Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

(1)

PENERAPAN KONSEP – KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN SOSIAL EKONOMI ANGGOTA CU KARYA MURNI DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA

MEDAN

Disusun oleh :

GOK MANGASI PANUTURI NABABAN 080902058

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Gok Mangasi Panuturi Nababan

N I M : 080902058

ABSTRAK

PENERAPAN KONSEP-KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN SOSIAL EKONOMI

ANGGOTA CU KARYA MURNI DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN

Penelitian ini berjudul “Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi teori bagi penulis sendiri, pembaca, dan khususnya bagi pihak CU Karya Murni sebagai referensi terhadap pengembangan kebijakan maupun model pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bagi anggotanya.

Penelitian dilakukan pada anggota CU Karya Murni yang dilaksanakan di Kelurahan Binjai Kota Medan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana semua anggota yang menjadi responden yaitu sebanyak 20 orang dimabil datanya. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Pemberdayaan Masyarakat ditinjau dari pelatihan, pinjaman modal tanpa agunan, dan pemberian deviden. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan dianalisis dalam bentuk tabel tunggal setelah itu dijelaskan secara kualitatif.

Hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan bahwa dalam penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat dapat disimpulkan program pemberian pelatihan dirasa kurang mendapat minat dari anggota CU Karya Murni, namun bantuan tapan agunan dan pemberian deviden berjalan dengan baik dan mendapat respon positif, selain itu terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sosial ekonomi anggota. Pihak CU Karya Murni harus lebih memperhatikan kekurangan dalam pelayanan yang diberikan dan pengembangan yang lebih baik lagi agar anggota lebih baik dan sejahtera.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan penulis panjatkan kepada Tuhsan Yesus Kristus, dimana telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini , yang

berjudul : Penerapan Konsep – Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota Cu Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

Penulis menyadari bahwasanya didalam banyak hal , mulai dari awal sampai akhir dalam penulisan skripsi ini telah banyak melibatkan berbagai pihak yang turut serta membantu penulis dalam merampungkan penulisan skripsi ini . Oleh karena itu , dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada .

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan .

2. Ibu Hairani Siregar , S.Sos,MSP, Selaku Ketua departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara .

3. Bapak Husni Thamrin S.Sos.MSP , selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis serta memberi dukungan dalam menyelesaikan sekripsi ini .

4. Ibu Zuraidah dan kak Deby yang telah banyak membantu penulis untuk

dapat menyelesaikan berkas-berkas administrasi .

5. Kepada kedua orang tua saya tercnta , yang selalu memberikan doa dan semangat yang tiada henti-hentinya serta memberikan perhatian , pengorbanan serta dukungan baik moril maupun materi , sehingga penulis dapat penyelesaikan skripsi ini .

6. Kepada seluruh responden yang telah membantu penulis selama

mengadakan penelitian .Penulis ucapkan terima kasih atas data dan informasinya .

7. Kepada rekan-rekan kubu 78 Bg Prie , Bg Davi , Andi , Bg Ardi , Bg


(4)

memberikan keceriaan canda tawa kepada penulis dan semoga kita semua menjadi orang yg sukses.

8. Kepada Senior serta jendral-jendral pengurus PPSU Bg Jaka , Bg Joel , Bg Mirja , Bg Buya , Bg Dede .

9. Kepada semua rekan-rekan satu stambuk Kessos 2008 semoga kita semua

menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi setiap orang .

Akhirnya , penulis menyadari sepenuhnya bahwa sekripsi ini jahu dari pada sempurna dan bukanlah hal yang mustahil apabila didalamnya masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan sekripsi ini , baik ditinjau dari segi teknik penulisan maupun dari segi ilmiah . Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan saran dan keritik dari pembaca .Harapan penulis semoga sekripsi ini bermanfaan bagi rekan –rekan mahasiswa/mahasiswi dan pihak-pihak yang memerlukan .

Medan , April 2014 Penulis

GOK MANGASI PANUTURI NABABAN NIM : 080902058


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemberdayaan Masyarakat ... 10

2.1.1. Pemberdayaan………..10


(6)

2.1.3. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan ……..11

2.2. Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat ……….13

2.2.1. Konsep Pembangunan Berbasis Masyarakat ……….15

2.2.2. Memerhatikan Dimensi Keberlanjutan ……… 16

2.2.3. Menekankan Partisipatori ……… 19

2.2.4. Mengembangkan Modal Sosial ………... 19

2.3. Pengertian Sosial Ekonomi ………. 22

2.4. Koperasi ……….. 24

2.4.1. Sejarah Koperasi dan Prinsip-Prinsip Koperasi …………... 24

2.4.2. Undang-Undang Koperasi di Indonesia ……….. 25

2.5. Kerangka Pemikiran ………... 28

2.6. Definisi Konsep dan Definisi Operasional ………. 31

2.6.1. Defenisi Konsep ……….. 31

2.6.2. Defenisi Operasional ………... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ……….... 34


(7)

3.3. Populasi dan Sampel ……….. 34

3.3.1. Populasi ………... 34

3.3.2. Sampel ………. 35

3.4. Teknik Pengumpulan Data ………. 36

3.5. Teknik Analisis Data ……….. 36

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kelurahan Binjai ………... 38

4.2. Gambaran Umum CU Karya Murni ………... 42

4.2.1. Sejarah Singkat Berdirinya CU Karya Murni ……….. 42

4.2.2. Visi dan Misi CU Karya Murni ……… 44

4.2.3. Indentitas dan Struktur CU Karya Murni ………. 44

BAB V ANALISA DATA 5.1. Analisis Karakteristik Responden ……….. 48

5.2. Analisis Deskriptif Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat... 55

5.3. Analisis Deskriptif Sosial Ekonomi Responden ……… 68


(8)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ………. 80

6.2. Saran ………... 81


(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Gok Mangasi Panuturi Nababan

N I M : 080902058

ABSTRAK

PENERAPAN KONSEP-KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN SOSIAL EKONOMI

ANGGOTA CU KARYA MURNI DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN

Penelitian ini berjudul “Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi teori bagi penulis sendiri, pembaca, dan khususnya bagi pihak CU Karya Murni sebagai referensi terhadap pengembangan kebijakan maupun model pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bagi anggotanya.

Penelitian dilakukan pada anggota CU Karya Murni yang dilaksanakan di Kelurahan Binjai Kota Medan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana semua anggota yang menjadi responden yaitu sebanyak 20 orang dimabil datanya. Teknik pengumpulan data dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Pemberdayaan Masyarakat ditinjau dari pelatihan, pinjaman modal tanpa agunan, dan pemberian deviden. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan dianalisis dalam bentuk tabel tunggal setelah itu dijelaskan secara kualitatif.

Hasil penelitian yang dilakukan memperlihatkan bahwa dalam penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat dapat disimpulkan program pemberian pelatihan dirasa kurang mendapat minat dari anggota CU Karya Murni, namun bantuan tapan agunan dan pemberian deviden berjalan dengan baik dan mendapat respon positif, selain itu terdapat pengaruh yang signifikan terhadap sosial ekonomi anggota. Pihak CU Karya Murni harus lebih memperhatikan kekurangan dalam pelayanan yang diberikan dan pengembangan yang lebih baik lagi agar anggota lebih baik dan sejahtera.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dekade ini koperasi kredit atau yang biasa disebut CU (cedit union) semakin berkembang pesat di Indonesia, hal ini terlihat dari banyaknya tumbuh credit union baik atas nama yayasan maupun perseorangan. Walaupun demikian, banyak CU yang mengalami permasalahan baik secara legalitas maupun penggelapan uang nasabahnya. Sebagai contoh, puluhan nasabah CU Rukun Damai di medan mengadu ke DPRD sumut mengaku dirugikan dengan kebijakan yang dikeluarkan pimpinan CU tersebut, mereka merasa tertipu. 6 maret 2014 pada pukul 21.56 WIB).

Koperasi merupakan wadah untuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diatasi bersama. Selain itu, koperasi juga merupakan alat bagi kelompok ekonomi lemah untuk menolong dirinya sendiri, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kehidupannya. Koperasi harus tampil sebagai organisasi yang dapat membentuk dan mengumpulkan kekuatan ekonomi bersama-sama untuk mencapai tujuan kesejahteraan yang lebih baik bagi anggotanya. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi koperasi yaitu membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, guna


(11)

Untuk dapat tumbuh dan berkembang sebuah koperasi tidak terlepas dari partisipasi atau keterlibatan langsung anggota dalam menunaikan kewajibannya yaitu menabung karena sumber modal koperasi berasal dari anggota (simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela), meminjam dan mengembalikan pinjaman tepat waktu, dan frekuensi anggota mengikuti pendidikan, pembinaan dan kehadiran dalam kegiatan yang diadakan oleh koperasi.

Berdasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi sesuai dengan sejarah timbulnya gerakan koperasi maka dikenal jenis-jenis koperasi yaitu : (1) koperasi komsumsi, (2) koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam, (3) koperasi jasa, (4) koperasi distribusi atau pemasaran (Firdaus, 2002 :62). Di sini penelitian lebih menekankan pada jenis koperasi kredit/koperasi simpan pinjam. Saat ini di Indonesia lebih dikenal dengan credit union (CU).

Credit union berasal dari bahasa latin yaitu credere (credit) yang artinya

percaya dan unus (union) artinya kumpulan, sehingga credit union adalah

kumpulan orang-orang yang saling percaya dan memiliki tujuan bersama, yang bersepakat menabung uang mereka sehingga menciptakan modal bersama guna dipinjamkan diantara sesama mereka dengan bunga yang layak untuk tujuan produktif dan kesejahteraan, tujuan-tujuan Credit Union (CU) adalah :

1. Membantu keperluan kredit para anggotanya, yang sangat membutuhkan

dengan syarat-syarat yang ringan.

2. Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur


(12)

3. Mendidik anggota hidup berhemat dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka.

4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian (Widiyanti, 1992 : 54). Sejarah koperasi kredit dimulai pada abad ke-19. Ketika Jerman dilanda krisis ekonomi karena badai salju yang melanda seluruh negeri. Para petani tak dapat bekerja karena banyak tanaman tak menghasilkan. Penduduk pun kelaparan. Situasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang berduit. Mereka memberikan pinjaman kepada penduduk dengan bunga yang sangat tinggi. Sehingga banyak orang terjerat hutang. Oleh karena tidak mampu membayar hutang, maka sisa harta benda mereka pun disita oleh lintah darat. Kemudian tidak lama berselang, terjadi Revolusi Industri. Pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia diambil alih oleh mesin-mesin. Banyak pekerja terkena PHK. Jerman dilanda masalah pengangguran secara besar-besaran.

Melihat kondisi ini wali kota Flammersfield Friedrich Wilhelm Raiffeisen mengambil cara lain untuk menjawab soal kemiskinan ini. Ia mengumpulkan roti dari pabrik-pabrik roti di Jerman untuk dibagi-bagikan kepada para buruh dan petani miskin. Namun usaha ini pun tak menyelesaikan masalah. Hari ini diberi roti, besok sudah habis, begitu seterusnya.

Berdasar pengalaman itu, Raiffeisen berkesimpulan: “kesulitan si miskin hanya dapat diatasi oleh si miskin itu sendiri”. Si miskin harus mengumpulkan uang secara bersama-sama dan kemudian meminjamkan kepada sesama mereka juga. Pinjaman harus digunakan untuk tujuan yang produktif yang memberikan


(13)

impian tersebutlah Raiffeisen bersama kaum buruh dan petani miskin akhirnya membentuk koperasi bernama Credit Union (CU) artinya, kumpulan orang-orang yang saling percaya. Credit Union yang dibangun oleh Raiffeisen, petani miskin dan kaum buruh berkembang pesat di Jerman, bahkan kini telah menyebar ke seluruh dunia. (Suwandi, 1995 :28)

Credit Union, pertama kali muncul di Indonesia pada 1960-an yang mulai dikembangkan dari barat. Seorang pastor Katolik asal Jerman bertugas di Indonesia dan membawa konsep tersebut Kemudian CU mulai diperkenalkan ke Kalimantan Barat pada 1975.

Pada tahun 1975 oleh gereja Katolik. diadakan pelatihan pembentukan CU sehingga lahir 40 kelompok. CU tertua di Kalbar ada di Kecamatan Parindu, Kabupaten Sangkau. CU pertama berdiri tahun 1976, yaitu CU Lantang Tipo di Sangkau Namun dalam perkembangannya, CU tersebut "menghilang". Pada sekitar tahun 1985, diadakan sosialisasi ulang yang diikuti oleh sejumlah anggota lembaga swadaya masyarakat, salah satunya dari Pancur Kasih. Gagasan pendirian CU kembali muncul sehingga terbentuklah CU Khatulistiwa Bhakti pada 12 Mei 1985 disusul CU Pancur Kasih pada 28 Mei 1987. Seiring dengan perjalanan waktu, CU-CU terus bermunculan hingga Desember tahun 2006, sehingga CU yang dinaungi Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah Kalimantan kini telah beranggota 48 CU primer.


(14)

salah satu prioritas gerakan Seksos Paroki selama 5 tahun, merupakan komitmen pengurus Seksos paroki seKeuskupan Surabaya, demikia dinyatakan dalam acara alam pertemuan di Puhsarang 10-12 November 2006 tiga tahun lalu. Dikatakan oleh PSE keuskupan Surabaya bahwa CU memberi kesaksian dan tanda bahwa orang Katolik hadir sebagai perintis gerakan yang tujuannya demi kesejahteraan umum, bahkan orang Katolik terpercaya dalam mengelola keuangan (Anoroga dan Widiyanti, 2008 : 6).

CU Karya Murni yang terletak di kecamatan Medan Denai Kota Medan berdiri 28 april 1992 dan berbadan hukum sejak tahun 2004. CU karya murni awalnya dibentuk oleh guru-guru sekolah yayasan karya murni untuk mengatasi masalah ekonomi yang mereka hadapi. Seiring perjalanan waktu CU karya murni membuka diri menerima anggota dari berbagai macam kalangan di luar yayasan tersebut, sehingga anggotanya bertambah berkembang. Mereka menerima dari berbagai kalangan yang mau bekerjasama, saling mendukung, membangun hidup bahagia dengan dasar saling percaya satu dengan yang lainnya.

Adapun bentuk kepercayaan diatas dapat diartikan sebagai bentuk saling percaya antara anggota CU maupun anggota dan pengurus. Jaringan sosial dalam CU didasari oleh hubungan sosial antara individu karena adanya kesamaan tujuan serta diikat oleh rasa nasib sepenanggungan diantara anggotanya untuk kesejahteraan mereka. CU karya murni tidak hanya mementingkan keuntungan dan merekrut anggota sebanyak-banyaknya saja, selain bertujuan untuk simpan pinjam mereka juga memiliki tujuan untuk membangun ekonomi anggota melalui pemberdayaan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan anggota, membudayakan


(15)

anggota menciptakan lapangan kerja baru. Dengan kegiatan tersebut diharapkan para anggotanya mandiri secara sosial dan ekonomi. CU karya murni memiliki tiga prinsip utama yaitu asas swadaya (tabungan hanya di peroleh dari anggota), asas setia kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota, dan asas pendidikan dan penyadaran (membangun watak dalah yang utama; hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman).

Melihat jumlah anggota yang tersebar di sekitar kota medan hingga sampai kabupaten deli serdang yang mencapai 4462 orang berdasarkan data yang diperoleh dari CU karya murni, sehingga peneliti mengambil fokus penelitian di kelurahan Binjai kecamatan medan Denai. Selain itu, karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga yang dimeliki peneliti. Oleh sebab itu peneliti mengambil judul

penelitian dengan judul “Penerapan Konsep–Konsep Pemberdayaan

Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan ”.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Berdasarkan uraian-uraian yang telah di jelaskan pada latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah yang berguna untuk memberi arah dan batasan arti dalam penelitian ini

adalah : “Bagaimana Penerapan Konsep–Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan?”


(16)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana

Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan

Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1) Secara pribadi, untuk menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh sebagai

mahasiswa Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU serta menambah wawasan keilmuan dan pengalaman bagi peneliti.

2) Memberikan kontribusi keilmuan tentang pengetahuan penerapan

konsep-konsep pemberdayaan masyarakat.

3) Sebagai masukan kepada CU Karya Murni dalam penerapan konsep-konsep

pemberdayaan masyarakat. 1.5. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, manfaat,dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang uraian dan teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti. Selain itu, bab ini juga


(17)

berisikan kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV :DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemberdayaan Masyarakat 2.1.1. Pemberdayaan

Pemberdayaan yang dalam bahasa Inggris “empowerment” bermakna

pemberian kekuasaan karena power bukan sekadar daya, tetapi juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa. Pemberdayaan adalah “proses menjadi” bukan sebuah “proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran, pengakapasitasan dan pendayaan. Hikmat menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga peningkatan harkat martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, serta terpelihranya budaya setempat (Hikmat, 2001).

Suharto berpendapat bahwa pemberdayaan adalah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam


(19)

kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Inilah yang dilakukan CU Karya Murni dengan gerakan awal membentuk relawan yang berasal dari masyarakat itu sendiri (Suharto, 2005).

2.1.2. Masyarakat

Masyarakat berasal dari akar kata arab yaitu syakara yang berarti “ikut serta, berpartisipasi” dimana masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Menurut Talcott Parsons Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang swasembada melebihi masa hidup individu normal, dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya (Sunarto, 2000: 56).

Empat kriteria yang perlu dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat:

1. Kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang individu. 2. Rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi. 3. Kesetiaan pada suatu “sistem tindakan utama bersama”.

4. Adanya sistem tindakan utama yang bersifat “swasembada” (Sunarto, 2000:

56).

2.1.3. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat, agar mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan. Menurut Hikmat, konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan


(20)

dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarkat yang sekarang dalam kondisi tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan ketidak berdayaan (Hikmat, 2001: 3).

Dalam program pemberdayaan masyarakat harus diperhatikan bahwa masyarakat setempat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen biasanya mempunyai ikatan solidaritas yang tinggi sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya, adanya saling memerlukan diantara mereka, perasaan demikian yang pada dasarnya merupakan identifikasi tempat tinggal dinamakan perasaan komuniti (community sentiment). Menurut Soekanto bahwa unsur-unsur perasaan komuniti antara lain :

a. Seperasaan

b. Sepenanggungan

c. Saling memerlukan (Soekanto, 1990: 150)

Dalam program pemberdayaan penting juga diperhatikan modal sosial yang dimiliki masyarakat setempat. Seperti yang dinyatakan oleh Fukuyama bahwa modal sosial adalah segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan dan didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi. Situasi ini akan menjadi kunci bagi keberhasilan program pemberdayaan yang terdapat di wilayah tersebut (Hasbullah, 2006: 8).

Pembangunan sosial merupakan sumber gagasan dari awal konsep pemberdayaan masyarakat, bermaksud membangun keberdayaan yaitu


(21)

membangun kemampuan manusia dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Dalam pembangunan sosial ditekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat sebagai upaya mengentaskan kemiskinan Menurut Hadiman dan Midgley menyatakan bahwa model pembangunan sosial menekankan pentingnya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok marginal, yakni peningkatan taraf hidup masyarakat yang kurang memiliki kemampuan ekonomi secara berkelanjutan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui :

1. Menumbuhkembangkan potensi diri (produktivitas masyarakat) yang lemah

secara ekonomi sebagai suatu asset tenaga kerja.

