Intensitas menonton film masha & the bear, pola asuh dengan realitas subyektif JURNAL. JURNAL

(1)

commit to user

INTENSITAS MENONTON FILM MASHA & THE BEAR, POLA ASUH DENGAN REALITAS SUBYEKTIF

(Studi Korelasi Intensitas Menonton Film Masha & The Bear di Antv dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Realitas Subyektif Anak di SD N Kradenan Tentang Pola Asuh

Orang Tua yang Baik)

Oleh :

CHRISMA KARTIKA PRIMA SARI

D1214021

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik

Program Studi Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016


(2)

commit to user

INTENSITY OF WATCHING MASHA & THE BEAR MOVIE, PARENTING WITH SUBJECTIVE REALITY

(Correlation Studies of Intensity of Watching Masha & The Bear Movie In Antv and Parenting Parents to Subjective Reality on Children in SD N

Kradenan About Parenting Parents)

Chrisma Kartika Prima Sari Eko Setyanto

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Media has several functions such as education function, information, entertainment, enlightment, persuade or influence, and so on. Especially for childrens, television show such as animated movie is preferred because in addition to funny, the story is easy to understand and the images displayed are also more attractive. Too often and continously watching a show on television, then it can affect the child's perspective on the world around him. In addition to the influence of television, the role of parents is also very important in the establishing children's perspective. Where the parents are those closest person with the most intensity to meet, so as to have a major influence on the child.

In this research, the authors wanted to prove whether there is a relationship between the intensity of watching masha and the bear movie in antv and parents parenting to children on the establishment of the children subjective reality by using the cultivation theory. This research uses a survey conducted in SD N Kradenan assisted by an interview with a questionnaire to 60 respondents in fifth grade A and B. The sample was taken using Purposive Sampling technique, the questionnaire was tested by using validity and reliability. Then the collected data is tested by using corelational coeficient formula by Spearman to test the hypothesis and determine the effect of independent variables on the dependent variable.

The results of the research has been done, it is known that there is a correlation between the intensity of watching movies Masha & The Bear in antv to reality subjectively child in SDN Kradenan about parenting parents were good with correlation value of 0.540 , is the relationship between the two variables is very strong and the significance value of 0.000 > 0.05. The second result there is a relationship between parenting parents against the formation of a subjective reality of children in SDN Kradenan about parenting parents were good with correlation value of 0.296 , which states the relationship between the two variables is strong enough . While the significance value of 0.022 > 0.05 .


(3)

commit to user

Pendahuluan

Media eletronik merupakan media yang mempunyai eksistensi tinggi hingga sekarang. Kemampuannya dalam menjangkau khalayak secara luas, serentak dan cepat menjadikan media eletronik sebagai primadona daripada media cetak. Banyak orang atau pihak menggunakan media elektronik untuk berbagai kepentingan, baik itu untuk memberikan pendidikan, informasi, hiburan, membujuk, beriklan, berkampanye, mempersuasi, agenda dan sebagainya.

Salah satu media elektronik yang banyak digemari oleh publik dan empunya kepentingan adalah televisi. Televisi merupakan media yang sangat populer dan hampir semua orang masih menggunakan hingga sekarang sejak kemunculannya di tahun 1900an silam. Sifat televisi yang mampu menampilkan audio visual yaitu bentuk gambar dan suara menjadikan televisi dapat diterima oleh hampir seluruh publik. Sebab televisi tidak menuntut publik untuk dapat membaca, menulis atau kemampuan menggunakan teknologi dan kemampuan menggunakan internet, tetapi hanya dengan duduk diam di depan televisi saja, publik dapat memperoleh informasi, hiburan, edukasi dan hal – hal lain yang mereka inginkan.

Salah satu fungsi dari televisi adalah menghibur. Televisi sebagai alat yang digunakan oleh sebagian besar publik untuk mendapatkan hiburan. Seperti yang tertulis dalam buku Dasar – dasar Hukum Media oleh Hari Wiryawan (2007: 61) disebutkan pada point keenam dari fungsi media adalah menghibur, dimana fungsi ini sangat kental pada media penyiaran, dengan banyaknya acara sinetron, musik, lawak, dan olahraga.

