UPAYA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) DALAM PEMBERDAYAAN PETANI BUNGADI DESA CIHIDEUNG KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman Pernyataan Halaman Pengesahan Abstraksi

Kata Pengantar i

Ucapan Terima Kasih iii

Daftar Isi iv

Daftar Bagan vii

Daftar Tabel viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……….……… 10

C. Perumusan Masalah ……….. 11

D. Definisi Operasional ……… 11

E. Tujuan Penelitian ………. 14

F. Kegunaan Penelitian ……….……… 14

G. Kerangka Pemikiran ... 15

H. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah (PLS) …....…………... 18

1. Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education) ….……… 19

2. Pendidikan Sepanjang Hayat (Life Long Education). …….… 29

3. Karakteristik Pendidikan Sepanjang Hayat ……….… 32

B. Implementasi Pendidikan Sepanjang Hayat ... 34

1. Keadilan ………. ….………….… 34

2. Pertimbangan Ekonomi ………..… 35


(2)

4. Peranan Sosial Yang Berubah ………. 39

5. Perubahan Teknologi ………. 40

6. Faktor-faktor Vocational ………. 41

7. Kebutuhan Orang Dewasa ………. ... 43

8. Kebutuhan Awal Anak-anak ……….. 44

C. Peranan Pemberdayaan ……… 46

D. Proses Pembelajaran Melalui Magang ….……… 51

E. Metode Pembelajaran Partisifatif dalam PLS. ………..… 61

F. Model Pembelajaran Ekonomi Keluarga (Empowering Model Economic Family) ……… 68 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ……… 91

B. Teknik Pengumpulan Data ………. 94

C. Subjek Penelitian……… 100

D. Tahap Kegiatan Penelitian……….. 101

E. Pengolahan dan Analisis Data……… 103

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ……… 105

B. Sejarah Pertanian Bunga Di Desa Cihideung ……… 109

C. Asosiasi Petani Pedagang Tanaman Hias Cihideung (APPTHC) 112 D. Program Penyuluhan Pertanian Kec. Parongpong ... 117

E. Sistem Budidaya Tanaman Hias ... 119

F. Deskripsi Hasil Wawancara ……… . 125

a. Kepala Desa Cihideung ... 125

b. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) ... 127

c. Koperasi Petani Bunga ... 129

d. Kelompok Tani ... 130


(3)

F. Temuan Hasil Lapangan ……….. 134

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 136 B. Rekomendasi ……… 137 Daftar Pustaka


(4)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Sistem Pendidikan Nasional ……….. 2 Bagan 2 Keterkaitan Antara Kedua Sistem Pendidikan ... 5 Bagan 3 Hubungan Antara Sikap dengan Faktor Lain ... 28 Bagan 4 Sistem Proses Pemberdayaan Petani Bunga ...

51 Bagan 5 Paradigma Proses Keputusan Inovasi ... 57


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Proses Fasilitasi Perumusan Cita-cita 70 Tabel 2 Proses Fasilitasi Pengembangan Motivasi 72 Tabel 3 Proses Fasilitasi Pengenalan Kebiasaan, Bakat Dan Minat 74

Tabel 4 Proses Fasilitasi Belajar Usaha 76

Tabel 5 Proses Fasilitasi Pengembangan Motivasi Berprestasi 78 Tabel 6 Proses Faslilitasi Pengembangan Kreativitas 80 Tabel 7 Proses Fasilitasi Pengembangan Komunikasi 82 Tabel 8 Proses Fasilitasi Dalam Pengembangan Waktu 85 Tabel 9 Proses Fasilitasi Evaluasi Kegiatan Belajar 87 Tabel 10 Proses Fasilitasi Peningkatan Prestasi Kegiatan Belajar 90

Tabel 11 Komposisi Penduduk Menurut Umur 107

Tabel 12 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian 108 Tabel 13 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian 109

Tabel 14 Identifikasi Masalah 118


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional disegala bidang ditujukan untuk mengantarkan masyarakat Indonesia ke arah keadilan dan kemakmuran, sejahtera di bidang material maupun sepiritual memerlukan kerjasama diberbagai sektor dan memerlukan kerjasama dari semua lapisan masyarakat. Pembangunan bukan saja tugas masyarakat, melainkan tugas bersama antara pemerintah dengan masyarakat. Jadi masyarakat bukan saja sebagai objek dalam pembangunan, akan teapi sebagai subjek dalam pembangunan. Oleh karena itu dalam pembagunan, peningkatan sumber daya manusia (SDM) merupakan titik sentral untuk mencapai tujuan pembangunan. Kondisi sumber daya alam yang melimpah tidak akan ada artinya tanpa ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang tangguh. Seperti dikatakan dalam pepatah ”bagaikan tikus kelaparan pada tumbukan padi atau bagaikan ikan kehausan di dalam air”. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Nursid Sumaatmadja (1988;38) menjelaskan bahwa landasan pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang seimbang antara fisik material dengan mental sepiritual. Pembangunan masyarakat/manusia sangat penting untuk menentukan keberhasilan dalam pembagunan.

Salah satu aspek pembangunan yang dapat menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah pembangunan melalui pendidikan karena dengan pendidikan, manusia dapat menguasai ilmu pengetahuan dan


(7)

teknologi (IPTEK) yang dapat menjanjikan kesejahteraan pada masa depan. Oleh karena itu, antara sistem pendidikan dengan pembangunan nasional mempunyai keterkaitan yang erat. Keterkaitan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Bagan 1

Sistem Pendidikan Nasional

Sumber : Nursid Sumaatmadja, 1988

Secara geografis, masyarakat Indonesia pada umumnya masih bertempat tinggal di daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan yang rendah dan bersumber pada mata pencaharian pertanian. Mereka pada umumnya berpendidikan Sekolah Dasar (SD) bahkan tidak tamat SD. Pengetahuan pada umumnya berpendidikan Sekolah Dasar (SD) bahkan tidak tamat SD. Pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki hanya dalam bidang bertani dan itupun masih dalam bentuk sederhana sekali (tradisonal). Hal ini terbukti dari sistem bertaninya yang bersifat subsistem.

Untuk mengatasi keterbelakangan mereka, maka perlu diadakannya usaha pemberdayaan agar sistem bertaninya meningkat dan produksi

Keterangan :

1. Sistem Pendidikan Nasional 2. Sistem Ideologi Nasional 3. Sistem Politik Nasional 4. Sistem Ekonomi Nasional 5. Sistem Budaya Nasional 6. Sistem Bahasa Nasional 7. Sistem Hukum Nasional 8. Sistem Teknologi Nasional

1

2

3

4

5

6

7


(8)

pertaniannya bertambah, baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Dengan pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan meningkat, sehingga mereka dapat berdiri di atas kakinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Seperti apa yang dikatakan dalam pepatah ”lebih baik diberi kail dari pada diberi ikan”

Pendidikan yang cocok bagi mereka adalah melalui Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dengan metode pendekatannya melalui pendidikan orang dewasa (Adult Eduction). Seperti dikatakan oleh Djudju Sudjana (1991:45) mengatakan bahwa:

Pendidikan orang dewasa diperuntukan bagi orang-orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya, agar mereka dapat mengembangkan kmampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik dan prestasi yang telah dimilikinya, memperoleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan perilakunya. Tujuannya agar orang dewasa dapat mengembangkan pribadi secara optimal dan berpartisipasi secara seimbang dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya yang terus menerus berkembang. The theory andragogy as combines elements from humanits psychology with a systems approach to learning. Andragogy describes as the art and science of helping adult to learn. Like the humanists, the believes that the greatest learning takes place when teaching method and techniques involves the individual most deeply in self directed inquiry. The underlying assumption in andragogy is that learner has a deep psychological perceived by others as being self directing. There for teachers should not impose their will or their view on adult learners; rather, suppressing the compulsion to teach. They should place responsibility for learning the hands of the adult themselves. Knowles (dalam Lyra Srinivasan 1977:13-14)

Artinya andragogi merupakan pengembangan kombinasi unsur-unsur dari fisikologi manusia dalam pendekatan cara belajar. Andragogi mendeskripsikan ilmu dan seni yang membantu orang dewasa untuk belajar. Keinginan individu untuk belajar, kapan metode belajar digunakan dan meliputi sebagaian besar individu yang rendah cara berpikirnya.


