Sikap Dan Perilaku Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kabupaten Padang Lawas (Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)

(1)

SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA

PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS

(Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)

SKRIPSI

OLEH:

PINTA MARITO DAULAY 080309004

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA

PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS

(Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)

SKRIPSI

OLEH:

PINTA MARITO DAULAY 080309004

PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh:

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Yusak Maryunianta, MSi) (Emalisa, SP, MSi)

NIP : 19620624 198603 1 001 NIP :197211181998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

PINTA MARITO DAULAY (080309004) dengan judul penelitian “SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS (Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi, dan Ibu Emalisa SP, MSi.

Penyuluh pertanian diharapkan memiliki kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, dengan dasar kemampuan profesional tertentu, termasuk ketrampilan merencanakan, melaksanakan kegiatan, memecahkan masalah dengan tanggungjawab mandiri pada tingkat tertentu, memiliki ketrampilan manajerial serta mampu mengikuti perkembangan, pengetahuan, dan teknologi di dalam bidang keahliannya. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian, mengetahui sikap dan perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), yakni di Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas, dengan pertimbangan bahwa desa tersebut salah satu desa yang sering mengikuti penyuluhan. Metode analisis yang digunakan adalah metode pemberian skor dan metode skala likert.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: kinerja penyuluh pertanian sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan kebutuhan petani. Dengan kinerja atau tingkat keberhasilan yang tinggi. Sehingga petani memberikan respon sikap dan perilaku positif.


(4)

ABSTRACT

Pinta Marito Daulay (080309004) with title “Attitude and Behaviors of Farmers toward Agriculture Instructors’ Performance in Padang Lawas Regency (Case: Gunung Manobot Village, Lubuk Barumun Sub-district, Padang Lawas Regency)”. This research was guided by Ir. Yusak Maryunianta, MSi and Emalisa SP, MSi.

Agriculture instructors were expected to have skills in the complex work, with certain basic professional ability, including the ability to plan, to do activity, to solve problem with personal responsibility on certain level, to have managing skill and able to follow development, knowledge and technology in their own specialization field. The purpose of this research is to find out the performance of agriculture instructor. The research area which is pursopesly decided which is Gunung Manobot Village Lubuk Barumun Sub-district Padang Lawas Regency, with consederation that the village is one of the village that often follows counseling. The analysis method which is used is scoring and Likert scale method. The result that can be concluded from this research: performance of agriculture instructor has been done well according to the needs of the farmers, with the performance or high rate success, so that farmers give respond and positive attitude.


(5)

RIWAYAT HIDUP

PINTA MARITO DAULAY, dilahirkan di Desa Batang Tanggal Baru, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas pada tanggal 14 Agustus 1989 dari ayahanda Alm. Gusnar Daulay dan ibunda Damsinar Hasibuan. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 117841 Padang Lawas tahun 2002, SLTP Negeri 1 Lubuk Barumun Padang Lawas tahun 2005, MAN 1 SIBUHUAN Padang Lawas tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur (PMP).

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), dan Forum Silaturrahim Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmad, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA

PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS (Kasus:

Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)” Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua yang selalu memberi motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi, selaku ketua komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada Ibu Emalisa, SP, MSi, selaku anggota komisi pembimbing, yang juga banyak memberi semangat, dorongan, dan bimbingan selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU

2. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis

3. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut serta membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.


(7)

Segala hormat dan terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua tercinta ayahanda Alm. Gusnar Daulay dan ibunda Damsinar Hasibuan dan kakak tercinta Kholidah Hafni Daulay SPd, Mufidah Rohima Daulay Amd yang terus memberi dukungan dan semangat kepada penulis untuk terus berkarya.

Seluruh teman-teman di IMASEP, FSMM-SEP, serta kepada seluruh teman–teman seperjuangan di stambuk 2008 program studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU, yang telah banyak membantu penulis dalam menemukan arti pentingnya hidup bersama dan saling berbagi mengisi satu sama lain.

Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik saya, Rehan Safrina Amd, Ulfi Widya Sari SP, Amalia Ritonga SP, Tri Kuntari Devira SP, Mila Zulfa SP, Tumpak Manik, Rofiqoh Ahmad SP, Silvira SP, Ameryani SP, Asni SP, Maulidya Sari SP, M. Rullyanda Azmi SP, Farwah Inal Abdi SP yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Januari 2014


(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 5

Landasan Teori ... 9

Kerangka Pemikiran ... 15

Hipotesis Penelitian ... 17

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

Metode Penentuan Subjek Penelitian ... 18

Metode Pengumpulan Data ... 19

Metode Analisis Data ... 20

Defenisi dan Batasan Operasional ... 26

Defenisi ... 26


(9)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian ... 28

Sarana dan Prasarana... 31

Perekonomian Wilayah Kabupaten Padang Lawas …. ... 32

Karakteristik Sampel Penelitian ... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian ... 36

Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian ... 40

Sikap Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian... 42

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 47

Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Daftar Kelompok Tani se- Kecamatan Lubuk Barumun

Kabupaten Padang Lawas ... 18

2. Daftar Data untuk Mengukur Kinerja Penyuluh Pertanian... 20

3. Daftar Pernyataan Positif dan Negatif Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian………... 22

4. Daftar Data Indikator Pengukuran Perilaku Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian ... 25

5. Komposisi Penduduk Menurut Umur... 28

6. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin... 29

7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan... 30

8. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan... 30

9. Sarana dan Prasarana... 31

5. Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun. 33

6. Karakteristik Petani Sampel……… 34

7. Tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok Penyuluh pertanian Kecamatan Lubuk Barumun ... 40

8. Sikap Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertaninan……….. 43


(11)

ABSTRAK

PINTA MARITO DAULAY (080309004) dengan judul penelitian “SIKAP DAN PERILAKU PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS (Kasus: Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas)”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi, dan Ibu Emalisa SP, MSi.

Penyuluh pertanian diharapkan memiliki kemampuan dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, dengan dasar kemampuan profesional tertentu, termasuk ketrampilan merencanakan, melaksanakan kegiatan, memecahkan masalah dengan tanggungjawab mandiri pada tingkat tertentu, memiliki ketrampilan manajerial serta mampu mengikuti perkembangan, pengetahuan, dan teknologi di dalam bidang keahliannya. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian, mengetahui sikap dan perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), yakni di Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas, dengan pertimbangan bahwa desa tersebut salah satu desa yang sering mengikuti penyuluhan. Metode analisis yang digunakan adalah metode pemberian skor dan metode skala likert.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: kinerja penyuluh pertanian sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan kebutuhan petani. Dengan kinerja atau tingkat keberhasilan yang tinggi. Sehingga petani memberikan respon sikap dan perilaku positif.


(12)

ABSTRACT

Pinta Marito Daulay (080309004) with title “Attitude and Behaviors of Farmers toward Agriculture Instructors’ Performance in Padang Lawas Regency (Case: Gunung Manobot Village, Lubuk Barumun Sub-district, Padang Lawas Regency)”. This research was guided by Ir. Yusak Maryunianta, MSi and Emalisa SP, MSi.

Agriculture instructors were expected to have skills in the complex work, with certain basic professional ability, including the ability to plan, to do activity, to solve problem with personal responsibility on certain level, to have managing skill and able to follow development, knowledge and technology in their own specialization field. The purpose of this research is to find out the performance of agriculture instructor. The research area which is pursopesly decided which is Gunung Manobot Village Lubuk Barumun Sub-district Padang Lawas Regency, with consederation that the village is one of the village that often follows counseling. The analysis method which is used is scoring and Likert scale method. The result that can be concluded from this research: performance of agriculture instructor has been done well according to the needs of the farmers, with the performance or high rate success, so that farmers give respond and positive attitude.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Padang Lawas (Palas) yang dikenal dengan pusat pemerintahannya di Sibuhuan sebagai daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar. Memang hal itu tidak bisa dibantah, karena klaim tersebut sangat didukung fakta dan kenyataan bahwa Kecamatan Sosopan, Kecamatan Ulu Barumun, Kecamatan Barumun, Lubuk Barumun, Kecamatan Sosa, Batang Lubu Sutam, Hutaraja Tinggi, Barumun Tengah dan Kecamatan Huristak sebagai wilayah cakupan Palas merupakan bumi yang menyimpan potensi pertanian dan perkebunan.

Potensi alam yang dimiliki Palas dimaksud meliputi sektor perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan pertambangan. Potensi perkebunan dan pertanian, terlihat seperti di Kecamatan Sosa, di Hutaraja Tinggi, di Kecamatan Batang Lubu Sutam, Kecamatan Sosopan, Kecamatan Barumun Tengah dan Kecamatan Huristak. Bahkan beberapa kecamatan tersebut saat ini telah menjadikan sektor perkebunan jenis kelapa sawit menjadi potensi andalan yang telah banyak merubah taraf hidup warga ke arah yang semakin membaik.

Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) bagi petani dan keluarganya agar berubah sikap dan perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment)


(14)

Huda, (2002) mengemukakan bahwa penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian.