2. Menyediakan dan memberikan pelayanan social, khususnya pelayanan

kesehatan, pendidikan dan pelatihan, perumahan serta pelayanan yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan produktivitas dan partisipasi social dalam kehidupan masyarakatnya (Suharto, 2005: 5).

2.2. Konsep – Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Skema program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang kebanyakan digagas oleh para pekerja sosial bisa dikategorikan sebagai model pembangunan alternatif. Gagasan pembangunan alternatif muncul dalam diskursus pembangunan sebagai reaksi terhadap kegagalan model pembangunan pro pertumbuhan ekonomi dalam mengatasi problem kemiskinan, memerhatikan kelestarian lingkungan serta memecahkan aneka problem sosial yang menghimpit masyarakat (Suparjan dan Hempri Suyatno, 2003: 4)

Sebagaimana dialami oleh negara-negara Dunia Ketiga, termasuk Indonesia, hal mendasar yang mengiringi pembangunan adalah kapitalisme.


(22)

Sementara modernisasi adalah strategi (maupun cara pandang) yang mengiringi proses penyebaran kapitalisme sebagai suatu sistem sosial (Harris, 1982: 15). Mengacu pengertian tersebut, pembangunan yang bertumpu pada strategi modernisasi lebih mengutamakan usaha peningkatan produksi dan modernisasi infrastruktur.

Pendekatan pembangunan yang bersifat top down seperti ini tidak

mencerminkan keberpihakan pada kebutuhan masyarakat. Akibatnya, hasil dari program-program pembangunan yang dilancarkan tidak berhubungan langsung terhadap pemenuhan kebutuhan mendasar masyarakat khusunya kalangan miskin, meskipun telah menghabiskan biaya yang besar. Secara empiris, model pembangunan konvesional/pro-pertumbuhan dianggap telah menghasilkan banyak pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia serta memunculkan berbagai bentuk ketimpangan baik ketimpangan antara pemerintah pusat dengan daerah, ketimpangan dalam memperoleh sumber pendapatan maupun ketimpangan dalam memperoleh keadilan (Lambang Trijono, 2001: 228).

Wacana dan praktis pembangunan yang konvensional telah mengabaikan keberadaan pengetahuan lokal (local knowledge) dan tradisi-tradisi lokal dalam proses pembangunan. Hal ini membawa implikasi berupa hilangnya sistem perekonomian rakyat yang berorientasi subsistensi, sistem jaringan pengamanan sosial (social safety net) tradisional seperti lumbung desa, sistem irigasi pertanian tradisional, dan sebagainya. Implikasi lebih lanjut dari kondisi ini adalah terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan dan dislokalisasi sosial dalam skala masif pada masyarakat lapis bawah.


(23)

Secara singkat dapat dikatakan bahwa model pembangunan pro pertumbuhan hanya menjadikan orang kaya menjadi lebih kaya dan orang miskin menjadi lebih miskin. Karena itu, kritik dan kecaman terhadap developmentalisme terus mengalir dari penganut paradigma kebutuhan pokok, teori ketergantungan sampai pendekatan dan gerakan baru yang mengarah pada pemberdayaan. Gerakan pemberdayaan diawali dari munculnya paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia (rakyat), yang konon diakui sebagai pembangunan alternatif (Sutoro Eka, 1994: 1).

2.2.1. Konsep Pembangunan Berbasis Masyarakat

Model pembangunan alternatif menekankan pentingnya pembangunan berbasis masyarakat (community based development), berparadigma bottom up dan lokalitas. Munculnya model pembangunan alternatif didasari oleh sebuah motivasi untuk mengembangkan dan mendorong struktur masyarakat agar lebih berdaya dan menentang struktur penindasan melalui pembuatan regulasi yang berpijak pada prinsip keadilan. Pendekatan yang dipakai dalam model pembangunan alternatif adalah pembangunan tingkat lokal, menyatu dengan budaya lokal, bukan memaksakan suatu model pembangunan dari luar serta sangat menyertakan partisipasi orang-orang lokal.

Model pembangunan alternatif ini bercirikan partisipatoris dan menekankan pemenuhan kebutuhan pokok dan hak asasi manusia dalam setiap langkah-langkahnya. Pembangunan berperspektif partisipatoris artinya menekankan partisipasi luas, aksesibilitas, keterwakilan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang mempengaruhi nasib mereka.


(24)

Dari ciri-ciri ini, bisa digaris bawahi esensi pembangunan alternatif adalah memberi peran kepada individu bukan sebagai subjek, melainkan sebagai aktor yang menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya dan mengarahkan proses yang mempengaruhi kehidupannya. Konsekuensinya, model pembangunan alternatif memberikan nilai yang sangat tinggi pada inisiatif lokal, cenderung memandirikan masyarakat lokal, memihak kepentingan rakyat, melestarikan lingkungan hidup, memenuhi kebutuhan pokok, dan memberdayakan masyarakat dari tekanan struktural ketimpangan sosial-ekonomi (Zubaedi, 2013: 140).

2.2.2. Memerhatikan Dimensi Keberlanjutan

Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dalam perspektif pembangunan alternatif sangat memerhatikan prinsip keberlanjutan

(sustainability). Prinsip keberlanjutan ini telah menjadi bagian integral dalam

pembangunan ekonomi masyarakat dunia, yang dikenal dengan sustainable

development (pembangunan berkelanjutan). Sejak awal 1980-an bertepatan

dengan dikeluarkannya dokumen Strategi Konsevasi Bumi (World Conservation

Strategy) oleh IUCN (International Union for the Conservation Of Nature), telah

muncul berbagai defenisi tentang pembangunan berkelanjutan oleh para pakar maupun organisasi keilmuan. Namun, defenisi pembangunan berkelanjutan yang secara umum diterima oleh masyarakat internasional adalah defenisi yang disusun

oleh Brundtland Commission, yang memahami pembangunan berkelanjutan

sebagai praktik pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa menurunkan atau merusak kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (United Nations World Commission on the Environment and


(25)

Development 1987, dikutip oleh Hart, 1995: 4). Keberlanjutan dalam konteks ini sangat menekankan keterpaduan atau integrasi antara tiga sistem pokok: lingkungan (enviromental, ekonomi, sosial) serta memusatkan perhatian pada masalah-masalah kualitas kehidupan.

Kerangka berfikir diatas memberi pemahaman bahwa keberlanjutan mencakup keberlanjutan lingkungan (environmental sustainability), keberlanjutan

ekonomi (Economic sustainability), dan keberlanjutan sosial (social

sustainability). Sementara itu, John Martinussen menjelaskan bahwa konsep

pembangunan berkelanjutan adalah proses dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya sekarang tanpa mengurangi kesempatan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam terminologi ekonomi, pembangunan berkelanjutan dapat diinterpretasikan sebagai suatu pembangunan yang tidak pernah punah (development the last, pearce and barbier). Secara lebih spesifik, pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai suatu pembangunan yang memaksimumkan kualitas kehidupan generasi yang akan datang. Kualitas hidup mencakup aspek kebutuhan ekonomi, kebutuhan akan lingkungan alam yang bersih dan sehat serta tingkat kebutuhan sosial yang diinginkan (Suparjan dan Hempri Suyatno: 2003 171).

Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya memerlukan tiga aspek: keseimbangan ekologis, keadilan sosial, dan aspek ekonomi. Aspek keseimbangan ekologis berkaitan dengan upaya pengurangan dan pencegahan polusi, pengelolaan limbah serta konservasi/preservasi sumber daya alam. Aspek keadilan sosial berkaitan dengan upaya pemecahan masalah kependudukan, perbaikan


(26)

pelayanan masyarakat, peningkatan kualitas pendidikan dan lain-lain. Aspek ekonomi berkaitan dengan upaya memerangi kemiskinan, mengubah pola produksi dan konsumsi ke arah yang seimbang dan lain-lain.

Kegiatan pembangunan dianggap berkelanjutan jika kegiatan tersebut secara ekonomis, ekologis, dan sosial bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomis jika suatu kegiatan pembangunan dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan sumber daya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis jika kegiatan pembangunan tersebut dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumber daya alam termasuk keanekaragaman hayati. Sementara itu, keberlanjutan secara sosial bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan (Rokhmin Dahuri, 2003: 1).

2.2.3. Menekankan Partisipatori

Pembangunan masyarakat harus selalu mencoba memaksimalkan partisipasi, dengan tujuan agar setiap orang dalam masyarakat bisa terlibat aktif dalam proses dan kegiatan masyarakat. Lebih banyak anggota masyarakat yang berpartisipasi aktif, lebih banyak cita-cita yang dimiliki masyarakat dan proses yang melibatkan masyarakat akan dapat direalisasikan. Hal ini tidak menekankan bahwa setiap orang harus berpatisipasi dengan cara yang sama. Masyarakat berbeda-beda karena mereka memiliki keterampilan, keinginan, dan kemampuan yang berbeda-beda. Kerja kemasyarakatan yang baik akan memberikan rangkaian


(27)

kegiatan partisipatori yang seluas mungkin dan akan membenarkan persamaan bagi semua anggota masyarakat yang secara aktif terlibat (Zubaedi, 2013: 51).

Pembangunan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat melalui penekanan partisipasi secara efektif dalam melibatkan masyarakat. Hal ini terlihat dalam proses keterlibatan dalam mengidentifikasi masalah hingga perencanaan, dari pengorganisasian dan pelaksanaan sampai pemantauan dan evaluasi.

2.2.4. Mengembangkan Modal Sosial

Menurut sejumlah literatur, keberadaan aksi-aksi pembangunan alternatif antara lain melalui program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk menyempurnakan keterbatasan dan kekurangan dari model pembangunan pro pertumbuhan cenderung bercorak simplistis. Salah satu indikasinya adalah penekanannya pada upaya-upaya akumulasi modal fisik

(physical capital) secara sentralistik dan cenderung mengabaikan aspek

keterkaitannya dengan kapital-kapital yang lain seperti modal alami (natural

capital), modal manusia (human capital), dan modal sosial (social capital).

