli Siregar S.sos Msp selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih Bu telah mau berbagi ilmu dengan saya.


(4)

4. Bapak Umar Situngkir selaku Kepala Desa Paropo yang telah banyak membantu penulis melakukan pendekatan dalam membagikan angket ataupun wawancara kepada masyarakat di Desa Paropo. Terima kasih Pak karena telah begitu baik meluangkan waktunya menemani saya membagi kuesioner kepada warga.

5. Kepada semua responden saya di Desa Paropo, terima kasih atas partisipasinya telah mau meluangkan sedikit waktunya untuk mengisi data data dan pertanyaan yang saya perlukan untuk melengkapi skripsi ini.

6. Saudara2Q, my lovely sizta kakakku semata wayang Novita Hutabarat selalu saling mendoakan, rajin2 traktir aq n beliin aq ya ^_^. Buat abangku Fernando Ades

Hutabarat baik baik disana ya.. Ur the best brother, kami sudah sangat

merindukanmu. Buat abangku Ryan Hutabarat dan Irwanto Hutabarat, terima kasih atas dukungan na buat adek pudanmu ini. Buat sepupuku Deviana Theresia yang selalu membuat aq repot dan aq repotkan juga, akhirnya kita bisa ngasi kado double sama si Opung di masa tuanya ^_^. Dan juga buat ponakanku Yolanda Bethania dan Annete Aleshya, dengar suara kalian aja udah bikin tatak Uthie seneng dek..

7. Sahabat-sahabatQ Rara cimamola yang cantek dan selalu cari2 dimana matanya, hehehe,,, Melda cimangunsonk yang ga pernah mati gaya, Christina Dongoran si PNS yang manis, Ika Aplianita Aritonang, Oktavian ciombink, Dandy Christian Unbu, Yhusnida Juntak, terima kasih kawan-kawan karena kita bisa tetap keep in touch sekalipun sibuk dengan kegiatan masing masing, terima kasih juga karena di saat saat suntuk kalian selalu ada memberi semangat. Yuz tengkiyu ya sms rohani tiap pagi na (:. Buat Oktavian, aq tagih janjimu bulan 7 harus ada di hadapanQ (: dan buat Dandy makasi kak buat support na selama ne..

8. Buat teman-teman seperjuangan kecoz 2007 Romauli Sitanggang S.sos, Risma Situmorang S.sos, Lediana Simajuntak S.sos, akhirnya kita bisa selesai sama2 kawan,


(5)

banyak suka duka yang kita rasakan selama lebih kurang 4 tahun bersama ne (:. Fransiskus S.sos, Alex, Lukas, Dwita, Sunario, Lydia S.sos, Christy, Tri Anjelia S.sos, Novanta S.sos, Yohana S.sos, serta semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu.

9. Buat abang2 dan kakak2 senior serta adek2 junior, terima kasih atas dukungannya. 10. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut serta

memberikan bantuan dan sumbangan pemikiran selama penulis mengikuti perkuliahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan RahmatNya atas kebaikan dan kemurahan hati bapak/ ibu, saudara/ saudari sekalian.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi dunia pendidikan.

Medan, Maret 2010 Penulis

Putri Yuna Hutabarat (070902051)


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1...Latar Belakang Masalah... 1

1.2...Perumusan Masalah... 6

1.3...Pembatasan Masalah... 6

1.4...Tujuan dan Manfaat Peneitian ... 6

1.5...Sistematika Penulisan... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1...Pembangunan ... 9

2.2...Kecamatan ... 10


(7)

2.2.1...Pemerintahan

Daerah... 11

2.2.2...Masyarakat ... 14

2.3...Pemekaran Daerah... 16

2.3.1...Pengertian Pemekaran Daerah ... 16

2.3.2...Tujuan Pemekaran Daerah ... 18

2.3.3...Dampak Pemekaran Daerah ... 19

2.3.4...Dasar Hukum Pemekaran Daerah . ... 21

2.4 Sosial Ekonomi... 27

2.4.1 Pengertian Sosial Ekonomi... 27

2.4.2 Kondisi Sosial Ekonomi ... 27

2.5 Konsep Kesejahteraan Sosial... 29

2.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial... 29

2.5.2 Usaha Kesejahteraan Sosial ... 30

2.6 Kerangka Pemikiran... 32

2.7 Defenisi Konsep... 35

2.8 Defenisi Operasional... 36 BAB III METODE PENELITIAN


(8)

3.1...Tipe Penelitian ... 40 3.2...Lokasi

Penelitian... 40 3.3...Populasi dan

Sampel... 41 3.4...Tehnik

Pengumpulan Data... 41

3.5...Tehnik Analisis Data... 42

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1...Gambaran Umum Desa Paropo ... 45 4.2...Keadaan

Demografis... 46 4.2.1...Gambaran

Penduduk Menurut Usia ... 46 4.2.2...Gambaran

Penduduk Menurut Jenis Kelamin... 48 4.2.3...Gambaran

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 48 4.2.4...Gambaran


(9)

4.2.5...Gambaran Penduduk Menurut Agama ... 51 4.3...Sarana dan

Prasarana di Desa Paropo... 51 4.3.1...Sarana

Pendidikan... 51 4.3.2...Sarana

Peribadatan... 52 4.3.3...Sarana

Kesehatan... 52 4.3.4...Sarana

Transportasi... 52 4.3.5...Sarana

Perumahan... 53

4.4...Kegiatan Sosial yang Dilakukan oleh Penduduk ... 53

4.5...Struktur Pemerintahan Desa Paropo ... 55 BAB V ANALISIS DATA

5.1...Karakteristik Responden... 56

5.2...Variabel Bebas (Pemekaran Kecamatan Silahisabungan)... 62


(10)

5.3...Variabel Terikat (Sosial Ekonomi Masyarakat)... 67

5.4...Uji Hipotesa ... 79

BAB VI PENUTUP

6.1...Kesimpulan ... 85

6.2...Saran 87 DAFTAR PUSTAKA

KUESIONER LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HALAMAN

1...Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia ... 47 2... Distribusi

Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 48 3...Distribusi


(11)

4...Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan... 50 5...Distribusi

Penduduk Menurut Agama ... 51 6...Sarana

Pendidikan di Desa Paropo ... 51 7...Distribusi

Penduduk Berdasarkan Tipe Perumahan ... 53 8...Distribusi

Responden BerdasarkanUsia ... 56 9...Distribusi

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 57 10...Distribusi

Responden Berdasarkan Agama ... 58 11...Distribusi

Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 59 12...Distribusi

Responden Berdasarkan Pekerjaan... 60 13...Distribusi

Responden Berdasarkan Jumlah Anak... 60 14...Distribusi

Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata ... 61 15...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Lama Pemekaran Kecamatan Silahisabungan ... 62


(12)

16...Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Setuju Tidaknya Pemekaran

Kecamatan Silahisabungan ... 63 17...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Desa Paropo... 64

18...Distribusi Jawaban Responden tentang Sosialisasi Pemekaran Kecamatan Silahisabungan ... 65 19...Distribusi

Jawaban Responden ada tidaknya Perubahan Pembangunan

dengan Pemekaran Kecamatan Silahisabungan... 65 20...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Dampak yang diberikan

Dengan Pemekaran Kecamatan Silahisabungan ... 66 21...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Pekerjaan

Sampingan... 67 22...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Keluarga... 68 23...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan

Rata-Rata Keluarga... 69 24...Distribusi


(13)

25...Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Mendapat Bantuan Modal

Usaha... 71 26...Distribusi

Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Bangunan Sekolah

Di Desa Paropo ... 72 27...Jawaban

Responden Berdasarkan Fasilitas Pendidikan di Desa

Paropo ... 73 28...Jawaban

Responden Berdasarkan Mutu Pendidikan ... 74 29...Jawaban

Responden Berdasarkan Kondisi Sarana Kesehatan

Di Desa Paropo ... 75 30...Jawaban

Responden Berdasarkan Pelayanan Kesehatan Di

Desa Paropo ... 75 31...Kondisi Bangunan Berdasarkan Rumah yang Ditempati... 76 32...Jawaban

Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih di Rumah... 77

33...Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tersedianya Fasilitas


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Alir Pemikiran 34


(15)

PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN

KABUPATEN DAIRI

Skripsi ini Diajukan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial

PUTRI YUNA HUTABARAT 070902051

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL PUTRI YUNA HUTABARAT

070902051

ABSTRAK

PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN

KABUPATEN DAIRI

(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 87 halaman, 33 tabel, 11 kepustakaan)

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana sosial dengan judul PENGARUH PEMEKARAN DAERAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA PAROPO KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakatdi Desa Paropo. Adapun indikator sosial ekonomi dalam penelitian ini dapat dilihat dari pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 Kepala Keluarga. Sampel diambil dengan cara menggunakan simple random sampling atau teknik penarikan sampel secara acak. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan analisis korelasi product moment. Sedangkan instrument penyaringan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan juga observasi.