Penyuluhan pertanian diakui telah banyak memberikan sumbangan pada keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga para petani meningkat pengetahuan dan ketrampilannya serta dapat mengubah sikap petani menjadi mau dan mampu menerapkan inovasi baru.

Sejak urusan penyuluhan pertanian diserahkan kepada pemerintah daerah sering ditemulan adanya permasalahan yang merugikan petani maupun bagi para penyuluh pertanian di lapangan. Permasalahan yang ditemukan antara lain rendahnya tingkat profesionalme penyuluh pertanian, lemahnya administrasi penyuluh pertanian, dan kurangnya kemampuan manajerial penyuluh pertanian.

Adanya permasalahan-permasalahan tersebut berakibat pada rendahnya tingkat penyelenggaraan penyuluh pertanian kepada petani sehingga tingkat produktifitas usahatani dan pendapatan petani tidak berkembang.

Penyuluh pertanian tidak dapat memecahkan semua permasalahan yang dihadapi oleh petani. Pengetahuan dan wawasan yang memadai hanya dapat digunakan untuk memecahkan sebagaian dari masalah yang dihadapi petani. Oleh karena itu, sebagian petani tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan bahkan petani tersebut tidak percaya dengan program yang


(15)

diadakan oleh penyuluh pertanian. Namun penyuluh pertanian tetap berusaha membantu petani dalam mengatasi masalah yang dihadapi petani.

Tenaga penyuluhan pertanian diharapkan kedepan tidak lagi cukup hanya menguasai teknis budidaya pertanian namun harus menguasai aspek pemasaran, permodalan, efesiensi ekonomi, dan analisis pendapatan petani, atau lebih lagi harus mampu menjadi konsultan dan pendamping petani dalam bisnis pertanian.

Penyuluh memiliki beberapa tugas pokok yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Tugas pokok tersebut dilaksanakan agar para petani mampu menerapkan tekhnologi baru, sehingga mampu berusaha tani dengan lebih baik, berusaha tani lebih menguntungkan, lebih hidup sejahtera dan membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian?

2. Bagaimana sikap petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian?

3. Bagaimana perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui sikap petani terhadap kinerja penyuluh pertanian. 3. Untuk mengetahui perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian.


(16)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Pemerintah Daerah tempat penelitian dilakukan.

2. Sebagai bahan ilmu pengetahuan untuk petani.

3. Sebagai referensi bagi pembaca, khususnya Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan, tetapi tidak demikian halnya bagi masyarakat luas. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) istilah penyuluhan dalam bahasa Belanda digunakan kata voorlichting yang berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan jalannya. Istilah ini digunakan pada masa kolonial bagi negara-negara jajahan Belanda, walaupun sebenarnya penyuluhan diperlukan oleh kedua belah pihak.

Namun, Jahi (Mardikanto, 1993) menyebutkan istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan dari kata “Extension” yang dipakai secara meluas di banyak kalangan. Extension itu sendiri, dalam bahasa aslinya dapat diartikan sebagai perluasan atau penyebarluasan. Proses penyebarluasan yang dimaksud adalah proses peyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian.

Penyuluh pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikirnya dan cara hidupnya yang lama dengan cara yang baru melalui proses penyebaran informasi seperti pelatihan, kursus, kunjungan yang berkaitan dengan perubahan dan perbaikan cara-cara berusahatani, usaha peningkatan prodiktivitas pendapatan petani serta perbaikan kesejahteraan keluarga petani atau masyarakat. Didalam kenyataanya, kualifikasi


(18)

penyuluh tidak cukup hanya dengan memenuhi persyaratan keterampilan, sikap dan pengetahuan saja, tetapi keadaan atau latar belakang sosial budaya (bahasa, agama, kebiasaan-kebiasaan) seringkali justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluh yang dilaksanakan. Karena itu penyuluh yang baik sejauh mungkin harus memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat sasarannya (Mardikanto, 1993).

Seorang penyuluh dapat membantu petani dalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu hasil produksi guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu penyuluh mempunyai banyak peran antara lain sebagai pembimbing petani, organisator, dinamisator, pelatih, teknisi, dan jembatan penghubung antara keluarga petani dan instansi penelitian dibidang pertanian (Kartono, 2008).

Pentingnya penyuluhan pembangunan juga diawali oleh kesadaran akan adanya kebutuhan manusia untuk mengembangkan dirinya agar lebih mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Karena itu, kegiatan penyuluhan pembangunan terus menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan agar mereka memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan yang dicita-citakan (Mardikanto, 1993).

Secara garis besarnya, yang menjadi titik-tolak dari penyuluhan pertanian dapat digolongkan kedalam tiga bagian. Pertama adalah penyuluhan pertanian sebagai aspek pendidikan, kedua adalah penyuluhan pertanian sebagai proses yang demokrasi dan ketiga adalah penyuluhan pertanian sebagai proses yang terus menerus (Sastraatmadja, E. 1993).


(19)

Kartasapoetra, A.G. (1987) mengemukakan bahwa dengan adanya penyuluhan-penyuluhan itu mereka dapat menolong diri masing-masing (self help), yang didasari semangat gotong royong yang lama telah mendarah daging pada mereka, sanggup secara bersama-sama dengan penuh toleransi memecahkan persoalan-persoalan tersebut sesungguhnya karena adanya keinginan dan kebutuhan.

a. Keinginan, bahwa setiap petani dan keluarganya ingin meningkatkan produksi dalam usahataninya untuk mendapatkan income yang sebesar-besarnya, mereka ingin hidup sejahtera.

b. Kebutuhan, mereka sadar bahwa peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan hanya akan tercapai apabila mereka mengubah cara-cara usahataninya, mereka butuh cara-cara atau teknologi baru.

Tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan pertanian adalah terjadinya pe-rubahan perilaku sasarannya. Sejalan dengan hal ini Syahyuti et al. (1999) menyebutkan tujuan yang ingin dicapai penyuluhan pertanian adalah mengembangkan kemampuan petani secara bertahap agar memiliki tingkat pengetahuan yang semakin meningkat, perbendaharaan informasi yang memadai dan kemampuan mengaplikasikan teknologi yang dibutuhkan sehingga akhirnya mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan yang terbaik untuk usahataninya. Jadi, penyuluhan pertanian bukan sekedar menyampaikan informasi kepada petani lalu berhenti, tetapi berlanjut sampai pada dampaknya yang ada efek perbaikan langsung yang menguntungkan.

Peran penyuluh yaitu membantu petani untuk memecahkan permasalahannya sendiri dengan kemampuan yang dimiliki sendiri, sehingga


(20)

petani dapat menjadi lebih baik. Penyuluh juga memiliki peran untuk menyampaikan program-program pemerintah dan menyampaikan teknologi baru dalam peni ngkatan produksi pada bidang pertanian. Program memiliki peran yang penting dalam suksesnya penyuluhan (Padmowihardjo S, 1999).

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) peran utama penyuluhan pada masa lalu dipandang sebagai alih teknologi dari peneliti ke petani. Sekarang peranan penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan dengan cara menolong mereka mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing-masing pilihan itu.

Secara rinci, Samsudin (1994) membagi peranan penyuluhan pertanian menjadi: (1) menyebarkan ilmu dan teknologi pertanian, (2) membantu petani dalam berbagai kegiatan usahatani, (3) membantu dalam rangka usaha meningkatkan pendapatan petani, (4) membantu petani untuk menambah kesejahteraan keluarganya, (5) mengusahakan suatu perangsang agar petani lebih aktif, (6) menjaga dan mengusahakan iklim sosial yang harmonis, agar petani dapat dengan aman menjalankan kegiatan usahataninya, (7) mengumpulkan masalah-masalah dalam masyarakat tani untuk bahan penyusunan program penyuluhan pertanian.

Menurut Kementerian pertanian Badan pengembangan sumber daya manusia Pertanian Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) dalam menetapkan keberhasilan seorang penyuluh pertanian digunakan 9 (sembilan) tolak ukur keberhasilan seperti berikut :


(21)

b. Tersusunya rencana kerja tahunan penyuluh pertanian

c. Tersusunnya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi d. Terdesiminasinya teknologi pertanian secara merata.

e. Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani dan pelaku usaha f. Terwujudnya kemitraan usaha petani dan pelaku usaha yang menguntungkan g. Terwujudnya akses petani dan pelaku usaha kelembaga keuangan, informasi dan sarana produksi.

h. Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan diwilayahnya. i. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan pelaku utama.

Landasan Teori Kinerja

Kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu.

Teori Kinerja

As’ad (2003) mengemukakan teori atribusi atau Expectancy Theory bahwa kinerja merupakan hasil interaksi antara motivasi dan ability, yang dirumuskan dengan formula sebagai berikut: P(Performance) merupakan fungsi M(Motivation) dan A(Ability) yang dapat ditulis sebagai rumus: P = f (M x A). Berdasarkan teori diatas maka seseorang tenaga penyuluh pertanian yang rendah dalam salah satu komponennya maka kinerjanya akan rendah pula, dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tenaga penyuluh pertanian yang kinerjanya rendah, maka hal tersebut dapat merupakan hasil dari motivasinya yang rendah atau kemampuannya yang kurang atau kedua-duanya yaitu motivasi dan kemampuannya yang rendah (Suparyanto, 2012).


