PENGARUH PERMAINAN MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR DAN KOGNITIF ANAK USIA DINI.

(1)

Abstrak ... i

Surat Pernyataan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Ucapan Terimakasih ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Bagan ... xii

Daftar Grafik ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

E. Variabel Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

G. Asumsi dan Hipotesis ... 11

1. Asumsi ... 11

2. Hipotesis ... 14

BAB II LANDASAN TEORI PERMAINAN MODIFIKASI, MOTORIK KASAR, dan KOGNITIF A. Bermain Pada Usia Dini ... 15

B. Manfaat Bermain Bagi Anak ... 17

C. Karateristik Anak Usia Dini ... 19

D. Permainan Modifikasi ... 23

E. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak... 26

F. Perkembangan Motorik ... 28

1. Konsep Perkembangan Motorik ... 29

2. Peran Kemampuan Motorik untuk Perkembangan Fisiologis Anak ... 30 3. Peran Kemampuan Motorik untuk Perkembangan Sosial Emosional Anak 30


(2)

5. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik ... 32

6. Gangguan Perkembangan Motorik ... 32

G. Pengertian Kognitif ... 35

H. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif ... 36

1. Tahap Sensorimotor ... 37

2. Tahap Pra-Operasional ... 41

I. Aspek-aspek Perkembangan Kognitif ... 43

1. Perkembangan Persepsi ... 43

2. Perkembangan Memori ... 43

3. Perkembangan Atensi (perhatian) ... 44

J. Penelitian Sebelumnya Yang Berkaitan Dengan Motorik atau Permainan Modifikasi 48 ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 52

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 53

C. Prosedur Penelitian ... 54

D. Instrumen Penelitian ... 58

E. Uji Coba Instrumen ... 60

F. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 65

1. Aplikasi Permainan Modofikasi pada Kelas Eksperimen ... 66

2. Analisis Aplikasi Permainan Modofikasi pada Kelas Eksperimen ... 70

3. Kemampuan Motorik Kasar Anak ... 71

a. Penguasaan awal (Pre Test) ... 72

b. Penguasaan akhir (Post Test)... 75

c. Perbedaan peningkatan (N-Gain) kemampuan motorik kasar ... 78

4. Kemampuan Kognitif ... 81

a. Penguasaan awal (Pre Test) ... 81


(3)

1. Aplikasi Permainan Modofikasi di TK Kelas Eksperimen ... 91

2. Pengaruh Permainan Modofikasi terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini ... 93

3. Pengaruh Permainan Modofikasi terhadap Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini 99 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 105

B. Rekomendasi ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pembinaan dan pengembangan potensi anak bangsa dapat diupayakan melalui pembangunan di berbagai bidang yang didukung oleh atmosfer belajar. Anak prasekolah kedudukannya sebagai tunas bangsa dan penerus cita-cita perjuangan bangsa perlu mendapatkan posisi dan fungsi strategis dalam pembangunan. Terutama pembangunan pendidikan yang menjadi bagian integral dalam pembangunan suatu bangsa dan kunci pembangunan potensi anak yang seyogyanya dilaksanakan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya pembahasan tentang anak oleh para pakar dan praktisi melalui seminar dan konferensi baik nasional maupun internasional. Sebagaimana yang tertuang dalam hasil konferensi Genewa tahun 1979 bahwa aspek-aspek yang perlu dikembangkan pada anak prasekolah atau usia dini yaitu ; motorik, bahasa, kognitif, emosi, sosial, moralitas, dan kepribadian.

Seringkali perkembangan motorik anak prasekolah diabaikan atau bahkan dilupakan oleh orang tua, pembimbing, atau guru sendiri. Hal ini dikarenakan belum pahamnya mereka bahwa perkembangan motorik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan anak usia dini.

Kemampuan motorik terbagi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar yang meliputi gerak dasar lokomotor, non lokomotor, dan manipulative sedangkan yang dimaksud dengan motorik halus adalah kemampuan anak prasekolah beraktivitas


(5)

menggunakan otot-otot halus (otot kecil) seperti menulis, menggambar dan lain-lain (Samsudin:2005). Pada umumnya, anak yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak belum memiliki kemampuan motorik kasar yang baik seperti anak yang sudah duduk di bangku sekolah dasar. Dengan demikian untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar yang berfungsi untuk menjaga kestabilan dan kordinasi gerak yang bagus perlu dilatih melalui sebuah permainan yang tertata, terarah dan terencana sesuai dengan tahapan perkembangan anak dalam sebuah pembelajaran.

Melalui pembelajaran yang mengacu pada karakteristik anak, kemampuan motorik kasar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal bila kemampuan untuk bergerak bebas didukung oleh situasi lingkungan yang memungkinkan untuk itu. Kegiatan di luar ruangan merupakan pilihan terbaik untuk menstimulus kemampuan otot anak seperti berlari, melompat, dan lain-lain.

Kemampuan motorik diperlukan anak dalam bermain, karena dengan bermain anak dapat mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan aktivitas bermain anak dapat mempraktekan keterampilan yang dia dapatkan baik itu dari teman sebaya atau pun dari orang dewasa. Berkaitan dengan aktivitas Sujiono (2008 : 1.3) mengatakan bahwa :

Aktivitas anak terjadi di bawah kontrol otak. Secara simultan dan berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima. Bersamaan dengan itu, otak bersama jaringan syaraf yang membentuk system syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol, akan mendiktekan setiap gerak anak. Dalam kaitannya dengan perkembangan motorik anak, perkembangan motorik berhubungan dengan perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsur utama dalam pengembangan motorik anak. Oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik anak dapat terlihat secara jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka lakukan.