(9)

Sumber belajar berfungsi hanya memberikan bimbingan dan pandangan untuk belajar orang dewasa. Jadi andragogi banyak memfokuskan orang dewasa untuk belajar sendiri dan sumber belajar hanya berfungsi sebagai fasilitator saja. Pendidikan orang dewasa di Indonesia dipandang penting untuk dikembangkan, karena ada sekitar enam juta jiwa bahkan dalam kondisi yang terpuruk dan saat ini akan terus bertambah penduduk yang tidak mengenyam pendidikan Sekolah Dasar. Mereka pada umumya adalah penduduk yang bertempat tinggal di pedesaan yang secara fisik sulit dijangkau oleh unsur pembaharuan baru. Disamping itu, Indonesia baru memiliki 3 % yang sudah memiliki perguruan tinggi. Seperti yang dikatakan oleh Maman P. Rukmana dalam berita Televisi mengatakan bahwa :

Di Indonesia masih banyak pendidikan tinggi (Peguruan Tinggi Swasta) yang tidak memiliki S2 dan profesor dan pada masa mendatang perguruan tinggi tersebut harus diadakan marger, sebab akan tergilas oleh sistem pendidikan luar negeri yang lebih baik. Indonesia akan mengahadapi globalisasi negara maju pada tahun 2000 mendatang dan Indonesia sendiri akan terjadi globalisasi pada tahun 2010, untuk menghadapi hal tersebut maka harus dipersiapkan kualitas sumber daya manusia yang tangguh.

Sistem Pendidikan Nasional terdiri dari dua subsistem Pendidikan Luar Sekolah (PLS), kedua subsistem tersebut mempunyai kedudukan yang sama dan mempunyai keterkaitan serta saling menopang antara satu dengan hal lainnya, seperti terlihat pada gambar berikut :


(10)

Bagan 2

Keterkaitan Antara Kedua Sistem Pendidikan

Sumber : Sutaryat Trisnamansyah,1992

Jalur Subsistem Pendidikan Luar Sekolah merupakan jalur pendidikan yang paling tua dan sudah ada sebelum jalur pendidikan persekolahan. Pada waktu sebelum kemerdekaan, Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dikatakan sebagai pendidikan nonformal dan pendidikan informal atau disebut juga pendidikan kemasyarakatan. Sutaryat Trisnamansyah (1992;2) mengatakan bahwa:

Pendidikan Luar Sekolah dalam bentuk aslinya (indigenous) telah ada sebelum kemerdekaan negara-negara berkembang. Kegiatan-kegiatannya berupa pelestarian dan pewarisan budaya secara turun temurun. Kegiatan tersebut merentang dari tingkat yang paling sederhana (individu ke individu) sampai ketingkat yang paling kompleks (upacara tradisional atau upacara adat dalam jumlah besar).

SISTEM

PENDIDIKAN NASIONAL SUBSITEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SUBSITEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PROGRAM PENDIDIKAN NON FORMAL PROGRAM PENDIDIKAN FORMAL PROGRAM PENDIDIKAN INFORMAL DI LINGKUNGAN MASYARAKAT/ LEMBAGA SUBSITEM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DI LINGKUNGAN KELUARGA

TRI PUSAT

KONDISI PENDIDIKAN


(11)

Pernyataan di tesebut, mengandung arti bahwa Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan induk dari sistem pendidikan Nasional, hanya saja pada waktu dulu belum terlembagakan dan belum disadari oleh masyarakat merupakan pendidikan. Pendidikan Luar Sekolah mencapai bentuk aslinya dan merupakan dalam Undang-undang RI nomor 2 tahun 1989.

Sedangkan definisi Pendidikan Luar Sekolah menurut Philips Coombs (1973:11) mengatakan bahwa:

Pendidikan Luar Sekolah adalah setiap kegiatan yang terorganisasikan di luar sistem sekolah yang mapan, apakah dilakukan secara terpisah atau sebagian-sebagian penting dari kegiatan yang luas dilakukan secara sengaja untuk melayani anak didik tertentu untuk mencapai tujuan belajar

.

Definisi di atas mengandung pengertian tentang apa misinya, siapa sponsornya, bagaimana anak didiknya (warga belajar), lokasi pendidikan yang terorganisir di luar sekolah, baik kegiatan yang kecil dan terpisah dari kegiatan-kegiatan lain atau merupakan bagian dari kegiatan yang lebih besar. Contoh kegiatan-kegiatan kursus yang dilakukan oleh masyarakat seperti kursus menjahit, montir dan lain sebagainya. Disamping itu mencangkup berbagai kelompok belajar (kejar) seperti kejar usaha, kejar PDMP, penyuluhan pertanian yang diselenggarakan kelompok tani.

Berkenaan dengan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dalam pembangunan Nasional, maka Pendidikan Luar Sekolah mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam peningkatan sumber daya manusia yang percaya diri dengan dibarengi pengetahuan dan keterampilan yang sangat tinggi, sehingga masyarakat bukan saja menjadi penerima pembangunan akan tetapi menjadi pelaksana pembangunan. Pendidikan luar sekolah dapat


(12)

dikatakan sebagai pendidikan alternatif yaitu apabila tidak tersentuh oleh pendidikan sekolah. Disamping itu dapat dikatakan sebagai pendidikan lanjutan dalam arti pendidikan sekolah yang hanya penggalian pengetahuan (bersifat teoritis) dan pendidikan luar sekolah dikembangkan pendidikan yang aplikatif, sehingga dapat mengimplementasikan ilmu baik bagi kesejahteraan pribumi maupun bagi masyarakat luas pada umumnya.

Sutaryat Trisnamansyah (1992) menjelaskan bahwa gerakan pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang telah melibatkan pembangunan di daerah pedesaan yang ditekankan untuk meningkatkan kualitas hidup warga masyarakat pedesaaan.

Pembangunan masyarakat pedesaan diintegrasikan dengan mobiolisasi sumber daya manusia dengan dua hal penekanan yakni ; (1) perbaikan kondisi ekonomi, dan (2) pengintegrasian masyarakat pedesaan dalam kehidupan berbangsa. Menyinggung pendidikan luar sekolah dalam pembangunan pedesaan, sangat cocok dan tepat. Hal ini mengingat masyarakat pedesaan pada umumnya tingkat pendidikannya rendah. Melalui pendidikan luar sekolah, maka tingkat pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki dapat dikembangkan dan ditingkatkan lagi. Misalnya dalam bidang pertanian dapat dilakukan melalui berbagai macam penyuluhan yang dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Demonstrasi Plot (DEMPLOT) dan dapat melalui kegiatan magang. Pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai mediator yaitu sebagai metode bagaimana caranya penyampaian ilmu pertanian dapat dimengerti dan dipahami oleh petani.


(13)

Jadi antara penyuluh pertanian dengan pendidikan luar sekolah dapat bekerja sama dalam proses. Penyuluh pertanian memiliki ilmu bertani dan pendidikan luar sekolah memiliki metode dan teknik penyampaian materi. Salah satu jenis yang mendapat perhatian masyarakat kota adalah pertanian yang bergerak di bidang Holtikultura berupa pertanian bunga-bungaan.