Pada acara hiburan di televisi salah satu acara yang disebutkan adalah film animasi. Banyak film animasi yang tayang mengisi acara di televisi, terlebih pada akhir pekan. Tetapi di Indonesia sendiri pada saat ini acara animasi lebih banyak di import dari luar, sehingga bukan hasil kreatifitas anak negeri. Parahnya lagi publik di Indonesia juga lebih menyukai film animasi dari luar daripada yang dibuat oleh negaranya sendiri karena alasan


(4)

commit to user

tampilan lebih bagus, cerita lebih menarik dan lain sebagainya. Salah satu film animasi dari luar yang banyak digemari adalah Masha & The Bear.

Di Indonesia film Masha & The Bear mulai ditayangkan pada tahun 2013 di stasiun TV swasta yaitu ANTV. Film Masha & The Bear terdapat 52 episode, yang dibagi menjadi tiga bagian. Film ini di tayangkan setiap hari dengan satu kali penayangan setiap harinya. Dimana tayang setiap pagi pada pukul 05.30 WIB dengan durasi satu jam pada setiap penayangannya. Padahal menurut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) film Masha & The Bear dianggap sebagai tayangan yang berbahaya dan termasuk dalam ketegori hati – hati.

Pandangan dan perilaku yang terbentuk pada anak sangat ditentukan oleh dua faktor yaitu adanya pesan yang ditampilkan oleh televisi dan fakta di sekelilinya. Hal ini yang diungkapkan oleh Gerbner bahwa realitas subyektif dalam hal ini pandangan atau persepsi terbentuk karena adanya pengaruh realitas obyektif dan realitas simbolis (media). Pesan yang ditampilkan di televisi seperti pada penjelasan diatas bahwa film Masha memberikan pesan anak yang nakal, jahil, dan hyperaktif, serta sosok Bear sebagai seorang dewasa yang penyayang dan sabar dalam meladeni serta menghadapi ulah Masha yang tidak pernah ada habisnya dan sangat merepotkan. Pesan ini dapat mempengaruhi pandangan anak sebagai hasil bentukan dan pengaruh dari media.

Maka nilai yang berkaitan dengan nilai pesan yang disampaikan dalam film Masha adalah Bear sebagai sosok orang dewasa yang dalam memperlakukan Masha dengan penuh kesabaran, tidak pernah marah yang berlebihan, memberikan arahan dan nasihat yang baik untuk Masha, sabar dalam mengajari membaca dan berhitung serta selalu mengalah. Nilai – nilai ini kaitannya dengan pandangan anak yang menontonnya akan pola asuh atau perilaku orang tua yang baik terhadap anak.

Faktor akan realitas obyektif yang kaitannya dengan realitas subyektif anak tentang pola asuh orang tua yang baik adalah realitas obyektif anak. Realitas obyektif anak yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan pandangan anak merupakan pola asuh orang tua. Seperti yang


(5)

commit to user

dikatakan oleh Sunarti (2004:18) bahwa pola asuh adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya.

Kenyataan yang ada dalam dunia individu yang biasa disebut sebagai fakta dan kenyataan yang ditampilkan oleh media dapat mempengaruhi pandangan atas individu dalam melihat dunia di sekelilingnya. Pandangan yang terbentuk sebagai hasil persepsi diri atas dunia di sekelilingnya ini dikatakan sebagai realitas subyektif. Realitas subyektif dibentuk karena adanya input dari fakta yang ada yang mereka alami, rasakan, dan mereka lihat yang berpadu dengan suatu kenyataan yang diceritakan atau ditampilkan oleh media (Berger & Luckmann dalam Bungin,2011:24).

Semakin banyak persamaan yang individu lihat dalam dunia nyata mereka yang disebut realitas obyektif dengan dunia yang ditampilkan televisi atau disebut realitas media, maka semakin mereka meyakini hal yang sama dengan apa yang digambarkan dalam televisi. Mereka tidak dapat lagi membedakan antar realitas obyektif dengan realitas media. Hal yang diyakini oleh individu ini menjadi sebuah kesadaran dalam diri dan menjadi dasar individu dalam bertindak.