(6)

Hal tersebut sependapat dengan yang diungkapkan Yusuf (2000:104) bahwa “perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya”. Berkaitan dengan perkembangan fisik Kuhlen dan Thopson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa :

Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) Otot-otot yang mempengaruhiperkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) Kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) Struktur fisik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa lewat aktivitas permainan anak dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar.

Pada masa kanak-kanak kemampuan motorik berkembang sejalan dengan perkembangan kemampuan kognitif anak (Piaget :1952). Perkembangan kognitif merupakan sesuatu yang penting dikembangkan sejak masa kanak-kanak (Yudha M Saputra & Rudiyanto : 2005). Sejalan dengan pendapat para ahli di atas, Samsudin (2005:29) mengungkapkan bahwa “Perkembangan kognitif dan perkembangan motorik secara konstan berinteraksi, perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan intelektual proses interaksi”. Guru harus mengembangkan metode-metode pembelajaran yang paling tepat bagi anak, khususnya guru taman kanak-kanak. Pengembangan metode tersebut berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana para ahli sering menyebutnya dengan istilah DAP (Developmentally Appropriate Practice).


(7)

Perkembangan kognitif terjadi melalui suatu proses yang disebut dengan adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses anak dalam menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada inteprestasi dunia anak prasekolah. Akomodasi merupakan aspek kedua dari adaptasi, individu berusaha untuk menyesuaikan proses adaptasi dengan sejumlah pengalaman baru, misalnya seorang anak prasekolah mencoba memegang bola besar, akomodasi akan terjadi ketika anak mengenali bahwa bola tersebut lebih besar dari pada mainan yang biasa dimainkannya pada saat proses adaptasi. Anak prasekolah tersebut selanjutnya memodifikasi agar dapat melakukan proses adaptasi (Samsudin : 2005). Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa selain memberikan pengaruh terhadap motorik kasar, permainan juga efektif dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini. Mengingat hal tersebut maka permainan modifikasi merupakan alternative dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kognitif anak usia dini.

Sejalan dengan kemampuan fisik yang terjadi, lebih lanjut menurut Rini Handayani, anak usia 4-6 tahun yang melalui masa preschool memiliki banyak keuntungan dalam hal fisik motorik bila dilakukan lewat permainan-permainan atau dengan permainan modifikasi. Dalam Bachrudin M & Chaedar A (2008:37) mengatakan bahwa “permainan yang sesungguhnya belum bisa dilaksanakan pada anak usia dini, sehingga perlu dimodifikasi agar anak dapat bermain sesuai dengan perkembangan kemampuan anak”. Sejalan dengan pernyataan di atas Tinning (1987:16) menyatakan :


(8)

With any education innovation there is a good deal of modification of the original ideas as it is implemented at the individual school and classroom level. The original notion of daily physical education as outlined by the south Australian materials has been modified in many ways

Maksudnya dengan pesatnya inovasi pendidikan dewasa ini, sangat memungkinkan kalangan praktisi pendidikan, khususnya pendidikan jasmani untuk melakukan modifikasi. Modifikasi tersebut timbul berdasarkan tuntutan pengembangan untuk memecahkan beberapa masalah yang dijumpai di lapangan seperti kejenuhan anak, kurang tereksploitasinya kemampuan gerak anak, dan karakteristik anak usia dini yang berbeda dengan anak dewasa. Modifikasi tersebut dapat berupa perubahan luas lapangan, alat yang digunakan, peraturan yang digunakan, dan lain-lain. Tentang modifikasi Lutan (1997:9) mendefinisikan “Modifikasi diartikan sebagai perubahan dari keadaan lama menjadi keadaan baru. Perubahan itu dapat berupa bentuk, fungsi cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan karakteristik semula”. Selanjutnya, tentang pengertian permainan modifikasi Ngasmain&Soepartono (1997:3) adalah “perubahan dalam permainan dari teknik bermain yang baku menjadi teknik yang sederhana sesuai dengan perkembangan anak”. Dari kedua pendapat ahli di atas maka penulis dapat mengambil simpulan bahwa permainan modifikasi adalah perubahan dalam permainan baik itu teknik, alat, dan peraturan menjadi lebih sederhana sesuai dengan aspek perkembangan anak, tanpa menghilangkan karakteristik dari permainan tersebut. Dengan permainan modifikasi dapat memudahkan anak dalam mengikuti pembelajaran gerak, karena pembelajaran


(9)

gerak ada tahapan-tahapannya. Selain itu permainan modifikasi membuat anak senang dan tereksploitasi kemampuan gerak dan kognitifnya.

Fenomena yang dipaparkan di atas, bila tidak teratasi secepat mungkin akan memberi dampak yang besar terhadap perkembangan anak berikutnya atau dikemudian hari. Permainan modifikasi menurut Ngasmain & Soepartono (1997) adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada kegembiraan, kecakapan jasmani, dan pengayaan gerak anak. Berdasarkan paparan yang dikemukakan di atas yang menjadi isu sentral dalam penelitian ini adalah pengaruh permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar dan kognitif pada anak usia dini.

B.

Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang berkembang di atas, maka masalah

utama yang diteliti adalah “Bagaimanakah mengembangkan model pembelajaran

permainan modifikasi yang efektif untuk membuat anak senang dan tereksploitasi kemampuan motorik dan kognitifnya?”

Supaya lebih terfokus, maka secara rinci pertanyaan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak usia dini?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan modifikasi terhadap kemampuan kognitif anak usia dini?


(10)

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, maka tujuan pokok penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak usia dini. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari

permainan modifikasi terhadap kemampuan kognitif anak usia dini.