Ketidaksinambungan antarkapital telah melahirkan multikritis dalam pembangunan selamai ini (Grace A.J. Rumagit, 2002: 6).

Untuk mengatasi krisis tersebut membutuhkan upaya sinergis-kolaboratif dari berbagai pihak dalam mengembangkan berbagai sumber daya (modal) yang kita miliki. Disinilah letak urgensinya upaya-upaya CU dalam merancang dan melaksanakan program bersama warga masyarakat. Melalui upaya pengembangan kapital sosial (social capital) CU Karya Murni ternyata menjadi faktor krusial dalam menentukan keberhasilan pembangunan disamping ketiga kapital lainnya.


(28)

Selama ini pendekatan model alternatif pembangunan yang dipilih dilaksanakan melalui strategi reaktualisasi pembangunan sosial. Strategi ini dilakukan untuk mereduksi berbagai ketimpangan yang terjadi, khusunya ketimpangan personal yang terjadi di masyarakat melalui reaktualisasi modal sosial secara sinergis dan simultan dengan modal fisik, modal manusia, dan modal alamiah.

Serangkaian aksi pengembangan masyarakat yang di lakukan patut diapreasi secara positif karena menunjukkan kesadaran dari elemen civil society dalam berbagai peran membangun kualitas hidup masyarakat kurang mampu. Berikut ini model-model reaktualisasi pembangunan sosial:

1. Model Social action

Model social action memekankan pada gerakan pengembangan masyarakat yang dilakukan secara partisipatif (collective action). Aktivitas pengembangan masyarakat dilakukan seharusnya dikenal sebagai gerakan moral yang lebih mengutamakan pengembangan kualitas modal sosial seperti: kepatuhan pada sistem norma (norms), tata nilai (values), sikap (attitudes), keyakinan (beliefs), budaya bernegara (civic culture), saling percaya (social-trust), solidaritas dalam bekerja sama (solidarity cooperation), perilaku dalam bekerja sama (cooperative

behavior), peran dan aturan main (roles and rules), jaringan kerja (networks),

hubungan interpersonal (interpersonal relationship), tata cara dan keteladanan

(procedures and precedents), organisasi sosial (social oraganization), keterkaitan


(29)

Pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat merupakan upaya strategis dalam mempercepat peningkatan modal sosial masyarakat. Dalam pendekatan partisipatif ini setiap warga dari kelompok sasaran program selalu diikutsertakan dalam merencanakan, melaksanakan, menikmati, dan melestarikan program (Zubaedi, 2013: 160).

2. Model Sustainable

Aktivitas pengembangan masyarakat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek kesinambungan (sustainable). Kesinambungan disini dimaksudkan sebagai upaya-upaya pengembangan kehidupan masyarakat yang menekankan pada intervensi modal sosial, modal manusia, modal fisik, dan modal alamiah

(environment) secara sinergis dan berimbang.

Modal sosial (social capital) perlu dipupuk mengingat ia menjadi salah satu faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat (Dr. Ir. Arif Daryanto, M.Ec., 2004). Investasi dalam modal sosial dalam bentuk pendidikan, pelatihan, dan kesehatan menghasilkan sumber pertumbuhan yang tidak kalah pentingnya dengan investasi pada modal fisik.

Menurut sejumlah studi, peranan modal sosial tidak kalah pentingnya dengan infrastruktur ekonomi lainnya, sehingga upaya untuk membangun modal sosial perlu diprioritaskan. Pembentukan modal sosial dapat menyumbang pada pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks), norma (norms), dan

kepercayaan (trust) didalamnya yang menjadi kolaborasi (koordinasi dan

kooperasi) sosial untuk kepentingan bersama (Zubaedi, 2013: 161). 2.3. Pengertian Sosial Ekonomi


(30)

Kata sosial berasal dari dari kata “socius” yang artinya kawan (teman). Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja dan teman sebagainya. Yang dimaksud adalah mereka yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam suatu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi (Wahyuni, 1989: 60). Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikus” yang artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur, jadi secara harafiah ekonomi berarti cara mengatur ekonomi rumah tangga.

Status sosial ekonomi rumah tangga sangat berpengaruh bagi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai potensi serta kepribadian yang memungkinkan dia diterima dalam pergaulan dengan individu lain. Karena setiap individu mempunyai kemampuan tersebut disalurkan untuk kepentingan tertentu, kemudian individu yang lain dapat mengakuinya. Kondisi sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalm posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi penyandang status tersebut, misalnya pendapat dan pekerjaan. Status sosial ekonomi sangat berdampak bagi pemenuhan kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan memperoleh tingkat kesehatan yang baik. Status adalah keadaan atau kedudukan seseorang, sedangkan pengertian sosial sangat berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat dan sekitarnya.


(31)

Pengertian ekonomi sangat berhubungan dengan usaha-usaha yang nyata dalam bentuk pekerjaan. Pekerjaan memberikan pendapatan atau penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Poewardarminta (1996) pengertian ekonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam mencapai cita-cita kemakmuran. Dalam hal ini peran masyarakat sangat diharapkan mampu bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka masing-masing.

2.4. Koperasi

2.4.1. Sejarah Koperasi dan Prinsip-Prinsip Koperasi

Asal mula gerakan koperasi dari Eropa, gerakan yang berkembang pada waktu Revolusi Industri yaitu perubahan teknologi dan sosial pada masyarakat

pada saat bank rakyat “Bank of scootland” memperkenalkan pinjaman tanpa

agunan kepada pemilik toko, pengrajin, petani atas dasar karakter si peminjam. Pendekatan ini merupakan dasar koperasi simpan pinjam. Di Inggris koperasi yang pertama adalah Rochdale (1844) yang dipelopori oleh 28 pelopor dari berbagai latar belakang disiplin ilmu yang berbeda, yang berhasil menyatukan ide dan pemikiran dalam prinsip-prinsip dasar atau sendi-sendi dasar koperasi (Suwandi, 1995).

Dasar dan prinsip koperasi yang terpenting adalah : 1. Pengendalian secara demokratis


(32)

3. Bunga terbatas atas modal

4. Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional 5. Pembayaran secara tunai atas transaksi perdagangan

6. Tidak menjual barang palsu

7. Mengadakan pendidikan kepada anggota atas azas koperasi dan perdagangan yang saling membantu

8. Netral terhadap agama dan politik.

Prinsip koperasi menurut ICA (International Cooperative Alliance) adalah :

1. Perkumpulan orang

2. Pelayanan untuk kebutuhan anggota

3. Kebersamaan dan rasa tanggung jawab antara anggota dan koperasi 4. Partisipasi anggota dan manajemen demokratis

5. Percaya pada diri sendiri dan otonomi 6. Keanggotaan secara sukarela dan terbuka 7. Kesatuan dan identitas

8. Pembagian keuntungan yang adil

9. Pendidikan.

10. Kerjasama pada tingkat nasional dan international (Sven Oke Book, 1994). Prinsip dasar tersebut dapat dilaksanakan dalam praktek bila individu/anggota memiliki semangat dan budaya koperasi (nilai-nilai koperasi) yaitu kejujuran, kepedulian, kemajemukan (demokratis) dan percaya pada koperasi.


(33)

Di indonesia awal rintisan perkoperasian dimulai tahun 1895 diprakarsai oleh R. Aria Wiria Atmaja seorang Patih dari Purwekerto, yang mendirikan bank bantuan dan simpanan purwekerto yang dikenal dengan “Bank Priyayi Purwekerto” yang tujuannya untuk membantu pegawai negeri bumi putera, petani, dan tukang yang terjerat lintah darat. Bank ini bukan koperasi tetapi prinsipnya menganut prinsip swadaya sama dengan prinsip koperasi. Awal pengembangan cita-cita koperasi di masyarakat Indonesia dimulai dari gerakan nasional Boedi Oetomo tahun 1908 (Muslimin Nasutin, 1999).

Prinsip dasar koperasi di Indonesia diatur dalam UU RI NO. 17 Tahun 2012, yang mengatakan “bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan berlandaskan kegiatan yang berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan”. Prinsip koperasi tersebut diatur dalam pasal 5 yang berbunyi :

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota

4. Pemberian balas jasa terbatas terhadap modal

5. Kemandirian.

Berdasarkan prinsip koperasi tersebut maka koperasi dianggap sebagai salah satu badan usaha yang paling sesuai dengan bunyi pasal 33 UUD 1945 pasal 1. Atas dasar itu sangat wajar bila lembaga pemerintah dan lembaga swadaya


(34)

masyarakat selalu berusaha agar koperasi berkembang dan menjadikan koperasi sebagai sokoguru ekonomi masyarakat menegah ke bawah. Saat ini, banyak lembaga swadaya masyarakat atau biasa kita dengan LSM yang memiliki ciri-ciri koperasi yang pada akhir-akhir ini sangat berkembang pesat yaitu koperasi kredit atau Credit Union (CU) merupakan usaha besama simpan pinjam dari sekumpulan orang dalam suatu ikatan pemersatu (Common Bond of Interest) yang besama-sama sepakat menabung uang mereka, sehingga menciptakan modal berbesama-sama yang kemudian dipinjamkan diantara mereka dengan bunga yang ringan dan prosedur yang mudah untuk kesejahteraan bersama.Ikatan pemersatu adalah daerah kerja tertentu seperti desa, kelurahan atau kecamatan dimana anggota saling mengenal.

