PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI TEMATIK MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMK NEGERI KOTA GORONTALO.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

ABSTRACT………...ii

KATA PENGANTAR………...iii

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GRAFIK...xii

DAFTAR BAGAN...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1

B. Identifikasi masalah dan pembatasan masalah...9

C. Rumusan masalah dan pertanyaan penelitian...13

D. Definisi Operasional...14

E. Tujuan Penelitian... 16

F. Manfaat penelitian... 17

G. Kerangka berpikir... 18

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Menengah Kejuruan...23

1. Sejarah singkat...23

2. Karakteristik Pendidikan Menengah Kejuruan...24

B. Konsep Mata Pelajaran Bahasa Inggris...29

1. Karakteristik mata pelajaran bahasa Inggris...29

2. Standar Kompotensi mata pelajaran bahasa Inggris SMK...32

C. Konsep Metode Simulasi dalam pembelajaran...35

1. Pengertian...35

2. Manfaat metode simulasi...37

3. Keunggulan dan kelemahan metode simulasi...38

4. Bentuk-bentuk simulasi...39

5. Langkah-langkah pelaksanaan simulasi...40

D. Konsep Pembelajaran Tematik...43

1. Landasan pembelajaran Tematik...43

2. Pengertian pendekatan Tematik dalam Pembelajaran...46

3. Manfaat pembelajaran Tematik...47

4. Karakteristik Pembelajaran Tematik...49

5. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik...53

E. Model Pembelajaran Simulasi Tematik...56

1. Pengertian...56

2. Landasan Konsep...57


(2)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian... 68

B. Pendekatan penelitian...69

C. Prosedur Penelitian...69

D. Lokasi dan Subjek Penelitian...74

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data...74

F. Teknik analisis data...78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….79

1. Gambaran pembelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo………...………...79

2. Desain Konseptual Pengembangan Model Pembelajaran……….………97

3. Implementasi Model Pembelajaran Simulasi Tematik ...122

4. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Simulasi Tematik Mata Pelajaran Bahasa Inggris……….………...207

B. Pembahasan hasil Penelitian………...232

1. Desain model ………,,,..232

2. Pelaksanaan pembelajaran model simulasi tematik………....239

3. Dampak penerapan pembelajaran simulasi tematik...242

4. Faktor-Faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan model pembelajaran simulasi tematik...243

BAB V PENUTUP A. Simpulan……….249

B. Rekomondasi………,.257

DAFTAR PUSTAKA... 259


(3)

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1. Keadaan siswa yang mendaftar dan terterima di SMK Negeri 1 Kota

Gorontalo tiga tahun terakhir…….……….……….………..……79

TABEL 4.2. Jumlah peserta ujian nasional, jumlah lulusan, status lulusan dan nilai ujian mata pelajaran bahasa Iggris di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo………..………..……...80

TABEL 4.3. Keadaan siswa yang mendaftar dan terterima di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo tiga tahun terakhir……….………..…….…………82

TABEL 4.4. Jumlah peserta ujian nasional, jumlah lulusan, status lulusan dan nilai ujian mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri 2 Kota Gorontalo……….………..82

TABEL 4.5. Keadaan siswa yang mendaftar dan terterima di SMK Negeri 4 Kota Gorontalo tiga tahun terakhir………...……….….………84

TABEL 4.6. Jumlah peserta ujian nasional, jumlah lulusan, status lulusan dan nilai ujian mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri 4 Kota Gorontalo...84

TABEL 4.7. Persepsi siswa belajar bahasa Inggris………..……..………….…...86

TABEL 4.8. Kehadiran siswa dalam pembelajaran…………..………...………...87

TABEL 4.9. Motivasi belajar bahasa inggris…………...……….…..………87

TABEL 4.10 Kemampuan berkomunikasi lisan dalam bahasa inggris……....…..…….88

TABEL 4.11. Penilaian kualitas berbahasa inggris...89

TABEL 4.12. Usaha meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris...89

TABEL 4.13. Dukungan metode pembelajaran yang diterapkan guru...91

TABEL 4.14. Peran guru dan siswa dalam pembelajaran...92

TABEL 4.15. Penguasaan metode diskusi dan permainan...92

TABEL 4.16. Pemilihan tema pembelajaran...93


(4)

TABEL 4.18. Pemberian kesimpulan oleh guru...94

TABEL 4.19. Pelaksanaan evaluasi...94

TABEL 4.20. Hasil pre-test dan post-test uji coba terbatas tahap pertama...208

TABEL 4.21. Hasil uji perbedaan rata-rata pre-test dan post-test……...209

TABEL 4.22. Hasil pre-test dan post-test uji coba terbatas tahap kedua…...……..210

TABEL 4.23. Hasil uji perbedaan rata-rata pre-test dan post-test uji coba terbatas tahap kedua………...…….…...211

TABEL 4.24. Hasil pre-test dan post-test uji coba terbatas tahap ketiga……...…...212

TABEL 4.25. Hasil uji perbedaan rata-rata pre-test dan post-test uji coba terbatas tahap ketiga………...……....213

TABEL 4.26. Hasil pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori baik tahap pertama...214

TABEL 4.27. Hasil uji perbedaan rata-rata pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori baik tahap pertama...215

TABEL 4.28. Hasil pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori baik tahap kedua... 216

TABEL 4.29. Hasil uji perbedaan rata-rata pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori baik tahap kedua... 217

TABEL 4.30. Hasil pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori baik tahap ketiga...218

TABEL 4.31. Hasil uji perbedaan rata-rat pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori baik tahap ketiga...219

TABEL 4.32. Hasil pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori sedang tahap pertama...220

TABEL 4.33. Hasil uji perbedaan rata-rata pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori sedang tahap pertama...221

TABEL 4.34 Hasil pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori sedang tahap kedua...222


(5)

TABEL 4.35 Hasil uji perbedaan rata-rat pre-test dan post-test uji coba lebih luas

sekolah berkategori sedang tahap kedua...223 TABEL 4.36 Hasil pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori sedang

tahap ketiga...224 TABEL 4.37 Hasil uji perbedaan rata-rat pre-test dan post-test uji coba lebih luas

sekolah berkategori sedang tahap ketiga...225 TABEL 4.38 Hasil pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori kurang

tahap pertama...226 TABEL 4.39 Hasil uji perbedaan rata-rat pre-test dan post-test uji coba lebih luas

sekolah berkategori kurang tahap pertama...227 TABEL 4.40 Hasil pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori kurang

tahap kedua...228 TABEL 4.41 Hasil uji perbedaan rata-rat pre-test dan post-test uji coba lebih luas

sekolah berkategori kurang tahap kedua...229 TABEL 4.42. Hasil pre-test dan post-test uji coba lebih luas sekolah berkategori kurang

tahap ketiga...230 TABEL 4.43. Hasil uji perbedaan rata-rat pre-test dan post-test uji coba lebih luas


(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka berpikir………...………..22 Bagan 3.1. Langkah-Langkah Penelitian………...…...73 Bagan 4.1. Paradigma desain model konseptual pengembangan model pembelajaran

simulasi tematik………..……...108 Bagan 4.2 Paradigma hasil akhir………...…...… 200


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-kisi penelitian …….………...………...264

Lampiran 2 :Angket …………..………...265

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara untuk siswa...268

Lampiran 4 : Pedoman Wawancara untuk Guru ...270

Lampiran 5 : Pedoman Observasi Kegiatan Guru...273

Lampiran 6 : Dadu...275

Lampiran 7 : Format Koleksi Kosa Kata Baru...276

Lampiran 8 : Norma Penilaian Test Speaking...277

VALIDASI – VALIDASI : Lampiran 9 : Validasi Pakar...279

Lampiran 10 : Validasi Teman Sejawat...280

Lampiran 11 : Validasi Praktisi...281 SURAT KETERANGAN

1. Permohonan Izin Mengadakan studi lapangan/penelitian 2. Surat Izin Meneliti

3. Surat Keterangan telah melaksanakan Penelitian di SMK Negeri 1 4. Surat Keterangan telah melaksanakan Penelitian di SMK Negeri 2 5. Surat Keterangan telah melaksanakan Penelitian di SMK Negeri 4


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pemikiran

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi, dan budaya masyarakat. Untuk itulah konsep pendidikan haruslah adaptif terhadap perubahan yang terjadi. Di samping itu pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Pendidikan seperti ini dapat diartikan bahwa pendidikan dilihat sebagai human investment yang mempunyai perspektif multidimensional baik itu sosial, budaya, ekonomi maupun politik.