Melihat beberapa fakta diatas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti hubungan antara intensitas menonton film Masha & The Bear Di Antv dan pola asuh terhadap pembentukan realitas subyektif Anak tentang pola asuh orang tua yang baik di SD N Kradenan. Peneliti mengambil sampel anak – anak pada SD N Kradenan karena berdasarkan dari kejadian yang ada bahwa anak di salah satu strata kelas sangat hyperaktif dan sampai bergonta ganti wali kelas karena tidak ada yang mampu mengatur kelas ini. Selain hyperaktif mereka juga ngeyel tidak mendengarkan perintah guru dan sering melakukan keusilan. Hyperaktif, usil dan tidak bisa diatur adalah beberapa perilaku yang ditampilkan oleh Masha dalam film Masha & The Bear. Selain itu di SD ini juga pernah terjadi seorang anak perempuan yang duduk di kelas empat terkena cutter karena ulahnya yang mengikuti film Tom & Jerry.


(6)

commit to user

Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Adakah hubungan antara intensitas menonton film Masha & The Bear di Antv terhadap realitas subyektif anak di SD N Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik?

2. Adakah hubungan antara pola asuh orang tua terhadap Realitas Subyektif Anak Di SD N Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas menonton film Masha & The Bear di ANTV terhadap pembentukan realitas subyektif anak tentang pola asuh orang tua yang baik.

2. Untuk mengetahui hubungan pola asuh terhadap pembentukan subyektif anak tentang pola asuh orang tua yang baik.

3. Menjadi bahan masukan dan pertimbangan akan pengaruh dari intensitas menonton film Masha & The Bear di ANTV terhadap pembentukan realitas subyektif anak tentang pola asuh orang tua yang baik.

4. Menjadi bahan masukan dan pertimbangan akan pengaruh pola asuh terhadap pembentukan subyektif anak tentang pola asuh orang tua yang baik.

Tinjauan Pustaka

A. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Menurut Littlejohn dalam Deddy Mulyana (2014:81-84) Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan


(7)

commit to user

kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khususnya media elektronik).

Bittner dalam Komunikasi Massa (Elvinaro dan Lukiati, 2007:3) komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).

Pernyataan yang hampir sama dikemukakan oleh Burhan Bungin (2006:71) bahwa komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.

Televisi termasuk dalam jenis media massa (Elvinaro dan Lukiati, 2007:39), dimana media massa mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous).

Sesuai dengan definisi komunikasi massa diatas maka media televisi termasuk dalam media atau alat komunikasi massa. Televisi sebagai salah satu bentuk komunikasi massa mempunyai karakteristik yang sama dengan komunikasi massa, menurut Elvinaro dan Lukiati dalam bukunya Komunikasi Massa Suatu Pengantar (2007:7-13) kharakteristik televisi yaitu :

a. Komunikatornya Terlembaga b. Pesan Bersifat Umum

c. Komunikannya Anonim dan Heterogen d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan f. Komunikasi Masssa Bersifat Satu Arah

g. Stimulasi Alat Indra “Terbatas” h. Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Televisi merupakan media penyiaran yang menampilkan suara dan gambar (audio visual) dengan menggunakan gelombang frekuensi sebagai


(8)

commit to user

media untuk mendistribusikannya kepada penonton”. (Hari Wiryawan,2007:64-66)

B. Pengaruh Televisi Terhadap Khalayak

Menurut George Comstock dalam John Vivian (2008:226) mengatakan bahwa televisi telah menjadi faktor tak terelakan dan tak terpisahkan dalam membentuk diri kita dan akan seperti diri kita nanti. Pengaruh televisi menurut John Vivian dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2008:224-227) mempunyai pengaruh terhadap:

a. Kultural Masyarakat

Banyaknya audien televisi menjadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang dan kultur. Saat ini televisi adalah medium massa dominan untuk hiburan dan berita, sehingga televisi dapat :

1) Merubah Gaya Hidup

Dikatakan bahwa dengan kehadiran televisi telah membuat perubahan dalam gaya hidup, dimana dulu orang banyak berkumpul diluar rumah untuk bertemu dan mencari informasi sehingga intensitas tatap muka tinggi, tetapi sekarang hampir setiap rumah mempunyai televisi untuk mengakses informasi sehingga tidak perlu keluar rumah.

2) Menggerakan orang

Melalui tayangan yang ada di televisi baik itu iklan, reality show,

sinetron, berita, film animasi dan sebagainya mampu menarik perhatian khalayak. Banyak produk menggunakan televisi untuk mengenalkan produk mereka dan mengajak khalayak untuk memakai produk tersebut. Bahkan saat ini banyak kandidat politik menggunakan televisi untuk menarik dukungan.