Dari penelitian yang dilakukan maka penulis dapat mengatakan bahwa pemekaran daerah membawa perubahan pada pendapatan masyarakat yang mengalami peningkatan, hal ini juga dipengaruhi karena pekerjaan mereka yang semakin baik. Selain pekerjaan tetap mereka menambah penghasilan dengan membuka usaha sampingan apalagi dengan adanya bantuan modal dari pemerintah setempat. Setelah pemekaran daerah sarana pendidikan banyak mengalami perubahan mulai dari fasilitas komputer dan juga bangunan sekolah yang bertambah tentunya meningkatkan mutu pendidikan di Desa Paropo. Sarana kesehatan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat semakin baik dengan imunisasi dan penyuluhan gratis serta ditambahnya bidan dan perawat di puskesmas. Setelah pemekaran kondisi bangunan rumah banyak yang berubah dari yang sebagian besar papan menjadi semi permanen dan permanen. Begitu juga dengan sarana MCK yang semakin baik dan tersedia di seluruh rumah penduduk.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah telah dimulai secara nasional pada tahun 2001, tepatnya pada tanggal 1 Januari 2001, namun secara efektif otonomi daerah baru mulai berlaku pada bulan Mei 2001 dimana baik itu daerah provinsi, daerah kabupaten maupun daerah kota diberikan wewenang yang luas tetapi juga bertanggung jawab dalam mengatur, membagi dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh daerah tersebut sesuai dengan prinsip prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta potensi keanekaragaman daerah dimana pelaksanaan otonomi daerah ini pada hakekatnya diarahkan dan ditujukan untuk meningkatkan pelayanan Pemerintah Daerah (local government) kepada masyarakat agar lebih efisien dan responsif terhadap potensi, kebutuhan maupun karakteristik di masing-masing daerah. Dimana diharapkan dengan adanya otonomi daerah ini nantinya akan dapat membuat daerah yang dimekarkan tersebut untuk dapat berkembang dan berdiri sendiri yang tentunya juga akan menambah PAD (Pendapatan Asli Daerah) tersebut. (dsfindonesia.org/userfiles/Studi Evaluasi Pemekaran Daerah/2007/01).

Dalam rangka pemerataan pembangunan daerah dan pengembangan wilayah maka kualitas sumber daya manusia dan pengadaan sarana kebutuhan masyarakat perlu ditingkatkan. Pada dasarnya, pemekaran wilayah merupakan salah satu bentuk otonomi daerah dan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan karena dengan adanya pemekaran wilayah diharapkan dapat lebih memaksimalkan pemerataan pembangunan daerah dan pengembangan wilayah. Pada UUD 1945 terkandung makna Sistem Pemerintahan


(18)

Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.

Otonomi daerah merupakan wujud dari upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan yang lebih maksimal bagi masyarakat. Sehingga diharapkan, dengan adanya otonomi daerah masyarakat mendapatkan apa yang menjadi harapannya selama ini, karena pelayanan langsung dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Dengan semangat otonomi daerah itu pulalah muncul wacana-wacana melakukan pemekaran wilayah, yang dapat mempercepat pelaksanaan pembangunan, dan memudahkan pelayanan publik kepada masyarakat, percepatan kesejahteraan masyarakat, dsb. Pemekaran wilayah harus benar-benar dilakukan untuk mendekatkan pelayanan pemerintah pada masyarakat dan memperpendek alur pelayanan sehingga akan tercipta pelayanan berkualitas yang ditunjukkan dengan kemajuan suatu daerah otonom.

Di balik antusiasme daerah, terdapat juga anggapan bahwa pihak daerah memiliki kemampuan yang tidak kalah dibandingkan dengan pusat. Berdasarkan fakta sebagian besar sumber daya manusia yang berkualitas berasal dari daerah dimana mereka mematangkan potensinya di daerah untuk kemudian berkecimpung di pusat dan kemudian memegang peranan penting dalam memegang keputusan (dicision maker).

Pada dasarnya otonomi daerah itu sendiri bermuara kepada keinginan daerah untuk memekarkan diri atau memisahkan diri dari daerah induknya dan mencoba berdiri sendiri dengan segala potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pemekaran daerah dalam tatanan filosofis dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemekaran akan mempersingkat rentang kendali antara pemerintah dan masyarakat, khususnya pada wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh fasilitas pemerintahan. Pemekaran daerah juga diaspirasikan untuk memperbaiki pemerataan pembangunan.


(19)

Berdasarkan pengalaman di masa lalu, daerah-daerah yang terbangun hanya daerah yang berdekatan dengan ibukota pemerintahan daerah. Pemekaran memungkinkan sumber daya mengalir ke daerah yang masih belum berkembang. Alasan lainnya yang juga dikemukakan adalah bahwa pemekaran akan mengembangkan demokrasi lokal melalui pembagian kekuasaan pada tingkat yang lebih kecil. (dsfindonesia.org/userfiles/Studi Evaluasi Pemekaran Daerah/2007/01).

Kebijakan otonomi daerah telah memberikan peluang yang besar bagi daerah untuk mengelola dan mengembangkan daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan aspirasi dan inisiatif masing-masing daerah. Dengan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri berarti juga daerah tersebut berusaha untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya mengelola dan mengembangkan daerah agar dapat lebih maju dari sebelumnya. Kecamatan Silahisabungan merupakan salah satu daerah otonom di Kabupaten Dairi, kecamatan ini dimekarkan pada tanggal 14 Juni 2004 oleh Bupati Dairi DR MP Tumanggor.

(BPS/Pemkab Dairi/2009/05).

Pemekaran daerah kecamatan dapat dilakukan jika paling tidak terdiri dari 5 desa dan terdiri dari beberapa kelurahan dan dusun. Wilayah Kecamatan Silahisabungan sendiri terdiri dari 5 desa yaitu Desa Silalahi I, Desa Silalahi II, Desa Silalahi III, Desa Paropo dan Desa Paropo I, dan itu sudah memenuhi syarat untuk dapat memekarkan daerah kecamatan selain tentunya faktor-faktor lainnya seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang memadai. Melihat kondisi sumber daya alam yang cukup baik maka sudah selayaknyalah dimekarkannya Kecamatan Silahisabungan, selain itu juga pemekaran ini sangat didukung penuh oleh masyarakat setempat karena dengan adanya pemekaran tentunya akan sangat membantu kehidupan masyarakat setempat juga untuk mengembangkan daerah Kecamatan


(20)

Silahisabungan menuju kecamatan yang lebih maju dan berkembang. (Data ini diperoleh dari penjelasan Kepala Desa Paropo)

Menurut Badan Pusat Statistik Pemerintah Kabupaten Dairi, jumlah penduduk Kecamatan Silahisabungan pada tahun 2009 adalah 5309 jiwa yang terdiri dari 2803 perempuan dan 2506 laki-laki dan dengan 1008 kepala keluarga (KK). Dari tahun ke tahun jumlah penduduk kecamatan ini terus bertambah baik itu dengan adanya kelahiran ataupun pendatang yang pada akhirnya menetap dan memilih tinggal di daerah ini.

Potensi Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi sebagai salah satu daerah pemekaran memang tidaklah salah melihat dari besarnya potensi yang dimilki daerah ini untuk dapat berdiri sendiri. Kecamatan Silahisabungan selama ini seperti segumpal permata yang di biarkan terendam di dasar laut, hal ini sulit dipungkiri karena memang demikianlah keadaannya. Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah ini sangatlah besar tetapi belum efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengembangkan sumber daya alam yang ada serta kurangnya penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah daerah setempat.