Bunga bagi masyarakat perkotaan salah satu kebutuhan merupakan salah satu kebutuhan penting yang terintegrasi dalam sehari-hari. Bunga dapat dipakai sebagai dekorasi ruangan tamu, upacara perkawinan. Disamping itu bunga khususnya bunga siap tanam, dapat dipakai sebagai pembuatan taman dihalaman rumah mewah, oleh karena itu pertanian tanaman bunga mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan dan yang terpenting bagaimana cara memperdayakan sumber daya manusianya (para petani), agar kesejahteraannya dapat meningkat dan kualitas bunga yang dihasilkannya baik.

Kota Bandung adalah salah satu kota yang mempunyai pertanian bunga dan tidak heran sejak jaman kota Bandung dijuluki sebagai kota bunga atau kota kembang. Hal ini memungkinkan karena secara klimatologis Kota Bandung merupakan kota yang memiliki iklim yang sejuk. Menurut Haryanto Kunto (1983) mengatakan bahwa potensi alamiah yang menjadi akses bagi Kota Bandung adalah keindahan tanamannya, serta teduh rindangnya aneka macam pepohonan dan semerbak bunganya.

Sedangkan Ateng Wahyudi (1983) mengatakan bahwa Kota Bandung BERHIBER yang mengandung arti Kota Bandung Bersih, Hijau dan Berbunga. Pengembangan pertanian bunga ini di Kota Bandung dipusatkan di


(14)

daerah Bandung Utara, tepatnya di daerah Desa Cihideung Kecamatan Parompong. Oleh karena itu daerahnya dinamakan daerah wisata bunga yang mengandung arti pertanian bunga di Desa Cihideung sudah dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat luas bahkan sampai manca negara. Disamping itu pertanian bunga di Desa Cihideung sudah menjadi objek wisata.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh data bahwa masyarakat yang ada di Desa Cihideung sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani bunga. Petani bunga yang ada di Desa Cihideung terus mengalami perkembangan secara kuantitatif dari tahun ketahunnya. Hal ini terbukti bahwa masyarakat yang bermata pencaharian pada bidang pertanian bunga pada awalnya hanya berjumlah 200 orang (sejak tahun 1950) dan kini tahun 1998 jumlahnya mencapai 2000 orang lebih. Jadi dapat dikatakan masyarakat yang melakukan pertanian bunga di Desa Cihideung bagaikan jamur yang tumbuh di musim hujan.

Akan tetapi apabila dilihat secara kualitas perkembangannya sangat lambat dan metode bertani yang digunakannya relatif homogen. Mereka melakukan bunga tanpa diimbangi oleh pengetahuan dan keterampilan tinggi, sehingga baik kualitas bunga yang dihasilkannya maupun tingkat kesejahteraan mereka tidak begitu banyak mengalami perkembangan yang berarti, oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk menelitinya, khususnya dari sudut pandang dari luar sekolah (PLS) dan bagaimana cara memberdayakannya serta tingkat kesejahteraan mengalami peningkatan.

Penulis mengelompokkan petani bunga ke dalam dua kelompok yaitu : petani bunga yang maju, dan petani bunga yang berada pada tahap kurang


(15)

maju (tradisional). Dalam pengelompokan tersebut, penulis menggunakan indikator-indikator sebagai berikut : peralatan pertanian yang digunakan, metode dan teknik, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki (formal dan no formal), jenis bunga yang dibudidayakan dan sistem pemasaran yang digunakan. Dari ketiga kelompok tersebut, petani bunga yang ada di Desa Cihideung pada umumnya masih berada pada tahap petani bunga yang kurang maju hampir 60%.

Petani bunga di Desa Cihideung tumbuh secara alamiah dan sampai saat ini kurang ada sentuhan pihak-pihak yang terkait seperti para penyuluh pertanian dan koperasi secara tentatif untuk memberdayakannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan para tokoh masyarakat, memang pernah ada usaha dari pihak Dinas Pertanian dan Koperasi untuk memperdayakannya, akan tetapi selalu mengalami kegagalan. Oleh karena itu penting sekali adanya sentuhan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dengan para sumber belajar. PLS memberikan berbagai macam metode dan teknik belajar yang cocok dalam memperdayakan petani bunga.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dihadapi oleh petani tanaman bunga diantaranya kualitas bunga yang dihasilkan masih rendah, sehingga nilai produksi tidak mengalami kenaikan cukup berarti. Persoalan yang paling mendasar dari rendahnya kualitas bunga yang dihasilkan sumber daya manusianya (SDM) dalam hal ini para petani bunga. Keterampilan bertani yang mereka miliki pada umumnya bersumber dari secara informal, yaitu dari warisan orang tua, sebagai buruh, obrolan antar teman dan usaha kompensasi (alih fungsi mata


(16)

pencahariaan). Permasalahan rendahnya keterampilan bertani bunga dialami oleh masyarakat petani bunga yang ada di desa Cihideung kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Pertanian bunga di desa Cihideung merupakan sumber mata pencaharian utama dan dilakukan oleh masyarakat cukup lama, yaitu sejak pemerintahan kolonial Belanda.

Upaya peningkatan kualitas sumber daya para petani bunga (peningkatan keterampilan) terus dilakukan oleh instansi terkait, baik melalui program-program penyuluhan, pelatihan, maupun seminar. Namun upaya tersebut belum menampakan hasil yang cukup berarti.

Mengamati kondisi masyarakat petani bunga yang ada di Desa Cihideung dan upaya-upaya penyuluhan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menarik untuk dikaji dan ditelaah. Penelitian ini menjadi penting untuk mengnungkap aspek-aspek yang terdapat dalam rumusan masalah, sehingga proses penyuluhan dapat diketahui hasilnya dan tingkat kesejahteraan petani meningkat.

C. Perumusan Masalah

1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh PPL dalam pemberdayaan petani bunga untuk meningkatkan keterampilan bertani para petani bunga ?

2. Bagaimana keterampilan bertani yang dimiliki petani bunga dalam menanam bunga setelah mendapatkan bimbingan dari PPL ?

D. Definisi Operasional

Untuk menghilangkan salah penafsiran mengenai permasalahan yang sedang diteliti, maka penulis merasa perlu mendefinisikan permasalahan ini secara operasional sebagai berikut :


(17)

1. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

Secara umum yang dimaksud dengan PPL adalah orang yang punya kualifikasi ilmu pertanian setingkat SMA yang ditugaskan oleh Dinas Pertanian untuk mengadakan bimbingan dan penyuluhan kepada para petani. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan PPL adalah orang yang mengadakan bimbingan penyuluhan dalam bidang pertanian bunga di Desa Cihideung dalam rangka pemberdayaan petani untuk meningkatkan keterampilan bertani bunga.

2. Pemberdayaan (Empowering Process)

Menurut Suzanne Kinderwater (1978 : 13) di dalam bukunya yang berjudul “Nonformal Education as an Empowering Process” yang dimaksud dengan Empowering Process adalah : People gaining in understanding of and control over social, economic, dan political forces in order to improve their standing in society. Artinya kemampuan seseorang atau kemampuan politiknya yang sangat diperlukan dalam rangka memperbaiki kedudukan di masyarakat, ini berarti pemberdayaan/empowering selalu berkenaan dengan bagaimana kemampuan seseorang atau kelompok untuk berdiri-sendiri dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah setiap usaha pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertani bunga di Desa Cihideung.