Koperasi kredit adalah koperasi yang didirikan bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan para anggota dengan cara yang mudah, untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Tujuan koperasi kredit adalah untuk membantu para anggota yang membutuhkan pinjaman (kredit) dengan syarat-syarat yang ringan, mendidik para anggota belajar hidup hemat dan menyisihkan sebahagian pendapatan untuk ditabung dan mengatur penggunaan keuangan secara tepat.

Credit Union merupakan salah satu lembaga keuangan yang berdasarkan

prinsip koperasi murni, muncul atas prakarsa masyarakat dikelola oleh masyarakat dan melayani masyarakat. Prinsip ini kemudian berkembang menjadi prinsip

credit union, yaitu:


(35)

2. Pengendalian secara demokratis, anggota memiliki suara dan partisipasi yang sama dalam menentukan keputusan

3. Pelayanan pada anggota, pelayanan ekonomi maupun sosial

4. Disitribusi pada anggota, mendorong anggota menabung dan layanan

pinjaman, dengan diberikan tingkat bunga sesuai kemampuan credit union. Hal atau upaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan adalah menumbuhkan dan mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui koperasi kredit, yaitu sebagai lembaga koperasi yang di gagas masyarakat dan dikelola mereka sendiri.

2.5. Kerangka Pemikiran

CU kini merupakan koperasi yang sangat berkembang pesat di Indonesia. Koperasi berbentuk koperasi kredit atau yang biasa disebut CU sangat membantu masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah. Hal ini dapat menggantikan keenganan masyarakat untuk meminjam modal ke bank-bank. Akan tetapi seiring perjalanan CU di Indonesia ada saja yang berjalan tidak mulus, seperti halnya masalah legalitas dan penipuan terhadap nasabah yang dilakukan pimpinan-pimpinan CU tersebut.

Masalah- masalah yang dihadapi oleh CU-CU dengan nasabahnya kemungkinan dapat dieliminir dengan memperhatikan penerapan konsep-konsep pemberdayaan masyarakatnya. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan masyarakat merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu lembaga maupun koperasi apabila berjalan sesuai dengan konsep-konsep atau model-modelnya.


(36)

CU Karya Murni merupakan sebuah kredit simpan pinjam yang berdirik sejak 28 april 1992 dan bergerak dalam proses pemberdayaan masyarakat melaui berbagai kegiatannya. Selama 22 tahun CU karya Murni telah bergerak aktif dalam proses pemberdayaan masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari penerapan konsep-konsep pemberdayaan masyarakat antara lain : pembangunan berbasis pada masyarakat, berkelanjutan, menekankan partisipatori dan pengembangan modal sosial.


(37)

Bagan Alur Pemikiran

CU Karya Murni

Penerapan konsep-konsep pemberdayaan masyarakat

1. Berbasis pada masyarakat:

Partisipasi masyarakat, Pemahaman, Keterwakilan masyarakat dalam perencanaan dan proses pengambilan keputusan.

2. Dimensi keberlanjutan: mencakup aspek ekonomi, aspek ekologis, dan aspek sosial.

3. Partisipatori : keterlibatan aktif 4. Modal sosial

Model social action, meliputi :

kepatuhan pada sistem norma dan nilai, sikap, saling

percaya, solidaritas dalam bekerja dll.

Model sustainable, meliputi :

modal sosial, modal manusia, modal fisik dan modal

alamiah.

Anggota CU Karya Murni

Peningkatan Sosial Ekonomi


(38)

2.6. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.6.1. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji, untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut defenisi konsep.

Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti, jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138). Untuk itu peneliti membatasi konsep konsep yang digunakan yaitu sebagai berikut :

1. Penerapan adalah peraturan/kebijakan berupa petunjuk pelaksana dan

petunjuk teknis berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

2. Konsep-konsep pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang

membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.

3. CU. Karya Murni merupakan koperasi kredit yang bukan hanya

mementingkan keuntungan semata tetapi telibat aktif dalm meningkatkan kesejahteraan masing-masing anggotanya.


(39)

4. Sosial ekononomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat.

2.6.2.Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang menggunakan variable yang sama (Singarimbun, 1989: 46). Untuk mengukur hubungan antar variabel, maka peneliti merinci indikator-indikator dari setiap variabel sebagai berikut:

1. Berbasis pada masyarakat : a. Partisipasi

b. Pemahaman

c. Keterwakilan dalam proses perencanaan d. Keterwakilan dalam pengambilan keputusan 2. Dimensi Keberlanjutan :

a. Aspek ekonomi

b. Aspek ekologis c. Aspek sosial

3. Partisipatori : Keterlibatan aktif 4. Model Sosial :

Model social action :


(40)

b. Sikap: penilaian, penolakan, mengharap atau menghindar c. Saling percaya

d. Solidaritas dalam bekerja

Model sustainable :

a. Modal sosial

b. Modal manusia

c. Modal fisik d. Modal alamiah


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1991:63).

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Pemilihan lokasi ini karena dikelurahan Bijai merupakan salah satu daerah nasabah terbesar CU Karya Muni dan aktif, baik dalam proses menabung maupun mengikuti kegiatan pemberdayaan masyarakat.

3.3.Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa, ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa mengenal populasi termasuk langkah awal dan penting dalam proses penelitian (Siagian, 2011 : 155).

Berdasarkan pengertian tesebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota CU. Karya Murni yang berada di Kelurahan


(42)

Binjai. Berdasarkan laporan terakhir tahun 2014 anggota yang aktif berjumlah 200 orang. Jadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 200 orang.

3.3.2. Sampel

Roscoe (1998), mendefenisikan sampel sebagai bagian dari obyek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti. Dengan demikian dapat dikemukakan, bahwa sampel adalah bagian yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung. Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari populasi, melainkan bagian yang benar-benar mewakili populasi (Siagian, 2011 : 156).

Dalam menentukan sampel, peneliti berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto yangmengatakan, apabila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil seluruhnya. Namun bila jumlah populasinya lebih dari 100 orang, maka sampel diambil sebesar 10% - 15%, 20% - 25%, atau lebih (Arikunto, 1996: 104). Dengan demikian peneliti menetapkan sampel dalam penelitian ini adalah 10% x 200 anggota = 20 anggota yang aktif dalam kegiatan CU Karya Murni.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Kepustakaan yaitu teknik pengumpulan atau informasi menyangkut

masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar, tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti

2. Studi Lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan


(43)

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dengan demikian, instrument penelitian disini adalah alat-alat yang digunakan dalam rangka studi lapangan yang dalam penelitian sosial dikenal tiga jenis, yaitu:

a. Observasi, yaitu pengamatan terhadap obyek dan fenomena yang

berkaitan dengan penelitian.

b. Wawancara, yaitu percakapan atau Tanya jawab yang dilakukan

pengumpulan data dengan responden sehingga responden memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian.

c. Kuesioner (angket), yaitu kegiatan mengumpul data dengan cara

menyebarkan daftar pertanyaan untuk dijawab responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian, 2011: 206-207).

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan kemudian dikumpulkan serta diolah dan dianalisis dengan menggunakan tabel tunggal dan dijelaskan secara deskriptif sehingga data dapat dibaca dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti.


(44)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kelurahan Binjai

Kelurahan binjai merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Medan Denai Kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Denai sendiri terdiri atas 6 kelurahan. Kelurahan Binjai memiliki luas wilayah 414, 5 Ha dan memiliki ketinggian ± 6 m dari permukaan laut. Batas-batas wilayah kelurahan Binjai adalah sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Tegal Sari Mandala III, sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Sidirejo II kecamatan Medan Amplas, sebelah barat berbatasan dengan Sidirejo I dan Teladan Timur kecamatan Medan Kota, dan sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Medan Tenggara kecamatan Medan Denai.

Kelurahan Binjai terdiri atas 20 lingkungan dan memiliki jumlah penduduk 53.504 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 10.703. Semuanya terbagi atas 20 lingkungan. Masyarakat kelurahan Binjai terdiri dari berbagai macam suku dengan didominasi suku melayu dengan 5.579 jiwa dan suku yang paling sedikit suku India sebanyak 44 jiwa.

Berdasarkan data sarana dan prasarana umum kelurahan Binjai yang terdapat di kelurahan ini, terdapat fasilitas umum, adapun data-data sebagai berikut.


(45)

Table 4.1

Sarana pendidikan di Kelurahan Binjai

No Lingkungan TK SD SMP SMA/SMK PTN/S

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Lingkungan I Lingkungan II Lingkungan III Lingkungan IV Lingkungan V Lingkungan VI Lingkungan VII Lingkungan VIII Lingkungan IX Lingkungan X Lingkungan XI Lingkungan XII Lingkungan XIII Lingkungan XIV Lingkungan XV Lingkungan XVI Lingkungan XVII Lingkungan XVIII Lingkungan XIX Lingkungan XX 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 9 9 4 5 1


(46)

Sarana Kesehatan di kelurahan Binjai

No Lingkungan Klinik RS Posyandu Bidan Apotik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Lingkungan I Lingkungan II Lingkungan III Lingkungan IV Lingkungan V Lingkungan VI Lingkungan VII Lingkungan VIII Lingkungan IX Lingkungan X Lingkungan XI Lingkungan XII Lingkungan XIII Lingkungan XIV Lingkungan XV Lingkungan XVI Lingkungan XVII Lingkungan XVIII Lingkungan XIX Lingkungan XX 2 1 1 1 2 1 2 1 3 1 0 2 1 0 1 0 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 2 1 1 1 2 1 1 1 0 1 0 3 0 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1


(47)

4.3

Sarana Tempat Ibadah di Kelurahan Binjai

No Lingkungan Mesjid Gereja Musholla Kelenteng

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Lingkungan I Lingkungan II Lingkungan III Lingkungan IV Lingkungan V Lingkungan VI Lingkungan VII Lingkungan VIII Lingkungan IX Lingkungan X Lingkungan XI Lingkungan XII Lingkungan XIII Lingkungan XIV Lingkungan XV Lingkungan XVI Lingkungan XVII Lingkungan XVIII Lingkungan XIX 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 0 2 1 1 4 2 2 1 4 2 1 3 1 3 1 1 3 1 2 2 3 2 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