(22)

Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

a. Melakukan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian,perikanan dan kehutanan. b. Melaksanaan penyuluhan , evaluasi dan pelaporan serta pengembangan penyuluhan

Fungsi Penyuluh Pertanian

a. Memfasilitasi Proses Pembelajaran Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha;

b. Mengupayakan Kemudahan Akses Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Ke Sumber Informasi, Teknologi, Dan Sumber Daya Lainnya Agar Mereka Dapat Mengembangkan Usahanya;

c. Meningkatkan Kemampuan Kepemimpinan, Manajerial, Dan Kewirausahaan Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha;

d. Membantu Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Dalam Menumbuhkembangkan Organisasinya Menjadi Organisasi

e. Ekonomi Yang Berdaya Saing Tinggi, Produktif, Menerapkan Tata Kelola Berusaha Yang Baik, Dan Berkelanjutan; Membantu Menganalisis Dan Memecahkan Masalah Serta Merespon Peluang Dan Tantangan Yang Dihadapi Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Dalam Mengelola Usaha;

f. Menumbuhkan Kesadaran Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Terhadap Kelestarian Fungsi Lingkungan; Dan

g. Melembagakan Nilai -Nilai Budaya Pembangunan Pertanian Yang Maju Dan Modern Bagi Pelaku Utama Secara Berkelanjutan.


(23)

Sikap

Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering digunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan, kelompok, bahkan tingkah laku suatu bangsa. Meskipun demikian sikap seseorang terhadap suatu objek tidak selalu memunculkan tingkah laku yang negatif terhadap objek tersebut (Azwar, 2002).

Sikap yang dimiliki seseorang memberikan corak pada perilaku atau tindakan orang yang bersangkutan (Walgito, 2006). Krech dan Crutchfield dalam Walgito (2006), mengatakan bahwa perilaku seseorang akan diwarnai atau dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan. Para ahli psikologi sosial memberikan pengertian tentang sikap yang sedikit berbeda-beda namun pada dasarnya semuanya bertujuan untuk mengetahui prilaku seseorang. Walgito (2006) mendefinisikan sikap adalah suatu organisasi yang mengandung pendapat, pengetahuan, perasaan, keyakinan tentang sesuatu yang sifatnya relatif konstan pada perasaan tertentu dan memberikan dasar untuk berperilaku.

Van den Ban dan Hawkins (2000) mendefinisikan sikap sebagai perasaan pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat parmanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungan. Dengan demikian komponen-komponen sikap meliputi pengetahuan, pendapat, pikiran, keyakinan dan perasaan-perasaan dan kecenderungan bertindak.

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan


(24)

yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar, 2002).

Sikap Positif

Sikap Positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Sikap Negatif

Sikap Negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiono, 2004).

Skala likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, dan baik-tidak baik. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab responden (Kuncoro dan Riduwan, 2007).


(25)

Indriantoro dan Supomo (2002), skala likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap subjek, objek, atau kejadian tertentu. Metode pengukuran yang paling sering digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert sehingga dikenal dengan nama skala likert. Nama lain dari skala ini adalah summated ratings method. Skala likert umumnya menggunakan lima angka penilaian, yaitu: 1. sangat setuju, 2. setuju, 3. netral, 4. Tidak setuju, 5. sangat tidak setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat juga dibalik mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Alternatif angka penilaian dalam skala ini dapat bervariasi dari 3 sampai dengan 9.

Perilaku

Perilaku adalah tindakan (kegiatan atau tindak-tanduk) manusia yang dapat diamati. Sebaliknya sikap merupakan pencerminan dari dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri seseorang dan reaksi terhadap stimulus yang datang dari lingkungan. Bila sikap tersebut disalurkan keluar, terjadilah perilaku. Jadi sikap adalah kecenderungan untuk berperilaku (Sastrodiningrat, 1986).

Afektif atau afek adalah suatu penilaian positif atau negatif terhadap suatu obyek (Azwar, 2002). Berkaitan dengan adopsi teknologi, seorang individu petani akan selalu menilai suatu inovasi teknologi terhadap kemampuannya, ksesuaian terhadap kondisi lingkungan, tujuan yang ingin dicapai serta norma-norma dalam masyarakat. Terdapat keterkaitan antara perilaku, karekateristik individu dan lingkungan.

Dewasa ini banyak psikologi sosial berasumsi bahwa diantara faktor-faktor lain, perilaku dipengaruhi oleh tujuannya. Tujuan perilaku ini tidak hanya dipengaruhi oleh sikap seseorang, tetapi juga oleh harapan lingkungan sosialnya,


(26)

terhadap perilaku tersebut, norma-norma subyektif, serta kemampuanya untuk melakukan perilaku itu, yaitu penilaian perilaku sendiri (Van den Ban dan Hawkins, 2000).

Bentuk-bentuk perilaku manusia sangat beragam, sehingga tidak ada satu teoripun yang bisa menjelaskan secara detail bentuk dan arah berperilaku manusia. Bentuk-bentuk perilaku kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom (1908, dalam Notoatmodjo, 2007) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.

Skinner (1938, dalam Notoatmodjo, 2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Berdasarkan rumus teori Skinner tersebut maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable


(27)

behavior. Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama.

Faktor eksternal yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

Faktor internal yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti dan sebagainya.

Dari penelitian-penelitian yang ada faktor eksternal merupakan faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana seseorang itu berada (Notoatmodjo, 2007).

Hubungan Sikap dengan Perilaku

Sikap dan tingkah laku sangat berkaitan, karena manusia akan bertingkah laku ataupun berperilaku biasanya sesuai dengan sikap yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Dari sebuah sikap maka terciptalah sebuah tingkah laku.

Kerangka Pemikiran

Penyuluh pertanian lapangan merupakan motivator bagi para petani dan keluarganya dalam menjalankan kegiatan usaha taninya. Dengan adanya penyuluh pertanian lapangan diharapkan petani mau dan mampu mengubah pengetahuan, sikap, perilaku, keterampilan dan harapan mereka demi tercapainya kesejahteraan petani dan keluarganya.


(28)

Kinerja penyuluh pertanian lapangan dikatakan berjalan lancar apabila sikap petani terhadap kinerja penyuluh pertanian lapangan tersebut positif yang akhirnya akan menghasilkan perilaku yang positif pula, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian tingkat keberhasilan penyuluh pertanian lapangan dipengaruhi oleh sikap dan perilaku petani.

Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: Menyatakan Pengaruh Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Petani

Perilaku Petani Sikap petani

Negatif Terbuka Tertutup Positif


(29)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Kinerja penyuluh pertanian sudah dilakukan dengan baik sesuai dengan kebutuhan petani.

2. Sikap petani positif terhadap kinerja penyuluhan pertanian. 3. Perilaku petani terbuka terhadap kinerja penyuluhan pertanian.


(30)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Gunung Manobot, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas.

Lokasi penelitian dipilih satu desa dari dua puluh lima desa yang ada di Daerah Kecamatan Lubuk Barumun dan terdapat tiga puluh empat kelompok tani dengan alasan bahwa desa tersebut merupakan salah satu kelompok tani yang mempunyai lahan percontohan.

Metode Penentuan Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah seluruh anggota Kelompok Tani Makmur di Desa Gunung Manobot, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas yaitu sebanyak 30 orang. Penelitian ini dilakukan secara sensus, yaitu seluruh populasi diambil sebagai subjek penelitian.

Tabel 1. Daftar Kelompok Tani se-Kecamatan Lubuk Barumun

No Nama Desa Nama Kelompok Tani Jumlah

Anggota

1 Janji Matogu Sinar Tani 50 2 Pagaran Silindung Harapan Jaya 30 3 Tangga Bosi Sejahtera Tani 60 4 Huta Ibus Makmur Jaya

Mujur Tani Martua Tani

20 20 20 5 Pagaran Jalu-jalu Tani Raya 45

6 Huta Nopan Seroja 20

7 Pagaran Jae Batu Saroha 64 8 Pasar Latong Tani Subur

Harapan Tani Sahata Tani 40 42 38 9 10 11 Huta Dolok Pagaran Malaka Batang Tanggal Baru

Seksama Maju Jaya Kurnia Natama Setia Maju Mitra Jaya Maju Bersama 35 37 30 31 35 34


(31)

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Aek Lancat Gunung Manobot Batang Bulu Jae Suro Dingin Bonal

Batang Bulu Tanggal Janji Lobi 5

Sangkilon Siali-ali Parsombaan Sihiuk Pagaran Mompang Huta Lombang Harambir Napitu Sepakat Makmur Karang Taruna Suka Maju Sehati Pandasoran Saba Batang Bulu Tanggal Tani Jaya Asa Jaya Sama Rata Saba Siali-ali Harapan Jaya Makmur Tani Perintis Sinar Pagi 35 35 30 40 60 45 45 36 20 15 25 25 71 52 40 45

Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang LawasTahun 2012.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

a. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden melalui kuisioner yang telah disiapkan.

b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

Wawancara, pengumpulan data primer dengan mengajukan pertanyaan yang sistematis dan langsung kepada petani responden.