Dalam dunia pariwisata, Kecamatan Silahisabungan yang berada di pinggir pantai Danau Toba sudah mulai dikenal di kalangan turis domestik maupun turis asing terutama benua Asia dan Eropa. Kecamatan termuda di Kabupaten Dairi yang mempunyai iklim sejuk dengan pemandangan hamparan Danau Toba ini, memang masih kalah populer dengan daerah lainnya yang berada di di pinggir pantai Danau Toba seperti Tomok, Samosir, Tongging, dan Parapat. Namun itu tidak menjadi alasan untuk dapat memekarkan diri mengingat potensi besar yang dimiliki oleh daerah ini. Seharusnya sudah sejak lama daerah ini dapat memekarkan diri buktinya pada tahun 1970 daerah Kecamatan Silahisabungan ini sudah


(21)

terdaftar di Dinas Pariwisata Tingkat I Sumatera Utara, sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW).

Tulang punggung perekonomian masyarakatnya sebagian besar bertumpu pada sektor pertanian, selain itu ada juga pada sektor peternakan dan juga perikanan. Sebagai wilayah pembangunan pertanian, peternakan dan perikanan, Kecamatan Silahisabungan mempunyai visi DUMA yakni Damai, Usaha, Makmur. Dimana melalui DUMA ini diharapkan terciptanya pemerintahan yang baik untuk mewujudkan masyarakat yang damai yang memiliki usaha sendiri sehingga kehidupannya bisa menjadi makmur melalui pengelolaan agribisnis dan pariwisata yang memiliki daya saing.

Desa Paropo merupakan satu dari lima desa yang ada di Kecamatan Silahisabungan. Desa ini memiliki potensi yang cukup besar terutama dari hasil bumi yang dimilikinya. Hasil tanaman pertanian tumbuh subur di desa ini, ditambah lagi hasil tangkapan ikan yang melimpah ruah. Kondisi sosial ekonomi di desa Paropo sejak adanya pemekaran kecamatan Silahisabungan berkembang cukup baik di berbagai sektor, antara lain dari sektor pertanian dan perikanan khususnya banyak mengalami kemajuan. Selain itu juga Desa paropo mengalami kemajuan dalam tenunan ulos dan juga peternakan.

Setelah pemekaran daerah, masyarakat banyak mendapatkan pengarahan dari pemerintah daerah seperti petani diberikan penyuluhan bagimana cara bercocok tanam yang baik sehingga hasil panen melimpah ruah, apalagi desa ini terkenal dengan hasil palawija bawangnya dengan kualitas yang baik hal ini terbukti dari tingginya permintaan pasar terutama dari kota sumbul dan sidikalang akan permintaan bawang. Selain itu juga para nelayan digalakkan oleh pemerintah setempat bagaimana agar hasil tangkapan ikan lebih banyak lagi dan juga bagaimana mengembangkan budidaya terumbu karang agar hasilnya dapat menambah perekonomian para nelayan.


(22)

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Pengaruh Pemekaran Daerah

Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi ? .

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka penulis perlu untuk membuat pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah sosial ekonomi yang akan dikemukakan indikatornya hanya terbatas pada, pendapatan dan pendidikan, kesehatan dan perumahan masyarakat Paropo.

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran utama yang ingin dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemekaran daerah terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.


(23)

1.4.2 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi dalam rangka pengembangan konsep konsep, teori teori, terutama terhadap pemecahan masalah pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian teori dan konsep yang berkaitan dengan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum tentang lokasi penelitian yang dilakukan di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.


(24)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan

Pembangunan mempunyai pengertian yang sangat luas, secara sederhana pembangunan itu adalah perubahan kearah yang lebih baik dan lebih maju dari sebelumnya. Pembangunan dapat diartikan juga sebagai gagasan untuk mewujudkan sesuatu yang dicita-citakan. Dimana gagasan tersebut lahir dalam bentuk usaha untuk mengarahkan dan melaksanakan pembinaan, pengembangan, serta pembangunan bangsa. Sepeti yang telah diuraikan diatas, pembangunan merupakan perubahan menuju kearah perbaikan. Perubahan ke arah perbaikan itu sendiri memerlukan pengerahan segala budi daya manusia untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan. Dengan sendirinya pembangunan merupakan proses penalaran dalam rangka menciptakan kebudayaan dan peradaban manusia.

Pembangunan tidak dapat berhenti atau dihentikan karena manusia hidup selalu dipenuhi oleh suasana perubahan. Inti pembangunan bukan hanya terjadinya perubahan struktur fisik atau material, tetapi juga menyangkut perubahan sikap masyarakat. Pembangunan harus mampu membawa umat manusia melampaui pengutamaan aspek-aspek materi dari kehidupannya sehari-hari. Di samping itu pembangunan adalah upaya memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan nilai sesuatu yang sudah ada.

Dalam rangka pemerataan pembangunan daerah dan pengembangan wilayah diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengadaan sarana kebutuhan masyarakat. Pada dasarnya, pemekaran wilayah merupakan salah satu bentuk otonomi daerah dan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan karena dengan adanya pemekaran


(26)

wilayah diharapkan dapat lebih memaksimalkan pemerataan pembangunan daerah dan

pengembangan wilayah.(dsfindonesia/2007/15)

2.2 Kecamatan

Menurut pasal 66 UU No.22 Tahun 1999, kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten dan daerah kota yang dipimpin oleh Kepala Camat yang diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul dari sekretaris daerah kabupaten/kota dan Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat. Sebagai perangkat daerah organisasi Kecamatan yang dipimpin oleh Camat melaksanakan sebagian urusan otonomi daerah yang dilimpahkan Bupati dan tugas-tugas umum pemerintahan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah organisasi Kecamatan menjadi ujung tombak pelayanan masyarakat. Hal ini disebabkan Kecamatan menjadi penyambung kebijakan pemerintah daerah dengan masyarakat luas, fungsi-fungsi koordinatif dan pembinaan pada level desa dan kelurahan menjadi tanggung jawab Kecamatan. (Poernomo, 2004 : 28)

Oleh karena itu Kecamatan menerima sebagian wewenang yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah. Disamping itu Kecamatan adalah sebagai koordinator dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan umum. Ada dua tugas utama Kecamatan yaitu sebagai pelayan masyarakat dan melakukan pembinaan wilayah. Tugas pembinaan wilayah dilakukan dengan melakukan koordinasi pemerintahan terhadap seluruh instansi pemerintah di wilayah kecamatan, penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban, penegakan peraturan perundang-undangan, pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, serta pelaksanaan tugas pemerintahan lainnya yang belum dilaksanakan oleh pemerintahan desa/kelurahan dan/atau instansi pemerintah lainnya di wilayah kecamatan, sedangkan dari segi pelayan masyarakat, pihak Kecamatan menjalankan sebagian wewenang yang diberikan


(27)

oleh Pemerintah daerah. Oleh sebab itu pengembangan lembaga Kecamatan menjadi hal yang urgen untuk dilaksanakan. Kebijakan otonomi daerah merupakan suatu itikad baik pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kecamatan sebagai unsur perangkat daerah memiliki peran vital dalam keberhasilan otonomi daerah, kecamatan dilihat dari sistem pemerintahan Indonesia, merupakan ujung tombak dari pemerintahan daerah yang langsung berhadapan dengan masyarakat luas. Citra birokrasi pemerintahan secara keseluruhan akan banyak ditentukan oleh kinerja organisasi tersebut. Masyarakat perkotaan yang peradabannya sudah cukup maju, mempunyai kompleksitas permasalahan lebih tinggi dibandingkan pada masyarakat tradisional sehingga diperlukan aparatur pelayanan yang profesional.(Tobalilo80/2009/01)

2.2.1 Pemerintahan Daerah

Menurut Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, yang dimaksud dengan pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah oleh DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, pemerintahan daerah meliputi :

1) Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.

2) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah

Pemerintah daerah sebagai badan eksekutif daerah dalam PP No.8/2003 tentang pedoman organisasi perangkat daerah meliputi kepala daerah beserta perangkat daerah. Kepala daerah dalam hal ini untuk kecamatan adalah Camat, untuk kabupaten adalah Bupati


(28)

dimana kepala daerah ini dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah. Kepala daerah dan wakilnya dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan. Berhasil tidaknya seseorang yang menjabat suatu jabatan dalam menjalankan tugas-tugasnya tergantung kepada kualitas yang dimilikinya. Demikian pula halnya dengan kepala daerah, berhasil tidaknya ia menjalankan tugas-tugasnya tergantung kepada kualitas yang dimilikinya serta loyalitasnya kepada masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 8 Tahun 2003 tentang pedoman organisasi perangkat daerah, perangkat daerah adalah organisasi atau lembaga pada pemerintahan daerah yang bertanggung jawab kepada kepala daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretariat daerah, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhan daerah (Nurcholis, 2007 : 225)

Penyelenggaraan otonomi daerah ini didasarkan pada isi dan jiwa yang terkandung dalam Pasal 18 UUD 1945 dengan pokok pikiran sebagai berikut :

a. Sistem ketatanegaraan wajib menjalankan prinsip pembagian kewenangan berdasarkan asas dekonsentrasi dan desentralisasi dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi dan dekonsentrasi adalah daerah provinsi, sedangkan daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi adalah daerah kabupaten dan daerah kota. Daerah desntralisasi berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

c. Pembagian daerah diluar provinsi dibagi ke dalam daerah otonom. Dengan demikian wilayah administrasi yang berada dalam daerah kabupaten dan daerah kota dapat dijadikan daerah otonom baru.


(29)

d. Kecamatan yang menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1974 sebagai wilayah administrasi dalam rangka dekonsentrasi kedudukannya diubah menjadi perangkat daerah kabupaten atau daerah kota.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah akan sangat kompleks dan problematis. Di lapangan ada banyak masalah yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan pada saat penyusunan konsep. Dengan demikian diperlukan semacam prinsip sebagai acuan dalam mengatasi masalah-masalah di lapangan. Adapun prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah yaitu :

a. Dipergunakannya asas desentralisasi, dekonsentrasi dan juga tugas pembantuan; b. Penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat yang dilaksanakan di

daerah kabupaten dan daerah kota; dan

c. Tugas pembantuan dapat dilaksanakan di daerah propinsi, daerah kabupaten, daerah kota dan juga desa. (Iswandi, 2002 : 9-10)

d. Pelaksanaan pemberian otonomi kepada daerah harus menunjang aspirasi perjuanagan rakyat, yakni memperkokoh Negara kesatuan dan juga mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakat.

e. Pemberian otonomi kepada daerah harus merupakan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab sesuai dengan UU No.5/1974.

f. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah antara lain yaitu : (1) Untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. (2) dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan, undang-undang ini menitikberatkan otonomi daerah pada daerah tingkat II dengan pertimbangan bahwa daerah tingkat II langsung berhubungan


(30)

dengan masyarakat sehingga diharapkan dapat lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat. (3) pemyerahan urusan-urusan pemerintahan kepada daerah dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah yang bersangkutan. (4) Meskipun berbagai urusan telah diserahkan kepada daerah sebagai pelaksana asas desentralisasi tetapi tanggungjawab terakhir terhadap urusan-urusan tersebut tetap berada di tangan pemerintah. (Widarta, I. 2005 : 69).

2.2.2. Masyarakat

Kata masyarakat dalam bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata socius yang berarti kawan. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relative mandiri, yang hidup secara bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang sekitar, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat, hukum, agama dan sosial budaya yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas kesatuan tersebut sehingga menjadi adat istiadat. Para mahasiswa suatu akademi ataupun para pelajar suatu sekolah tidak dapat disebut sebagai masyarakat karena walaupun suatu kesatuan manusia yang terdiri dari murid, guru, mahasiswa atupun karyawan terikat serta diatur tingkah lakunya oleh berbagai norma atau aturan sekolah, tetapi system norma itu hanya meliputi beberapa sektor kehidupan yang terbatas. Sementara sebagai suatu kesatuan manusia, sekolah atupun kampus itu hanya bersifat sementara atau tidak berkesinambungan. Selain ikatan adat istiadat


(31)

khas yang meliputi sektor kehidupan serta kontiunitas waktu, warga suatu masyarakat juga harus memiliki suatu ciri lain yaitu suatu rasa identitas bahwa mereka merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya

Usaha mengembangkan konsep masyarakat ternyata tidak menghasilkan suatu rumusan yang seragam. Satu aspek yang tampak disepakati bersama adalah masyarakat merupakan kelompok manusia yang hidup bersama. Maka dalam usaha menyamakan pandangan tentang masyarakat ini yang paling penting adalah unsur-unsur masyarakat itu sendiri. Hidup bersama dikatakan apabila mempunyai unsur-unsur sebagai berikut :

a. Manusia yang hidup dalam suatu kelompok tertentu;

b. Bercampur atau bersama-sama untuk kurun waktu yang lama; c. Menyadari bahwa mereka merupakan satu kesatuan;

d. Menyadari bahwa mereka bersama-sama diikat oleh perasaan diantara para anggota yang satu dengan yang lain

e. Menghasilkan suatu kebudayaan tertentu.

2.3. Pemekaran Daerah

2.3.1 Pengertian Pemekaran Daerah

Secara umum, pemekaran daerah dapat diartikan sebagai pemisahan diri suatu daerah dari induknya dengan tujuan mendapatkan status yang lebih tinggi dan meningkatkan pembangunan daerah Pemekaran yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada pasal 5 ayat 2 dinyatakan daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah, namun setelah UU No.22 Tahun 1999 diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, maka materi


(32)

pemekaran wilayah tercantum pada pasal 4 ayat (3) dan (4), namun istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah berarti pengembangan dari satu daerah otonom menjadi dua atau lebih daerah otonom.

Dalam UU No 32 Tahun 2004 tersebut pada pasal 4 ayat 3 dinyatakan : Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4 da lam UU tersebut dinyatakan : Pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan. Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pemekaran daerah adalah pemecahan provinsi atau kabupaten/kota menjadi dua ataupun lebih. Rasyid (1997 : 20) mengatakan bahwa

pembentukan daerah pemekaran merupakan perluasan daerah dengan

memekarkan/meningkatkan status daerah yang dianggap mempunyai potensi sebagai daerah otonom dan mampu untuk mengurus rumah tangganya sendiri.

Menurut Kastorius (Wahyudi, 2002 : 18), ide pemekaran daerah setidaknya harus menjawab tiga isu pokok, yaitu :

1. Urgensi dan Relevansi

Dalam hal ini apakah urgensi pemekaran daerah berkaitan dengan penuntasan masalah kemiskinan dan marginalitas etnik. Jika tidak maka pemekaran daerah akan berdampak negative. Pertimbangan lain dari pemekaran daerah biasanya didasari oleh adanya potensi sumber daya alam dan juga potensi sumber daya manusia yang terbatas. Jalan keluar yang paling mungkin adalah mengundang pihak luar menjadi investor dan ketika keputusan ini diambil maka tidak lama setelah itu akan terjadi proses eksploitasi yang sangat besar terhadap kekayaan alam yang dimiliki oleh


(33)

daerah tersebut. Cara berfikir seperti inilah yang sangat mengkhawatirkan dan berpotensi mengundang terjadinya proses kemiskinan.

2. Prosedur

Dalam hal ini apakah prosedur pemekaran daerah sudah ditempuh dengan benar sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan. Jika tidak maka proses pemekaran daerah ini akan berbelit-belit karena rantai birokrasi yang mengurus persoalan seperti ini memerlukan proses yang sangat panjang.

3. Implikasi

Dalam hal ini yaitu sejauh mana pemekaran daerah memberi dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan berimplikasi terhadap terpeliharanya identitas etnis dan agama. Selain itu hal yang juga harus dipikirkan adalah terjadinya konflik berkaitan dengan ide pemekaran daerah tersebut karena selain pihak yang memberi dukungan, pasti ada juga pihak-pihak tertentu yang tidak menyetujui ide pemekaran daerah tersebut.

2.3.2 Tujuan Pemekaran Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, tujuan pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan pemekaran wilayah diharapkan dapat memunculkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru , mampu meningkatkan berbagai potensi yang selama ini belum tergarap secara optimal baik potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia, membuka keterkungkungan masyarakat terhadap pembangunan dan dapat memutus mata rantai pelayanan yang sebelumnya terpusat di satu tempat/ Ibukota kabupaten atau Ibukota kecamatan, memicu motivasi masyarakat untuk ikut secara aktif dalam proses pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya, dsb.