Pendidikan dalam perspektif sosial bermakna bahwa pendidikan akan melahirkan insan-insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam proses transformasi sosial di dalam masyarakat. Pendidikan menjadi faktor determinan dalam mendorong percepatan mobilitas vertikal dan horizontal masyarakat yang mengarah pada pembentukan konstruksi sosial baru yang terdiri atas lapisan masyarakat kelas menengah terdidik yang menjadi elemen penting dalam memperkuat daya rekat sosial (social cohesion). Dengan demikian pendidikan dapat memberikan sumbangan penting pada upaya memantapkan integritas sosial yang mendukung terwujudnya integritas nasional.

Makna pendidikan dalam perspektif budaya adalah pendidikan merupakan wahana penting dan medium yang efektif untuk mengajarkan norma,


(9)

mensosialisasikan nilai dan menanamkan etos kerja di kalangan warga masyarakat. Pendidikan juga dapat menjadi instrumen untuk memupuk keperibadian bangsa, memperkuat identitas nasional dan memantapkan jati diri bangsa. Bahkan peran pendidikan menjadi lebih penting ketika arus globalisasi semakin kuat yang membawa pengaruh nilai dan budaya yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai dan keperibadian bangsa Indonesia.

Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan sumber daya manusia (human

investment) yang akan menghasilkan manusia-manusia yang andal untuk menjadi

subjek penggerak pembangunan ekonomi nasional hal ini merupakan makna pendidikan dalam perspektif ekonomi. Oleh karena itu pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan bermutu yang memiliki pengetahuan, menguasai teknologi dan mempunyai keterampilan teknis yang memadai. Pendidikan juga harus dapat menghasilkan tenaga-tenaga profesional yang memiliki kemampuan kewirausahaan yang menjadi salah satu pilar utama aktifitas perekonomian nasional. Bahkan peran pendidikan menjadi sangat penting dan strategis untuk meningkatkan daya saing nasional dan membangun kemandirian bangsa yang menjadi prasyarat mutlak dalam memasuki persaingan antar bangsa di era global.

Makna pendidikan dalam perspektif politik menyatakan bahwa pendidikan harus mampu mengembangkan kapasitas individu untuk menjadi warga negara yang baik (good citizents) yang memiliki kesadaran akan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena itu, pendidikan harus dapat melahirkan individu yang memiliki visi dan idealisme untuk membangun


(10)

kekuatan bersama sebagai bangsa. Visi dan idealisme itu haruslah merujuk dan bersumber pada paham ideologi nasional yang dianut oleh seluruh komponen bangsa.

Mewujudkan hal ini pendidikan di Indonesia ditetapkan sebagai salah satu sektor pembangunan yang sejak Indonesia merdeka, hingga kini dan akan datang terus beroleh perhatian dari pemerintah dan masyarakat Indonesia. Berbagai kebijakan senantiasa dilahirkan untuk mewujudkan komitmen terhadap pembangunan di sektor pendidikan. Berbagai kebijakan yang di tempuh di sektor pendidikan ini antara lain ditetapkannya undang-undang dan berbagai aturan dibawahnya sebagai payung hukum dalam pelaksanaan pendidikan nasional, antara lain dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional ini mengatur berbagai hal menyangkut pengelolaan pendidikan di Indonesia antara lain di sebutkan bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus (pasal 15). Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 yang menyangkut pendidikan kejuruan menyatakan bahwa tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja, baik yang terstruktur di dalam industri besar maupun pada sektor usaha formal yang membutuhkan kemandirian kerja.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 Pendidikan Kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat


(11)

bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) (1999: 3) bahwa tamatan SMK dikritik karena tidak luwes dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan di tempat kerja, hanya memiliki ketrampilan tunggal/spesifik yang cepat usang, tidak mudah dilatih ulang, mobilitas karir lamban, tidak mampu mengembangkan dirinya. Padahal di sisi lain dunia kerja yang sarat perubahan menuntut tenaga kerja yang memiliki daya saing yang tinggi (adaptif dan antisipatif), terbuka terhadap perubahan mampu belajar bagaimana cara belajar seumur hidup, memiliki kapasitas menghadapi hal-hal baru secara tepat, memiliki kapasitas ”multi - skilling”, mudah dilatih ulang, memiliki dasar-dasar kemampuan yang luas, kuat dan mendasar sehingga mampu berkembang dan bersaing dalam era yang penuh kompetensi (dalam As’ari, 2008). Hal ini seiring dengan hasil observasi empirik Dadang Hidayat, dkk, (2008;1) mengindikasikan bahwa sebagian besar lulusan SMK kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan IPTEK, sulit untuk dilatih kembali dan kurang bisa mengembangkan diri. Temuan tersebut mengisyaratkan bahwa SMK belum banyak menyentuh atau mengembangkan kemampuan adaptasi peserta didik. Studi ini juga memperoleh gambaran bahwa sebagian besar lulusan SMK tidak bisa diserap di lapangan kerja,


(12)

karena kompetensi yang mereka miliki belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja yang salah satu indikasinya ditunjukkan adanya siswa SMK belum berkompetensi dalam berbahasa Inggris.

Menjawab permasalahan di atas struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini SMK dan Madrasah Aliyah kejuruan (MAK) diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK/MAK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran kejuruan, muatan lokal dan pengembangan yang bertujuan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja.

Mata pelajaran bahasa Inggris dijadikan sebagai mata pelajaran wajib atas dasar pertimbangan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional yang bertujuan untuk penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial budaya dan pembinaan hubungan antar bangsa-bangsa lainnya.

Bahasa Inggris adalah wajib bagi setiap peserta didik, dan telah ditetapkan secara juridis dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 dan Peraturan Menteri Nomor 22 dan 23 tahun 2005 tentang Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Upaya untuk memaksimalkan kemampuan peserta didik kita dalam berbahasa Inggris dirasakan masih perlu terus diperjuangkan dan dicarikan solusinya, mengingat bahwa dari berbagai penelitian yang dilakukan tentang kemampuan berbahasa Inggris di kalangan peserta didik kita masih jauh dari yang diharapkan. Seorang penulis dari Australia, Lan Briggs, dalam sebuah seminar “Toward more Inovative

and communicative English Language Teaching “ mengatakan bahwa banyak


(13)

mempelajarinya enam tahun di sekolah formal. Kesalahan ini terjadi akibat guru kurang efektif menciptakan strategi pengajaran yang tepat yang dapat memotivasi siswa. Motivasi berperan penting dalam mempelajari bahasa Inggris.

Hasil penelitian salah seorang guru bahasa Inggris pada siswa kelas I angkatan 2002/2003 SMU 8 Yogyakarta sebagaimana dikutip oleh Mansur Muslich (2007) bahwa dari 240 siswa sebagai responden menunjukkan gambaran mengenai kemampuan berbahasa Inggris, yaitu sebanyak 63 siswa atau 26,25 % merasa bingung dan tidak dapat menjawab apabila guru bahasa Inggris bertanya atau berbicara kepada mereka. Sebanyak 57 siswa atau 23,75 % merasa nervous (gugup), 18 siswa atau 7,5 % merasa kadang-kadang mengerti, kadang-kadang tidak dan karena mereka menjawab pertanyaan guru semampunya saja, 28 siswa atau 11,67 % memilih diam saja, siswa ini tidak mengerti pertanyaan dan pembicaraan guru. Sedangkan yang merasa percaya diri dan menjawab/merespon guru kurang dari seperempatnya, yakni 56 siswa atau 23,33 % saja. Kondisi yang digambarkan ini membuktikan bahwa dari sekian jumlah siswa hanya terdapat satu siswa yang merasa kemampuan berbahasa Inggrisnya bagus dan mampu berbicara dengan orang asing dan guru bahasa Inggrisnya yang isi pembicaraannya mudah dimengerti dan tidak ada kesalah pahaman, siswa yang merasa kemampuannya sedang, hal ini dibuktikan dengan bahwa guru bahasa Inggris cukup mengerti perkataan mereka namun terkadang terjadi kesalah pahaman. Dari hasil penelitian ini ditemukan terdapat peserta didik yang memiliki kemampuan rendah dalam berbahasa Inggris, hal ini


(14)

dibuktikan orang asing dan guru bahasa Inggris sama sekali tidak mengerti perkataan mereka, kecuali yang sangat sederhana, itupun sering terjadi kesalah pahaman.