D.

Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi yang berdaya guna secara teoritis, metodologi dan empiris bagi kepentingan Taman Kanak-kanak Labschool UPI dan TK Kartika KPAD dalam bidang pengkajian pengembangan kemampuan motorik kasar dan kemampuan kognitif pada anak usia dini melalui permainan modifikasi.

b. Dapat dijadikan pola dan strategi pembelajaran dalam proses pengembangan kemampuan motorik kasar dan kemampuan kognitif pada anak usia dini.

c. Dapat dijadikan sebuah alternative pembelajaran dalam pengembangan aspek motorik kasar dan kognitif.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi :


(11)

a. Diharapkan dengan penelitian ini, guru dapat menerapkan pembelajaran yang menyenangkan dan efektif bagi anak usia dini. b. Masukan bagi pimpinan sekolah Taman Kanak-kanak Labschool UPI

dan TK Kartika KPAD supaya menjadi pertimbangan tentang pembelajaran permainan modifikasi diterapkan secara integral dalam kurikulum TK.

c. Bagi peneliti selanjutnya sebagai pijakan untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh permainan modifikasi terhadap dimensi kemampuan anak lainnya seperti emosi, sosial, dan kepribadian.

E.

Variabel Penelitian

Penulis dalam penelitian ini mengajukan tiga variabel, yaitu satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Adapun ketiga variabel di atas adalah sebagai berikut :

Variabel bebas (X) yaitu permainan modifikasi

Variabel terikat (�1) yaitu kemampuan motorik kasar anak usia dini Variabel terikat (�2) yaitu kemampuan kognitif anak usia dini Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan 1.1 berikut :

Bagan 1.1 Variabel Penelitian X

Permainan Modifikasi

Y2 Kognitif

Y1 Motorik Kasar


(12)

F.

Definisi Operasional

1. Permainan modifikasi adalah suatu versi khusus dari permainan yang beberapa aturan tertentu telah berubah disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pemainnya, pengalaman-pengalaman khusus para pemain, dan fasilitas dan perlengkapan yang tersedia. Permainan modifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu permainan yang sudah baku tetapi dirubah disesuaikan dengan karakteristik anak usia dini, baik itu dari segi bentuk permainan, peralatan, jumlah pemain, peraturan, dan luas lapangan. Permainan modifikasi yang peneliti aplikasikan adalah permainan basket dan futsal. Permainan basket dimodifikasi yang dimodifikasi yakni tinggi ring, bola, lapangan, jumlah pemain, dan peraturan permainan. Rencana pembelajarannya yaitu dimulai dari melempar bola ke atas dan menangkapnya, memantulkan bola dengan satu atau dua tangan, lempar tangkap bola antar siswa, bermain kucing bola, sampai main basket dengan peraturan yang dimodifikasi. Sedangkan untuk permainan futsal yang dimodifikasi yakni bola, gawang, lapangan, jumlah pemain, dan peraturan permainan. Rencana pembelajarannya dimulai dari men-dribbling bola, mengoper bola dengan temannya, menendang bola ke gawang, bermain kucing bola, sampai bermain futsal dengan peraturan yang dimodifikasi. Skor basket juga dimodifikasi menjadi bernilai satu setiap bola masuk ke dalam ring, supaya anak mudah untuk belajar menjumlahkan.


(13)

Kedua permainan di atas yakni basket dan futsal dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan. Permainan basket tiga kali pertemuan, dan permainan futsal tiga kali pertemuan.

2. Motorik kasar (Samsudin, 2005 : 22) adalah aktivitas yang menggunakan otot-otot besar, meliputi gerak dasar lokomotor, non lokomotor, dan manipulative.

Hasil belajar yang dicapai melalui permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak adalah berupa penguasaan tugas gerak terhadap lari, lompat, lempar, menangkap dan menendang.

Kemampuan motorik kasar yang dimaksud dalam penelitian ini berkaitan erat dengan gerak dasar dalam pedoman observasi dan evaluasi gerak dasar menurut Suherman (2008:4-8) yaitu : (1) Lari yang mempunyai komponen gerak dasar meliputi : gerak tungkai dilihat dari samping, lengan, dan gerak tungkai dilihat dari belakang. (2) lompat yang mempunyai komponen gerak dasar meliputi : lengan, togok, serta tungkai. (3) Lempar yang mempunyai komponen dasar meliputi : lengan, togok, dan tungkai. (4) Menangkap mempunyai komponen gerak dasar meliputi : kepala, lengan, dan tangan. (5) Menendang mempunyai komponen gerak dasar meliputi : lengan, togok, dan tungkai.

3. Kognitif adalah proses untuk mengetahui sesuatu, menyangkut pemprosesan informasi melalui beberapa tahapan penginderaan dengan system syaraf sensoris yang ada dalam tubuh manusia hingga pemebentukan memori jangka panjang. (Webb, 1989 :160). Berkaitan dengan perkembangan


(14)

kognitif (Bambang A. 2010: 22) mengatakan bahwa “menganalisis, membandingkan, mengurutkan, dan mengevaluasi adalah bukti keterlibatan perkembangan kognitif yang perlu dilakukan siswa”. Menurut Piaget (1952) dalam Samsudin (2005: 30) mengatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui suatu proses yang disebut dengan adaptasi. Adaptasi merupakan penyesuaian terhadap tuntutan lingkungan dan intelektual melalui dua hal yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses anak dalam menafsirkan pengalaman barunya yang didasarkan pada interprestasi dunia anak TK. Akomodasi merupakan penyesuain individu dengan pengalaman baru tersebut. Adapun kemampuan kognitif yang akan diobservasi diantaranya :

a. Menyususun gambar yang sudah dipotong menjadi beberapa bagian b. Mencocokkan gambar dengan nama benda

c. Mencocokan lambang bilangan dengan jumlah bendanya d. Penjumlahan dan pengurangan

G.

Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, maka demikian pentingnya pemilihan pendekatan pembelajaran penjas untuk anak usia dini agar sesuai dengan aspek perkembangan anak. Dengan permainan modifikasi, penulis berkeyakinan bahwa pendekatan tersebut sudah sesuai dengan aspek


(15)

perkembangan anak serta dapat merangsang perkembangan motorik kasar dan kognitif.

Berkaitan dengan kemampuan motorik kasar anak usia dini, permainan modifikasi sangat efektif dalam mengembangkan gerak dasar dan memberikan pengalaman gerak lainnya bagi anak. Anak usia 4-6 tahun yang melalui masa

preschool memiliki banyak keuntungan dalam hal fisik motorik bila dilakukan

lewat permainan-permainan atau dengan permainan modifikasi. Dalam Bachrudin M & Chaedar A (2008:37) mengatakan bahwa “permainan yang sesungguhnya belum bisa dilaksanakan pada anak usia dini, sehingga perlu dimodifikasi agar anak dapat bermain sesuai dengan perkembangan kemampuan anak”. Sejalan dengan pernyataan di atas Tinning (1987:16) menyatakan :

With any education innovation there is a good deal of modification of the original ideas as it is implemented at the individual school and classroom level. The original notion of daily physical education as outlined by the south Australian materials has been modified in many ways

Maksudnya dengan pesatnya inovasi pendidikan dewasa ini, sangat memungkinkan kalangan praktisi pendidikan, khususnya pendidikan jasmani untuk melakukan modifikasi. Modifikasi tersebut timbul berdasarkan tuntutan pengembangan untuk memecahkan beberapa masalah yang dijumpai di lapangan seperti kejenuhan anak, kurang tereksploitasinya kemampuan gerak anak, dan karakteristik anak usia dini yang berbeda dengan anak dewasa. Modifikasi tersebut dapat berupa perubahan luas lapangan, alat yang digunakan, peraturan yang digunakan, dan lain-lain.


(16)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa lewat aktivitas permainan anak dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar. Salah satu aplikasi permainan adalah dengan cara permainan modifikasi.

Begitu juga dengan kemampuan kognitif, permainan modifikasi memberikan pengaruh yang signifikan dalam merangsang kemampuan intelektual anak. Pada masa kanak-kanak kemampuan motorik berkembang sejalan dengan perkembangan kemampuan kognitif anak (Piaget :1952). Perkembangan kognitif merupakan sesuatu yang penting dikembangkan sejak masa kanak-kanak (Saputra & Rudiyanto : 2005). Sejalan dengan pendapat para ahli di atas, Samsudin (2005:29) mengungkapkan bahwa “Perkembangan kognitif dan perkembangan motorik secara konstan berinteraksi, perkembangan kognitif lebih kuat bergantung pada kemampuan intelektual proses interaksi”. Terdapat teori dari beberapa para ahli tentang keterkaitan komponen perkembangan motorik dengan aspek perkembangan anak yang lainnya. Menurut Singer (1970) serta Kephart dan Dalcato (1996) dalam Sinulingga, A (2000:15) “bahwa pertumbuhan intelektual dapat dirangsang melalui gerakan-gerakan sederhana, karena koordinasi gerak yang miskin dapat mengakibatkan lambatnya perkembangan intelektual”. Selanjutnya pendapat Frost dan Piaget (1969) dalam Wadsworth (1984) mengatakan „bahwa anak dapat mengekspresikan diri melalui gerakan, dan berpikir melalui gerak tubuh‟. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa permainan modifikasi, motorik kasar, dan kemampuan kognitif saling berkaitan satu sama lainnya. Mengacu pada teori-teori di atas, dapat penulis asumsikan


(17)

bahwa melalui permainan modifikasi maka keterampilan motorik kasar dan kemampuan kognitif anak dapat ditingkatkan.

2. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu permasalahan dalam penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak usia dini.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan modifikasi terhadap kemampuan kognitif anak usia dini.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang sering digunakan orang untuk memecahkan suatu permasalahan penelitian terdiri dari metode historis, deskriptif, dan eksperimen. Dalam penelitian ini metode yang digunakan penulis adalah metode eksperimen, yakni eksperimen kuasi. Pengertian dari eksperimen, menurut Arikunto (1992: 31)

adalah “ Suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir/mengurangi faktor-faktor lain yang bisa mengganggu”. Sedangkan

Sugiyono (1998: 4) berpendapat bahwa “ Eksperimen adalah suatu penelitian

yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain

dalam kondisi yang terkontrol secara ketat”. Dari kedua pendapat di atas dapat

diambil simpulan bahwa metode eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah untuk diperoleh hasil.

Terdapat dua desain penelitian yang termasuk kuasi eksperimen yakni

times-series desaign dan nonequivalent control group desaign (Sugiyono, 2008:

73). Adapun desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent group design (Sugiyono, 2008: 79). Penelitian ini dilakukan pada dua kelas, yaitu (a) kelas eksperimen, dan (b) kelas kontrol. Kedua kelas tersebut diperlakukan berbeda, kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional sedangkan kelas


(19)

Di bawah ini desain penelitian yang digunakan peneliti sebagai berikut :

X

Bagan 3.1

Nonequivalent Control Groups Desaign (Sugiyono, 2008: 79)

Keterangan :

�1 : pretes kelas eksperimen

�2 : pretes kelas kontrol

�3 : postes kelas eksperimen

�4 : postes kelas kontrol

X : permainan modifikasi

B.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di TK Lab UPI dan TK Kartika, Sukasari-Bandung. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 pada kelompok B yakni usia 5-6 tahun. Pemilihan kedua TK di atas berdasarkan :

a. TK Laboratorium UPI dan TK Kartika merupakan sekolah yang sudah lama berdiri dan lokasi keduanya tidak begitu jauh sehingga dapat terjangkau oleh penulis untuk mobilitas.

b. Kedua TK di atas memiliki siswa yang homogen jika dilihat dari status ekonomi yakni dari menengah ke atas.