(18)

3. Petani

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1983 : 748) petani artinya tani. Dalam hal ini petani dapat diartikan manusia/orang baik sebagai individu maupun kelompok yang bersumber mata pencaharian dengan mengadakan pembudidayaan sumber-sumber alam berupa tanaman, ikan dan ternak. Jadi yang dimaksud dengan petani itu orangnya sebagai subjek dan yang dibudidayakannya tidak hanya berupa tanaman. Akan tetapi di dalamnya termasuk juga ikan dan ternak. Petani dalam penelitian ini adalah petani yang bergerak dalam tanaman bunga di Desa Cihideung.

4. Tanaman Bunga

Secara umum yang dimaksud dengan tanaman bunga adalah salah satu jenis vegetasi yang dibudidayakan guna diambil bunganya untuk berbagai kebutuhan seperti hiasan ruangan, upacara perkawinan, pemakaman dan sebagainya, dan juga ditanam baik dalam pot maupun ditanam di halaman rumah untuk mempercantik rumah. Dalam pertanian, tanaman bunga ini termasuk kedalam kelompok pertanian hortikultura disamping tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan. Tanaman bunga ini sekarang banyak diminati terutama oleh masyarakat kota yang digunakan sebagai hiasan atau koleksi hobi. Seperti halnya di daerah penelitian yaitu Desa Cihideung tepatnya jalan wisata bunga khususnya pada libur seperti hari Minggu banyak yang membeli bunga sambil wisata seperti Jakarta, Tanggerang, dan bahkan banyak dari luar Propinsi seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.


(19)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini didasarkan atas beberapa tujuan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data aktual tentang pemberdayaan petani bunga yang dilakukan oleh PPL di Desa Cihideung. Dengan tercapainya tujuan ini diharapkan dapat menambah wawasasn dan memperkaya teori dan konsep, khususnya dalam pembinaan petani melalui program penyuluhan, dan kegiatan pendidikan luar sekolah. 2. Tujuan Khusus

a. untuk mengetahui metode bimbingan yang dikembangkan oleh PPL dalam meningkatkan keterampilan Bertani para petani Bunga.

b. Untuk mengetahui keterampilan bertani para petani bunga setelah mendapat bimbingan dari PPL.

F. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan temuan yang penulis dapatkan di lapangan, penelitian ini dapat berguna untuk memberikan masukan yang berharga bagi Pendidikan Luar Sekolah, khususnya dalam pemberdayaan masyarakat melalui metode penyuluhan di lapangan. Kegunaan penelitian ini secara rinci sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data informasi yang akurat hasil kajian lapangan dalam Pendidikan Luar Sekolah, khususnya tentang penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat petani


(20)

b. Mengembangkan teori dan konsep Pendidikan Luar Sekolah, kshususnya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat petani.

c. Sebagai masukan pemikiran yang dapat mendukung hasil penelitian tentang Pendidikan Luar Sekolah dalam konteks yang berbeda.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian diharapkan bagi :

a. petani tanaman bunga, Aparat Desa, Kecamatan dan tingkat Kabupaten dalam penentuan langkah kebijakan khususnya dalam program pemberdayaan petani

b. sebagai masukan khsususnya PPL dalam peningkatan keterampilan petani bunga di Desa Cihideung, agar mencapai hasil yang optimal dan tepat guna.

G. Kerangka Pemikiran

Pertanian merupakan salah satu kegiatan perekonomian masyarakat yang bersifat ekstratif, yaitu kegiatan yang langsung berhubungan dengan alam. Kegiatan pertanian di Indonesia merupakan kegiatan yang paling utama karena hampir 80% penduduk Indonesia bertempat tinggal di pedesaan. Pertanian di Indonesia pada umumnya bersifat subsistence yaitu tujuan akhir produksi masih ditujukan untuk mememnuhi kebutuhan sendiri. Permasalahan yang dihadapi oleh petani di Indonesia secara fisik yaitu : makin menyempitnya area pertanian karena terjadi alih fungsi lahan menjadi perumahan dan kegiatan ekonomi lainnya. Disamping itu kondisi cuaca yang tidak menentu akibat polusi sudah diatas ambang batas. Secara sosial masih


(21)

rendahnya tingkat pengetahuan petani yang dapat memberikan dampak terhadap peningatan produksi.

Di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, tempat penulis mengadakan penelitian, penyempitan area pertanian setiap tahunnya sangat signifikan. Banyak area pertanian yang prodiktif berubah menjadi rimba beton, yaitu perumahan elite.

Salah satu pertanian di Desa Cihideung yang dikembangkan yaitu pertanian tanaman bunga yang menjadi interland bagi kota Bandung. Persoalan yang dihadapi oleh masyarakat petani bunga di samping area pertanian adalah rendahnya keterampialan bertani bunga. Keterampialan bertani pada umumnya masih bersifat alamiah yaitu warisan keluarga. Kegiatan penyuluhan yang dikembangkan oleh PPL dalam pemberdayaan merupakan pupuk dan air penyejuk bagi para petani bunga unntk dimanfaatkan secara optimal potensi keterampilan yang dimiliki. Disamping itu dengan penyuluhan dapat menenukan inovasi baru yang dapat memperkaya keterampilan yang dimiliki. Program penyuluhan yang dilakukan oleh PPL mengacu pada konsep androgogi yaitu pembelajaran bagi orang dewasa (adult education).

Proses pembelajaran bagi orang, bukan berarti digurui seperti dalam tingkat pendidikan persekolahan. Akan tetapi dibimbing dalam arti mereka lebih banyak diarahkan. Menurut D. Sudjana (1993:20) mengemukakan pembelajaran orang dewasa terdiri dari tiga alur (1) perencanaan program, (2) pelaksanaan program, (3) evaluasi program. Selanjutnya menuurut Everett M. Rogers (1971:10) bahwa proses penyebaran inovasi sangat penting dalam


(22)

program pemberdayaan yang harus mencakup empat unsur, yaitu : (1) The Invator yaitu orang yang menularkan inovasi, (2) Comunication Chanel yaitu saluran komunikasi, (3) Time yaitu waktu yang tepat untuk menularkan inovasi dan (4) Asociasistem yaitu sistem sosial.

H. Sistematika Pembahasan

Bab I : terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalaha, definisi operasional, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan kerangka penelitian.

Bab II : landasan teoretis yang terdiri dari konsep pendidikan luar sekolah, implementasi pendidikan sepanjang hayat, peranan pemberdayaan, pembelajaran magang, model pembelajaran partisifatif, model pembelajaran ekonomi keluarga.

Bab III : metodelogi penelitian yang berisikan metode penelitian, teknik pengumpulan data, subjek penelitian, tahapan kegiatan, pengolahan data.

Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian terdiri dari gambaran umum, sejarah pertanian bunga di Desa Cihideung, Asosiasi pedagang tanaman hias di Desa Cihideung, sistem budi daya tanaman hias di Desa Cihideung, program penyuluhan pertanian Dinas Pertanian Kecamatan Parongpong dan deskripsi hasil penelitian.


(23)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian qualitative naturalistic yang berusaha untuk mengnalisis dan mendeskripsikan data yang langsung terjadi secara alamiah di lapangan. Metode penelitian qualitative naturalistic pada umumnya digunakan dalam penelitian untuk menghasilkan Grounded Theory, yaitu teori yang timbul dari data dan penelitiannya bersifat Generating Theory, serta teori yang dihasilkan berupa teori substantif. Ketepatan interpretasi bergantung kepada ketajaman analisis, objektifitas, sistematis dan sistematik. Oleh karena itu judgement penelitian dalam penggunaan dan penafsiran makna yang terkandung di dalamnya sangat diperlukan. (Nana Sujana 1989:195). Penelitian kualitatif pada hakekatnya mengamati objek (responden) secara langsung kegiatan yang mereka lakukan, berinteraksi dengan mereka, dan berusaha menyelami kehidupan mereka dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini bersifat partisipasi dan wawancara indepth. Peneliti masuk ke dalam kehidupan yang dipelajarinya untuk mengetahui, diketahui, dan dipercaya oleh orang-orang yang dipelajarinya. Peneliti mencatat apa yang dilihat dan didengar secara sistematis.