Penelitian ini juga menggambarkan bagaimana penerimaan siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah. Data menunjukkan dari 166 siswa (77,5 %) merasa bosan/jenuh, mengantuk dan melamun dengan metode pembelajaran bahasa Inggris yang konvensional misalnya dengan melalui text book atau ceramah. Rasa bosan/jenuh membuat mereka tidak apresiatif terhadap pembelajaran bahasa Inggris sebab metode konvensional menurut 85 siswa (45,70 %) tidak mampu membuat mereka dapat berkomunikasi, 31 % berpendapat bahwa metode konvensional membuat mereka bingung, 31 siswa mengganggap selama ini terlalu banyak kosa kata sulit yang terlalu jauh dari kehidupan mereka.

Di SMK pelajaran bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran yang disebut program adaptif, di mana kelompok mata pelajaran ini berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar yang kuat untuk berkembang dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Perubahan adaptif memberi kesempatan peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar keilmuan yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari atau melandasi suatu kompetensi untuk bekerja.

Menjawab tuntutan dunia kerja akan tenaga kerja yang produktif, mampu beradaptasi dan memiliki keterampilan yang tinggi, maka sejak diberlakukannya kurikulum SMK edisi 2004 landasan pembelajaran di dasarkan pada landasan psikologi behaviorisme dan mastery learning. Landasan psikologi behaviourisme


(15)

memberi makna bahwa tujuan akhir pembelajaran adalah dimilikinya kompetensi yang merupakan kemampuan nyata (real ability) dan dapat ditunjukkan/ didemonstrasikan. Mastery learning memberi pengertian bahwa setiap individu dapat belajar secara baik bila diberi cukup waktu dan pembelajaran yang berkualitas.

Muatan kurikulum Bahasa Inggris yang terlalu padat membahas banyak tema yang belum tentu dianggap siswa bermanfaat dalam kehidupan mereka, dengan tidak dibarengi metode pembelajaran yang menyenangkan, membuat suasana pembelajaran atau suasana kelas menjadi membosankan. Hal tersebut berakibat tidak adanya apresiasi siswa terhadap pembelajaran Bahasa Inggris.

Melihat kenyataan ini perlu ada inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris di SMK yang mempertimbangkan pendekatan kepada siswa dari sudut psikologis. Hal ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Mengajar dengan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik akan mendorong mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka baik sebagai anggota keluarga maupun anggota masyarakat.

Belum adanya panduan strategi pembelajaran yang tepat yang bisa digunakan guru sebagai panduan ketika akan menjalankan tugas instruksional pada umumnya


(16)

berbasis materi sehingga tidak ada kemajuan yang berarti pada diri peserta didik yang diperolehnya dari kegiatan pembelajaran tersebut.

Sebagai salah satu solusi dari kondisi pembelajaran seperti ini, perlu didukung dengan model pembelajaran yang tepat untuk itu. Model dimaksud adalah model simulasi tematik. Hal ini mengingat pembelajaran simulasi tematik bertujuan untuk mampu mengakomodir berbagai komponen kemampuan yang diharapkan yakni empat ketrampilan dalam berbahasa Inggris ; listening, speaking, reading dan writing.

Kondisi pembelajaran Bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo dapat dioptimalkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan mengembangkan model pembelajaran simulasi tematik dimaksud.

B. Identifikasi masalah dan pembatasan masalah 1. Identifikasi masalah

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri merupakan salah satu jenis sekolah menengah di Kota Gorontalo, membuka beberapa program kejuruannya, dengan karakteritik program keahlian yang berbeda yakni SMK Negeri I ; akuntansi, administrasi perkantoran, penjualan, usaha jasa pariwisata, rekayasa perangkat lunak, tehnik penyiaran radio, multi media dan keahlian analisis kimia, SMK Negeri 2 ; program keahlian tata boga dan restoran, patiseri, akomodasi perhotelan, tata busana, tata kecantikan rambut dan teknologi hasil pertanian, SMK Negeri IV ; program


(17)

keahlian Kriya Kayu, kriya tekstil dan kriya kulit. Semua jurusan ini merupakan jurusan yang berorientasi pada ketrampilan praktis.

Menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah kejuruan di atas pemerintah Kota Gorontalo bersama stockholder lainnya terus mengoptimalkan kualitas dan kuantitas pengelolaannya.

Sebagaimana sudah diuraikan di atas mata pelajaran bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah ini, bahkan mata pelajaran ini menjadi mata pelajaran adaptif yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar keilmuan yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari atau melandasi suatu kompetensi untuk bekerja. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan berbagai dukungan dari semua komponen pendidikan.

Secara empirik penulis melihat semua komponen pendidikan di SMK Negeri di Kota Gorontalo pada dasarnya sudah memberi kontribusi nyata dalam pengelolaan pembelajaran di sekolah ini, namun kenyataan masih menunjukkan dukungan komponen pendidikan terhadap pengelolaan pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris masih diperhadapkan dengan berbagai permasalahan,

Guru sebagai tenaga pendidik adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Ketersediaan guru dari aspek jumlah dan kualifikasi yang sesuai kebutuhan akan sangat memberi kontribusi tidak saja dalam pelaksanaan proses pembelajaran akan tetapi juga terhadap tercapainya tujuan pembelajaran. Di SMK Negeri di Kota Gorontalo dari segi kualifikasi


(18)

ketersediaan guru sudah memadai akan tetapi dari segi jumlah dirasakan masih kurang.

Siswa adalah peserta didik yang harus dipahami memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Karakteristik yang berbeda ini berpengaruh kepada aktifitas belajar siswa mata pelajaran bahasa Inggris. Pemahaman ini haruslah diketahui lebih awal sejak siswa itu masuk sekolah. Di sekolah ini pemahaman terhadap karakteristik siswa baru mulai diketahui disaat siswa sudah beberapa lama belajar dan berada di lingkungan sekolah.

Sarana pendidikan seperti ruang belajar, ruang praktek, laboratorium bahasa sebagai tempat belajar diharapkan tersedia secara memadai sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, tepat dan nyaman. Di SMK Negeri Kota Gorontalo ruang belajar masih terbatas sehingga belum bisa menampung seluruh jumlah siswa yang mendaftar di sekolah- sekolah ini. Selain itu pula masih terdapat sekolah yang belum memiliki ruang praktek dan laboratorium bahasa, akibatnya seluruh aktivitas belajar dilangsungkan diruang belajar.

Media belajar seperti type recorder, televisi, OHP, LCD, komputerisasi dan gambar-gambar merupakan alat bantu guru dalam mengaudio visualkan materi pembelajaran sehingga materi pembelajaran tersampaikan secara lengkap kepada siswa. Di sekolah ini media belajar ketersediaannya masih terbatas sehingga kadang kala disaat guru bahasa Inggris akan menggunakannya masih dipakai oleh guru yang lain.


(19)

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yang disusun secara prosedur, teratur dan logis serta dituangkan dalam suatu rencana kegiatan untuk mencapai tujuan belajar. Ini berarti bahwa metode yang dipilih guru haruslah tepat sesuai tuntutan tema pembelajaran. Di SMK Negeri Kota Gorontalo pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris haruslah adaptif sehingga perlu didukung dengan metode pembelajaran yang tepat untuk itu, metode yang memberi kesempatan luas kepada siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, metode yang dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memerankan langsung tema-tema pembelajaran yang dapat mendukung jurusan yang dipilihnya. Selama ini guru mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo dalam memilih metode masih berorientasi kepada penguasaan materi secara kognitif, belum kepada bagaimana mengadaptasikan mata pelajaran bahasa Inggris kepada kompetensi siswa sebagai peserta didik sekolah menengah kejuruan. Ranah afektif dan psikomotor yang berhubungan dengan keberadaannya sebagai siswa SMK belum tersentuh secara optimal, selain itu peran guru masih mendominasi, belum banyak memberi kesempatan kepada siswa mensimulasikan tema-tema pembelajaran yang berhubungan dengan jurusan pilihannya, sekalipun itu ada porsinya sangat sedikit dan panduan yang baku tentang pembelajaran seperti itu belum dimiliki oleh guru.

Dimensi lingkungan merupakan komponen pendidikan yang turut berpengaruh kepada aktivitas belajar di sekolah. Dimensi lingkungan ini terdiri atas dimensi organisasi kelas dalam hal ini jumlah siswa dalam kelas, dan iklim sosial


(20)

psikologis dalam hal ini keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran baik secara internal maupun eksternal. Di SMK Negeri Kota Gorontalo dipandang dari dimensi organisasi kelas sudah memadai, dari dimensi iklim sosial psikologis belum optimal khususnya hubungan antara siswa dengan siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat.