Pencatatan, teknik pengumpulan data dengan cara mengutip buku, pustaka, laporan yang telah ada dari lembaga instansi terkait.

Data tersebut diambil dari data lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2009 sampai tahun 2012.


(32)

Metode Analisis Data

Semua data yang diperoleh dari lapangan ditabulasikan terlebih dahulu, kemudian dianalisis dengan metode analisis yang sesuai.

Pengujian hipotesis 1 menggunakan analisis deskriptif dan skoring yaitu dengan melihat bagaimana pelaksanaan kinerja penyuluh pertanian lapangan di Desa Gunung Manobot, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Tabel 2. Daftar Data untuk Mengukur Kinerja Penyuluhan

N o

Tugas Pokok Indikator Skor

1 Menyelenggarakan kunjungan kepada kelompok tani

A : 2 kali kunjungan per kelompok tani dalam sebulan B : 1 kali kunjungan per kelompok tani dalam sebulan C : 0 kali kunjungan per kelompok tani dalam sebulan

3 2

1

2 Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, menggabungkan kelompok tani dengan pendekatan kelompok

A : Selalu

(2 kali dalam sebulan per kelompok tani)

B : Kadang – kadang

(1 kali dalam sebulan per kelompok tani)

C : Tidak pernah

(0 kali dalam sebulan per kelompok tani)

3

2

1

3 Menyusun bersama program penyuluhan di Balai

Penyuluhan dan

melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat

A : Selalu

(1 kali dalam setahun) B : Kadang – kadang (1 kali dalam dua tahun) C : Tidak pernah

(1 kali dalam ≥ 3 tahun)

3 2 1

4 Menyususn rencana kerja penyuluhan pertanian (RKPP)

A : Selalu

(1 kali dalam setahun) B : Kadang – kadang (1 kali dalam dua tahun) C : Tidak pernah

(1 kali dalam ≥ 3 tahun)

3 2 1

5 Bersama sama dengan kontak tani dan tokoh tokoh

A : Selalu

(2 kali dalam setahun)


(33)

27 - 9 3 masyarakat

menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain : gotong royong, dan sebagainya)

B : Kadang – kadang (1 kali dalam setahun) C : Tidak pernah (0 kali dalam setahun)

1

6 Menyusun materi penyuluhan pertanian

A : Selalu

(2 kali dalam sebulan per kelompok tani)

B : Kadang – kadang

(1 kali dalam sebulan per kelompok tani)

C : Tidak pernah

(0 kali dalam sebulan per kelompok tani)

3 2 1

7 Membantu menyusun RDK/ RDKK kelompok

A : PPL membantu semua kelompok tani binaan

B : PPL membantu ≥ 75 % kelompok tani binaan

C : PPL membantu <30 % kelompok tani binaan

3 2 1

8 Menerapkan metode penyuluhan pertanian

 Ceramah dan Diskusi

A : Selalu

(2 kali dalam sebulan per kelompok tani)

B : Kadang – kadang

(1 kali dalam sebulan per kelompok tani)

C : Tidak pernah

(0 kali dalam sebulan per kelompok tani)

3 2 1

9 Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertnanian dan dampaknya

A : Selalu

(1 kali dalam setahun) B : Kadang – kadang (1 kali dalam dua tahun) C : Tidak pernah

(1 kali dalam ≥ 3 tahun)

3 2 1

Range =

Range = = 6

Jumlah skor pelaksanaan kinerja penyuluh pertanian antara lain 9 – 27 dengan range 6, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut :

Data terbesar – Data terkecil Jumlah kriteria


(34)

9 – 15 = kinerja rendah 16 – 21 = kinerja sedang 22 – 27 = kinerja tinggi

Hipotesis 2 diukur dengan menggunakan teknik penskalaan Likert, yaitu mengelompokkan variabel dengan menjumlahkan skor dari nilai seperangkat variabel yang bersangkutan berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pengukuran skala likert lebih adil dibandingkan pengukuran skala sikap lainnya, hal ini dikarenakan skala likert mengukur sikap dari dua sisi yang berbeda. Sikap seseorang bisa dilacak dari pernyataan positif dan pernyataan negatif, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat dan nyata.

Tabel 3. Daftar Pernyataan Positif dan Negatif Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian

No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1. Petani mengenal baik keberadaan penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun

Penyuluh tidak berperan sesuai dengan yang diharapkan petani

2. Peran penyuluh berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani

Petani merasa kinerja penyuluh masih belum optimal

3. Penyuluh selalu datang tepat waktu untuk memberikan materi kepada petani

Penyuluh tidak dapat diandalkan di dalam berusahatani

4. Kegiatan penyuluhan memberikan dorongan dan semangat bagi petani untuk meningkatkan produktivitas usahatani

Petani merasa kesulitan dalam menyampaikan aspirasi kepada penyuluh

5. Penyuluh dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan kehidupan yang lebih baik

Butuh waktu yang lama bagi petani dalam menyampaikan aspirasi kepada penyuluh

6. Penyampaian materi oleh penyuluh sesuai dengan kebutuhan petani

Materi yang diberikan tidak membantu petani dalam memecahkan masalah


(35)

7. Kegiatan penyuluhan lebih bermanfaat dirasakan petani dibanding dengan tanpa adanya kegiatan penyuluhan

Penyuluh belum melakukan sosialisai tentang peran penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun secara optimal

8. Penyuluh melakukan sosialisai diwilayah kerja bersama kelompok tani dan tokoh-tokoh masyarakat antara lain gotong royong dan lain sebagainya

Penyuluh tidak datang tepat waktu pada saat pertemuan rutin

9. Penyuluh membantu petani untuk merubah sikap, pengetahuan dan keterampilan petani

Petani menganggap materi yang disampaikan penyuluh tidak bermanfaat bagi mereka sehingga petani tidak menerapkan informasi tersebut

10. Penyuluh melakukan pembinaan kepada kelompok tani dalam menyusun RDK

Kinerja Penyuluh tidak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun

11. Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan yang dinanti petani selama ini

Kegiatan penyuluhan membuat petani menjadi kaku dan bingung dalam melakukan usaha taninya

12. Dengan adanya kegiatan penyuluhan, petani menjadi lebih dapat mengenal masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan dalam berusaha tani

Kegiatan penyuluhan bukan merupakan kegiatan yang dinanti petani

13. Petani menjadi lebih aktif karena adanya penyuluh yang membantu dalam berusahatani

Menurut petani keterampilan dan pengetahuan yang di dapat sendiri lebih baik dari pada yang diberikan penyuluh

14. Penyuluh dapat membina dan mengembangkan kelompok tani

Kegiatan penyuluhan hanya membuat petani malas untuk berusahatani 15. Bagi petani, mengikuti kegiatan

penyuluhan pertanian merupakan kesempatan untuk meng- ekspresikan gagasan dan ide petani

Penyuluh belum layak unuk dijadikan pedoman dalam mengembangkan kehidupan yang lebih baik


(36)

Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, dan STS = 1; sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, dan STS = 5.

Sedangkan untuk mengukur skala likert tersebut digunakan rumus:

�= 50 + 10�� − �� 5 � Keterangan:

T : Skor Standar X : Skor responden

�� : Rata-rata skor kelompok S : Deviasi standar kelompok Kriteria uji :

Jika T ≥ 50, maka sikap positif Jika T ≤ 50, maka sikap negatif

Berdasarkan uji t tersebut, dapat diketahui secara langsung sikap petani apakah positif atau negatif terhadap kinerja penyuluh pertanian di Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas. Jika petani bersikap positif, maka itu menunjukkan bahwa kinerja penyuluh pertanian berhasil, dan sebaliknya jika petani bersikap negatif, maka itu menunjukkan bahwa kinerja penyuluh pertanian tidak berhasil dan tidak diterima oleh petani.

Hipotesis 3 yaitu untuk mengetahui bagaimana perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian diselesaikan dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan menggunakan metode analisis teknik skoring skala Gutman.