(20)

c. Taman Kanak-kanak Kartika merupakan sekolah yang memiliki fasilitas dan infrastruktur yang menunjang pelaksanaan penelitian.

d. Lokasi kedua Taman Kanak-kanak strategis dan berdekatan sehingga memungkinkan peneliti untuk mobilitas.

e. Kedua Kepala Sekolah mendukung terlaksananya penelitian. 2. Subjek Penelitian

Penelitian yang dilakukan di Taman Kanak-kanak Lab UPI dan Kartika menggunakan kuasi eksperimen sehingga tidak menggunakan teknik pengambilan sampel tertentu, yakni langsung menetapkan kelas atau sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian. Subjek penelitian melibatkan dua sekolah dan dua kelas dengan jumlah anak sebanyak 40 orang.

C.Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan dengan pembelajaran menggunakan permainan modifikasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kemampuan kognitif anak usia dini. Tahapan yang dilaksanakan mulai dari konsultasi, persiapan, pelaksanaan, dan analisis.


(21)

Adapun tahapan pelaksanaan dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Bagan 3.2 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah-langkah yang telah drencanakan sebelum pelaksanaan dilakukan, adapun tahapannya sebagai berikut :

Uji coba instrumen

Kelas Eksperimen Observasi Awal

Tes Akhir Kelas Kontrol

Tes Awal

Pembelajaran Dengan Metode Konvensional

Pembelajaran Dengan Permainan Modifikasi

Simpulan Analisis Data Identifikasi Masalah


(22)

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini diawali dengan studi literatur terhadap program pembelajaran dan buku-buku pendidikan anak usia dini dalam upaya menganalisis konsep-konsep penting yang akan diajarkan. Selanjutnya menyusun skenario pembelajaran tentang permainan modifikasi terhadap kelas eksperimen yang dikembangkan pada definisi konsep, indikator keterampilan motorik kasar dan kognitif dalam menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, media dan penilaianserta alokasi waktu. Selanjutnya studi pengembangan kemampuan motorik kasar dan kemampuan kognitif untuk menentukan instrumen yang akan dikembangkan melalui lembaran observasi. Instrument yang akan digunakan dalam pretes dan postes yakni untuk melihat kemampuan motorik kasar dan kognitif anak, terlebih dahulu didiskusikan dengan pembimbing sebelum diuji cobakan pada Taman Kanak-kanak Khas Daarut Tauhid Kecamatan Sukasari Kota Bandung, yang karakter siswanya hampir sama dengan karakter siswa yang dijadikan eksperimen.

2. Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini, peneliti mengunjungi Taman Kanak-kanak yang akan dijadikan uji coba instrument dan Taman Kanak-kanak yang digunakan sebagai tempat penelitian untuk meminta izin kepada Kepala Sekolah dengan menyerahkan surat izin penelitian dari SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Selanjutnya mendiskusikan dengan guru kelas yang dijadikan sebagai tempat penelitian dan uji instrument. Hal ini dilakukan supaya guru mengerti tentang


(23)

prosedur kerja yang akan dilakukan dalam penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan prosedur penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, guru kelas eksperimen dan peneliti melaksanakan pembelajaran dengan permainan modifikasi yang sudah dituangkan dalam jadwal kegiatan belajar mengajar seperti yang tercantum dalam tabel di bawah ini :

TABEL 3.1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Jumlah Pertemuan Kegiatan Keterangan

1 2 3 4 5 Satu kali Satu kali Satu kali Empat kali Satu kali Uji instrument

Menerangkan kepada guru tentang permainan modifikasi

dan aplikasinya Pretes

Pelaksanaan pembelajaran dengan permainan modifikasi

Pembelajaran dengan metode konvensional

Postes

TK Khas Daarut Tauhid Bandung

Guru kelas eksperimen

Kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas eksperimen

Kelas kontrol

Kelas eksperimen dan kelas kontrol

4. Tahap Analisis

Setelah selesai pembelajaran dengan permainan modifikasi dan metode konvensional selama enam kali pertemuan, maka diadakan postes terhadap kedua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kontrol. Data yang sudah terkumpul yaitu data dari tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) dianalisis dan diolah secara statistik untuk simpulan hasil penelitian.


(24)

D.Instrument Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengenai kemampuan motorik kasar dan kognitif anak sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan permainan modifikasi yang diterapkan pada kelas eksperimen maupun dengan menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini yakni pedoman observasi dan studi dokumenter.

1. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2008: 145) mengemukakan

bahwa “ observasi merupakan suatu proses yang kompleks, yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis “. Teknik pengumpulan data dengan

observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Pedoman observasi dalam penelitian ini sudah mempunyai kriteria penilaian yang dibuat oleh peneliti. Adapun penilaian yang dibuat adalah skor 1 dan 0 untuk kemampuan motorik dan skor skala 4 untuk kemampuan kognitif, yakni sebagai acuan apakah keterampilan motorik dan keterampilan kognitif anak sudah berkembang atau belum. Hal ini untuk melihat pengaruh permainan modifikasi memberikan suatu pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kognitif anak di Taman Kanak-kanak Kartika KPAD.