2. Pembatasan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis mengambil salah satu permasalahan yang dianggap relevan dan memberi kontribusi segera dalam memberi solusi terhadap terwujudnya mata pelajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran adaptif di SMK Negeri Kota Gorontalo yakni “ Pengembangan Model Pembelajaran Simulasi Tematik Mata Pelajaran Bahasa Inggris”

C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut “ Bagaimana Model Pembelajaran Simulasi Tematik Mata Pelajaran Bahasa Inggris Di SMK Negeri Kota Gorontalo Di Kembangkan ”

Rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana praktek pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo saat ini ?


(21)

2. Bagaimana desain model pembelajaran simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo ?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo ?

4. Apakah ada pengaruh implementasi model pembelajaran simulasi tematik terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo ?

D. Definisi operasional

Menghindari kesalahan penafsiran istilah-istilah yang digunakan dalam masalah pokok penelitian ini serta untuk memperjelas arah penelitian maka perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut :

1. Pengembangan

Pengembangan adalah menjadikan sesuatu menjadi lebih sempurna (Kamus besar bahasa Indonesia, 2002 ; 415).

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengembangan adalah kegiatan memperluas, menjadikan sesuatu, atau menyempurnakan sesuatu dalam hal ini model pembelajaran simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Kota Gorontalo menjadi lebih baik.

2. Model pembelajaran simulasi tematik

Pengertian model pembelajaran menurut SS Chauhan (1979;20) adalah Model of teaching can be defined as an instructional design which describes the process of specifyng and producing particular envirounmental situations


(22)

which cause the students to interact in a such a way that a specifik change occurs in their behaviour.

Pengertian di atas dimaknai bahwa model pembelajaran adalah perencanaan/desain pembelajaran yang menggambarkan proses mengkhususkan dan menghasilkan situasi lingkungan yang menyebabkan siswa berinteraksi dengan cara tertentu sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Dalam hal ini untuk menghasilkan suatu proses yang dapat membuat siswa berinteraksi dengan lingkungan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Menurut Joice dan Well (2000;6) bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur pengorganisasian pengalaman belajar secara sistematik untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Sutikno (2008) mengemukakan simulasi berasal dari kata “simulate” yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Simulasi adalah menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian atau benda yang sebenarnya (Martinis Yamin, 2007;163). Sutikno (2008) simulasi berasal dari

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Masnur Muslich, 2007;164). Hamid Hasan (dalam Hani K, 2008) membagi organisasi materi dengan pendekatan tematik kedalam dua bagian, yakni organisasi materi dengan pendekatan antar disiplin (interdisciplinary) dengan pendekatan multi disiplin (multidisciplinary). Organisasi materi dengan pendekatan antar disiplin adalah pengorganisasian dari satu disiplin sumber materi utama dengan


(23)

berbagai dukungan pendalaman. Pendekatan ini menggunakan lebih dari satu disiplin (bidang) keilmuan tetapi ada satu bidang menjadi fokus utamanya. Pendekatan multi disiplin adalah pendekatan yang memperhatikan kedudukan yang sejajar dari masing-masing disiplin/bidang keilmuan yang disebut dengan juxtaposition.

Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengembangan model pembelajaran simulasi tematik adalah menjadikan lebih sempurna atau lebih baik cara kerja yang bersistem yang memudahkan pelaksanaan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang menampilkan simbol-simbol simulasi atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian atau benda yang sebenarnya dengan menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa yang berfokus pada mata pelajaran bahasa Inggris yang meliputi empat keterampilan berbahasa (listening,

speaking, reading dan writing). Penelitian ini dibatasi pada kemampuan berbicara

(speaking) dan kemampuan menulis (writing).

E. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang pembelajaran simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo


(24)

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Mendeskripsikan model pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo saat ini.

b. Merumuskan model pembelajaran simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo

c. Mengetahui implementasi model pembelajaran simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo

d. Mengetahui pengaruh model pembelajaran simulasi tematik terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo

F. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menghasilkan desain model pembelajaran simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Menengah Kejuruan

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini bermanfaat :

a. Bagi siswa, memberi kesempatan kepada siswa melatih potensi dan kemampuan berbahasa Inggris baik lisan maupun tulisan dalam aktivitas belajarnya maupun kehidupannya sehari-hari


(25)

c. Bagi sekolah, meningkatnya mutu lulusan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah

3. Kepentingan penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini bermanfaat dapat memberikan arah dan pedoman bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan

G. Kerangka berpikir

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 15 di sebutkan bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan mengembangkan diri.

Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini SMK dan MAK diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK/MAK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran kejuruan, muatan lokal dan pengembangan diri.


(26)

Mata pelajaran wajib terdiri atas pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga dan keterampilan/kejuruan. Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja.

Mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib merupakan salah satu muatan dan standar isi kurikulum SMK yang merupakan salah satu mata pelajaran Adaptif. Mata pelajaran adaptif adalah mata pelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dan pengembangan kemampuan penyesuain diri dalam bidang keahlian. Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu bila ditinjau dari segi tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai ataupun materi yang dipelajari dalam rangka menunjang tercapainya kompetensi tersebut.

Ditinjau dari segi tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, mata pelajaran bahasa Inggris ini menekankan pada aspek keterampilan berbahasa lisan dan tulis baik reseptif maupun produktif.

Ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan dalam mata pelajaran bahasa Inggris, sebagai berikut 1) dari aspek ranah kognitif, meliputi a) pengetahuan tentang bahasa dan keterampilan berbahasa, dalam hal ini menguasai kosakata dan tatabahasa yang berlaku diantara penutur asli bahasa Inggris, b) pengetahuan tentang budaya penutur asli bahasa Inggris agar tidak melakukan kesalahan cultural, 2) dari aspek ranah psikomotorik, dalam hal ini untuk dapat menggunakan bahasa dengan baik, seseorang perlu memproduksi bunyi yang terdapat di dalam bahasa tersebut, ia harus dapat mengucapkan bunyi-bunyi yang ada di dalam bahasa Inggris,


(27)

3) dari aspek ranah afektif (sikap), meliputi a) penghargaan terhadap budaya asing, b) memiliki minat terhadap bahasa, c) motivasi untuk mempelajari bahasa, d) memiliki harapan/kecemasan yang seimbang sehingga dia akan berusaha terus dengan harapan untuk berhasil, 4) penguasaan tata bunyi dan sistem makna. Sistem makna ini sangat terkait erat dengan konteks. 5) bahasa digunakan untuk melakukan berbagai fungsi, dan 6) keterampilan interaktif (interactive skill), dalam hal ini keterampilan menggunakan bahasa untuk kepentingan berinteraksi dan ini merupakan tujuan akhir dari proses pembelajaran bahasa.

Mengacu kepada tujuan pendidikan kejuruan, struktur pendidikan kejuruan, kompetensi dan karakteristik mata pelajaran bahasa Inggris sebagaimana diuraikan di atas, maka untuk dapat membelajarkan mata pelajaran bahasa Inggris di SMK sehingga mencapai tujuan yang diharapkan menuntut kemampuan guru untuk memilih model pembelajaran yang tepat yang dapat menciptakan situasi belajar yang mendukung kearah itu. Model dimaksud adalah model pembelajaran simulasi tematik. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang menggunakan metode simulasi dengan pendekatan tematik.

Model pembelajaran simulasi tematik adalah model pembelajaran yang menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian atau benda yang sebenarnya. Model ini memiliki keunggulan 1) dapat mendorong peserta didik untuk berpikir tentang masalah dalam kehidupan nyata dan berusaha untuk mencari solusinya, 2) kegiatan belajar lebih menarik karena dihubungkan dengan


(28)

peran-peran dalam kehidupan, 3) mendorong tumbuhnya kerjasama para peserta didik dalam menghadapi masalah.

Pendekatan pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pendekatan pembelajaran tematik ini diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya, 1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2) siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, 3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, 5) siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, 6) siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata.

Dengan diterapkannya pengembangan model pembelajaran simulasi tematik ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh SMK Negeri Kota Gorontalo dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris khususnya dalam peningkatan prestasi belajar siswa.