3) Mempesona imajinasi public

Hal ini karena adanya karakter yang disuguhkan dalam televisi melalui akting yang dilakukan oleh aktor atau pemain yang diperlihatkan dalam


(9)

commit to user

film. Dimana nantinya khalayak akan meyakini dan meniru apa yang disuguhkan dalam televisi.

b. Ekonomi

Hadirnya televisi telah meningkatkan perputaran ekonomi, terlebih pemasukan bagi industri televisi. Hal ini karena pemasukan didapat dari pemasang iklan yang beralih dari memasang iklan di koran ke iklan televisi.

c. Media Massa Lain

Kemunculan televisi pada awal 1950an telah membentuk ulang media lain yang ada sebelumnya seperti buku, koran, majalah, rekaman, film, radio.

C. Teori Kultivasi

Menurut G. Gebner 1972 media memiliki kemampuan menanamkan nilai – nilai sosial pada khalayaknya. Media massa khususnya televisi menjadi media atau alat yang dapat mempengaruhi khalayak dalam cara pandang mereka dalam melihat dunia sekeliling mereka, sehingga mereka terkadang membentuk realitas sendiri dalam benak mereka karena terpengaruh oleh nilai – nilai dan adat yang disajikan dalam televisi.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dominick (1996:25) bahwa pengkonsumsian siaran televisi dalam waktu yang lama (heavy viewing) dapat mengkultivasi persepsi seseorang akan realitas sehingga sesuai dengan gambaran yang ditampilkan oleh program televisi.

Williams yang dikutip oleh Ardianto dan Lukiati (2004:65) bahwa orang yang merupakan pecandu berat televisi seringkali mempunyai sikap stereotip tentang peran jenis kelamin, dokter, bandit, atau tokoh – tokoh lain yang biasa muncul dalam serial televisi. Tetapi tidak semua pecandu televisi terkultivasi secara sama, karena beberapa orang bahkan sebagian besar orang dapat mudah terpengaruh lewat televisi daripada media massa lainnya.


(10)

commit to user

D. Realitas Subyektif

Realitas sosial menurut Berger & Luckmann terdiri atas tiga bagian dasar yaitu :

a. Realitas Sosial Objektif

Realitas sosial objektif adalah gejala-gejala sosial yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan sering dihadapi oleh individu sebagai fakta. b. Realitas Sosial Subyektif

Realitas sosial subyektif adalah realitas sosial yang terbentuk pada diri khalayak yang berasal dari realitas sosial objektif dan realitas sosial simbolik

c. Realitas Sosial Simbolik

Realitas sosial simbolik adalah bentuk – bentuk simbolik dari realitas sosial objektif, yang biasanya diketahui oleh khalayak dalam bentuk karya seni, fiksi serta isi media (Bungin,2011:24)

Hal senada juga diungkapkan oleh Adoni dan Mane (1984:323-340) yang menyebutkan subjective social reality atau kenyataan sosial subyektif, di mana baik kenyataan obyektif maupun kenyataan simbolik keduanya menjadi input di dalam terbentuknya kenyataan subyektif individu. Dalam pengertian yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa dunia obyektif dan representasi simboliknya berpadu di dalam kesadaran individu. Meski demikian, seperti akan kita lihat dalam proses dialektika ini, dalam konstruksi individu, kenyataan subyektif merupakan dasar tindakan sosial individu, dan dengan demikian memastikan adanya kenyataan obyektif dan kepenuhan artinya di dalam ekspresi simboliknya.

E. Pola Asuh

Menurut Casmini (dalam Palupi, 2007:3) adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya.


(11)

commit to user

Pola asuh merupakan interaksi anak dan orang tua mendidik, membimbing, dan mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. (Edwards, 2006)

Menurut Hourlock (dalam Thoha, 1996 : 111-112) terdapat tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anak, yaitu :

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi.

b. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua.

c. Pola Asuh Permisif

Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak yang cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki.