(37)

Tabel 4. Daftar Data Indikator Pengukuran Perilaku Petani

N

o Tahap Adopsi Inovasi Indikator

Skor 1 Petani selalu mengikuti kunjungan

penyuluhan pertanian

A. Selalu (2 kali dalam sebulan)

B. Kadang-kadang (1 kali dalam sebulan)

C. Tidak pernah (0 kali dalam sebulan)

3 2 1 2 Petani menerapkan materi yang

diberikan oleh penyuluh pertanian dalam berusaha tani

A. Selalu (setiap melakukan kegiatan usaha tani) B. Kadang-kadang (sekali

kegiatan usaha tani) C. Tidak pernah (tidak

pernah mau

mencoba/mengadopsi)

3 2 1

3 Petani mendukung penuh keikutsertaan tokoh masyarakat dalam kegiatan penyuluhan pertanian

A. Selalu (2 kali dalam sebulan)

B. Kadang-kadang (1 kali dalam sebulan)

C. Tidak pernah (0 kali dalam sebulan)

3 2 1 4 Petani mendukung adanya Rencana

Kerja Penyuluh Pertanian (RKPP) yang disusun secara lengkap dan terperinci oleh penyuluh

A. Selalu (1 kali dalam setahun)

B. Kadang-kadang (1 kali dalam 2 tahun)

C. Tidak pernah (0 kali dalam setahun)

3 2 1 5 Petani mengikuti kegiatan gotong

royong yang diadakan oleh penyuluh

A. Selalu (2 kali dalam setahun)

B. Kadang-kadang (1 kali dalam setahun)

C. Tidak pernah (0 kali dalam setahun)

3 2 1 6 Petani ikut terlibat dalam menyusun

materi yang diberikan oleh penyuluh pertanian

A. Selalu (2 kali dalam sebulan)

B. Kadang-kadang (1 kali dalam sebulan)

C. Tidak pernah (0 kali dalam sebulan)

3 2 1 7 Petani melakukan musyawarah

dalam menyusun rencana kegiatan kelompok tani

A. Selalu (1 kali dalam sebulan)

B. Kadang-kadang (1 kali dalam 2 bulan)

C. Tidak pernah (0 kali dalam sebulan)

3 2 1 8 Petani menerima informasi yang A. Selalu (2 kali dalam 3


(38)

disampaikan penyuluh kepada petani tentang pengetahuan dan perkembangan pertanian

sebulan per kelompok tani)

B. Kadang-kadang (1 kali dalam sebulan per kelompok tani) C. Tidak pernah (0 kali

dalam sebulan per kelompok tani)

2 1

9 Petani dengan penyuluh pertanian

bersama-sama membangun kelompok tani yang lebih baik

A. Selalu (mengikuti penyuluhan 2 kali dalam sebulan per kelompok tani)

B. Kadang-kadang

(mengikuti penyuluhan 1 kali dalam sebulan per kelompok tani)

C. Tidak pernah (mengikuti penyuluhan 0 kali dalam sebulan)

3

2

1

Definisi dan Batasan Operasional Definisi

1. Penyuluhan adalah sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian.

2. Penyuluh Pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berfikirnya dan cara hidupnya yang lama dengan cara yang baru melalui proses penyebaran informasi seperti pelatihan, kursus, kunjungan yang berkaitan dengan perubahan dan perbaikan cara-cara berusahatani, usaha peningkatan prodiktivitas


(39)

pendapatan petani serta perbaikan kesejahteraan keluarga petani atau masyarakat.

3. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang penyuluh dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

4. Sikap Positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan program.

5. Sikap Negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap program.

6. Perilaku Tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

7. Perilaku Terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di Desa Gunung Manobot, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Propinsi Sumatera Utara.

2. Sampel data penelitian adalah petani padi sawah yang merupakan anggota kelompok tani.


(40)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Kondisi Geografis

Desa Gunung Manobot berada dalam wilayah Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas, dengan luas lahan 983,53 Ha. Secara administratif Desa Gunung Manobot memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Batang Bulu Jae - Sebelah Selatan : Desa Batang Tanggal Baru - Sebelah Timur : Desa Aek Lancat

- Sebelah Barat : Desa Pagaran Malaka

Keadaan Daerah

a. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Jumlah Penduduk Desa Gunung Manobot adalah 2.033 jiwa, yang terdiri dari 1.103 jiwa laki-laki dan 930 jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 612 KK. Komposisi penduduk Desa Gunung Manobot berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Komposisi Penduduk Desa Gunung Manobot Berdasarkan Kelompok Umur

No. Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-14 472 23,21

2 15-60 1357 66,74

3 >60 204 10,05

Total 2033 100


(41)

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa distribusi penduduk menurut kolompok umur tertinggi yaitu terdapat pada umur 15-60 tahun yakni sebanyak 1.357 jiwa dengan persentase 66,74 % dan yang terendah yaitu pada kelompok umur > 60 tahun yakni sebanyak 204 jiwa dengan persentase 10,05 %. Dari data diatas dapat dilihat bahwa kelompok usia produktif (15 tahun-60 tahun) lebih banyak dari usia yang belum/tidak produktif.

Komposisi penduduk menurut Janis kelamin dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 1.103 54,25

2 Perempuan 930 45,75

Total 2033 100

Sumber : Profil Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Desa Gunung Manobot jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah 1.103 jiwa atau persentasenya 54,25% sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 930 jiwa dengan persentase 45,75%. Dari data tersebut dapat diketehhui bahwa penduduk di Desa Gunung Manobot lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan.

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 7 berikut :


(42)

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tidak Tamat SD 50 6,81

2 Tamat SD 104 14,16

3 Tamat SMP 259 35,28

4 Tamat SMA 212 28,88

5 Tamat Akademi (D1-D3) 67 9,12 6 Tamat Sarjana 40 5,44

Total 734 100

Sumber : Profil Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dilihat penduduk lebih banyak berada pada tingkat pendidikan SMP dengan jumlah penduduk sebanyak 259 jiwa dengan persentase 35,28% dan penduduk lebih sedikit berada pada tingkat pendidikan tamat Sarjana (S1) dengan persentase 5,44%. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa Gunung Manobot tergolong baik, karena sebagian besar penduduk tamat SMP dan yang tidak tamat SD hanya sedikit.


(43)

Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

1 Petani 716 79,02

2 Buruh Tani 30 3,31

3 Pegawai Negeri Sipil 60 6,62 5 Pedagang Keliling 5 0,55

6 TNI/POLRI 7 0,77

7 Pensiunan 10 1,10

8 Karyawan Swasta 23 2,53 9 Pengrajin Industri Rumah Tangga 50 5,51 10 Dokter/Bidan Swasta 5 0,55

Total 906 100

Sumber : Profil Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

Berdasarkan tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk lebih banyak sebagai Petani yaitu sebanyak 716 jiwa dengan persentase sebanyak 79,02%. Sedangkan mata pencaharian penduduk yang paling sedikit adalah Pedagang Keliling dan Dokter/Bidan Swasta yakni sebanyak 5 jiwa dengan persentase 0,55%.

Sarana dan Prasarana di Desa Gunung Manobot

Di Desa Gunung Manobot terdapat berbagai sarana dan prasarana yang sangat berguna bagi masyarakat yang ada di desa tersebut dalam upaya


(44)

meningkatkan perkembangan desa dan mayarakat yang ada di dalamnya. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini :

Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Gunung Manobot

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1 TK Swasta 1

2 SD Negeri dan Swasta 2

3 Sekolah Islam 1

4 Mesjid 1

5 Musholla 1

6 Lapangan Voli 1

7 Posyandu 2

Total 9

Sumber : Profil Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan sarana dan prasarana di Desa Gunung Manobot belum cukup baik sehingga kebutuhan masyarakat belum dapat dipenuhi dengan baik, baik itu dalam bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan maupun sosial budaya sehingga belum dapat meningkatkan perkembangan desa serta masyarakat yang ada di desa tersebut agar lebih maju.

Perekonomian Wilayah Kabupaten Padang Lawas

Sektor yang paling dominan dalam mendukung kegiatan perekonomian di Kabupaten Padang Lawas adalah sektor perkebunan. Adapun potensi mengenai pengembangan perekonomian wilayah di Kabupaten Padang Lawas diuraikan sebagai berikut:


(45)

 Sektor tanaman pangan merupakan salah satusektor yang mengalami perkembangan cukup pesat di Kabupaten Padang Lawas.

 Komoditas tanaman yang juga pertumbuhannya pesat adalah kemiri, lada, aren, nilam, dan tembakau.

 Pengembangan di sektor perkebunan menjadi sektor penunjang utama kegiatan perekonomian masyarakat.

 Tanaman buah-buahan yang menunjang perekonomian di Kabupaten Padang Lawas adalah mangga, duku dan durian.

 Peternakan ayam kampung, itik, kambing dan domba juga mengalami pertumbuhan yang cepat.

 Berdasarkan hasil analisis secara rataa sektor perikanan budidaya air tawar dapat dikembangkan dengan baik di Kabupaten Padang Lawas.

Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik Penyuluh Sampel

Karakteristik penyuluh yang menjadi obyek penelitian ini meliputi Umur, Tingkat Pendidikan, Lama Menjadi Penyuluh, Jumlah Tanggungan, Pendapatan Penyuluh, Jarak Tempat Tinggal Penyuluh dengan BP3K. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini:


(46)

Tabel 10. Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun

No. Karakteristik Satuan Rataan Range

1 Umur Tahun 26.4 20 – 35 2 Tingkat Pendidikan Tahun 13.8 16 3 Lama Menjadi Penyuluh Tahun 3.4 1 – 6 4

5

Jumlah Tanggungan Keluarga

Pendapatan penyuluh

Orang

Rp

2

1.700.000

2 – 5

1.035.000-2.935.000 6 Jarak Tempat Tinggal Km 3.6 1 – 8 Sumber : Diolah dari Lampiran 8.