(34)

Selain hal tersebut diatas, terdapat beberapa tujuan dari pemekaran daerah lainnya yaitu : 1. Meningkatkan Kesejahteran Masyarakat

2. Memperkokoh Basis Ekonomi Rakyat

3. Mengatur Perimbangan Keuangan Daerah dan Pusat 4. Membuka Peluang dan Lapangan Pekerjaan

5. Memberikan Peluang Daerah Mendapatkan Investor Secara Langsung

Menurut Latuconsina, pemekaran daerah adalah bagian dari proses implementasi desentralisasi yang memilki berbagai macam tujuan yang dapat diklasifikasikan ke dalam dua variabel yakni peningkatan dan efektifitas penyelenggaraan pemerintah serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang dilakukan pemerintah sehingga melalui otonomi daerah akan terjadi optimalisasi pelayanan publik dilakukan oleh instansi yang memiliki kedudukan yang lebih dekat dengan masyarakat sehingga keputusan-keputusan strategis dapat dibuat lebih mudah, adanya penyesuaian layanan terhadap kebutuhan dan kondisi yang ada di tingkat lokal, adanya tingkat perawatan terhadap infrastruktur yang ada melalui alokasi anggaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di wilayah masing-masing, adanya pengalihan fungsi-fungsi kebijakan, adanya peningkatan kompetisi dalam penyediaan layanan di antara unit-unit pemerintah dan antar sektor publik dan swasta berdasarkan arahan dari pemerintah daerah dapat menjadikan birokrasi yang lebih berorientasi pada daerah.


(35)

2.3.3 Dampak Pemekaran Daerah

Studi dampak pemekaran daerah secara komprehensif belum pernah dilakukan. Namun demikian beberapa studi telah mulai melihat secara parsial apa yang terjadi di beberapa daerah otonom baru. Bappenas (2005) telah menghasilkan Kajian Percepatan Pembangunan Daerah Otonom Baru (DOB). Studi tersebut menyimpulkan bahwa pada aspek keuangan daerah, telah terjadi peningkatan pendapatan asli daerah meskipun pada umumnya ketergantungan terhadap Dana Alokasi Umum masih tinggi.

Di samping itu, juga terjadi peningkatan pada proporsi belanja pembangunan meskipun proporsi terhadap belanja rutin masih kecil. Namun demikian penilaian responden masyarakat menunjukkan belum adanya perubahan antara sebelum dan sesudah pemekaran. Hal ini dikarenakan karena pemda DOB tengah melakukan pembenahan kelembagaan, infrastruktur kelembagaan, personil dan keuangan daerahnya. Sedangkan pada aspek pengelolaan sumberdaya aparatur menunjukkan bahwa rasio jumlah aparatur terhadap total penduduk DOB masih dibawah rata-rata nasional meskipun untuk beberapa daerah sampel tidak terjadi hubungan yang signifikan antara jumlah aparatur dan kepuasan pelayanan publik. Persoalan mendasarnya ialah karena DOB kurang mampu merumuskan dengan tepat kewenangan ataupun urusan yang akan dilaksanakan sesuai dengn kondisi dan karakteristik daerah serta kebutuhan masyarakat.

(dsfindonesia/2007/02-03).

Implikasi adanya otonomi daerah dan daerah otonom yang berdasarkan asas desentralisasi telah memberikan dampak positif bagi daerah. Salah satu dampak positif dari pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pemekaran daerah provinsi maupun kabupaten/kota yang hampir terjadi diseluruh Indonesia. Dengan disahkannya UU tentang otonomi daerah maka terdapat dampak positif dan juga dampak negatif dari pemekaran tersebut, yakni :


(36)

A. Dampak Positif

1. Daerah tidak lagi harus menunggu petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, ataupun instruksi pusat sebagaimana yang terjadi pada masa orde baru

2. Dimungkinkannya pemberdayaan DPRD dalam relasi kekuasaan dengan kepala daerah.

3. Kembalinya sebagian besar putra daerah ke kampung halaman masing-masing daerah pemekaran untuk ikut membangun daerah tersebut tentunya merupakan suatu hal yang sangat positif.

Dampak dari pemekaran provinsi dan kabupaten/kota, telah banyak terbentuk kecamatan dan kelurahan/desa baru. Tujuannya adalah agar pelayanan pemerintah kepada masyarakat dapat lebih efektif dan efisien, serta diharapkan mempercepat pelaksanaan pembangunan. Oleh karena itu, di samping melakukan pembenahan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pemerintah juga perlu memprioritaskan pemerataan pembangunan hingga ke daerah terpencil.

(Imrodili.ulayat /2009/12). B. Dampak Negatif

1. Pemekaran daerah hanya untuk kepentingan segelintir orang atau kelompok yang menginginkan jabatan tertentu seperti : gubernur, walikota, bupati, camat, dll.

2. Munculnya primordialisme putra daerah.


(37)

2.3.4 Dasar Hukum Pemekaran Daerah

Dalam UUD 1945 tidak ada diatur perihal pembentukan daerah atau pemekaran suatu wilayah secara khusus, namun disebutkan dalam Pasal 18B ayat (1) bahwa, Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang . Selanjutnya, pada ayat (2) pasal yang sama tercantum kalimat sebagai berikut. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

1. Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999

Undang-Undang RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah merupakan acuan regulasi pelaksanaan otonomi daerah yang berarti semakin besarnya kewenangan daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang undangan. Adapun prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam UU No.22 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.

2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.

3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas. 4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi Negara sehingga tetap


(38)

5. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi wilayah administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah atau pihak lain.

6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.

7. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.

8. Pelaksanaan tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemerintah kepada daerah tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggung jawabkannya kepada yang menugaskannya. (Ismawan, 2002 : 6-7)

2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 merupakan revisi dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 pasal 4 ayat (3) tentang pemerintahan daerah dikatakan bahwa pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagaian daerah yang bersanding atau pemekaran dari sati daerah menjadi dua daerah atau lebih. Pembentukan dan pemekaran harus memenuhi pertimbangan sebagaimana yang tercantum dalam dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 5 dikatakan bahwa pembentukan daerah harus memenuhi syarat administratif, teknis, dan kewilayahan, dalam pengadaan pemekaran suatu wilayah.


(39)

Syarat administratif khususnya bagi provinsi yang wajib dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi induk dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. Sedangkan untuk kabupaten/kota, syarat administratif yang juga harus dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. Syarat teknis dari pembentukan daerah baru harus meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor-faktor sebagai berikut :

a. Kemampuan ekonomi. b. Potensi daerah.

c. Sosial budaya. d. Sosial politik. e. Kependudukan. f. Luas daerah. g. Pertahanan. h. Keamanan.

i. Faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi

Selanjutnya syarat fisik yang dimasud harus meliputi paling sedikit lima kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi dan paling sedikit lima kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan empat kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 mengatur tentang pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah dimana pasal ini adalah revisi terhadap Peraturan


(40)

Pemerintah No. 129 Tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah. Hal ini dikarenakan peraturan pemerintah tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraaan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah dan masih didasarkan oleh Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah.

Adapun tata cara pembentukan daerah otonom antara lain adalah sebagai berikut : 1. Aspirasi sebagian besar masyarakat setempat dalam bentuk keputusan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) dan juga forum komunikasi desa.

2. DPRD kabupaten /kota dapat memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a dalam bentu keputusan DPRD berdasarkan aspirasi sebagian besar masyarakat setempat yang diwakili oleh badan pemerintahan desa.

3. Bupati/walikota memutuskan untuk menyetujui atau menolak aspirasi dalam bentuk keputusan Bupati/Walikota berdasarkan hasil kajian daerah

4. Bupati/Walikota mengusulkan pembentukan kabupaetn/kota atau kecamatan kepada Gubernur untuk mendapatkan persetujuan dengan melampirkan :

a. Dokumen aspirasi masyarakat di calon daerah yang akan dimekarkan b. Hasil kajian daerah

c. Peta wilayah calon pemekaran daerah

d. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan keputusan bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 2 huruf a dan b

5. Gubernur memutuskan untuk menyetujui atau menolak pembentukan daerah berdasarkan evaluasi terhadap kajian daerah.

6. Gubernur menyampaikan usulan pembentukan daerah otonom baru kepada DPRD provinsi


(41)

7. DPRD provinsi memutuskan untuk menyetujui ataupun menolak usulan pembentukan daerah otonom baru.

8. Dalam hal gubernur menyetujui usulan pembentukan daerah otonom baru, gubernur mengusulkan pembentukan kabupaten/kota atau kecamatan kepada Presiden melalui Menteri dengan melampirkan :

a. Dokumen aspirasi masyarakat di calon kabupaten/kota; b. Hasil kajian daerah;

c. Peta wilayah calon kabupaten/kota;

d. Keputusan DPRD kabupaten/kota dan keputusan bupati atau walikota; e. Keputusan DPRD provinsi dan keputusan gubernur.