(48)

4.2.Gambaran Umum CU Karya Murni

4.2.1. Sejarah Singkat Berdirinya CU Karya Murni

Dasar berdirinya C U. Karya Murni Medan adalah akibat keekoleman ( ekonomi lemah ) Guru – Guru Karya Murni Medan. Sehingga pada tanggal 28 april 1992 Guru - Guru Karya Murni Medan sepakat untuk mendirikan suatu wadah Simpan Pinjam ( C U / Kopdit ) kepada Guru - Guru, dan Karyawan Karya Murni Medan dengan nama “ Kopdit / C U. Karya Murni Medan”. Dengan adanya kekurangan modal maka Kopdit/ C U. meminjam modal kepada Yayasan Karya Murni Medan sebesar Rp. 3.000.000 (Tiga Juta Rupiah), dengan pengembaliannya dilakukan dengan cara mencicil ke Yayasan Karya Murni Medan. Kopdit/ C U. Karya Murni Medan dulunya bertempat / lokasi di sekitar komplek SLB / B Karya Murni Medan, dengan menerima anggota lingkungan Guru – Guru, dan Pegawai yang bekerja di Yayasan Karya Murni Medan. Kopdit/ C U. Karya Murni Medan semakin hari berkembang, sehingga Kopdit/ C U. Karya Murni Medan mengembangkan sayapnya ke unit – unitnya yang berlokasi di Kota Medan. Unit – unit yang ada di Kopdit/ C U. Karya Murni Medan sebagai berikut :

• Unit Rumah Sakit Bhakti,

• Unit Raksana,

• Unit Santa Lucia,

• Unit SMP Trisakti II, • Unit Simalingakar serta,


(49)

Dengan semakin berkembangnya anggota maka Kopdit/ C U. Karya Murni Medan tidak layak lagi berkantor di komplek SLB / B Karya Murni Medan, maka Kopdit/ C U. Karya Murni Medan menyewa kantor sementara di Jalan Jati II Medan Teladan.

Dilihat dari perkembangan Kopdit/ C U. Karya Murni Medan, semakin berkembang dari tahun ke tahun maka Pengurus, Pengawas mengadakan rapat untuk membeli pertapakan pada awal tahun 2004. Untuk membangun kantor Kopdit/ C U. Karya Murni Medan yang kita cintai ini, kita meminjam dana ke BK3D Pematang Siantar sebesar Rp. 200.000.000 ( Dua Ratus Juta Rupiah ). Dan sebelum selesai dibangun Kantor yang berada di Jln. Menteng VII Medan Denai, maka kantor Kopdit/ C U. Karya Murni Medan berada di Jln. Jati II Medan, berhubung pemilik rumah tidak memberikan izin untuk diperpanjang maka kita pindah lagi menyewa kantor yang berada di Jln Menteng VII depan PTKI Medan. Setelah selesai dibangun maka pada Tanggal 10 april 2005 kantor Kopdit/ C U. Karya Murni Medan diresmikan oleh Dinas Koperasi Kota Medan, BK3D Pematang Siantar Dengan memiliki Gedung / Kantor sendiri, kita merasa bangga walaupun Gedung Kopdit/ C U yang kita cintai ini tidak semegah dan semewah Gedung Kopdit/ C U sekitar kita. Jadi dengan adanya kerjasama kita bersama anggota selama ini hasilnya sudah dapat kita rasakan sampai saat ini, dan anggota pun sudah dapat menikmati hasil kerja keras kita selama ini.


(50)

4.2.2. Visi dan Misi CU Karya Murni

CU Karya Murni memiliki visi dan misi yang ingin dicapai oleh karyawan dan masing-masing anggotanya. Adapun visi tersebut adalah terwujudnya lembaga simpan pinjam yang dapat dipercaya. Sedangkan misinya ialah merekrut anggota seluas-luasnya, memberikan pelayanan terbaik kepada anggota, meningkatkan kesejahteraan anggota, memberdayakan anggota untuk menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan wawasan anggota melalui pendidikan, menjalin kerja sama dengan lembaga/instansi lain, dan mampu bersaing dengan lembaga keuangan lain.

4.2.3 Indentitas dan Struktur CU Karya Murni Identitas

Nama : CU Karya Murni Medan

Berdiri : 28 april 1992

Alamat : Jl. Menteng VII No. 101 B Medan

No.akte/No. bdn hukum : 518/16/BH/IV/2004

No. anggota : 075

No. daperma : 790

Wilayah kerja : Medan dan sekitarnya


(51)

a. Dewan pimpinan

Ketua : Binton Panjaitan, S.Pd

Ketua I : Jen Sitohang, S.Pd

Ketua II : Mantun Parhusip, S.Pd

Sekretaris : Ranto Sinurat, S.Pd

Bendahara : Florida Pardosi, S.Pd

b. Panitia Pendidikan

Ketua : Jen Sitohang, S.Pd

Sekretaris : Asda Manik

Anggota : Lasma Gultom, S.Pd

c. Panitia Kredit

Ketua : Mantun Parhusip, S.Pd

Sekretaris : Busmin Nainggolan

Anggota : Wilmar Simangunsong

d. Badan Pengawas

Ketua : Jen Sitohang, S.Pd


(52)

Anggota : Robinson Tarigan, S.Pd

e. Komisaris

Unit Antonius : P. Samosir, S. Pd

Unit St. Lusia : T. Sitinjak, S. Pd

Unit R. S Bhakti : M. Hutahaean

Unit R. S Deli : A.A. Purba

Unit Desa Negara : S. Barasa

Unit Simalingkar B : N. Sidabutar

Unit P. Simalingkar : R. Br. Hutabarat

Unit Desa Sigara-gara : K. Panjaitan

f. Karyawan

Staf Keuangan

1. Imelda Sihotang 2. Konni Panjaitan 3. Vera Fransisca Silaban 4. Pirtondi Sitohang

5. Anita Lumban Gaol

6. Ida Royani Manik


(53)

Staff umum

1. Hermanto Simbolon

2. Fransiskus Nainggolan

g. Keanggotaan

1) Jumlah Anggota

1. Jumlah Anggota sampai November 2013 4462 orang

2. Jumlah Anggota bertambah 2013 872 orang

3. Laki-laki 388 orang

4. Perempuan 679 orang

2) Jumlah anggota berkurang 2013 180 orang

1. Laki-laki 76 orang

2. Perempuan 104 orang

3) Jumlah anggota meninggal thn 2013 15 orang

1. Laki-laki 11 orang


(54)

BAB V

ANALISA DATA

Pada bab ini akan dibahas data-data yang diperoleh dari lapangan, data tersebut diperoleh dari hasil penelitian melalui observasi, wawancara dan melalui kuesioner. Menganalisis data merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi suatu bagian-bagian tertentu menurut kelompok data jawaban responden, analisis data yang dimaksud adalah suatu interpretasi langsung yang berdasarkan data dan informasi yang diperoleh di lapangan tetap berpedoman pada tujuan penelitian.

Pada bagian ini peneliti mencoba menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diajukan kepada para responden yaitu anggota CU Karya Murni di kelurahan Binjai kecamatan Medan Denai Kota Medan yang jumlah keseluruhannya 20 orang.

5.1. Analisis Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota CU Karya Murni di kelurahan Binjai kecamatan Medan Denai yaitu sebanyak 20 orang. Karakteristik responden dalam penelitian menyangkut jenis kelamin, usia, agama, suku, status pernikahan, pendidikan terakhir dan penghasilan perbulan. Adapun frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.


(55)

5.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1 2

Laki-Laki Perempuan

6 14

30 70

Jumlah 20 100

Sumber : Kuesioner, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa anggota perempuan menjadi mayoritas yang mengikuti pelatihan ataupun yang menjadi nasabah di CU Karya Murni. Sebenarnya dari CU Karya Murni sendiri tidak ada memprioritaskan jenis kelamin tertentu dalam syarat untuk menjadi anggota. Namun, di lapangan anggota perempuan lebih banyak yang bergabung menjadi anggota. Mereka semuanya bertujuan untuk menabung dan meningkatkan investasi di masa depan.


(56)

5.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Table 5.2

No Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 21-30 31-40 41-50 51-60 3 4 9 4 15 20 45 20

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, diperoleh hasil bahwa sebagian besar anggota yang ikut dalam pelatihan berada dalam usia yang cukup matang dalam bekerja yaitu usia 41-50 tahun.

5.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

Tabel 5.3

No Agama Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 Islam Kristen Protestan Katolik 5 11 4 25 55 20

Jumlah 20 100


(57)

CU Karya Murni merupakan sebuah koperasi kredit yang dimiliki yayasan katolik yang didirikan guru-guru yang berada di yayasan tersebut. Pada tabel di atas terlihat bahwa anggota CU Karya Murni mayoritas beragama Kristen Protestan lebih dominan dengan jumlah 11 orang atau 55%. Responden lainnya menganut agama islam, yaitu 5 orang atau 25% sedangkan katolik 4 orang atau 20 %. Kondisi ini jelas terlihat karena yang mendasari CU ini berdiri adalah mayoritas beragama Kristen.

Walaupun demikian, CU Karya Murni tidak terlalu mempermasalahkan latar belakang agama anggotanya. Hal ini terlihat jelas dengan kerukunan antara satu anggota dengan yang lainnya, bahkan sesama karyawannya. Toleransi diantara anggota terjalin dengan baik dikarenakan rasa saling menghormati di antara penganut agama yang ada.