Metodologi

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif, dimana penelitian ini menggunakan angka dalam penyajian data dan analisis yang menggunakan uji statistika. Penelitian dilakukan dengan cara penelitian kuantitatif karena hubungan antar variable dan obyek yang diteliti bersifat sebab akibat, yaitu antara variable dependen (Realitas Subyektif Anak Tentang Pola Asuh) dan variabel independen (Intensitas Menonton Film Masha & The Bear di Antv dan Pola Asuh Orang Tua). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey,


(12)

commit to user

dimana menurut Singarimbun dkk (1989:3) penelitian metode survey merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa – siswi SD N 1 Kradenan khususnya yang suka menonton film Masha & The Bear. Populasi sasaran ini berjumlah 343 anak yang terdiri dari kelas satu sampai dengan enam, dengan rentan umur 6 – 13 tahun. Yang menjadi sampel pada penelitian ini sebesar 60 responden. Dimana sampel berasal dari kelas lima A dan B yang berjumlah 60 murid. Sampel diambil dari kelas lima karena menurut data pra survey. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan Purposive Sampling.

Sumber data primer bersumber pada hasil wawancara terstruktur terhadap responden dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan terstruktur). Sedangkan sumber data sekunder dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber – sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi tata jenjang Spearmen yang dibantu dengan program SPSS 17.0 for Windows.

Sajian Dari Analisis Data

Tabel 1. Variabel Intensitas Menonton Film Masha & The Bear No Kategori Frekuensi Presentase

1 Rendah (4 - 7) 1 1.7%

2 Cukup Tinggi (8 - 11) 38 63.3%

3 Tinggi (12) 21 35%

Total 60 100%

Sumber : Pertanyaan dari No. 1, 2, 3, dan 4

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa yang menyatakan kategori cukup tinggi sebesar 38 anak, dan tinggi 21 anak. Maka dengan demikian intensitas menonton film Masha & The Bear dalam kategori cukup tinggi


(13)

commit to user

sampai tinggi sebesar 59 anak (98.3%). Dapat diambil kesimpulan sebagian besar anak – anak 98.3% intensitas menonton tayangan film Masha & The Bear cukup tinggi sampai dengan tinggi.

Tabel 2. Variabel Pola Asuh

No Kategori Frekuensi Presentase

1 Tidak Baik (10 - 17) 2 3.3%

2 Cukup Baik (18 - 25) 23 38.3%

3 Baik (26 - 30) 35 58.3%

Total 60 100.0

Sumber : Pertanyaan dari No. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 pada variabel pola asuh

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa yang menyatakan pola asuh orang tua cukup baik 23 anak, dan baik 35 anak. Dengan demikian pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak dalam kategori cukup baik sampai dengan baik 58 anak. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar orang tua (96.6%) menerapkan pola asuh yang cukup baik sampai dengan baik.

Tabel 3. Variabel Realitas Subyektif Tentang Pola Asuh No Kategori Frekuensi Presentase

1 Tidak Setuju (11 – 19) 0 0%

2 Ragu – ragu (20 - 28) 15 25%

3 Setuju (29 - 33) 45 75%

Total 60 100.0

Sumber : Pertanyaan dari No. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 Pada Variabel Realitas Subyektif

Menurut tabel diatas, dapat dilihat bahwa yang menyatakan setuju tentang pola asuh orang tua yang baik sebanyak 45 anak. Maka dengan demikian realitas subyektif anak tentang pola asuh orang tua yang baik sesuai dengan pola asuh orang tua yang baik pada dasarnya .


(14)

commit to user

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Intensitas Menonton Film Masha & The Bear Terhadap Realitas Subyektif Anak Tentang Pola Asuh

Interval Variabel X1

Interval Variabel Y

Spearman's rho Interval Variabel X1 Correlation Coefficient 1.000 .540**

Sig. (2-tailed) . .000

N 60 60

Interval Variabel Y Correlation Coefficient .540** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Analisis Data Primer Hasil Lapangan

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa angka korelasi koefisiennya, yaitu sebesar 0.540, ini menyatakan hubungan kedua variabel sangat kuat. Hal ini berdasarkan angka korelasi koefisiennya berada diantara > 0.50 – 0.75 yang menyatakan hubungan variabel kuat. Sedangkan untuk melihat signifikansi, dapat dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0.000 <

0.05 (α). Ini menyatakan bahwa sampel yang diambil telah mewakili dari

populasi yang ada. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara intensitas menonton film Masha & The Bear di Antv terhadap realitas subyektif anak di SD N Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik.


(15)

commit to user

Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Realitas Subyektif Anak Tentang Pola Asuh

Interval Variabel X2

Interval Variabel Y

Spearman's rho Interval Variabel X2 Correlation Coefficient 1.000 .296*

Sig. (2-tailed) . .022

N 60 60

Interval Variabel Y Correlation Coefficient .296* 1.000

Sig. (2-tailed) .022 .