9. Menteri melakukan penelitian terhadap usulan pembentukan kabupaten/kota dimana penelitian dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh menteri.

10. Berdasarkan hasil penelitian, menteri menyampaikan rekomendasi usulan pembentukan daerah kepada Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD).

11. Berdasarkan rekomendasi usulan pembentukan daerah, menteri meminta tanggapan tertulis para anggota DPOD pada sidang DPOD.

12. Apabila DPOD memandang perlu dilakukan klarifikasi dan penelitian kembali terhadap usulan pembentukan daerah, maka DPOD berhak menugaskan tim teknis DPOD untuk melakukan klarifikasi dan penelitian.

13. Berdasarkan hasil klarifikasi dan penelitian, DPOD melakukan siding untuk memberikan saran dan pertimbangan kepada presiden mengenai usulan pembentukkan daerah.

14. Menteri meyampaikan usulan pembentukan suatu daerah kepada presiden berdasarkan saran dan pertimbangan DPOD.


(42)

15. Apabila presiden menyetujui usulan pembentukan daerah, maka menteri menyiapkan rancangan undang-undang tentang pembentukan daerah.

16. Setelah diberlakukannya undang-undang pembentukan daerah maka pemerintah melaksanakan peresmian daerah dan melantik pejabat kepala daerah.

17. Peresmian daerah dilaksanakan paling lama enam bulan sejak diberlakukannya undang-undang tentang pembentukan daerah tersebut.

2.4 Sosial Ekonomi

2.4.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Kata sosial berasal dari kata socious yang berarti kawan atau teman. Dalam hal ini kawan adalah mereka atau orang-orang yang berada di sekitar tempat tinggal kita dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (Salim, 2002 : 454), sedangkan dalam konsep sosiologi manusia sering disebut sebagai makhluk sosial, yang artinya bahwa manusia tidak dapat hidup dengan wajar tanpa keterlibatan orang lain disekitarnya. Dalam mengahadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia lainnya dan juga bergaul untuk mendatangkan kepuasan baginya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti perdagangan, hal keuangan dan perindustrian (Salim, 2002 : 379). Seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari. sosial ekonomi itu sendiri merupakan gabungan dari pendidikan, pendapatan dan pekerjaan.


(43)

2.4.2. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi adalah suatu keadaan pada suatu waktu tertentu. Kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat, sedangkan kata ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan. Jadi kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Untuk melihat kondisi sosial ekonomi seseorang maka perlu diperhatikan beberapa faktor, antara lain yaitu : pendapatan, pendidikan, kesehatan dan perumahan Selain faktor-faktor tersebut, ada juga faktor-faktor lain yang sering diikutkan oleh para ahli dalam melihat kondisi sosial ekonomi seseorang seperti pekerjaan, dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.

Pendapatan merupakan penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang di dapat dari hasil usaha yang dikerjakan. Sedangkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Kesehatan adalah keadaan dimana stamina tubuh fit dan tejaga sehingga dapat melakukan aktivitas sehari hari dengan baik. Sedangkan perumahan adalah bangunan tempat tinggal atau tempat berteduh bagi. Uraian tersebut diatas adalah merupakan gambaran kondisi sosial ekonomi.

Kehidupan sosial merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh sekelompok orang guna pemenuhan kebutuhan hidup serta menggunakan penghasilannya untuk mengarahkan produksi barang yang diperlukan. Oleh karena itu, maka perlu dikembangkan suatu strategi yang diarahkan pada tujuan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Adapun model pemenuhan kebutuhan dasar sebagai suatu strategi harus mampu memiliki 5 (lima) sasaran utama, yaitu :


(44)

1. Terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan, peralatan sederhana dan berbagai kebutuhan yang secara luas dipandang perlu oleh masyarakat.

2. Dibukanya kesempatan yang luas untuk memperoleh berbagai pelayanan umum, seperti : pendidikan, kesehatan, air minum dan pemukiman yang sehat.

3. Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan untuk bekerja yang produktif termasuk kemungkinan menciptakan usaha sendiri.

4. Terbinanya prasarana yang memungkinkan produksi barang dan jasa dengan kemampuan untuk menyisihkan tabungan bagi pembiayaan usaha selanjutnya.

5. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan atas pelaksanaan pembangunan dan juga sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.

2.5 Konsep Kesejahteraan Sosial

2.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang Undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial adalah terpenuhinya kebutuhan materil, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Menurut Walter A. Friedlander, kesejahteraan sosial adalah suatu system yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok agar dapat mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraanya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.


(45)

Defenisi di atas menjelaskan bahwa :

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem yang berintikan lembag-lembaga pelayanan sosial.

2. Tujuan dari adanya sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti kebutuhan pokok seperti : pangan, sandang, papan, kesehatan serta relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan sistem tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan individu-individu baik dalam memecahkan suatu masalah maupun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Melihat konsepsi kesejahteraan sosial ternyata masalah-masalah sosial dirasakan begitu berat dan mengganggu perkembangan masyarakat sehingga diperlukan sistem pelayanan sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan sosial individu, kelompok ataupun masyarakat. Maka pelayanan kesejahteraan sosial adalah pelayanan yang memungkinkan untuk memberikan kesempatan kepada orang-orang agar dapat memanfaatkan pelayanan sosial seperti pendidikan, kesehatan, perumahan dan lain sebagainya.

Pada dasarnya kesejahteraan sosial terutama ditujukan untuk meningkatkan kebahagiaan atau kesejahteraan individu, kelompok, maupun masyarakat yang dapat juga mencakup upaya dan kegiatan yang secara langsung ditujukan untuk penyembuhan, pencegahan masalah-masalah sosial, misalkan disorganisasi sosial serta bagaimana pengembangan sumber-sumber manusia.


(46)

2.5.2 Usaha Kesejahteraan Sosial

Usaha usaha kesejahteraan sosial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan

masyarakat, tugas pemerintah lebih menitikberatkan pada penetapan kebijaksaanan dan stabilisator dalam pelaksanaannya sesuai dengan pasal 4 UU No.11/2009. Usaha pemerintah di bidang kesejahteraaan sosial meliputi:

a. Bantuan sosial kepada warga negara baik secara perorangan maupun dalam kelompok yang mengalami kehilangan peranan sosia maupun alamiah atau peristiwa- peristiwa lainnya.

b. Pemeliharaan kesejahteraan sosial melalui penyelenggaraan jaminan sosial c. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial termasuk di dalamnya penyaluran

di dalam masyarakat, kepada warga negara baik perorangan maupun kelompok yang terganggu kemampuannya untuk mempertahankan hidup yang terlantar. d. Pengembangan dan penyuluhan sosial untuk meningkatkan peradapan,

perikemanusiaan dan kegotongroyongan. (Depsos/UU Kessos No 11 2009)

Perhatian pemerintah atas taraf kehidupan yang lebih baik dari warganya diwujudkan dengan penyediaan berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial yang secara konkret (nyata) berusaha menjawab semua kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial ini sendiri dapat diarahkan kepada individu, kelompok, keluarga ataupun komunitas yang menyangkut kesejahteraan masyarakat.

Usaha kesejahteraan sosial diperlukan karena pada dasarnya masyarakat mempunyai kebutuhan dan juga masalah yang berbeda-beda dan karena itu dia membutuhkan bantuan orang lain dalam mengatasi masalahnya. UU No.6 Tahun 1974 pasal 3 ayat 1, menyebutkan bahwa tanggung jawab pemerintah dalam bidang kesejahteraan sosial meliputi :


(47)

1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial.

2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggunga jawanb sosial masyarakat. 3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial Untuk dapat melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut diatas, maka pemerintah menyelenggarakan usaha-usaha bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut :

1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial karena berbagai macam bencana baik itu bencana sosial maupun bencana alamiah atau akibat-akibat lainnya.

2. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial 3. Pengembangan serta penyuluhan sosial

4. Mengadakan pembinaan dan juga bimbingan sosial

5. Menyelenggarakan sekolah dan kursus-kursus gratis agar dapat membentuk tenaga ahli yang bisa terampil di bidangnya serta dapat menggali potensi serta bakat terpendam yang sebenarnya dimiliki oleh masyarakat.

Untuk dapat mewujudkan hal tersebut di atas maka kuncinya ada pada masyarakat, dimana masyarakat mempunyai peranan untuk membantu pemerintah. Masyarakat di beri kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengadakan usaha kesejahteraan sosial yang selaras dengan garis kebijaksanaan dan ketentuan pemerintah.

2.6 Kerangka Pemikiran

Sejak Tahun 2001, otonomi daerah telah dilaksanakan secara resmi secara nasional si daerah provinsi, daerah kabupaten maupun kota di seluruh Republik Indonesia yang dilandasi atas UU Nomor 22 Tahun 1999 dan juga UU Nomor 25 Tahun 1999. Adapun implikasi dari


(48)

otonomi daerah tersebut adalah daerah diberikan kekuasaan untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan penuh yang seluas-luasnya, nyata, tetapi juga harus tetap bertanggung jawab pada daerah otonom tersebut.

Seiring dengan aspirasi masyarakat Silahisabungan dan juga semangat otonomi daerah yang menggebu, maka akhirnya kecamatan Silahisabungan dimekarkan menjadi daerah otonom baru pada 14 Juni 2004 yang lalu yang dapat berdiri sendiri dimana sebelumnya Silahisabungan masih menumpang pada kecamatan Sumbul Pegagan. Dengan adanya pemekaran kecamatan ini tentunya daerah ini akan lebih berkembang dan dapat mengembangkan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dimilikinya.

Dengan adanya pemekaran daerah maka akan terjadi perubahan di daerah yang dimekarkan baik itu dalam pendapatan daerah, pekerjaan masyarakatnya serta dalam hal pendidikan masyarakat tentunya, begitu pula dengan Kecamatan Silahisabungan. Dalam hal ini penulis ingin melihat perubahan dalam hal pendidikan, pendapatan dan pekerjaan masyarakat setelah adanya pemekaran daerah, penulis menganalisis bagaimana pengaruh pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.


(49)

Gambar 1 BAGAN ALIR PEMIKIRAN Berpengaruh PEMBANGUNAN PEMEKARAN DAERAH KECAMATAN SILAHISABUNGAN SOSIAL EKONOMI 1. Pendapatan 2. Pendidikan 3. Kesehatan 4. Perumahan Sebelum Pemekaran 1. Pendapatan

 Peningkatan sumber pendapatan

 Bantuan modal usaha

 Jumlah pendapatan

2. Pendidikan

 Sarana pendidikan

3. Kesehatan

 Sarana Kesehatan

 Pelayanan kesehatan

4. Perumahan

 Kondisi bangunan rumah

 Sarana MCK

Setelah Pemekaran 1. Pendapatan

 Peningkatan sumber pendapatan

 Bantuan modal usaha

 Jumlah pendapatan

2. Pendidikan

 Sarana pendidikan

3. Kesehatan

 Sarana Kesehatan

 Pelayanan kesehatan

4. Perumahan

 Kondisi bangunan rumah

 Sarana MCK

Masyarakat Desa Paropo


(50)

2.7 Defenisi Konsep

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek objek atau peristiwa peristiwa yang mempunyai ciri ciri yang sama. Defensi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009 : 112).

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pemekaran daerah terhadap sosial ekonomi masyarakat di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi, oleh karena itu dirumuskan defenisi konsep yang bertujuan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti untuk menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini :

1. Pengaruh adalah adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi yang menyebabkan atau mempengaruhi terjadinya sesuatu.

2. Pemekaran daerah adalah pemecahan atau pemisahan diri suatu daerah dengan daerah induknya sebagai daerah otonom baru untuk dapat berdiri sendiri dan menjadi daerah yang mandiri dimana syarat dan ketentuan pembentukan daerah diatur dalam peraturan pemerintah.

3. Sosial ekonomi merupakan kombinasi dari pendapatan dan pendidikan, kesehatan dan perumahan. Pendapatan adalah penerimaan atas sejumlah uang yang di dapat dari hasil usaha yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran seseorang dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki


(51)

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Kesehatan adalah keadaan dimana stamina tubuh fit dan tejaga sehingga dapat melakukan aktivitas sehari hari dengan baik. Sedangkan perumahan adalah bangunan tempat tinggal atau tempat berteduh bagi manusia sehari hari serta tempat berlindung dari hujan atau cuaca buruk.

4. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat, hukum, agama dan sosial budaya yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

5. Pembangunan adalah usaha perubahan menuju kearah yang lebih baik yang merupakan suatu gagasan untuk mewujudkan sesuatu yang dicita-citakan.

2.8 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan- rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009 : 120). Dalam hal ini harus ditentukan terlebih dahulu variabel-variabel yang ada di dalam penelitian ini karena penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan antara sebelum dan sesudah adanya pemekaran daerah di desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi, maka variabel-variabelnya adalah :


(52)

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel (x) adalah gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel akan berubah sehingga akan muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul. (Nawawi, 1998 : 57) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Pemekaran Kecamatan Silahisabungan.

Yang mau dilihat dan diteliti adalah bagaimana pengaruh pemekaran daerah Kecamatan Silahisabungan terhadap sosial ekonomi di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel (y) adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Sosial Ekonomi

Yang mau dilihat dan diteliti adalah bagaimana keadaan sosial ekonomi di Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi dengan indikatornya sebagai berikut :

1) Peningkatan sumber pendapatan

Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama (keluarga), dimana pendapatan ini merupakan jumlah semua hasil perolehan yang di dapat dalam bentuk uang sebagai hasil dari pekerjaannya.

Indikatornya : a. Usaha sampingan selain pekerjaan tetap untuk meningkatkan sumber pendapatan


(53)

b. Bantuan modal usaha yang diperoleh sebelum pemekaran Kecamatan Silahisabungan.

Bantuan modal usaha yang diperoleh setelah pemekaran Kecamatan Silahisabungan

c. Jumlah pendapatan sebelum pemekaran Kecamatan

Silahisabungan.

Jumlah pendapatan setelah pemekaran Kecamatan Silahisabungan. 2) Kondisi fasilitas pendidikan

Indikatornya : a. Sarana pendidikan (seperti komputer, layanan internet) sebelum adanya pemekaran Kecamatan Silahisabungan

Sarana pendidikan (computer, internet, dll) setelah adanya pemekaran Kecamatan Silahisabungan

b. Jumlah bangunan sekolah sebelum adanya pemekaran daerah. Jumlah bangunan sekolah setelah adanya pemekaran daerah. 3) Kesehatan

Indikatornya :a. Sarana kesehatan sebelum pemekaran Kecamatan Silahisabungan Sarana kesehatan sebelum pemekaran Kecamatan Silahisabungan b. Pelayanan kesehatan sebelum adanya pemekaran Kecamatan

Silahisabungan

Pelayanan kesehatan setelah adanya pemekaran Kecamatan Silahisabungan


(54)

4) Kondisi perumahan

Indikatornya : a.Kondisi bangunan rumah sebelum adanya pemekaran Kecamatan Silahisabungan

Kondisi bangunan rumah setelah adanya pemekaran Kecamatan Silahisabungan

b. Sarana MCK sebelum pemekaran Kecamatan Silahisabungan Sarana MCK setelah pemekaran Kecamatan Silahisabungan


(1)

pemekaran daerah Kecamatan Silahisabungan. Di masa yang akan datang kiranya masyarakat dan aparatur pemerintahan desa lebih kompak lagi dalam bekerjasama, lebih terbuka dan mau bekerjasama dengan pihak pihak yang berupaya membuat suatu perubahan untuk lebih memajukan Desa Paropo dan meningkatan sumber pendapatan masyarakat. Dengan demikian akan lebih mudah melakukan pendekatan dengan masyarakat agar mau menerima program program pembangunan di Desa Paropo ini.