Tabel 10 dapat dilihat bahwa rata-rata umur penyuluh adalah 26.4 tahun dengan range 20 tahun – 35 tahun, hal ini menunjukkan bahwa penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun tergolong dalam usia produktif. Rata-rata tingkat pendidikan Penyuluh di daerah penelitian adalah 12 tahun atau setingkat dengan SMA yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penyuluh masih rendah. Rata-rata lama menjadi penyuluh adalah 3.4 tahun dimana penyuluh tergolong masih baru menjadi seorang penyuluh. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga penyuluh adalah 2 orang, artinya rata-rata jumlah tanggungan keluarga penyuluh sudah sesuai dengan program KB yang dianjurkan pemerintah. Skor pendapatan penyuluh sampel berkisar antara Rp 1.035.000-2.935.000 per bulan, dan rata-rata jarak tempat tinggal penyuluh adalah 3.6 km, yang berarti dekat dari tempat tinggal penyuluh.


(47)

Karakteristik Petani Sampel

Krakteristik petani sampel yang dimaksud adalah krakteristik sosial ekonomi petani, yaitu umur, lama berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini:

Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel Kecamatan Lubuk Barumun

No Uraian Satuan Range Rataan

1 Umur Tahun 25-64 45.3

2 Pendidikan Tahun 6-12 9.1 3 Lama Berusaha Tani Tahun 5-30 19.7

4 Luas Lahan Ha 1 1

5 Jumlah Tanggungan keluarga

Jiwa 1-6 2.4

Sumber : Diolah dari Lampiran 9.

Dari Tabel 11 dapat dijelaskan karakteristik petani sampel secara rinci sebagai berikut:

Umur Petani Sampel

Umur petani sampel yang menjadi objek penelitian memiliki range antara 25-64 tahun dengan rataan 45.3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong produktif, sehingga masih besar potensial tenaga kerja yang dimiliki oleh petani tersebut di dalam mengelola usahatani.

Pendidikan

Pendidikan petani sampel terdiri dari SD, SLTP, dan SLTA dengan rentang waktu antara 6-12 tahun. Adapun rataan tingkat pendidikan petani sampel adalah 9.1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel adalah


(48)

memiliki pendidikan terakhir tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Oleh karena itu wawasan pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak petani sampel dalam mengelola usahataninya sudah tergolong cukup baik.

Lama Berusahatani

Petani sampel memiliki rentang lama berusahatani antara 5-30 tahun dengan rataan 19.7 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman bertani petani sampel tergolong cukup lama, sehingga memiliki wawasan dan pengetahuan yang baik dalam mengelola usahatani.

Luas Lahan

Luas lahan petani sampel berkisar 1 ha dengan rataan sebesar 1 ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki lahan yang kurang cukup luas.

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan petani sampel berkisar antara 1-6 jiwa dengan rataan 2.4 jiwa. Dari rataan tersebut dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan petani sampel adalah cukup besar.


(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap petani yang terdapat di Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Pada penelitian ini ditetapkan sampel sebanyak 30 orang petani dari anggota kelompok tani yang ada di Desa Gunung Manobot. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap dan perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian dan tugas pokok serta fungsi penyuluh pertanian di daerah penelitian.

Penyuluh memiliki beberapa tugas pokok yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Tugas pokok tersebut dilaksanakan agar para petani mampu menerapkan tekhnologi baru, sehingga mampu berusaha tani dengan lebih baik, berusaha tani lebih menguntungkan, lebih hidup sejahtera dan membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera.

Pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Pertanian

1. Menyelenggarakan kunjungan kepada kelompok tani.

Penyuluh mengunjungi setiapkelompok tani 1 kali dalam 2 minggu atau 2 kali dalam 1 bulan, hari kerja penyuluh yakni pada hari Senin, Selasa, Kamis dan Jum’at, sedangkan pada hari Rabu penyuluh berkumpul di kantor BP3K untuk mendapatkan pengarahan rutin oleh Kordinator. Penyuluh melakukan kunjungan kepada masing-masing kelompok tani sesuai dengan tugas yang diberikan dimana kunjungan dilaksanakan selama ±120 menit. Tugas pokok yang tidak terlaksana di peroleh skor 2.7 (10 %) artinya tugas pokok penyuluh hanya sedikit yang tidak terlaksana.


(50)

2. Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, menggerakkan kelompok tani dengan pendekatan kelompok.

Penyuluh menyelenggarakan penyuluhan dengan materi penyuluhan pertanian yang terpadu, terkadang bergantung pada masalah yang terjadi di lapangan. Seperti Informasi dan Bimbingan Tentang Bercocok Tanam biasanya dilakukan 1-2 kali dalam sebulan. Penyuluh selalu melakukan pendekatan kelompok pada kelompok tani dengan mengadakan suatu kegiatan yg dapat mempererat hubungan antar kelompok tani.

3. Menyusun bersama program penyuluhan di balai penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat.

Penyuluh menyusun program penyuluhan bersama tokoh masyarakat yang dilaksanakan di Balai Penyuluhan, tokoh masyarakat yang dilibatkan antara lain adalah Kepala Desa, Ketua Kelompok Tani. Penyuluh selalu melakukan kegiatan ini, dimana dilakukan 1 kali dalam setahun. Penyuluh akan menanyakan kepada tokoh masyarakat tentang apa yang akan dikembangkan di desa dalam penyusunan program penyuluhan dan pelaksanaannya, seperti program peningkatan kesejahteraan petani, program pemberdayaan petani melalui tekhnologi dan informasi pertanian (P3TIP), dimana penyuluh akan mendiskusikan dan mempertimbangkan kembali pendapat dari tokoh masyarakat untuk dimasukkan ke dalam program penyuluhan.


(51)

4. Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian.

Penyuluh melakukan penyusunan rencana kerja 1 kali dalam setahun, biasanya dilakukan pada akhir tahun atau bulan desember untuk rencana kerja tahun depan. Seperti program peningkatan penerapan tekhnologi pertanian/perkebunan, program pemberdayaan penyuluh pertanian lapangan. Rencana kerja disusun berdasarkan kebutuhan di lapangan, isi dari rencana kerja tersebut adalah jadwal kunjungan kelompok tani, dan materi penyuluhan. Materi penyuluhan yang dijadwalkan di rencana kerja sifatnya fleksibel, dapat berubah sesuai dengan keadaan di lapangan serta jadwal kunjungan penyuluh kelapangan atau jadwal kunjungan ke kelompok tani sewaktu-waktu dapat berubah.

5. Bersama dengan kontak tani dan tokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain: pemberantasan hama, gotong royong, dan sebagainya).

Penyuluh mengajak kontak tani dan lapisan masyarakat lainnya untuk turut berpartisipasi dalam menyelenggarakan gerakan massal seperti, gotong royong, dan lain sebagainya, dimana dalam 1 tahun kegiatan itu dilakukan ± 2 kali dalam setahun, dengan kategori kadang-kadang yang seharusnya mencapai 6 kali dalam setahun. tetapi tokoh masyarakat biasanya hanya memantau kegiatan massal yang dilaksanakan tersebut.

6. Menyusun materi penyuluhan pertanian.

Penyuluh selalu menyusun materi sesuai kebutuhan petani, yang mana materi yang akan disusun dilakukan 1-2 kali dalam sebulan. Seperti contoh Pelatihan Pelaku dan Agribisnis, Penguatan Organisasi Petani. Dimana dengan


(52)

materi yang diberikan penyuluh ini dapat dimanfaatkan oleh petani untuk memperbaiki kehidupan petani, baik dari segi ekonomi maupun sosial.

7. Membantu menyusun RDK/ RDKK kelompok.

Penyuluh bertugas mengawasi dalam menyusun Rencana Definitif Kelompok (RDK)/ Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), karena RDK/ RDKK kelompok tani itu adalah wewenang kelompok tani tersebut. Penyuluh hanya membimbing dan mengarahkan kelompok tani, hal ini dilakukan karena terkadang petani tidak mengerti dan membutuhkan arahan dalam penyusunan RDK/ RDKK kelompok tersebut agar petani tidak merasa kebingungan dan kesulitan.

8. Menerapkan metode penyuluhan pertanian

Metode penyuluhan yang dilakukan di BP3K Kecamatan Lubuk Barumun antara lain adalah ceramah dan diskusi. Dimana ceramah dan diskusi sedang sering dilakukan. Penyuluh akan melakukan Tanya jawab kepada petani/ peserta setelah memberikan penyuluhan, hal ini untuk mencari tahu apakah petani sudah mengerti dan memahami akan apa yang sudah disampaikan penyuluh.

9. Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dan dampaknya.

Penyuluh akan mengevaluasi serta melaporkan hasil dari kegiatan yang dilakukan serta dampak yang diperoleh dari hasil kegiatan yang dilaksanakan. Penyuluh akan membuat hasil laporan yang akan diberikan atau diserahkan kepada Kantor Informasi Penyuluh Pertanian (KIPP).