Kerangka pemikiran penelitian ini divisualisasikan sebagai bagaimana gambar 1.1 berikut ini :


(29)

Model pembelajaran bahasa Inggris yang sudah dilakukan Masalah Pokok Kondisi yang diharapkan Kondisi yang terjadi Kajian Teori K O N S E P M 0 D E L DRAF MODEL Perencanaan :

a. Administrasi pemb. b. Media dan Fasilitas c. Aturan permainan

Pelaksanaan :

a. Pre-Activity b. Whilst-Activity c. Post-Activity

Penilaian :

a. Kesesuaian rencana dan pelaksanaan b. Keberhasilan yang diperoleh c. Masalah yang

dihadapi

Siswa SMK

Masukan mentah Masukan

lingkungan PROSEDUR

-Validasi - Revisi - Uji coba Model - Model akhir

Masukan lain Masukan sarana

U J I C O B A T E R B A T A S

INPUT PROSES

Kajian Empirik BAGAN 1.1 KERANGKA BERPIKIR H A S I S A N A L I S I S


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R & D). Gall and Borg (2003;569) mendefinisikan bahwa penelitian dan pengembangan dalam pendidikan adalah :

Educational research and development (R &D) is a process used to develop and validate educational products. Goal of educational research is not to develop products, but rather to discover new knowledge (through basic research) or to answer specific questions about practical problems (through applied research).

Dari definisi ini dapat dipahami bahwa penelitian dan pengembangan dalam pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk. Tujuan penelitian dan pengembangan adalah tidak hanya untuk mengembangkan produk, namun lebih dari itu untuk menemukan pengetahuan baru (melalui penelitian dasar) atau untuk menjawab pertanyaan khusus mengenai masalah-masalah praktis (melalui penelitian terapan).

Lebih lanjut Gall dan Borg (2003;570) mengemukakan bahwa model penelitian dan pengembangan dapat memberikan manfaat bagi perbaikan pendidikan sebab dalam R & D terdapat hubungan erat antara evaluasi program secara sistematis dengan pengembangan program.


(31)

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu 1) pendekatan kualitatif (qualitative approach), 2) pendekatan kuantitatif (quantitative approach). Brannen (2004;36) mengemukakan bahwa perpaduan kualitatif dan kuantitatif disebut sebagai metode gabungan (mixing method) dimana untuk pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat proses sedangkan pada kuantitatif digunakan untuk hasil.

Taylor & Bogdan (1992;21) menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri, dilakukan dalam situasi wajar (natural setting), data dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif, berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mempergunakan penghayatan dan berusaha memahami serta menafsirkan dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti. Pada penelitian ini pendekatan kualitatif digunakan pada tahap studi pendahuluan dan penyusunan pengembangan model.

Danim, (2002;34) menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan penelitian dengan karakteristik penalaran logis dan deduktif, berbasis pengetahuan, hubungan sebab akibat, menguji teori, melakukan uji analisis statistik dan objektif. Pada penelitian ini pendekatan kuantitatif digunakan pada tahap uji coba.

C. Prosedur Penelitian

Borg and Gall (2003, 775) mengemukakan sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan (R&D), meliputi :


(32)

1. Research and information collecting, includes review of literature, class room observation, and preparation of report of state the art (penelitian pengumpulan informasi, termasuk di dalamnya merujuk sumber atau literatur yang sesuai, observasi lapangan dan persiapan laporan)

2. Planning, includes defining skills, stating objectives determining course sequence, and small scale feasibility testing. (Perencanaan, termasuk pendefinisian keahlian/kecakapan, penentuan urutan dan tes kelayakan dalam skala kecil).

3. Develop preliminary form of product, includes preparation of instructional materials, handbooks, and evalution devices. (Mengembangkan produk awal, termasuk materi pengajaran, buku pegangan dan tujuan evaluasi).

4. Preliminary field testing, conducted in from 1 to 3 scholls, using 6 to 12 subjects, interview, observational, and questionnaire data collected and analyzed (Uji coba pengembangan produk awal, di ambil 1 sampai 3 lembaga pendidikan, 6 hingga 12 peserta didik. Kegiatan ini meliputi wawancara, pengamatan, pengumpulan data pertanyaan dan dianalisa).

5. Main product revision- Revision of product as suggested by the preliminary field test results. (melakukan revisi dari model awal berdasarkan saran-saran dan hasil temuan pengujian lapangan model untuk menghasilkan produk utama)

6. Main field testing. (Pengujian lapangan utama, yaitu melakukan uji coba lapangan terhadap model yang sudah direvisi)


(33)

7. Operational product revision), (Revisi produk utama, maksudnya melakukan revisi terhadap hasil pengujian pada langkah sebelumnya untuk menghasilkan produk operasional)

8. Operasional field testing. (Pengujian lapangan operasional, maksudnya melakukan uji coba kembali)

9. Final product revision. (Revisi produk akhir, maksudnya melakukan kembali revisi berdasarkan hasil langkah sebelumnya)

10. Dissemination and distribution. (Diseminasi dan distribusi, maksudnya penyebarluasan dan penerapan)

Mengacu pada tahapan-tahapan tersebut diatas, maka secara operasional langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah :

a. Melakukan studi pendahuluan, tahap ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk pengumpulan data sebagai dasar penyusunan dan pembuatan model. Kegiatannya berupa, 1) kajian kepustakaan, 2) mengambil data di bagian tata usaha SMK Negeri Kota Gorontalo, 3) melihat laporan kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo, 4) mengamati secara umum terhadap penyelenggaraan kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo

b. Mengembangkan desain penelitian berdasarkan kerangka pemikiran pada langkah awal


(34)

d. Mengembangkan model konseptual metode simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris. Kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan model ini meliputi, 1) mengolah dan mendeskripsikan temuan studi pendahuluan, 2) menelaah berbagai laporan penyelenggaraan pembelajaran untuk dijadikan sebagai rujukan dalam penyusunan model, 3) mengkaji berbagai teori dan konsep yang akan dijadikan acuan dalam pengembangan model. Hasil kajian teori dapat menjadi kerangka berpikir peneliti, 4) menyusun draf model berdasarkan kajian empirik dan konsep, 5) membicarakan dengan praktisi melalui diskusi terbatas tentang model yang akan dikembangkan, dan 6) merevisi draf model berdasarkan masukan dari pakar dan praktisi.

e. Melakukan validasi model konseptual kepada teman sejawat, para pakar dan praktisi bidang pendidikan

f. Merevisi model berdasarkan masukan dari teman sejawat, para pakar dan praktisi bidang pendidikan

g. Melakukan ujicoba model di lapangan h. Melakukan evaluasi hasil uji coba

i. Penyempurnaan model, dengan cara, 1) melakukan pengolahan dan analisa data temuan, 2) melakukan revisi dan formulasi model.

j. Menyusun laporan penelitian sebagai akhir kegiatan penelitian.


(35)

Gambar 3.1

Langkah-Langkah Penelitian KONSEPTUAL

STUDI

PENDAHULUAN EMPIRIK

DESAIN PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN

PENGEMBANGAN M0DEL KONSEPTUAL

UJI COBA TERBATAS REVISI M0DEL

UJI COBA LEBIH LUAS REVISI

HASIL UJI COBA

HASIL AKHIR MODEL

LAPORAN PENELITIAN

PRAKTISI


(36)

D. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah SMK Negeri di Kota Gorontalo, yakni SMK Negeri 1, SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 4. Sekolah ini dijadikan lokasi penelitian, atas dasar pertimbangan 1) Sekolah ini mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris, 2) Di Sekolah ini mata pelajaran bahasa Inggris di ajarkan oleh guru berlatar belakang pendidikan bahasa Inggris, 3) Di sekolah ini tersedia sumber data dan fasilitas lainnya yang diperlukan dalam pengumpulan data, 4) Sekolah ini letaknya strategis sehingga mudah dijangkau peneliti

Dengan mempertimbangkan bahwa fokus penelitian ini adalah pengembangan metode simulasi tematik, maka sumber utama sebagai subyek dalam penelitian ini adalah Guru, siswa, Kepala Sekolah dan pegawai di SMK Negeri di Kota Gorontalo.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a. Teknik pengumpulan data berdasarkan pendekatan kualitatif

Danim (2002;121) mengemukakan bahwa pada penelitian kualitatif teknik pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan cara 1) observasi, 2) wawancara, 3) dokumentasi, dan 4) peralatan yang dapat memotret situasi seperti kamera.

1) Kegiatan observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi ini ditekankan untuk membuat makna atas peristiwa atau kejadian dari situasi yang tampak dan memungkinkan untuk direfleksikan dari peristiwa-peristiwa tersebut.


(37)

Dalam penelitian ini observasi digunakan peneliti untuk mengamati secara langsung tentang a) kondisi sekolah, b) aktivitas di Sekolah yang berhubungan dengan pembelajaran dan relevan dengan fokus penelitian baik yang dilakukan kepala sekolah, guru, pegawai dan siswa

2) Kegiatan wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab antara dua orang atau lebih antara pewawancara dengan responden. Menurut Bungin dan Irianto (2004;108) wawancara merupakan proses dengan maksud untuk merekonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak pewancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee).

Kegiatan wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada saat, a) melakukan studi pendahuluan, b) penyempurnaan model, c) uji validitas model.