N 60 60

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber : Analisis Data Primer Hasil Lapangan

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa angka korelasi koefisiennya, yaitu sebesar 0.296, ini menyatakan hubungan kedua variabel cukup kuat. Hal ini berdasarkan angka korelasi koefisiennya berada diantara > 0.25 – 0.5 yang menyatakan hubungan variabel cukup kuat. Sedangkan untuk melihat signifikansi, dapat dilihat dari nilai

signifikansinya sebesar 0.022 < 0.05 (α). Ini menyatakan bahwa sampel

yang diambil telah mewakili dari populasi yang ada. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhadap realitas subyektif anak di SD N Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik.

Kesimpulan

1. Hipotesis yang menyatakan “Terdapat hubungan antara intensitas menonton Film Masha & The Bear di Antv terhadap realitas subyektif anak di SD N 1 Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik” diterima. Hal itu dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi hasil perhitungan yaitu


(16)

commit to user

sebesar 0.540, ini menyatakan hubungan kedua variabel sangat kuat. Hal ini berdasarkan angka korelasi koefisiennya berada diantara > 0.50 – 0.75 yang menyatakan hubungan variabel kuat. Sedangkan untuk melihat

signifikansi, dapat dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0.000< 0.05(α). Kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara intensitas menonton film Masha & The Bear di Antv terhadap realitas subyektif anak di SD N Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik.

2. Hipotesis yang menyatakan “Terdapat hubungan antara pola asuh terhadap

realitas subyektif anak di SD N 1 Kradenan” diterima. Hal ini dilihat dari angka korelasi koefisiennya, yaitu sebesar 0.296, ini menyatakan hubungan kedua variabel cukup kuat. Hal ini berdasarkan angka korelasi koefisiennya berada diantara > 0.25 – 0.5 yang menyatakan hubungan variabel cukup kuat. Sedangkan nilai signifikansinya sebesar 0.022 < 0.05. Ini menyatakan bahwa sampel yang diambil telah mewakili dari populasi yang ada. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhadap realitas subyektif anak di SD N Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik.

3. Intensitas menonton film Masha and The Bear dan pola asuh orang tua dalam memperlakukan, mendidik, dan mendisiplinkan anak berpengaruh terhadap pandangan anak tentang pola asuh orang tua yang baik. Bahwa orang tua itu baik, sabar, peduli, mengahargai dan mendukung minat serta bakat anak.

Saran

Berdasarkan dari kesimpulan hasil penelitian yang telah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran yaitu :

1. Orang tua sebaiknya memberikan izin dan mengarahkan anak untuk menonton film Masha & The Bear, karena nilai yang terkandung tentang cara orang tua memperlakukan anak digambarkan baik oleh sosok Bear dalam film tersebut. Hal ini karena hasil temuan bahwa


(17)

commit to user

intensitas menonton televisi dapat mempengaruhi realitas subyektif anak dalam hal cara pandang anak tentang pola asuh orang tua yang baik. Sedangkan yang dapat mengatur anak dalam menonton televisi adalah orang tua karena intensitas bersama anak yang lebih tinggi. 2. Orang tua sebaiknya memberikan contoh yang baik kepada anak

melalui sikap dan perilaku yang baik. Hal ini karena sikap dan perilaku orang tua mempengaruhi anak dalam cara pandang yang tertanam pada anak.

Daftar Pustaka

Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya Komala Lukita. (2007). Komunikasi Massa :Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Adoni, Hanna & Sherrill Mane. (1984). “ MEDIA AND THE SOCIAL CONSTRUCTION OF REALITY Toward an Integration of Theory and Research”. Communication Research Vol 11 No.3.

Bungin Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana.

---. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Dominick. (1997). Random House Webster’s Unabridged Dictionary. Random House Reference.

Mulyana, Deddy. (2014). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sunarti, E. (2004). Mengasuh dengan Hati Tantangan yang Menengah. Jakarta : Media Kompotindo.