(53)

Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

Hasil analisis mengenai tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian dapat diuraikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian Kabupaten Padang Lawas

No. Uraian Skor yang

diharapkan Skor yang diperoleh % Ketercapaian

1 Menyelenggarakan kunjungan kepada kelompok tani

3 2.3 76.6

2 Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang

terpadu, mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan

kelompok

3 2.3 76.6

3 Menyusun bersama program penyuluhan di Balai Penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat

3 2.6 86.6

4 Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian (RKPP)

3 2.7 90

5 Bersama sama dengan kontak tani dan tokoh tokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain: gotong royong, dan sebagainya)

3 2.1 70

6 Menyusun materi penyuluhan Pertanian

3 2.5 83.3

7 Membantu menyusun RDK/ RDKK kelompok


(54)

8 Menerapkan metode penyuluhan pertanian

3 2.9 97

9 Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dan dampaknya

3 3 100

Rata-rata 27 22 83

Sumber : Analisis Data Lampiran 4.

Dari Tabel 12 diperoleh bahwa skor tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Lubuk Barumun adalah sebesar 22 dengan persentase 83 %. Dengan kategori skor sebagai berikut:

9 – 15 = kinerja rendah 16 – 21 = kinerja sedang 22 - 27 = kinerja tinggi

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah tinggi. Pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian dengan tingkat keberhasilan tinggi ini diperoleh dari kesungguhan dan semangat penyuluh dalam melaksanakan tugas pokok di Kecamatan Lubuk Barumun.

Dengan demikian hipotesis tingkat keberhasilan atau kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian dapat diterima, karena kinerja penyuluh pertaninan termasuk dalam kriteria tinggi dengan skor 22 - 27.


(55)

Sikap Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Di Desa Gunung Manobot Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas

Manusia mempunyai keinginan untuk mengetahui dan mengerti dunia tempat dia hidup dan mengetahui makna dari informasi yang diterimanya. Orang bertindak sebagian dilandasi oleh sikap mereka pada suatu situasi. Di pihak lain, pengalamannya berperan pada sikap orang itu. Sikap orang dipengaruhi oleh pandangan seseorang pada suatu keadaan, fakta dan tindakan. Peran penyuluh sangat penting dalam pemberdayaan masyarakat petani, salah satunya dalam penyampaian informasi kepada petani. Hal ini dikarenakan penyuluhan yang berhubungan langsung dengan petani di lapangan, jadi segala permasalahan yang terjadi di lapangan maupun segala informasi tentang pengelolaan berusahatani ada di tangan penyuluh.

Sikap petani terhadap kinerja penyuluh yang selama ini membantu petani dapat diketahui dengan melihat jawaban – jawaban petani responden terhadap kuesioner yang berisi pernyataan – pernyataan yang diberikan. Pernyataan ini dibagi ke dalam 15 pernyataan positif dan 15 pernyataan negatif.

Sikap dalam hal ini merupakan suatu respon dalam wujud suka atau tidak suka terhadap obyek. Sikap petani bisa positif dan negatif. Untuk pernyataan positif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Ragu ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 4, dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5, demikian juga sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 5, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 4, Ragu ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 2, dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1. Dari setiap jawaban pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden


(56)

bagi setiap kategori kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap masing masing pernyataan dijumlahkan.

Interpretasi terhadap skor masing masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke dalam skor standart, dimana dalam hal ini digunakan model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor T menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standart deviasi S = 0.840771402, sehingga apabila skor standart ≥ 50 berarti mempunyai sikap yang positif dan jika skor standart < 50 berarti mempunyai sikap negatif. Sikap petani terhadap kinerja yang dilakukan oleh penyuluh pertanian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 13. Sikap Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Padang Lawas

No Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Positif 19 63

2 Negatif 11 37

Total 30 100

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 7.

Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 petani sampel yang diwawancarai terdapat 19 orang (63 %) petani yang menyatakan persepsi positif dan 11 orang (37 %) petani yang menyatakan negatif. Hal ini menyatakan bahwa sikap petani terhadap kinerja penyuluh pertanian baik, karena berdampak positif bagi petani dan sesuai dengan kebutuhan petani dalam mengelola usahatani. Selain itu, petani juga menilai kegiatan atau program yang diterapkan


(57)

oleh penyuluh dapat menambah pengetahuan dan keterampilan petani serta memberi kepercayaan diri dan kemudahan bagi petani untuk berusahatani.

Dari Tabel 13 diatas dapat disimpulkan bahwa sikap petani terhadap kinerja penyuluh pertanian adalah positif di daerah penelitian. Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan persepsi petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian dapat diterima.

Dengan adanya pelaksanaan kegiatan yang dilakukan penyuluh dapat membuat petani lebih mengetahui masalah-masalah yang dihadapi petani dalam berusahatani serta hubungan antara petani dengan penyuluh semakin dekat.

Tabel 14. Perilaku Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Padang Lawas

No. Uraian Skor

Tertinggi

Skor yg diperoleh

% Ketercapaian

1 Petani selalu mengikuti kunjungan penyuluhan pertanian

30 27 90

2 Petani menerapkan materi yang diberikan oleh penyuluh pertanian dalam berusaha tani

30 29 97

3 Petani mendukung penuh keikutsertaan tokoh masyarakat dalam kegiatan penyuluhan pertanian

30 30 100

4 Petani mendukung adanya Rencana Kerja Penyuluh Pertanian (RKPP) yang disusun secara lengkap dan terperinci oleh penyuluh

30 30 100

5 Petani mengikuti kegiatan gotong royong yang diadakan oleh penyuluh

30 26 87


(58)

materi yang diberikan oleh penyuluh pertanian

7 Petani melakukan musyawarah dalam menyusun rencana kegiatan kelompok tani

30 21 70

8 Petani menerima informasi yang disampaikan penyuluh kepada petani tentang pengetahuan dan perkembangan pertanian

30 25 83

9 Petani dengan penyuluh pertanian bersama-sama membangun kelompok tani yang lebih baik

30 30 100

Rata-rata 30 28 92

Sumber : Analisis Data Lampiran 8.

Dari Tabel 14 diperoleh bahwa skor tingkat perilaku petani terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Lubuk Barumun adalah sebesar 92 %. Dengan kategori skor sebagai berikut:

0 = perilaku tertutup 1 = perilaku terbuka

Hal ini menunjukkan bahwa perilaku petani terhadap tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah perilaku terbuka.

Dengan demikian hipotesis tingkat perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian dapat diterima, karena petani berperilaku terbuka terhadap kinerja penyuluh pertaninan di daerah penelitian.

Dari hasil penelitian tentang Sikap dan Perilaku Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanain di Kabupaten Padang Lawas dapat di simpulkan bahwa


(59)

kinerja penyuluh pertanian sudah berjalan baik, hal ini sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian. Penilaian kinerja penyuluh pertanian dilakukan untuk memberikan masukan terhadap hasil kerja atau prestasi kerja yang diperoleh penyuluh pertanian. Penilaian kinerja penyuluh pertanian akan memberikan umpan balik terhadap tujuan dan sasaran kinerja, perencanaan dan proses pelaksanaan kinerja. Penilaian kinerja penyuluh pertanian dapat pula dilakukan terhadap proses penilaian, review dan pengukuran kinerja penyuluh pertanian. Atas dasar penilaian kinerja tersebut dapat dilakukan langkah-langkah untuk melakukan perbaikan kinerja penyuluh pertanian diwaktu yang akan datang.


(60)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kinerja penyuluh di Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas berhasil dengan tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian adalah 83 %, atau dalam kriteria skor tinggi.

2. Sikap petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah positif. Dari 30 sampel, 19 diantaranya menyatakan sikap positif dan 11 orang menyatakan sikap negatif.

3. Perilaku petani terhadap kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah perilaku terbuka.

Saran

1. Saran untuk Pemerintah

Diharapkan kepada pemerintah supaya bisa membangun koordinasi yang baik dengan penyuluh pertanian. Karena keberhasilan penyuluh juga sangat ditentukan oleh peran pimpinan daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota. 2. Saran untuk Penyuluh

Diharapkan kepada penyuluh agar dapat membantu petani menyusun RDK/RDKK kelompok tani serta mampu mengarahkan petani untuk melakukan gerakan massal, seprti gotong royong.


(61)

3. Saran untuk Petani

Diharapkan kepada petani agar mau menerapkan materi yang diberikan oleh penyuluh dalam berusahatani serta lebih rajin mengikuti gerakan massal yang diadakan oleh penyuluh pertanian.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2001. Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Yayasan Pengembangan Sinar Tani.

Azwar, S., 2002, Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya. Edisi II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ban, Van Den A.W dan H. S Hawkins. 1999. Penyuluhan P ertanian. Kanisius. Jogyakarta.

Departemen Pertanian. 2009. Dasar Dasar Penyuluhan Pertanian..

Indrianto dan Supom

Kartasaputra A.G, 1987. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta : Bumi Aksara.