Pada tahap studi pendahuluan dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan data tentang (1) sejarah, kondisi dan perkembangan sekolah, (2) struktur organisasi, program kerja, serta managemen pengelolaan sekolah, (3) pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris, (4) pelaksanaan pembinaan internal dan eksternal, (5) pelaksanaan evaluasi, (6) pengembangan, (7) program dan kegiatan ekstra kurikuler, (8) keadaan guru dan siswa, (9) fasilitas yang tersedia, (10) aktivitas kemitraan, (11) masalah yang ditemui dalam kegiatan pembelajaran dan upaya pemecahannya (12) hasil dan dampak belajar.


(38)

Pada tahap penyempurnaan metode wawancara dilakukan dengan pengawas, kepala sekolah, guru dan siswa dalam upaya memperoleh informasi mengenai (a) fasilitas yang tersedia yang dapat digunakan pada uji coba dan validitas model, (b) dukungan yang dapat diberikan pada saat uji coba dan validitas model, (c) program yang akan disajikan pada saat uji coba model, (d) tanggapan terhadap model pembelajaran yang dikembangkan

3) kegiatan dokumentasi

Usman dan Akbar (1998;53) mengemukakan dokumentasi adalah pengumpulan data melalui dokumen-dokumen.

Dalam penelitian ini teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data pendukung hasil wawancara dan observasi seperti data daftar nama kepala sekolah, guru dan siswa, daftar inventaris serta dokumen lainnya yang terkait dengan aktivitas pembelajaran di sekolah

4) peralatan yang dapat memotret situasi

Peralatan yang dapat memotret situasi dimaksud dalam penelitian ini adalah peralatan audio visual yang dapat membantu untuk melihat situasi dan memberikan gambaran yang nyata seperti melalui pemotretan. Danim (2002;143) pemotretan dapat memberikan informasi faktual dan spesifik yang dapat digunakan dalam kaitannya dengan sumber lain.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk melengkapi data hasil wawancara, observasi, dokumentasi seperti potret suasana pembelajaran dan kegiatan lainnya yang diperlukan.


(39)

Instrumen penelitian pendekatan kualitatif adalah peneliti sendiri yang didukung oleh seperangkat alat bantu yang dapat merekam apa yang terjadi di lapangan, meliputi 1) untuk teknik wawancara instrumennya menggunakan pedoman wawancara yang terdiri dari wawancara mendalam, wawancara berstruktur dan wawancara yang tidak berstruktur, 2) untuk teknik dokumentasi instrumennya berupa catatan-catatan dan dokumen-dokumen kegiatan yang pernah dilakukan, 3) teknik peralatan yang dapat memotret situasi instrumennya adalah berupa kamera atau tape recorder.

b. Teknik pengumpulan data berdasarkan pendekatan kuantitatif

Pada pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui angket.

Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden baik langsung atau tidak langsung. Adapun langkah-langkah menyusun daftar pertanyaan menurut Boyd & Westfall (dalam Marjuki, 1983;68) yaitu (1) menentukan informasi apa yang diperlukan, (2) menentukan bentuk-bentuk kuesioner/teknik pengumpulan data yang akan dipergunakan, (3) menentukan isi pertanyaan, (4) menetapkan tipe pertanyaan yang akan dipergunakan, (5) memilih kata-kata dan kalimat yang dipakai, (6) menyusun sistematika pertanyaan, (7) Menetapkan bentuk fisik daftar pertanyaan, dan (8) revisi dan persiapan terakhir (final draft).

Dalam penelitian ini angket disebarkan kepada siswa dengan instrument pilihan ganda. Melalui teknik angket ini diharapkan dapat memperoleh data tentang pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri di Kota Gorontalo


(40)

F. Teknik Analisis Data 1. Analisis data kualitatif

Huberman dan Miles (dalam Bungin, 2003;63) mengatakan bahwa analisis data dan pengumpulan data kualitatif memperlihatkan sifat interaktif, sebagai suatu sistem dan merupakan siklus. Pengumpulan data ditempatkan sebagai bagian komponen yang merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.

Dalam penelitian ini analisis data kualitatif dilakukan dengan langkah-langkah meliputi ; mengidentifikasi data, memberikan kode, menentukan kategori dan menginterpretasi data yang terkumpul.

2. Analisis data kuantitatif

Analisas data kuantitatif digunakan untuk menganalisa data skor hasil belajar siswa melalui uji t pada uji coba lebih luas. Uji t dipergunakan untuk mengetahui signifikansi antara sebelum dan sesudah model pembelajaran simulasi tematik yang dilakukan dengan SPSS 13


(41)

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, peneliti merumuskan kesimpulan penelitian ini sebagai berikut :

1. Hasil analisis studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui penyebaran angket kepada 50 orang siswa di SMK Negeri Kota Gorontalo didukung dengan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi mengenai bagaimana persepsi mereka tentang pembelajaran bahasa Inggris yang diterapkan guru bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo diperoleh informasi bahwa pembelajaran bahasa Inggris cenderung belum optimal mendukung peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris. Pada umumnya pola pembelajaran yang dilaksanakan bersifat subjek-objek, dimana guru menempatkan diri sebagai subjek belajar yang memiliki peran yang sangat dominan baik sebagai sumber belajar maupun pengelola pembelajaran. Sedangkan posisi siswa adalah objek yang berperan sebagai penerima informasi dan penjelasan guru, menerima materi serta melaksanakan apa yang ditugaskan guru. Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan atau mensimulasikan teori yang diperoleh dari pembelajaran yang dilakukan guru. Disisi lain siswa sangat mendambakan adanya pola pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih speakingnya. Pola pembelajaran yang dimaksudkan siswa adalah pola pembelajaran simulasi. Dengan pola pembelajaran simulasi akan memberikan banyak manfaat bagi siswa


(42)

antara lain melatih keberanian berbicara, suasana belajar lebih menyenangkan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreatif. Dalam penerapan metode simulasi ini siswa menginginkan tema yang dipilih adalah tema yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, karakteristik siswa dan perlu didukung dengan penggunaan media yang tepat

2. Hasil analisis studi pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada guru bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo mengenai bagaimana persepsi mereka tentang pembelajaran bahasa Inggris yang diterapkannya diperoleh informasi bahwa pemahaman guru mengenai KTSP belum memadai yang berimbas pada implementasi dalam pembelajaran yang masih konvensional, sekalipun mereka sudah menerapkan metode simulasi namun belum optimal dan tema yang dipilih belum relevan dengan program keahlian. Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran masih terpola pada silabus dan rencana program pembelajaran (RPP) yang disusun bersama melalui MGMP, sehingga kegiatan pembelajaran belum berorientasi kepada karakteristik program keahlian masing-masing sekolah

3. Berdasarkan informasi dari studi pendahuluan yang dilakukan baik itu melalui observasi, wawancara, penyebaran angket dan studi dokumentasi diperoleh berbagai fakta berupa kondisi objektif dan permasalahan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran bahasa Inggris di SMK Kota Gorontalo, dimana kegiatan pembelajaran belum mendukung secara optimal meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris siswa untuk itu dirasa perlu merancang suatu model pembelajaran yang ditawarkan sebagai


(43)

solusi untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris siswa SMK di Kota Gorontalo. Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran simulasi tematik. 4. Desain model pembelajaran simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo, prosesinya berawal dari penyusunan model konseptual oleh peneliti dengan mengacu kepada hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dan dikomparasi dengan berbagai teori/konsep yang dipahami peneliti, kemudian model konseptual ini divalidasikan dengan melakukan diskusi/konsultasi dengan para pakar, praktisi dan teman sejawat. Hasil validasi ini menghasilkan model akhir konseptual yang digunakan sebagai desain model dalam pelaksanaan uji coba terbatas dan uji coba lebih luas. Hasil uji coba terbatas dan uji coba lebih luas menghasilkan model akhir sebagai model final dari model pembelajaran simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo. Desain model ini secara garis besar diuraikan sebagai berikut :

a) Tahap perencanaan

Ditahap perencanaan ini guru menyiapkan:

1) Administrasi pembelajaran meliputi a) silabus, b) rencana Program Pembelajaran(RPP), c) modul /bahan ajar, d)lLembar soal pre test dan post test, e) lembar jawaban pretest dan post test

2) Menyediakan media dan fasilitas yang diperlukan berupa ; a) papan simulasi, b) dadu, c) kartu pertanyaan, d) kartu kendali simulasi, e) identitas kelompok, f) kertas koleksi kosa kata baru, dan g) chart


(44)

3) Menyusun aturan permainan. Yakni : a) siswa mengambil posisi berdasarkan kelompoknya, b) organizer mengambil tempat di depan ( di hadapan papan simulasi), dan c) setelah kegiatan simulasi dibuka oleh guru, organizer sudah dapat memulai kegiatan simulasi yang dibagi atas dua putaran :

PUTARAN PERTAMA

(1) Permainan putaran pertama berlaku untuk papan simulasi/sampul pertanyaan 1 s.d 6.