5.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

Tabel 5.4

No Suku Frekuensi Persentase (%)

1 2

Batak Jawa

18 2

90 10

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Komposisi suku anggota CU Karya Murni di dominasi mayoritas suku Batak. Hal ini dapat terlihat dengan jumlah karyawan CU yang juga didominasi


(58)

suku batak. Tidak berbeda jauh dengan komposisi responden berdasarkan suku pada table 5.4, persentase responden yang suku Batak bahkan sangat mutlak dengan jumlah mencapai 90%. Responden lain suku Jawa hanya 10%. Hal ini juga dapat terlihat dengan penggunaan bahasa di CU Karya Murni sering menggunakan bahasa Batak.

5.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir

Tabel 5.5

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

SMP

SMA/sederajat Perguruan Tinggi

2 11

7

10 55 35

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk menambah pengetahuan dan kecerdasan dari manusia itu sendiri. Keterlibatan masyarakat sebagai sumber daya manusia dalam pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan sebagai sarana untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas sumber daya pembangunan. Kualitas sumber daya manusia secara menyeluruh yang meliputi tingkat kesehatan, ilmu pengetahuan, keterampilan, manfaat teknologi, dan sikap mentalnya dalam pembangunan dan akan menentukan pembangunan itu sendiri, terutama dalam mengatasi kemiskinan di seluruh dunia ini.


(59)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat hasilnya bahwa responden yang tamat SMA/sederajat merupakan responden yang paling banyak yaitu 11 orang atau 55%. Disusul oleh responden yang tamat perguruan tinggi 7 orang atau 35%. Sedangkan yang tamat SMP hanya 2 orang atau 10%. Jika dilihat dari hasil penelitian, anggota CU Karya Murni memiliki tingkat pendidikan yang sangat baik.

5.1.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Tabel 5.6

No Status Frekuensi Persentase (%)

1 2

Belum Menikah Menikah

5 15

25 75

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan mayoritas responden sudah menikah dari 20 orang 15 diantaranya sudah menikah atau 75%. Sedangkan yang belum menikah hanya 5 orang atau 25%. Walaupun demikian CU Karya Murni menerima luas anggotanya bahkan yang masih berstatus sebagai pelajar.


(60)

5.1.7. karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan

Tabel 5.7

No Penghasilan Perbulan Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7

1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000 ≥ 4.000.000

6 3 1 1 4 2 3

30 15 5 5 20 10 15

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang penghasilannya terendah Rp.1.000.000 sebanyak 6 orang atau 30%. Dan penghasilan tertinggi ≥ Rp.4.000.000 sebanyak 3 orang atau sekitar 15%. Dari hasil tabel diatas bahwa pendapatan perbulan anggota CU Karya Murni tidak terlalu rendah, terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti bahwa pendapatan mereka sudah mencukupi kebutuhan sehari-hari.


(61)

5.2. Analisis Deskriptif Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat

5.2.1. Frekuensi Responden Mengikuti Pelatihan

Tabel 5.8

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sering

Kadang-Kadang Tidak Pernah

6 8 6

30 40 30

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Berdasarkan data dari penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa sebagian besar intensitas kehadiran mengikuti pelatihan dari responden menyatakan mereka kadang-kadang atau jarang mengikuti pelatihan yang diadakan CU Karya Murni. Mereka jarang hadir beralasan belum pernah meminjam dari CU Karya Murni dan hanya sebagai nasabah biasa yang sedang menabung. Namun demikian, CU Karya Murni selalu memberikan informasi pelatihan yang rutin melaui papan pengumuman maupun koordinator anggota di masing-masing regional daerah tempat tinggal anggotanya.


(62)

5.2.2. Pemahaman Responden Tentang Kegiatan Pelatihan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pemahaman kegiatan pelatihan yang dilakukan CU Karya Murni, seluruh responden menyatakan bahwa mudah bagi mereka untuk memahami materi yang disampaikan. Hal ini dikarenakan pihak atau karyawan CU Karya Murni menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti dan sesuai dengan dialek masyarakat pada umumnya. Adapun materi pelatihan yang disampaikan antara lain seputar cara memperoleh deviden, cara peminjaman dan pengembangan usaha yang baik.

5.2.3. Keterlibatan Responden Dalam Proses Perencanaan dan Pengambilan Keputusan

Tabel 5.9

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah

4 6 10

20 30 50

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Berdasarkan data di atas bahwa sebagian besar responden atau sekitar 50% tidak pernah terlibat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam kegiatan CU Karya Murni. Hanya 4 orang dari 20 responden yang terlibat dalam frekuensi sangat sering atau sekitar 20%. Sisanya 6 orang jarang atau


(63)

kadang-kadang hadir dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan yaitu sekitar 30%. Hal ini tentunya kurang efektif dalma peningkatan kualitas CU Karya Murni itu sendiri.

5.2.4. Perubahan Dalam Sosial Ekonomi

Tabel 5.10

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Kurang Tidak

4 5 11

20 25 55

Jawaban 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Dari hasil penelitian yang dilakukan terkait perubahan terhadap sosial ekonomi terkait pelatihan materi yang dberikian CU KIarya Murni, perubahan kurang signifikan. Diketahui bahwa responden yang mengalami perubahan dari 20 reponden hanya 4 orang atau 20% yang merasa perubahan sosial ekonomi. 11 orang responden (55%) mengatakan mereka tidak merasakan perkembangan apapun terhadap ekonomi mereka sisanya 25% atau 5 orang merasa kurang. Hal ini tentunya mendorong CU Karya Murni untuk lebih giat melakukan pelatihan, agar bukan hanya jumlah anggota saja yang bertambah melainkan kualitas hidup anggota CU Karya Murni menjadi lebih baik lagi.


(64)

5.2.5. Pengaruh Terhadap Lingkungan Tempat Tinggal

Tabel 5.11

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Kurang Tidak

1 4 15

5 20 75

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Dari hasil penelitian yang dilakukan terkait tentang perubahan terhadap lingkungan tempat tinggal responden, sebanyak 15 dari 20 responden menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap lingkungan mereka. Sementara hanya sekita 20% merasakan tetapi tidak terlalu berdampak. Melihat hal ini, CU Karya Murni seharusnya juga memperhatikan tempat tinggal anggotanya. Karena pengaruh terhadap lingkungan hidup juga merupakan konsep pemberdayaan masyarakat.


(65)

5.2.6. Keterlibatan Aktif Responden Dalam Pelatihan

Tabel 5.12

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif

5 5 10

25 25 50

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Berdasarkan tabel 5.12 berkaitan dengan keterlibatan aktif responden dalam pelatihan, dapat terlihat jelas melalui penelitian yang dilakukan peneliti bahwa sekitar 50% anggota masih tidak aktif mengikuti pelatihan. Hal ini dikarenakan menurut para responden mereka kurang mendapatkan informasi yang jelas kapan diadakan pelatihan tersebut. CU Karya Murni yang bercita-cita sebagai lembaga koperasi kredit yang mandiri dan besar seharusnya lebih meningkatkan sosialisasi terhadap masing-masing anggotanya. Koordinator masing-masing anggota seharusnya lebih diberdayakan.


(66)

5.2.6. Kepatuhan Responden Terhadap Nilai, Norma dan Aturan CU Karya Murni

Tabel 5.13

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Kurang Tidak

15 5 0

75 25 0

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Dalam tabel 5.13 hampir seluruh responden CU Karya Murni patuh terhadap nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan yang diterapkan CU Karya Murni. Hal ini terlihat pada data yang ada diatas. 75% dari 20 responden menyatakan mereka sangat patuh terhadap peraturan yang ada di CU tersebut. Sementara 25% mengatakan kurang di karenakan mereka sedikit kecewa dengan perubahan aturan yang ada. Misalnya masalah ongkos transportasi yang dulu diberikan sekarang tidak diberikan lagi. Walaupun demikian, seluruh anggota CU Karya Murni masih dijalur norma-norma yang sewajarnya, akan tetapi kekecewaan sebagian anggota sebaiknya sebagai bahan koreksi bagi struktur pimpinan CU Karya Murni.


(67)

5.2.7. Penilaian Responden Terhadap Pelatihan CU Karya Murni

Tabel 5.14

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Baik Kurang Baik Tidak Baik

12 8 0

60 40 0

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Pada data diatas dapat dilihat penilaian responden terhadap pelatihan CU Karya Murni. Jumlah responden yang menilai pelatihan ini sangat baik 12 orang atau 60% dan 8 responden menyatakan kurang baik. Para responden yang menganggap pelatihan ini kurang baik beralasan bahwa mereka tidak terlalu mendapatkan pengaruh yang jelas terhadap masalah prosedur peminjaman dan mendapatkan deviden dengan baik. Ketika para responden telah mengangap baik pelatihan yang dilakukan maka pandangan responden akan menerima baik.


(68)

5.2.8. Tingkat Kepercayaan Responden Menabung di CU Karya Murni

Tabel 5.15

No Kategori Frekuensi Persentasr (%)

1 2 3

Sangat Percaya Kurang Percaya Tidak Percaya

16 4 0

80 20 0

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Setelah dilakukan penelitian mengenai tingkat kepercayaan responden menabung di CU Karya Murni ternyata sangat tinggi. Berdasarkan tabel 5.15 sebanyak 16 responden dari 20 responden atau sekitar 80% mengatakan mereka sangat percaya menabung di CU Karya Murni. Para responden menganggap setelah 20 tahun lebih CU Karya Murni berdiri anggotanya bertambah semakin banyak. Hal ini tentunya menambah kepercayaan anggota menabung di CU tersebut. Selain itu, masalah peminjaman ataupun cash bon setelah kita menjadi anggota selam 1 tahun akan mendapatkan kemudahan.