Kartono, 2008. Pengertian penyuluhan pertanian. Diakses Minggu 16 Desember

2012.

Kementerian Pertanian Badan pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP).

Diakses Kamis 20 Desember 2012.

Kuncoro dan Ridwa

Mardikanto. T, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. Bentuk - bentuk perilaku. Diakses Selasa 29 Januari 2013

Padmowihardjo S, 1999. Media penyuluhan pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Samsudin S, U.1994. Manajemen Penyuluhan Pertanian. Bina Cipta. Bandung. Sastraadmadja, E. 1993. Penyuluh pertanian. Penerbit Alumni. Bandung.


(63)

Sugiyono. 2004. http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2009-2-00698 KA%20Bab%202.pdf. Diakses Selasa 29 Januari 2013.

Suparyanto. 2012. Teori Kinerja. http://dr suparyanto.blogspot.com/2012/08/teori-kinerja.html. Diakses Selasa 29 Januari 2013

Syahyuti et al. 1999. ‘Kajian Kelembagaan Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Nasional’ dalam Dinamika Inovasi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Pertanian. Penyunting (Ed.) Erizal et al.. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Walgito. 2006. Komunikasi Dasar. Yogyakarta UGM Press.

Wiriaatmadja, S., 1986. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian, Yasaguna, Jakarta.


(1)

Lampiran 10: Krakteristik Sosial Ekonomi Petani di Kecamatan Lubuk Barumun

KET

MS: Milik Sendiri S : Sewa

No Sampel Umur (Tahun) Pendidikan Terakhir Lama Bertani (Tahun) Jumlah Tanggungan (Jiwa) Luas Lahan (Ha) Status Kepemilikan

1 57 SD 20 2 1 MS

2 50 SMP 20 0 1 MS

3 50 SD 19 3 1 MS

4 40 SMA 17 4 1 MS

5 60 SD 30 1 1 MS

6 55 SD 27 2 1 MS

7 41 SMP 20 5 1 S

8 42 SMP 25 3 1 MS

9 38 SD 18 3 1 MS

10 45 SD 30 6 1 S

11 30 SMP 10 2 1 S

12 50 BA 27 4 1 MS

13 38 SMA 18 3 1 MS

14 45 SD 17 2 1 MS

15 60 SMP 30 0 1 MS

16 60 SMP 30 3 1 MS

17 42 SMP 16 3 1 MS

18 45 SMA 18 4 1 MS

19 64 SMP 28 2 1 MS

20 40 SMP 17 5 1 S

21 42 SMA 16 0 1 MS

22 58 SD 24 1 1 MS

23 42 SMP 20 4 1 MS

24 38 SMP 19 2 1 MS

25 35 SMP 17 2 1 MS

26 40 SMA 12 2 1 MS

27 25 SMP 6 0 1 S

28 27 SMA 5 0 1 S

29 60 SMP 25 2 1 MS

30 41 SMA 12 2 1 MS

Jumlah Rataan 1.360 45.3 273 9.1 593 19.7 72 2.4 30 1


(2)

Lampiran 9. Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Pertanian Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas

No Sampel

Umur (Thn)

Tingkat Pendidikan

(Thn)

Lama Menjadi Penyuluh

(Thn)

Jumlah Tanggungan

Keluarga (Orang)

Gaji Penyuluh (Bln)

Jarak Tempat Tinggal ke WKPP (km)

1 22 12 2 1 1.2 7

2 31 16 3 2 2.5 3

3 20 12 2 0 1.2 5

4 35 16 6 4 2.9 1

5 25 12 6 2 1.1 3

6 26 16 1 3 1.0 5

7 20 12 1 0 1.0 5

8 35 16 6 4 2.9 1

9 30 16 5 4 2.9 8

10 25 12 5 2 1.0 1

11 22 12 1 2 1.2 2

Jumlah 291 152 38 24 18.9 40


(3)

Lamiran 6. Jumlah Responden Yang Menjawab Pernyataan Dengan Sikap PERNYATAAN POSITIF

No Responden

SS S R TS STS JUMLAH

1 1 29 0 0 0 30

2 2 28 0 0 0 30

3 5 24 1 0 0 30

4 3 26 1 0 0 30

5 5 24 1 0 0 30

6 7 22 1 0 0 30

7 4 26 0 0 0 30

8 0 28 2 0 0 30

9 6 24 0 0 0 30

10 8 22 0 0 0 30

11 2 27 1 0 0 30

12 5 25 0 0 0 30

13 9 21 0 0 0 30

14 10 20 0 0 0 30

15 11 19 0 0 0 30

PERNYATAAN NEGATIF

No Responden

SS S R TS STS JUMLAH

1 0 2 1 27 0 30

2 0 4 3 27 0 30

3 0 0 2 28 0 30

4 0 0 7 23 0 30

5 0 2 2 26 0 30

6 0 0 2 28 0 30

7 0 0 10 20 0 30

8 0 0 5 25 0 30

9 0 0 5 25 0 30

10 0 0 5 25 0 30

11 0 0 3 27 0 30

12 0 1 7 22 0 30

13 0 0 2 28 0 30

14 0 0 1 29 0 30


(4)

Lampiran 7. Skor Interpretasi dari Skor Responden

No Sampel Xi Xi-X (Xi-X)2 Xi2 Nilai T Interpretasi

1 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

2 117 -2.66 7.0756 13689 18.36238728 Negatif

3 119 -0.66 0.4356 14161 42.15006602 Negatif

4 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

5 121 1.34 1.7956 14641 65.93774475 Positif

6 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

7 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

8 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

9 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

10 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

11 122 2.34 5.4756 14884 77.83158412 Positif

12 118 -1.66 2.7556 13924 30.25622665 Negatif

13 117 -2.66 7.0756 13689 18.36238728 Negatif

14 121 1.34 1.7956 14641 65.93774475 Positif

15 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

16 119 -0.66 0.4356 14161 42.15006602 Negatif

17 119 -0.66 0.4356 14161 42.15006602 Negatif

18 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

19 117 -2.66 7.0756 13689 18.36238728 Negatif

20 117 -0.66 7.0756 13689 18.36238728 Negatif

21 118 -1.66 2.7556 13924 30.25622665 Negatif

22 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

23 121 1.34 1.7956 14641 65.93774475 Positif

24 122 2.34 5.4756 14884 77.83158412 Positif

25 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

26 119 -0.66 0.4356 14161 42.15006602 Negatif

27 118 -1.66 2.7556 13924 30.25622665 Negatif

28 121 1.34 1.7956 14641 65.93774475 Positif

29 122 2.34 5.4756 14884 77.83158412 Positif

30 120 0.34 0.1156 14400 54.04390538 Positif

TOTAL 3588

RATA

RATA 119.66 429188

Ket : Deviasi Standart (S) = 0.840771402

=

� ∑ ��2− (∑ ��)2

�(�−1)


(5)

Lampiran 8. Perilaku Petani Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Padang Lawas

No. Sampel

Parameter

Skor Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 2 2 2 3 2 3 1 3 3 21 Sedang

2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 22 Tinggi

3 1 2 2 3 2 3 1 3 3 20 Sedang

4 2 2 3 3 2 2 1 3 3 21 Sedang

5 1 2 2 3 2 3 2 3 3 21 Sedang

6 2 2 3 3 2 2 1 3 3 21 Sedang

7 2 2 3 3 2 2 1 3 3 21 Sedang

8 2 2 3 3 2 3 1 3 2 21 Sedang

9 2 1 3 2 3 2 1 3 3 20 Sedang

10 2 3 2 2 3 2 1 3 2 20 Sedang

11 1 2 3 2 2 3 2 3 3 21 Sedang

12 3 2 3 2 2 2 3 1 2 27 Tinggi

13 3 2 3 2 1 2 3 1 2 19 Sedang

14 3 2 2 2 2 2 3 1 2 19 Sedang

15 2 2 2 2 1 2 3 1 3 18 Sedang

16 2 2 2 2 3 2 3 2 3 21 Sedang

17 3 2 2 2 3 2 3 2 3 22 Tinggi


(6)

19 3 2 3 2 2 2 2 2 3 21 Sedang

20 2 2 3 2 2 2 2 3 3 21 Sedang

21 2 2 3 3 2 2 2 3 2 21 Sedang

22 2 2 3 3 2 2 2 3 2 21 Sedang

23 2 2 3 2 2 2 2 3 2 20 Sedang

24 3 2 2 2 3 2 2 2 2 20 Sedang

25 3 2 2 2 3 2 2 2 2 20 Sedang

26 3 2 2 2 3 2 3 2 2 20 Sedang

27 3 2 2 2 1 2 3 3 2 20 Sedang

28 3 2 3 2 1 2 3 3 2 21 Sedang

29 2 2 3 2 2 2 2 3 2 20 Sedang

30 2 2 2 2 3 2 3 1 2 19 Sedang

Jumlah 65 60 71 71 59 66 60 72 77 638

Sedang Rata-rata 2.1 2.0 2.3 2.3 1.9 2.2 2.0 2.4 2.5 21.2