Vivian, John. (2008). Teori Komunikasi Massa Edisi Kedelapan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Wiryawan, Hari. (2007). Dasar Dasar Hukum Media. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


(1)

commit to user

dimana menurut Singarimbun dkk (1989:3) penelitian metode survey merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa – siswi SD N 1 Kradenan

khususnya yang suka menonton film Masha & The Bear. Populasi sasaran ini berjumlah 343 anak yang terdiri dari kelas satu sampai dengan enam, dengan

rentan umur 6 – 13 tahun. Yang menjadi sampel pada penelitian ini sebesar

60 responden. Dimana sampel berasal dari kelas lima A dan B yang

berjumlah 60 murid. Sampel diambil dari kelas lima karena menurut data pra

survey. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan Purposive Sampling.

Sumber data primer bersumber pada hasil wawancara terstruktur terhadap responden dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan terstruktur). Sedangkan sumber data sekunder dikumpulkan dari tangan kedua

atau dari sumber – sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian

dilakukan. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik

korelasi tata jenjang Spearmen yang dibantu dengan program SPSS 17.0 for

Windows.

Sajian Dari Analisis Data

Tabel 1. Variabel Intensitas Menonton Film Masha & The Bear

No Kategori Frekuensi Presentase

1 Rendah (4 - 7) 1 1.7%

2 Cukup Tinggi (8 - 11) 38 63.3%

3 Tinggi (12) 21 35%

Total 60 100%

Sumber : Pertanyaan dari No. 1, 2, 3, dan 4

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa yang menyatakan kategori cukup tinggi sebesar 38 anak, dan tinggi 21 anak. Maka dengan demikian intensitas menonton film Masha & The Bear dalam kategori cukup tinggi


(2)

commit to user

sampai tinggi sebesar 59 anak (98.3%). Dapat diambil kesimpulan sebagian

besar anak – anak 98.3% intensitas menonton tayangan film Masha & The

Bear cukup tinggi sampai dengan tinggi.

Tabel 2. Variabel Pola Asuh

No Kategori Frekuensi Presentase

1 Tidak Baik (10 - 17) 2 3.3%

2 Cukup Baik (18 - 25) 23 38.3%

3 Baik (26 - 30) 35 58.3%

Total 60 100.0

Sumber : Pertanyaan dari No. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 pada variabel pola asuh

Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa yang menyatakan pola asuh orang tua cukup baik 23 anak, dan baik 35 anak. Dengan demikian pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak dalam kategori cukup baik sampai dengan baik 58 anak. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar orang tua (96.6%) menerapkan pola asuh yang cukup baik sampai dengan baik.

Tabel 3. Variabel Realitas Subyektif Tentang Pola Asuh

No Kategori Frekuensi Presentase

1 Tidak Setuju (11 – 19) 0 0%

2 Ragu – ragu (20 - 28) 15 25%

3 Setuju (29 - 33) 45 75%

Total 60 100.0

Sumber : Pertanyaan dari No. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 Pada Variabel Realitas Subyektif

Menurut tabel diatas, dapat dilihat bahwa yang menyatakan setuju tentang pola asuh orang tua yang baik sebanyak 45 anak. Maka dengan demikian realitas subyektif anak tentang pola asuh orang tua yang baik sesuai dengan pola asuh orang tua yang baik pada dasarnya .


(3)

commit to user

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Intensitas Menonton Film Masha & The Bear Terhadap Realitas Subyektif Anak Tentang Pola Asuh

Interval Variabel X1

Interval Variabel Y Spearman's rho Interval Variabel X1 Correlation Coefficient 1.000 .540**

Sig. (2-tailed) . .000

N 60 60

Interval Variabel Y Correlation Coefficient .540** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Analisis Data Primer Hasil Lapangan

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa angka korelasi koefisiennya, yaitu sebesar 0.540, ini menyatakan hubungan kedua variabel sangat kuat. Hal ini berdasarkan angka korelasi koefisiennya berada diantara

> 0.50 – 0.75 yang menyatakan hubungan variabel kuat. Sedangkan untuk

melihat signifikansi, dapat dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0.000 < 0.05 (α). Ini menyatakan bahwa sampel yang diambil telah mewakili dari populasi yang ada. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara intensitas menonton film Masha & The Bear di Antv terhadap realitas subyektif anak di SD N Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik.


(4)

commit to user

Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Realitas Subyektif Anak Tentang Pola Asuh

Interval Variabel X2

Interval Variabel Y Spearman's rho Interval Variabel X2 Correlation Coefficient 1.000 .296*

Sig. (2-tailed) . .022

N 60 60

Interval Variabel Y Correlation Coefficient .296* 1.000

Sig. (2-tailed) .022 .