Peneliti dituntut untuk memahami berbagai cara subjek berpikir berpendapat, berprilaku, sesuai yang ia lakukan dalam kehidupan sehari-hari.


(24)

Hal ini dilakukan secara mendalam dan terus menerus, sehingga si peneliti cukup lama berada di lapangan bersama-sama dengan subjek yang ditelitinya. Menurut S Nasution (1992:9), penelitian qualitatif naturalistik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) Sumber data adalah situasi yang wajar atau Natural Setting yaitu peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan kesengajaan, (2) Peneliti sebagai instrumen penelitian yaitu peneliti sebagai key instrument atau alat penelitian utama, (3) Sangat deskriptif, yaitu dalam pengumpulan data dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian, (4) Mementingkan proses maupun produk, (5) Mencari makna, (6) Mengutamakan data langsung atau Fist hand, untuk itu peneliti terjun langsung ke lapangan mengadakan observasi atau wawancara, (7) Tringulasi data yaitu data atau informasi dari suatu pihak yang harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, (8) Menojolkan rincian kontekstual, (9) Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti, (10) Mengutamakan perspektif emic yaitu mementingkan pandangan responden, (11) Verifikasi data, (12) Sampling yang purposif yaitu tidak memerlukan populasi dan sampel yang banyak, (13) Mengutamakan auditrail mengadakan pengecekan apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan, (14) Partisipasi tanpa mengganggu, (15) Mengadakan analisis sejak awal penelitian, (16) Desain penelitian tampil dalam proses penelitian.

Hasil sintesis Bogdan dan Lincoln (Dalam Lexy J. Moleong 1998: 4-8) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif naturalistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Latar belakang alamiah yaitu penelitian kualitatif melakukan


(25)

penelitian pada latar belakang alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity), (2) Manusia sebagai alat (instrument) peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpulan data utama, (3) Metode kualitatif, (4) Analisis data secara induktif, (5) Teori dari dasar (grounded theory) yaitu penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data, (6) Deskriptif yaitu data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, (7) Lebih mementingkan proses daripada hasil, (8) Adanya ”batas” yang dientukan oleh ”fokus” yaitu penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian, (9) Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data yaitu penelitian kualitatif meredeskripsikan validitas, reabilitas, dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, (10) Desain yang bersifat sementara yaitu penyusunan desain secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan, (11) Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data.

Tujuan yang digunakan dalam metode penelitian kualitatif naturalistik ini adalah agar penulis dapat memperoleh informasi data yang objektif dan holistik tentang permasalahan pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah yang dilakukan oleh para petani bunga di desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Dengan metode kualitatif penulis dapat terjun langsung untuk mengadakan wawancara dengan responden, observasi, bahkan penulis turut serta dalam proses, sehingga penulis dapat mengetahui secara mendalam proses pertanian yang sedang mereka lakukan khususnya proses


(26)

pembelajaranya. Dalam metode ini, tidak ada alat penelitian secara baku karena alat penelitian disesuaikan dengan keadaan dan yang paling penting peneliti sendiri sebagai instrumen utama (key instrument). Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mengadakan penyusunan mekanisme kerja sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi upaya pengelolaan peningkatan sumber daya manusia, khususnya para petani bunga.

b. Mengidentifikasi program, proses pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah untuk meningkatkan keterampilan bertani bunga.

c. Mengidentifikasi tingkat keberhasilan bertani bunga yang berhubungan dengan pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah.

d. Mengkomparasikan proses pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah antar para petani bunga.

e. Mengadakan penyusunan program Pendidikan Luar Sekolah yang cocok bagi para petani bunga dalam rangka upaya pemberdayaan.

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi literatur dengan perincian masing-masing sebagai berikut:

a. Observasi

Teknik observasi dalam metode penelitian kualitatif naturalistik merupakan salah satu teknik pengmpulan data yang penting. Dengan observasi penulis dapat memperoleh gambaran data secara primer, sehingga penyimpangan data dan tingkat error dapat ditekan seminimal mungkin. Jenis


(27)

observasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah observasi aktif yakni penulis tidak hanya sebagai pengamat, akan tetapi sebagai objek dan terjun langsung kedalam objek yang sedang diteliti. Dengan cara ini penulis dapat memperoleh beberapa manfaat yaitu: (1) Dapat menghilangkan tingkat keraguan dan kecurigaan dari responden, sehingga data yang diperlukan dapat diperoleh secara mudah, cepat dan lengkap, (2) Dapat mendalami dan menyelami apa yang responden rasakan, (3) Dapat mengadakan identifikasi proses pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah yang dilakukan dalam upaya pemberdayaan petani bunga di desa Cihideung untuk meningkatkan keterampilan bertani.

Cuba da Lincoln (Dalam Lexy Moleong 1998 : 125-126) menyebutkan bahwa ada beberapa alasan mengapa teknik observasi merupakan teknik yang penting dalam penelitian kulitatif naturalistik sebagai berikut: (1) Teknik pengamatan (observasi) didasarkan atas pengalaman secara langsung, (2) Teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku kejadian dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya, (3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan porposional maupun pengetahuan yang diperoleh langsung dari data, (4) Sering terjadi adanya keraguan pada peneliti, jangan-jangan data yang dijaringnya ada yang menceng atau bias, (5) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit, (6) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.


(28)

Teknik penelitian dengan observasi, menurut M.Q. Patton dalam buku metode penelitian naturalistik (S. Nasution 1992 :59-60) mengemukakan bahwa observasi mempunyai manfaat sebagai berikut: (1) Dapat memperoleh data secara holistik, (2) Peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung, tanpa dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya, (3) Peneliti dapat melihat langsung tentang hal-hal yang kurang dimengerti orang lain atau anggapan biasa, (4) Peneliti dapat mengemukakan hal-hal yang sulit diungkapkan, (5) Peneliti dapat memperoleh gambaran secra komprehensif, (6) Peneliti dapat memperoleh kesan-kesan pribadi.

b. Wawancara

Teknik wawancara dalam penelitian digunakan untuk memperoleh data primer yang sumbernya dari pengalaman dan kepribadian responden yang dilakukan secara tatap muka langsung (face to face). Dengan wawancara selain dapat mengkorek pengalaman, juga dapat mengungkap keterampilan dan pengetahuan, serta harapan-harapan yang ada pada para responden dan dalam hal ini para petani bunga di desa Cihideung. Dalam wawancara tidak dapat dipisahkan antara informasi emic (pandangan responden) dengan informasi etik (pandangan si peneliti). Peneliti kemudian mengadakan pengolahan, penafsiran, dan penganalisisan data menurut metode, teori, teknik dan pandangan sendiri. Untuk mencapai hasil yang holistik dan tepat dalam teknik ini maka penulis menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan sedemikian rupa. Dengan demikian, maka arah pembicaraan akan terfokus pada permasalahan yang telah ditetapkan. Menurut Patton (dalam Lexy Moleong 1998 : 140-141) pertanyaan dalam pedoman wawancara harus


(29)

berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: (1) Pertanyaan berkaitan dengan pengalaman atau perilaku yaitu pertanyaan ini berkaitan dengan apa yang dibuat dan telah diperbuat oleh seseorang, (2) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai yaitu pertanyaan yang ditujukan untuk memahami proses kognisi dan interpretatif dari subjek, (3) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan yaitu pertanyaan yang ditujukan untuk memahami respon emosional seseorang sehubungan dengan pengalaman dan pemikirannya, (4) Pertanyaan tentang pengetahuan yaitu pertanyaan yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan faktual yang dimiliki responden dengan asumsi bahwa suatu hal dipandang dapat diketahui, (5) Pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dicium, (6) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demogarafi yaitu pertanyaan ini berusaha untuk menemukan ciri-ciri pribadi orang yang diwawancarai.