Pada saaat observasi, dilaksanakan peneliti dan guru menjadi pengamat (observer) dan memberikan nilai sesuai dengan kriteria penilaian yang telah


(25)

disusun oleh peneliti berdasarkan perilaku yang ditunjukan oleh anak. Secara umum pemberian nilai skor 1 untuk kemampuan motorik jika anak dapat melakukan apa yang diharapkan, sedangkan nilai skor 0 (nol) jika anak tidak dapat melakukan apa yang diharapkan peneliti. Untuk kemampuan kognitif penulis menggunakan skor skala 4 yakni sangat bisa = 4, bisa = 3, tidak bisa = 2, dan sangat tidak bisa = 1. Kriteria penilaian dalam observasi disajikan lebih rinci sesuai dengan perintah yang mewakili satu variabel, maka satu variabel memiliki kriteria tertentu.

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi berupa foto dan administrasi pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh data bersifat administratif dan data-data kegiatan yang terdokumentasikan sebagai bukti adanya kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Kartika KPAD Bandung. Instrument data secara lengkap disajikan dalam tabel di bawah ini :

TABEL 3.2 INSTRUMEN DATA

No Sumber Data Jenis Data Teknik Pulta Instrumen 1 Anak Tes observasi perilaku Observasi

(pretes)

Butir pernyataan observasi untuk

melihat kemampuan motorik kasar dan kognitif anak

2 Anak Pembelajaran dengan menggunakan

permainan modifikasi

Perlakuan Pembelajaran dengan menggunakan

permainan modifikasi 3 Anak Kemampuan motorik

Kasar dan kemampuan kognitif

Observasi (postes)

Butir pernyataan observasi untuk melihat kemampuan motorik kasar dan kognitif anak

4 Guru Rencana pelaksanaan Pembelajaran

Studi dokumenter

Perencanaan pembelajaran


(26)

E.Uji Coba Instrumen

Setelah instrument disusun, maka tahap selanjutnya yaitu melakukan uji coba terhadap instrument tersebut dengan tujuan untuk mengetahui apakah instrument tersebut valid atau tepat terhadap aspek yang akan diukur (Arikunto, 2001: 144). Instrument yang valid adalah yang mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang tidak valid yakni yang validitasnya rendah.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keabsahan atau kesahihan dari sebuah alat ukur atau instrument penelitian. Suatu instrument dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2008: 121). Adapun pendapat lain tentang

instrument yang valid, Akdon (2008: 138) mengatakan “ sebuah instrument

diputuskan dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur jika instrument sudah diuji validitasnya dan hasilnya valid ”.

Pengujian validitas dari suatu instrument terdiri dari pengujian validitas kontruksi (contruct validity), dan pengujian validitas isi (content validity). Untuk menguji validitas konstruksi, maka dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment

experts). Dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang

akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doctor sesuai dengan lingkup yang diteliti (Sugiyono, 2008: 125). Setelah pengujian konstruksi selesai, maka diteruskan dengan uji coba


(27)

instrument, dalam penelitian ini diuji cobakan di Taman Kanak-kanak Khas Daarut Tauhid. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrument. Untuk instrument yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Sugiyono, 2008: 129).

2. Uji Reliabilitas

Sebuah tes dinyatakan reliabel artinya dapat dipercaya apabila hasil tes menunjukkan ketepatan meskipun dilakukan tes berkali-kali. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur atau instrument penelitian dapat dipercaya atau diandalkan dalam kegiatan pengumpulan data. Jika suatu alat ukur penelitian dapat digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dengan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur atau instrument tersebut reliabel (Akdon, 2008: 170).

Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan dengan cara eksternal maupum internal. Secara internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu. Sedangkan secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest

(stability), equivalent, dan gabungan keduanya (Sugiyono, 2008: 130).

F. Teknik Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari lapangan, ditabulasikan dan dipresentasikan dan kemudian dilakukan pengujian yaitu dengan menggunakan uji perbedaan


(28)

(komparatif). Menurut Akdon (2008: 172) mengatakan “ persyaratan analisis terhadap asumsi-asumsi yang harus dilakukan jika menggunakan uji perbedaan

(komparatif) adalah data harus bersifat homogeny dan berdistribusi normal “.

Data yang terkumpul dari hasil pengukuran berdasarkan tes motorik kasar dan tes koordinasi gerak, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik

uji „t‟, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Mencari nilai rata-rata dari setiap kelompok data dengan rumus :

=

Arti tanda-tanda rumus di atas adalah : � = nilai rata-rata yang dicari X = skor mentah

n = jumlah sampel

∑ = jumlah dari

b. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok dengan rumus :

S = �−� ²

�−1

Arti tanda-tanda rumus di atas : S = simpangan baku yang dicari

∑ = jumlah dari

X = nilai data mentah � = nilai rata-rata n = jumlah sampel

c. Rumus uji Validitas dan Reliabilitas

r

i =

� �1.�2 − �1 �2


(29)

r

i = koefisien korelasi yang dicari

Kriteria pengujian instrument adalah sebagai berikut : 0,800 – 1,00 = sangat tinggi

0,600 – 0,800 = tinggi 0,400 – 0,600 = cukup 0,200 – 0,400 = rendah

0,00 – 0,200 = sangat rendah (Arikunto, 2007:75) Uji Reliabilitas (Spearman Brown)

=

1+2.