(2) Organizer mengundang salah seorang kelompok satu untuk mengambil dadu yang ada di kolom start dan memainkannya dengan cara melempar sedikit ke atas dan kemudian meletakkan dadunya di papan simulasi sesuai dengan angka yang diperoleh.

(3) Organizer menyerahkan sampul yang berisi pertanyaan atau instruksi sesuai nomor dadu yang diperoleh.

(4) Siswa membuka sampul dan membacakan soal/instruksi kemudian mendiskusikan dengan sesama anggota kelompoknya.

(5) Salah seorang anggota kelompok membacakan jawaban isntruksi/pertanyaan, anggota lainnya dapat pula membantu.

(6) Apabila jawaban dari kelompok satu ini salah, atau kurang lengkap maka guru memberikan kesempatan kepada kelompok lainnya untuk memberi jawaban lain atau melengkapi.

(7) Memberikan punishment jika jawaban kelompok satu salah atau kurang lengkap. Jenis punishment sesuai kesepakatan peserta simulasi (sifatnya mendidik)


(45)

(8) Organizer memanggil salah seorang kelompok dua untuk memainkan dadunya dan melakukan kegiatan sebagaimana kelompok satu demikian selanjutnya untuk kelompok tiga dan berikutnya sampai kolom satu sampai enam dapat dimainkan.

Catatan: Bagi kelompok dua dan seterusnya disaat memainkan dadunya memperoleh angka yang sudah dimainkan maka kelompok tersebut diberi kesempatan untuk memainkan dadunya kembali sampai memperoleh angka yang belum dimainkan.

PUTARAN KEDUA

Putaran kedua ini berlaku untuk angka 7 (tujuh) sampai 12 (dua belas) dalam papan simulasi

(1) Organizer kembali mengundang salah seorang anggota kelompok satu untuk memainkan kembali dadunya dengan menghitung mulai dari angka 7 (tujuh).

(2) Permainan dilakukan sebagaimana pada putaran pertama hingga angka 7 (tujuh) sampai 12 (duabelas) dalam papan simulasi dapat dimainkan.

b) Tahap pelaksanaan

Model pembelajaran simulasi tematik ditetapkan langkah-langkah pelaksanaannya meliputi Pre-activity, Whilst- activity dan Post-activity.

(1) Pre-Activity

Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah :

(a) Bina keakraban, seperti memberi salam saat masuk kelas, menanyakan kabar mereka, mengecek kehadiran serta berdoa bersama.

(b) Melakukan pre-test yang berhubungan dengan tema. Waktu yang dibutuhkan untuk pretest ini 7 – 10 menit


(46)

(c) Siswa diarahkan ke tema yang akan dibahas dengan cara misalnya dengan menanyakan beberapa pertanyaan atau memperlihatkan gambar/foto yang membawa pesan relevan dengan tema yang akan dibahas

(d) Memberikan penjelasan umum kepada siswa tentang hal-hal yang akan dilakukan yang secara garis besar adalah sebagai berikut : (-) kegiatan simulasi dilakukan seperti bermain papan ular tangga, (-) menentukan organizer atau pengatur dengan cara meminta kepada siswa atau mengajukan nama untuk disetujui oleh siswa. (-) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok di mana setiap kelompok beranggotakan lima orang. (-) setelah kelompok dan organizer terbentuk organizer, disuruh maju ke depan untuk menerima penjelasan lebih rinci dan kepadanya diserahkan satu papan simulasi disertai perlengkapannya.

(e) Setelah semuanya siap maka simulasi dimulai. (2) Whilst Activity

Selama kegiatan simulasi berlangsung guru melaksanakan tugas ::

(a) Memonitor jalannya simulasi, dengan cara guru harus bergerak dari satu kelompok ke kelompok lain guna melihat apakah simulasi berjalan sesuai dengan yang diinginkan atau tidak

(b) Mengatur waktu dan mengelola kelas dengan baik

(c) Memberikan motivasi dan menunjukkan sikap yang ramah tulus dan menghindari kesan tegang dan menakutkan.


(47)

(e) Mencatat ungkapan-ungkapan bahasa Inggris yang salah yang perlu didiskusikan sambil memberikan penilaian proses.

(f) Guru memberikan respon apabila ada siswa yang terkena hukuman yang mungkin karena malu atau hal lainnya menjadi tidak sportif, maka guru perlu mendorong supaya mereka memiliki rasa percaya diri.

(g) Bagi siswa yang tidak paham dengan pertanyaan atau instruksi, guru menjelaskan dalam bahasa Indonesia dan menyuruh anak untuk membuka kamus.

(h) Begitu seterusnya sampai waktu yang tersedia selesai. (3) Post activity

Kegiatan akhir dari simulasi ini adalah:

(a) Guru dan siswa mendiskusikan kesalahan-kesalahan ungkapan bahasa Inggris yang ditemukan selama simulasi berlangsung sehingga diperoleh kesimpulan.

(b) Guru memberikan penjelasan mengenai pola kalimat yang tepat.

(c) Melakukan post test di mana materi tesnya (test pemahaman) sama dengan pre test. Waktu yang disediakan selama 10 menit.

(d) Guru menutup simulasi dengan membacakan hamdallah dan mengucapkan salam

Catatan: Untuk evaluasi speaking dan writing dilaksanakan setelah kegiatan simulasi selesai pada tatap muka berikutnya.

c) Evaluasi

Guru yang mengajar mengevaluasi apakah kegiatan simulasi pelaksanaannya sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan, bagaimana keberhasilannnya apakah


(48)

ada masalah-masalah dan kekurangan yang ditemui dalam pelaksanaannya. Evaluasi ini dilakukan dimaksudkan untuk perbaikan pelaksanaan selanjutnya.

5. Dengan diterapkannya model pembelajaran simulasi tematik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh analisis data perolehan nilai dimana terdapat peningkatan nilai dari nilai pre-test dan post-test. Perbedaan nilai telah diuji melalui analisis SPSS yang menunjukkan signifikansi pada semua tahapan uji coba. 6. Desain model pembelajaran simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo memiliki keunggulan, meliputi ; a) dapat menyenangkan siswa karena kegiatan yang dipilih dalam pembelajaran ini bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, b) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehimgga hasil belajar bertahan lebih lama, c) menimbulkan interaksi antar siswa yang memberi kemungkinan timbulnya keutuhan dan kegotong royongan secara kekeluargaan yang sehat, tanggap terhadap gagasan orang lain serta mengembangkan keterampilan sosial siswa seperti kerjasama, toleransi. d) mengurangi hal-hal yang verbalistik dan abstrak, karena kegiatan belajarnya yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang ditemui siswa dalam lingkungannya, e) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

7. Desain model pembelajaran simulasi tematik mata pelajaran bahasa Inggris di SMK Negeri Kota Gorontalo disamping memili keunggulan juga memiliki kelemahan, meliputi a) membutuhkan daya kreatifitas guru yang tinggi, karena penyesuaian tema dan penggunaan metode simulasi ini berdasarkan karakteristik program keahlian pada SMK itu sendiri. b) membutuhkan biaya yang tinggi, seperti


(49)

pengadaan alat-alat dan sumber pembelajaran, c) menuntut siswa sebagai peserta simulasi untuk memiliki kemampuan dasar (penguasaan kosa kata dan struktur) bahasa Inggris yang memadai, d) membutuhkan waktu yang relatif lama.

B. Rekomondasi

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang berperan dalam pengembangan konsep, pengelolaan, dan pelaksanaan pendidikan khususnya pendidikan untuk mata pelajaran bahasa Inggris di SMK.

1. Kepada guru,

a. Guru dalam proses pembelajaran yang menerapkan model simulasi tematik ini guru perlu senantiasa memegang prinsip bahwa model pembelajaran simulasi tematik dimaksudkan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, membina kreatifitas siswa dan guru serta meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Guru dalam menerapkan model ini guru perlu mempertimbangkan segala potensi dan pengalaman yang dimiliki siswa serta kemampuan sumber daya yang dimiliki sekolah.

c. Guru melakukan tukar pikiran antar sesama guru SMK yang tergabung dalam kegiatan MGMP,

2. Kepada Kepala sekolah,

a. Memberikan motivasi, dukungan dan memfasilitasi kepada guru yang melakukan inovasi-inovasi dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa seperti penerapan model pembelajaran simulasi tematik.