Selanjutnya S. Nasution (1988:76) mengemukakan bahwa isi wawancara yang ditanyakan kepada responden adalah sebagai berikut: (a) Pengalaman dan perbuatan responden, yakni apa yang telah dikerjakannya atau yang lazim dikerjakannya, (b) Pendapat, pendangan, tanggapan, tafsiran atau pikirannya tentang sesuatu, (c) Perasaan, respon emosional, yakni apakah ia merasa cemas, takut, senang, gembira, curiga, jengkel dan sebagainya tentang sesuatu, (d) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahui tentang sesuatu, (e) Penginderaan apa yang dilihat, didengar, dirba, dikecap, atau yang diciumnya, diuraikan secara deskriptif, (f) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dan sebagainya.


(30)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pelaksanaan wawancara harus situasional yaitu dengan melihat kondisi responden, apakah sedang dalam keadaan sibuk, capek atau dalam keadaan tidak menguntungkan. Jadi pelaksanaannya harus dalam keadaan santai, (2) Bahasa yang digunakan harus sesuai dengan yang dikuasai responden, (3) Urutan pertanyaan yang disampaikan harus disusun sedemikian rupa, sehingga pertanyaan yang diajukan tidak membingungkan responden, (4) Pelaksanaan wawancara hendaknya penuh keakraban dalam obrolan, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan dari responden bahwa ia sedang diwawancara dan data yang diperlukan dapat diperoleh secara penuh.

c. Dokumentasi

Penggunaan teknik dokumentasi dalam metode penelitian kualitatif naturalistik, tidak kalah pentingnya dari teknik observasi dan wawancara karena dalam teknik observasi dan wawancara kita hanya dapat memperoleh data dari sumber manusia atau human ressources saja. Sedangkan yang bersifat non human ressources, seperti sejarah perkembangan pertanian bunga hanya dapat diperoleh melalui teknik dokumentasi.

Teknik dokumentasi dalam penelitian dapat diperoleh melalui beberapa cara yaitu: (1) Tulisan-tulisan pribadi yaitu dalam penelitian ini, penulis berusaha menghubungi para tokoh masyarakat yang dianggap pionir dalam pelaksanaan pertanian tanaman bunga di desa Cihideung, khususnya sejarah perkembangan pertanian tanaman bunga dalam konteks pembelajaran masyarakatnya. Tulisan-tulisan pribadi ini, memang banyak mengandung unsur-unsur subjektivitas dan dapat disangsikan kebenarannya. Akan tetapi


(31)

dalam metode penelitian kualitatif, tidak menghiraukan apakah isinya benar dan objektif, karena yang dipentingkan adalah pandangan emic seseorang tentang dunia sekitarnya, (2) Dokumen resmi yaitu catatan-catatan seperti monografi desa, notula rapat dan sebagainya. Dokumen resmi sangat mendukung bagi penulis dalam penelitian karena dengan dokumen resmi yang ada di balai desa, maka penulis dapat memperoleh gambaran porporsi mata pencaharian penduduk desa Cihideung yang bergerak pada bidang pertanian tanaman bunga. Selain itu juga penulis dapat memperoleh gambaran mengenai distribusinya yang dikaitkan dengan sistem pembelajaran pendidikan luar sekolahnya. Dokumen berguna karena dapat memberi latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data, dan merupakan bahan utama dalam penelitian historis. Dokumen itu disuruh bicara seakan-akan peneliti mengadakan wawancara dengannya. Peneliti dapat mengajukan pertanyaan yang bersiat emic pada taraf permulaan. Bagaimana pandangan dokumen itu mengenai dunia kenyataan. Kemudian dengan berkelanjutan penelitian, peneliti dapat mengajukan pertanyaan yang lebih bersifat etic. Dengan cara ini tentu saja dokumen hanya dapat bereaksi sejauh apa yang tertulis, namun banyak yang dapat ditafsirkan dari tulisan itu, tidak tersurat tetapi tersirat, (3) Foto yaitu mempunyai keuntungan tersendiri. Foto dapat menangkap, membekukan, suatu situasi pada detik tertentu dan dengan demikian memberikan bahan deskriptif yang berlaku pada saat itu. Foto bukan sekedar gambar karena banyak hal yang dapat dikorek dari foto itu bila kita berusaha untuk memperhatikannya dengan cermat dalam usaha untuk memahaminya


(32)

lebih mendalam. Dengan foto ini juga penulis dapat memperoleh gambaran nyata tentang situasi yang sebenarnya terjadi. Foto yang penulis lakukan adalah pertanian tanaman bunga yang dinilai maju, standar, dan kurang maju, proses pembelajaran melalui pertemuan kelompok, dan para petani yang sedang melakukan pembelajaran melalui magang, (4) Bahan statistik yaitu penulis mengungkap data kuntitatif berupa data statistik.

d. Literatur

Penggunaan literatur dalam penelitian kualitatif, dapat dikatakan sebagai teknik pelengkap atau penunjang karena lebih berifat teoritis. Namun teknik ini mempunyai beberapa manfaat dalam penelitian yaitu dapat menambah pembendaharaan pengetahuan bagi peneliti, sebagai landasan teori, dan peneliti dapat menemukan berbagai macam teknik penelitian, dan teori-teori yang mendukung permasalahan. Literatur yang digunakan oleh penulis berupa buku bacaan yang relevan, makalah, peraturan-peraturan, dan hasil penelitian terdahulu yang perlu dilanjutkan.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dan pemberi informasi dalam upaya pemberdayaan para petani bunga yang terdiri dari dua orang Penyuluh Pertanian Lapangan, satu orang Kepala Desa, 2 orang pengurus koperasi bunga, 10 orang petani bunga, dengan rincian sebagai berikut :

a. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) 2 (dua) orang, PPL merupakan sumber inovasi baru dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan bertani bunga. Adapun tiga hal yang harus dilakukan oleh para Penyuluh Pertanian


(33)

Lapangan agar pengetahuan yang disampaikannya mudah diadopsi oleh para petani yaitu: (1) Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat sebagai kepanjangan tangan untuk mencapai sasaran atau objek, (2) Melakukan pertemuan langsung dengan para petani bunga dan pembelajaran yang dilakukan dapat melalui tanya jawab, curah pendapat, dan diskusi, (3) Melakukan peninjauan langsung ke lapangan untuk mengecek, apakah proses pembelajaran yang telah diberikan kepada mereka berhasil atau belum berhasil.

b. Kepala Desa Cihideung, untuk mengetahui sejarah pertanian bunga, proses pembelajaran pada petani serta kebijakan pemerintah desa dalam pengembangan pertanian bunga.

c. 2 (dua) orang Pengurus Koperasi Petani Bunga yang ada di desa Cihideung, sebagai suatu lembaga ekonomi yang dibentuk oleh para petani bunga. Selain itu untuk mengetahui peran serta koperasi dalam proses pembelajaran/pemberdayaan petani bunga.

d. 10 (sepuluh) orang Petani Bunga yang ada di desa Cihideung, untuk mengetahui perkembangan serta kondisi anggotanya dan untuk mengetahui program-program kelompok tani yang mengarah pada proses pembelajaraan anggotanya.