3. Kepada seluruh masyarakat Desa Paropo kiranya selalu menggali dan mengembangkan potensi desa yang ada sehingga kesejahteraan masyarakat desa akan tercapai dan keberhasilan pemekaran daerah bisa dinikmati oleh semua masyarakat terutama masyarakat Desa Paropo.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta

Ismawan, Hendra. 2002,Ranjau-Ranjau Otonomi Daerah.Pondok Edukasi : Solo

Koentjaraningrat, 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gajah Mada University Press : Jogjakarta.

Nawawi, Hadari. 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University : Yogyakarta.

Nurcholis, Hanif. 2007, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah .Grasindo : Jakarta

Poernomo, Mangku. 2004, Pembaruan Desa Mencari Bentuk Penataan Produksi Desa. Lapera Pustaka Utama : Yogyakarta.

Rasyid, Riyaas. 1997, KajianAwal Birokrasi Pemerintahan dan Politik Orde Baru. Pustaka Pelajar : Jakarta.

Salim, Peter. 2002,Kamus Besar Bahasa Indonesia. Modern English Press : Jakarta Silalahi, Ulber.2009,Metode Penelitian Sosial. PT. Rafika Aditama : Bandung Widarta, I. 2005,Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Pondok Edukasi : Bantul Wahyudi, dkk. 2002,Etnis Pakpak dan Fenomena Pemekaran Wilayah.


(3)

Sumber-sumber lain :

(Ida 2005. http://www.dsfindonesia.org/userfiles/Studi_Evaluasi_Pemekaran_Daerah. Diakses 20 September 2010, pukul 18.00 Wib).

(http://www.dsfindonesia.org/userfiles/Studi_Evaluasi_Pemekaran_Daerah. Diakses pada 04 Oktober 2010 pukul 20.32 Wib)

(http://imrodili.ulayat.com/2009/12/dampak-kebijakan-pemekaran-wilayah. Diakses pada tanggal 07 Oktober 2010 pukul 12.09 Wib).

www.depsos.go.id/UU.kessosNo112009. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2010 pukul 18.00 Wib.)

(http://tobalilo80.blogspot.com/2009/01/pengembangan-kecamatan.html. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2010 pukul 18.30 Wib).

(http://dairipers.blogspot.com/2007/11/selayang-pandang-desa-paropo.html. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2010 pukul 20.55 Wib)

(http://Badan Pusat Statistik/2009/Pemkab Dairi/Profil Kecamatan Silahisabungan. Diakses pada tanggal 19 Oktober2010 pukul 11.30 Wib).


(4)

Jawaban Responden Terhadap Variabel X No

Responden 9 10 11 12 13 14 15 Total

1 4 4 3 2 4 4 3 24

2 3 4 3 2 4 4 4 24

3 3 4 4 3 4 4 4 26

4 1 4 3 1 4 4 3 20

5 2 4 4 2 3 4 4 23

6 3 4 4 1 3 4 2 21

7 4 4 4 3 4 4 4 27

8 3 3 3 2 4 4 4 23

9 4 4 4 2 3 4 3 24

10 3 4 4 3 4 4 4 26

11 3 3 3 1 3 4 4 21

12 2 4 3 2 3 4 4 22

13 1 4 4 3 4 4 4 24

14 3 4 4 2 4 4 3 24

15 3 4 4 2 4 4 4 25

16 2 4 3 4 4 4 4 25

17 3 4 3 3 3 4 3 23

18 3 4 4 2 4 4 3 24

19 4 4 4 1 3 4 4 24

20 2 4 3 3 4 4 3 23

21 3 3 4 2 4 4 3 24

22 2 4 3 2 4 4 4 23

23 4 4 4 3 4 4 3 26

24 1 4 3 3 3 4 2 20

25 2 4 3 2 4 4 3 22

26 2 4 4 2 4 4 4 24

27 3 4 4 1 4 4 4 24

28 3 4 4 4 4 4 3 26

29 2 3 4 3 3 4 3 22

30 2 4 4 2 4 4 3 23

31 3 4 3 2 4 4 4 24

32 2 4 3 3 4 4 3 23

33 3 4 4 2 3 4 3 23

34 3 3 3 1 4 4 4 22

35 3 3 4 3 4 4 4 25

36 2 4 4 2 4 4 3 23


(5)

Jawaban Responden Terhadap Variabel Y

No 16 18 20 21 23 25 27 29 31 33 35 37 38 Total

1 4 2 4 3 3 4 4 2 1 3 3 4 4 41

2 3 2 2 4 4 3 4 3 2 3 2 4 4 40

3 4 3 3 1 4 2 4 2 2 2 3 4 4 38

4 4 4 2 3 4 4 2 2 1 3 3 4 4 40

5 4 2 4 3 3 3 3 3 2 4 3 2 4 40

6 3 3 2 1 4 3 2 2 1 3 2 4 4 34

7 4 2 3 4 4 3 3 2 1 3 3 2 4 38

8 4 2 3 3 4 4 2 2 2 2 4 4 3 39

9 4 3 3 1 4 3 1 4 1 3 3 4 4 38

10 3 2 4 1 4 4 2 2 2 2 2 4 3 39

11 4 2 3 1 3 3 4 2 2 3 3 4 4 42

12 3 2 3 3 4 4 3 2 1 4 4 3 4 40

13 4 3 2 1 4 3 2 3 1 3 3 4 4 37

14 3 4 3 3 4 4 4 2 3 2 3 2 4 41

15 4 2 3 1 4 4 2 2 1 3 2 4 4 36

16 4 2 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 42

17 4 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 4 4 40

18 3 2 3 3 4 4 4 2 3 2 2 2 3 37

19 4 2 3 4 4 3 3 4 1 2 3 4 4 41

20 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2 4 4 38

21 4 2 2 3 4 4 4 2 1 3 3 4 4 38

22 4 2 3 1 4 4 3 2 3 3 3 4 4 40

23 4 2 3 1 3 4 3 3 1 3 3 4 4 38

24 3 4 4 3 4 3 4 3 2 4 2 3 4 43

25 4 3 3 2 4 4 2 2 2 3 4 4 4 41

26 4 2 3 4 3 4 3 2 1 2 3 4 3 38

27 4 2 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 41

28 4 4 4 1 4 3 2 2 2 3 3 4 4 40

29 4 2 3 4 4 4 3 3 1 2 3 4 4 41

30 4 3 3 3 4 3 4 2 2 3 2 2 4 39

31 4 2 3 1 4 4 3 3 1 3 4 4 4 40

32 3 2 4 1 4 4 2 2 2 3 3 4 3 37

33 4 2 3 4 3 3 4 3 1 2 3 4 4 40

34 4 2 3 1 4 4 3 2 1 3 2 2 4 35

35 4 4 3 1 4 4 3 4 2 3 3 4 4 43

36 4 2 2 4 4 3 2 3 1 3 3 4 4 39


(6)

Kalkulasi Harga X dan Y No

Responden x Y x

2 y2 x.y

1 24 41 576 1681 984

2 24 40 576 1600 960

3 26 38 676 1444 988

4 20 40 400 1600 800

5 23 40 529 1600 920

6 21 34 441 1156 714

7 27 38 729 1444 1026

8 23 39 529 1521 897

9 24 38 576 1444 912

10 26 39 676 1521 1014

11 21 42 441 1764 882

12 22 40 484 1600 880

13 24 37 576 1369 888

14 24 41 576 1681 984

15 25 36 625 1296 900

16 25 42 625 1764 1050

17 23 40 529 1600 920

18 24 37 576 1369 888

19 24 41 576 1681 984

20 23 38 529 1444 874

21 24 38 576 1444 912

22 23 40 529 1600 920

23 26 38 676 1444 988

24 20 43 400 1849 860

25 22 41 484 1681 902

26 24 38 576 1444 912

27 24 41 576 1681 984

28 26 40 676 1600 1040

29 22 41 484 1681 902

30 23 39 529 1521 897

31 24 40 576 1600 960

32 23 37 529 1369 851

33 23 40 529 1600 920

34 22 35 484 1225 770

35 25 43 625 1849 1075

36 23 39 529 1521 897


Dokumen yang terkait

Kondisi Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas di Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

7 122 122

Analisis Pengaruh Pemekaran Wilayah Induk Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus: Kabupaten Asahan)

13 93 123

Dampak Pemekaran Kecamatan Terhadap Percepatan Pembangunan Masyarakat Di Kecamatan Hatonduhan...

0 29 3

Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

1 13 70

Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 12

Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 2

Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 3

Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 14

Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 3

Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 3 12