(50)

b. Memberi kesempatan guru untuk mengikuti berbagai pelatihan dalam rangka pengembangan karir dan peningkatan mutu pembelajaran.

c. Mengintensifkan program pengawasan dan supervisi kegiatan guru baik dalam mengajar maupun kegiatan guru lainnya seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) di sekolah binaannya

3. Kepada pemerintah

a. Memprogramkan kegiatan peningkatan kesejahteraan dan mutu guru.

b. Pemanggilan pelatihan bagi guru hendaknya memperhatikan azas pemerataan dan keadilan.

c. Mengoptimalkan tugas pengawasan yang dilakukan oleh para pengawas pendidikan serta mengimplementasikan hasil dan tindak lanjut kepengawasan tersebut

d. Mengakomodir kebutuhan guru dalam rangka peningkatan profesinya. 4. Kepada peneliti selanjutnya,

Penelitian ini dibatasi pada kemampuan berbahasa aspek writing dan speaking, untuk itu diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji pada aspek reading dan listening.

Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati segala usaha dan perjuangan kita semua. Amin.-=


(51)

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mohammad (2007), Guru dalam Proses Belajar mengajar.Bandung : Sinar Baru Algesindo

Arikunto, S (2002), Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineke Cipta

Arimusnandar Wiranto, dkk (2002), Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia, membangun manusia produktif. Jakarta : Depdiknas

Brown, Lewis, Harclerrroad, (1977), Instruction, Technology, Media, and Methods.New York. Mc. Grow-Hill Book Company

Chauchan, SS (1979), Innovations In Teaching Learning Process. New Delhi ; Vikas Publiching House PTV.LTD

Depdiknas RI (2003), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

Djamara Bahri Syaiful (2005), Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta : PT Rineka Cipta

Ginting, Abdurrokhman. (2008). Esensi Praktis Belajar Dan Pembelajaran. Bandunh; Humaniora

Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (2007), Jurnal Inovasi Kurikulum. Bandung : UPI Jawa barat

……….(2008), Jurnal Inovasi Kurikulum. Bandung : UPI Jawa barat

Idris,M, dkk. (2008). Strategi Dan Metode Pengajaran Mencipatakan Ketrampilan Mengajar Yang Efektif Dan Edukatif. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media


(53)

Iskandar Wasid, Dadang Sunandar, (2008), Strategi pembelajaran Bahasa inggris. Bandung : Remaja Rosda Karya

Izzan Ahmad (2008), Metodelogi Pembelajaran Bahasa Inggris. Bandung : Humaniora Mulyasa E, (2008), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, suatu panduan praktis

Bandung : Rosda karya

Muslich, Masnur. ( ).KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah Dan Pengawas Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nunan, David. Language Teaching Mentodology. Malaysia: British Library Cataloguing in Publication Data.

Nurdin Syafruddin (2005).Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta : Quantum Teaching

Rachmawati, E, (2004), Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia Sebagai Basis Meraih Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta : Ekonisia

Roestiyah (1998 ). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Sadulloh, U (1994), Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Media Iptek

Sagala Syaiful (2007), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

---(2008). Kurikulum Dan Pembelajaran Teori Dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Group.


(54)

……….(2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompotensi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Setiadi Bambang, (2006), Teaching English AS A Foreign Language Jogyakarta ; Graha Ilmu

Sudjana, (1989), Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sukmadinata, Nana Syaodih (2005), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung ; PT Remaja Rosda Karya.

………. (2004), Kurikulum dan Pembelajaran Kompotensi. Bandung : Yayasan Kusuma Karya

Sutikno Sobry (2008), Belajar dan Pembelajaran, Upaya Kreatif dalam Menujudkan Pembelajaranb yang berhasil. Bandung : Prospect

Suwarna, dkk (2006), Pengajaran Mikro, pendekatan Praktis dalam Menyiapkan Pendidik Profesional. Jogyakarta : Tiara Wacana

Syamsudin A.R dan Vismaia S. Damaianti (2006), Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung ; PT Remaja Rosda karya

Tilaar (2006). Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta; Rineka Cipta

Tim Pustaka Yustisia. (2008) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jogyakarta: Pustaka Yustisia.

Tim Primapena (2000), Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta ; Gita Media Press Uno, Hamzah. (2006 ) Orientasi Dalam Psikologi Pembelajaran . Jakarta: Bumi Aksara --- (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar


(55)

UPI, (2006), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI

Pramesti Maria R D, dkk (2008), English For SMK 1, Jakarta : Balai Pustaka Pyle Michael A, dkk (....), TOEFL Preparation Guide. ...:...

Yamin, Martinis. (2007) Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta; Putra Grafika

..., (2007), Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta ; Gaung Persada

..., (2008), Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, Implementasi KTSP dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Gaung Persada Press


(56)

(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mohammad (2007), Guru dalam Proses Belajar mengajar.Bandung : Sinar Baru Algesindo

Arikunto, S (2002), Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineke Cipta

Arimusnandar Wiranto, dkk (2002), Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia, membangun manusia produktif. Jakarta : Depdiknas

Brown, Lewis, Harclerrroad, (1977), Instruction, Technology, Media, and Methods.New York. Mc. Grow-Hill Book Company

Chauchan, SS (1979), Innovations In Teaching Learning Process. New Delhi ; Vikas Publiching House PTV.LTD

Depdiknas RI (2003), Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional

Djamara Bahri Syaiful (2005), Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta : PT Rineka Cipta

Ginting, Abdurrokhman. (2008). Esensi Praktis Belajar Dan Pembelajaran. Bandunh; Humaniora

Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (2007), Jurnal Inovasi Kurikulum. Bandung : UPI Jawa barat

……….(2008), Jurnal Inovasi Kurikulum. Bandung : UPI Jawa barat

Idris,M, dkk. (2008). Strategi Dan Metode Pengajaran Mencipatakan Ketrampilan Mengajar Yang Efektif Dan Edukatif. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media


(3)

Iskandar Wasid, Dadang Sunandar, (2008), Strategi pembelajaran Bahasa inggris. Bandung : Remaja Rosda Karya

Izzan Ahmad (2008), Metodelogi Pembelajaran Bahasa Inggris. Bandung : Humaniora Mulyasa E, (2008), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, suatu panduan praktis

Bandung : Rosda karya

Muslich, Masnur. ( ).KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah Dan Pengawas Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nunan, David. Language Teaching Mentodology. Malaysia: British Library Cataloguing in Publication Data.

Nurdin Syafruddin (2005).Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta : Quantum Teaching

Rachmawati, E, (2004), Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia Sebagai Basis Meraih Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta : Ekonisia

Roestiyah (1998 ). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Sadulloh, U (1994), Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Media Iptek

Sagala Syaiful (2007), Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

---(2008). Kurikulum Dan Pembelajaran Teori Dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Group.


(4)

……….(2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompotensi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Setiadi Bambang, (2006), Teaching English AS A Foreign Language Jogyakarta ; Graha Ilmu

Sudjana, (1989), Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sukmadinata, Nana Syaodih (2005), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung ; PT Remaja Rosda Karya.

………. (2004), Kurikulum dan Pembelajaran Kompotensi. Bandung : Yayasan Kusuma Karya

Sutikno Sobry (2008), Belajar dan Pembelajaran, Upaya Kreatif dalam Menujudkan Pembelajaranb yang berhasil. Bandung : Prospect

Suwarna, dkk (2006), Pengajaran Mikro, pendekatan Praktis dalam Menyiapkan Pendidik Profesional. Jogyakarta : Tiara Wacana

Syamsudin A.R dan Vismaia S. Damaianti (2006), Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung ; PT Remaja Rosda karya

Tilaar (2006). Standarisasi Pendidikan Nasional Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta; Rineka Cipta

Tim Pustaka Yustisia. (2008) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jogyakarta: Pustaka Yustisia.

Tim Primapena (2000), Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta ; Gita Media Press Uno, Hamzah. (2006 ) Orientasi Dalam Psikologi Pembelajaran . Jakarta: Bumi Aksara --- (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar


(5)

UPI, (2006), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI

Pramesti Maria R D, dkk (2008), English For SMK 1, Jakarta : Balai Pustaka Pyle Michael A, dkk (....), TOEFL Preparation Guide. ...:...

Yamin, Martinis. (2007) Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta; Putra Grafika

..., (2007), Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta ; Gaung Persada

..., (2008), Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, Implementasi KTSP dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Gaung Persada Press


(6)