(Sugiyono, 2008: 131)

� = reliabilitas internal seluruh instrument

= korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

d. Rumus yang digunakan untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan X1, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …, Zn dengan rumus :

� = ��−�

2. Untuk tiap bilangan baku kemudian diubah ke dalam distribusi normal baku, setelah itu dihitung peluang F ( )

3. Hitung selisih F ( ) – S ( ) kemudian tentukan harga mutlaknya

4. Dari harga-harga mutlak tersebut ambil yang nilainya paling besar sebutlah (Lo).

5. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis pada table

Liliefors, dengan taraf nyata α (0,05). Kriterianya adalah tolak hipotesis

nol bahwa populasi berdistribusi tidak normal, jika Lo yang diperoleh lebih besar dari L dari daftar kritis uji Liliefors. Dalam hal lain hipotesis nol diterima. (Sudjana, 1992)


(30)

e. Menguji Homogenitas sampel dengan rumus :

F = �

2( )

�2( � � )

Arti tanda-tanda rumus di atas : F = nilai homogenitas

S² = Varians

Criteria pengujian homogenitas adalah terima Ho jika, F (1-α)(n-1) > F-hitung, tolak Ho dalam hal lain.

f. Uji signifikansi korelasi rumusnya :

„t‟

= �−2

1− 2

Arti tanda-tanda rumus di atas : r = nilai korelasi

„t‟ = nilai „t‟ hitung

g. Uji signifikan perbedaan dua rata-rata satu pihak rumusnya :

t

= � 1−� 2

12 �1+

22 �2

Arti tanda-tanda rumus di atas: � 1 = skor rata-rata kelas eksperimen

� 2 = skor rata-rata kelas kontrol

�12 = varians kelas eksperimen

�22 = varians kelas control

�1 = jumlah sampel kelas eksperimen

�2 = jumlah sampel kelas kontrol

Kriteria penolakan dan penerimaan Ho : - Terima hipotesis jika t ≤ 1−�


(31)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan ulasan hasil temuan tentang pengaruh permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar dan kognitif pada anak usia dini menghasilkan beberapa simpulan.

A.Simpulan

1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak usia dini.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan modifikasi terhadap kemampuan kognitif anak usia dini.

B.Rekomendasi

1. Bagi Guru, mengingat betapa pentingnya aktivitas fisik bagi anak usia dini maka permainan modifikasi dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran penjas di TK.

2. Bagi Kepala Sekolah, oleh karena metode ini belum banyak diaplikasikan maka selaku pimpinan agar mensosialisasikan kepada guru-gurunya. Selain itu Kepala Sekolah dapat mensosialisasikannya dalam forum guru TK se-gugus atau sekecamatan.

3. Bagi peneliti lain, meskipun penelitian ini menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kognitif anak usia dini, disarankan untuk meneliti ulang penelitian ini dengan


(32)

mengembangkan lagi permainan modifikasi terhadap dimensi kemampuan anak lainnya seperti sosial, emosional, dan kepribadian. Selanjutnya, Agar hasil penelitiannya lebih tajam disarankan untuk memulai penelitian di awal semester.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Alit. (2009). Permainan Modifikasi Bola Tangan. [Online]. Tersedia; http://truetorrent.com/search/modifikasi+permainan+olahraga

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi &

Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi

Arikunto. (1988). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Abdul J, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hurlock. (1978). Child Development. Sixth Edition. New York: Mc. Graw Hill, Inc.

Kalpin. (2010). Pengaruh Permainan Modifikasi Terhadap Kemampuan Motorik

Kasar dan Kognitif Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Bandung: Tesis

UPI tidak diterbitkan.

Lutan. (1997). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Dikbud.

Mc Millan&Schumacher. (2001). Research in Education A Conseptual

Introduction. New York: Longman Publishing.

Musthafa & Chaedar. (2008). Dari Literasi Dini ke Literasi Tekhnologi. Jakarta: Crest&NCEEC

Ngasmain&Soepartono. (1997). Modifikasi Olahraga dan Model Pembelajarannya Sebagai Strategi Pembinaan Olahraga Usia Dini Bernuansa Pendidikan. Makalah dalam Konferensi Nasional Penjas dan

Olahraga. Bandung: IKIP Bandung.

Papalia, Old, and Feldman. (2004). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika


(34)

Ruswan, A. (2008). Pengaruh Permainan Kecil Menggunakan Alat dan Tanpa

Alat Terhadap Kemampuan Gerak Siswa SD. Bandung: Desertasi UPI

tidak diterbitkan.

Sabo, Erne. (2004). Relationship Between Motor Abilities and Readness In

Preschool Children.[Online]. Tersedia;

http://business.highbeam.com/425075/article-1G1-160639398.

Samsudin. (2005). Pengembangan Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.

Sinulingga, A. (2000). Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran

Konvensional dan Terpadu terhadap Peningkatan Keterampilan Gerak Dasar dan Kemampuan Kognitif Siswa Sekolah Dasar. Bandung: Tesis

UPI tidak diterbitkan.

Solehuddin, M. (2004). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: FIP UPI Solehuddin&Ihat. (2007). Ilmu dan Apilkasi Pendidikan (PAUD). Bandung :

Pedagogiana Press.

Sugiyono. (2002). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. (2008). Pedoman Observasi dan Evaluasi Gerak Dasar. Bandung: FPOK UPI

Sujiono, B. (2008). Metode Perkembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Suratno. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Syaefudin Sa’ud, U. (2007). Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar.

Bandung: SPs UPI.

Syaodih, E & Agustin, M. (2008). Bimbingan Konseling untuk Pendidikan Anak

Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas.

Tinning. R. et.all. (1987). Becoming A Physical Education Teacher. Melbourne: Prentice Hall.