(69)

5.2.9. Hubungan Responden Dengan Karyawan CU Karya Murni

Tabel 5.16

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Baik Kurang Baik Tidak Baik

15 4 1

75 20 5

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Dari penelitian yang dilakukan terhadap para responden mengenai hubungan responden dengan karyawan CU Karya Muni apakah terjalin dengan baik. Hampir seluruh responden mengatakan baik dan tidak ada permasalahan yang terjadi dengan karyawan CU Karya Murni. Tabel 5.16 menjelaskan sekitar 15 responden atau 75% mengatakan hubungan yang di jalin mereka dengan karyawan terjalin sangat baik sementara 4 orang mengatakan biasa saja, dan hanya 1 orang yang mengatakan kurang baik. Responden beralasan ketika dia meminjam uang pernah dilayani kurang baik. Hal ini tentunya menjadi perhatian bagi seluruh karyawan Karya Murni untuk lebih melayani anggota lebih baik lagi.


(70)

5.2.10. Pendapat Responden Mengenai Kinerja Karyawan CU Karya Murni

Tabel 5.17

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Baik Kurang Baik Tidak Baik

13 6 1

65 30 5

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Dari data yang diperoleh pada tabel 5.17 di atas, diketahui bahwa pendapat responden mngenai kinerja karyawan CU Karya Murni, para responden menjawab bahwa 13 responden atau 65% menyatakan kinerja karyawan sangat baik. Para responden yang menjawab kurang baik sebanyak 6 orang atau 30%. Hal ini tentunya sebagai bahan pembelajaran bagi karyawan CU Karya Murni untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Apabila tingkat kinerja menurun tentunya akan merugikan CU itu sendiri, karena para nasabah akan pindah ke CU lainnya yang kualitas pelayanannya lebih baik. Oleh karena itu, perlu diperhatikan setiap kinerja karyawan. Bila perlu dilakukan evaluasi dan pelatihan kembali terhadap karyawan, tentunya untuk kebaikan CU Karya Murni dan anggotanya.


(71)

5.2.11. Pendapat Responden Tentang Ketersediaan Fasilitas

Tabel 5.18

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Memadai Kurang Memadai Tidak Memadai

12 7 1

60 35 5

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Data pada tabel 5.18 menunjukkan pendapat responden tentang ketersediaan fasilitas yang ada pada CU Karya Murni. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 12 responden menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia sangat memadai atau sekitar 60% dari 20 responden. Sedangkan yang menyatakan kurang memadai terdapat 7 responden (35%). Seperti yang diamati langsung peneliti, bahwa fasilitas yang berada di gedung CU Karya Murni sudah sangat baik. Hal itu dapat terlihat dari tersedianya komputer, internet, dan ruangan yang besar untuk pelatihan.


(72)

5.2.12. Pendapat Responden Tentang Manfaat Pelatihan

Tabel 5.19

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Bermanfaat Kurang Bermanfaat Tidak Bermanfaat

10 7 3

50 35 15

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kebermanfaatan pelatihan yang diberikan oleh CU Karya Murni terhadap anggotanya, 10 orang dari 20 orang responden atau sekitar 50% mengatakan fungsi atau manfaatnya sudah sangat baik. Sedangkan 35% atau 7 orang mengatakan masih kurang efektif, hal ini karena penyampaian materi masih susah dimengerti oleh responden. Hal ini tentunya menjadi bahan evaluasi bagi CU Karya Murni untuk memperbaiki cara penyampaian materi pelatihan. Untuk 3 orang dari responden mengatakan tidak bermanfaat, karena pelatihan belum menyentuh pokok permasalahan yang mereka hadapi.


(73)

5.2.13. Tingakat Kepercayaan Diri Responden Terhadap Dunia Kerja Setelah Mendapatkan Pelatihan

Tabel 5.20

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Sangat Percaya Diri Kurang Percaya Diri Tidak Percaya Diri

13 4 3

65 20 15

Jumlah 20 100

Sumber : kuesioner, 2014

Pada tabel 5.20 menunjukkan bahwa tingakat kepercayaan diri responden dalam menghadapi dunia kerja terbilang cukup baik. Hal ini terlihat 65% responden mengatakan mereka sangat percaya diri setelah mendapatkan pelatihan yang di berikan CU Karya Murni. Pak Sinaga merupakan salah satu responden yang mengatakan setelah hampir 10 tahun menjadi anggota beliau mendapatkan perkembangan yang sangat besar terhadap usahanya. Pak Sinaga memiliki usaha grosir yang cukup membiayai keempat anaknya bersekolah. Beliau juga pernah meminjam sekitar 150 juta untuk modal usahanya dan sekarang beliau telah berhasil melunasi utangnya dengan bunga yang kecil. Akan tetapi, sekitar 20% responden mengatakan mereka belum mampu berkmbang dalam dunia usaha dan 15% mengatakan tidak percaya diri. Mereka berharap CU Karya Murni lebih intens lagi dalam membantu kegiatan usaha mereka.


(1)

sakit. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa para responden telah mampu untuk memenuhi kebutuhan kesehatan mereka dan keluarganya.


(2)

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada bab-bab terdahulu, maka pada bab ini peneliti membuat kesimpulan dan mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan penerapan konsep-konsep pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan sosial ekonomi anggota CU Karya Murni di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelatihan yang dilakukan oleh CU Karya Murni merupakan salah satu program berupaya memandirikan anggotanya melalui serangkaian konsep-konsep pemberdayaan masyarakat. Dalam penelitian ini lokasi penelitian di Kelurahan Binjai Kecamatan Denai Kota Medan dan memiliki serangkaian kegiatan seperti pelatihan, bantuan modal tanpa agunan, dan kredit dengan bunga kecil. Berhubung CU Karya Murni merupakan lembaga yang berdiri sendiri, maka dana yang dihimpun merupakan dana dari nasabahnya sendiri berupa simpanan wajib.

2. Anggota yang ikut dalam program ini adalah anggota yang sudah lebih dari 1 tahun menjadi nasabah dan pada umumnya memiliki usaha sendiri. Dalam penelitian ini responden berjumlah 20 orang yang terdiri atas 6 laki-laki dan 14 perempuan.


(3)

3. Penerapan konsep-konsep pemberdayaan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan di CU Karya Murni diikuti seluruh anggota dan berjalan dengan baik.

4. Dalam kehidupan sosial ekonomi berdasarkan indikator yang telah ditentukan sebelumnya, mayoritas responden juga dinilai telah mampu mencukupi kebutuhan sosial ekonominya dengan baik. Hai ini ditandai dengan kemampuan seluruh responden dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga, pendidikan anak, dan kesehatan keluarga.

5. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap penerapan konsep-konsep pemberdayaan di CU Karya Murni dapat disimpulkan bahwa sudah berjalan dengan baik dan efektif dan sangat relevan terhadap peningkatan sosial ekonomi anggotanya.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan, saran yang ingin diberikan peneliti sebagai berikut:

1. CU Karya Murni agar dapat lebih memperhatikan proses sosialisasi jadwal pelatihan terhadap anggotanya. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara yang lebih intens dan menarik.

2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan cara membuat anggota merasa terlibat dan dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih mendekatkan diri pada anggota atau nasabah CU Karya Murni dan lebih ramah.


(4)

3. CU Karya Murni jika ingin lebih efektif dalm proses penerapan pemberdayaan masyarakat, maka sebaiknya melibatkan pekerja sosial dengan latar belakang ilmu sosial sebagai tenaga fungsional. Karena pekerja sosial memiliki kompetensi keilmuwan dan memiliki kemampuan dalam membangun dan mengembangkan masyarakat sesuai dengan teori-teori pengembangan masyarakat dan konsep-konsep pemberdayaan masyarakat. 4. Diharapkan kepada CU Karya Murni selain memberikan pelayanan dalam

bidang pendidikan dan keterampilan, juga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi anggotanya misalnya mengadakan kerja sama dengan beberapa badan usaha dengan maksud agar anggota CU Karya Murni dapat lebih produktif dalam meingkatkan sosial ekonominya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hikmat, R. Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung, Humaniora Utama Press (HUP).

Jones, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy). Penerjemah Ricky Istamto. Jakarta, Rajawali.

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajahmada University Press. Yogyakarta.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan : Grasindo Monoratama. Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusinya. Medan : Grasindo

Monoratama.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei Jakarta : LP3ES.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta, Rajawali Press. Soetomo, 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Suharto, Edi. 2005. Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial : Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Indonesia. Bandung. STKS Press.

Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Penyaluran Kemitraan Dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta, Gava Media.

Supriatna, Tyahya. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan: Rineka Cipta. Suwandi, 1995. Koperasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo.

Sven, Book. 1994. Nilai-Nilai Koperasi Dalam Era Globalisasi: KOngres ICA di Tokyo, Oktober 1992, Jakarta.

Todoro, P, Michael. 1999. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Widiyanti, Ninik dan Sunindhia, Y.W.1992. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat (wacana & praktik). Jakarta, Kencana Prenada Media Group.


(6)

Sumber Lain:

Profil CU KARYA MURNI

6 maret 2014 pada pukul 21.56 WIB).


Dokumen yang terkait

Penerapan Program Senyum Mandiri Lembaga Rumah Zakat Dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Medan Denai

2 51 120

Dampak Program Bank Sampah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan

24 217 112

Partipasi Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Kelurahan (Studi Kasus di Kecamatan Medan Denai Kota Medan)

0 64 103

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Bank Sampah Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2013

8 123 143

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KEKERASAN ANAK DALAM KELUARGA DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI.

0 4 29

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA TERHADAP ORGANISASI PEMUDA PANCASILA DI KELURAHAN BINJAI KECAMATAN MEDAN DENAI.

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemberdayaan Masyarakat 2.1.1. Pemberdayaan - Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Dampak Program Bank Sampah Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan

0 1 26

DAMPAK PROGRAM BANK SAMPAH TERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KELURAHAN BINJAI, KECAMATAN MEDAN DENAI, KOTA MEDAN

0 0 12