D. Tahap Kegiatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan tahapan sebagai berikut: a. Pra Survei

Pada tahap ini penulis mengadakan penjajagan awal ke lapangan mengenai permasalahan yang akan dijadikan fokus penelitian. Kerja penulis pada tahap


(34)

ini, mengunjungi aparat setempat (Kepala Desa), mengumpulkan data dari aparat, dan mengadakan wawancara awal dengan responden. Selanjutnya penulis mengadakan penganalisisan awal yaitu mengkaji apakah permasalahan dan data dari hasil penjajagan tersebut sesuai dengan disiplin ilmu yang penulis miliki atau tidak.

b. Pembuatan Rancangan Penelitian

Pada tahap ini penulis mengadakan penyusunan desain penelitian setelah data dari hasil pra survei betul-betul sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dan mempunyai data lengkap. Selanjutnya penulis mengajukan seminar desain dan dalam seminar pra desain, penulis mendapatkan beberapa masukan dari para penguji, demi pelurusan dan penyempurnaan permasaahan yang akan penulis teliti. Akhirnya tim penguji menyetujui permasalahan tersebut untuk dilanjutkan dijadikan penelitian.

c. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini penulis mengadakan penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan data lapangan, pengolahan dan analisis data, mengadakan penyimpulan hasil temuan lapangan, dan pembuatan rekomendasi.

d. Pembuatan Laporan Penelitian

Pada tahap ini penulis mengadakan penyusunann akhir dari hasil penelitian setelah dikonsultasikan dengan para pembimbing dan disetujui untuk ujian. Pembuatan laporan penelitian disesuaikan dengan out line yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.


(35)

E. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data hasil penelitian terkumpul, maka penulis mengadakan pengolahan data yang berupa penyusunan dan pengklasifikasian data yang disesuaikan dengan pertanyaan. Selanjutnya penulis mengadakan analisis data untuk memperoleh sintetis yang dapat dideskripsikan. Melakukan analisis data adalah merupakan pekerjaan yang sulit yaitu memerlukan data kreatif yang tinggi dan kemampuan intelektual yang tinggi, karena dalam analisis data tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap si peneliti harus mencari sendiri metode yang cocok dengan sifat penelitiannya. Tugas penelitian dalam mengadakan analisis data adalah untuk mencari makna yang dapat diinterprestasikan.

Dalam analisis data bersifat kualitatif yang dianalisis adalah berupa kata-kata dan sering mengandung makna dalam konteks kata yang digunakan. Menurus S. Nasution (1998 :129-130) ada beberapa cara dalam mengadakan analisis data kualitatif sebgai berikut:

1. Reduksi Data

Pada data ini cara yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang rinci dan kemudian dirangkum dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkat, direduksi, disusun lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan.

2. Display Data

Data yang terkumpul berupa laporan lapangan yang tebal agar dikuasai oleh


(36)

peneliti serta hubungannya yang detail, maka perlu diadakan pembuatan matriks, grafiks, networks dan charts.

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Pengambilan kesimpulan dimulai sejak data dikumpulkan, namun masih bersifat sangat tentatif, kabur, dan masih diragukan. Akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu akan lebih Grounded. Untuk lebih matangnya kesimpulan, maka harus diadakan verifikasi selama penelitian berlangsung dan lebih mendalam bila penelitian dilakukan oleh team untuk mencapai intersubjective consensus yakni persetujuan bersama agar menjamin validitas atau comfirmability.


(37)

136

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Setelah penulis mengadakan pengecekan lapangan atas permasalahan yang sedang diteliti dan mengadakan analisis serta diskripsi, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Program penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh PPL merupakan program pemberdayaan yang paling strategis untuk meningkatkan keterampilan bertani para petani bunga yang ada di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong, adapun program-program yang dilakukan oleh PPL melalui pembentukan kelompok tani dengan keanggotaan yang homogen, mengadakan kunjungan rutin selama satu minggu sekali dalam rapat-rapat kelompok, kunjungan lapangan secara langsung ke lokasi pertanian, temu wicara yang dilakukan di tingkat kecamatan dengan melibatkan instansi terkait seperti perusahaan obat-obatan dan pupuk. Di samping itu program penyuluhan yang dilakukan oleh PPL dalam meningkatkan keterampilan bertani para petani bunga dilakukan melalui demonstrasi plot, pemutaran film, field day dan metode karya wisata.

2. keterampialan bertani para petani bunga di Desa Cihideung mengalami peningkatan yang signifikan baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Secara kuantitas yaitu makin bertambahnya masyarakat yang bergerak dibidang pertanian bunga. Sedangkan secara kualitas makin bertambahnya


(38)

137

variatif bunga yang dibudidayakan oleh masyarakat dan produksinya dapat bersaing di tingkat nasional bahkan internasional.

B. Rekomendasi

Rekomendasi diajukan untuk memberikan masukan yang efektif dan efesien khususnya bagi pemberdayaan petani bunga yang ada di Desa Cihideng Kecamatan Parongpong. Pertanian bunga di Desa Cihideung tumbuh dan berkembang sudah cukup lama, yaitu sejak pemerintahan kolonail Belanda sampai sekarang. Pertanian bunga di Desa Cihideung tumbuh dan berkembang atas inisiatif masyarakat dengan tujuan untuk menuju kesejahteraan dengan memanfaatkan keadaan lingkungan. Saat ini pertanian bunga di Desa Cihideung merupakan sumber mata pencaharian utama di Desa Cihideung, yaitu hampir 75% penduduk begerak di bidang usaha ini. Pertanian bunga di Desa Cihideung bukan hanya milik masyarakat, akan tetapi meupakan aset bagi pemerintahan Kabupaten Bandung barat, bagi Kota Bandung bahkan bagi Provinsi Jawa Barat.

Pertanian bunga di Desa Cihideung sudah terkenal secara nasional bahkan manca Negara seperti ke negara-negara benua Eropa, oleh karena itu pertanian bunga di Desa Cihideung perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak seperti dari pemerintah Kabupaten Bandung Barat.

Upaya-upaya yang perlu dilakukan antara lain :

1. PPL merupakan ujung tombak yang lansung berhubungan dengan para petani dalam rangka meningkatkan keterampilan bertani para petani bunga, oleh karena itu PPL agar terus menggali inovasi baru yang dapat ditularkan


(39)

138

kepada petani bunga. Disamping itu program yang sudah berjalan perlu terus dievaluasi dan ditingkatkan lagi.

2. Perlu adanya perhatiaan pihak yang terkait seperti Pemerintahan Desa, Kecamatan dan Kabupaten dengan memperlancar bantuan modal dan pemasaran hasil produksi serta bantuan bidang lainnya seperti pupuk dan obat-obatan.

3. Untuk meningkatkan efektivitas pemberdayaan, perlu adanya kerja sama dengan pihak akademisi seperti dengan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) agar perencanaan program, pelaksanaan program, pengendalian dan evaluasi program dapat berjalan secara tepat guna.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

E. A. E 647 Non Formal Learning. (1994). Reading in Non Formal

Learning, Deakin; Univerity Australia

Hanafi, Abdilah. (1987). Memasyarakatkan Ide-Ide Baru, Surabaya; Usaha Nasional.

Jhonson, D.P. (1994). Teori Sosiologi, Jakarta; PT Granecia Pustaka Utama. Kuntjoroningrat. (1993). Manusia dan Mentalitas Pembangunan, Bandung;

Prajaparamitha.

Kunto, H. (1984). Wajah Bandung Tempoe Doeloe, Bandung; PT Granesia.