(35)

Yudha M Saputra & Rudiyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif Untuk

Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas.

Yuliani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks Yusuf. (2000). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Rosdakarya Webb. (1989). The Emerging Child Development Through Age Twelve. New

York: Mc Millan Pub

Zervas dan Stambulavo. (1999). Physical Activity and Cognitive Functioning,


(1)

e. Menguji Homogenitas sampel dengan rumus :

F = �

2( ) �2( � � )

Arti tanda-tanda rumus di atas : F = nilai homogenitas

S² = Varians

Criteria pengujian homogenitas adalah terima Ho jika, F (1-α)(n-1) > F-hitung, tolak Ho dalam hal lain.

f. Uji signifikansi korelasi rumusnya :

„t‟

= �−2

1− 2

Arti tanda-tanda rumus di atas : r = nilai korelasi

„t‟ = nilai „t‟ hitung

g. Uji signifikan perbedaan dua rata-rata satu pihak rumusnya :

t

= � 1−� 2 �12 �1+

22 �2

Arti tanda-tanda rumus di atas: � 1 = skor rata-rata kelas eksperimen � 2 = skor rata-rata kelas kontrol �12 = varians kelas eksperimen �22 = varians kelas control

�1 = jumlah sampel kelas eksperimen �2 = jumlah sampel kelas kontrol Kriteria penolakan dan penerimaan Ho :

- Terima hipotesis jika t ≤ 1−� - Tolak hipotesis jika t ≥ 1−�


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan ulasan hasil temuan tentang pengaruh permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar dan kognitif pada anak usia dini menghasilkan beberapa simpulan.

A.Simpulan

1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak usia dini.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari permainan modifikasi terhadap kemampuan kognitif anak usia dini.

B.Rekomendasi

1. Bagi Guru, mengingat betapa pentingnya aktivitas fisik bagi anak usia dini maka permainan modifikasi dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran penjas di TK.

2. Bagi Kepala Sekolah, oleh karena metode ini belum banyak diaplikasikan maka selaku pimpinan agar mensosialisasikan kepada guru-gurunya. Selain itu Kepala Sekolah dapat mensosialisasikannya dalam forum guru TK se-gugus atau sekecamatan.

3. Bagi peneliti lain, meskipun penelitian ini menunjukkan hasil yang cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar dan kognitif anak usia dini, disarankan untuk meneliti ulang penelitian ini dengan


(3)

mengembangkan lagi permainan modifikasi terhadap dimensi kemampuan anak lainnya seperti sosial, emosional, dan kepribadian. Selanjutnya, Agar hasil penelitiannya lebih tajam disarankan untuk memulai penelitian di awal semester.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alit. (2009). Permainan Modifikasi Bola Tangan. [Online]. Tersedia; http://truetorrent.com/search/modifikasi+permainan+olahraga

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi &

Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi

Arikunto. (1988). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Abdul J, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hurlock. (1978). Child Development. Sixth Edition. New York: Mc. Graw Hill, Inc.

Kalpin. (2010). Pengaruh Permainan Modifikasi Terhadap Kemampuan Motorik

Kasar dan Kognitif Pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Bandung: Tesis

UPI tidak diterbitkan.

Lutan. (1997). Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Dikbud.

Mc Millan&Schumacher. (2001). Research in Education A Conseptual

Introduction. New York: Longman Publishing.

Musthafa & Chaedar. (2008). Dari Literasi Dini ke Literasi Tekhnologi. Jakarta: Crest&NCEEC

Ngasmain&Soepartono. (1997). Modifikasi Olahraga dan Model Pembelajarannya Sebagai Strategi Pembinaan Olahraga Usia Dini Bernuansa Pendidikan. Makalah dalam Konferensi Nasional Penjas dan

Olahraga. Bandung: IKIP Bandung.

Papalia, Old, and Feldman. (2004). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika


(5)

Ruswan, A. (2008). Pengaruh Permainan Kecil Menggunakan Alat dan Tanpa

Alat Terhadap Kemampuan Gerak Siswa SD. Bandung: Desertasi UPI

tidak diterbitkan.

Sabo, Erne. (2004). Relationship Between Motor Abilities and Readness In

Preschool Children.[Online]. Tersedia;

http://business.highbeam.com/425075/article-1G1-160639398.

Samsudin. (2005). Pengembangan Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.

Sinulingga, A. (2000). Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran

Konvensional dan Terpadu terhadap Peningkatan Keterampilan Gerak Dasar dan Kemampuan Kognitif Siswa Sekolah Dasar. Bandung: Tesis

UPI tidak diterbitkan.

Solehuddin, M. (2004). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: FIP UPI Solehuddin&Ihat. (2007). Ilmu dan Apilkasi Pendidikan (PAUD). Bandung :

Pedagogiana Press.

Sugiyono. (2002). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. (2008). Pedoman Observasi dan Evaluasi Gerak Dasar. Bandung: FPOK UPI

Sujiono, B. (2008). Metode Perkembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Suratno. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Syaefudin Sa’ud, U. (2007). Modul Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar.

Bandung: SPs UPI.

Syaodih, E & Agustin, M. (2008). Bimbingan Konseling untuk Pendidikan Anak

Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas.

Tinning. R. et.all. (1987). Becoming A Physical Education Teacher. Melbourne: Prentice Hall.


(6)

Yudha M Saputra & Rudiyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif Untuk

Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas.

Yuliani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks Yusuf. (2000). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Rosdakarya Webb. (1989). The Emerging Child Development Through Age Twelve. New

York: Mc Millan Pub

Zervas dan Stambulavo. (1999). Physical Activity and Cognitive Functioning,