N 60 60

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Sumber : Analisis Data Primer Hasil Lapangan

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa angka korelasi koefisiennya, yaitu sebesar 0.296, ini menyatakan hubungan kedua variabel cukup kuat. Hal ini berdasarkan angka korelasi koefisiennya

berada diantara > 0.25 – 0.5 yang menyatakan hubungan variabel cukup

kuat. Sedangkan untuk melihat signifikansi, dapat dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0.022 < 0.05 (α). Ini menyatakan bahwa sampel yang diambil telah mewakili dari populasi yang ada. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhadap realitas subyektif anak di SD N Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik.

Kesimpulan

1. Hipotesis yang menyatakan “Terdapat hubungan antara intensitas

menonton Film Masha & The Bear di Antv terhadap realitas subyektif

anak di SD N 1 Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik” diterima.


(5)

commit to user

sebesar 0.540, ini menyatakan hubungan kedua variabel sangat kuat. Hal

ini berdasarkan angka korelasi koefisiennya berada diantara > 0.50 – 0.75

yang menyatakan hubungan variabel kuat. Sedangkan untuk melihat

signifikansi, dapat dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0.000< 0.05(α).

Kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara intensitas menonton film Masha & The Bear di Antv terhadap realitas subyektif anak di SD N Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik.

2. Hipotesis yang menyatakan “Terdapat hubungan antara pola asuh terhadap

realitas subyektif anak di SD N 1 Kradenan” diterima. Hal ini dilihat dari

angka korelasi koefisiennya, yaitu sebesar 0.296, ini menyatakan hubungan kedua variabel cukup kuat. Hal ini berdasarkan angka korelasi

koefisiennya berada diantara > 0.25 – 0.5 yang menyatakan hubungan

variabel cukup kuat. Sedangkan nilai signifikansinya sebesar 0.022 < 0.05. Ini menyatakan bahwa sampel yang diambil telah mewakili dari populasi yang ada. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua terhadap realitas subyektif anak di SD N Kradenan tentang pola asuh orang tua yang baik.

3. Intensitas menonton film Masha and The Bear dan pola asuh orang tua

dalam memperlakukan, mendidik, dan mendisiplinkan anak berpengaruh terhadap pandangan anak tentang pola asuh orang tua yang baik. Bahwa orang tua itu baik, sabar, peduli, mengahargai dan mendukung minat serta bakat anak.

Saran

Berdasarkan dari kesimpulan hasil penelitian yang telah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran yaitu :

1. Orang tua sebaiknya memberikan izin dan mengarahkan anak untuk

menonton film Masha & The Bear, karena nilai yang terkandung tentang cara orang tua memperlakukan anak digambarkan baik oleh sosok Bear dalam film tersebut. Hal ini karena hasil temuan bahwa


(6)

commit to user

intensitas menonton televisi dapat mempengaruhi realitas subyektif anak dalam hal cara pandang anak tentang pola asuh orang tua yang baik. Sedangkan yang dapat mengatur anak dalam menonton televisi adalah orang tua karena intensitas bersama anak yang lebih tinggi.

2. Orang tua sebaiknya memberikan contoh yang baik kepada anak

melalui sikap dan perilaku yang baik. Hal ini karena sikap dan perilaku orang tua mempengaruhi anak dalam cara pandang yang tertanam pada anak.

Daftar Pustaka

Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya Komala Lukita. (2007). Komunikasi Massa

:Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Adoni, Hanna & Sherrill Mane. (1984). “ MEDIA AND THE SOCIAL

CONSTRUCTION OF REALITY Toward an Integration of Theory and

Research”. Communication Research Vol 11 No.3.

Bungin Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana.

---. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada.

Dominick. (1997). Random House Webster’s Unabridged Dictionary. Random

House Reference.

Mulyana, Deddy. (2014). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Sunarti, E. (2004). Mengasuh dengan Hati Tantangan yang Menengah. Jakarta :

Media Kompotindo.

Vivian, John. (2008). Teori Komunikasi Massa Edisi Kedelapan. Jakarta :

Kencana Prenada Media Group.

Wiryawan, Hari. (2007). Dasar Dasar Hukum Media. Yogyakarta : Pustaka