Kunto, H. (1986). Semerbak Di Bandung Raya, Bandung; PT Granesia.

Lexy, J. (1998). Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung; Rosdakarya. Nasution. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung;

Tarsito.

Neville, B. (1994). Qualitative Research in Adult Education, University od South Australia.

Purwadinata,W.J.S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka.

Rogers, E.M. (1971). Diffusiion of Inovations : The Free Press New York Sujanne, K.V, (1979), Nonformal Education An Emprowering

Process, Amherst ; Universitas of Massacussetis.

Sanafiah, F. (1982). Metodelogi Penelitian Pendidikan, Surabaya; Usaha Nasional.

Singarimbun, M. (1982). Metode Penelitian, Jakarta; Suvai LP3ES.


(41)

Sumaatmadja, N. (1988). Geografi Pembangunan, Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suwarno, B. (1987). Metode Kualitatif dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial

dan Pendidikan, Jakarta; Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Tim Pembinaan Masyarakat. (1997). Model Pemberdayaan Keluarga, BKKBN Kabupaten Bandung.

Trisnamansyah, S.(1993). Pengantar Pendidikan Luar Sekolah, Bandung; IKIP Bandung.

Winston, H. (1971). Creating Social Change, New York, Chicago, San Francisco Atlanta

_________. (1993). Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar

Sekolah, Bandung; Nusantara Press.

_________. (1993). Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Bandung; Nusantara Press.

_________. (1993) Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif dalam


(1)

matriks, grafiks, networks dan charts. 3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Pengambilan kesimpulan dimulai sejak data dikumpulkan, namun masih bersifat sangat tentatif, kabur, dan masih diragukan. Akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu akan lebih Grounded. Untuk lebih matangnya kesimpulan, maka harus diadakan verifikasi selama penelitian berlangsung dan lebih mendalam bila penelitian dilakukan oleh team untuk mencapai intersubjective consensus yakni persetujuan bersama agar menjamin validitas atau comfirmability.


(2)

136

136 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Setelah penulis mengadakan pengecekan lapangan atas permasalahan yang sedang diteliti dan mengadakan analisis serta diskripsi, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Program penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh PPL merupakan program pemberdayaan yang paling strategis untuk meningkatkan keterampilan bertani para petani bunga yang ada di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong, adapun program-program yang dilakukan oleh PPL melalui pembentukan kelompok tani dengan keanggotaan yang homogen, mengadakan kunjungan rutin selama satu minggu sekali dalam rapat-rapat kelompok, kunjungan lapangan secara langsung ke lokasi pertanian, temu wicara yang dilakukan di tingkat kecamatan dengan melibatkan instansi terkait seperti perusahaan obat-obatan dan pupuk. Di samping itu program penyuluhan yang dilakukan oleh PPL dalam meningkatkan keterampilan bertani para petani bunga dilakukan melalui demonstrasi plot, pemutaran film, field day dan metode karya wisata.

2. keterampialan bertani para petani bunga di Desa Cihideung mengalami peningkatan yang signifikan baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Secara kuantitas yaitu makin bertambahnya masyarakat yang bergerak dibidang pertanian bunga. Sedangkan secara kualitas makin bertambahnya


(3)

variatif bunga yang dibudidayakan oleh masyarakat dan produksinya dapat bersaing di tingkat nasional bahkan internasional.

B. Rekomendasi

Rekomendasi diajukan untuk memberikan masukan yang efektif dan efesien khususnya bagi pemberdayaan petani bunga yang ada di Desa Cihideng Kecamatan Parongpong. Pertanian bunga di Desa Cihideung tumbuh dan berkembang sudah cukup lama, yaitu sejak pemerintahan kolonail Belanda sampai sekarang. Pertanian bunga di Desa Cihideung tumbuh dan berkembang atas inisiatif masyarakat dengan tujuan untuk menuju kesejahteraan dengan memanfaatkan keadaan lingkungan. Saat ini pertanian bunga di Desa Cihideung merupakan sumber mata pencaharian utama di Desa Cihideung, yaitu hampir 75% penduduk begerak di bidang usaha ini. Pertanian bunga di Desa Cihideung bukan hanya milik masyarakat, akan tetapi meupakan aset bagi pemerintahan Kabupaten Bandung barat, bagi Kota Bandung bahkan bagi Provinsi Jawa Barat.

Pertanian bunga di Desa Cihideung sudah terkenal secara nasional bahkan manca Negara seperti ke negara-negara benua Eropa, oleh karena itu pertanian bunga di Desa Cihideung perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak seperti dari pemerintah Kabupaten Bandung Barat.

Upaya-upaya yang perlu dilakukan antara lain :

1. PPL merupakan ujung tombak yang lansung berhubungan dengan para petani dalam rangka meningkatkan keterampilan bertani para petani bunga, oleh karena itu PPL agar terus menggali inovasi baru yang dapat ditularkan


(4)

138

138

kepada petani bunga. Disamping itu program yang sudah berjalan perlu terus dievaluasi dan ditingkatkan lagi.

2. Perlu adanya perhatiaan pihak yang terkait seperti Pemerintahan Desa, Kecamatan dan Kabupaten dengan memperlancar bantuan modal dan pemasaran hasil produksi serta bantuan bidang lainnya seperti pupuk dan obat-obatan.

3. Untuk meningkatkan efektivitas pemberdayaan, perlu adanya kerja sama dengan pihak akademisi seperti dengan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) agar perencanaan program, pelaksanaan program, pengendalian dan evaluasi program dapat berjalan secara tepat guna.


(5)

E. A. E 647 Non Formal Learning. (1994). Reading in Non Formal Learning, Deakin; Univerity Australia

Hanafi, Abdilah. (1987). Memasyarakatkan Ide-Ide Baru, Surabaya; Usaha Nasional.

Jhonson, D.P. (1994). Teori Sosiologi, Jakarta; PT Granecia Pustaka Utama. Kuntjoroningrat. (1993). Manusia dan Mentalitas Pembangunan, Bandung;

Prajaparamitha.

Kunto, H. (1984). Wajah Bandung Tempoe Doeloe, Bandung; PT Granesia. Kunto, H. (1986). Semerbak Di Bandung Raya, Bandung; PT Granesia. Lexy, J. (1998). Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung; Rosdakarya. Nasution. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung;

Tarsito.

Neville, B. (1994). Qualitative Research in Adult Education, University od South Australia.

Purwadinata,W.J.S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka.

Rogers, E.M. (1971). Diffusiion of Inovations : The Free Press New York Sujanne, K.V, (1979), Nonformal Education An Emprowering Process, Amherst ; Universitas of Massacussetis.

Sanafiah, F. (1982). Metodelogi Penelitian Pendidikan, Surabaya; Usaha Nasional.

Singarimbun, M. (1982). Metode Penelitian, Jakarta; Suvai LP3ES. Sudjana. D. (1971). Pendidikan Luar Sekolah, Bandung; Nusantara Press.


(6)

Sumaatmadja, N. (1988). Geografi Pembangunan, Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suwarno, B. (1987). Metode Kualitatif dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial

dan Pendidikan, Jakarta; Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

Tim Pembinaan Masyarakat. (1997). Model Pemberdayaan Keluarga, BKKBN Kabupaten Bandung.

Trisnamansyah, S.(1993). Pengantar Pendidikan Luar Sekolah, Bandung; IKIP Bandung.

Winston, H. (1971). Creating Social Change, New York, Chicago, San Francisco Atlanta

_________. (1993). Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah, Bandung; Nusantara Press.

_________. (1993). Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, Bandung; Nusantara Press.

_________. (1993) Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif dalam Pendidikan Luar Sekolah, Bandung; Nusantara Press.